Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Morbus Hansen yang disebut juga Lepra adalah infeksi kronik yang
disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang merupakan mikroorganisme
yang menyerang kulit dan saraf. Meskipun tidak fatal, lepra merupakan
salah satu penyebab paling sering neuropati perifer di seluruh dunia.
Penyakit ini telah ada di dunia sejak lama. DNA yang diambil dari mayat di
kota Jerusalem menunjukkan bahwa Ia merupakan manusia pertama yang
menderita lepra. Penyakit ini kemungkinan berasal dari Mesir dan Negara
Timur Tengah lainnya pada awal 2400 SM. Kurangnya pengetahuan di masa
itu mengenai penyakit tersebut menyebabkan penyakit tersebut menyebar ke
seluruh penjuru dunia. Mycobacterium leprae, penyebab dari lepra
ditemukan oleh G.H Armauer Hansen di Norway pada tahun 1873. Lebih
dari 20 tahun , imlementasi WHO terhadap kasus MDT (Multi Drugs
Resistance) telah membuat prevalensi infeksi lepra menurun sekitar 90 % di
Negara endemic dengan kurang dari satu kasus dalam 10.000 populasi.
Walaupun, pada Negara-negara seperti Brazil, Congo, Madagascar,
Mozambique, Nepal, dan Tanzania.1,11
II. EPIDEMIOLOGI
Kusta terdapat dimana-mana, terutama di Asia, Afrika, Amerika latin,
daerah tropis dan subtropis, serta masyarakat yang sosial ekonominya
rendah. Makin rendah sosial ekonomi rendah makin berat penyakitnya,
sebaliknya faktor sosial ekonomi tinggi sangat membantu penyembuhan.
Pada tahun 1991 World Heath Assembly membuat resolusi tentang eliminasi
kusta sebagai problem kesehatan masyarakat pada tahun 2000 dengan
menurunkan prevalensi kusta menjadi dibawah 1 kasus per 10.000
penduduk. Di indonesia dikenal dengan Eliminasi Kusta tahun 2000 (EKT
2000). 2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD RAA. Soewondo Pati
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 8 Januari – 10 Februari 2018 1
Peyakit ini masih tetep menjadi endemik di Negara seperti Afrika dan
Negara-negara Asia Tenggara.Variasi geografi pada tahun 2009
menunjukkan dari 141 negara yang melaporkan, hanya 7 negara yang
terdeteksi 85 % kasusnya adalah kasus baru. Contohnya pada tahun 2009 di
India terdapat 94 % kasus lepra baru dari 79 % populasi saat itu. Pada tahun
2005 – 2007 di Brasil 17 % dari populasi berkontribusi pada 53 % kasus
baru. Untuk Indonesia sendiri pada tahun 2007, 14 dari 33 provinsi terdapat
83 % kasus baru. Sedangkan China pada tahun 2009, 3 dari 31 provinsi
mempunyai 54, 5 % kasus baru. 3
III. ETIOLOGI
Mycobacterium leprae belum berhasil dibiakan secara in vitro.
Mycobacterium leprae berkembang biak pada suhu 30 - 33°C dalam waktu
12 hari. Mikroorganisme ini merupakan mikroorganisme yang kuat yang
dapat bertahan hidup di lingkungan selama 10 hari.4 Kuman ini ditemukan
oleh G.A Hansen pada tahun 1874 di Norwegia. M. leprae merupakan
kuman Gram positif yang berbentuk basil dengan ukuran 3 – 8 Um x 0,5
Um, yang mempunyai komponen antigenik kompleks yang terdiri dari lipid,
karohidrat dan protein, sehingga kuman ini tahan asam dan alkohol.2,4
IV. PATOGENESIS
Faktor risiko untuk terjadinya lepra adalah lahir atau tinggal di area
yang diketahui sebagai daerah endemik, ada keluarga yang menderita lepra,
mempunyai genetic, terpapar dari lingkungan sekitar, dan kemiskinan.
Meskipun cara masuk M. leprae ke dalam tubuh masih belum diketahui
dengan pasti, beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa yang
tersering adalah melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh yang bersuhu
dingin dan melalui mukosa nasal. Pengaruh M. leprae terhadap kulit
bergantung pada faktor imunitas seseorang. Oleh karena itu penyakit kusta
dapat disebut sebagai penyakit imunologik. Gejala klinisnya sebanding
dengan tingkat reaksi selularnya daripada intensitas infeksinya.4,13
V. GAMBARAN KLINIS
Gambar 3.
Tuberculoid
Leprosy
Sumber : Lockwood DNJ. Leprosy. Rook’s Textbook of
Dermatology
Gambar 4. Lepromatous
Leprosy
Sumber : Lockwood DNJ.
Leprosy. Rook’s Textbook of
Dermatology
Gambar 8. Multiple
dermatofibroma-like pada LL
Sumber : Lee DJ, Rea TH, Modlin
RL. Leprosy. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
Gambar 9.
Borderline
Tuberculoid (BT)
Sumber : Lockwood DNJ. Leprosy. Rook’s Textbook of
Dermatology
Gambar 10.
Borderline Leprosy
(BL)
Sumber : Lockwood DNJ. Leprosy. Rook’s Textbook of
Dermatology
Reaksi Kusta
Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan
penyakit yang sebenarnya sangat kronik. Reaksi imun dapat
menguntungkan, tetapi dapat pula merugikan yang disebut reaksi imun
patologik, dan reaksi kusta ini tergolong di dalamnya.
Gambar 13.
ENL
Sumber : Lockwood DNJ. Leprosy. Rook’s Textbook of
Dermatology
Fenomena Lucio
Fenomena Lucio merupakan reaksi kusta yang sangat berat yang
terjadi pada kusta tipe lepromatosa non-nodular difus. Kusta tipe ini
terutama ditemukan di Meksiko dan Amerika Tengah, namun dapat juga
dijumpai di negeri lain dengan prevalensi rendah. Gambaran klinis dapat
berupa plak atau infiltrate difus, berwarna merah muda, bentuk tak teratur
VII. DIAGNOSIS
Penyakit kusta disebut juga dengan the greatest imitator karena
memberikan gejala yang hampir mirip dengan penyakit lainnya. Diagnosis
penyakit kusta didasarkan pada penemuan tanda kardinal (cardinal sign),
yaitu :8
Pityriasis alba
Pada pityriasis alba terdapat hipopigmentasi yang seringkali sulit
dibedakan dengan lepra, namun pada pityriasis alba
permukaannya biasanya bersisik dan tidak ada AFB (Acid Fast
Bacillus).
Pityriasis versikolor
Pada pityriasis versikolor tidak selalu bersisik, dan daerah
distribusinya pada punggung dan dada serta gambaran makulanya
berbeda dengan pada lepra.
IX. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama yaitu memutuskan mata rantai penularan untuk
menurunkan insiden penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita,
mencegah timbulnya penyakit, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi
pokok yg dilakukan didasarkan atas deteksi dini dan pengobatan penderita.3
Dapson, diamino difenil sulfon bersifat bakteriostatik yaitu
mengahalangi atau menghambat pertumbuhan bakteri. Dapson merupakan
antagonis kompetitif dari para-aminobezoic acid (PABA) dan mencegah
penggunaan PABA untuk sintesis folat oleh bakteri. Efek samping dari
(50-70 kg)
Anak 300 mg 200 mg 50 mg
(5-14 th)
P
Rifampicin Dapson
Pengobatan ENL:
Rehabilitasi Medik
Diperlukan pencegahan cacat sejak dini dengan disertai pengelolaan
yang baik dan benar. Untuk itulah diperlukan pengetahuan rehabilitasi
medik secara terpadu, mulai dari pengobatan, psikoterapi, fisioterapi,
X. KOMPLIKASI
Lepra mungkin penyebab tersering kerusakan tangan. Trauma dan
infeksi kronik sekunder dapat menyebabkan hilangnya jari jemari ataupun
ekstremitas bagian distal. Juga sering terjadi kebutaan. fenomena lucio
yang ditandai dengan artritis, terbatas pada pasien lepromatosus difus,
infiltrative dan non noduler. kasus klinik yang berat lainnya adalah
vaskulitis nekrotikus dan menyebabkan meningkatnya mortalitas.
amyloidosis sekunder merupakan penyulit pada penyakit leprosa berat
terutama pada ENL kronik.4,15