You are on page 1of 102

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN


PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

Panduan
pelibatan
masyarakat
lokal
dalam implementasi REDD+
Penulis:
Handoyo
di Indonesia Wilayah Timur
Agus Kastanya
Iskar Bone
Lukas Rumboko Wibowo
Pieter Jacob Pelupessy
Ipi De Rozari
Adolf Ronsumbre
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
PUSAT PENELITI AN DAN PENGE MBANG AN
PE RUBA H A N IK LIM DA N K E B IJA KA N

Panduan
pelibatan
masyarakat
lokal
dalam implementasi REDD+
di Indonesia Wilayah Timur

Penulis:
Handoyo
Agus Kastanya
Iskar Bone
Lukas Rumboko Wibowo
Pieter Jacob Pelupessy
Ipi De Rozari
Adolf Ronsumbre
Editor:
Prof. Dr. Aholiab Watloly
Guru Besar Universitas
Pattimura, Ambon
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+
di Indonesia Wilayah Timur

Penulis:
Handoyo
Agus Kastanya
Iskar Bone
Lukas Rumboko Wibowo
Pieter Jacob Pelupessy
Ipi De Rozari
Adolf Ronsumbre

Editor:
Prof. Dr. Aholiab Watloly
Guru Besar Universitas Pattimura, Ambon

ISBN: 978-602-7672-53-6

© 2014 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan,


Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, baik dalam bentuk fotocopy, cetak, mikrofilm,
elektronik maupun bentuk lainnya, kecuali untuk keperluan pendidikan atau non-komersial lainnya dengan
mencantumkan sumbernya sebagai berikut:
Handoyo, dkk. 2014. Panduan Pelibatan Masyarakat Setempat dalam Implementasi REDD+
di Indonesia Wilayah Timur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor, Indonesia.

Diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16118, Indonesia
Telp/Fax: +62-251 8633944/+62-251 8634924
Email: publikasipuspijak@yahoo.co.id;
website: http://puspijak.litbang.dephut.go.id atau www.puspijak.org

Bogor, Desember 2014


Kata Pengantar
Pa r t i s i p a s i m a s y a r a k a t d a l a m dilakukan karena REDD+ selalu mengedepankan
pembangunan sejauh ini masih relevan untuk akuntabilitas yang tinggi dalam setiap komponen
diperbincangkan, diperdebatkan dan ditinjau dalam arsitekturnya. Panduan pelibatan
ulang. Banyak kalangan menilai bahwa aktivitas masyarakat dalam implementasi REDD+ ini
pembangunan yang berlabel partisipatif masih disusun dalam semangat pencarian akuntabilitas
bekerja dalam suasana retoris. Hal ini disebabkan mekanisme pelibatan masyarakat dalam salah satu
karena kultur pembangunan dengan pendekatan mekanisme pembangunan, khususnya di bidang
sentralistik yang diwariskan pemerintahan orde kehutanan dan lingkungan.
baru masih menyisakan residu di dalam sendi Akhir kata, penghargaan dan ucapan
rezim-rezim pemerintah setelahnya. Kultur terima kasih kami sampaikan kepada penulis dan
yang partikular ini dalam rancang bangun semua pihak yang membantu baik secara langsung
pembang unan cenderung menyebabkan maupun tidak dalam penyusunan panduan ini.
perbedaan perspektif (cara memangdang dan Semoga buku ini dapat memberikan pencerahan
dipandang) antara pemerintah dan masyarakat dan berguna bagi pelaksanaan REDD+ secara
sehingga hasil pembangunan tidak bisa efektif keseluruhan.
termanfaatkan oleh masyarakat.
REDD+ merupakan sebuah mekanisme
dalam rangkaian pembangunan di bidang Jakarta, Desember 2014
kehutanan dan lingkungan, mempunyai value
termuktahir yang berasal dari advokasi tuntutan
keberpihakan dan partisipasi masyarakat yang
makin menguat. REDD+ merupakam cermin Dr. Kirsfianti L. Ginoga,M.Sc
bagi pembangunan yang telah, sedang dan akan Kepala Pusat

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • iii
Kata Pengantar
Pembangunan yang berlangsung selama Di Indonesia Wilayah Timur. Panduan ini disusun
ini telah menciptakan kesenjangan antar wilayah berdasarkan suatu kajian ilmiah yang melibatkan
dan kelompok masyarakat, baik antar negara para pakar dan komunitas masyarakat adat,
maupun antar daerah di negara tertentu. Wilayah sehingga pendekatan pembangunan di Indonesia
Indonesia Timur (Papua, Maluku, Maluku Utara Timur terutama dalam mengimplementasikan
dan Nusa Tenggara Timur) merupakan wilayah skema REDD+ di masyarakat sesuai kondisi
yang sangat tertinggal dibandingkan dengan sosial masyarakat setempat sehingga mereka
Wilayah Indonesia Lainnya. Selain itu wilayah ini dapat berpartisipasi secara luas.
memiliki kondisi ekologi pulau-pulau kecil yang Formulasi pemikiran-pemikiran yang
sangat rentan terhadap perubahan lingkungan dihasilkan melalui kajian ilmiah dan didiskusikan
dengan karakteristik masyarakat adat yang melalui focused group discussion (FGD) dan
spesifik. Saat ini masyarakat adat di Indonesia konsultasi public dengan melibatkan pakar dan
Timur telah termarjinalisasi akibat pembangunan para pihak terkait, yang telah tertuang dalam buku
sehingga memberikan dampak yang tidak “Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal Dalam
menguntungkan bagi stabilitas ekosistem dan Implementasi REDD+ Di Indonesia Wilayah
sosial ekonomi masyarakat. Timur” merupakan panduan yang berharga
Pengembangan mekanisme REDD+ yang dapat digunakan oleh semua pihak dalam
dalam kerangka kerja UNFCCC, mengharuskan implementasi setiap program pembangunan
adanya sistem safeguards lingkungan dan sosial terutama implementasi skema REDD+ sebagai
yang dikembangkan secara akuntabel, transparan sistem safeguards sosial di masyarakat.
dan partisipatif, sebagai mana ditetapkan pada Kami menyampaikan terima kasih yang
COP-16. Terdapat dua prinsip penting dari 7 sebesar-besarnya kepada PUSPIJAK Kemenhut
prinsip yang ada dalam sistem safeguards yang yang difasilitasi oleh Forest Carbon Partnership
terkait secara langsung dengan masyarakat adat Fasility (FCPF)-World Bank, yang memberi
dan lokal yaitu: (1) Menghargai pengetahuan perhatian besar bagi masyarakat adat dan
dan hak-hak masyarakat adat maupun masyarakat pembangunan di Indonesia Timur. Terima
lokal dengan mempertimbangkan kewajiban kasih yang sama juga kepada para pakar, dan
internasional yang relevan, hukum dan situasi semua pihak yang telah memberikan kontribusi
nasional, serta memperhatikan bahwa Majelis sehingga buku panduan ini sudah dapat
Umum PBB telah mengadopsi Deklarasi PBB diselesaikan. Semoga karya kita bersama dapat
mengenai hak-hak masyarakat adat; (2) Partisipasi memberi manfaat yang sebesar-besarnya untuk
penuh para pihak (stakeholders) terkait, kesejahteraan masyarakat, kelestarian lingkungan
khususnya masyarakat adat dan masyarakat lokal. dan bangsa Indonesia dalam pembangunan
Karena itu diperlukan suatu panduan yang dapat rendah karbon.
memberi ruang partisipasi masyarakat adat dan
local secara luas. Ambon, Desember 2014
Dewan Kehutanan Daerah Maluku
(DKDM), sebagai forum multi pihak menyambut
baik inisiatif Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perubahan Iklim Dan Kebijakan (PUSPIJAK)
Kemenhut, untuk bekerja sama dalam rangka Prof. Dr. Ir. Agustinus Kastanya, MS.
penelitian dan penyusunan Panduan Pelibatan Ketua Harian
Masyarakat Lokal Dalam Implementasi REDD+ Dewan Kehutanan Daerah Maluku

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • v
Ucapan Terimakasih
Buku panduan ini merupakan salah satu Penghargaan yang sangat tinggi juga
fasilitasi dari World Bank melalui Forest Carbon kami sampaikan kepada para kolega diskusi
Partnership Facility (FCPF) untuk membantu kami di lapangan, pejabat dan personil di Dinas
Indonesia dalam mempersiapkan komponen Kehutanan Provinsi Maluku, Papua Barat dan
pelengkap arsitektur REDD+ sehingga REDD+ NTT, UPT lingkup Kementerian Kehutanan
diharapkan akan mempunyai alat yang lengkap di Provinsi Maluku, Papua Barat dan NTT,
ketika diimplementasikan. lembaga swadaya masyarakat di provinsi Maluku,
Penulis mengucapkan banyak terimakasih Papua Barat dan NTT serta para akademisi di
kepada Prof. Y. Watloly, Prof. M. Huliselan, Universitas Pattimura, Universitas Papua dan
Prof. M. Soselissa, Prof. M.J. Pattinama, Dr. T. Universitas Nusa Cendana dan instansi lain yang
Soumokil, Bpk. Janes Balubun, SH., Dr. Jacob tidak kami dapat sebut seluruhnya disini.
P. Ninu atas waktu dan pemikirannya yang Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
disumbangkan kepada kami sehingga menjadi kepada Kepala Pusat Penelitian dan
bahan-bahan pertimbangan yang berharga untuk Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan
dimasukkan ke dalam sendi-sendi panduan. Kehutanan dan semua rekan peneliti atas
Terimakasih banyak kami ucapkan kepada Bpk. dukungan dan kerjasamanya.
George. F. Mentansan, S.Sos, M.Hum. untuk
beberapa bahan studi kasus etnografi Papua. Tim Penulis

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • vii
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................iii 2.3 Partisipasi Sebagai Keniscayaan............ 15
Kata Pengantar.............................................v 2.4 Sikap Mental, Gejala Perubahan
Sosial dan Perspektif Masyarakat
Ucapan Terimakasih...................................vii Terhadap Pembangunan: Jati Diri,
Daftar Isi......................................................ix Realitas Sosial dan Konstruksi Areal
Kultur Masyarakat Baru......................... 16
Daftar Tabel..................................................xi
2.5 REDD+ Sebagai Sebuah
Daftar Gambar...........................................xiii Kesempatan............................................... 17
BAB 1 Filosofi, Gagasan Konseptual dan 2.6 Tantangan Penyusunan Panduan.......... 18
Operasionalisasi REDD, REDD+, 2.7 Key Finding ............................................... 18
SIS-REDD+ dan Prisasi.....................1
Kotak 1. “Baku Tipu” Program
1.1 Filosofi dan Operasionalisasi REDD Pemberdayaan, Papua ................... 20
dan REDD+............................................... 3
Kotak 2. Kisah Sukses Pendampingan
1.2 Safeguard REDD+ COP 16 dan SIS- Yayasan Pengembangan Alam
REDD+....................................................... 5 Raya dan Masyarakat Niaga
1.3 Prinsip, Kriteria dan Indikator untuk (ARMAN), Maluku...................... 22
Safeguard REDD+ (PRISAI) yang Kotak 3. Pembelajaran dari jalan panjang
disusun Satgas REDD+............................ 6 kegiatan SCBFWM, NTT.......... 24
1.4 Panduan Pelibatan Masyarakat ke 2.8 Panduan..................................................... 25
Dalam Implentasi REDD+..................... 6
BAB 3 Keragaman Manusia Maluku,
1.5 Tujuan Penyusunan Panduan.................. 7 Papua, dan Nusa Tenggara Timur
BAB 2 Panduan Pelibatan Masyarakat (NTT) ...............................................29
Lokal dalam Implementasi REDD+ 3.1 Keragaman Manusia Maluku................ 31
di Indonesia Wilayah Timur............11 3.2 Keragaman Manusia Papua ................... 54
2.1 Latar Belakang.......................................... 13 3.3 Keragaman Manusia Nusa Tenggara
2.2 Perspektif Masyarakat Sebagai Referensi Timur......................................................... 73
Pembangunan........................................... 13 Daftar Pustaka............................................83

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • ix
Daftar Tabel
1. Data yang diperlukan, sumberdata, 3. Skema pembanguan partisipatif
strategi koleksi data dan alat analisis yang ada di level desa............................... 15
yang digunakan pada kajian..................... 8 4. Pola Persebaran Orang Papua
2. Regulasi negara dalam ranah Berdasarkan Wilayah Budaya................ 56
pengakuan masyarakat sebagai
sebuah entitas sosial budaya................... 14

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • xi
Daftar Gambar
1. Alur Pikir Kajian........................................ 9 3. Skema Pelibatan Masyarakat
2. REDD+ Sebagai Sebuah Dalam Implementasi REDD+.............. 26
Kesempatan............................................... 17

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • xiii
BAB 1
Filosofi, Gagasan
Konseptual dan
Operasionalisasi REDD,
REDD+, SIS-REDD+
dan Prisasi
1.1 Filosofi dan Operasionalisasi REDD (2009) meringkas dialog tersebut berdasarkan
dan REDD+ tata waktu yaitu:
1. Januari 1997, The Noel Kempff Mercado
Secara filosofis, dari perspektif system
Climate Action Project. Proyek sejenis
dunia Immanuel Wallerstein (world-system
REDD untuk pertama kali di inisiasi.
theory/perspective) mekanisme REDD+
2. Desember 1997, The Kyoto Protocol. REDD
(Reducing Emission from Deforestation and forest
dimunculkan dengan LULUCF sebagai titik
Degradation (plus)) merupakan pertukaran
masuk.
(trade-off) sumberdaya (resources) antara negara
3. September 2003, COP 7, The Marrakesh
maju/negara dunia pertama (core countries)
Accords. REDD dilepaskan dari isu
dengan negara berkembang 1/negara dunia
LULUCF.
ketiga (periphery countries). Secara operasional,
4. Mei 2005, dibentuk The Coalition for
negara maju yang telah mendominasi ekonomi
Rainforest Nations.
dunia dengan kemajuan industri yang telah
5. November 2005 The European Commission
mereka capai hasil dari intensifikasi modal
menawarkan skema insentif untuk Negara
dan ketrampilan tinggi (high skill) dalam
berkembang dan mengatasi deforestasi.
berproduksi, menyepakati perjanjian global
6. Desember 2005, COP 11 (Montreal).
bahwa negara-negara tersebut akan memberikan
REDD kembali di agendakan.
kompensasi atas emisi yang mereka hasilkan
7. Mei 2006, Bonn - Subsidiary Body for
dari aktivitas industri mereka kepada negara
Scientific and Technological Advice
berkembang yang secara kebetulan mempunyai
(SBSTA) mulai membahas REDD.
mesin penyerap emisi berupa hutan. Konteks
8. Desember 2007, COP 13. Rencana Aksi Bali
emisi yang dimaksud adalah hasil kesepakatan
(The Bali Action Plan).
global yang membicarakan kewajiban negara
9. Desember 2008, SBSTA 29 (Poznan) –
pengemisi menurunkan tingkat emisinya sesuai
Konsep REDD+ diperkenalkan.
Kerangka Kerja Konvensi PBB atas Perubahan
10. Juni 2009, Pertemuan Bonn kedua,
Iklim (United Nation Framework Convention
dipresentasikan naskah negosiasi.
on Climate Change (UNFCC)) yang telah
11. September 2009, Pertemuan ketujuh Ad Hoc
dimulai diisukan sejak tahun 1992. REDD
Working Group on Long-term Cooperative
sendiri sebenarnya menjadi isu utama sejak
Action (AWG-LCA) (Bangkok).
Protokol Kyoto tahun 1997 dimana ketika itu
12. Novemeber 2009, AWG -LCA Non Paper
LULUCF (Land Use and Land Use Change and
39 (Barcelona).
Forestry) yang menjadi titik masuk. Namun isu
13. Desember 2009 COP 15. (Copenhagen).
REDD pernah mengalami surut dimana pada
14. November 2010 COP 16 (Cancun, Mexico).
COP (Conference of Parties) ke-7 tahun 2003
15. April 2011 AWG-KP 16 & AWG-LCA
dilepaskan dari isu LULUCF. Pada tahun
14 dan workshops berdasarkan perjanjian
2005 isu REDD dimunculkan kembali setelah
Cancun (Bangkok, Thailand).
sebelumnya terdapat pembicaraan di Komisi
Dialog dan kesepakatan diatas selain menguatkan
Eropa tentang penawaran skema insentif
konstruksi data ilmiah yang menunjukkan bahwa
untuk negara berkembang untuk mengurangi
tingkat emisi dunia telah mengkhawatirkan yang
deforestasi.
berakibat pada perubahan iklim dunia, juga
Mekanisme REDD+ secara eksplisit
membahas solusi yang akan diambil untuk untuk
tercetus pada COP 14 2008 di Poznan. Holloway
mengurangi emisi tersebut. Pada prosesnya,
kesepakatan dan dialog yang pada awalnya hanya
melihat deforestasi sebagai sumber emisi dan
1
Negara yang fokus pada intensifikasi tenaga kerja dan ekstraksi bahan baku usaha-usaha penganggulangannya, berkembang
sebagai modus produksi. Negara yang secara ekonomi didominasi oleh negara dengan menambahkan panorama degradasi
maju, namun secara kebetulan mempunyai sumberdaya yang tidak negara
maju punya yaitu hutan yang luas. hutan dan lahan, usaha-usaha konservasi sampai

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 3
pengayaan cadangan karbon melalui pengelolaan prinsip-prinsip tentang kedaulatan nasional
hutan lestari. Pada konteks dialog tersebut, dan subsidaritas yang menyiratkan bahwa
dikenal komunikasi mitigasi dan adaptasi UNFCCC hanya menentukan hasil apa yang
dimana mitigasi merupakan upaya mengatasi dapat diberi kompensasi dan pelaporan yang
sebab dan adaptasi adalah usaha-usaha antisipasi dibutuhkan dalam format yang telah ditentukan
sebab perubahan iklim. Sedangkan penyebab yang disampaikan dan ditinjau oleh konvensi.
perubahan iklim karena konsentrasi gas rumah Ada aspek-aspek tertentu yang melampaui
kaca (GRK), terutama gas CO2 yang disebabkan filosofi dasar ini, namun pada dasarnya REDD+
oleh pembakaran bahan bakar fosil dan alih guna tidak lebih dari seperangkat pedoman tentang
lahan khususnya deforestasi hutan tropis. bagaimana untuk melaporkan sumber daya hutan
Menurut data Intergovenrmental Panel on dan strategi pengelolaan hutan dan hasil yang
Climate Change ( IPCC) tahun 2007 (Stranas, mereka telah capai dalam hal mengurangi emisi
2010), antara tahun 2000-2005, penggunaan dan meningkatkan penyerapan gas rumah kaca.
lahan dan alih guna lahan dan hutan (LULUCF) Namun, satu set persyaratan telah diuraikan
mengkontribusi sekitar 17% total emisi dunia untuk memastikan bahwa laporan dari anggota
sedang untuk konteks Indonesia, tahun 2005, konsisten dan dapat dibandingkan serta terbuka
LULUCF mempunyai porsi hingga 60% dari untuk ditinjau oleh konvensi.
total emisi. Indonesia, yang memiliki hutan Secara luas, REDD+ sebuah mekanisme
tropis yang luas, melalui pemerintah ikut dalam yang mempunyai kesamaan dengan prosedur,
dalam komitmen global menurunkan emisi peraturan dan perundang-undangan sektor
26% hingga 41% dari tingkat emisi saat ini pada kehutanan di sebagian besar negara, dimana
tahun 2020 yang dicetuskan oleh Presiden RI REDD+ lebih fokus pada kebijakan dan
pada G20 di Pittsburg September 2009. Salah tindakan, namun, negara-negara yang komit
satu komponen yang dapat memungkinkan pada UNFCCC harus mengembangkan strategi
tercapainya komitmen tersebut adalah skema nasional atau rencana aksi yang spesifik. Yang
REDD+. menarik, secara khusus untuk REDD + adalah
Istilah REDD sebenarnya merujuk pada deforestasi dan degradasi hutan. Keputusan
pengurangan emisi dari kegiatan deforestasi di UNFCCC meminta negara anggota untuk
negara berkembang yang merupakan bagian membuat penilaian terhadap factor yang
kecil dari dokumen REDD sedangkan REDD+ mengendalikannya dan untuk menyusun
merujuk pada pengurangan emisi dari kegiatan kebijakan dan langkah-langkah penting dari
deforestasi dan dari akibat degradasi hutan, hasil penilaian ini, sehingga dapat ditentukan
peningkatan peran konservasi, pengelolaan kebijakan dan tindakan yang diarahkan kepada
hutan yang berkelanjutan dan pengayaan stok yang terkena dampak paling besar. Beberapa
karbon di negara berkembang. Lebih spesifik, faktor pengendali tersebut secara umum akan
REDD+ dinyatakan sebagai mekanisme banyak kesamaan di beberapa negara seperti
dibawah perjanjian perubahan iklim yang multi meningkatnya tekanan penduduk terhadap
lateral yang secara esensi merupakan kendaraan hutan namun di lain sisi, banyak yang lebih
untuk memberikan penghargaan/kompensasi spesifik lagi dan berbeda untuk negara atau
negara-negara berkembang untuk usaha- wilayah dalam negara. Dengan demikian,
usahanya yang terverifikasi (verified efforts) negara-negara didorong untuk mengidentifikasi
untuk mengurangi emisi dan pengurangan “keadaan nasional” yang memberi dampak pada
gas rumah kaca melalui pilihan-pilihan factor pengendali tersebut, kondisi tertentu
pengelolaan hutan. Sebagaimana mekanisme di dalam negeri yang berdampak pada sumber
lain di bawah UNFCCC, hanya ada sedikit daya hutan. Petunjuk keadaan nasional yang
preskripsi yang secara spesifik mengamanatkan khas dapat ditemukan di mukadimah berbagai
bagaimana mengimplementasikan mekanisme keputusan COP, seperti “Menegaskan kembali
ini pada tataran nasional; yaitu mencakup bahwa pembangunan ekonomi dan sosial

4 • Filosofi, Gagasan Konseptual dan Operasionalisasi REDD, REDD+, SIS-REDD+ dan Prisasi
dan pemberantasan kemiskinan merupakan 3. Penghormatan terhadap pengetahuan dan
prioritas global” dalam Rencana Aksi Bali, yang hak-hak masyarakat adat dan masyarakat
memungkinkan negara-negara berkembang lokal, dengan mempertimbangkan kewajiban
untuk memprioritaskan kebijakan seperti internasional yang relevan, keadaan nasional
pemberantasan kemiskinan melalui ekspansi dan hukum, dan mencatat bahwa Majelis
pertanian atau pengembangan pembangkit Umum PBB telah mengadopsi Deklarasi
listrik tenaga air atas perlindungan hutan. PBB tentang Hak-hak Masyarakat Adat;
4. Partisipasi penuh dan efektif dari stakeholder
1.2 Safeguard REDD+ COP 16 dan SIS- yang relevan, khususnya masyarakat adat
REDD+ dan masyarakat lokal, dalam tindakan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 70 dan
Dalam rangka menanggapi kekhawatiran
72 dari keputusan ini;
atas potensi penyalahg unaan REDD+,
5. Kegiatan yang konsisten dengan konservasi
UNFCCC menetapkan daftar “safeguard”
hutan alam dan keanekaragaman hayati,
(perlindungan) yang negara perlukan untuk
memastikan bahwa tindakan sebagaimana
mempromosikan dan memberi dukungan
dimaksud dalam ayat 70 keputusan tidak
dalam rangka penjaminan hasil benar dan
digunakan untuk konversi alam hutan, tapi
berkesinambungan dari mekanisme REDD+.
digunakan untuk insentif bagi perlindungan
Menurut dalam kerangka UNFCCC negara-
dan konservasi hutan alam dan jasa ekosistem
negara anggota konvensi tidak harus melaporkan mereka, dan untuk meningkatkan manfaat
safeguard seperti misalnya berapa banyak sosial dan lingkungan lainnya;
masyarakat lokal secara efektif berpartisipasi, 6. Tindakan untuk meng atasi risiko
tetapi cukup menunjukkan bagaimana pembalikan;
safeguard itu dihormati. Hal tersebut dapat 7. Tindakan untuk mengurangi perpindahan
dimanifestasikan dalam berbagai bentuk seperti emisi.
misalnya, menjelaskan hukum dan peraturan Keputusan pada COP ke-16 itu juga menekankan
yang berkaitan dengan pengakuan, inklusi dan elemen REDD+ yang penting yaitu sebuah
keterlibatan masyarakat lokal. Safeguard yang sistem untuk menyediakan informasi tentang
dihasilkan dari keputusan COP ke-16 UNFCCC bagaimana safeguard tersebut telah dilaksanakan
di Cancun 2010 berisi kriteria implementasi dan dihormati oleh suatu negara. Sistem
REDD+ sehingga dapat menghindari atau yang diharapkan efektif dalam menyebarkan
meminimasi pengaruh negatif terhadap aspek informasi tentang REDD+ safeguard tersebut
sosial dan lingkungan. Kriteria dalam safeguard dimaksudkan untuk mendorong transparansi,
itu mencakup isu-isu transparansi pada struktur mewaspadai terhadap konsekuensi sosial
tata kelola hutan nasional, pemastian partisipasi dan lingkungan yang tidak diinginkan dan
stakeholder secara efektif, penghormatan memberikan informasi yang mungkin digunakan
terhadap pengetahuan dan hak dari masyarakat untuk menilai dampak dari tindakan REDD+ itu
asli dan komunitas local, konservasi pada sendiri. Pada UNFCCC ke-17 di Durban 2011
biodiversitas dan hutan alam dan penghindaran diputuskan bahwa sistem informasi safeguard
terhadap pengalihan emisi dan pembalikan dari itu harus dibangun oleh sistem yang sudah ada
pengurangan emisi. Sehingga pada implementasi di suatu Negara. Sehingga melalui keputusan
REDD+, safeguard harus mendukung: UNFCCC COP 16 dan 17 telah ditetapkan
1. Kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan dua hal penting yaitu implementasi safeguard
tujuan program kehutanan dan konvensi REDD+ dan pembangunan sistem informasi
internasional yang relevan; yang dapat menginformasikan bagaimana
2. Struktur tata kelola hutan nasional yang safeguard dijadikan perhatian dan dihormati.
transparan dan efektif, dengan mempertim- Melalui protokol tersebut, Pemerintah Indonesia
bangkan legislasi dan kedaulatan nasional; melalui Pusat Standarisasi dan Lingkungan

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 5
(Pustanling pada tahun 2011 dan 2012 menyusun 6. Penyempurnaan da lam konser va si
Sistem Informasi Safeguard REDD+ (SIS keanekaragaman hayati serta layanan
REDD+) melalui proses multi-stakeholder. Hal ekosistem lainnya di hutan alam;
penting yang dilakukan Pustanling dari proses 7. Tindakan untuk mengaddress resiko balik;
tersebut adalah membangun sistem informasi 8. Tindakan untuk mengurangi perpindahan
yang merupakan kelengkapan implementasi emisi;
safeguard yang mengandung Prinsip, Kriteria dan 9. Sebaran manfaat yang adil kepada semua
Indikator yang sesuai untuk menilai/mengasses pemangku kepentingan dan pemangku hak
implementasi safeguard dan element lain yang yang relevan; dan
dibutuhkan. 10. Jaminan untuk sebuah sistem informasi yang
transparan, akuntabel, dan terlembagakan.
1.3 Prinsip, Kriteria dan Indikator untuk Seperti halnya SIS-REDD+, Prisai dibangun
Safeguard REDD+ (PRISAI) yang dan dikembangkan melalui proses yang inklusif
disusun Satgas REDD+ yang melibatkan multi-stakeholders. Dukungan
Prisai dikembangkan sejak akhir 2010 terhadap Prisai juga terlihat pada UNFCCC
oleh Satuan Tugas Kepresidenan untuk COP 18 di Doha dimana Prisai dianggap
Pengembangan Kelembagaan REDD+ (Satgas sebagai praktik pengembangan safeguard terbaik
REDD+), dan mulai dimasukkan sebagai bagian di dunia dengan melihat bagaimana Prisai
dari instrumen pendanaan sejak awal 2011. Sejak melindungi keanekaragaman hayati dan layanan
2011, konsultasi dilakukan di tingkat nasional ekosistem lainnya. Safeguard yang baik bukan
dan daerah untuk menyempurnakannya, dan hanya melindungi tanpa syarat, tetapi juga yang
menjamin bahwa semua perhatian dari pemangku bias dilaksanakan tanpa menambah beban yang
kepentingan, termasuk dari masyarakat adat. tidak perlu sehingga Prisai terus diuji coba di
Hasilnya, Prisai mendapat dukungan cukup lapangan sebagai upaya mendapatkan pengakuan
kuat, misalnya, Prisai telah diadopsi oleh Dewan timbal balik (mutual recognition) antara Prisai
Kehutanan Nasional sebagai protokol safeguards dan sistem safeguards lainnya. PRISAI telah
utama untuk semua kegiatan kehutanan yang disusun dengan mengacu pada STRANAS,
membutuhkannya. Selain itu, sebagai salah satu pengalaman berbagai safeguards yang telah ada,
catatan yang diberikan oleh organisasi madani kerangka hukum nasional dan internasional
dalam konsultasi persetujuannya di Istanbul, serta melalui proses partisipatif yang melibatkan
Turki, Forest Investment Program (FIP) diminta berbagai pemangku kepentingan (Pemerintah,
untuk mengharmonisasikan sistem safeguardsnya Bisnis, LSM, Masyarakat, Lembaga Pendanaan,
dengan Prisai. Prisai mempunyai 10 prinsip yang Pengembang).
dianggap konsisten dengan tujuh prinsip yang
menjadi keputusan UNFCCC COP 16 yaitu: 1.4 Panduan Pelibatan Masyarakat ke
1. Kejelasan status tenurial dan hak atas lahan; Dalam Implentasi REDD+
2. Jaminan bahwa tindakan-tindakan yang Walaupun di Indonesia telah terbangun
ada melengkapi, atau paling tidak konsisten setidaknya 2 basis prinsip implementasi
dengan, tujuan-tujuan penurunan emisi dan safeguard REDD+ yang mengacu pada
perjanjian serta konvensi internasional yang safeguard hasil COP ke-16, dan kedua entitas itu
relevant; mengandung prinsip-prinsip yang menekankan
3. Penyempurnaan tatakelola kehutanan; penghormatan terhadap pengetahuan dan hak
4. Respek pada pengetahuan dan hak masyarakat lokal serta pemastian keterlibatan
masyarakat adat dan lokal; penuh para pemangku kepentingan yang relevan,
5. Partisipasi penuh dan efektif dari pemangkun namun panduan yang dapat memberi tuntunan
kepentingan yang relevan, dengan perhatian terhadap proses pelibatan masyarakat terhadap
khusus pada kesetaraan gender; kegiatan REDD+ di tataran praksis di Indonesia

6 • Filosofi, Gagasan Konseptual dan Operasionalisasi REDD, REDD+, SIS-REDD+ dan Prisasi
belum dibangun. Pada hakikatnya, integrasi dari penentuan ruang lingkup ini adalah asumsi
masyarakat dengan pengelolaan sumberdaya bahwa masyarakat di ketiga region ini memiliki
hutan sebagai sumber penghidupannya telah kekhasan dari aspek budaya lokal/adat isitiadat,
terjadi sejak manusia ada, namun dalam konteks geografis (tinggal terpencar di kepulauan) dan
REDD+ perlu dibangun panduan khusus pola hubungan manusia dengan hutan yang
yang dapat memberikan tuntunan tentang berbeda secara relatif dengan masyarakat yang
proses apa saja yang harus dilalui sehingga tinggal di Indonesia wilayah barat.
masyarakat sebagai bagian dari sub struktur
negara dapat dengan efektif terlibat dalam 1.5.1.2 Rationale
kegiatan implementasi REDD+ yang khas. Hasil yang diharapkan dari penyusunan buku
Perlu ada panduan sebagai sarana formalisasi ini adalah adanya suatu panduan yang memiliki
dan institusionalisasi keterlibatan masyarakat basis ilmiah (dihasilkan dari suatu proses kajian)
secara efektif ke dalam implementasi REDD+ dan diterima secara luas (melalui proses sharing
sesuai dengan amanat prinsip Safeguard COP ke- dengan stakeholders yang relevan) terkait pelibatan
16 yaitu penghormatan terhadap pengetahuan masyarakat lokal dalam kegiatan REDD+ di
dan hak-hak masyarakat adat dan masyarakat Indonesia wilayah timur.
lokal, dengan mempertimbangkan kewajiban
internasional yang relevan, keadaan nasional dan 1.5.1.3 Tahapan dan Strategi Kegiatan
hukum, dan mencatat bahwa Majelis Umum PBB Penyusunan “Panduan Penyusunan Panduan
telah mengadopsi Deklarasi PBB tentang Hak- Pelibatan Masyarakat Lokal Secara Efektif Dalam
hak Masyarakat Adat dan partisipasi penuh dan Implementasi REDD+ di Indonesia Timur”,
efektif dari stakeholder yang relevan, khususnya dilakukan dalam dua tahap, yaitu melalui 1) Kajian
masyarakat adat dan masyarakat lokal, dalam Lapang dan 2) Konsultasi Publik. Kajian lapang
tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat 70 melibatkan focused group discussion (FGD) sebagai
dan 72 dari keputusan tersebut. sala satu strategi koleksi data.
Sesuai semangat safeguard itu sendiri, proses
penyusunan Panduan Pelibatan Masyarakat ke 1. Kajian
dalam Implementasi REDD+ ini dilaksanakan Penyusunan panduan pelibatan ini
melalui proses yang inklusif yang melibatkan didukung kajian lapang untuk mengkonstruksi
berbagai pemangku kepentingan. basis ilmiah panduan ini. Kajian di lakukan di
tiga provinsi yaitu Maluku, Papua Barat dan
1.5 Tujuan Penyusunan Panduan Nusa Tenggara Timur.
Maksud dari penyusunan panduan ini adalah
a. Rationale Kajian
memberikan acuan untuk mengintegrasikan
mekanisme REDD+ secara luas ke dalam entitas Kepulauan Indonesia merupakan suatu
kehidupan masyarakat yang hidup di wilayah guguasan yang terpanjang dan terbesar di dunia
Indonesia Timur dengan kekhasannya. sehingga kebudayaan di Indonesia pada zaman
histori (sejarah) ditentukan oleh kondisi geografis,
1.5.1 Metode Penyusunan penyebaran suku bangsa, pengaruh agama dan
pengaruh negara serta pengaruh dari negara
lainnya (asing) (Koentjaraningrat, 1999). Sehingga
1.5.1.1 Wilayah Kajian
walaupun negara mempunyai legitimasi yang
Wilayah Indonesia timur dalam buku ini kuat atas intervensi kebudayaan, misalnya budaya
adalah wilayah yang masuk di dalam provinsi- pengelolaan sumber daya alam “modern”, namun
porvinsi yang ada di Indonesia wilayah timur pada tataran praksis, masyarakat mempunyai
yaitu Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua legitimasinya sendiri. Legitimasi mereka tentunya
Barat serta Nusa Tenggara Timur. Dasar logis didasarkan pada referensi cara bertahan hidup yang

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 7
telah tersusun secara turun temurun. Konflik kadang 2. Menganalisis secara tematik temuan
terjadi ketika referensi yang dimiliki masyarakat lapangan pada dimensi tersebut pada point
diintersep oleh introduksi budaya yang dilakukan satu sebagai dasar penyusunan panduan
negara yang kerap tidak sesuai dengan referensi (grounded process).
mereka. Implementasi REDD+ melalui sefaguard
ingin memastikan bahwa pelaksanaan REDD+ b. Metodologi Kajian
dimaksudkan mencapai tujuan REDD+ itu sendiri Kajian ini menggunakan pendekatan
dengan menghormati pengetahuan masyrakat lokal kualitatif sesuai dengan data dan logika yang
yang akan menjadi pelaku utama. Juga dengan diperlukan. Peneliti membangun realitas secara
tidak menambah beban bagi masyarakat lokal, partisipatif dengan para informan. Data yang
misalnya beban kegagalan program dan kerugian diperlukan, alat analisis, strategi koleksi data dan
atas waktu karena ketidaksesuaian budaya. Sehingga responden/informan dapat dilihat pada table 1.
dibutuhkan panduan cara melibatkan masyarakat
lokal sebagai pelaku utama yang dibangun atas basis
atribut social budaya dan pengetahuan mereka.
Tujuan kajian ini adalah:
1. Menemukan karakteristik/atribut dalam
dimensi sosial, budaya dan politik masyarakat
di daerah sasaran dalam konteks kegiatan-
kegiatan integrasi masyarakat dengan hutan.

Tabel 1. Data yang diperlukan, sumberdata, strategi koleksi data dan alat analisis yang digunakan
pada kajian

Data yang Sumber data/ Strategi koleksi Alat


No.
diperlukan Informan data analisis
1. Gap proses pelibatan Pemerintah dan Civil In-depth interview Gap analysis
yang selama ini ada Society (masyarakat lokal,
dengan proses pelibatan LSM dan akademisi)
yang ideal
2. Atribut sosial budaya Pemerintah dan Civil In-depth interview, Etnografi
kemasyarakatan Society (masyarakat lokal, direct observation
LSM dan akademisi) dan FGD
3. Konsep-konsep Literatur Pencarian literature Discourse
kemasyarakatan terkait dalam tradisi
Indonesia wilayah timur linguistik.

4. Psikologi sosial Pemerintah dan Civic In-depth interview, Framing


kemasyarakatan dan Society (masyarakat lokal, direct observation analysis
perubahan sosial LSM dan akademisi) dan FGD
di dalam konteks
pembangunan

8 • Filosofi, Gagasan Konseptual dan Operasionalisasi REDD, REDD+, SIS-REDD+ dan Prisasi
c. Ruang Lingkup Panduan Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur, namun
Panduan pelibatan masyarakat berisi demikian fokus penyusunan terbagi habis ke
proses integrasi skema REDD+ ke dalam dalam lokus indonesia wilayah timur secara
entitas masyarakat pada level praksis. Panduan keseluruhan. Namun demikian, menjadi
dibangunan atas dasar intepretasi budaya, relasi keterbatasan panduan ini ketika interpretasi
dan perubahan sosial serta sikap mental (mindset) atas entitas masyarakat di luar provinsi yang
masyarakat di dalam ruang pembangunan dan dikunjungi, terlewatkan.
modernitas sebagai konteks.

d. Keterbatasan Panduan
Sebagai salah satu ciri khas manusia sebagai
makhluk kreatif yang hidup di dalam ruang
sosial budaya yang terus berubah, panduan ini
akan dituntut kedinamisannya. Panduan ini
dibangun berdasarkan intepretasi historis dan
kekinian dan tidak memasukkan intepretasi
atas ruang sosial budaya di masa depan sehingga
panduan ini seharusnya menjadi panduan yang
selalu terbuka kepada perubahan. Kajian yang
dilakukan dalam proses penyusunan panduan
ini dilakukan di tiga provinsi yaitu Maluku,

Panduan

T R I A N G U L A S I

Tipe Tipe Tipe


Masyarakat A Masyarakat B Masyarakat n
GROUNDED PROCESS

Framing 1 Framing 2 Framing 3 Framing 4 Framing n

I N T E R P R E T A S I

Logika Implementasi Prinsip Safeguard COP 16 No. 3 & 4 Pada Penyusunan Panduan:
3. Penghormatan terhadap pengetahuan dan hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal
4. Partisipasi penuh dan efektif dari stakeholder yang relevan

Gambar 1. Alur Pikir Kajian

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 9
e. Konsultasi Publik di tiga kepulauan besar tersebut. Etnografi
Konsultasi publik dilaksanakan di akhir yang ditampilkan lebih banyak membahas
proses penyusunan sebagai upaya untuk tentang hubungan masyarakat dengan hutan
mendiseminasikan hasil kajian sekaligus sebagai dan lingkungan mereka selain hal-hal yang
upaya untuk mendapatkan masukan (input) dari juga penting sebagai referensi dalam usaha
berbagai pihak terkait untuk revisi akhir (final) pengintegrasian kegiatan REDD+ ke dalam
panduan. entitas masyarakat seperti sejarah dan penyebaran
masyarakat pada awal pembentukan ruang kultur
1.5.2 Isi Panduan masyarakat yang sangat menentukan keragaman
Panduan ini terbagi dalam tiga bagian manusia. Keragaman masyarakat ini mencakup
besar. Bagian pertama berisi penjelasan historis pandangan hidup, sistem sosial kemasyarakatan,
dan filosofis serta operasionalisasi REDD mata pencaharian hingga dimensi politik yang
dan REDD+ serta kelembagaan safeguard terkait pusat kekuasaan dan massa di tataran
terutamanya di Indonesia, bagian kedua memuat masyarakat. Dalam etnografi juga di tampilkan
bagian penting dari buku ini yaitu panduan dinamika perubahan sosial sebagai refleksi entitas
proses konsultasi dan komunikasi partisipatif masyarakat dalam kekinian. Dalam bagian akhir
dalam rangka mengintegrasikan mekanisme etnografi di berikan beberapa rekomendasi
REDD+ ke dalam entitas masyarakat di tataran bagaimana introduksi pembangunan dapat
praksis. Bagian ketiga buku ini adalah kompilasi menemui pintu yang tepat untuk bisa masuk ke
etnografi yang memuat etnografi masyarakat dalam sebuah entitas masyrakat.

10 • Filosofi, Gagasan Konseptual dan Operasionalisasi REDD, REDD+, SIS-REDD+ dan Prisasi
BAB 2
Panduan Pelibatan Masyarakat
Lokal dalam Implementasi REDD+
di Indonesia Wilayah Timur
2.1 Latar Belakang pembang unan. Pembang unan menjadi
generalis, perbedaan perspektif (memandang
Panduan ini dibangun dari perspektif
dan dipandang) antara negara dan masyarakat
penulis dalam melihat skema-skema partisipatif
kerap terjadi antara pemerintah dan warganya
dan hubungannya dengan siakp mental
menjadi sebab kemanfaatan pembangunan
masyarakat di tiga kepulauan besar di Indonesia
tidak efektif dirasakan dan termanfaatkan
wilayah timur yaitu Papua, Maluku dan
oleh masyarakat. Seiring dengan waktu dan
Nusa Tenggara Timur (NTT). Di berbagai
meluruhnya tirani negara terhadap advokasi
negara, permasalahan pelibatan masyarakat
pengakuan sistem-sistem kemasyarakatan yang
di dalam perencanaan dan implementasi
asli, terbit perundangan yang berbasis semangat
REDD+ di semua level baik nasional dan sub
pengakuan kembali sistem kemasyarakatan
nasional merupakan masalah hak manusia yang semenjak dulu dipercaya oleh masyarakat
dan keberlanjutan (FCMC, 2013) dan hal ini sebagai sistem kemasyarakatan yang sesuai untuk
merupakan bahan debat yang masih relevan pada mereka.
kegiatan-kegiatan pembangunan partisipatif di
Indonesia. Semenjak safeguard REDD+ Cancun 2.2 Perspektif Masyarakat Sebagai
yang secara eksplisit membawa pelibatan Referensi Pembangunan
masyarakat ketengah-tengah perdebatan
menuju pendekatan implementasi REDD+ yang Terkuburnya sistem kemasyarkatan asli di
eksklusif, makin menguatkan bahwa perjalanan dalam kehidupan bernegara menumbuhkan
skema partisipasi dalam pembangunan di masyarakat yang secara psikologis teralineasi
Indonesia (terutamanya pembangunan di bidang dan terintimidasi. Sebenarnya, dari klaim
kehutanan dan lingkungan) banyak menemui pengakuan sistem kemasyarakat asli tersebut
kendala struktural dan kultural. Logika secara yang paling penting adalah dipandangnya
luas, partisipasi harus merupakan hilir dari suatu entitas masyarakat secara utuh sehingga
perspektif mereka digunakan sebagai referensi
sebuah pengakuan. Pengakuan terhadap
pembangunan.
masyarakat setempat di Indonesia merupakan isu
yang sudah hampir karam, namun akhir-akhir ini
sudah mulai banyak pihak yang mengangkatnya
kembali kepermukaan menjadi isu yang kembali
hangat sehingga pendekatan terintegrasinya
pembangunan ke dalam entitas masyarakat di
level praksis semakin menguat. Secara struktural,
sejarah pemberlakuan regulasi di Indonesia
dengan baik merekam bagaimana masyarakat
setempat (lokal) baik secara budaya dan sosial
bukan saja tidak diakui, namun dinegasikan.
Masyarakat tercerabut dari realitas budaya
dan sosial sebenarnya, melahirkan masyarakat
yang anonim dimana identitas dan asetnya
tidak dikenali negara. Tabel 2 memperlihatkan
secara historis regulasi yang dikeluarkan ditiap
rezim kekuasaan dan keberpihakannya kepada
sistem adat di tataran satuan masyarakat yang
paling kecil. Pada masa orde baru berbagai
perundangan hanya mengakui sistem “desa”
sebagai sistem kemasyarakatan artifisial yang
dianggap representatif sebagai jalur distribusi

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 13
Tabel 2. Regulasi negara dalam ranah pengakuan masyarakat sebagai sebuah entitas sosial budaya

Regulasi Legal spirit Kepentingan

Inlandsche Gemeenten memperkuat sistem pemerintahan adat masyarakat adat di


Ordonantie Buitengewesten berbagai wilayah Hindia
(IGOB), Staadblad Tahun Belanda dapat mewakili
1938 No.681. kepentingan kaum
kolonial.

Undang-Undang Nomor 19 “desa” sebagai suatu wilayah setempat yang


Tahun 1965 Tentang Desa merupakan satu kesatuan masyarakat hukum dengan
Praja kesatuan penguasa, yang berhak mengatur dan
mengurusi rumah tangga sendiri.

Undang-Undang Nomor 5 “desa” diartikan sebagai kesatuan masyarakat, Pengamanan regionalistik


Tahun 1979. termasuk di dalamnya organisasi pemerintahan Mempermudah
terendah langsung di bawah camat dan berhak mobilisasi masyarakat
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Undang- “desa” diartikan sebagai kesatuan masyarakat Usaha untuk akomodasi


Undang Nomor 22 Tahun hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur nilai adat sebagai realitas
1999 tentang Pemerintah dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sosial yang sebenarnya
Daerah. berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan
berada di Daerah Kabupaten

Undang-Undang Nomor menjadikan eksistensi masyarakat hukum adat Akomodasi aspirasi ke


32 Tahun 2004 Tentang mendapat legitimasi secara yuridis khasan daerah sebagai
Pemerintahan Daerah referensi pembangunan

MALUKU Identifikasi dan rekognisi nilai-nilai adat residual Akomodasi aspirasi ke


Peraturan Daerah Provinsi kedalam hukum positif khasan daerah sebagai
Maluku Nomor 14 Tahun referensi pembangunan
2005 tentang Penetapan
Kembali Negeri Sebagai
Kesatuan Masyarakat Hukum
Adat Dalam Wilayah Provinsi
Maluku

PAPUA Identifikasi dan rekognisi nilai-nilai adat residual Akomodasi aspirasi ke


Undang-Undang 21 Tahun kedalam hukum positif khasan daerah sebagai
2001 tentang otonomi Kecamatan diubah menjadi Distrk dan desa menjadi referensi pembangunan
Khusus Bagi Provinsi Papua kampung, atau dengan nama lain

UU 6 2014 tentang Pemberdayaan, rokognisi dan pemberdayaan desa/ Memberi keleluasaan


pemerintah desa atau nama lain adat desa/nama lain untuk
mengelola desa

14 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
Di lain sisi, tidak dapat disangkal bahwa 2.3 Partisipasi Sebagai Keniscayaan
pembangunan merupakan ruang kontestasi dan
Ba g a imana p ersp ektif ma s yara kat
konsolidasi kepentingan.
digunakan sebagai referensi pembangunan?
Tidak diakuinya sistem kemasyarakatan Skema partisipatif dapat menjadi salah satu
yang “asli” pada masa orde baru membawa jawaban. Esensi partisipasi sebenarnya adalah
dampak yang saat ini masih dapat dirasakan. terinstitusionalisasinya perspektif pihak-pihak
Bukan saja perbedaan persepektif (memandang yang masuk kedalam sebuah skema partispasi.
dan dipandang ) antara negara dan warganya, Di alam demokrasi, sedianya, partisipasi
namun berakibat juga pada lumpuhnya lembaga- merupakan sebuah keharusan, karena disana
lembaga sosial budaya masyarakat yang berujung berbagai perspektif akan terstruktur memenuhi
rendahnya partisipasi masyarakat dalam ruang kontestasi kepentingan. Di Indonesia,
pembangunan karena masyarakat berpindah membangun skema partisipasi warga negara
peduli terhadap hal-hal yang pragmatik. dalam pembangunan merupakan hal yang
Menyambut Undang-Undang Nomor 32 sangat mahal karena dapat dianalogikan, adopsi
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, sistem partisipatif menemui jalan berliku seperti
tahun 2005 Pemda Maluku mengeluarkan hambatan kultural pemerintahan yang partikular
Peraturan Daerah Provinsi Maluku Nomor (partisipasi semu) hingga koptasi kepentingan
14 Tahun 2005 tentang Penetapan Kembali masyarakat oleh para elit lokal masyarakat itu
Negeri Sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum sendiri.
Adat Dalam Wilayah Provinsi Maluku. Partisipasi dipercaya harus ada di setiap
Sebelum itu, tahun 2001, masyarakat Papua proses pembangunan demi terjaganya konsistensi
telah mendapatkan pengakuan sebagai daerah dominansi perspektif yang berimbang yang
otonomi khusus yang mengakomodir kerinduan menentukan arah pembangunan itu sendiri.
masyarakat atas jatidiri mereka sebenarnya. Beberapa skema partisipasi mulai perencanaan
Pertanyaan krusial selanjutnya adalah implikasi hingga penilaian hasil pembangunan dipercaya
yuridis maupun sosiologis terhadap identifikasi oleh beberapa informan dalam kajian ini masih
hukum adat oleh aturan formal paska orde baru berkutat di ruang retoris. Sebagai contoh
yang demikian apakah memang pengakuan proyek Pembangunan Nasional Pemberdayaan
hukum adat ke dalam ranah yuridis dan Masyarakat (PNPM) yang dilaksanakan melalui
mendapat legitimasi yang tinggi atau hanya harmonisasi dan pengembangan sistem serta
untuk memenuhi legal spirit Undang-Undang mekanisme dan prosedur program, penyediaan
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk
Daerah? mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat

Tabel 3. Skema pembanguan partisipatif yang ada di level desa

Determinan PNPM Musrenbang

Hirarki proses Dusun hingga ke Kabupaten Dusun hingga ke Kabupaten


Kerentanan proyek terhadap manuver Rendah Tinggi
politik
Dukungan pembiayaan Terbatas Sangat Terbatas
Lokus Pembangunan fisik (infrasutruktur) Pembangunan fisik (infrasutruktur)
Fasilitasi Relatif terbatas (SDM) Sangat terbatas (SDM)

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 15
dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang 2.4 Sikap Mental, Gejala Perubahan
berkelanjutan. Harmonisasi dan pengembangan Sosial dan Perspektif Masyarakat
sistem yang dibangun menjadikan kecamatan Terhadap Pembangunan: Jati Diri,
sebagai lokus utama dengan penyerapan Realitas Sosial dan Konstruksi Areal
aspirasi masyarkat yang ada hingga ke dusun. Kultur Masyarakat Baru
Namun menurut sebagian besar informan dalam Pendekatan pembangunan yang khas
kajian mengindikasikan bahwa pemberdayaan selama ini menyisakan sikap mental tertentu di
melalui PNPM masih bersifat mobilisasi belum masyarakat dalam memandang pembangunan.
pada tahap memberdayakan. Hal ini terjadi Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat
karena dinilai masih ada celah dan rantai yang pun tidak terlepas dari konteks pendekatan
terputus yang menjadi penghubung aspirasi di pembangunan yang terjadi. Panduan ini
dusun hingga ke kecamatan. Skema partisipatif disusun juga melalui pendekatan dengan
dalam penangkapan aspirasi masyarakat melihat bagaimana cara pandang atas sikap
masih dianggap belum optimal karena dua hal mental masyarakat atas pembangunan yang
dilaksanakan selama ini. Begitu juga referensi
yaitu 1) stereotip sikap masyarakat terhadap
utama penyusunan panduan banyak didasarkan
pembangunan dan 2) agen pembangunan di
atas perubahan sosial yang terjadi di masyarakat
tataran masyarakat terkadang beralih kedalam
sebagai refleksi pembangunan selama ini. Dari
hal-hal yang pragmatis dalam menjalankan kajian, realitas sosial budaya, sikap mental, gejala
misinya di lapangan. perubahan sosial dan perspektif masyarakat NTT
Yang tidak kalah pentingnya adalah terhadap pembangunan dapat digambarkan
program Musrenbang yang merupakan forum sebagai berikut:
perencanaan (program) yang dilaksanakan 1. Masyarakat yang plural dan kosmopolit
oleh lembaga publik yaitu pemerintah sehingga perubahan sosial sangat bervariasi
desa, bekerja sama dengan warga dan para dan sering sulit dipahami.
pemangku kepentingan lainnya. Musrenbang 2. Efektifnya perangkap modernisme dalam
yang bermakna akan mampu membangun menjerat masyarakat sehingga gejala
kesepahaman tentang kepentingan dan kemajuan pemujaan produk-produk modernitas dan
desa, dengan cara memotret potensi dan sumber- memandang rendah serta penilaian butir
sumber pembangunan yang tidak tersedia baik budaya, warisan kultur sebagai sesuatu yang
dari dalam maupun luar desa. Musrenbang Desa “out of date” (ketinggalan jaman) terjadi di
merupakan forum musyawarah tahunan para sebagian besar masyarakt NTT. Namun
pemangku kepentingan (stakeholder) desa untuk paradigma dan perwajahan modernismus
menyepakati Rencana Kerja Pembangunan Desa masih dicampuri pelbagai unsur tradisi
leluhur yang tidak mudah dilepaskan oleh
(RKP) tahun anggaran yang direncanakan.
masyarakat NTT.
Musrenbang Desa dilaksanakan setiap bulan
3. Perhatian masyarakat berpindah peduli
Januari dengan mengacu pada RPJM desa.
dengan hal-hal yang pragmatik.
Setiap desa diamanatkan untuk menyusun 4. Pada kenyataannya, ada gejala sosial yang
dokumen rencana 5 tahunan yaitu RPJM Desa bergerak diatas dasar pandangan hidup
dan dokumen rencana tahunan yaitu RKP Desa. bahwa kekuatan modernitas tidak mampu
Sebagian besar informan dalam kajian merasakan membantu manusia untuk menghadapi
bahwa musrenbang yang dibangun justru makin persoalan-persoalan hidup. Hal ini
menguatkan kemunculan stereotipe dan sikap merupakan kompensasi yang bisa dipandang
prejudice (prasangka) dalam masyarakat karena positif karena pada hakikatnya masyarakat
musrenbang sangat rentan terhadap manuver- modern akhirnya akan berlari menuju
manuver politik elit. pemujaan terhadap warisan leluhur untuk

16 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
mencari ketenangan hidup, dan menemukan pihak luar karena konsep pengetahuan yang
jalan keluar dari kesulitan dan persoalan. “borderless” (tanpa batas) dan diskursus
5. Intervensi pembangunan yang ekonomi “manfaat alam” merupakan “milik bersama”.
deterministik mentransformasi masyarakat Bagi manusia Maluku, adat dipercayai sebagai
sedang berkembang dari kondisi “apa adanya” warisan leluhur yang telah ditetapkan sejak
menjadi lebih khususnya bagi masyarakat dahulu dan mesti dialihkan melalui proses
perkotaan. regenerasi. Ini dimaksudkan agar adat yang
6. Dalam aspek politik, terjadi polarisasi diterima dan diakui oleh generasi berikutnya
dan koptasi kepentingan masyarakat oleh senantiasa dapat dijalankan sebagai satu-satunya
elit mereka sendiri, yang menjadi sebab pegangan hidup. Perubahan sistem hukum adat
strategi berbudaya selalu berkembang bagi di Maluku telah berlangsung sejak lama, dimana
penyelesaian masalah melalui negosiasi – dengan masuknya kebudayaan Melayu, seperti
baik politis, sosiologis dan asepk lainnya- Arab, Malayu dan Tiangkok, demikian juga
yang melibatkan banyak pihak, tergantikan kebudayaan Eropa, seperti Portugis dan Belanda,
dengan penyelesasian pragmatik dan hukum adat di Maluku telah banyak mengalami
transaksional. perubahan, dalam arti disesuaikan dengan
7. Pengurangan otoritas atau kekuatan raja sistem sosial masyarakat pendatang, termasuk
yang terjadi dari jaman Belanda hingga kini, kepentingan hukum dan bisnis kaum kolonial
mencabut masyarakat dari entitas budaya saat itu. Realitas ini membuat masyarakat
yang utuh. Maluku hidup dalam realitas budaya yang khas
Masyarakat Papua dalam kekinian secara umum yang masih dipegang kuat.
dapat digambarkan:
1. Mempunyai keragaman etnik yang tinggi 2.5 REDD+ Sebagai Sebuah Kesempatan
2. Keunikan transformasi masyarakat post- Memandang permasalahan pembangunan
tradisional (keniscayaan atas simbol-simbol lingkungan dan hutan di Indonesia melalui
modernitas, hidup berdampingan dengan perspektif REDD+ menggiring pemikiran untuk
residu nilai-nilai tradisional yang masih kuat sampai dalam kesimpulan bahwa akuntabilitas
dalam masyarakat). menjadi sesuatu yang sangat penting. Pencarian
3. Pendekatan pembangunan rezim orde baru bentuk REDD+ yang sesuai dengan kekhasan
yang intimidatif menyisakan “transformasi” di suatu negara sebenarnya pencarian atas
cara pandang masyarakat Papua terhadap bagaimana akuntabilitas sebuah kegiatan
pemerintah dan pembangunan. dalam rangkaian REDD+ dapat dirancang dan
4. Perb e daan p ersp ektif ( p erb e daan dicapai. Penyusunan komponen-komponen
memandang dan dipandang ) antara dalam arsitektur REDD+ yang dianggap
pemerintah dan masyarakat
Pa p u a m e ny e b a b k a n
“pembangunan” tidak bisa Additional tools stimu-
efektif termanfaatkan oleh lan dan katalisator
masyarakat rekognisi nilai adat
5. Diskursus pemekaran Instrumen
Alat tercapainya
wilayah papua yang makin Program REDD+ penguatan hak
m eng uat m emp unya i di level Tapak adat
kecenderungan masyarakat Panduan
untuk menjadi eksklusif. yang
6. A d a ny a ke p e r c a y a a n “Transfor-
masyarakat akan matif”
interkoneksi lokalitas papua
yang makin luas terhadap Gambar 2. REDD+ Sebagai Sebuah Kesempatan

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 17
sebagian besar orang rumit dan memakan waktu 2.7 Key Finding
lama sebenarnya mencermikan pentingnya
Dalam kajian, ditemukan lima kata
pembangunan terintegrasi ke dalam sistem
kunci sebagai temuan kunci hal yang harus
akuntabiltias yang tinggi. Sehingga REDD+
diperhatikan dalam melibatkan masyarakat ke
saat ini berdiri sebagai cermin negara dalam
dalam implementasi REDD+, yaitu:
mengkoreksi sistem pembangunan lingkungan
dan hutan yang selama ini dilaksanakan.
2.7.1 Trust (Kepercayaan)
Demikian panduan ini dibuat dalam rangka
memberikan acuan bagi proses pelibatan Skema -skema p emb ang unan yang
masyarakat sehingga proses pelibatan dapat mengedepankan partisipasi warga telah banyak
mencapai akuntabilitas tertentu. dilakukan dan kepercayaan menjadi salah
Bagaimana REDD+ dapat digunakan satu faktor utama keberhasilannya. Informan
sebagai kesempatan? REDD+ mengandung dalam kajian sebagian besar melihat ketika
nilai-nilai yang mutakhir dalam hal partisipasi kepercayaan hilang dari masyarakat, kemudian
masyarakat karena adanya advokasi global tentang skema partisipasi hanya menjadi retorika. Di
hal tersebut dalam perjalanan pembentukan level nasional, tahun 1998 merupakan kejatuhan
konsep REDD+ itu sendiri yang sangat tinggi rezim orde baru dan Indonesia memasuki episode
intensitasnya dan pada kenyataannya diadopsi baru perjalanan bernegara yang kemudian
oleh REDD+. Sehingga REDD+ dalam dikenal dengan era reformasi, demokrasi
konteks pembangunan partisipatif di Indonesia sebenarnya dan kebebasan. Pada kenyataannya
mempunyai peran potensial yang penting (lihat era ini merekam jejak yang dramatik yang banyak
gambar 4) menimbulkan skeptic bahkan oleh mereka yang
memperjuangkan reformasi. Era reformasi yang
2.6 Tantangan Penyusunan Panduan sedianya membawa prinsip-prinsip demokrasi
Panduan ini didasarkan atas sistem yang baru yang seharusnya dibawakan dengan
pemikiran yang dinamis dan bersifat siklus. pendekatan yang lebih rasional dan penuh
Penyusun terus memperbaiki dan mengganti empati, egaliter dengan kesantunan ternyata jauh
perspektif untuk mengakomodir keadaan panggang dari api. Demokrasi dan kebebasan
kekinian masyarakat yang melingkupi cara telah diinterpretasikan dan dipakai sebagai
pandang informan terhadap pembangunan legitimator untuk pemaksaan kepentingan
partisipatif. Dari refleksi etnografi, masyarakat individu maupun kelompok. Proses dekonstruksi
Indonesia wilayah timur semakin plural dan kekuatan negara atau yang dipresentasikan
kosmopolit sehingga perubahan sosial yang oleh otoritas pemerintahan beserta aparatnya
terjadi semakin bervariasi dan makin sulit berlangsung makin kuat dan meluas yang
dipahami dimana hal tersebut berakar pada melumpuhkan sendi-sendi pokok kehidupan
keragaman etnik yang tinggi. Selalu menjadi kenegaraan (nation state paralyzing process)
perdebatan dalam setiap diskusi kelompok secara sistematik.
terarah (focussed group discussion (FGD)) yang Trust atau rasa saling percaya (mempercayai)
dilakasanakan di tiap wilayah kajian apakah adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil
panduan yang dihasilkan dapat mengakomodir resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang
keragaman etnik yang tinggi yang menjadi didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan
kekhasan Indonesia wilayah timur. Namun melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan
dicapai kesepakatan bahwa penyusunan panduan akan senantiasa bertindak merugikan diri dan
dapat didekati malalui pandangan atas realitas kelompoknya (Putnam, 1993). Sedangkan dalam
sosial, dengan kata lain, tumpuan penyusunan pandangan Fukuyama (1995), trust merupakan
bersandar pada perspektif sosiologis dengan sikap saling mempercayai di masyarakat yang
basis antropologis sebagai konteks. memungkinkan masyarakat tersebut saling

18 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
bersatu dengan yang lain dan memberikan tujuan-tujuan kelompok, Suatu mekanisme
kontribusi pada peningkatan modal sosial. sosial yang menyatu dalam relasi sosial.
Secara sosiologis, trust merupakan salah 3. Pada tingkatan sistem sosial, trust merupakan
satu unsur strategis dari konsep modal sosial nilai publik yang perkembangannya
yang berimplikasikan pada keunggulan budaya difasilitasi oleh sistem sosial yang ada.
suatu kelompok masyarakat. Trust merupakan Dari mana sumber trust tersebut? banyak
salah satu elemen pokok yang akan menentukan peneliti merujuk ke jaringan sebagai sumber
apakah suatu masyarakat memiliki kekuatan penting tumbuh dan hilangnya trust dimaksud.
modal sosial atau tidak. Unsur ini memiliki Nahapit dan Ghosal (1998) menyatakan bahwa
kekuatan penggerak energi kolektif yang sangat pada tingkat individual, sumber trust berasal
tinggi. Berbagai tindakan kolektif yang didasari dati adanya nilai-nilai yang bersumber dari
atas rasa saling mempercayai yang tinggi akan kepercayaan agama yang dianut, kompetensi
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam seseorang dan keterbukaan yang telah meniadi
berbagai ragam bentuk dan dimensi terutama norma di masyarakat, Pada tingkatan komunitas,
dalam konteks membangun kemajuan bersama. sumber-sumber trust berasal dad norma sosial
Kehancuran rasa saling percaya dalam masyarakat yang memang telah melekat pada struktur sosial
akan mengundang hadirya berbagai problematik setempat. Wolfe (1989) merujuk ke norma,
sosial yang serius. Masyarakat yang kurang sebagai sumber trust, terutama kaitannya
memiliki perasaan saling mempercayai akan dengan kepatuhan anggota kelompok pada
sulit menghindari berbagai situasi kerawanan berbagai kewajiban bersama yang telah menjadi
sosial dan ekonomi yang mengancam. Semangat kesepakatan tidak tertulis pads kelompok
kolektifitas tenggelam dan partisipasi masyarakat tersebut, Putnam (1993) mengaitkan trust
untuk membangun bagi kepentingan kehidupan pada perilaku atau tidaknya norma reciprocity
yang lebih baik akan hilang. Lambat laun akan
dalam masyarakat. Pada tingkatan komunitas,
mendatangkan biaya tinggi bagi pembangunan
sumber-sumber trust berasal dad norma sosial
karena masyarakat cenderung bersikap apatis dan
yang memang telah melekat pada struktur
hanya akan menunggu apa yang akan di berikan
sosial setempat. Pada tingkatan institusi
oleh pemerintah. Jika rasa saling mempercayai
sosial, trust akan bersumber dari karakteristik
telah luntur maka yang akan terjadi adalah sikap-
sistem tersebut yang memberi nilai tinggi pada
sikap yang menyimpang dari nilai dan norma
tanggung jawab sosial setiap anggota kelompok.
yang berlaku.
Trust akan kebilangan daya optimalnya ketika
Francois (2003) memandang trust sebagai
mengabaikan salah satu spektrum penting yang
komponen ekonomi yang relevan melekat pada
kultur yang ada pada masyarakat yang akan ada eli dalamnya, yaitu rentang rasa mempercayai
membentuk kekayaan modal sosial. Sedangkan (the radius of trust). Pada kelompok, asosiasi atau
Fukuyama (1995) meyakini bahwa dimensi trust bentuk-bentuk group lainnya yang berorientasi
merupakan warna dan suatu sistem kesejahteraan inward looking cenderung memiliki the radius of
bangsa. Kemampuan berkompetisi akan tercipta trust sempit. Kelompok ini kemungkinan akan
dan dikondisikan oleh suatu karakteristik yang memiliki kesempatan yang lebih keeil untuk
tumbuh di masyarakat yaitu trust. Fu (2004) mengembangkan modal sosial yang kuat dan
yang merujuk pada beberapa Iiteratur membagi menguntungkan.
tingkatan trust kepada tiga tingkatan, yaitu:
1. Pada tingkatan individual, pada tingkatan 2.7.1.1 Memahami Trust dan Modal Sosial Dalam
Masyarakat
ini trust merupakan kekayaan individu,
merupakan variabel personal dan sekaligus Perhatian pada kajian trust mulai menguat
sebagai karakteristik individu. sejak konsep modal sosial mulai bergulir
2. Pada tingkatan hubungan sosial, trust sebagai wacana akademik pemerhati sosiologi.
merupakan atribut kolektif untuk mencapai Perkembangan selanjutnya banyak thesis yang

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 19
meneguhkan trust atau kepercayaan, sebagai apabila harapan yang di inginkan tak dapat di
bagian tak terpisahkan dari modal sosial dalam penuhi oleh realisasi tindakan sosial. Rumusan
pembangunan. Benarkah trust merupakan isu dari MOLLERING tersebut menjelaskan,
baru dalam pembangunan? jawabannya, ‘’tidak’’ paling tidak, enam fungsi penting kepercayaan
karena akar pemikiran trust mulai muncul (trust) dalam hubungan-hubungan sosial
saat Simmel menggagas ide yang cukup dalam kemasyarakatan. Keenam fungsi tersebut adalah:
tulisannya “die Philosophie des Geldes” (the 1. Kepercayaan dalam arti confidence, yang
philosophy of money). Mollering (2001) yang bekerja pada ranah psikologis individual.
berusaha mengelaborasi pemikiran Simmel Sikap ini akan mendorong orang
tentang trust, mengkoseptualisasikan gagasan berkeyakinan dalam mengambil satu
trust itu sebagai berikut: keputusa setelah memperhitungkan resiko-
“a state of favorable expectation regarding resiko yang ada. Dalam waktu yang sarna,
other people’s actions and intentions. As such it orang lain juga akan berkeyakinan sama atas
is seen as the basis for individual risk-taking tindakan sosial tersebut, sehingga tindakan
behavior, cooperation, reduced sosial complexity, itu mendapatkan legitimasi kolektif.
order, and sosial capital”. 2. Kerjasama, yang berarti pula sebagai ptoses
Dari rumusan Mollering itu trust membawa sosial asosiatif dimana trust menjadi dasar
konotasi aspek negosiasi harapan dan kenyataan terjalinnya hubungan-hubungan antar
yang dibawakan oleh tindakan sosial individu- individu tanpa dilatarbelakangi rasa saling
individu atau kelompok dalam kehidupan curiga. Selanjutnya, semangat kerjasama akan
kemasyarakatan. Ketetapan antara harapan mendorong integrasi sosial yang tinggi.
dan realisasi tindakan yang ditunjukan oleh 3. Penyederhanaan pekerjaan, dimana trust
individu atau kelompok dalam menyelesaikan membantu meningkatkan efisiensi dan
arnanah yang diembannya, dipahami sebagai efektifitas kerja kelembagaan-kelembagaan
tingkat kepercayaan. Tingkat kepercayaan akan sosial, Pekerjaan yang menjadi sederhana
tinggi, bila penyimpangan antara harapan dan itu dapat mengurangi biaya-biaya transaksi
realisasi tindakan, sangat keeil. Sebaliknya, yang bias jadi akan sangar mahal sekiranya
tingkat kepercayaan menjadi sangat rendah

Kotak 1. “Baku Tipu” Program Pemberdayaan, Papua

Seorang antropolog Universitas Papua (Unipa) penulis melihat bagaimana cita-cta pemberdayaan
mengangkat tema “baku tipu” pemberdayaan dan siasat dari rezim pembangunanisme secara sadar diambil
orang papua yang dilihat melalui perspektif fragmen- alih dan dimanfaatkan oleh Orang Kaimana untuk
fragmen etnografi dalam Jurnal Antropolgi “Tifa”. Tema menyuburkan dan juga sekaligus memperuncing
ini mengangkat bagaimana orang papua saling baku relasi lapisan-lapisan sosial politik dan budaya mereka
tipu untuk memanfaatkan peluang dalam mendapatkan diantaranya yang terpenting adalah ikatan etnik dan
keuntungan di tengah menjamurnya program-program jejaring tradisional keluarga dan marga. Lapisan ini
pembangunan bertajuk pemberdayaan masyarakat.
tidak tunggal dan sarat dengan berbagai kepentingan
Pemberdayaan yang sedianya bertujuan memberikan
dari aktr elit tradisional dengan berbagai kepentingan.
peluang bagi orang Papua untuk “memberdayakan”
diri mereka, menemui jalan berliku. Perspektif Dari situasi yang demikian, “pemberdayaan” seolah
“pemberdayaan” yang dibawa rezim pembangunanisme hanya menjadi jargon karena pemerintah tidak
ini menemui tantangan yang kompleks. Kompleksitas Memperhatikan dunia dan dinamika jejaring kuasa
itu diawali oleh tebalnya lapis-lapis kuasa jejaring orang Papua dari berbagai kasus. Orang Papua
elit tradisional, silang sengkarut kepemilikan lahan, seolah-olah mematuhi sistem “modern” pemberdayaan,
genalogi marga dan pengaruhnya pada ikatan- tapi dibalik semua itu mereka mensiasatinya
ikatan kekerabatan dan adat. Sebagai studi kasus, untuk kepentingan ikatan etnik dan jejaring adat.

20 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
pola hubungan sosial dibentuk atas dasar secara luas mengemukakan pilar lainnya: sosial
moralitas ketidakpereayaan. networking dan norma-norma sosial (shared
4. Ketertiban, trust berfungsi sebagai norms) serta unsur modal sosial lainnya akan
inducing behavior setiap individu, yang menentukan corak karakter suatu masyarakat.
ikut menciptakan suasana kedamaian
kemungkinan timbulnya kekaeauan 2.7.1.2 Spektrum Kehancuran Trust di Indonesia
sosial. Dengan demikian, trust membantu
Semangat kemanusiaan yaitu daya dan
menciptakan tatanan sosial yang teratur,
keinginan untuk saling menghormati, mencintai
tertib dan beradab.
dan memperhatikan antar sesama manusia juga
5. Pemeliharaan Kohesivitas Sosial, trust
membantu merekatkan setiap komponen merupakan penggerak energi kolektif yang
sosial yang hidup dalam sebuah komunitas sangat menentukan kualitas hidup masyarakat.
menjadi kesaman yang tidak tercerai- berai. Semangat resiprositas yaitu keimbalbalikan
6. Modal Sosial, trust adalah asset penting akan memberikan energi pada suatu entitas
dalam kehidupan kemasyarakatan yang sosial yang menyandangnya. Para tokoh yang
menjamin struktur-struktur sosial berdiri dewasa ini berada di balik konsep modal sosial
secara utuh dan berfungsi secara operasional semuanya menyepakati akan peran penting trust
serta efisien. sebagai energi pembangunan masyarakat. Trust
Dalam konteks kepercayaan dan merujuk erat kaitannya dan menjadi salah satu unsur dan
pada pendapat Fukuyama (2000), masyarakat sumber kekuatan modal sosial. James Colemen
Indonesia saat ini dapat dikatakan sebagai “a (1998) menyatakan, system yang terbentuk dari
society which seriously faces a shortage in sosial rasa saling percaya merupakan komponen modal
capital (trust). Defisiensi modal ini menyebabkan sosial sebagai basis dari kewajiban kewajiban dan
gagasan masyarakat sipil (civil society) yang harapan masa depan. Putnam (1993) lebih jauh
berciri democratic-civility sulit dipenuhi dalam mengemukakan bahwa trust atau rasa saling
waktu segera. Karena menurut Fukuyama, juga mempercayai, merupakan sumber kekuatan
menurut penggagas dan penyokong modal sumber modal sosial yang dapat mempertahankan
sosial seperti Putnam (1995), trust adalah keberlangsungan perekonomian yang dinamis
bagian penting dari modal masyarakat untuk dan kinerja pemerintahan yang efektif.
berdemokrasi secara sehat. Manakala kehidupan Indonesia mengalami kemiskinan trust.
demokrasi kemasyaratan Indonesia berkembang Ini tidak selalu berarti kebudayaan suku-suku
dalam suasana saling kecurigaan, saling tak di Indonesia memiliki rasa saling percaya yang
percaya dan ‘’mau menang sendiri” maka disana
tipis dengan sesame anggota masyarakat dalam
segera ditengarai situasi ketidakcukupan modal
keluarga, kelompok dan atau asosiasi yang ada
sosial tersebut. Senada dengan rumusan dari
di dalam sukunya. Kepercayaan itu, dalam
Putnam, Fukuyama (2001) tak berlebihan bila
beberapa hal ada tetapi bobot orientasinya yang
mengatakan bahwa trust adalah salah satu “ruh”
dari modal sosial. Semangat tersebut kelak akan miskin. Tingkat rasa saling percaya para individu
menentukan dan memberikan corak budaya terhadap para pemimpin adat juga, dalam
dari suatu system sosial kemasyarakatan. Stok beberapa hal, tumbuh. Gotong royong untuk
modal sosial yang mencukupi akan mendorong acara perkawinan, kematian, dan kendurian
terbangunnya kerjasama dan berbagai bentuk masih bertahan yang sekaligus merefleksikan
associational life dalam hubungan individu- masih relatif kuatnya kekuatan jaringan dan rasa
individu suatu masyarakat. Modal sosial juga saling percaya di dalamnya. Masyarakat percaya
mereduksi biaya transaksi yang seharusnya bahwa dengan membantu haiatan tetangga,
dikeluarkan dalam sebuah interaksi sosial. suatu saat jika yang bersangkutan menggelar
Coleman sebagai orang yang dipandang oleh kenduri atau hajatan, sang tetangga juga akan
ilmuan Perancis Bourdieu didekade 1980-an membantu.

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 21
Rasa saling percaya itu ada, walau kurang berubahnya pola konsumsi, pendidikan yang
memiliki kandungan Modal Sosial yang positif. semakin baik, tuntutan kebutuhan ekonomi
Dalam perjalanan waktu selama puluhan rumah tangga yang semakin berat, maka
tahun di Indonesia, trust yang yang miskin kohesifitas sosial yang pernah terjalin juga
itu mengalami situasi yang bertambah parah. mengalami kehancuran.
Kehancurannya tidak dapat dielakkan terutama Kekerasan struktural juga merupakan
dengan beroperasinya dua mesin penghancur faktor ekstemal yang membelenggu kreatifitas
sekaligus yaitu faktor internal kebudayaan (dari masyarakat. Kekerasan yang berdimensi
dalam entitas sosial itu sendiri) dan oleh faktor- structural umumnya ditandai dengan dominasi
faktor yang berasal dari luar (kebijakan dan yang berlebihan oleh suatu kelompok terhadap
perilaku negatif para tokoh masyarakat). kelompok lainnya. Pada masa itu, kelompok
Nilai dan norma yang membentuk pola dimaksud hanya ada dua pembagian besar
budaya masyarakat suku-suku di Indonesia yaitu kelompok yang dibentuk pemerintah
hamper tidak mengalami revitalisasi dan berusaha yang menjalankan tindakan-tindakan oligopoly
menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan dan monopoli, dan sisanya yaitu rakyat
zaman. Apa yang dari dulu dilakukan secara biasa. Kesempatan-kesempatan ekonomi
turun-temurun hingga kini tetap berlaku, hanya mungkin tercipta pada kelompok yang
sedikit sekali penyesuaian-penyesuaian yang kehadirannya direstui dan atau yang memang
sejalan dengan tuntutan baru kehidupan. kehadirannya karena diciptakan untuk hadir. Di
Ketidakperdulian untuk melakukan revitalisasi sisi lain, gerak langkah dari kelompok tersebut
budaya ini telah menyebabkan individu-individu hanya merugikan bagian terbesar masyarakat
yang ada dalam kelompok kebudayaan tersebut yang tidak termasuk kedalam struktur tersebut.
semakin kehilangan identitas. Ketika mereka Di sinilah kepercayaan dan rasa saling percaya
dihadapkan dengan perubahan dari luar seperti yang semula ada dalam kelompok sosial

Kotak 2. Kisah Sukses Pendampingan Yayasan Pengembangan Alam Raya dan Masyarakat
Niaga (ARMAN), Maluku

Yayasan Pengembangan Alam Raya dan Masyarakat sangat mengenal sosok Bapak Ateng dan
Niaga (ARMAN) saat ini bergerak di masyarakat yayasannya.
melalui kegiatan kolaboratif bertema “Reboisasi, 2. Transparansi yang selalu dikedepankan oleh
Konservasi dan Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari Bapak Ateng dalam mengelola kegiatan ini
Lewat Aplikasi Pola Manajemen Kolaborasi Berbasis hingga transparansi pada aspek pengelolaan
Warisan Kearifan Lokal pada Ekosistem Kecil di Maluku” pembiayaan sehingga masyarakat mengetahui
dengan Bapak Ateng sebagai nakhkoda. Kegiatan ini dengan pasti apa hak dan kewajiban mereka.
sudah memasuki tahap kedua (perpanjangan) dimana Masyarakat ditempatkan sebagai pemeran
utama kegiatan. Kegiatan proyek terintegrasi
pada tahap pertama tahun 2009 hingga 2011 yang
dengan budaya dan sistem adat.
diperpanjang mulai tahun 2012 hingga 2014. Proyek
Saat ini banyak investor yang mendekati yayasan untuk
ini mengelola dana kurang lebih dua milyar rupiah
melakukan investasi dibidang konservasi terutama
yang berasal dari Pemerintah Finlandia. Perpanjangan dibidang ekowisata karena keberhasilan yang dicapai.
proyek ini hingga 2014 tak lepas dari penilaian LFC Selain transparansi, hal yang harus dikedepankan ke
yang melihat peran aktif masyarakat dalam kegiatan masyarakat adalah akuntabilitas dimana kewajiban
ini terus terjaga yang cenderung makin antusias. proporsional terhadap hak dan penegakan atas
Menurut Bapak Ateng, keberhasilan kegiatan kolaboratif keduanya harus diutamakan. Dengan kombinasi
ini ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: antara transparansi dan akuntabilitas pencapaian
1. Yayasan ini sudah berkerja di masyarakat binaan Bapak Ateng dalam hal penyelamatan lingkungan
sejak tahun 1994 sehingga masyarakat sudah dihadiahi Kalpataru oleh pemerintah pada tahun 2010.

22 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
masyarakat mengalami kehancuran yang ada reward (uang). Ketika sudah tidak ada uang,
luar biasa. Masyarakat tidak mempercayai masyarakat cenderung tidak merespon inisiasi
pemimpinnya dan tidak mempercayai para pembangunan yang ada. Penilian ini merupakan
pengurus asosiasi, apapun bentuknya. Dalam resultan dari keadaan yang cukup kompleks. Isu
persepsi yang berkembang diyakini, bahwa para ini makin menguatkan bahwa pembangunan
elit desa, elit kecamatan, elit kabupaten, elit partisipatif memang masih berada di dalam
propinsi dan elit nasional, justru merupakan ruang retoris yang hanya memobilisasi warga
entitas yang memakan masyarakatnya sendiri (partisipasi masih pada level mobilisasi). Hal ini
yang memang telah berada dalam situasi yang sulit dihindari mengingat sebagian besar kegiatan
lemah “lupus est homo homono”. Tidak hanya pembangunan yang bersifat “keproyekan” yang
trust yang semakin hancur tetapi juga keinginan harus selesai dalam kurun waktu tertentu yang
untuk berkumpul “le desire d’etre ensemble” cenderung relatif pendek sehingga para pelaku
secara swadaya membentuk kelompok, sulit pembangunan terjebak dalam hal-hal yang
muncul dan bahkan tidak diminati. Asosiasi pragmatis. Partisipasi pada level memberdayakan
dan kelompok sosial yang bersifat menjembatani dipandang sesuatu yang utopis dan sulit.
(bridging) yang mampu membentuk kekuatan Menurut sebagian besar informan kajian,
Modal Sosial sampai saat ini tidak mengalami masyarakat mulai meninggalkan kegiatan
perkembang. Organisasi-organisasi yang pembangunan yang dibawa pemerintah bukan
bergerak di bidang perekonomian dan hanya karena sudah tidak ada “uang”nya, namun
sosial di desa masih seragam menurut motif mereka ternyata lebih tertarik untuk mencari
pembentukannya, yaitu dibentuk dari “atas” uang dan meneruskan kebiasaan mereka di
pada masa otoritarian, seperti KUD, dengan kehidupan keseharian mereka seperti berlayar
pengurusnya yang umumnya kurang mampu ke laut mencari ikan dan memetik panen di
berbuat efisien, Kelompok Tani yang sifat dan kebun mereka. Pada kenyataannya mereka
mekanisme kerjanya hanya menguntungkan lebih tertarik pada sistem penghidupan mereka
petani berlahan luas. Walaupun asosiasi, sendiri, karena sistem penghidupan buat mereka
kelompok, organisasi yang berorientasi pada tidak seluruhnya bisa dikuantifikasi menjadi
penguatan kesejahteraan dan ide tidak muncul kepuasaan materil, namun lebih jauh lagi adalah
dalam setiap setting sosial, tetapi kohesifitas kebahagian mereka terhadap apa yang mereka
sosial yang bersifat emosional identitas kerjakan sebagai bagian dari budaya dan sistem
kedaerahan/kesukuan (bonding) tetap bertahan, adat mereka.
bahkan setelah memasuki era kebebasan sejak Fenomena ini sangat menarik dan
dapat dibahas dengan beberapa teori untuk
tahun 1998, tingkat kerekatannya semakin kuat
mendapatkan penjelasan ilmiah. Dalam
yang dipengaruhi oleh sentiment para elit lokal.
perspektif materialisme, di mana material
Jatuhnya kepercayaan masyarakat terhadap
mendahului gagasan dan material sebagai aktor
skema partisipasi banyak disebabkan oleh
yang menjalankan sejarah manusia, tidak ada
tidak amanahnya agen pembangunan dalam
manusia yang bergerak tanpa “reward”. Dalam
menunaikan hak masyarakat yang sebenarnya.
pembangunan kedepan, sistem reward harus
Sikap mental elit yang berada di pusat pusaran
terintegrasi dengan sistem keberlanjutan dan
kekuasaan lokal yang stereotip cenderung
sistem mata pencaharian masyarakat.
membentuk masyarakat yang stereotip.
Fenomena diatas juga bisa dilihat dari
Kepercayaan harus dibangun sebagai pondasi
teori pertukaran Homans dan Blau. Teori
skema partisipatif.
Pertukaran Sosial adalah teori yang memandang
hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi
2.7.2 Reward dagang. Jadi, orang berhubungan dengan
Sebagian besar informan dalam kajian orang lain karena mengharapkan sesuatu yang
berpendapat, masyarakat akan “bergerak” jika memenuhi kebutuhannya. Perumusan tersebut

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 23
mengasumsikan bahwa interaksi manusia Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena
melibatkan pertukaran barang dan jasa, dan berusaha menjelaskan fenomena kelompok
bahwa biaya atau suatu elemen dalam hubungan dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan
yang bersifat negatif (cost), pengambilan perilaku mengenai biaya dan imbalan. Makin
keputusan antara akan melanjutkan hubungan tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang,
atau mengakhirinya (outcome), dan imbalan, makin besar pula kemungkinan perbuatan itu
atau elemen dalam hubungan yang bersifat diulanginya kembali. Asumsi Teori Pertukaran
positif (reward), dipahami dalam situasi yang Sosial mengenai keadaan manusia (human
akan disajikan untuk mendapatkan respon nature):
dari individu-individu selama interaksi sosial. 1. Manusia mencari keuntung an dan
Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih menghindari hukuman.
banyak dari biaya, maka interaksi kelompok 2. Manusia sebagai mahluk rasional.
akan diakhiri atau individu-individu yang 3. Standar-standar manusia menggunakan
terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk evaluasi biaya dan keuntungan dari waktu
melindungi imbalan apa pun yang mereka cari. ke waktu    dan dari orang per orang.

Kotak 3. Pembelajaran dari jalan panjang kegiatan SCBFWM, NTT

Proyek Penguatan Hutan Berbasis Masyarakat dan bahwa anak-anak mereka tidak sekolah bukan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai/ Strengthening merupakan masalah karena tidak sekolah pun
Community-Based Forest and Watershed Mangement/ mereka masih bisa hidup.
SCBFWM  dirancang untuk meningkatkan program Bapak Nandang melihat bahwa pola partisipasif
Pemerintah Indonesia terhadap pengelolaan hutan sulit karena masyarakat di lokasi lebih individual
dan DAS berbasis masyarakat, mengatasi distribusi sehingga tantangannya adalah bagaimana adat
tidak merata manfaat dari sumber daya hutan dan istiadat yang masih ada sebagai residu dapat dikenali
kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan lagi oleh mereka (jauh sebelum proyek ini masuk
dan sektor, sebagaimana yang mendasari penyebab menurut cerita masyarakat, budaya gotong royong
utama degradasi lahan dan hutan. Tujuan kegiatan ini sangat hidup di masyarakat baik sebagai atribut
adalah memberikan kontribusi terhadap pengurangan dan fungsional. Sehingga kemudian strategi proyek
degradasi lahan dan hutan di Indonesia dalam rangka difokuskan bagaimana proyek dapat berlanjut maka
merehabilitasi fungsi DAS dan jasa lingkungan serta
pembinaannya harus dalam jangka panjang untuk
pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Kegiatan
membentuk community-based organization (CBO).
utamanya adalah meningkatan kapasitas dan perbaikan
Ketika proyek harus berpindah lokasi dua tahun sekali,
koordinasi para pihak untuk menghasilkan kebijakan
Bapak Nandang berdebat dengan koordinator yang
yang mendukung CBFWM serta membangun plot
mempertahankan untuk bisa bertahan di lokasi yang
demonstrasi pengelolaan hutan dan DAS berbasis
masyarakat di 6 (enam) lokasi DAS/Sub-DAS terpilih sama minimal lima tahun untuk membentuk CBO yang
salah satu diantaranya Sub-DAS Besiam di Nusa kuat. Selain waktu pendampingan yang dirasa perlu
Tenggara TimurMenurut Bapak Nandang, Koordinator diperpanjang, pola pendekatan pun harus disesuaikan
CBFWM NTT, pendekatan pembangunan partisipatif dengan kondisi/karakter setempat terutama kearifan
mempunyai tiga penghalang utama: lokal daerah harus diperhatikan. Bapak Nandang
1. Masyarakat masih kental dengan budaya berargumen jangan mendekati mereka dengan
subsisten dalam bermatapencaharian. pendekatan proyek namun mealui pendekatan sosial
2. Pola subsiten dalam penghidupan mempengaruhi yang jauh lebih penting sehingga dapat membentuk
pandangan hidup yang apa adanya, yang cukup karakter mereka seperti gotong royong kembali
untuk hari ini saja ke dalam kehidupan mereka. Saat ini masyarakat
3. Masyarakat masih belum memandang pendidikan dilihat oleh Bapak Nandang cukup solid, mampu
sebagai suatu kebutuhan. Pola pikir masyarakat memanfaatkan dana minim untuk keperluan besar.

24 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
2.7.3 Integrasi skema REDD+ kedalam pertama kali di satu provinsi. FRP dibentuk
budaya setempat dapat diinisiasi oleh pemda maupun aliansi
Kegiatan dalam skema REDD+ harus inisiator yang juga merupakan komponen dari
terintegrasi ke dalam budaya setempat. Hal civil society suatu provinsi. FRP beranggotakan
ini dapat dicapai melalui perencanaan di level stakeholder terkait sesuai kesepakatan yang tetap
komunitas. menghormati Prinsip Safeguard COP 16 No. 3
& 4 yaitu penghormatan terhadap pengetahuan
2.7.4 Distribusi revenue pemanfaatan dan hak-hak masyarakat adat dan masyarakat
tanah ulayat ke dalam sistem lokal dan partisipasi penuh dan efektif dari
yang sesuai dengan sistem adat stakeholder yang relevan.
masyarakat FRP idealnya memasukkan semua elemen
civil society mencakup akademisi, lembaga
Distribusi manfaat dari penggunaan aset swadaya masyarakat NGO(s), yang relevan,
adat berupa tanah ulayat dan lain-lain apakah dewan masyarakat adat yang tinggal di lokus
akan disalurkan hingga ke level keluarga calon kegiatan REDD+ di laksanakan.
atau komunitas sebaiknya dikembalikan Keterwakilan anggota masyarakat di dalam
kepada otoritas adat masyarakat. Distribusi lokus, selain elit, harus menjadi perhatian
reward/revenue dari pemanfaatan aset adat
khusus untuk menghindari kopatsi kepentingan
untuk REDD+ sebaiknya diatur mulai dari
masyarakat oleh elit lokal yang ada dalam
perencanaan.
forum. Akademisi mencakup akademisi yang
berkompeten di bidang hutan dan lingkungan
2.7.5 Monitoring dan fasilitasi serta bidan kajian-kajian sosial dan budaya
pelaksanaan kegiatan yang dapat
(sosiologi dan antropologi)
memenuhi standar kompentensi
FRP membentuk kamar-kamar untuk
dan waktu yang tidak relatif pendek
kepentingan fasilitasi, monitoring dan penilaian
(sesuai dengan kebutuhan proyek
dan kondisi sosial, budaya dan hasil. FRP harus diberi payung hukum sehingga
tingkat adaptasi masyarakat mempunyai posisi strategis dalam mendorong
kebijakan-kebijakan pendukung REDD+ dan
Informan dalam kajian, sebagian besar pembangunan infrastruktur pendukung. FRP
berpendapat bahwa manfaat atau hasil ada disetiap proses konsultasi dan komunikasi
dari kegiatan-kegiatan pembangunan yang termasuk proses konsultasi dan komunikasi
melibatkan masyarakat, banyak menemui terkait FPIC.
kegagalan atau kurang termanfaatkan secara FRP sebaiknya menetapkan keperluan proses
efektif oleh warga karena sistem monitoring dan konsultasi dan komunikasi yang diperlukan baik
fasilitasi kegiatan yang amat terbatas. yang dilakukan secara berkala maupun insidentil
sesuai kebutuhan untuk terjaganya semangat
2.8 Panduan dan eksistensi anggotanya. Pelajaran berharga
Panduan dapat digambarkan ke dalam diambil dari banyak Pokja REDD yang dibentuk
skema yang dapat dilihat pada gambar 3. di level Provinsi dan Kabupaten stagnan dan
vakum.
2.8.1 Pembentukan Forum REDD+
Pembentukan “Forum REDD+ Provinsi” 2.8.2 FPIC
(FRP) (nama ini diintroduksi oleh panduan, Masyarakat didalam lokus mempunyai
pemberian nama lain untuk forum terbuka lebar hak untuk menetukan apakah menerima atau
bagi penghormatan budaya setempat) dilakukan menolak inisiasi proyek REDD+ melalui proses
pada tahal awal kegiatan yaitu setelah inisiator konsultasi dan komunikasi dalam kerangka Free
proyek menentukan lokus kegiatan REDD+ Prior and Inform Consent (FPIC).

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 25
Gambar 3. Skema Pelibatan Masyarakat Dalam Implementasi REDD+

26 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
2.8.3 Perencanaan Kegiatan kebudayaan setempat sangat dibutuhkan dalam
membantu masyarakat menyelami kebudayaan
Konfirmasi masyarakat pada lokus kegiatan
mereka. Tahapan eksplorasi gagasan merupakan
diikuti dengan perencanaan penuh di level
titik interkoneksi antara lokalitas dengan
sistem kemasyarakatan yang ada. Penyusunan
pengetahuan global.
rencana menggunakan metode perencanaan
yang sederhana yang telah dikenal seperti PRA
2.8.3.3 Formulasi kegiatan
dan lain-lain. Informan pada kajian ini banyak
memberi masukan kehati-hatian pada dominansi Gagasan yang muncul pada tahapan
kelompok tertentu seperti elit lokal dan orang- sebelumnya, didetailkan pada tahapan ini.
orang yang berada disekitar pusat kekuasaan. Tahapan ini memerlukan fasilitator yang
Harus digunakan metode tertentu untuk berkompeten dengan etnografi. Seperti
mengakomodir kepentingan dan suara anggota halnya etnografi, pada tahapan merupakan
masyarakat secara proporsional. Perencanaan mediasi budaya ke dalam teks sehingga dapat
meliputi: memberikan pendalaman pemahaman orang-
orang yang bekerja di lapangan REDD+ tentang
2.8.3.1 Agenda setting budaya masyarakat setempat.
Tahapan penyusunan agenda setting
2.8.3.4 Pembagian peran dan tanggung jawab
meliputi penyusunan poin-poin keseluruhan
rangkaian kegiatan dalam perencanaan maupun Pembagian peran tanggung jawab sangat
dalam pelaksanaan dan pelaporan melalui terkait dengan sistem kemasyarkatan yang
kesepakatan anggota masyarakat. Penentuan diatur oleh adat. Sebagian besar sistem adat di
agenda setting tidak menutup kemungkinan Indonesia Wilayah timur (dapat dilihat pada
banyak diintervensi oleh FRP sebagai bentuk BAB III tentang etnografi) telah mengatur
fasilitsi dan introduksi pengetahuan tentang peran-peran anggota masyarakat dalam sistem
REDD+ itu sendiri dan lain-lain. Butir-butir kemasyarakatan yang terikat oleh adat (sistem
di dalam panduan ini hanya tawaran dimana adat).
pada pengadopsiannya dapat ditambahi atau
dikurangi sesuai kesepakatan dan penyesuaian 2.8.3.5 Identifikasi aset
terhadap karakteristik sosial budaya masyarakat. Kepastian kewilayahan menjadi syarat
penting sistem pengeloaan hutan dan lahan tidak
2.8.3.2 Eksplorasi gagasan terkecuali REDD+. REDD+ akan mengambil
Eksplorasi gagasan adalah inti dari tahapan wilayah sebagai basis dari seluruh rangkaian
perencanaan. Pada tahapan ini merupakan kegiatan REDD+. Pada sistem adat di Indonesia
titik integrasi kegiatan-kegiatan yang masuk wilayah timur ada beberapa variasi derajat
dalam skema REDD+ ke dalam entitas sistem kepastian kepemilikan dan perwilayahan akan
kemasyarakatan setempat. Tahapan ini diawali lahan adat antar entitas terkecil kemasyarakatan
dengan inventarisasi kegiatan-kegiatan di seperti Negeri di Maluku, Marga di Papua dan
masyarakat yang berhubungan dengan hutan Dusun di NTT. Menjadi sangat penting untuk
dan lingkungan baik dalam bentuk pemanfaatan membawa sistem perwilayahan antar entitas
maupun ritual lain sebagai suatu bentuk masyarakat terkecil ke level kepastian yang
kelangsungan budaya. Tahapan eksplorasi paling tinggi yaitu sistem perwilayahan sesuai
gagasan berfungsi menghubungkan antara kesepakatan. Untuk kasus di tanah Papua,
kegiatan-kegiatan yang masuk dalam skema hal ini tidak diperlukan mengingat kepastian
REDD+ di level tapak dengan kegiatan yang perwilayahan antar marga sudah sangat ketat
ada di masyarakat tersebut. Peran tim fasilitator (restrict) bahkan ada semacam idiom “tidak ada
yang terdiri dari orang yang kompeten dengan sejengkal tanah di papua yang tidak berpenghuni
REDD+ dan pengetahuan tentang sistem (bertuan)”.

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 27
Identifikasi aset adat meliputi: penilaian kegiatan dapat menjadi acuan
1. Pemastian tenure dalam usaha untuk memenangkan para
Pemastian tenure terdiri dari: pihak yang terlibat.
a. Penentuan related stakeholder
b. Pemetaan partisipatif wilayah adat/hak 2.8.4 Pelaksanaan Kegiatan
ulayat Kegiatan dapat dimulai ketika seluruh
c. Harmonisasi peta dengan related rangkaian kegiatan dalam perencanaan telah
stakeholder selesai dan mendapat payung hukum dari pemda.
2. Pengembangan kapasitas lembaga adat dan
SDM
2.8.5 Fasilitasi, Monitoring dan Penilaian
Interkoneksi lokalitas dan sistem pengeta- Hasil Kegiatan
huan global membutuhkan masyarakat
lokal yang mengerti akan interkoneksi Fasilitasi dilakukan oleh fasilitator yang
tersebut. Bila REDD+ dianalogikan sebagai berkompeten, dikenal masyarakat pada lokus
sebuah produk maka dibutuhkan sumber kegiatan dan banyak mengetahui kondisi
daya masyarakat yang mempunyai “product sosial dan budaya masyarakat. Waktu fasilitasi
knowledge” REDD+. dilakukan sejak dimulainya inisiasi hingga
Pengembangan kapasitas lembaga adat dan selesainya proyek kemudian dilanjutkan 1 – 10
SDM meliputi pengembangan: tahun setelahnya sesuai kebutuhan yang telah
a. Perangkat sistem kemasyarakatan yang disepakati dalam perencanaan. Monitoring
ada dan penilaian di lakukan oleh setiap tahun atau
b. Pengelolaan aset adat sesuai kesepakatan sesuai kriteria indikator
c. Networking keberhasilan yang dibangun.
d. Kemampuan negosiasi
3. Sistem distibusi manfaat (benefit sharing) 2.8.6 Pelaporan Kegiatan
Menurut sebagian besar informan, Penyusunan kegiatan dikerjakan oleh
sistem benefit sharing menjadi hal yang masyarakat melalui fasilitasi FRP. Database
paling krusial untuk disusun secara baik pelaporan dibangun oleh FRP.
pada perencanaan. Sistem benefit sering
yang dibangun akan sangat baik jika
menggunakan sistem yang telah ada pada
sistem kemasyarakatan pada lokus kegiatan.
4. Mekanisme resolusi konflik
Mekanisme resolusi konflik harus
mereferensi sistem penyelesaian sengketa
yang berlaku pada sistem kemasyarakatan
yang ada (bisa dilihat pada BAB III tentang
etnografi).
5. Pembangunan kriteria dan indikator (KI)
keberhasilan kegiatan
Pembangunan kriteria dan indikator
keberhasilan sangat penting dilakukan
sebagai alat ukur dan penilaian keberhasilan
kegiatan. Penyusunan KI dimoderasi oleh
FRP dan melibatkan inisiator proyek.
Penyusunan dan penerapan KI menjadi
ruang negosiasi antara masyarakat dan
inisiator proyek. Penerapan KI dalam

28 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
BAB 3
Keragaman Manusia Maluku,
Papua, dan Nusa Tenggara Timur
(NTT)
3.1 Keragaman Manusia Maluku karena cengkih dan pala merupakan komoditi
yang sangat dibutuhkan oleh manusia pada zaman
itu. Cengkih dan pala memiliki nilai strategi
3.1.1 Pendahuluan
dalam percaturan ekonomi global. Tercatat
Sejak masa lampau Tanah Maluku sudah dalam sejarah perdagangan internasional bahwa
memperoleh julukan sebagai kepulauan rempah- cengkih dan pala yang menembus pasar global
rempah. Maluku sangat terkenal dengan sumber di Eropa, Amerika, Asia, dan lainnya memiliki
daya berupa cengkih dan pala, serta hasil hutan kualitas terbaik. Untuk itu setiap bangsa dan
lainnya seperti damar, rotan, maupun hasil laut. negara yang tidak memiliki komoditi strategis
Orang luar (bangsa Arab) yang datang ke Tanah (cengkih dan pala) tersebut ditakdirkan bahwa
Maluku pertama menyebut bahwa Maluku rakyat tidak bisa bertahan hidup (survive),
adalah negeri Raja-Raja. Perjalanan sejarah sehingga bisa runtuh dan akhirnya punah.
mengenai penamaan Maluku sendiri sesuai asal- Sumber daya alam (cengkih dan pala) yang
usulnya oleh Van Fraasen (dalam Amal, 2010) terdapat di Tanah Maluku saat itu ternyata tidak
sembari mengutip Pigeaud bahwa nama Maluku mendatangkan kesejahteraan pada masyarakat,
telah dicatat dalam Negara Kartagama pada bahkan yang terjadi kemudian setelah
tahun 1365 sebagai “Maloko”. Diduga penulis kedatangan bangsa-bangsa Eropa yaitu petaka
Negara Kartagama telah mengadopsi nama itu yang hebat. Kedatangan berbagai bangsa di dunia
dari kebanyakan pedagang Arab yang melakukan untuk mencari dan menemukan Tanah Maluku
kegiatan perniagaan di Nusantara. Selain itu sebagai penghasil rempah-rempah (cengkih dan
juga nama Maluku dalam hikayat Dinasti Tang pala) ternyata menimbulkan pergolakan politik
(618-906) telah digunakan untuk menentukan yang sangat hebat diberbagai kawasan. Akibat
arah daerah Holing (Kaling) yang diperkirakan ekspansi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa
sebagai sebutan untuk Maluku. Penulis-penulis Eropa (Portugis dan Belanda) pada masa lampau
Cina dari zaman Dinasti Tang yang menyebut di Tanah Maluku sehingga menimbulkan
Maluku sebagai ”Mi-li-ku” karena tidak dapat berbagai pertentangan (konflik), pertikaian,
memastikan lokasi sesungguhnya kawasan yang bahkan terjadi peperangan dengan rakyat
ditunjuk dengan nama tersebut. Perkembangan Maluku di berbagai tempat. Heroisme rakyat
yang terjadi kemudian barulah diketahui bahwa di Tanah Maluku untuk melakukan perlawanan
yang dimaksud dengan “Mi-li-ku” itu adalah terhadap kolonialisme barat yang berusaha
gugusan Pulau-Pulau Ternate, Tidore, Makian, menguasai rempah-rempah, masyarakat, dan
Bacan, dan Moti. wilayah telah menimbulkan penderitaan yang
Informasi mengenai nama Maluku seperti sangat panjang untuk rakyat di Tanah Maluku,
dikemukakan di atas, berarti Maluku telah maupun tempat-tempat lainnya di Nusantara.
tersohor diberbagai belahan dunia pada masa
lampau karena merupakan daerah penghasil 3.1.2 Gambaran Umum Wilayah Maluku
rempah-rempah (cengkih dan pala). Dalam
perkembangan sejarah politik dan ekonomi 3.1.2.1 Geografis
global pada masa lampau, cengkih dan pala dari
Kepulauan Maluku telah menarik perhatian Wilayah Kepulauan Maluku secara fisik
bangsa-bangsa di seluruh dunia untuk mencari geografis terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil
dan menemukan Tanah Maluku. Sebagai kawasan yang memiliki tingkat keragaman sangat tinggi.
penghasil rempah- rempah (cengkih dan pala), Maluku juga sering dijuluki sebagai daerah 1000
maka Tanah Maluku pernah menjadi rebutan pulau. Pada saat ini Tanah Maluku termasuk
berbagai bangsa di dunia untuk menguasainya. salah satu dari Provinsi Kepulauan yang
Bangsa-bangsa Eropa seperti Spanyol, terdapat di kawasan timur Indonesia. Secara
Inggris, Portugis dan Belanda berusaha untuk fisik geografis, Kepulauan Maluku memiliki
menemukan Tanah Maluku pada masa lampau keanekaragaman wilayah sangat tinggi. Dalam

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 31
realitasnya, kebanyakan pulau-pulau kecil di Utara yang sangat kuat dipengaruhi oleh
Maluku telah dihuni oleh penduduk, tetapi Kesultanan, wilayah budaya Maluku Tengah yang
masih terdapat pulau yang kosong karena belum berciri republik pedesaan, dan wilayah politik
dihuni oleh manusia. Maluku Tenggara yang sangat kuat dipengaruhi
Kondisi pulau-pulau kecil di Maluku oleh sistem stratifikasi sosial.
masih mengalami isolasi karena pengaruh Pengaruh kondisi wilayah politik yang
kondisi lingkungan laut yang seringkali terdapat di Maluku sejak masa lampau, masih
tidak ramah, kondisi perubahan iklim, dan terus dirasakan sampai saat ini. Kondisi wilYh
kedudukan geografis pulau-pulau kecil yang budaya politik Maluku seperti dikemukakan
belum terjangkau secara baik karena hambatan telah berlangsung sebelum kedatangan orang
transportasi antar pulau melalui laut. Faktor luar atau kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke
riil yang menyebabkan isolasi geografis pada daerah ini. Dewasa ini Provinsi Maluku sebagai
pulau-pulau di Maluku yaitu keterbatasan salah satu provinsi yang terdapat di kawasan
sarana trandpostasi antar pulau, dan minimnya timur Negera Kesatuan Republik Indonesia terus
infrastuktur perhubungan laut maupun darat, mengalami dinamika dalam pelaksanaan politik
serta komunikasi. Fenomena yang saat ini sangat pemerintahan. Perspektif tentang dinamika
berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat di politik pemerintahan ini terus menguat setelah
Kepulauan Maluku yaitu terjadinya perubahan Provinsi Maluku mengalami proses pemekaran
iklim yang radikal sehingga kondisi ini bisa secara wilayah dengan Provinsi Maluku Utara.
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi Secara administrasi pemerintahan, maka
aktivitas keseharian dari masyarakat. Fenomena wilayah Pemerintahan Provinsi Maluku dengan
perubahan iklim di Kepulauan Maluku dapat Ibukota provinsi berkedudukan di Ambon
dilihat dari perubahan arah angin laut yang terus dihadapkan pada berbagai dinamika.
terjadi sewaktu-waktu, dan tidak menentu Dewasa ini dalam wilayah Pemerintahan
sehingga menyebabkan kondisi laut di sekitar Provinsi Maluku terdapat Pemerintahan Kota
Kepulauan Maluku mengalami ombak besar. Ambon, Pemerintahan Kabupaten Maluku
Persoalan ini seringkali menghambat akses Tengah, Pemerintahan Kota Tual, Pemerintahan
masyarakat untuk melakukan interaksi antar Kabupaten Maluku Tenggara, Pemerintahan
pulau. Kabupaten Buru, Pemerintahan Kabupaten
Selain itu juga masih terdapat pulau-pulau Maluku Tenggara Barat, Pemerintahan
tertentu di Kepulauan Maluku yang kosong Kabupaten Seram Bagian Barat, Pemerintahan
karena belum dihuni oleh penduduk. Kondisi Kabupaten Seram Bagian Timur, Pemerintahan
fisik Kepulauan Maluku dapat dilihat pada Peta Kabupaten Maluku Barat Daya , dan
Wilayah sebagai berikut: Pemerintahan Kabupaten Buru Selatan.
Kondisi pemerintahan di Maluku sebelum
3.1.2.2 Wilayah Administrasi Pemerintahan kedatangan bangsa-bangsa Eropa (Portugis dan
Untuk memahami tentang wilayah Belanda) di bumi Nusantara, dan khususnya
administrasi pemerintahan perlu dikemukakan di Tanah Maluku pada masa lampau, negeri-
bahwa, persoalan pemerintahan tidak terlepas negeri di Tanah Maluku pada umumnya
dari pengaruh kondisi politik pemerintahan merupakan negeri-negeri yang berdiri sendiri-
dan budaya politik yang berkembang dalam sendiri, berdampingan satu sama lain dan tidak
kehidupan bermasyarakat di Kepulauan merupakan kesatuan. Masing-masing dengan
Maluku. Studi yang dilakukan oleh Fraasen kedaulatan dan tidak ada diantaranya yang
(1979) tentang Types of Socio-Political Structure saling membawahi. Setiap negeri seperti sebuah
In North-Halmahera History mengemukakan republik kecil dengan seorang pemimpin yang
bahwa Maluku terdiri dari tiga wilayah budaya mereka pilih (Effendi, 1987).
politik yaitu wilayah budaya politik Maluku Dinamika pemerintahan yang berlangsung di
Tanah Maluku sesuai adat-istiadat. Pemerintahan
adat memegang peranan yang sangat penting Pemerintahan Desa. Kondisi yang berlangsung
dalam dinamika kehidupan bermasyarakat. di Tanah Maluku pada masa pemerintahan
Perkembanga mengenai dinamika administrasi orde baru yaitu tampak jelas bahwa eksistensi
pemerintahan di Tanah Maluku pada zaman negeri adat dengan petuanan, dan pemerintahan
itu dapat dipahami menurut Effendi (1987) negeri (adat) dengan lembaga Saniri Negeri,
bahwa susunan wilayah pemerintahan seperti Soa, Kewang, dan Marinyo kehilangan
di wilayah Maluku Tengah, berkaitan dengan roh kepemimpinan sama sekali dalam
Petuanan (beschikkingsgebied) dari suatu negeri penyelenggaraan pemerintahan. Mata-rantai
sebagai wilayah kesatuan administratif yang dalam pemerintahan adat menjadi terputus
lebih kecil, dan merupakan bagian dari suatu karena jiwa dari undang-undang dimaksud tidak
wilayah petuanan atau negeri. Pada umumnya bisa mengakomodir kepentingan masyarakat
setiap negeri mempunyai sedikitnya tiga soa, dan secara baik. Dinamika pemerintahan yang
soa-soa ini terbentuk oleh beberapa rumatau, berlangsung sampai saat ini Indonesia memasuki
dan rumatau terbentuk oleh beberapa keluarga era reformasi terjadi pula perubahan dalam
sebagai sub unit-sub unit dari rumatau. Rumatau kehidupan pemerintahan di Tanah Maluku
adalah persekutuan genealogis, sedangkan soa- ketika Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
soa adalah persekutuan teritorial genealogis, Indonesia memberlakukan Undang Undang
yaitu kesatuan wilayah yang didiami oleh Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pedoman dalam
beberapa kelompok orang yang masing-masing penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
kelompoknya merupakan kesatuan genealogis. Kondisi pemerintahan yang berlangsung
Kondisi pemerintahan adat (tradisional) di Provinsi Maluku dilakukan kembali
terus mengalami dinamika, setelah kedatangan pembenahan dalam administrasi pemerintahan.
bangsa-bangsa Eropa (Portugis dan Belanda). Era Sebagai tindak lanjut untuk penyelenggaraan
pemerintahan modern mulai diperkenalkan oleh pemerintahan di daerah, kemudian Pemerintah
Portugis, kemudian Belanda mengusai wilayah Provinsi Maluku mengeluarkan Peraturan
ini. Pada era kolonial Belanda, pemerintahan Daerah Nomor 14 Tahun 2006 tentang Negeri,
negeri (adat) terus berlangsung, dan terjadi kemudian disusul dengan berbagai peraturan
penyesuaian untuk mewujudkan kepentingan daerah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota
kolonial Belanda. Kondisi pemerintahan negeri dan Pemerintah Kabupaten di Maluku. Dewasa
(adat) terus berlangsung sampai memasuki ini dengan dikeluarkannya Undang Undang
era kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Indonesia pada tahun 1945. Pada saat Indonesia mengenai Pemerintahan Daerah, berarti dalam
berada di era pemerintahan orde lama, kehidupan pelaksanaan pemerintahan di Maluku perlu
politik pemerintahan (adat) terus berlangsung menyesuaikan dengan eksistensi Negeri Adat
dengan berbagai penyesuaian sesuai dengan beserta hak-hak serta kewajibannya. Hal ini
sistem pemerintahan di Indonesia. kemudian diperkuat dengan Undang Undang
Dinamika pemerintahan negeri (adat) mulai Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2013
mengalami perubahan yang mendasar ketika tentang Pemerintahan Desa.
Indonesia memasuki era pemerintahan orde baru. Harapan yaitu jiwa dan eksistensi Negeri
Pada tahun 1975 Pemerintah Negera Kesatuan Adat dalam susunan pemerintahan pada saat ini
Republik Indonesia mengeluarkan Undang bisa menjadi ujung tombak untuk membangun
Undang Nomor 5 Tahun 1974, kemudian disusul negeri secara baik. Selain itu juga terdapat negeri
dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1979 atau desa administratif yang telah mengalami
tentang Sistem Pemerintahan Desa, maka pada pemekaran dari negeri adat sebagai induk, dan
era orde baru tersebut di Tanah Maluku mulai di wilayah perkotaan terdapat keluarahan. Proses
berlaku undang-undang dimaksud. penyesuaian dengan dinamika pemerintahan
Pada saat pemberlakuan Undang Undang terus dilakukan, sehingga diharapkan dalam
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Sistem menghadapi kondisi tersebut tidak terjadi

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 33
benturan maupun konflik karena kondisi negeri- pengelompokan berbasis asal-usul dan sosial-
negeri adat di Maluku yaitu masing-masing telah budaya yang terdapat dalam kehidupan Alifuru
memiliki daerah kekuasaan atau petuanan yang Seram yaitu Patasiwa dan Patalima yang terdapat
secara umum dapat dijumpai pada berbagai dalam wilayah Maluku Tengah (Ambon-Lease-
daerah dengan sebutan berbeda-beda. Seram). Pengelompokan sosial Patasiwa terdiri
Kekuasaan yang dimiliki oleh suatu Negeri dari Patasiwa Hitam (Patasiwa Mete) menempati
Adat di Maluku dalam wilayah petuanan, wilayah Seram sebelah barat sungai Mala, dan
regenshaf, raskaf, dan sebagainya meliputi Patasiwa Putih menempati daerah sempit
manusia, tanah, hutan, laut, dan sebagainya. sepanjang pantai selatan di sebelah timur sungai
Realitas yang dialami seperti ini perlu Mala, sepanjang Teluk Teluti (Cooley, 1961).
diperhatikan dalam penerapan suatu kebijakan Masing-masing kelompok Pata mendiami
yang berkaitan dengan wilayah hutan, sehingga teritorial, menganut tradisi, adat-istiadat,
pelibatan masyarakat maupun lembaga-lembaga menganut bahasa, kebudayaan, teritorial,
adat dan pemerintahan pada tingkat negeri dan lainnya yang berbeda. Dalam kehidupan
sangat penting untuk menghindari benturan Alifuru Seram, kedua kelompok Pata tersebut
kepentingan dalam masyarakat. Dalam wilayah selalu hidup bermusuhan karena pada masa
adat di Maluku, peran dari lembaga Raja, Saniri lampau di Seram tradisi mengayau sangat kuat.
Negeri, Soa, Kewang, dan Marinyo, serta lainnya Permusuhan maupun pertikaian yang seringkali
sangat penting. Usaha pelibatan kelembagaan terjadi antara kelompok Patasiwa dan Patalima
dimaksud untuk kepentingan implementasi mengakibatkan mereka ada yang tersebar ke
program pembangunan agar pelaksanaannya bisa luar meninggalkan Pulau Seram dan mendiami
berlangsung secara baik dan lancar. pulau-pulau lain disekitarnya. Untuk itu sistem
pengelompokan syang berbasis Patasiwa dan
3.1.3 Sejarah Asal-Usul Kelompok Etnik Patalima, Urisiwa dan Urilima di Maluku
dan Penyebarannya Utara, Ursiu dan Lorlim di Maluku Tenggara,
dan Ursiwa dan Urlima di Kepulauan Aru dapat
Asal-usul penduduk pada umumnya yang dikatakan merupakan struktur sosial dasar bagi
mendiami Kepulauan Maluku yaitu mereka Orang Maluku (Pelupessy, 2013).
terdiri dari berbagai suku bangsa maupun sub Pengelompokan sosial berdasarkan Siwa-
suku bangsa atau daerah. Dapat dikatakan Lima sebagai struktur sosial dasar dari masyarakat
bahwa penduduk Maluku terdiri dari berbagai Maluku, dapat dijumpai pada masyarakat asli
kelompok etnik (ethnic group) yang dapat yang mendiami negeri-negeri (adat) di Pulau
dikategorikan sebagai penduduk asli dan Seram, Ambon, Lease (Saparua, Haruku, dan
pendatang. Dikemukakan oleh Effendi (1987) Nusalaut) maupun wilayah Maluku Tengah
yaitu sebagian besar dari mereka berasal dari secara umum. Kelompok Patasiwa dan Patalima
Pulau Seram. Pulau Seram adalah pulau induk di daearah ini hidup dengan tardisi, adat-istiadat,
dan karena itu dinamakan “Nusa Ina” atau Pulau budaya, sosial, dan teritorial masing-masing.
Ibu. Basis teritorial adat yang terdapat pada negeri-
Penduduk yang menamakan diri mereka negeri adat di Maluku Tengah (Ambon-Lease-
sebagai orang asli yang berasal dari Pulau Seram Seram) dengan Petuanan (daerah kekuasaan), di
atau Nusa Ina (Pulau Ibu) mengakui bahwa Pulau Buru dinamakan Regenschaf, di Maluku
keturunan mereka memiliki kaitan langsung Tenggara dinamakan Ratschap yang dikuasai
dengan keturunan Aliuru atau Alifuru Seram oleh Raja dan Schap yang dipimpin oleh Orang
(Alif= Awal, dan Uru= Manusia). Aliuru Kaya yang memiliki wilayah otonom masing-
atau Alifuru adalah manusia awal di Pulau masing, di Seram dinamakan Petuanan dan
Seram (Pelupessy, 2013). Dalam kehidupan Regenschaf memiliki wilayah otonom.
Alifuru Seram dijumpau dua suku besar Eksistensi masyarakat adat yang mendiami
yaitu Suku Alune dan Suku Wemale. Sistem setiap Negeri Adat di Tanah Maluku dapat

34 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


teridentifikasi melalui simbol rumah adat pela batu karang, atau pela keras, pela tampa
berupa Baileu atau Baileo sebagai bangunan sirih), adik-kaka yang bermakna teritorial.
sakral yang berkedudukan di tengah-tengah Dikemukakan oleh Cooley (1987) bahwa pela
negeri. Mengenai eksistensi Baileu pada Negeri adalah ikatan persahabatan atau persaudaraan
Adat dikemukakan oleh Cooley (1961) bahwa, yang dilembagakan antara seluruh penduduk
baileu itu disebut atau dilihat sebagai rumah pribumi dari dua desa atau lebih. Ikatan tersebut
adat. Baileu adalah manifestasi fisik dari desa telah ditetapkan oleh leluhur dalam keadaan
sebagai persekutuan adat. Baileu merupakan yang khusus dan menyertakan hak-hak serta
rumah tua desa, rumah pusaka dari klen sebagai kewajiban-kewajiban tertentu bagi pihak-pihak
tempat untuk menyimpan semua pusaka dan yang ada di dalamnya.
alat-alat yang mereka percaya memiliki arti dan Lebih lanjut dikemukakan Cooley (1987)
kekuatan khusus (gaib) karena pusaka dan alat- bahwa terdapat dua jenis pela yang saling berbeda
alat tersebut ada kaitannya dengan para leluhur, dalam hal eratnya ikatan dan ketatnya kewajiban
dan tempat orang membicarakan, memutuskan serta ancaman hukuman. Jenis pertama disebut
dan melaksanakan hal-hal yang ada kaitannya dengan berbagai nama seperti pela keras, pela
dengan kesejahteraan klan atau pribadi di dalam tulen, pela batu karang atau pela darah. Kedua
kelompok. sebutan terakhir mungkin didapatkan dari situasi
Melalui salah satu simbol adat yang dimiliki ketika ikatan itu dibentuk, tetapi dalam seluruh
oleh negeri adat di Tanah Maluku, dapat ikatan itu hubungan antar desa telah ditetapkan
dikatakan bahwa baileu (rumah adat), maupun dengan ketat dan dihayati secara harfiah. Jenis
petuanan (wilayah kekuasaan adat), dan negeri pela ini (pela darah) ditetapkan melalui sumpah
memiliki kaitan langsung dengan eksistensi para pemimpin leluhur kedua pihak dengan
dan identitas yang sifatnya mengikat setiap cara meminum darah yang diambil dari jari-jari
penduduk asli yang menamakan sebagai “Anak mereka yang dicampur dengan minuman keras
Negeri”. Artinya, makna Anak Negeri, negeri, lokal, dari satu gelas, setelah ujung-ujung senjata
dan petuanan merupakan jati diri atau identitas mereka dicelupkan ke dalam gelas itu. Hal ini
penduduk yang mendiami wilayah adat dan memeteraikan sumpah persaudaraan untuk
memiliki kekuatan mengikat, dan tidak dapat selama-lamanya. Untuk itu, perkawinan antar
diganggu gugat oleh siapapun juga. pela dilarang. Anggota-anggota pela wajib saling
Untuk itu dalam wilayah petunan konsep membantu dalam masa peperangan atau pada
tanah, hutan, gunung, dan laut yang berada setiap krisis yang lain, memenuhi permintaan
di dalamnya menjadi kesatuan yang bersifat salah satu pihak. Pela jenis lain adalah pela
totalitas dan tidak terpisahkan dari kehidupan tempat sirih, adalah pela lunak karena tidak
setiap suku bangsa atau sub suku bangsa yang ditetapkan dengan sumpah dan tidak ditetapkan
mendiami wilayah adat dimaksud. dengan sumpah dan tidak dikaitkan dengan
Setiap negeri adat memiliki relasi sosial kewajiban yang ditetapkan secara ketat.
antar warga yang tercipta melalui ikan gandong, Ikatan pela yang terdapat pada dua atau
bongso, maupun pela sebagai lembaga sosial yang lebih dari masyarakat negeri adat dapat terjadi
berperan dalam mewujudkan nilai kehidupan karena mereka pernah terlibat konflik pada
sebagai orang basudara. Makna gandong adalah masa lampau kemudian bertekat menyelesaikan
rahim dan pangku, suatu pusat dan awal dari konflik maupun pertikaian dengan cara
pada segala sesuatu yang hidup (Pattiruhu, membangun hubungan sosial yang makin erat
et al, 1997). Selain itu juga dijumpai sapaan sebagai orang basudara, tetapi pela dapat terjadi
bongso yang bermakna sebagai orang basudara antara dua atau lebih masyarakat negeri adat
yang memiliki satu asal-usul, atau berasal dari karena mereka saling tolong-menolong pada
rahim ibu yang sama (Pelupessy, 2005). Makna masa lampau akibat salah satu kelompok pernah
gandong dan bongso bersifat genealogis. Selain mengalami kesusahan. Relasi sosial seperti ini
itu juga terdapat sapaan pela (pela darah, kemudian dipelihara dan dibina dengan berbagai

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 35
peristiwa adat seperti panas gandong, panas Dagang” bagi penduduk yang bukan berasal dari
bongso, panas pela, pelantikan Raja, pembuatan negeri adat yang bersangkutan.
atau perbaikan rumah adat (baileu), pembuatan
atau perbaikan rumah ibadah, dan sebagainya. 3.1.4 Keragaman Manusia, Suku Bangsa
Dalam kehidupan masyarakat negeri adat Dan Penyebarannya
terdapat nilai tolong-menolong antar warga Keragaman manusia, suku bangsa dan
yang dinamakan masohi dalam berbagai aktivitas
penyebaran di Kepulauan Maluku menjadi
hidup keseharian sebagai Selain penduduk asli
penting untuk dipahami karena hal ini berkaitan
yang mendiami negeri-negeri adat, di wilayah
dengan karakteristik masyarakat yang identik,
Maluku sejak masa lampau telah didatangi oleh
karena pola perpindahan kelompok-kelompok
para pendatang yang berasal dari Suku Buton,
lain dari Pulau Seram pada saat itu juga mengikuti
Bugis, Makasar, Minangkabau, Arab, Tionghoa,
pola yang sama ketika mendiami Pulau Ambon,
Portugis, Belanda, Jawa, dan suku-suku lainnya
Saparua, Haruku, Nusalaut, Buru, dan pulau-
yang berasal dari Halmahera, Ternate, Jailolo,
pulau lainnya di Maluku Tengah. Kemungkinan
Bacan, dan wilayah lainnya di Maluku Utara.
perpindahan Orang Alifuru Seram dari Teluk
Kondisi penduduk di wilayah Maluku pada saat
Tanunu di Seram barat ke Jazirah Leihitu,
ini dapat dikategorikan sebagai wilayah dengan
Leitimor, Lease yang berlangsung saat itu
keragaman suku bangsa yang sangat tinggi, dan
melalui suatu kurun waktu yang lama dalam
hal ini tampak melalui bahasa maupun dialek
lokal yang digunakan oleh setiap suku bangsa bentuk kelompok yang terbentuk atas dasar
dalam berkomunikasi. geneologis. Ditempat baru itu mereka hidup alam
Keragaman bahasa atau dialek yang terdapat kelompok-kelompok keluarga yang kemudian
pada masyarakat Maluku berdasarkan hasil terkenal dengan sebutan Rumatau atau Lumatau
penelitian Summer Institute of Linguistik (SIL) (keluarga atau famili) secara terpisah meskipun
di Maluku terdapat kurang lebih 177 bahasa tidak berjauhan.
atau dialek yang tersebar di 100 suku dan Realitas yang berkaitan dengan keragaman
sub suku bangsa yang mendiami pulau-pulau kelompok suku bangsa dan sub suku, udaya yang
kecil di Maluku. Bahasa yang dipergunakan cukup kaya, yang hidup dengan tradis sejak kecil
masyarakat Maluku di dalam komunitas besar, (the little tradition). Walaupun memiliki tingkat
yaitu Bahasa Kei, Bahasa Ternate, Halmahera, keragaman yang cukup besar seperti itu, tapi
dan Bahasa Seram. Bahasa Ternate, Halmahera pada dasarnya secara kultural akar kebudayaan
merupakan bahasa pengantar (lingua franca) di Orang Maluku itu hampir identik, karena
wilayah Ternate dan Halmahera, bahkan hampir didasarkan pada pandangan kosmologinya yang
diseluruh kawasan Maluku Utara. Bahasa Seram monodualistik, yaitu Siwa-Lima. Pandangan
digunakan oleh suku bangsa Alune dan Wemale monodualistik ini adalah nilai inti yang
sebagai sukubangsa terbesar di Pulau Seram membentuk kepribadian masyarakat Maluku
atau Nusa Ina (Pulau Ibu), karena sebagian pada umumnya. Akar budaya Maluku ditemukan
besar orang asli yang mendiami Kepulauan dalam kebudayaan Orang Austronesia yang telah
Maluku mengakui bahwa leluhur mereka yang mengalami pembauran dengan Orang Melanesia
dinamakan Alifuru berasal dari sana. dan Polinesia. Mereka adalah suku bangsa yang
Dalam realitasnya, wilayah Maluku telah mendiami gugusan kepulauan di sebelah Barat
menjadi suatu wilayah dengan masyarakat yang Samudera Pasifik. Kenyataan sejarah (realism-
berciri multi etnik sehingga kondisi masyarakat historis) menunjukan bahwa suku Austronesia,
Maluku pada saat ini berciri masyarakat majemuk dan juga Melanesia, serta polinesia adala ras asli
(plural society). Dalam interaksi sosial, untuk masyarakat awal yang tersebar dan mendiami
membedakan diri pada mereka sebagai penduduk kepulauan tertentu di Maluku. Orang-orang
asli (Anak Negeri), dijumpai penamaan terhadap Maluku sendiri menamakan diri mereka sendiri
penduduk pendatang dengan sebutan “Orang dengan sebutan Alifuru. Dalam tradisi lisan

36 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


(oral tradition) orang-orang Maluku, sebelum wilayah adat yang dikuasai oleh anak cucu
leluhurnya tersebar ke pelbagai pulau kecil di (keturunan) sampai saat ini.
Maluku, Orang Austronesia, dan juga Orang Untuk itu dalam wilayah Maluku, tidak
Melanesia telah mendiami pulau-pulau besar terdapat tanah atau hutan yang tidak bertuan
seperti Pulau Seram, Halmahera, dan Buru. atau tidak ada pemilik. Semua tanah, hutan,
Beberapa ciri Orang Melanesia seperti yang dan gunung memiliki pemilik. Untuk itu
digambarkan oleh Worsley juga ditemukan pada kepemilikan terhadap tanah di wilayah Maluku
Orang-Orang Alifuru yang sampai sekarang atau yang berkaitan dengan hukum tanah
masih mendiami pedalaman Pulau Seram. Ciri- menurut Effendi (1987) meliputi kekuasaan
ciri itu berupa sistem sosial yang berdasarkan hak petuanan, hubungan antara hak petuanan
aktivitas berkebun kecil-kecilan, aktifitas dengan hak-hak yang bersifat perorangan, batas-
meramu sagu, kompleks upacar yang bertalian batas wilayah petuanan, menyusutnya wilayah
dengan kekeramatan dan rahasia, upacara inisiasi petuanan, tanah, ewang, dan dusun, aong,
dengan perlambangan totemisme, upacara pesta dusun negeri, dati raja, dusun pusaka, pohon-
babi yang luas serta gerakan-gerakan raja adil pohonan, hak orang asing (bukan anak negeri).
yang terkenal dengan nama cargo-cult. Dikemukakan lebih lanjut oleh Effendi (1987)
Sebagian besar penduduk di Kepulauan mengenai berbagai hak atas tanah yaitu hak milik,
Maluku, terutama penduduk yang tersebar hak pakai, hak menikmati, hak diutamakan, hak
di sekitar Ambon-Lease (Saparua, Haruku, didahulukan, dan hak-hak lainnya atas tanah.
Nusalaut) pada umumnya mengakui bahwa Berbagai kategori yang dikemukakan tentang
leluhur mereka berasal dari Pulau Seram. hukum tanah seperti di atas, kemudian yang
Umumnya mereka datang dari daerah Seram berkaitan dengan hukum dati yang dikemukakan
Selatan bagian tengah dan Barat yaitu dari tiga oleh Effendi (1987) yaitu arti dati, asal-usul dati,
aliran SungaiTala, Eti, dan Sapalewa. Sungai- asal mula hukum dati, pokok-pokok hukum dati,
sungai mana berhulu atau bersumber pada sebuah daerah berlakunya hukum dati, dati sebagai
pohon beringin besar pada tempat yang bernama kelompok kesatuan wajib kerja, tugas-tugas dati,
Nunusaku (Effendi, 1987). Masyarakat yang jumlah dati, personalia dati, dati lenyap, dati
mendiami Ambon-Lease menyebutnya dengan sebagai badan hukum, dusun dati, tanaman dati,
nama Tiga Batang Air (Tala, Eti, dan Sapalewa), dusun pusaka dati, hak menikmati dusun dati,
atau Tala Batai, Eti Batai, dan Sapalewa Batai hak dati anak perempuan, hak anak perempuan
(Pelupessy, 2005). atas dusun pusaka dati, hak anak perempuan atas
Proses penyebaran penduduk dari Pulau dusun atitin, hak anak perempuan atas dusun
Seram ini terjadi karena; 1). Peperangan antar perusahan sendiri, hak dati anak luar nikah, hak
kelompok pendukung Patasiwa dan Patalima, dati orang perempuan kawan hidup bersama,
atau yang lazim dikenal dengan perang Patasiwa- dan hapusnya hak makan dati. Pada umumnya
Patalima; 2). Heroismen rakyat Maluku untuk batas-batas tanah adat yang dikuasai oleh negeri
melakukan perlawanan sehingga pecah Perang ditentukan oleh batas alam seperti sungai, batu,
Huamual berupa perlawan pisik yang dilakukan pohon, dan lainnya. Tetapi ada juga kepemilikan
oleh penduduk Pulau Seram atau Alifuru tanah yang memiliki dokumen tertulis, baik
Seram yang terdiri dari kelompok Patasiwa dan pada masa penjajahan Belanda, maupun Negara
Patalima melawan ekspansi kolonialisme barat Kesatuan Republik Indonesia.
(Portugis maupun Belanda). Perlu dikemukakan
bahwa, melalui proses penyebaran penduduk 3.1.4.1 Kosmologi
Maluku pada masa lampau untuk menempati Perbincangan mengenai kosmologi terdapat
suatu wilayah tertentu di mana terdapat tanah, dua istilah yaitu makrokosmos dan mikrokosmos.
hutan, gunung, dan laut yang ditempati oleh Dikemukakan oleh Christian Wolf (1728) dalam
pendahulu mereka, sehingga merupakan bagian karyanya Praeliminares de Philosphia in Genere

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 37
memposisikan kosmologi sebagai salah satu Maluku yaitu Pulau Seram atau Nusa Ina
cabang metafisika. Pandangannya mengenai (Pulau Ibu) ini mengisyaratkan bahwa konsep
alam semesta diselidiki menurut inti dan gunung-tanah merupakan kesatuan yang saling
hakikatnya yang mutlak, yaitu menurut keluasan menghidupi sehingga perlu dijaga dan dilindungi
dan maknanya. Titik tolak kosmologi adalah (mabangat nai tua malindong) seperti dipaham
kesatuan manusia dan alam semesta dengan oleh Orang Bati di Pulau Seram-Maluku
dunia yang dialami manusia (Siswanto, 2005). (Pelupessy, 2012).
Bertolak dari pandangan tentang kosmologi Pandangan mengenai kosmologi pulau
seperti dikemukakan di atas, dapat dikatakan ini juga dapat ditemui dalam berbagai kapata
bahwa kosmologi Orang Maluku mengenai (bahasa tanah) dari Orang Morela di Jazirah
alam semesta berakar pada konsep tentang Leihitu Pulau Ambon seperti dikemukakan
relasi antara manusia dengan Mahakuasa oleh Latukau (1997) tentang zang over de
Pencipta Alam Semesta dan Manusia, berada verschijning van de eerste mensen op het eiland
pada tataran makrokosmos karena berdiamnya Ambon, atau kapata kenyataan manusia pertama
roh para leluhur. Pemahaman Orang Maluku di Pulau Ambon. Dalam sejarah Ulapoko sebagai
terhadap gunung-tanah, tanah kelahiran, tampa tempat kediaman pertama nenek moyang, dan
putus pusa, baileu, dan batu pamali yang berada kini turunannya telah tersebar pada negeri-
dalam wilayah petuanan dari suatu negeri adat negeri atau desa-desa di Pulau Ambon. Oleh
berada pada tataran mikrokosmos. Relasi antara karena itu disanjung pada empat Upu Tanah
makrokosmos dan mikrokosmos merupakan
yaitu Latu (Raja) dengan hulubalangnya Meten,
totalitas hidup yang tidak terpisahkan, dan unsur
Tuhe, dan Hiti. Keyakinan pada kekuatan yang
manusia berperan sebagai mezokosmos. Dalam
terdapat pada pulau melambangkan rahasia yang
ingatan bersama (memori kolektif ) Manusia
tersembunyi dan tidak mudah diketahui oleh
Maluku, sesunguhnya masyarakat asli yang
manusia biasa. Kekuatan pulau tersebut sewaktu-
mendiami gugusan kepulauan di Maluku Tengah
waktu muncul apabila terdapat pemberlakuan
yang mengakui leluhurnya berasal dari Pulau
yang salah terhadap manusia, pulau, gunung,
Seram atau Nusa Ina (Pulau Ibu). Melalui tradisi
tanah, dan hutan. Kosmologi masyarakat adat
lisan yang sering disampaikan dalam bentuk
kapata (kisah dalam bentuk nyayian) yang sering yang mendiami Negeri Morela di Pulau Ambon,
dilakukan melalui ritual adat maku-maku atau memiliki makna yang identik dengan kosmologi
maro-maro mengisahkan tentang kejadian Pulau Alifuru Seram yang memiliki kearifan hidup
Seram dan perjalanan leluhur dari Pulau Seram dalam memaknai dan memahami Pulau Seram
ke berbagai tempat. sebagai Gunung Manusia berdasarkan mitologi
Pulau Seram atau Nusa Ina (Pulau Ibu) penciptaan alam semesta dan manusia awal atau
sebagai pulau di mana semua orang berasal Alifuru (Pelupessy, 2013).
dari sana, dan dimaknai sebagai Manusia Pandangan kosmologi yang dimiliki oleh
Perempuan yang tidur terlentang sesuai mitologi masyarakat Maluku telah menempatkan makna
Seram Gunung Manusia (Pelupessy, 2013). bagi pulau, gunung, tanah, dan hutan yang
Sesungguhnya makna Seram atau Ceram yaitu berada di sekeliling masyarakat Maluku sebagai
tidak ada lagi kekuatan yang bisa menghancurkan mata-rantai kehidupan yang sangat penting
bumi pulau itu, kecuali kekuatan dari Maha dalam menjalani hidup di dunia ini dengan Maha
Kuasa Pencipta Alam Semesta dan Manusia Kuasa Pencipta Alam Semesta dan Manusia yang
(Pelupessy, 2013). mereka yakini dalam sebutan Kapua Upu Ila
Berkaitan dengan Seram sebagai Gunung Kahuresi, Upu Lanite, Upu Kua Hatana, Aupu
Manusia, berarti Seram perlu diperlakukan Lahatala, Upu Lastala, Jou Lahatala (Pelupessy,
layaknya manusia yang hidup, sehingga tidak 2013). Keyakinan Manusia Maluku seperti ini
boleh disakiti, apalagi dirusak. Pemaknaan senantiasa dijumpai dalam berbagai ritual adat,
terhadap tempat asal-usul dari leluhur Orang dan terus berkembang dalam kehidupan dari

38 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


penganut Agama Islam, Protestan, Katolik, dan yaitu musim kemarau (musim barat), musim
lainnya di Maluku. penghujan (musim timor), dan musim peralihan
(pancaroba). Kondisi musim yang berlangsung
3.1.4.2 Sistem Pengetahuan di Kepulauan Kei dan lain tempat juga mengenal
Sistem pengetahuan dan peralatan musim, yaitu musim kemarau (musim barat) dan
hidup dapat dikategorikan sebagai sarana musim musim penghujan (muim timor), dan
penopang hidup yang sangat penting. Realitas musim peralihan (pancaroba).
menunjukkan bahwa sistem pengetahuan dan Pada musim barat, curah hujan yang cukup
peralatan hidup terus mengalami perkembangan tinggi merupakan saat yang sangat baik bagi
dan perubahan seiring dengan zaman, namun penduduk untuk berladang. Mereka menanami
pada hakikatnya menjadi bagian yang penting kebunnya dengan berbagai jenis tanaman
dalam budaya masyarakat Maluku. Secara kebutuhan sehari-hari, seperti embel (ketela
psikhis, pengetahuan yang dimiliki oleh sebagian pohon) yang merupakan tanaman pokok suku
besar masyarakat adat di Kepulauan Maluku, bangsa Kei, pisang, kacang-kacangan, sayur-
walaupun terus mengalami dinamika tetapi sayuran. Pada musim timur, kegiatan diladang
sementara dihentikan dan mereka beralih
hakikat dasar tetap melekat dengan kehidupan
pada kegiatan laut sebagai nelayan. Jadi mata
keseharian, sehingga terus diasah melalui proses
pencaharian pokok penduduk adalah bertani
belajar melalui cara penuturan (oral story) kepada
dan menangkap ikan.
generasi penerus.
Kehidupan masyarakat Maluku yang
Hasil belajar melalui cara penuturan, dan
berkaitan dengan mata pencaharian hidup,
didukung oleh proses interaksi dengan sesama
dapat dikemukakan bahwa secara ekologis
warga, maupun orang luar telah menghasikan
terbagi dalam empat zona yang masing-masing
perubahan dalam berbagai aspek kehidupan
menunjukan diversiifikasi terhadap sistem mata
karena berkaitan dengan perilaku pada aspek
pencaharian mereka berdasarkan kebudayaan
manusia dan masyarakat. Ada beberapa bentuk
dan sebaran suku bangsa, yaitu:
sebagai berikut:
1. Zona ekologi Rawa-rawa (Swampy Areas),
1. Peralatan produksi.
Daerah pantai dan muara sungai (Coastal
2. Peralatan distribusi dan transportasi.
& Laowland Reverin).
3. Peralatan komunikasi.
2. Zona Ekologi daerah pantai dan muara
4. Peralatan konsumsi.
sungai (Coastal Laowland Areas).
5. Senjata.
3. Zona ekoloi kaki gunung dan daerah lembah-
6. Pakaian dan perhiasan.
lembah kecil (Foothils and Small Valley).
7. Makanan dan minuman.
4. Z ona ekolog i peg unung an ting g i
8. Tempat berlindung atau istirahat, dalam (Highlands).
bentuk perumahan atau papan. Pola mata pencaharian hidup dari Orang Maluku
yang berlangsung pada zona di atas pada saat ini
3.1.4.3 Sistem Mata Pencaharian Hidup
telah mengalami dinamika sehingga cara-cara
Mata pencaharian penduduk erat kaitanya memenuhi nafkah hidup dari masyarakat tampak
dengan kondisi lingkungan dan musim. lebih bervariasi dalam berbagai aspek kehidupan
Mayoritas masyarakat Maluku adalah petani. ekonomi, namun perilaku hidup sebagai manusia
Walaupun ada diantara Manusia Maluku yang gunung yang mengandalkan pertanian, ladang
mencari nafkah hidup di laut, tetapi profil sebagai berpindah, pemburu, dan peramu sama sekali
petani sama sekali belum dapat ditinggalkan. belum dapat ditinggalkan karena hal ini terkait
Pandangan ini kiranya cukup beralasan karena dengan orientasi nilai. Untuk itu dalam mencari
dari asal-usul dari Orang Maluku atau Manusia nafkah untuk kelangsungan hidup secara
Maluku adalah Manusia Gunung. Sebagai individu maupun keluarga dan kelompok pola
contoh di Maluku Tengah, terdapat 3 musim yang dianut masih bersifat subsisten (keadaan

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 39
apa adanya) untuk memenuhi nafkah hidup. pengelompkan sosial yang dinamakan Ur Siw
Perubahan ini perlu didukung oleh perubahan dan Lor Lim. Masyarakat yang mendiami
orientasi nilai tentantang hakikat hidup. Kepulauan Aru terdapat pengelompokan sosial
Dalam realitasnya, sebagai masyarakat yang dinamakan Ursiwa dan Urlima. Hakikat
penghuni pulau-pulau kecil di Kepulauan Maluku nilai yang mendasar terdapat pada konsep Siwa-
ternyata mereka memiliki mata pencaharian Lima yang merupakan pandangan dasar dalam
hidup di bidang pertanian tanaman keras seperti masyarakat Maluku, dan mengandung nilai
cengkih, pala yang pernah menjadi komoditi persatuan dan kesatuan yang kuat.
andalan dan mendunia, namun pada saat ini Untuk itu Siwa-Lima merupakan struktur
makin ditinggalkan. Pola usaha pertanian yang sosial dasar bagi masyarakat Maluku karena
dilakukan pada zona pegunungan dan lereng memiliki nilai dasar yang menjadi basis tumbuh
bukit sebenarnya memiliki nilai karena didukung dan berkembangnya perasaan persatuan dan
oleh kearifan lokal dari masyarakat adat dalam kesatuan dalam sistem sosial dari Orang Maluku.
melakukan sasi (larangan adat) baik untuk koditi Melalui struktur Siwa-Lima telah memunculkan
pertanian tertentu di darat, maupun komoditi istilah khas dalam membina relasi sosial antar
yang terdapat di laut. “Orang Basudara”. Nilai-nilai dasar yang terdapat
Namun kondisi ini sering dihadapkan pada dalam konsep Orang Basudara memiliki makna
berbagai kebijakan pemerintah yang kurang genealogis, dan telah berperan dalam interaksi
memperhatikan kondisi lokal menyebabkan sosial diantara sesama Orang Maluku. Nilai dasar
tanah, hutan, dan lainnya sering terbengkalai. yang terdapat dalam konsep Orang Basudara
Persoalan ini apabila tidak ditemukan solusi telah menjadi mata-rantai yang sangat penting
yang tepat, maka dikhawatirkan akibat ekploitasi ketika Orang Maluku berinteraksi dengan
terhadap tanah dan hutan yang terdapat pada orang yang berasal dari luar Maluku, sehingga
pulau-pulau kecil di Kepuluan Maluku makin turut menguatkan relasi sosial sebagai “Orang
mengkhawatirkan. Artinya pulau kecil, makin Bersaudara” dikalangan masyarakat Maluku
menjadi kecil akibat eksploitasi sumber yang dalam menghadapi dan merespons dinamika
dilakukan oleh manusia untuk berbagai perubahan yang berlangsung dalam kehidupan
kepentingan dalam memenuhi kebutuhan hidup. masyarakat Maluku.
Makna socio-cultural yang terdapat dalam
Zona ekologis pulau-pulau kecil bisa menjadi
konsep Orang Basudara sebagai dasar penguatan
rawan apabila tidak dikelola secara baik dan bisa
untuk memahami dinamika sosio-kultural
menimbulkan bahaya bagi kelangsungan hidup
berdasarkan perspektif multikulturalisme untuk
orang pulau sendiri, baik saat ini maupun masa
tidak membeda-bedakan asal-usul seseorang,
depan.
sehingga nilai dan makna yang sangat tinggi
dalam kehidupan bermasyarakat di Maluku.
3.1.4.4 Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Oleh karena itu masyarakat Maluku sangat
Dalam kehidupan sosial masyarakat adat menjunjung tinggi rasa persaudaraan yang ada
di Maluku terdapat istilah “Siwa-Lima” karena di dalam kehidupan sosial mereka sehingga
secara socio-cultural masyarakat yang mendiami memunculkan frasa sarat makna seperti “ale
wilayah budaya Maluku Utara terdapat rasa beta rasa”, “potong di kuku rasa di daging”.
persekutuan hidup atau pengelompokan sosial Maknanya hidup sebagai Orang Basudara itu
dari orang-orang Uri Siwa dan Uri Lima. Uri berarti tidak boleh saling menyakiti satu terhadap
Siwa dipimpin oleh Ternate, dan Uri Lima yang lain, sebab seseorang merasakan sakit maka
dipimpin oleh Tidore. Masyarakat yang yang lainpun akan urut merasakan sakit.
mendiami wilayah budaya di Maluku Tengah Nilai dasar seperti dikemukakan di
terdapat pengelompokan sosial Patasiwa atas melekat secara langsung dengan sistem
dan Patalima. Masyarakat yang mendiami kekerabatan yang terdapat dalam kehidupan
wilayah budaya Maluku Tenggara terdapat masyarakat Maluku terbentuk melalui pola

40 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


yang dikenal dengan mata rumah (Rumatau atau juga merupakan cerminan dari perasaan hidup
Lumatau sebagai keluarga inti, Soa (keluarga sebagai Orang Basudara. Struktur masyarakat
besar atau rumpun warga), Hena (negeri atau ini dapat diuraikan sebagai berikut:
kampung), dan Uli (negeri atau desa). Sistem
nilai itu selanjutnya menjadi panduan moral 1. Rumatau atau Lumatau
yang dipegang teguh oleh para pemimpin dan Rumatau atau Lumatau merupakan
dijunjung tinggi oleh masyarakat di masa lalu, kesatuan kelompok genealogis yang lebih
sampai masa kini dalam menghadapi dinamika besar sesudah keluarga atau biasa juga disebut
perubahan zaman. Secara filosofis nilai-nilai Lumatau. Kata dasarnya adalah “Ruma” atau
tersebut masih bisa terus digali dan ditemukan “Rumah”. Dikemukakan oleh Effendi (1987)
pemaknaan dalam kehidupan bermasyarakat bahwa Rumahtau atau Lumatau adalah kesatuan
dikalangan Orang Maluku. kelompok genealogis yang lebih besar sesudah
Meskipun terjadi perubahan secara simbolik keluarga. Kata pokoknya adalah “Ruma atau
dan pada tataran instrumental, namun kaidah Rumah”. Sebutan untuk kata Ruma ini berbeda di
dan nilai adat masih terus menjadi sumber beberapa tempat, sesuai dengan dialek setempat,
kearifan hidup masyarakat Maluku. Sistem nilai seperti Saparua disebut Lumal, Nusalaut disebut
budaya seperti inilah menjadi keseluruhan dalam Rumah, Haruku disebut Ruma, Hila dan Asilulu
mata-rantai hubungan sosial kemasyarakatan disebut Luma.
yang tercipta dan terbagun dalam kehidupan Makna dari Rumahtau berarti rumah yang
bermasyarakat dikalangan Orang Maluku,
didiami bersama-sama oleh orang-orang yang
kemudian menjadi pedoman dalam menata
seketurunan dan keanggotaannya tersusun
sistem perkawinan, sistem perekonomian pada
menurut garis keturunan laki-laki (bapak).
tingkat negeri, hubungan pengelompokan
Ruma yang berarti rumah dan “tau” yang berarti
pemuda dan pemudi tingkat negeri (jujaro dan
isi, jadi Rumatau berarti rumah yang didiami
ngungare), serta pranata-pranata sosial lainnya.
secara bersama-bersama oleh orang-orang yang
Organisasi jojaro-ngungare adalah kelompok
mempunyai garis genealogis yang sama dan
wanita muda yang belum menikah (jojaro)
keanggotaannya tersusun menurut keturunan
dan kelompok pemuda yang belum menikah
garis bapak (patrilinial). Sebuah Rumatau
(ngungare). Dapat dikatakan bahwa tradisi,
adat-istiadat, dan budaya meskipun mengalami biasanya terdiri atas beberapa keluarga dengan
dinamika dengan perkembangan zaman, namun kepala keluarganya masing-masing.
kaidah-kaidah adat dan norma-norma sosial yang Untuk mengatur urusan suatu Rumatau,
berperan mengatur pergaulan hidup masih tetap baik dalam hubungan ke dalam atau kepada
dipertahankan sampai saat ini dan dirasakan pihak luar seperti Rumatau lainnya, maka
sampai sekarang. diangkatlah salah seorang dari anggota Rumatau
Semuanya ini memiliki urat, dan berakar yang bersangkutan untuk menjadi pemimpin
pada nilai dasar tentang hidup Orang Basudara dengan gelar “Upu”. Umumnya upu dipilih dari
sebagai pandangan hidup yang dimiliki oleh anggota yang tertua atau yang dituakan diantara
Orang Maluku dan menjadi pengikat dalam anggota Rumatau. Senioritas generasi seseorang
berbagai sistem kehidupan sosial budaya. memegang peranan penting untuk dapat
Dalam kehidupan bermasyarakat dikalangan diangkat menjadi Upu. Hal ini dimaksudkan agar
Orang Maluku terdapat sistem kekerabatan diperoleh seorang pemimpin yang berwibawa.
yang terbentuk melalui pola mata rumah
2. Uku
atau Rumatau, Lumatau (keluarga inti), Soa
(keluarga besar atau rumpun warga), Hena Pada dasarnya Uku merupakan wilayah yang
atau Aman (negeri atau kampung ), dan Uli lebih luas karena pengembangan dari Rumatau
(negeri atau desa). Struktur masyarakat yang di mana pertambahan anggota karena kelahiran
membingkai kehidupan Orang-Orang Maluku sehingga jumlah mereka menjadi banyak.

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 41
Dikemukakan oleh Effendi (1987) bahwa Uku (1987) mengemukakan bahwa soa adalah
atau Huku itu merupakan suatu persekutuan suatu persekutuan teritorial genealogis. Soa
genealogis. Uku atau Huku sebagai persekutuan merupakan suatu wilayah yang menjadi
hidup yang lebih besar karena anggota keluarga bagian dari suatu petuanan atau negeri. Di
di dalam Rumatau yang memilih untuk bawah Soa terdapat beberapa rumatau dengan
memisahkan diri dan membuat rumah sendiri di struktur garis keturunan yang berbeda-beda.
luar Rumatau dengan persetujuan Upunya. Pada Jadi berbeda dengan Rumatau dan Uku yang
mulanya segala urusan masih diatur oleh Upu diikat dengan garis genealogis (keturunan),
dari Rumatau tua. Tetapi secara perlahan dengan faktor yang mengikat persekutuan dalam Soa
bertambahnya anak-anak rumatau baru yang lebih didominasi oleh teritorial. Karena Soa
memencar dan semakin banyak rumah tangga bukanlah suatu kesatuan genealogis, maka dia
baru, serta semakin banyaknya masalah sosial tidak mempunyai seorang pemimpin utama
ekonomi yang muncul, sehingga bebannya sudah (primus inter pares).
tidak bisa lagi ditangani oleh Upu di Rumatau Masyarakat di Pulau Ambon yang memiliki
tua. Oleh sebab itu, Rumatau baru itu sendiri lebih dari sepuluh Soa kemudian diberikan
yang mengurus semua keperluan Rumataunya. statusnya oleh Pemerintah Belanda sebagai
Pada perkembangan selanjutnya rumah-rumah sebuah wijk atau lingkungan, dan Kepala Soanya
tersebut menjadi Rumatau-Rumatau baru. menurut reglement S.1824 No. 19a diangkat
Lazimnya pembentukan Rumatau baru ini Asisten Residen, tetapi kemudian dalam
dilakukan dengan seizin rumatau tua. Proses praktek dan pemerintahan hanya diangkat oleh
pembentukan rumatau baru seperti ini terus Controleur atau kepala pemerintah setempat
berjalan secara berkelanjutan. Meskipun terjadi dan sekarang hanya oleh camat, karena mereka
pemisahan-pemisahan tersebut, Rumatau diangkat dengan sebuah akte, Kepala Soa itu
tua tetap diakui sebagai rumah induk yang disebut juga “Kepala Soa akteng (akte).” Diantara
dapat disejajarkan dengan “paruik” dalam Rumatau-Rumatau yang tergabung di dalam satu
masyarakat Minangkabau. Perbedaannya di Soa ada yang dianggap Rumatau asal atau asli dan
Minangkabau dihitung berdasarkan garis yang pendatang. Kepala Soa biasanya diangkat
keturunan (genealogis) ibu, sedangkan di Maluku dari orang-orang keturunan Rumatau asal atau
berdasarkan garis keturunan bapak. Seiring mata rumah asli.
berjalannya waktu, perkembangan rumatau- Dalam suatu Soa terdapat satu Rumatau
rumatau yang semakin banyak ini kemudian asli, tetapi dijumpai juga bahwa dalam satu Soa
membentuk sebuah kampung yang disebut terdapat beberapa Rumahtau, maupun marga-
“Uku” atau “Huku” dengan seorang pemimpin marga lain sebagai orang asli, dan juga orang
bergelar Tamataela. pendatang yang telah menetap dalam suatu
Pada perkembangan selanjutnya Uku atau negeri. Pemimpin yang terdapat dalam satu Soa
Huku sebagai bentuk persekutuan genealogis berasal dari Rumatau asli yang dinamkan Kepala
lenyap, kemudian diganti dengan persekutuan Soa, yang memiliki fungsi dan peran untuk
teritorial atau teritorial genealogis. Meskipun mengkoordiner seluruh anggota yang terdapat
demikian nama-nama seperti Huku Anakota dalam Soa tersebut. Nama untuk masing-masing
(Seram Barat), Hukurila (Ambon), Ukuhener, Soa yang terdapat pada setiap negeri adat di
dan Hukuhari adalah suatu fakta historis dari Maluku berbeda-beda, dan jumlah Soa pada
proses pembentukan persekutuan-persekutuan setiap negeri juga tidak sama.
masyarakat Maluku.
4. Hena dan Aman
3. Soa Hena dan Aman merupakan persekutuan
Soa adalah suatu persekutuan teritorial hidup yang lebih besar dari Soa. Artinya gabungan
genealogis yang lebih luas, dan Effendi dari beberapa Soa kemudian terbentuknya Hena

42 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


dan Aman (Pelupessy, 2013). Dikemukakan wilayah yang membentuk negeri. Di bawanya
oleh G A Wilken (dalam Effendi, 1987) Hena terdapat wilayah-wilayah Soa yang terbentuk
dengan Henna yang bentuknya sama dengan dari beberapa Rumatau sebagai persekutuan
yang di Pulau Buru “Fenna” berarti “daerah” genealogis.
atau “”wilayah” (landstreek) atau daerah suatu Dewasa ini penamaan negeri dikalangan
suku (stamgebied). Dalam arti terbatas bisa masyarakat adat di Maluku telah mengalami
berarti “kampung” (dorp). Jadi Hena adalah proses adaptasi cukup panjang , sehingga
kesatuan masyarakat yang berunsurkan teritorial. diterima oleh Orang Maluku sebagai penamaan
Menurut dialek Saparua disebut “Amanno”, yang saat ini umumnya digunakan oleh Orang
dialek Nusalaut yaitu Amanyo, dialek Hila yaitu Maluku untuk mengidentifikasi tempat asal-
Amano dan Amane, dan dialek Asilulu yaitu usul, tanah kelahiran, atau tampa putus pusa, dan
“Hena”. Di Ambon Lease, Hena aslinya adalah lainnya yang identik dengan pada diri seseorang
sebuah persekutuan yang lebih besar dari Uku. (Pelupessy, 2013). Makna negeri berkaitan
Sebuah Hena bisa terdiri atas beberapa Uku. dengan konsep gunung-tanah dalam pandangan
Pada mulanya bisa saja suatu Hena terbentuk kosmologi Orang Maluku. Untuk itu dalam
oleh Uku-Uku dan Uku-Uku ini adalah kesatuan- interaksi sosial dikalangan Orang Maluku dalam
kesatuan genealogis. memaknai hakikat eksistensi tentang negeri
Namun sudah harus memperhitungkan terdapat penamaan terhadap “Anak Negeri”
unsur teritorialnya oleh uku-uku yang sebagai penduduk asli yang mendiami suatu
bersangkutan karena sudah menempati daerah wilayah adat yang dinamakan “Petuanan” atau
yang luas. Oleh karena itu, sukarlah untuk wilayah kekuasaan pada suatu negeri adat, dan
penamaan “Orang Dagang” yaitu penduduk yang
mengatakan bahwa hena hanyalah persatuan
berasal dari luar dan mendiami suatu negeri adat.
genealogis. Kiranya lebih tepat Hena itu
Suatu negeri adat di Maluku dikepalai
dinyatakan sebagai persekutuan “genealogis
oleh seorang Raja yang bergelar Latu, Patty
teritorial” yang lebih menitikberatkan kepada
atau Kamar. Dalam tingkatannya, Latu
unsur genealogisya atau unsur genealogisnya
menempati posisi teratas, karena merupakan
yang dominan atas Rumatau-Rumatau yang
gelar adat asli masyarakat Maluku. Patty adalah
berunsurkan genealogis itu dan bersama-sama
gelar pemberian Belanda yang diambil dari
membentuk sebuah persekutuan genealogis
gelar di Jawa, sedangkan gelar Kamar (orang
teritorial. Mengenai Aman atau Amani, Wilken kaya) diambil dari Sumatera. Pada struktur
dan van Ossenbbruggen mengartikannya juga Pemerintahan Negeri Adat, maka seorang Raja
sebagai kesatuan dari pembagian-pembagian dalam menjalankan tugasnya ia dibantu oleh
yang bersifat teritrorial (teritorial indeling), sama Kepala Soa dan Saniri Negeri. Pada lingkungan
kedudukannya dengan Hena. negeri adat terdapat badan Saniri Negeri
5. Negeri Lengkap (Raja beserta stafnya), dan Saniri Besar
(terdiri dari Raja dengan Stafnya, dan seluruh
Penamaan mengenai negeri di Maluku rakyat). Dalam menjalankan tugas sehari-hari,
menurut (Effendi, 1987) bahwa istilah negeri Raja dibantu oleh Kepala Soa, sedangkan Saniri
bukan berasal dari bahasa asli daerah ini atau Negeri merupakan badan perwakilan rakyat
bahasa tanah. Suatu negeri adalah persekutuan negeri yang diwakilkan oleh Soa.
teritorial yang terdiri atas beberapa Soa yang Dalam kehidupan masyarakat adat di
pada umumnya berjumlah paling sedikit tiga Maluku, maka konsep mengenai petuanan
buah. Pimpinan pada tingkat negeri dinamakan (wilayah kekuasaan) sangat penting karena
Kepala Negeri yang disebut Pamerentah dan berkaitan dengan unsur manusia, tanah, dan
sehari-hari dipanggil “Raja”. Dalam Ordanansi hutan sebagai kesatuan. Hak ulayat masyarakat
S 1824-19a disebut regent. Sekarang ini Maluku berdasarkan petuanan sehingga negeri
susunan wilayah pemerintahan negeri adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 43
konsep tersebut secara socio-cultural. Petuanan dengan perikatan (gespanschap) atau bangsa
dan negeri adalah identitas, sehingga menjadi (volk).
dua konsep yang selalu menyatu karena dalam Dalam realitasnya, cara pengelompokan
konsep tersebut terdapat jiwa Anak Negeri atau sosial di Ambon-Lease banyak berpengaruh
penduduk asli. Makna tentang identitas seperti dari konsep Uli karena sistem ini membagi
dikemukakan oleh Deng (2008) mengidentifikasi masyarakat ke dalam kelompok Ulisiwa dan
status dan peran seseorang baik secara fisik Ulilima. Artinya, dalam kehidupan Orang
maupun sosial budaya. Walaupun disadari bahwa Ambon-Lease mesti berada dalam satu Uli
istilah negeri bukanlah berasal dari bahasa asli tertentu. Kalau tidak Ulisiwa, tentu Ulilima.
Maluku, tetapi berasal dari Sumatra Barat, yaitu Di Pulau Seram untuk istilah Uli dikenal istilah
Pata. Patasiwa untuk Ulisiwa, Patalima untuk
nagari. Negeri adalah persekutuan territorial
Ulilima. Menurut Effendi (1987) walaupun
yang terdiri atas beberapa soa (keluarga besar atau
antara Uli dan Pata terdapat kesamaan, namun
rumpun marga) telah mengalami proses adaptasi
ada perbedaannya yaitu Uli lebih cenderung
kultural dengan lingkungan masyarakat Maluku
bersifat genealogis, sedangkan Pata lebih
sehingga diterima oleh berbagai kalangan, baik cenderung kepada pengerian teritorial. Uli
pada masa lampau maupun saat ini. sebagai persekutuan yang murni atau secara
menyeluruh genealogis, bukan berarti bahwa
6. Uli dan Pata
seluruh anggota atau rakyat yang tergabung
Penamaan Uli dan Pata dapat dijumpai di dalam Uli itu berasal dari satu moyang atau
pada orang-orang yang mendiami Ambon, satu leluhur, karena Uli dibentuk oleh beberapa
Lease (Saparua, Haruku, Nusalaut), dan Seram. kelompok orang di mana masing-masing
Mengenai pengertian Uli itu sendiri menurut kelompok merupakan kesatuan yang berdiri
Effenfi (1987) adalah suatu persekutuan yang sendiri dan berasal dari leluhur yang berbeda.
terbentuk atau tersusun atas beberapa Hena Uli adalah tempat mereka bergabung di bawah
atau Aman. Uli adalah lembaga masyarakat yang satu pimpinan. Unsur teritorial juga terdapat
khusus terdapat di Ambon-Lease. Walaupun di di dalamnya, karena wilayah pemukiman
daerah sekitarnya terdapat lembaga yang sama mereka bertetangga. Contoh yang kuat tentang
dengan Uli ini, tetapi tidaklah serupa, misalnya di ini adalah Uli Halawan sendiri terdiri dari
Pulau Seram. Menurut Effendi (1987) mengenai kelompok-kelompok di mana anggotanya bukan
arti Uli itu sendiri terdapat perbedaan pendapat saja tidak seketurunan, tetapi juga berasal dari
diantara para penulis. Valintijn mengartikannya daerah yang berbeda-beda.
dengan persekutuan (gespanschap). Holleman Uli adalah suatu persekutuan yang terbentuk
atau tersusun atas beberapa hena atau aman. Uli
mengartikan Uli adalah perikatan atau gabungan
secara khusus terdapat di daerah Ambon dan
suku-suku (stammenbond) yang terdiri dari lima
Lease. Walaupun di daerah sekiarnya terdapat
atau sembilan Aman, Hena, atau Soa. Dalam
lembaga yang sama dengan uli tetapi tidaklah
uraian selanjutnya, Holleman menyebutkan Uli
serupa, misalnya di Seram disebut dengan Pata.
adalah “Volk”. Melihat pada proses terbentuknya Di Ambon dan Lease, Uli terdiri dari Ulilima dan
Uli ini, makaa volk di sini bukan berarti bangsa Ulisiwa, sedangkan di Seram dikenal istilah Pata.
atau nation, tetapi sebagai kelompok rakyat yang Jadi Patasiwa dan Patalima merupakan struktur
terikat satu sama lainnya karena mempunyai sosial dasar yang terdapat dalam kehidupan
bahasa, adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan masyarakat Maluku. Walaupun antara Uli dan
wilayah pemukiman yang sama. Jansen sebagai Pata ada kesamaan, tetapi ada juga perbedaan
Residen terakhir dari Pemerintahan Penjajahan yaitu Uli lebih bersifat geneologis, sedangkan Pata
Belanda di Maluku sampai datangnya kekuasaan lebih cenderung bersifat teritorial. Uli cenderung
Jepang, tidak memberikan pengertian mengenai disebut bersifat geneologis bukan berarti seluruh
Uli, dan beliau kurang setuju kalau Uli diartikan anggota atau yang bergabung di dalam satu uli

44 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


it berasal dari nenek moyang yang sama, tetapi menghindari realitas bahwa Maluku merupakan
Uli dibentuk oleh beberapa kelompok. Masing- suatu lingkungan masyarakat yang berciri
masing kelompok merupakan kesatuan yang majemuk. Kemajemukan suku bangsa yang
berdiri sendiri dan berasal dari leluhur berbeda. mendiami Kepulauan Maluku bukan merupakan
hal baru, tetapi kondisi ini telah terjadi secara
7. Sistem Religi alamiah, maupun proses interaksi dengan orang
Orang Maluku pada saat ini telah menganut luar yang telah berlangsung cukup lama.
agama samawi yang berkembang yaitu Agama Menghadapi dinamika perubahan sosial
Katolik, Protestan, dan Islam. Dalam kehidupan budaya pada saat ini yang diperlukan adalah
beragama penduduk mempunyai toleransi usaha membangun ketahanan mental pada setiap
antar umat beragama yang terlihat pada waktu warga masyarakat bahwa nilai-nilai dasar yang
membangun dan memperbaiki rumah ibadah telah berperan dalam kehidupan sosial budaya
karena nilai-nilai dasar yang terdapat dapat seperti gandong, bongso, pela, adi-kaka, masohi,
ikatan gandong, bongso, dan pela menjadi sasi, dan sebagainya sedang dihadapkan pada
bagian dalam sistem kehidupan sehingga relasi berbagai perubahan yang terjadi pada saat ini
sosial berdasarkan sistem tolong-menolong maupun akan datang.
atau masohi masih menjadi basis penguatan Selanjutnya apa yang dapat dilakukan oleh
solidaritas sosial dikalangan Orang Maluku. masyarakat lokal di Maluku dalam menghadapi
Walaupun demikian perlu dikemukakan dinamika perubahan sosial budaya dimaksud?
bahwa dalam realitas masih terdapat kelompok Untuk menjawab pertanyaan seperti ini tidak
suku bangsa atau sub sukubangsa tertentu yang mudah. Namun berdasarkan nilai-nilai sosial
mendiami Pulau Seram, Pulau Buru masih budaya yang dimiliki oleh Orang Maluku dapat
memiliki sistem kepercayaan kepada leluhur. dilakukan melalui strategi yaitu: 1). Dalam
Suku Nuaulu di Pulau Seram adalah contoh menghadapi, antisipasi, dan mengatasi dampak
bahwa sistem relegi mereka pada agama suku atau negatif dari pengaruh dinamika perubahan sosial
agama adat masih kuat. Ritual-ritual adat yang budaya, maka setiap individu perlu menciptakan
dilakukan oleh para maweng (ahli spiritual) yang dan membangun ketahanan diri (self defence)
berkaitan dengan sistem religi atau kepercayaan dan sebagai kelompok dapat meningkatkan
pada roh para leluhur masih terus dilakukan ketahanan pada aspek kelembagaan kelompok;
2). Setiap lembaga atau institusi adat, sosial,
sampai saat ini.
pemerintahan, dan ekonomi yang terdapat pada
Realitas ini perlu dipahami dan dimaknai
level lokal perlu membentengi eksistensi masing-
sebagai kearifan yang berkembang pada
masing, dan terus meningkatkan ketahanan
masyarakat lokal. Hakikatnya yaitu, selama ritual
kelompok (group defence). Strategi ini dapat
adat ini bertujuan untuk memanjatkan syukur
dilakukan melalui cara sosialisai dan penguatan
kepada Maha Kuasa Pencipta Alam Semesta dan
kapasitas masing-masing.
Manusia atas segala berkat yang diberikan, maka
Strategi perlu dilakukan dalam menghadapi
selama itu juga memiliki nilai positif. Artinya,
dan mengatasi dinamaika perubahan sosial,
kondisi yang sementara berlangsung seperti ini
karena harus dipahami bahwa hidup manusia
menunjukkan bahwa persoalan keyakinan yang
dan masyarakat ini tidak ada yang permanen,
ada pada setiap manusia maupun kelompok
kecuali perubahan (Pelupessy, 2013). Setiap
manusia tidak dapat dipaksakan d terhadap
perubahan yang berlangsung dalam kehidup
orang lain.
manusia dan masyarakat perlu disikapi secara
arif dengan sehingga tidak menimbulkan
3.1.5 Dinamika Perubahan Sosial Budaya goncangan-gongan psikologis baik pada ranah
Dinamika perubahan sosial budaya yang individu maupun kelompok. Individu dan
terus berlangsung dalam kehidupan masyarakat masyarakat serta lingkungan perlu dipahami
adat di Maluku pada saat ini tidak bisa sebagai unsur-unsur penting yang berbeda tetapi

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 45
tidak dapat dipisahkan karena itu ketahanan yang bermanfaat untuk mendirikan rumah atau
untuk menciptakan keseimbangan dalam tempat tinggal. Pengetahuan tentang alam flora
berbagai sistem adalah kunci untuk mewujudkan lainnya adalah pengetahuan tentang jenis pohon
kesuksesan. dan tumbuhan yang digunakan untuk membuat
rumah. Berbagai jenis kayu yang terdapat di
3.1.6 Studi Kasus Etnografi Maluku kepulauan Kei, antara lain kayu besi (intsia
bijugu), kayu lengua (pterocarpus indica), kayu
3.1.6.1 Suku Bangsa Kei Di Maluku Tenggara kenari (cunarium sylo estre), kayu lawing (pmotia
penota), kayu samama (anthocop halus maerop
1. Nama dan Bahasa kyla). Selain itu, berbagai jenis anggrek, antara
lain anggrek putih (lele), angkrek ungu (muku),
Suku bangsa Kei merupakan suku bangsa anggrek macan tutul, anggrek macan kumbang,
yang mendiami Kepulau Kei. Bahasa yang serta anggrek tongke, serta hasil hutan damar.
dipergunakan penduduk untuk berkomunikasi
sehari-hari dan dalam berbagai upacara adat b. Fauna
adalah bahasa Kei, misalnya pada upacara Pengetahuan Suku Kei tentang fauna
pelantikan Raja, perkawinan, khitanan dan sangat membantu mereka dalam melakukan
sebagainya. Bahasa Kei secara dialek terbagi berbagai aktifitas sehari-hari, seperti berkebun
dalam dua kelompok besar, yaitu dialek Kei dan berburu. Suku Kei mengenal fauna daran
kecil dan dialek Kei besar. Dialek Kei Kecil dan dan fauna laut. Adapun fauna darat antara alain
dialek Kei Besar masing-masing terbagi pula babi hutan (vav), rusa (rus), sapi (sap), kus-kus
dalam dialek Kei Kecil bagian timur dan utara, (medur), kelinci (lete), kangguru (saban), nuri
dan dialek Kei Besar bagian selatan. (kasturi), kakaktua (kenaar), maleo (kilvaur),
burung dara (taruut atau pompo). Fauna laut antar
2. Lokasi
lain tuna atau cakalang (katsowonuspelamis),
Daerah tempat kediaman suku bangsa Kei nomar (decap torus macrosoma), kawalinnya
adalah kepulauan Kei. Kepulaun Kei merupakan (carang crumenoptalmus), tatihu (thunus
bagian dari daerah Kabupaten Maluku Tenggara. albacore), tangiri (cubiumSp), tuing-tuing
Secara astronomis Kepulauan Kei terletak (cypselurus Sp), bobara (sconber Sp), sikuda
antara 1320 BT-133060 BT dan antara 50LS- (ketkrinus Sp), lalosi (calsoi chrisolamia), gogopa
6015 LS. Dilihat dari geologi, kepulauan Kei (epinephelus fuscugagatus), salmanete (parap
ditutupi oleh tudung karang yang masih muda enues berbusinus) dan penyu (chelonian mydus
dan hamper datar, hanya sedikit yang terserang dan chelonia imbrikita).
pelaturan. Kepulauan Kei merupak suatu benjol
keluar lengkung tidak vulkanis dari organisa 4. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Banda. Lengkung kepulauan ini merupakan Suku bangsa Kei mempunyai sistem mata
suatu geantiklinal mulai dari timur lewat Pulau pencaharian utama adalah bertani dengan pola
Tanimbar ke Pulau Seram dan Buru. perladangandan menangkap ikan. Pada musim
barat, curah hujan yang cukup tinggi merupaka
3. Pengetahuan Tentang Flora dan Fauna
saat yang sangat baik bagi penduduk untuk
berladang, sedangkan pada musim timur kegitan
a. Flora
di lading sementara dihentikan dan mereka
Pengetahuan Suku Kei tentang alam beralih pada kegiatan laut sebagai nelayan.
tumbuhan terbagi dalam beberapa bagian
berdasarkan pola pemanfaatannya, yakni
peng etahuan tentang tumbuhan obat,
pengetahuan tentang bahan pangan dan
pengetahuan tentang jenis kayu dan tumbuhan

46 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


5. Organisasi Sosial dan Sistem memberi pertolongan dan perlindungan pada
Kekerabatan orang lain, karena saat itu belum ada hukum
Ratschap merupakan warusan sistem tertulis yang mengatuir kehidupan masyarakat.
pemerintahan Hindia Belanda yang dibentuk Kelompok kekerabatan yang terkecil
berdasarkan sistem pemerintahan tradisional, disebut riin rahan atau ub, yaitu keluarga batih.
yang dipimpin oleh seorang Rat (Raja). Gabungan dari beberapa riin rahan disebut
Wilayah pemerintahan seorang rat biasanya rahanyan dan gabungan rahanyan disebut Ohoi
meliputi sejumlah desa (ohoi) dan setiap Ohoi Ratut. Ohoi ratut berasal dari kata ohoi yaitu
diperintahkan oleh seorang wakil Rat yang desa dan ratut berarti seratus, yang berarti warga
disebut Orang Kaya. Ketika Belanda berkuasa desa. Suku bangsa Kei mengenal sistem garis
di Indonesia, bentuk pemerintahan itu tidak keturunan patrilineal dimana hak dan kewajiban
diubah tetapi dipertahankan dan namanya si anak diperhitungkan melalui garis keturunan
disebut ratschap. Sampai saat ini ratschap masih ayah. Pergaulan anak-anak dari dari suatu riin
tetap dipertahankan dan secara administrasi rahan lebih banyak dengan kaum kerabat ayah
berada dibawah kecamatan. Didalam kepulau Kei dari pada kaum kerabat ibu. Dalam suatu riin
terdapat 22 buah ratschap, 6 buah di kecamatan rahan tanggung jawab keluarga berada dalam
Kei besar dan 16 di kecamatan Kei Kecil. Secara tangan ayah dan ibu.
historis ratschap-ratschap itu tiadak mempunyai
hubungan kekuasaan. Masing-masing ratschap 6. Sistem Religi
meng urus kepentingannya sendiri dan Agama yang hidup dan berkembang di
bertanggung jawab kepada camat. Desa Letfuan Desa Letfuan yaitu Agama Kristen Katolik dan
yang merupakan salah satu desa dalam wilayah Islam. Dalam kehidupan beragama penduduk
ratschap Tettoat tidak mempunyai hubungan mempunyai toleransi antar umat beragama
dengan ratschap lainnya, kecualai dengan yang terlihat pada waktu membangun dan
ratschap tenttoat sebagai ratschap induk. Dalam memperbaiki rumah ibadah. Mereka saling
adat istiadat ada hubungan karena terikat dalam tolong menolong yang dituangkan dalam
satu hukum adat, yaitu Larvul Ngabal yang berisi ungkapan it bisa vuat ainmehe ni ngifu ne ain
norma-norma dan nilai nilai yang mengatur mehe nitilur, yang berarti pada kakekatnya
kehidupan sosial budaya pada suku bangsa Kei. kita semua berasal dari satu telur. Disamping
Desa letfuan secara struktural merupakan taat beragama, penduduk Desa Letfuan masih
desa bawahan dari Ratschap Tettoat. Sebagi percaya pada roh-roh dan kekuatan sakti. Roh-
desa bawahan alam hal-hal tertentu misalnya roh (mitu) dianggap dapat mendatangkan
pengangkatan pimpinan desa, masalah desa bahagia dan kesusahan yang sering terdengar dari
yang tidak dapat diselesaikan oleh pimpinan desa
penduduk mengatakan bahwa Tuhan nomor
yang bersangkutan adalah menjadi tanggung
satu dan nomor dua adalah tete nene moyang.
jawab rat(raja) dari Ratschap Tettoat sebagai
ratschap induk. Sebaliknya, dalam hal-hal 3.1.6.2 Suku Bangsa Ternate Di Maluku Utara
lain misalnyaekonomi, politik, administrasi,
tidak ada hubungan antara satu desa dengan
1. Nama dan Bahasa
desa lainnya, dalam ratschap tersebut, masing-
masing desa berdiri sendiri dan berhak untuk Suku bangsa Ternate merupakan suku bangsa
mengurus rumah tangganya sendiri. Sebelum yang mendiami Kepulauan Ternate. Bahasa yang
bentuk pemerintahan yang bersifat vray atau digunakan suku bangsa Ternate adalah bahasa
rat terbentuk suku bangsa Kei mengenal sistem Ternate Halmahera. Bahasa Ternate Halmahera
pemerintahan yang dipimpin oleh seorang merupakan Bahasa pengantar (lingua franca) di
tokoh disebut halaai. Halaai adalah orang yang wilayah Ternate dan Halmahera, bahkan hampir
dianggap memiliki kekuatan sakti, an dapat diseluruh kawasan Maluku Utara.

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 47
2. Lokasi ikan pelagis (seperti ikan puri, ikan make, ikan
Secara astronomis suku bangsa Ternate momar, ikan lema, ikan layar, ikan kawalinnya,
terletak pada 1270 17’ BT-1270 23’ BT dan 00 iakan cakalang, ikan terbang dan julung-julung)
44’-00 51’ LU. Sesuai dengan sudut pandang dan jenis ikan domersal (seperti ikan sahuda,
geologi yang terletak sebelah barat Pulau ikan pisang-pisang, ikan kakap, ikan samandar,
Halmahera merupakan salah satu dari deretan ikan garopa, dan ikan salmaneti).
pulau vulkanis yang masih aktif dan merupakan 5. Organisasi Sosial dan Sistem
gunung api strato. Kekerabatan
3. Flora dan Fauna Sebelum masuknya Agama Islam di Ternate,
Pengetahuan orang suku Ternate tentang penduduk telah mengenal sistem pemerintahan
alam tumbuhan terbagi dalam beberapa yang teratur. Penduduk terdiri dari 4 kelompok
bagian berdasarkan pola pemanfaatannya, (sub suku bangsa), yaitu Tubo, tobono, Tobenga,
yakni pengetahuan tentang tumbuhan obat, dan Tobella. Orang Tubo (puncak gunung )
pengetahuan tentang bahan pangan dan menempati wilayahpuncak Gunung Gamalama,
pengetahuan tentang jenis kayu dan tumbuhan Tobano (dataran tinggi) menempati daearh
yang bermanfaat untuk mendirikan rumah atau dataran tinggi Faramadiyani, Tobonga (hutan)
tempat tinggal. Pengetahuan tentang alam flora menempati daerah huatan, dan Tabelo (dataran
lainnya adalah pengetahuan tentang jenis pohon rendah) menempati wilayah sekitar tepi pantai.
dan tumbuhan yang digunakan untuk membuat Bersamaan dengan perkembangan penyebaran
rumah. Berbagai jenis kayu yang terdapat di islam di Maluku Utara maka berkembang pula
kepulauan Ternate, antara lain kayu besi, gopasa, sistem Pemerintahan Kolano, seperti di Tidore,
gosale, linggua, titi, motoa, meranti, dan kayu Ternate, Bacan, dan Jailolo) membentuk sistem
besi irian serta hasil hutan seperti damar dan pemerintahan yang baru yang disebut Moluku
rotan. Selain flora masyarakat pulau Ternate Kie Raha. Dalam system pemerintahan ini,
jgua mengeal berbagai jenis satwa, yaitu berjenis- kepemimpinannya lebih disempurnakan. Selain
jenis burung kakaktua putih, merah, dan hijau, kulano, bubato, dan falaraha diangkat juga
burung nuri, parkici dan gagak, babi, rusa, dan suatu badan yang mengurus adat istiadat yang
lainnya. disebut bubato nyangimoi setufkange. Anggota
dari badan ini terdiri dari 18 orang, yaitu 9 orang
4. Sistem Mata Pencaharian Hidup dari golongan bangsawan di pusat pemerintahan
Pada umumnya suku bangsa Ternate diberi gelar soa-sio. Sedangkan 9 orang lainnya
mempunyai mata pencaharian sebagai petani berasal dari golongan bangsawan di daerah-
dan nelayan. Cara-cara bercocok tanam masih daearh kekuasaan kulana yang diberi gelar
sederhana dan berpindah pindah. Apabila sangaji dan diangakat pula seorang sekertaris
tanah ladang tidak subur lagi masyarakat yang disebut tullamo.
meninggalkannya dan membuka daerah Di Desa Sango terdapat lembaga-lembaga
pertanian baru. Jenis tanaman yang ditanam social yang masih tradisional, seperti momoro,
adalah sayur-sayuran, padi, kacang-kacangan, jojobo, dan rio atau rorio. Lembag lembag social
ubi kayu, dan ubi jalar, disamping itu ditanam ini merupakan lembaga adat ayang masih
juga tanaman keras, seperti cengkeh, kelapa, dipertahankan. Sedangkan lembaga lembaga
dan pala. Hasil pertanian hanya bisa digunakan sosial resmi, seperti BUD, KUD, LSD belum
untuk kebutuhan sehari hari. Selain sebagai berkembang di desa sango, kecuali Lembaga
petani, penduduk Desa Sango mempunyai mata Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) baru
pencaharian sebagai nelayan. Perairan ternate berkembang. Adapun yang disebut momoro adal
sangat potensial untuk perikanan laut. Jenis-jenis sistem gotong royong, terutama dalam membuka
ikan yang terdapat di perairan Ternate adalah kebun baru. Dalam sistem momoro ini tidak

48 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


ada imbalan yang diberikan oleh pemilik kebun 6. Sistem Religi
kepada yang membantu. Para anggota momoro Penduduk di Desa Sango hamper 100%
saling bantu membantu secar bergilir. Jojobo beragama Islam. Agama Islam berkembang di
adalah system gotong royong yang dilakukan Ternate termasuk di Desa Sango berasal dari
khusus dalam membangun rumah. Sedangkan faham syiah yang dibawa oleh 4 orang syeh yang
rio atau rorio adalah sistem gotong royong berasal dari Irak dan Basira.
yang dilakukan paa waktu kemalangan, seperti
kematian atau pada waktu upacara perkawinan. 3.1.6.3 Suku Bangsa Alune Di Lumoli Pulau Seram
Biasanya bantua yang diberikan berupa uang, Maluku Tengah
bahan makanan, atau benda-benda lainnya.
Dalam kenyataannya telah terjadi 1. Nama Suku dan Bahasa
perubahan baik struktur maupun tugas dan Nama Suku Alune dan Suku Wemale adalah
tanggung jawab para pemimpin sesuai dengan dua suku besar yang terdapat di Pulau Seram. Sub
perkembangan masyarakat itu sendiri, seperti suku bangsa Lumoli atau Orang Lumoli berasal
kepemimpinan tradisional yang semula dari Suku Alune. Bahasa yang digunakan oleh
dibawah pimpinan seorang mamole, kemudian suku bangsa Seram disebut Bahasa Seram yang
berubah menjadi pemerintahan yang disebut terdiri dari bahasa Alune dan bahasa Wemale.
kolamo, dan selanjutnya berkembang lagi
menjai bentuk pemerintahan kesultanan yang 2. Lokasi
dipimpin oleh seorang sultan. Pada masa kini Pulau seram terletak di bagian ujung utara
pelapisan masyarakat pada suku bangsa Ternate lengkung Banda. Komunitas kecil di Negeri
umumnya atau di Desa Sango khususnya tidak Lumoli sebagai desa sampel terletak di wilayah
dipertaahankan lagi. Walaupun dikatakan Kecamatan Seram Barat I atau dikenal dengan
bahwa penghormatan kepada keturunan Sultan Kecamatan Piru. Secara astronomis kecamatan
dan Kepala Soa masih terlihat, namun tidak Piru terletak pada 20 45 LS- 3030’ LS dan 1270 28’
berarti ada perbedaan hak dan kewajiban yang BT- 1280 10’ BT. Batas–batas Kecamatan Piru
menyolok sebagai warga desa. Setiap warga desa di sebelah Utara dengan Laut Seram, disebelah
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam selatan dengan Pulau Ambon, di sebelah timur
pemerintahan desa. Dengan kata lain, walaupun dengan Kecamatan Kairatu, dan di sebelah barat
Pulau Ternate merupakan bekas kekuasaan dengan Pulau Buru.
sultan, namun sisa pelapisan social pada zaman
itu tidak terlihat lagi. Dalam kenyataan saat 3. Flora dan Fauna
ini bahwa di Desa Sango terdapat pimpinan Jenis jenis fauna yang terdapat di Kecamatan
masyarakat yang dikelompokkan dalam tiga Piru adalah babi hutan, rusa, kasuari, kusu,
katagori, yaitu: kelompok masyarakat yang berjenis-jenis burung seperti : burung
bertugas dalam bidang pemerintahan, bidang taong-taong, kakatua, Pombo biru, Pombo
adat istiadat, dan bidang keagamaan. Dalam putih, tekukur, dan guhaba. Alam floranya
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya menghasilkan berbagai jenis kayu-kayuan,
ketiga kelompok tersebut bekerja sama untuk seperti kayu gupasa, samama, siki, kayu besi,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik lingua, makil, serta hasil huatan lainnya seperti
material maupun spiritual. damar dan rotan.
Suku bangsa Sango mengenal system
kekerabatan patrilineal, yaitu garis keturunan 4. Sistem Mata Pencaharian Hidup
yang memperhitungkan garis keturunan pihak Mata pencaharian suku bangsa Lumoli
laki-laki (ayah). Dalam pergaulan kerabat, orang di Seram umumnya bertani, menangkap ikan,
lebih banyak bergaul dengan kelompok kerabat dan berburu. Penduduk yang mendiami daerah
ayah daripada kelompok kerabat ibu. sepanjang tepi pantai melakukan pekerjaan

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 49
menagkap ikan sedangkan masyarakat yang dari pulau Seram, yaitu daerah Nunusaku.
mendiami daerah pedalaman kegiatannya Seram adalah daerah Nunusaku, karena asalnya
terpusat pada pertanian dan berburu. Saat dari daerah Nunusaku maka mereka dinamakan
ini telah dikembangkan mata pencaharian manusia Nunusaku. Nunusaku adalah suatu
tambahan, yaitu memelihara ikan tambak. Jenis tempat diatas puncak sebuah gunung di Pulau
jenis ikan yang dipelihara adalah mujair dan ikan Seram. Di tempat tersebut terdapat sebuah danau
mas. Sebelum Kristen masuk ke Negeri Lumoli yang dianggap sumber dari tiga sungai terkenal
segala bentuk kegiatan yang berkaitan engan mata di Pulau Seram, yaitu Sungai Tala, Eti, dan
pencaharian erat hubungannya dengan upacara- Sapalewa. Disekitar wilayah danau itu tumbuh
upacara adat yang disebut upacara kabasa. pohon beringin yang bernama nunue. Pohon itu
Kabasa adalah seorang tokoh yang dianggap oleh mempunyai tiga akar tunggang yang menjorok ke
penduduk dapat memberi hasil atau kegagalan dalam tiga aliran sungai di Pulau Seram (Tala,
dalam uasah pertanian penduduk. Oleh karena Eti, dan Sapalewa). Dari Nunusaku penduduk
itu masyarakat melakukan upacara kabasa, yaitu menyebar ke seluruh Pulau Seram, kemudian
upacara memuja kabasa agar pertanian mereka ke seluruh daerah Kabupaten Maluku Tengah.
berhasil. System pengolahan tanah pertanian Oleh sebab itu, Pulau Seram disebut juga Nusa
di Desa Lumoli masih secar tradisional, yaitu Ina yang artinya Pulau Ibu sebagi tempat asal
dimulai dengan mencangkul tanahkemudian manusia Maluku.
membuat kuming (tanah yang telah dicangkul
diberi bentuk gunung), dan di dalamnya ditanam 6. Organisasi Sosial dan Sistem kekerabatan
benih-benih petatas (umbi rambat), kembili, Sistem pemerintahan tertinggi di Negeri
dan kasbi (ubi kayu). Menanam padi dilakukan Lumoli terletak dalam badan saniri negeri dan
dengan sistem tulibuai, yaitu melubangi tanah raja yang sebagai pimpinan tertinggi. Dalam hal
yang akan ditanami. Kaum pria yang melubangi ini, Negeri Lumoli bersifat otonom, yang secar
tanah sedangkan kaum wanita yang memasukkan structural tidak mempunyai hubungan dengan
bibit ke dalam tanah. Hal ini masyarakat biasa negeri-negeri atau desa-desa lainnya. Warga
menyebutnya masohi. dari negeri atau desa berhak untuk mengurus
Selain tanaman ubi dan padi, penduduk kepentingan negerinya sendiri. Namun dalam
juga menanam pisang, kacang-kacangan, sayur- hal yang berkaitan dengan adat, Negeri Lumoli
sayuran, serta tanamn keras seperti cengkeh, mempunyai persamaan dan hubungan dengan
pala dan kelapa. Disamping bertani, mata negeri-negeri lain, seperti Negeri Eti dan
pencaharian penduduk Negeri Lumoli adalah Morekau. Sistem pemerintahan desa di Maluku
berburu. Cara-cara berburupun dilakuakn secara mengalami perkembangan sesuai denagn
tradisional, yaitu mengunakan anjing pemburu zamannya. Dahulu, istilah desa disebut negeri.
dan alat-alat berburu yang sederhana. Alat-alat Negeri Lumoli terdiri dari beberapa rumahtau,
perburuan itu antara lain: bole (perangkap), bulu yaitu gabungan dari beberapa keluarga batih
tui (bamboo runcing), oy (tombak), dan busule yang mempunyai hubungan geneologis. Tiap-
(panah). Ada dua jenis busule, yaitu busule tiap rumahtau dipimpin oleh seorang pimpinan
maralane untuk berburu rusa dan busule lopola yang disebut orang tua. Selanjutnya, beberapa
untuk berburu babi. Jenis-jenis binatang yang rumahtau bergabung menjadi satu yang disebut
diburu selain rusa dan babi, juga burung kasuari, soa yang dipimpin oleh seorang pimpinan yaitu
burung taong-taong dan kusu atau kus-kus. Kepala Soa. Beberapa soa membentuk suatu
kesatuan dalam satu wilayah tertentu yang
5. Sejarah disebut aman dan hena, ataupun negeri.
Menurut cerita rakyat di Pulau Seram Dalam melaksanakan tugas dan tanggung
bahwa penduduk Kepulaun Maluku, khususnya jawabnya, seorang Raja merupakan pucuk
penduduk kabupaten Maluku Tengah berasal pimpinan tertinggi dalam negeri. Raja dibantu

50 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


oleh suatu lembaga pemerintahan, yaitu badan lagi terdiri dari 3 badan saniri negeri (badan
saniri negeri. Keanggotaan dari badan saniri itu saniri, raja patih, dan badan saniri besar) tetapi
terdiri dari kepala soa, sekretaris, tua-tua adat dan telah sederhanakan menjadi badan saniri saja.
marinyo. Adapun tugas dari Kepala Soa adalah Suku bangsa Alune di Negeri Lumoli-
memimpin soanya, membantu Raja dalam negeri, Seram-Maluku mempunyai sistem kekerabatan
dan merencanakan sesuatu untuk kepentingan patrilineal, yaitu garis keturunan melalui pihak
negeri, sekertaris mengurus administrasi negeri, ayah (bapak) di mana hak dan kewajiban dalam
tua-tua adat bertugas untuk menentukan dan berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi,
memimpin upacara yang berkaitan dengan sosial, dan pendidikan anak-anak dilahirkan, hak
adat, marinyo bertugas mengumumkan segala dan kewajiban kerabat dilakukan menurut garis
keputusan dan rencana kerja Raja bersama badan ayah (bapak). Sistem pergaulan kerabat lebih
saniri kepada seluruh warga negeri. Lembaga banyak dengan kelompok kerabat ayah daripada
sosial yang berkembang adalah lembaga sosial kelompok kerabat ibu.
tradisional yang disebut masohi (sistem tolong-
menolong). Sistem masohi ini dilakukan dalam 7. Sistem Religi
berbagai kegiatan, seperti membangun balai Seluruh penduduk Negeri Lumoli memeluk
desa, tempat beribadat, upacara perkawinan, Agama Kristen Prostetan, dan tidak terdapat
kematian, dan upacara adat lainnya. aliran-aliran lain. Sebelum Agam Kristen masuk
Suku bangsa Alune di Seram atau di Negeri di Negeri Lumoli, penduduk masih percaya
Lumoli tidak mengenal adanya sistem pelapisan kepada animisme dan dinamisme yang dapat
sosial resmi, seperti paa suku bangsa Ternate. mendatangkan mala petaka. Penduduk percaya
Pada saat itu susunan masyarakat umumnya dan kepada kekuatan sakti yang disebut kabasa.
khususnya di Negeri Lumoli masih sederhana, Kabasa ini dapat mendatangkan mala petaka
serta hubungan kekeluargaan antar warga dalam terutama dalam hal yang berkaitan dengan
suatu negeri sangat erat. Pada umumnya satu perladangan dan perburuan. Oleh sebab itu,
negeri didiami oleh warga yang masih memiliki sebelum memulai sesuatu kegiatan penduduk
hubungan geneologis. Olah karena itu mereka mengadakan upacara yang disebut upacara pata
tidak merasakan adanya lapisan-lapisan sosial. mitu yaitu upacara minta izin membuka ladang
Walaupun demikian, denganadanya golongan baru kepada para leluhur.
aparat pemerintahan dan warga negeri atau desa
maka masyarakat dapat digolongkan dalam 2 3.1.7 Introduksi Program Pembangunan
golongan, yaitu penguasa (Raja beserta badan
saniri negeri) dan warga negeri yang merupakan Program pembang unan yang pada
lapisan sosial pertama di Negeri Lumoli. Pada lingkungan masyarakat Maluku perlu dilakukan
saat ini tidak terdapat pelapisan sosial resmi secara bertahap. Tahapan-tahapan dari
pada suku bangsa Alune di Negeri Lumoli. Sama pembangunan dimaksud meliputi;
halnya dengan masa lalu, hanya ada dua golongan
3.1.7.1 Sosialisai dan Perencanaan
masyarakat yaitu golongan penguasa dan rakyat
biasa. Sosialisasi program pembangunan perlu
Pimpinan saat ini di Negeri Lumoli tidak dilakukan secara terkoordinasi antar institusi
banyak berbeda dengan pimpinan masa lalu. terkait, mulai dari tingkat pusat, provinsi,
Struktur kepemimpinan masa kini merupakan kabupaten, kecamatan, dan negeri atau desa,
warisan struktur kepemimpinan masa maupun masyarakat lokal yang dijadikan sebagai
lalu. Kondisi Negeri Lumoli saat ini secara sasaran pembangunan. Pelibatan masyarakat
administratif termasuk salah satu dalam wilayah berserta institusi terkait dimaksudkan agar tidak
Kecamatan Piru. Pimpinan negeri disebut Raja, terjadi benturan kepentingan.
sama seperti pemimpin negeri pada sistem Selain itu juga pelibatan tenaga akademisi
kepemimpinan masa lalu. Pembantu raja tidak yang memiliki kompetensi dalam bidang ilmu

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 51
(sosiologi dan antropologi) sehingga pelaksanaan perencanaan ttg kehidupan yang lebih
program pembangunan yang direncanakan baik di level komunal (misal perencanaan
dapat dirasakan manfaatnya sesuai kebutuhan pembukaan wilayah, perencanaan kegiatan
dan kepentingan masyarakat. Berkaitan dengan ekonomi dll).
aspek perencanaan dalam melaksanakan program 4. Kedua, pertemuan informal antara pembawa
pembangunan sebaiknya dipersiapkan mulai dari program (antropolog dan sosiolog ),
bawah sehingga aspirasi dari masyarakat lokal dengan masyarakat kelas bawah (yang
dapat terserap secara baik. tak diundang dalam pertemuan elite).
Program pembang unan yang pada Pertemuan di lakukan tanpa undangan tetapi
lingkungan masyarakat Maluku perlu dilakukan menggunakan ruang-ruang
secara bertahap. Tahapan-tahapan dari
pembangunan dimaksud meliputi; 3.1.7.2 Pemastian Tenure
S e b e l um m e l a k s a na k a n p r o g r a m
1. Sosialisasi
pembang unan diperlukan studi untuk
Langkah-langkah yang diperlukan dalam mengetahui keberadaan lahan. Selain itu juga
melakukan sosialisasi yang bernuansa adat antara perlu dilakukan pendekatan dengan negeri
lain: adat yang memiliki hak penguasaan maupun
1. Sosilaisasi program REDD+ dapat dilakukan kepemilikan terhadap tanah dan kawasan hutan
pada balai negeri atau desa, atau baileu yang berada dalam wilayah kekuasaan (petuanan)
(rumah adat). dan telah direncanakan untuk menjadi target
2. Peserta yang perlu dihadirkan dalam dan sasaran program. Unsur kelembagaan yang
melakukan sosialisasi REDD+ yaitu Raja, berada pada negeri adat antara lain Pemerintah
Kepala-Kepala Soa, Tuan Tanah, Kepala Negeri, Soa, Tuan Tanah, kewang, dan marga
Kewang, Tokoh Pemuda (Kepala Pemuda), pemilik lahan baik itu berupa tanah atau dusun
Tokoh Perempuan, dan Tokoh Agama untuk dati, dusun pusaka, tanah ewang, aong, dan
memberikan informasi yang benar sehingga sebagainya.
terdapat pemahaman yang baik terhadap Strategi ini perlu dilakukan karena
program, kemudian peran mereka dapat menghindari benturan kepentingan dan
dijadikan sebagai agen. hambatan serta kegagalan program pemba-
3. Metode atau cara yang perlu digunakan dalam ngunan. Masyarakat perlu dilibatkan untuk
melakukan sosialisasi yaitu ceramah dan membicara kemanfaatan dari program dimaksud,
diskusi mengenai rencana program, dengan sehingga pendekatan yang berkaitan dengan
melibatkan perencana yang didampingi oleh menanam rasa memiliki adalah penting, dengan
akademisi (sosiolog dan antropolog). konsep dari semua untuk semua.
Da lam konteks Ma luku, sebelum
2. Perencanaan: melaksanakan program REDD+ diperlukan
1. Tahapan perencanaan awal sebelum studi untuk mengetahui secara benar mengenai
dilakukan implementasi REDD+ di Maluku eksistensi lahan, sehingga yang perlu dilakukan
adalah pendekatan informal maupun formal yaitu:
pada elite yang berada di tingkat negeri atau 1. Pendekatan dengan negeri adat yang
desa (Raja, Kepala Soa, Tuan Tanah, dan memiliki hak peng uasaan maupun
Kewang). kepemilikan tanah dan hutan yang berada
2. Memastikan bahwa program REDD+ dalam wilayah kekuasaan (petuanan) dan
memimiliki perbedaan dengan program telah direncanakan untuk menjadi target dan
pembangunan yang lainnya. sasaran program REDD+.
3. Kepastian kah untuk masing wilayah 2. Melibatkan unsur kelembagaan adat
(maluku, papua dan ntt) mekanisme yang berada pada negeri adat antara lain

52 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


Pemerintah Negeri, Soa, Tuan Tanah, yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan konflik
Kewang, dan marga pemilik lahan baik terbuka. Upaya meminimalisasi potensi konflik
itu pemilik tanah dalam dusun dati, dusun laten dan konflik manivets membutuhkan
pusaka, tanah ewang, aong, dan sebagainya. mekanisme pengelolaan konflik secara benar.
3. Masyarakat perlu dilibatkan untuk Untuk itu diperlukan pengetahuan yang benar
membicara kemanfaatan dari program mengenai eksistensi agen pembangunan yang
REDD+ dimaksud, sehingga pendekatan berada pada level paling bawah dan berada pada
yang berka itan deng an menanam lingkungan masyarakat adat (lokal) beserta
rasa memiliki adalah penting , dengan institusi non formal pada tingkat kelembagaan
pemahaman bahwa dari beta untuk ale, dan soa.
dari ale untuk beta. Apabila terjadi konflik, maka solusi
penyelesaian dilakukan melalui mekanisme
3.1.7.3 Pengembangan Kapasitas Lembaga Adat adat. Untuk itu dalam melaksanakan program
dan SDM pembangunan, hindarilah membuat janji-janji
Lembaga-lembaga lokal perlu dilakukan yang tidak dapat dilakukan secara baik kepada
penguatan kelembagaan, dan pengembangan masyarakat.
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam Agar program REDD+ dapat dilaksanakan
melaksanakan program pembangunan. Sumber secara baik dan lancar maka sebelum program
daya manusia, sumber daya sosial yang terdapat dilaksanakan perlu dilakukan:
pada lingkungan negeri adat perlu dilibatkan 1. Identifikasi potensi konflik yang
mulai dari perencanaan, penyiapan program, berhubungan dengan konflik kepentingan
penetapan sasaran dan tujuan program, dan antar warga.
pelaksanaan program. 2. Penggunaan lokasi (tanah dan lahan)
Pelaksanaan program REDD+ ditujukan yang berada pada batas-batas wilayah adat
pada anggota masyarakat secara keseluruhan, (petuanan) yang ditentukan secara alamiah
namun perlu dilakukan secara bertahap (sungai, batu, pohon).
agar warga masyarakat dapat ditingkatkan 3. Potensi konflik potensial lainnya adalah
kapasitasnya melalui kegiatan REDD+ yang batas tanah milik marga dalam petuanan
meliputi: yang sama, maupun antara marga yang
1. Anggota masyarakat yaitu marga-marga yang berbeda petuanan.
tergabung dalam Soa (Kepala Soa dan Anak 4. Apabila terjadi konflik dalam pelaksanaan
Soa) yang memiliki kaitan langsung dengan program REDD+, maka langkah yang
hak milik yang digunakan dalam program perlu ditangani dan diselesaikan secara
REDD+. adat dengan melibatkan tokoh Pemerintah
2. Masyarakat yang harus mengetahui tentang Negeri atau Desa yaitu Raja, lembaga Saniri
interkoneksi pada level lokal dan global, serta Negeri, Kepala Soa, Tuan Tanah, Kewang,
memiliki pengetahutan tentang jaringan dan tokoh agama.
kerja yaitu Raja, Kepala Soa, Tokoh Pemuda. 5. Apabila pendekatan adat ternyata belum
3. Unsur masyarakat yang mengetahui tentang dapat menyelesaikan konflik dalam
pengelolaan aset adat yaitu Raja, Saniri masyarakat, maka langkah yang perlukan
Negeri, Kepala Soa, Kepala Kewang, dan dilakukan adalah menghadirkan penegak
Tuan Tanah. hukum (Polisi) agar dapat membantu proses
penyelesaiannya.
3.1.7.4 Resolusi Konflik 6. Melalui mekanisme seperti ini masyarakat
Dalam melaksanakan program sebagai sasaran program REDD+ dapat
pembangunan perlu memahami secara benar memperoleh manfaat untuk meningkatkan
tentang potensi konflik potensial (konflik laten) taraf kehidupan dan kesejahteraannya.

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 53
3.1.7.5 Sistem Benefit Sharing Afrika Selatan, (Drooglever 2010:20). Ciri-ciri
Menanam kan p ema haman kepada tersebut kian hari menjadi identitas orang Papua
masyarakat adat (lokal) mengenai manfaat dari tradisional.
program adalah penting. Untuk itu mekanisme Versi UU.No.21 tahun 2001 Tentang
yang perlu dilakukan yaitu, mengemukakan Otonomi Khusus Bagi Rakyat Papua yang telah
diubah dengan UU.No.35 tahun 2008 pasal 1
cara-cara lokal yang biasanya dilakukan
huruf t menyebut sangat jelas definisi orang asli
oleh masyarakat dengan catatan tidak boleh
Papua, yaitu, orang yang berasal dari rumpun
mengabaikan kepentingan orang lain atau
ras Melanesia yang terdiri dari suku-suku asli di
mengorbankan kepentingan orang lain untuk
Provinsi Papua dan/atau orang yang diterima dan
tujuan program.
diakui sebagai orang asli Papua oleh masyarakat
Ma n f a a t d a r i p r o g r a m k i r a ny a
adat Papua. Versi Majelis Rakyat Papua (MRP)
dapat dinikmat secara bersama, sehingga
orang asli Papua adalah orang yang lahir dari
pendelegasikan tanggungjawab kepada warga
bapak/ayah dan mama/ibu asli Papua rumpun
sesuai fungsi dan peran masing-masing adalah
ras Melanesia, yang mengikuti garis keturunan
penting, dan menghindari janji-janji palsu
bapak/ayah (system patrilineal) yang memiliki
yang bisa mendatangankan kecurigaan dari
basis culture dalam adat masyarakat asli Papua2.
warga masyarakat sebagai sasaran program
Kekayaan alam Papua menjadi jaminan
pembangunan melalui usaha membangun relasi
hidup masa lalu, masa kini,namun menjadi
saling percaya, dan membentuk jaringan kerja
pertanyaan bagaimana dengan masa depan ?
dengan warga secara baik.
apakah kekayaan alam masih menjadi jaminan
hidup bagi kelompok etnik di tanah Papua, diatas
3.2 Keragaman Manusia Papua
tanah leluhurnya ? pertanyaan ini perlu diajukan
oleh penulis, mengingat semakin berdatangan
3.2.1 Pendahuluan beragam agenda pembangunan dari negara.
Menyebut nama Papua, seakan kita diajak Pembangunan yang baik tetap memperhatikan
menoleh ke Propinsi yang letaknya paling dan memberikan jaminan hidup bagi hari
timur di negeri ini. Tanah Papua memang depan. Menjadi catatan buruk apabila, agenda
dikenal memiliki sejumlah kekayaan alam yang pembangunan justru menjamin masa kini saja.
melimpah. Emas, nikel, tembaga, gas, demikian
contoh kekayaan alam Papua. Kekayaan alam 3.2.2 Gambaran Umum Wilayah
yang melimpah menjadi daya tarik beragam
kelompok etnik di planet bumi untuk datang 3.2.2.1 Geografis
ke tanah Papua. Papua Barat, demikian nama resmi yang
Dibalik kekayaan alam yang melimpah, ada digunakan oleh Pemerintah Republik Indonesia
pemiliknya. Pemilik yang sah atas tanah Papua untuk menyebut salah satu Propinsi di tanah
adalah kelompok etnik yang terdiri dari kurang Papua. Posisi Propinsi Papua Barat berada paling
lebih 250 yang menyebut diri mereka sebagai timur Indonesia. Secara geografis Provinsi Papua
orang asli Papua. Orang Papua adalah, kelompok Barat terletak pada 124°-132° BT dan 0°- 4°
penduduk primitive, yang terdiri dari orang- LS, tepat berada di bawah garis khatulistiwa
orang berkulit hitam dan berambut keriting dengan ketinggian 0-100 meter dari permukaan
lebat, (Drooglever 2010:19). Gagasan atas ciri laut. Batas wilayah Provinsi Papua Barat adalah
tersebut, dibayangkan oleh seorang penemu sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan
Spanyol bernama Inigo Ortiz de Retes yang Samudera Pasifik, sebelah Selatan berbatasan
mengunjugi tanah Papua tahun 1545. Ia terkesan dengan Laut Banda (Provinsi Maluku), sebelah
karena tanah dan penduduknya mengingatkan
dia akan apa yang sudah dilihatnya di Guinea 2
Baca SK MRP No.14 tahun 2009

54 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


Barat berbatasan dengan Laut Seram (Provinsi sebagai pemilik Kabupaten Manokwari Provinsi
Maluku), dan sebelah Timur berbatasan dengan Papua Barat, misalnya. Mengkontruksi cerita
Provinsi Papua. mitos bahwa Istilah Boray berasal dari bahasa
Boray yang memiliki arti asli atau tanah. Jadi,
3.2.2.2 Wilayah Administrasi Pemerintahan kelompok etnik Boray adalah suku asli atau
Semula provinsi Papua Barat bernama kelompok etnik yang memiliki tanah dan
Provinsi Irian Jaya Barat, yang dibentuk dipercaya tanah Kabupaten Manokwari.
berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 Tahun Sementara, mitos yang lain adalah
1999 tentang pembentukan Provinsi Irian kelompok etnik Arfak yang juga menghuni
Jaya Barat. Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat.
Provinsi Papua Barat terdiri dari 12 kabupaten Melalui kontruksi cerita mitos dikisahkan
dan 1 kota, yaitu: Kabupaten Manokwari, bahwa meskipun istilah Arfak dimaknai sebagai
Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Teluk gunung besar, namun mereka mengklem sebagai
Bintuni, Kabupaten Tambrauw, Kabupaten kelompok etnik asli yang memiliki lokalitas dari
Pegunungan Arfak, Kabupaten Manokwari pegunungan Arfak sampai pesisir pantai. Atau
Selatan, Kabupaten Fak-Fak, Kabupaten dengan pengataan lain, merekalah yang memiliki
Kaimana, Kabupaten Sorong, Kota Sorong, kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat.
Kelompok etnik Amungme di Kabupaten
Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Maybrat,
Timika Provinsi Papua, memiliki cerita sejarah
Kabupaten Raja Ampat.
asal-usul. Dikisahkan bahwa kata amungme
terdiri dari dua kata amung yang berarti pertama
3.2.3 Sejarah Asal-Usul Kelompok Etnik
dan me yang berarti manusia. Secara etimologi
dan Penyebarannya
dapat dikatakan bahwa Amungme berarti
Berapa jumlah kelompok etnik di tanah “manusia yang pertama” atau “manusia sejati”
Papua dan sejarah asal-usul, merupakan suatu Kelompok Etnik Anim-Ha di Kabupaten
perdebatan yang hingga kini masih didiskusikan Merauke Provinsi Papua, memiliki cerita sejarah
dan boleh saja dikatakan belum pasti. Kuat dugaan asal-usul. Di kisahkan bahwa semenjak alam
terdapat variasi data. Dalam catatan Summer (tanah) diciptakan, mereka kelompok etnik
Institute for Linguistic (SIL) pada tahun 1990, pertama yang diciptakan. Oleh sebab itu, mereka
dikatakan bahwa jumlah bahasa lokal di tanah menyebut diri kelompok etnik manusia Anim-
Papua adalah 250 (Mansoben, 1997). Bahasa Ha yang memiliki arti manusia sejati.
menunjukkan etnik, sehingga dapat dikatakan Dari beberapa kisah diatas, memberikan
bahwa jumlah kelompok etnik di tanah Papua pedoman kepada kita bahwa isu asli, siapa
versi SIL adalah 250 kelompok etnik. manusia pertama yang ada di tanah Papua
Sejarah asal-usul 250 kelompok etnik yang ada menjadi catatan penting bagi pembawa agenda
di tanah Papua, bisa ditelusuri melalui cerita mitos pembangunan ke tanah Papua, karena isu
yang di kontruksi oleh masing-masing kelompok tersebut bisa menjadi potensi konflik horizontal
etnik. Artinya, masing-masing kelompok etnik yakni antara kelompok etnik.
memiliki cerita mitos tentang asal-usul sejarahnya Sementara Pola Persebaran manusia Papua
masing-masing. Terdapat beragam mitos tentang Berdasar kan Wilayah Budaya. Pada bagian ini
asal-usul yang berbeda-beda. Namun, ada satu akan dijelaskan tentang pola persebaran orang
titik temu antara cerita mitos tentang asal-usul Papua berdasarkan wilayah budaya. Ada lima
kelompok etnik di tanah Papua yaitu masing- wilayah budaya, antara lain: ((1)dafonsoro
masing kelompok etnik melalui kontruksi mitos, (Tabi). (2)Teluk cenderawasih (Saireri), (3)
memberikan legalitas bahwa mereka adalah Kepala burung, di bagi menjadi dua, yaitu
kelompok asli di tanah Papua. Bomberai dan Doberai, (4)Pegunungan Mee
Mitos dari Kelompok Etnik Boray salah satu Paqo, dibagi 2, yaitu Mee Paqo dan Lani Paqo,(5)
kelompok etnik yang menghuni dan mengklaem Ha Anim.

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 55
Tabel 4. Pola Persebaran Orang Papua 3.2.4 Keragaman Manusia, Suku Bangsa
Berdasarkan Wilayah Budaya Dan Penyebarannya

No Wilayah Budaya Kabupaten/Kota Propinsi 3.2.4.1 Kosmologi (Pandangan Tentang Dunia


Kelompok Etnik/Sub Etnik: Relasi Manusia
1 Dafonsoro (Tabi) Dengan Alam, Dan Dunia Gaib)
a. Kaureh Kab. Jayapura Papua
b. Sentani Kab.Jayapura Papua
Rasa ketergantungan hidup Orang
c. Genyem Kab.Jayapura Papua Papua terhadap alam sangat tinggi, karena
d. Tanah Kab.Jayapura Papua linggkungan alam dipandang sebagai sumber
Merah Papua kehidupan. Oleh sebab itu, Orang Papua
e. Tobati Kab.Jayapura Papua
f. Enggros Kab.Jayapura Papua harus hidup lebih bijaksana guna menjaga
g. Nafry Kab.Jayapura Papua keseimbangan lingkungan alam dengan tindakan
h. Skuw Kab.Jayapura Papua menjaga, mengelola dan memanfaatkan sesuai
i. Keerom Kab. Keerom kebutuhan dan kepentingan Orang Papua.
Berbekal pengalaman berinteraksi dengan
2 Teluk
Cenderawsih
lingkungan alam khususnya tanah dan hutan
(Saireri) yang telah berlangsung turun-temurun, maka
a. Biak Numfor Kab. Biak Numfor Papua direproduksi kearifan lokal berupa hubungan
b. Napan Kab. Nabire Papua antara manusia dengan lingkungan alam, yang
c. Moor Kab. Nabire Papua
d. Wamesa Kab. Nabire Papua dalam bahasa Cliford Geertz disebut dengan
e. Yapen Kab.Yapen Papua istilah pengetahuan lokal, (Geertz, 2003:253).
f. Waropen Kab.Waropen Papua Bag aimana Orang Papua menjag a
g. Raja Ampat Kab.Raja Ampat Papua Barat lingkungan alam guna kelangsungan hidup
h. Pantai
Selatan Orang Papua, atau dalam bahasa Julian Steward
yang memakai istilah Culture ecology, namun
3 Kepala Burung, Ia lebih menekankan hubungan kebudayaan
dibagi dua: dengan alam lingkungan, (Poerwanto 2008:71).
(Bomberai) Namun demikian, menurut Steward hubungan
a. Fak-fak Kab. Fak-fak Papua Barat
b. Kaimana Kab. Kaimana Papua Barat antara manusia dan lingkungan tidaklah secara
c. Bintuni Kab. Teluk Bintuni Papua Barat langsung melainkan ada perantaranya yaitu
(Doberai) nilai-nilai, pengetahuan, kepercayaan yang
a. Manokwari Kab. Manokwari Papua Barat membentuk suatu pola budaya.
b. Sorong Kab. Sorong Papua Barat
Salah satu hubungan antara Orang Papua
4 Pegunungan dengan lingkungan alam yaitu konsep tentang
Mee Paqo, tanah. Bagaimana Orang Papua memperlakukan
dibagi dua: lingkungan alam (tanah dan hutan), sangat
a. Paniai Kab. Paniai Papua tergantung dari bagaimana konsep Orang Papua
b. Puncak Jaya Kab. Puncak Jaya Papua
c. Amungme Kab. Timika Papua terhadap lingkungan alam (tanah dan hutan).
Lani Paqo Kelompok etnik Anim-Ha di kabupaten
a. Jayawijaya Kab. Jayawijaya Papua Merauke Provinsi Papua, memiliki konsep
b. Pegunungan Kab.Pegunungan Papua tentang tanah. Tanah adalah pemberian dari
Bintang Bintang Papua
c. Tolikara Kab. Tolikara dewa tertinggi bernama Dema3. Namun, dalam
kelompok etnik terdiri dari beberapa marga,
5 Ha Anim maka tanah dibagi berdasarkan marga-marga
a. Merauke Kab. Merauke Papua
b. Asmat Kab. Asmat Papua
3
Menurut Boelaars (1986) Dema merupakan mitologi asal-usul
Sumber: Diolah Dari berbagai sumber bacaan manusia Marind, mencipta dan mengatur.

56 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


dalam satu kampung. Karena pemberian dewa, hasil hutan pada batas adat milik marga lain,
maka tanah harus dijaga. Dalam bahasa lokal, haruslah meminta izin pada pemilik. Karena,
“namik, nahisa, nahai anim,es anim,nahim, Hutan merupakan salah satu bagian dari tanah
makan dimatab aleb. Mabateme, warangga es yang menjadi milik kampung (tanah ulayat) dan
hanid nanggo”, (artinya: Saudara-saudara, mama- hanya warga kampung itu saja yang boleh masuk
mama, kakak-kakak, adik-adik, bapak-bapak, dan mengambil hasilnya. Orang Arfak juga
jangan jual tanah untuk perusahaan. Kasihan, itu mengenal konsep pembangian wilayah hutan.
milik kalian dan anak cucu dimasa mendatang). Wilayah pertama disebut babamti, yaitu wilayah
Dalam adat Anim-Ha hubungan manusia hutan primer yang lokasinya berada lebih tinggi
dengan alam dan manusia dengan manusia dari perkampungan penduduk. Secara adat
lain bertemu dalam sistem perlindungan wilayah Babamti idak boleh dipakai untuk
dan pemanfaatan sumber daya alam yang mendirikan kebun ataupun membuat rumah.
terkandung dalam wilayah teritorial adat, yang Dikawasan ini penduduk hanya diperbolehkan
terbagi dalam beberapa marga dan sub marga. untuk mengambil kayu untuk membuat rumah.
Tanah terbagi merupakan milik masing-masing Wilayah kedua, nimahamti yaitu hutan yang
marga dan berdiri diatas dua sistem hak, yaitu sangat lembab dan banyak lumut yang tumbuh di
hak kepemilikan dan hak pakai. Kedua hak ini tanah dan menempel dipohon. Wilayah bahamti
secara umum memiliki ketentuan bahwa tidak dan nimahamti tidak dapat dijadikan kebun
ada hak kepemilikan yang berada ditangan karena secara geografis memang sulit dijangkau
individu atau perorangan, melainkan berada kampung dan suhunya dingin sehingga tidak
ditangan semua anggota marga secara komunal semua tanaman dapat tumbuh subur, terutama
sebagai wujud dari kedaulatan kaum, yang untuk tanaman pangan. Wilayah ketiga adalah
dalam hal penangung jawaban pembangian susti, yaitu hutan sekunder, yaitu hutan yang
dan penggunaan diserahkan kepada kepala sebelumnya sudah pernah dibuka untuk
marga. Sementara yang berlaku bagi setiap membuat kebun namun sudah di tinggalkan dan
masyarakat dalam satuan rumah tangga adalah sudah tumbuh pohonya menjadi hutan kembali.
hak pemanfaatan yang terbatas diantara sesama Kelompok etnik Sumuri di Distrik
anggota marga. Sumuri Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi
Kelompok etnik Arfak di Kabupaten Papua Barat memilik Konsep Tentang Tanah.
Manokwari Provinsi Papua Barat, memiliki Tanah dalam Bahasa Sumuri disebut Kenete.
konsep tradisional tentang tanah yang dalam Pesan nenek moyang Tanah hanya sebatas
bahasa lokal disebut:“Igya Ser Hanjop”, (Secara di pakai dan ditanami. Untuk dijual, saat ini
umum artinya: mari kita sama-sama menjaga belum diperbolehkan, karena kelompok etnik
hutan untuk kepentingan bersama). Kehidupan Sumuri marga Agofa, masih memegang pesan
Orang Arfak sepenunhya sangat bergantung nenek moyang. Apalagi pesan ini di wariskan
kepada alam. Tanah, pohon, binatang adalah secara turun-temurun. Apa yang dikatakan
bagian dari kehidupan mereka. Orang Arfak nenek moyang, merupakan pesan “sakral” yang
mengenal konsep tanah Adat. Tanah adat adalah harus di laksanakan. Pesan ini, bukan hanya
tanah milik bersama satu kampung, yang dapat sebatas milik individu atau keluarga, tetapi
di manfaatkan untuk memenuhi sumber pangan. milik kelompok etnik Sumuri dengan marga
Meskipun, tanah milik bersama namun setiap Agofa. Marga Agofa memiliki tanggungjawab
marga tak semena-mena mengambil sebebas- menjaga pesan tersebut. Itu sebabnya, setiap
bebasnya. Setiap marga sudah dibagi tanah pihak luar entah koorporasi berskala nasional
adat sehingga boleh mengambil pada batas- maupun internasional yang hendak memasuki
batas yang telah diatur. Batas tanah adat antara wilayah hak ulayat milik marga Agofa, maka
marga biasanya dibatasi oleh sungai, gunung ada anggapan bahwa pihak luar adalah ancaman
atau pohon yang diberi nama sebagai simbol atau peluang. Langkah bijak harus diambil untuk
pembatas. Jika, seseorang hendak mengambil mengantisipasi antara ancaman atau peluang

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 57
dengan mewajibkan kepada pihak luar untuk dimulai dari kali Yenadu di Kabupaten Teluk
meminta izin kepada nenek moyang dan kepada Bintuni hingga kali Wagos di Kabupaten Fak-
marga Agofa. Permintaaan izin kepada nenek Fak.
moyang, haruslah dilakukan secara tradisional Kelompok etnik Amungme di Kabupaten
yang disebut dengan upacara atau ritual khusus Timika Propinsi Papua mengenal konsep tanah,
untuk alam yang dalam bahasa Sumuri disebut yaitu:“tanah adalah mama atau ibu, jika manusia
Tamu Manere. Ritual Tamu Manere dipimpin merusak alam, dengan sendiri nya ia merusak
oleh tetua adat atau orang dituakan dalam dirinya sendiri, dalam bahasa lokal disebut, te
marga Agofa sebagai pemilik ulayat tanah. aro neweak lak-o, yang berarti alam adalah aku”.
Upacara ini dilakukan untuk menandai alam dan Meskipun, terdapat kurang lebih 250 konsep
upaya meminta ijin kepada para leluhur untuk tentang tanah yang bervariasi, akan tetapi ada 2
digunakan. Ritual ini biasa di lakukan di bawah unsur utama di antara sejumlah konsep tentang
pohon beringin, mata air, atau lahan yang akan tanah bagi orang Papua, yaitu pertama, tanah
dibuka dengan melakukan persembahan berupa adalah ibu atau mama. Kedua, tidak ada tanah
sirih, pinang, kapur, air panas, rokok, yang di
yang tak bertuan. Artinya, setiap tanah entah
letakkan diatas para-para4. Juga disertai dengan
masih hutan belantara dipercaya ada pemiliknya,
penyembelihan hewan, seperti: sapi, kambing,
baik makhluk yang kelihatan maupun tak
atau ayam tergantung dari besar-kecilnya upacara
kelihatan.
yang akan di lakukan. Berikut tahapan yang
Sementara Tanggapan orang Papua terhadap
harus dilakukan jika ada agenda pembangunan
sesama manusia. Ada yang berpandangan bahwa
yang akan memasuki wilayah tanah ulayat.
Sementara bagi warga Kampung Onar Baru hubungan vertikal antara manusia dengan
yang bukan pemilik ulayat,boleh membuka sesamanya adalah amat penting. Berpedoman
lahan bertani atau berkebun di hutan sekitar pada tokoh-tokoh pemimpin dan orang-
tanpa membayar karena hanya memiliki hak orang senior. Terdapat pula pandangan bahwa
pakai bukan pemilik tanah. hubungan horizontal antara manusia dengan
Sementara Dalam konsep tradisional sesamanya sebagai yang terbaik. Kebudayaan
tentang pembagian tanah (ulayat), Kelompok seperti itu akan amat merasa tergantung kepada
etnik Sumuri mengenal 2 konsep, yaitu: tanah sesamanya dan berusaha untuk memelihara
milik kelompok etnik, dan tanah milik marga. hubungan baik dengan tetangganya dan sesama
Tanah milik Kelompok etnik Sumuri adalah kaum kerabat dianggap sangat penting dalam
kampung-kampung yang secara administratif hidupnya. Sebaliknya adapula kebudayaan yang
terletak dalam wilayah distrik Sumuri,yang berorientasi bahwa menggantungkan diri pada
meliputi kampung Tanah Merah Lama,Tanah orang lain bukan hal yang baik.
Merah Baru, Saengga, Tofoi atau Kelapa Dua,
Onar Lama, Onar Baru, dan Tomage. Sementara 3.2.4.2 Sistem Pengetahuan
itu, pembangian tanah (Hak ulayat) berdasarkan Sistem pengetahuan disetiap kelompok
marga, sangat jelas. Marga Sowai memiliki hak etnik di tanah Papua sungguhlah beragam. Salah
ulayat marga di kampung Tanah Merah Lama. satunya adalah sistem pengetahuan tentang alam
Marga Wayuri memiliki hak ulayat di kampung
flora.
tanah Merah Baru. Marga Agofa memiliki hak
Orang Arfak memiliki pengetahuan
ulayat di kampung Onar Lama dan Onar Baru.
tradisional tentang berbagai jenis tumbuhan
Terkait batas hak ulayat antar marga, biasa
yang dapat dimanfaatkan untuk membuat rumah
digunakan batas alam yaitu kali. Marga Agofa
seperti kayu besi, dan kayu matoa. Pengetahuan
misalnya, memiliki batas hak ulayat marga
tentang tumbuhan yang ditanam dan bisa di
4
Semacam pondok yang dibuat dikebun, maupun dihalaman sekitar konsumsi seperti ubi, pisang, jeruk, jambu,
rumah warga, sebagai tempat duduk bercerita antar warga. pepaya, kelapa, dan beberapa jenis sayuran.

58 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


Pengetahuan tradisional yang dimiliki mata pencaharian sampingan seperti berburu
kelompok etnik Sumuri sebenarnya memiliki dan mencari ikan disungai.
nilai yang bermakna. Ia memiliki nilai, karena Kelompok etnik Sumuri di Kabupaten
pengetahuan tradisional menuntun manusia Teluk Bintuni Propinsi Papua Barat yang secara
untuk lebih bijaksana menggunakan berbagai ekologi berada di wilayah pesisir pantai memiliki
kekayaan alam agar tetap bertahan hidup. mata pencaharian pokok sebagai nelayan ikan
Pengetahuan akan tumbuhan sayur misalnya, dan nelayan udang. Sementara mata pencaharian
dapat memberi informasi kepada kelompok sampingan sebagai petani ladang berpindah-
etnik Sumuri untuk bisa mengklasifikasikan, pindah dan petani ladang menetap.
tumbuhan mana yang bisa dikonsumsi, dan
tumbuhan mana yang tidak bisa di konsumsi 3.2.4.4 Organisasi Sosial
karena mengandung kadar racun. Institusi penting yang berada di Tanah
Pengetahun tradisional sebagai warisan Papua terdiri dari tiga elemen penting, yaitu
nenek moyang kelompok etnik Sumuri, kini adat, gereja, Pemerintah. Namun, dalam konteks
menuju degradasi pengetahuan tradisional tulisan ini, fokus pembahasan pada institusi
dan nyaris punah. Pengetahuan tradisional adat. Dalam sistem kepemimpinan tradisional
yang masih diketahui dikampung Onar adalah satu kelompok etnik dipimpin oleh seorang
pengetahuan tentang tumbuhan obat yaitu pemimpin kelompok etnik yang disebut kepala
sarang semut. Sarang semut digunakan untuk suku. Sementara setiap Kelompok etnik yang
penyembuhan penyakit kanker bagi suku Sumuri. terdiri dari marga-marga dipimpin oleh seorang
pemimpin yang disebut kepala marga. Kepala
3.2.4.3 Mata Pencaharian Hidup suku dan kepala marga memiliki tugas dan
Secara ekologis terbagi empat zona yang tanggung jawab masing-masing, sesuai dengan
masing-masing menunjukan diversifikasi nilai adat masing-masing kelompok etnik di
terhadap sistem mata pencaharian mereka tanah Papua.
berdasarkan kebudayaan dan sebaran suku Suku Sumuri dipimpin oleh seorang kepala
bangsa, yaitu: suku. Tugasnya hanya memastikan bahwa hak-
1. Zona ekologi Rawa-rawa ( Swampy Areas), hak ulayat (tanah) berada pada posisi aman.
Daerah pantai dan muara sungai (Coastal & Artinya tidak ada terjadi konflik antar marga
Laowland Reverin), maupun antar pihak luar (pemerintah dan
2. Zona Ekologi daerah pantai dan muara koorporasi). Kepala suku tidak memiliki hak
sungai (Coastal Laowland Areas) untuk mencampuri hak ulayat milik marga.
3. Zona ekologi kaki gunung dan daerah Sementara, antar marga terdapat seorang
lembah-lembah kecil (Foothils and Small pemimpin yang disebut kepala marga. Tugas
Valley) kepala marga adalah mengatur hak ulayat
4. Zona ekologi peg unungan tinggi ( milik marga, memberi izin beroperasi sebuah
Highlands) koorporasi diatas tanah hak ulayat milik marga,
Persebaran Orang Papua berdasarkan memberi izin kelompok etnik “pendatang” untuk
Zona ekologi yang berbeda, membuat mata tinggal dalam batas-batas hak ulayat milik marga,
pencaharian orang Papua berbeda-beda. Orang menyelesaikan konflik sesama marga maupun
Papua mengenai mata pencaharian utama dan antar kelompok etnik dalam kampung. Menjadi
mata pencaharian sampingan. kepala Suku Marga Agofa, haruslah memiliki
Orang Arfak yang secara ekologi berada di syarat, punya wawasan luas, berpendidikan
wilayah pegunungan memiliki mata pencaharian tinggi, dan orang yang berdasarkan hasil diskusi
sebagai petani dengan pola perlandangan tua-tua adat bisa melihat kepentingan sesama
berpindah-pindah dan menetap, serta memiliki marga.

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 59
Kelompok etnik Arfa k meng ena l istilah lokal (bahasa Sumuri) untuk menyebut
pemimpin kampung. Artinya dalam setiap dia pemilik tempat adalah “Kiwawiri tibi kenete
kampung terdapat pemimpin kampung yang fa yona”. Sementara dalam istilah lokal pula
disebut Kenamnyak yaitu orang pertama moyang pemilik tempat disebut Artra.
yang menempati suatu daerah sebagai tempat Warisan budaya berwujud kepercayaan
tinggal dan membuat kebun. Kenmnyak yang tradisional tersebut, menjadi kompas bagi marga
menetukan wilayah antara marga, memberikn Agofa dalam menjaga dan mengelola alam
nama-nama tempat, jenis binatang dan pohon semesta. Oleh sebab itu, bagi siapa saja entah
yang sebelumnya belum dikenal. Bila ada pihak pihak pemerintah, koorporasi dan bahkan
lain yang hendak tinggal diwilayah kenamnyak kelompok etnik lain, yang hendak memasuki
maka orang tersebut harus meminta izin kepada wilayah Kampung Onar Baru harus meminta
kenamnyak. Orang yang ikut tinggal tidak izin kepada dua pihak yaitu, artra (pemilik
boleh menjual tanah karena statusnya hanya tempat) dan marga Agofa (ahli waris artra).
menumpang pada kenamnyak. Jika kenamnyak Ritual adat diatas memiliki nilai fungsi,
meninggaal, maka digantikan oleh Andigpoy bahwa supaya perusahaan akan beroperasi
(tuan tanah). Andigpoy merupakan pemilik dengan baik, perusahaan akan berjalan terus,
tanah yang kemudian diangkat sebagai kepal dan kecelakaan sebagai akibat dari kemarahan
suku untuk memipin suatu kampung. Namun, artra tidak terjadi. Fungsi lain, sebagai etika
Pemerintah Daerah saat ini mengangkat kepala sopan santun tradisional bagi pihak mana saja
suku besar Arfak menjadi kepala suku dari yang hendak menduduki hak ulayat milik Suku
seluruh kepala kampung. Saat ini, di Manokwari Sumuri.
terdapat 3 kepala suku besar Arfak. Melalui 3 Sementara, tata cara izin kepada pemilik
kepala suku besar Arfak, surat pelepasan tanah hak ulayat (marga Agofa), harus dipatuhi agar
adat bisa diberikan kepada pihak lain yang tidak terjadi perlawanan pemilik hak ulayat
hendak membeli tanah adat. kepada pihak mana saja. Masyarakat pemilik
Kelompok etnik Anim-Ha di Kabupaten hak ulayat dikumpul, koorporasi menyampaikan
Merauke Provinsi Papua, mengenal seorang tujuan kedatangan, apa saja manfaat yang
pemimpin yang disebut kepala marga atau di rasakan pemilik hak ulayat. Semua hasil
dalam istilah lokal disebut pakas-anim memiliki pembicaraan harus di dokumentasikan dalam
tanggung jawab untuk mengola hak atas tanah wujud Perjanjian Kontrak. Yang penting lagi,
di antara sesama anggota marga dan hubungan kontrak tersebut harus di implementasikan
pemilikan/ penguasaan marga dengan pihak sesuai bunyi perjanjian dan harus menghindari
luar. kata penipuan.

3.2.4.5 Sistem Religi/Kepercayaan 3.2.5 Dinamika Perubahan Sosial


Sebelum kedatangan agama modern Tanah Papua yang dihuni oleh beragam
(Kristen Protestan, Kristen Khatolik, Islam, kelompok etnik, saat ini mendapat perhatian
Budha, Hindu) di Papua, kelompok Orang dari negara melalui intervensi pembangunan
Papua memiliki kepercayaan tradisional. berwujud kebijakan, program dan korporasi.
Mereka percaya kepada mahluk manusia yang Baik Program Otonomi Khusus, Korporasi
tak kelihatan, namun di percaya ada selalu berskala nasional dan internasional, maupun
bersama dengan manusia. Makhluk tersebut di beragam kebijakan nasional terus di upayakan
percaya sebagai “pemilik” tempat tinggal setiap untuk mempercepat pembangunan di tanah
kelompok etnik ditanah Papua. Papua. Semakin seriusnya negara menghadirkan
Kampung Onar Baru yang kini dihuni pembangunan di tanah Papua, terkesan perhatian
Kelompok etnik Sumuri marga Agofa dipercaya negara yang besar kepada tanah dan manusia
milik makhluk yang tak kelihatan. Dalam Papua.

60 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


Pembangunan menjadi kata “sakral” yang ada 3.2.6 Studi Kasus Etnografi Papua
dalam alam pikiran pengelola negeri ini bahwa
tanah dan manusia Papua hanya bisa mengalami 3.2.6.1 Suku Bangsa Arfak
perubahan dengan intervensi pembangunan.
Memang demikian, karena makna utama dibalik
1. Nama dan bahasa
kata pembangunan dalam pandangan Arensberg
dan Niehoff (1964) 5 adalah perubahan Orang Arfak terdiri dari 4 sub suku yaitu
Sosiokultural yang di rencanakan. Kearah mana suku Meyakh, Halam, Moile, dan Sough. Bahasa
negara hendak merancang perubahan pada Halam dan Moile termasuk fila kepala burung
tanah dan manusia Papua sangat tergantung bagian barat sedangkan bahasa Meyakh dan
dari siapa pengelola negeri ini. Namun, Negara Sough termasuk fila kepala burung bagian timur.
tetap berkeyakinan bahwa tujuan pembangunan
adalah menghadirkan kesejahteraan bagi 2. Lokasi
kelompok etnik di tanah Papua. Orang Arfak mendiami daerah sekitar
Kelompok etnik di tanah Papua, memang Kabupaten Manokwari lembah-lembah serta
sepakat dengan gagasan negara bahwa lereng-lereng Pegunungan Arfak.
pembangunan akan merubah masyarakat dari
titik keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, 3. Sistem Pengetahuan
menuju titik kemajuan dan kesejahteraan. Oleh
sebab itu, kelompok etnik sejak awal hidup di a. Pengetahuan Tentang Alam Sekitar
negeri ini, telah menaruh kepercayaan pada Kehidupan masyarakat Arfak tidak dapat
negara sehingga mendukung berbagai egenda dipisahkan dengan hutan dan sepenuhnya
pembangunan. Akan tetapi, berdasarkan
hanya bergantung kepada alam, pohon, sungai,
evaluasi kelompok etnik di tanah Papua tentang
dan binatang yang memiliki makna sebagai
implementasi berbagai agenda pembangunan di
sumber kehidupan. Berdasarkan kearifan lokal
tanah Papua, tak merubah kondisi kelompok
orang Arfak membagi kawasan hutan menjadi
etnik ditanah Papua, maka masyarakat bertanya
beberapa wilayah wilayah pertama disebut
mengapa negara tak bisa merubah nasib kita
babamti, yaitu wilayah hutan primer yang
dari kemiskinan menjadi sejahtera ? Pada titik
ini, kelompok etnik ditanah Papua memulai lokasinya berada lebih tinggi dari perkampungan
melakukan perubahan berpikir terhadap negara penduduk. Secara adat wilayah babamti tidak
dengan terus bertanya mana janji negara kepada boleh digunakan untuk melakukan aktifitas
kelompok Papua ? berladang dan mendirikan rumah. Dikawasan
Memaknai dinamika perubahan cara ini penduduk hanya diperbolehkan bahan untuk
pandang kelompok etnik ditanah Papua pembuatan rumah seperti kayu, kulit kayu dan
terhadap negara, seharusnya menjadi catatan tali pengikat tiang rumah.
evaluasi bagi negara tentang bagaimana strategi Wilayah kedua disebut nimahamti yaitu
jitu menghadirkan kesejahteraan bagi tanah dan hutan yang sangat lebat dan banyak lumut yang
rakyat Papua. Program REDD+ menjadi “alat” tumbuh ditanah dan menempel dipohon. Wilyah
negara untuk menjawab pertanyaan kelompok babamti dan nimahamti tidak dapat dijadikan
etnik ditanah Papua kapan kita bisa mengalami areal perladangan karena secra geografis memang
perubahan? sulit dan memiliki suhu dingin sehingga tidak
dapat digunakan untuk berladang.
Wilayah ketiga disebut susti. Wilayah
ini disebut hutan sekunder, yaitu hutan yang
sebelumnya sudah pernah dibuka untuk
5
Pendapat ini penulis kutip dari buku Prof.Dr. Amri Marzali dengan
judul:”Antropologi Dan Pembangunan Indonesia”, Jakarta:Prenada membuat kebun namun sudah ditinggalkan dan
Media. Tahun 2005. Halaman,62. telah mennjadi hutan kembali.

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 61
Selain pembedaan hutan berdasarkan ciri- e. Organisasi Sosial Kemasyarakatan
ciri pohon, penduduk juga membedakan daerah
berdasarkan ketinggiannya. Daerah yang paling 1) Kekerabatan
tinggi disebut ampiyabey atau daerah dingin, Orang Arfak mengenal pola adat menetap
daerah bubima atau daerah sedang, daerah virilokal sebagai pola adat menetap setelah
resim atau daerah panas, dan daerah mutiyak menikah, seorang pria yang telah menikah
atau pesisir. akan membawa istrinya menetap dilingkungan
Daerah yang dianggap cocok untuk kaum kerabatnya. Perkawinan diantara Orang
berkebun adalah daerah bubima (daerah sedang) Arfak pada umumnya masih banyak diatur
dan dareah resim ( daerah panas) oleh orangtuanya sejak anak masih kecil melaui
proses perjodohan. Proses ini dilakukan tanpa
b. Pengetahuan tentang alam flora sepengetahuan anak-anak mereka. Perempuan
Pengetahuan Orang Arfak tentang Arfak pada umumnya dikawinkan pada usia
alam tumbuhan terbagi dalam beberapa yang relatif muda. Perkawinan pada usia dini
bagiaan berdasarkan pola pemanfaatannya, ini berkaitan erat dengan pentingnya nilai
yakni pengetahuan tentang tumbuhan obat, keperawanan seorang perempuan dalam sistem
pengetahuan tentang bahan pangan dan perkawinan Arfak.
pengetahuan tentang jenis kayu dan tumbuhan
2) Sistem Religi
yang bermanfaat untuk mendirikan rumah atau
tempat tinggal. Sebelum masuk Misi Zending Prostestan.
Pengetahuan tentang alam flora lainnya Sebelum masuknya misi zending prostestan
adalah pengetahuan tentang jenis pohon dan kepegunungan Arfak pada tahun 1962,
tumbuhan yang digunakan untuk membuat masyarakat Arfak menganut animisme. Hal
rumah. ini enyebabkan mereka percaya bahwa benda-
benda daat membantu mereka memberikan jalan
c. Pengetahuan tentang alam fauna keluar terhadap apa saja yang mereka inginkan.
Orang Arfak juga percaya bahwa ruh-ruh orang
Pengetahuan orang Arfak tentang fauna
yang sudah meninggal, yang menurut mereka
sangat membantu mereka dalam melakukan
masih melayang-layang atau tinggal di dua
berbagai aktifitas sehari-hari, seperti berkebun
buah gunung keramat. Selain itu juga mereka
dan berburu. Pengetahuan ini terutama sangat
juga percaya bahwa sekitar alam tempat tinggal
membantu mereka dalam membaca fenomena-
mereka dihuni berbagai macam ruh-ruh jahat
fenomena yang akan terjadi dialam sekitar
dan ruh-ruh baik. Untuk menjaga hubungan
tempat tinggal. Pengetahuan ini juga membantu baik antara manusia dengan ruh-ruh tersebut
mereka dalam memprediksi berbagai hal yang diadakan sesajian dalam ritual-ritual tersebut.
akan terjadi, seperti becana alam, kedatangan Selain bentuk kepercayaan animisme,
tamu, kedatangan musuh, pergantian musim, dalam sistem religi orang Arfak juga mengenal
dan menentukan waktu. dua bentuk ilmu gaib yaitu ilmu gaib putih dan
hitam. Ilmu gaib putih oleh Orang Arfak akui
d. Sistem mata pencaharian hidup
yaitu ilmu gaib penolak yang banyak digunakan
Orang Arfak mempunyai sistem mata dalam ilmu gaib dukun untuk menyembuhkan
pencaharian utama adalah bertani dengan pola orang sakit dan dalam upacara-upacara penolak
perladangan berpindah-pindah. Berburu hanya bahaya. Selain itu ilmu gaib putih lainnya yakni
merupakan mata pencaharian sampingan yang bereytow adalah ilmu gaib produktif yang banyak
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan digunakan dalam upacara-upacara kesuburan
protein hewani. dan upacara pertanian.

62 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


Moumweb adalah ilmu gaib destruktif kedalam sub kelompok Keenok dan kaimok
yang banyak dipakai dalam ilmu sihir untuk (Koenjtaraningrat, 1993). Selain itu Orang-
menghancurkan saingan dan musuh. Ilmu gaib Orang Asmat juga menggunakan bahasa lisan
ini juga digunakan untuk membalas dendam. lainnya yang diperwujudkan simbol dan lambang
Penduduk Arfak termasuk tipe masyarakat yang digunakan sebagai suatu alat komunikasai
pendendam. Salah satu ilmu gaib hitam yakni yang hanya dimengerti oleh mereka sendiri.
suangi penduduk Arfak menyebutnya mberei.
Suangi adalah sebutan bagi orang yang dibayar 2. Sistem Religi
untuk membunuh orang lain. Pembunuhan ini Orang Asmat percaya bahwa mereka
dilakukan apabila seseorang mempunyai dendam keturunan dewa turun dari seberang lautan,
yang disebabkan oleh suatu pertikaian dengan tempat matahari terbenam. Orang Asmat
orang yang menjadi sasaran. juga percaya bahwa jika nenek moyang
Sesudah masuk ajaran agama mengkehendaki keturunan, dikirimlah roh
Sistem religi tradisional orang Arfak mulai tertentu kebumi lewat seberkas sinar matahari.
berangsur-angsur hilang setelah masuknya Roh tersebut akan mendarat diatas atap rumah
ajaran agama kristen oleh pendeta dari zending tempat tinggal wanita yang telah ditakdirkan
protestan. Proses penyebaran agama kristen menjadi ibu dan akan hamil. Orang Asmat
protestan didaerah Orang Arfak membawa yakin bahwa dilingkungan tempat tingga juga
perubahan dalam kehidupan masyarakat. menetap berbagai macam ruh yang terbagi
Perubahan-perubahan tersebut antara lain: dalam tiga golongan, yaitu: 1) Yi-ow, atau ruh
1) berkurangnya adat menggunakan ilmu nenek moyang yang pada dasarnya bersifat baik,
gaib destruktif untuk membunuh atau terutama bagi keturunannya, 2) Obopan, atau
merugikan orang lain, 2) hilangnya pengayuan ruh jahat yang membawa enyakit dan bencana,
(kanibalisme), dan 3) berkurangnya permusuhan 3) Dambin – ow, atau ruh jahat orang mati yang
antar konfederasi dan antar suku bangsa. konyol.
Walaupun orang Arfak telah menjadi pemeluk Upacara-upacara religi dalam kebudayaan
agama kristen teta dalam realitanya kepercayaan Asmat umumnya bertujuan untuk melakukan
Orang Arfak terhadap roh-roh hingga kini masih pemujaan kepada ruh-ruh nenek moyang.
tetap dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Upacara-upacara religi yang terdapat dalam
kebudayaan Asmat adalah: 1) mbismu, atau
3) Sistem Kesenian
membuat tiang mbis, atau patung nenek
Orang Arfak mengenal seni menyanyi dan moyang , 2) yentpokmbu, pembuatan dan
menari. Tari ular adalah salah satu jenis tari pengukuhan rumah yew, 3) tsimbu, pembuatan
tradisional yang di orang Arfak. dan pengukuhan perahu lesung, 4) yamasy
pokumbu, atau upacara perisai, 5) mbipokumbu,
3.2.6.2 Suku Bangsa Asmat yaitu upacara topeng.

1. Bahasa 3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan


Kelompok orang Asmat dibedakan kedalam Sistem kekerabatan terkecil dalam
dua kelompok yaitu Orang Asmat pantai (hilir kebudayaan Asmat adalah keluarga luas (Extnded
sungai) dan dan orang Asmat hulu sungai. Familly). Dalam sebuah rumah biasanya menetap
Bahasa-bahasa Asmat hilir dibagi dalam sub dua sampai tiga keluarga yang terdiri dari keluarga
kelomokpantai barat dan pantai Flamingo iinti senior ditambah dengan dua keluarga inti
seperti bahasa Kainik, Bisman, Simay, dan yunior serta beberapa anggota kekerabatan yang
Bacembub serta kelompok pantai Barat Daya masih bertalian darah. Walaupun mereka hidup
atau Kasuariana, seperti bahasa Batia dan dalam satu rumah namun tiap keluarga memiliki
Sapan. Adapun bahasa Hulu Sungai dibagi tungku perapian sendiri-sendiri. Rumah tempat

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 63
tinggal mereka disebut tsyem. Pola adat menetap keenian Asmat yang sangat menarik dan terkenal
setelah menikah uxorial local, sesudah menikah, adalah Patung Mbis dan perisai-perisai.
pasangan pengantin berteempat tinggal disekitar
tempat tinggal disekitar tempat-tempat 3.2.6.3 Suku Bangsa Ekagi
kediaman kerabat istri.
1. Lokasi
a. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Orang Ekagi yang diperkirakan berjumlah
Mata pencaharian utama orang Asmat sekitar 100.000 orang menghuni bagian barat
adalah peramu. Kegiatan meramu berbagai pegunungan pusat. Ciri khas kediaman mereka
jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dikonsumsi adalah tiga danau besar. Sehbungan dengan
seperti sagu, paku-pakuan, jamur dan berbagai danau itu maka penduduk dibagi-bagi sebagai
jenis sayur-sayuran. Disamping itu mereka pun penduduk Danau Paniai, Penduduk Danau Tage,
melakukan pekerjaan sampingan lainnya seperti dan Penduduk Danau Tigi, yang meliputi juga
berburu binatang dan mencari ikan disungai, dan penduduk dataran Kamu dan daerah Mapia.
dipinggiran pantai. Orang Asmat Hulu yang
tinggal didaerah yang tidak terdapat pohon agu, 2. Kehidupan sehari-hari
bermata pencaharian sebagai petani dengan pola Kebutuhan orang ekagi akan makanan
pertanian berpindah-pindah. dipenuhi secara kuantitatif dengan penghasilan
kebun, tetapi secara kualitatif dengan daging
b. Struktur Tanah Paroh
yang diperoleh melalui perburuan binatang-
Masyarakat Asmat mengenal strukur paroh binatang liar yang kecil dan berternak babi.
masyarakat (aipem) agar dapat saling mengawasi Tanah perkebunan diperoleh wanita biasanya
dan bersaing untuk meningkatkan kualitas dari suaminya, terkadang dari saudaranya.
masyarakat. seorang emimpin aipem bertugas Kaum pria harus membuat pagar sekeliling an
mengatur semua kegiatan masyarakat terutama mengali parit. Kaum wanita membuat pematang,
kegiatan berburu, meramu atau merencanakan mengurus pupuk, menanam, menyiangi, rumut
berbagai kegiatan lainnya yang melibatkan tenaga dan menggali ubi-ubian. Urusan berternak babi
kerja. Untuk menjadi seorang pemimpin aipem, ditangani kaun wanita tetapi urusan menjualnya
maka seseorang harus dapat memenuhi beberapa adalah pekerjaan kaum pria. Menjelang malam
kriteria antara lain mempunyai keberanian dan hari suami mengumpulkan kayu bakar, baik
kepandaian dalam berperang. untuk rumah kediaman keluarganya maupun
untuk tempat tinggal, tempat kaum pria
c. Pemimpin Masyarakat
berkumpul. Pada waktu yang sama isteri kembali
Orang Asmat mengenal dua bentuk dari kebun membawa ubi-ubian dan sayuran.
kepemimpinan formal dan informal atau Semuanya ini harus disiapkan untuk makan
tradisioanal. Pemimpin formal adalah pemimpin malam anggota keluarganya, dan sebagian untuk
yang diangkat berdasarkan perundang-undangan makan pagi dan siang keesokan harinya.
yang berlaku seperti kepala kampung, sedangkan
pemimpin informal atau tradisional pemimpin 3. Pandangan Hidup
yang diangkat berdasarkan tradisi masyarakat. Mata pencaharian yang pertama dari
Orang Asmat mengangkat seorang pemimpin Orang Ekagi adalah pedagang. Kehidupan
berdasarkan kemampuannya dalam bidang dagang yang serba keras, usah adat ini disebut
tertentu. realitas, yang tulen, yang baka, yang menentukan
kehidupan. Syarat-syarat yang selalu ditetapkan
d. Sistem kesenian dan kewajiban yang selalu harus dipatuhi
Sistem kesenian orang Asmat berkaitan erat merupakan undang-undang uang abadi. Orang
dengan sistem kepercayaan. Salah satu benda Ekagi berpendapa bahwa ada suatu makhluk

64 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


asal yang memanifestasikan dirinya didalam 2. Sejarah Asal-usul
gejala besar dunia yang kelihatan. Dalam hal Suku Sebyar yang mendiami distrik Arandai
ini orang Ekagi berpikir tentang matahari dan menurut informasi/ data yang diberikan oleh
memandang matahari sebagai wanita, sebagai setiap klen yang ada seperti klen Kosepa, kaitam,
ibu asal. Tetapi ibu asal itu tidak efektif secara Nawarisa, Inai dan lainnya mengekemukakan
langsung. Dia baru menjadi efektif melaui hal yang sama, yaitu suku Sebyar berasal dari
sinar yang dipancarkannya dan yang memberi Gunung Nabi. Gunung Nabi adalah salah satu
kesuburan bagi mausia, hewan, dan tumbuhan. gunung yang letaknya diantara Kecamatan
Sinar itu sebagai anak prianya (sebagai pria yang Bintuni dan Babo yang hampir semua Etnis yang
bertindak). Selanjutnya dia membayangi bumi mendiami sekitar teluk Bintuni menganngapnya
ini sebagai ibu yang memangku anaknya. Bumi gunung sakral.
sebagai ibu yang memangku segala sesuatu yang
3. Kepercayaan
bertumpu padanya. Tetapi sekali lagi ibu itu
berdiri dilatar belakang, anak laki-laki itulah Kepercayaan tradisional Orang Sebyar
suami yang harus memberi bentuk kehidupan yang mendiami Desa Tomu hingga saat
ibu dibumi ini. ini masih ada dan mempengaruhi pola
Ibu bumi disamakan atau dibandingkan kehdupan masyarakatnya . Kepercayaan
tardisional ini memungkan Orang Tomu
dengan lantai sebuah rumah, yang diatasnya
untuk mempertahankan norma budaya dan
berdiri tegak tiang utama yang menyangga atap.
adat-istiadat mereka sebagai pedoman dalam
Maka mereka selalu mengatakan bahwa ibu
menjalankan kehidupannya. Norma budaya yang
rumah tangga berdiri guna memberi status dan hingga saat ini masih ada mengatur hubungan
kesejahteraan kepada keluarga. antar sesama manusia dan mengatur manusia
dengan lingkungannya. Suku Sebyar di Desa
3.2.6.4 Suku Bangsa Sebyar Tomu masih percaya adanya roh halus, roh nenek
moyang, kekuatan gaib, dan benda sakral seperti
1. Lokasi patung.
Suku Sebyar adalah salah satu dari 250 suku
4. Organisasi Sosial Kemasyarakatan
bangsa di Papua yang mendiami wilayah operasi
LNG Tangguh di teluk Bintuni, tepatnya di Dalam pola kehidupan rumah tangga Orang
kecamatan Arandai- Kabupaten Manokwari. Sebyar di desa Tomu terlihat ada kebersamaan
Desa Tomu merupakan salah satu desa dari 9 (kehidupan sosial) dan rasa edui terhadap
desa dalam wilayah administrasi kecamatan saudara-saudaranya atas dasar hubungan darah
Arandai. Desa ini letaknya di bagian utara dan hubungan erkawinan masih kuat sehingga
apabila ada anggota keluarganya yang kawin
dari areal wilayah kecamatan Arandai. Desa
tetapi belum memiliki rumah, maka keluarga
ini dilalui sungai/anak sungai Gonggo yang
baru ini tinggal bersama orangtuanya. Di
membelah lokasi pemukiman desa Tomu. Pola
dalam mengurus dapur rumah tangga, mereka
pemukimannya berjejer mengikuti bagian kiri menggunakan satu tungku sehingga dapat
dan kanan anak Sungao Gonggo. Desa Tomu dikategorikan sebagai keluarga luas. Di dalam
mrupakan bagian dari wilayah kecamatan rumah tangga seperti ini terjadi pembagian tugas
Arandai yang mempunyai batas-batas wilayah pada setiap anggota rumah tangga, yaitu; ayah
administrasi sebagai berikut: sebelah utara dan anak laki-laki selalu melakuukan pekerjaan
berbatasan dengan Kecamatan Mardey; sebelah seperti mencari ikan dan udang , berburu,
Selatan berbatasan dengan Desa Taroy dan desa membangu atau mempebaiki rumah, membuat
Sebyar Rejosari; ebelah Barat berbatasan dengan perahu, dan menebang phon. Ibu dan anak-anak
desa Manunggal Karya, Kecap dan desa Aranday. perempuan selau melakukan kegiatan seperti

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 65
menokok sagu (pekerjaan ini selalu dibantu oleh 3.2.6.5 Suku Bangsa Asmat-Dani
laki-laki atau ayah untuk menebang pohon sagu),
mencari ikan dan udang, memeasak, menjaga 1. Sejarah
dan merawat anak. Dua kegiatan yang selalu Perkampungan yang pertama kali diketahui
dikerjakan bersama-sama antara ayah, ibu dan di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan
anak laki-laki dan perempuan adalah kegiatan tahun yang lalu. Banyak eksplorasi didataran
menokok sagu dan mencari ikan/udang. tinggi pedalaman Papua yang dilakukan. salah
Suku Sebyar di Tomu menganut sistem satu diantara pertama adalah Expedisi Lorent
keturunanpatrilinieal, sehingga hak waris selalu pada tahun 1909-1910 (Netherland), tetapi
jatuh kepada anak laki dan anak permpuan mereka tidak beroperasi di Lembbah Baliem.
hanya memiliki hak pakai. Namun demikian Kemudian penyidik aal Amerika Richard
ada pemberian hak khusus dari orang tua sebagai Archold anggota timnya adalah pertama yang
rasa kasih sayang kepada anak perempuan berupa mengadakan kontak dengan penduduk asli
sebidang tanah untuk membangun rumah dan yang belum mengadakan kontak dengan negara
lain sebelumnya. Ini terjadi pada tahun 1835,
lain-lain. Selain itu anak atau saudara perempuan
kemudian telah diketahui bahwa penduduk suku
sellu dilibatkan dalam semua kegiatan yang
Dani adalah para petani yang terampil dengan
berhubungan dengan adat, terutama upacara-
menggunakan kapak batu, alat pengkikis, pisau
upacara adat. Sebyar adalah satu kelompok yang terbuat dari tulang binatang, bambu, atau
manusia yang disebut Suku Sebyar yang artinya tombak kayu dan tongkat galian. Pengaruh Eropa
suku yang menyebar. Suku ini memiliki 6 klen di bawa oleh para Misionaris yang membangun
( Rumansara,2003:55). Dari 26 klen yang ada pusat misi Protestan di Hetegina sekitar tahun
dibagi menjadi dua bagian yaitu; sub suku 1955. Bangsa Belanda mendirikan kota Wamena
Dambad dan sub Suku kembran. maka agama Katolik mulai berdatangan.
Sebutan Dani untuk kelompok masyarakat
5. Sistem Perkawinan yang menghuni Lembah Baliem sebenarnya
Suku Sebyar yang mendiami Desa Tomu diberikan oleh Orang Amerika dan Belanda
menganut sistem Exogami klen (kawin keluar untuk Orang Moni yang bermukim didataran
klen). Dalam memperoleh isteri Orang Sebyar tinggi Pinai (Moni: orang asing). Kata asing ini
mengenal 3 bentuk sistem perkawinan salah kemudian berubah menjadi Ndani untuk mereka
satunya adalah Minang, yaitu apabia seorang yang tinggal di Baliem.
pemuda ingin kawin dengan seorang gadis, 2. Letak Geografis
maka orang tua dari pemuda pergi kerumah
Secara gografis Kabupaten Jayawijaya
orangtua perempuan yang diinginkannya untuk
terletak antara 3,200 -5,200 LS serta 137,190-1410
meminta secara baik. Apabila disetujui maka
BT. Batas-batas daerah Kabupatn Jayawijaya
mereka menanyakan besar mas kawin yang
adalah sebagai berikut:
diminta oleh orang tua gadis tersebut. Dengan
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
mengetahui besar maskawin yang diminta maka Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen,
orangtua pemuda menghubungi kerabatnya 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
terutama klennya lalu mereka mengumpulkan Paniai,
harta maskawin yang dibebankan oleh orangtua 3. Sebelah selatan berbatasan dengan
gadis. Kemudian upacara perkawinan (Arane) Kabupaten Marauke dan,
untuk mengukuhkan perkawianan tersebut 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Papua
dilaksanakan (Rumansara,2003). New Guinea

66 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


Topografi Kabupaten Jayawijaya terdiri dari kampung mereka. Hutan rimba dan alam
gunung-gunung yang tinggi dan lembah-lmbah baliem yang heterogen membetuk laki-laki dani
yang luas. menjadi prajurit-prajurit tangguh yang gagah
berani dalam mempertahankan rumahnya dari
3. Iklim gangguan pihak asing. Pelanggaran zona dan
Jayawijaya beriklim tropik basah, hal ini aturan adat oleh pihak asing akan dihadapi
dipengaruhi oleh letak ketinggian dipemukiman prajurit-prajurit Dani, hingga memungkinkan
laut dengan temperatur udara bervariasi antara terjadinya peperangan. Namun demikian,
80-200 C dengan suhu rata-rata 17,50 dengan mereka juga mengenal perdamaian sebagai
hari hujan 152,42 pertahun, tingkat kelembaban penyelesaian peselisihan.
diatass 80%, angin berhembus epanjang tahun Suku Dani tinggal dalam kelompok
dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14 knot dan yang masih memiliki hubungan kekerabatan
terendah 2,5 knot. dalam sebuah usilimo/sili. Usilimo/sili
merupakan zona inti pemukiman Dani, yang
4. Flora dan fauna dihuni oleh sebuah keluarga. Usilimo terbentuk
Hutan tropis memberi kesempatan bagi dari hutan yang sudah dibuka, diolah dan
tumbuh-tumbuhan dan hutan cemara, semak ditata menurut jalinan potensi alam dan sosial
Rhodedenronds dan species tanaman pakis dari budaya lokal. Halaman tengah silii merupakan
ruamg berkumpul. Pesta dan upacara adat
anggrek yanggg sangat menguntungkan. Hutan
seperti kematian dan kremasi jenazah, upacara
juga beranekaragam jenis kayu yang sangat
kelahiran, perayaan kemenangan dilaukan disini.
penting bagi perdagangan seperti Intsia, Pometis,
Perubahan ladang menjadi budidaya padi dan
Callohylyum, Drokontomiko, Ptrerokau dan
kopi menggeser aktivitas suku Dani dari hutan
jajaran pohon berlumut yang dieksploitasi
ke ladang, dari sistem ekonomi sub sistem
dan diproses dapat menghasilkan harga yang
ke sistem ekonomi modern. Kini suku Dani
sangat tinggi jika diperdagangkan. Hutan dan
cenderung menetap disuatu tempat dengan
ppadang rumput jayawijaya merupakan tempat
lingkungan keamanan yang lebih kondusif.
hidup kangguru, kuskus, kasuari, dan banyak
Pergeseran ruang aktivitas ini jarang dibarengi
spesies dari burung endemik sepperti burung
perubahan perilaku. Yang muncul selanjutnya
Cendrawasih, Mambruk, Nuri yng bermacam-
adalah ketidakseimbangan peran laki-laki dan
macam Insect dan Kupu-kupu yang beraneka wanita sehingga wanitalah yang tampak sibuk
ragam dan coraknya. diladang (Kebudayaan Papua, 2008).
5. Penduduk Perubahan aktivitas masyarakat Dani, kini
membuka pula sekat-sekat ruang tradisional
Penduduk asli yang mendiami Kabupaten yang memberi peluan kepada perubahan sosio-
Jayawijaya ini adalah Suku Dani, Kimyal dan kultural. Kini hanya suku Dani Lembah yang
Suku Yale. masih bertahan pada tradisi mereka, karena
kepercayaan bahwa merekalah yang menjadi
6. Budaya
cikal bakal suku Dani dan diberi amanah
Babi memegang peranan penting dalam nenek moyang untuk bertahan dalam tradisi.
kehidupan sosial masyarakat. Babi merupakan Sementara generasi muda Dani dikelompok lain
prestise dan melmbangkan status sosial sudah tidak banyak lagi yang memahami nilai
seseorang. Tetapi babipun bisa menyebabkan luhur budayanya,
pecahnya perang suku, dan binatang ini juga Batas wilayah suku Dani rwebagi atas tiga
berperan sebagai maskawin (uang mahar). wilayah. Daerah terluar adalah hutan bawah
Hutan lebat dipegunungan Jayawijaya adalah “ kewenagan pengelolaan “ suku Dni. Dalam
rumah suku Dani. Mereka hisup dari berburu/ masyarakat Dani, kaum laki-lakilah yang banyak
meramu hasil hutan dan sungai dari sekitar berhubungan dengan keliaran rimba Baliem.

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 67
Norma-norma adat yang mengatur pengelolaan 3.2.6.6 Suku Bangsa Byak
hutan diwilayah ini misalnya, aturan mengenai
binatang yang boleh diburu, kayu yang boleh 1. Nama dan Latar Belakang
ditebang untuk membuat rumah, larangna Pada waktu Pemerintahan Belanda berkuasa
membuang sampah dan kotoran apapun di daerah Papua hingga awal tahun 1960-an nama
disungai, dan bagian hutan yang boleh dibuka yang dipakai untuk menamakan kepulauan Biak-
untuk pemukiman dan perladangan baru, Numfor adalah Schouten Eilanden, menurut
biasanya dituangkan dalam bentuk mtos yang nama Orang Eropa pertama berkebangsaan
dikaitkan dengan hal mistik. Pelanggaran oleh Belanda yang mengunjungi daerah ini pada
piha asing akan dihadapi oleh laki-laki Dani awal abad ke 17. Nama lain yang sering dijumpai
sehingga mengakibatkan perang suku. dalam laporan-laporan tua untuk penduduk
dan daerah kepulauan ini adalah Numfor atau
Batas pengelolaan kedua adalah ladang.
Wiak. Fonem w pada kata wiak sebenarnya
Pembukaan hutan menjadi ladang (perubahan
berasal dari fonem v yang kemudian berubah
hutan liar menjadi lingkungan yang diolah menjadi b sehingga munculah kata biak yang
poteensinya) adalah tugas kaum pria. Apabila digunakan sekarang. Dua nama itulah terakhir
ladang udah siap ditanami, maka kaum wanita itulah kenudian digabungkan menjadi satu nama
Danilah yang menanam bibit tanaman. yaitu Biak-Numfor.
Selanjutnya wanita Dani pula yang memelihara Tentang asal usul nama serta arti kata
tanaman diladang hingga dapat dipetik hasilnya. tersebut ada beberapa pendapat:
kegiatan jual beli hasil ladang merupakan 1. Bahwa nama Biak yang berasal dari kata v’iak
kegiatan baru bagi masyarakat Dani. Biasanya yang pada mulanya merupakan suatu kata
hasil ladang ditukar dengan babi. Didaerah yang dipakai untuk menamakan penduduk
ini masih banyak orang yang menggunakan yang bertempat tinggal di daerah pedalaman
pulau-pulau tersebut. Kata tersebut
koteka (penutup penis) yang terbuat dari
mengandung pengertian orang-orang yang
kunden kuning dan para wanita menggunakan
tinggal di dalam hutan, orang yang tidak
pakaian wah, yang beraal dari rumput/serat dan
pandai kellautan, misalnya tidak pandai
tinggal di honai-honai (gubuk yang beratapkan menangkap ikan, tidak pandai berlayar dan
jerami/lalang ). Walaupun orang Asmat-Dani menyeberangi lautan yang luas dan lain-lain.
telah menerima agama kristen, banyak diantara 2. Pendapat lain mengatakan bahwa berasal dari
upacara-upacara mereka masih bercorak budaya keterangan cerita lisan rakyat berupa mite,
lama yang diturunkan nenek moyang mereka. yang menceritakan bahwa nama itu berasal
dari warga klen Burdam yang meninggalkan
7. Transportasi pulau Biak akibat pertengkaran mereka
Kabupaten Jayawijaya merupakan salah dengan klen Mandowen. Warga klen
satu derah yang berada dipedalaman Papua, Burdam memutuskan untuk meninggalkan
maka sarana perhubungan yang ke ibukota pulau Warmambo (mama asli pulau Biak)
untuk menetap disuatu tempat yang
Wamena dan kecamatan-kecamatan lainnya
etaknya jauh sehingga pulau Warmambo
didaerah pedalaman Jayawijaya adalah dengan
hilang dari pandangan mata. Demikian
transportasi udara. Beberapa kecamatan dikota mereka berangkat, tetapi setiap kali mereka
ini dihubungkan dengan jalan darat dan terdapat menoleh ke belakang mereka melihat pulau
kendaraan seperti taksi umum yang beroperasi Warwambo namak diatas permukaan laut.
bahkan beberapa mini bus yang diperuntukan Keadaan ini menyebabkan mereka berkata
bagi kepentingan para wisatawan (kebudayaan v’ak wer, atau v’iak artinya ia muncul lagi.
Papua, 2008). Kata inilah yang kemudian dipakai oleh

68 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


mereka yang pergi untuk menamakan pulau 5. Perkawinan dan Pola Menetap Sesudah
Warwambo dan hingga sekarang nama itulah Menikah
yang tetap dipakai (Kamma,1978:29-33). Prinsip perkawinan yang dianut oleh Orang
Biak-Numfor adalah eksogami yang artinya
2. Bahasa
antara anggota-anggota warga satu karet tidak
Menggunakan satu bahasa yaitu bahasa boleh terjadi perkawinan. Pada masa lampau
Biak. Walaupun menggunakan satu bahasa perkawinan ideal orang Biak-Numfor adalahh
tetapi ada perbedaan dialek antara penduduk perkawinan yzng disebut idadwer yaitu
pada satu daerah dengan saerah yang lain dan pertukaran perempuan antara keluarga yang
secara prinsip dialek yang berbeda itu tidak berasal dari dua keret yang berbeda. Orang Biak-
menghalangi mereka untuk saling mengerti satu Numfor juga mengenal perkawinan melaluii
sama lain. peminangan atau fakfuken. Unsur penting dalam
proses pemingan adalah ppenentuan jumlah
3. Mata Pencaharian maskawin dan penentuan waktu pelaksanaan
Orang Biak terutama yang tinggal di perkawinan. Pola menetap sesudah kawin yang
dianut adalah patrilokal yaitu pasangan baru
pedesaan hidup terutama dari berladang dan
yang menikah menetap dirumah atau lokasi
menangkap ikan. Teknik berladang yang
tempat asal suami.
dilakukan ialah berpindah-pindah. Dimasa
lampau mata pencaharian Orang Biak-Numfor 6. Sistem Kepemimpinan
adalah perdagangan. Barang-barang yang Masing-masing keret dikepalai oleh seorang
diperdagangkan adalah hasil laut, prirng, budak pemimpin yang disebut mananwir keret. Gas
dan alat-alat kerja yang dibuat dari besi seperti seorang mananwir adalah:
parang dan tombak. Sistem perdagangannya Sebagai keala keluarga dan hakim yan
adalah barter. menangani berbagai urusan yang menyangkut
kpentingan warga golongannya sendiri seperti
4. Struktur Sosial sebagai kepala untuk mengatur izin penggunaan
Pada waktu lampau maupun masa kini tanah hak milik keret diantara warga keret dan
kesatuan sosial yang paling penting dalam sebagai hakim untuk menyelesaika berbagai
kehidupan bermasyarakat orang Biak adalah sengketa yang timbul antara warga keret sendiri
keret atau klen kecil. Dalam masyarakat Biak Seorang manawir adalah sebagai wakil
tidak terdapat pembagian menurut lapisan sosial olongannya sendiri untuk menangani masalah
yang jelas, namun ada perbedaan antara golongan yang menyangkut kepentingan golongannya
masyarakat bebas dengan golongan masyarakat dengan olongan yang lain dalam kampung dan
budak. Golongan pertama, masyarakat bebas bersama-sama dengan mananwir dari keret lain
menjaga dan mengawasi kepentingan warga
disebut manseren artinya dipertuan, pemilik
kampungnya terhadap pihak luar.
yang membuat putusan dan berkuasa. Golongan
Kedudukan menjadi mmananwir atau
ini terdiri atas golongan masyarakat yang berasal
kepala keret tidak didasarkan atas umur,
dari keret pendiri kampung yang disebut tetapi ditentukan oleh: 1) kemampuan
menseren mnu, artinya golongan pendiri dan memperjuangkan kepentingn golongan, 2)
pemilik kampung. Golongan kedua, yang disebut kerelaan mengorbankan diri demi kepentingan
budak atau women berasal dari tawanan-tawanan anggota keret, 3) memilliki pengetahuan luas
perang. Tugas utama golongan ini adalah tentang aturan-aturan yang berlaku dalam keret,
membantu melakukan pekerjaan-pekerjaan 4) mempunyai pengalaman yang lebih banyak
bagi siapa mereka dipertuan seperti berkebun, dibandingkan dengan anggota lain dari keretnya
mencari ikan, membangun rumah dan lain-lain. seperti sering mengikuti ekspedisi pelayaran

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 69
dan perang ke tempat-tempat yang jauh dan dengan mengadakan pesta memberi makan
pandai berbicara dimuka umum. Pengutamaan kepada matahari yang disebut Fan Ori.
jenis kemampuan yang diharapkan dari seorang Mereka membawakan makanan dan
pemimpin cenderung berubah-ubah sesuai dipersembahkan kepada matahari, agar matahari
dengan kepentingan kelompok, misalnya pada mendatangkan kemakmuran, kekuatan dan
waktu perang, kedudukan seorang pemimpin kesuburan.
kampung didasarkan atas keberanian memimpin
perang. d. Kepercayaan Mitos Koreri
Koeri adalah suasana atau keadaan yang
7. Konsep Religi
penuh dengan kegembiraan, kebahagiaan, dan
kesejahteraan. Untuk mencapa tujuan impian
a. Kepercayaan Roh orang mati (Karwar)
tersebut hanya melalui upacara adat keagamaan
Mereka menciptakan suatu bentuk yaitu koreri.
patung yang disebut Amfianir Karwar untuk
memperingati anggota keluarga yang meninggal. e. Kepercayaan Mansern Nanggi
Mereka berpendapat bahwa manusia mempunya Orang Biak-Numfor percaya bahwa
satu tubuh dan dua roh, yaitu jasmani, roh dan ada Tuhan di langit (Mansern Nanggi) yang
bayangan. Seorang yang masih hidup berati mempunyai segala kekuatn dan memberi
jasmaniah, saat orang mati roh akan pergi kehidupan, kesejahteraan, kemakmuran dan
bersemayam didunia roh dilangit nan jauh nikmat.
disana, sedangkan bayangan roh dan bayangan
akan berdiam di alam karwar bersama orang 3.2.6.7 Suku Bangsa Ayfat
hidup. Dengan demikian maka dibuat patung
menyerupai orang hidup sebagai tempat berdiam 1. Lokasi
bayangan, sehingga bayangan tidak berkeliaran
dalam dunia. Roh dan bayangan mempunyaai Suku Ayfat tinggal di bagian tengah, dikiri,
hubungan keterkaitan dengan orang hidup dan kanan sungai Kamundan dan sekeliling
antara anggota keluarga mereka, dan untuk danau ayamaru.
menjaga hubungan ini maka upacara adat
2. Kehidupan sehari-hari
merupakan faktor penting. Mereka percaya
bahwa arwah-arwah ini memberi kekuatan Tingkat hidup mereka minim terdiri dari
dan menjaga keluarga, memelihara kebun, usaha berladang, meramu hasil-hasil hutan,
mendatangkan hujan menjauhkan penyakit sedikit berburu dan menangkap ikan. Pola
dan juga menyusahkan, menyakiti dan menakuti asal ini lambat laun mengalami perubahan-
orang yang masih hidup. perubahan besar karena pengaruh orang-orang
Belanda dahulu dan kemudian pemerintah
b. Roh-roh penghuni alam semesta Indonesia dan berkat usaha zending dan misi.
Pada masa lampau sangat kuat menganut Akan tetapi sebelum pengaruh modern ini
kepercayaan lain dialam semesta ini, yaitu roh- mulai mengubah pola hidup yang asli terdapat
roh penghuni goa, pohon besar, gunung, didalam pula pengaruh yang lain, yang membuat pola
tanah, dan dilaut, oh-roh jahat dialam ini disebut hidup asli itu berkembang kesuatu arah tertentu
Suanggi. yaitu adalah pengaruh perdagangan dan kontak
dengan bangsa lain didaerah pantai.
c. Penyembahan Matahari
Pertentangan antara siang dan malam adalah 3. Pandangan hidup
inti daripada religi nenek moyamg Orang Biak- Orang Ayfat percaya bahwa seorang wanita
Numfor untuk menyembuhkan Konor matahari yang sedang hamil harus lebih giat bekerja agar

70 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


anaknya ketika lahir menjadi kuat. Orang Ayfat bahwa tanah dan hutan adalah pemberian
percaya dengan adanya kekuatan gaib. dari dewa tertinggi bernama Artra. Pesannya,
hutan tak boleh dijual dan hanya dipakai untuk
3.2.7 Introduksi Program kepentingan kelompok etnik. Pesan ini harus
Pembangunan dipegang karena terkait dengan kehidupan
dibumi. Pembawa program menggunakan mitos
3.2.7.1 Perencanaan dan Sosialisasi tersebut dengan mengatakan, mari kita jaga
tanah dan hutan, jangan sampai nenek moyang
Salah satu tahapan dalam implementasi
(artra) marah dan mendatangkan maut bagi
program REDD+ di tanah Papua adalah
kita. Selain itu, setiap penjaga tanah dan hutan
sosialiasi. Tujuan yang di harapkan adalah para
akan diberi penghargaan. Hal ini tentu penting,
pembawa program memberikan informasi
karena menjaga tanah dan hutan berarti menjaga
yang tepat, benar dan bisa memastikan bahwa
pesan, dan para penjaga pesan nenek moyang
programn REDD+ berbeda dengan agenda
akan diberi lebel sosial masyarakat bahwa orang
pembangunan lainnya kepada kelompok etnik
tersebut tau adat, sementara siapa yang tidak
yang menjadi lokasi sasaran program tersebut,
menjaga tanah dan hutan diberi lebel sosial tidak
agar dipahami oleh kelompok etnik. Pemahaman
tau adat.
yang baik dan benar akan menuai dukungan
kepada program tersebut dan berujung pada
3.2.7.2 Pemastian Tenurial
kesuksesan program.
Untuk konteks Papua, sosialisasi dilakukan Kelompok etnik di tanah Papua, mengenal
dengan dua langkah. Pertama pertemuan formal sistem tenurial yang tentunya berbeda-beda
antara pembawa program dengan kelompok antara satu kelompok etnik dengan kelompok
elite kampung yang terdiri dari: Kepala suku etnik yang lain. Akan tetapi, melalui catatan
besar, Ketua marga, Tua-Tua Adat, Tokoh etnografi beberapa kelompok etnik di atas,
Agama, Tokoh perempuan, tokoh pemuda, terdapat beberapa hal yang bisa digunakan
Aparat Pemerintah kampung dan Akademisi menjadi semacam “pintu masuk” untuk
(Antropolog dan Sosiolog ). Pertemuan memastikan sistem tenurial masing-masing
dilakukan di ruang sosilasisasi kampung bernama kelompok etnik di tanah Papua.
balai kampung dengan agenda sosialisasi Meskipun tanah merupakan pemberian
program. Hasil yang diharapkan adalah, elite- dari dewa tertinggi kepada satu kelompok etnik,
elite kampung memiliki pengetahuan tentang namun dibeberapa kelompok etnik ditanah
program dan menjadi sumber informasi guna Papua hak pemilikan, penguasaan bahkan
mendistribusikan informasi program kepada pelepasan tanah kepada pihak lain ada pada
keluarga dan sesama kelompok etnik. kekuasaan marga dengan struktur kepala marga,
Kedua, pertemuan informal antara pembawa tua-tua adat dan anggota marga.
program (antropolog dan sosiolog ), dengan Oleh sebab itu, untuk memastikan sistem
masyarakat kelas bawah (yang tak diundang tenurial dalam suatu lokalitas yang hendak
dalam pertemuan elite). Pertemuan dilakukan diinter vensi pembangunan, maka harus
tanpa undangan tetapi menggunakan ruang- memastikan tanah dan hutan ini milik kelompok
ruang sosial yang seringkali digunakan oleh etnik siapa, dan marga siapa. Jika sudah jelas,
masyarakat untuk berkumpul yaitu para-para. maka langsung bertemu ketua marga dan tua-
Agendanya adalah informasi program REDD+ tua marga-marga. Sebagai gambaran kongkrit,
disampaikan dengan menggunakan mitos- ketika intervensi pembangunan berwujud
mitos yang telah ada dalam masyarakat. Sebagai koorporasi berskala nasional hendak masuk ke
contoh: Kelompok etnik Sumuri di Kampung kampung Onar Baru Distrik Sumuri Kabupaten
Onar Distrik Sumuri Kabupaten Teluk Bintuni Teluk Bintuni, kita memastikan lokasi tersebut
Provinsi Papua, berdasarkan mitos mereka, milik siapa. Penulis menemukan bahwa tanah

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 71
dan hutan di kampung tersebut milik kelompok rugi hak ulayat. Konflik ini semakin nampak,
Etnik Sumuri dengan marga Agofa. Selanjutnya ketika ada rencana intervensi pembangunan
manajemen koorporasi langsung bertemu berwujud koorporasi. Saat koorporasi memasuki
kepala marga dan tua-tua marga Agofa. Ketika wilayah hak ulayat, akan terjadi pelepasan
tanah dan hutan milik marga Agofa hendak tanah dengan bukti pembayaran hak ulayat
dijual, sewa, atau kontrak kekuasaan ada pada (tanah dan tumbuhan). Fenomena ini menjadi
struktur marga (Kepala marga, tua-tua marga kompetisi atau semacam perebutan hak untuk
dan anggota marga). Marga yang lain tidak bisa mendapatkan uang pembayaran ganti rugi hak
intervensi, karena marga pemilik hak ulayat akan ulayat. Kasus saling klaim tanah terus disuarakan
mengatakan ini “rumah” marga Agofa, jangan dan disinilah potensi konflik terjadi.
mengatur kami, karena kamu juga memiliki Fenomena di atas perlu diantisipasi oleh
“rumah” milik marga yang tidak bisa diintervensi pembawa program dengan jalan memastikan
oleh “rumah” marga yang lain. bahwa tanah dan hutan dalam suatu lokalitas
yang akan dintervensi oleh agenda program
3.2.7.3 Pengembangan Kapasitas Lembaga Adat pembangunan milik siapa. Namun, jika terlanjur
dan Sumber Daya Manusia terjadi konflik dalam suatu lokalitas saat
Tanah Papua memiliki sejumlah lembaga intervensi agenda pembagunan terjadi, maka
adat yang mengklaim sebagai lembaga yang pembawa program harus membuat pemetaaan
melindungi manusia dan budaya Papua. konflik, yaitu: apa sumber konflik, isu yang
Lembaga–lembaga budaya yang ada hanya dapat dikonflikkan, unit-unit yang berkonflik, sikap
dibedakan berdasarkan sumber pembiayaan. dari pihak-pihak yang berkonflik, tindakan
Lembaga budaya yang dibiayai oleh Anggaran dari pihak-pihak yang berkonflik, dan resolusi
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah konflik.
Majelis Rakyat Papua (MRP), daan Lembaga Menurut penulis untuk konteks Papua yang
Masyarakat Adat (LMA). Sementara lembaga didasarkan pada resolusi konflik tradisional,
adat yang tetap eksis tanpa memperoleh APBD caranya pihak-pihak yang berkonflik diundang
adalah Dewan Adat Papua dan lembaga marga. oleh Kepala Marga dan kepala suku dalam suatu
Dalam konteks introduksi program forum dialog. Agendanya, kepala suku dan kepala
pembangunan, lembaga adat yang sudah marga sebagai pihak pendengar yang setia, untuk
ada patut diberdayakan. Dewan Adat Papua mendengar seluruh cerita dari pihak-pihak yang
(DAP) wajib dimintai petunjuk yang biasanya berkonflik. Berdasarkan cerita yang disampaikan
di sampaikan secara lisan bahwa program yang oleh pihak-pihak yang berkonflik maka kepala
akan di introduksi masuk wilayah budaya mana. suku dan kepala marga akan mengambil
Sementara, Lembaga adat berbasis lembaga keputusan untuk memastikan bahwa konflik
marga yang terdiri dari kepala marga, tua-tua tersebut saat ini selesai. Ini semacam kearifan
marga, dan anggota marga di tumpangi agenda resolusi konflik tradisional. Jika masyarakat
program pembangunan yang didasarkan pada yang masih kuat mempraktekan nilai-nilai adat,
nilai-nilai adat tentang lingkungan hidup (tanah maka resolusi konflik tradisional lebih memiliki
dan hutan). kekuatan yang mengikat untuk mengakhiri
konflik. Namun, dalam konteks modern ada
3.2.7.4 Resolusi Konflik pihak-pihak yang ingin diintervensi oleh pihak
Konteks tanah Papua saat ini, sumber negara (kepolisisan) untuk penyelesaian konflik.
konflik yang terus terjadi adalah konflik hak
ulayat antara kelompok etnik dengan kelompok 3.2.7.5 Sistem Benefit Sering
etnik, antara marga dengan marga dan antara Ingatan kolektif masa lalu rakyat Papua,
kelompok etnik dengan Pemerintah. Isu Yang tentang pembagian hasil dari koorporasi yang
Melatarbelakangi Konflik adalah tuntutan ganti pernah beroperasi di tanah Papua, menunjukan

72 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


bahwa sebagian kelompok etnik di tanah Papua Selatan (LS) dan 118°33’ hingga 125°11’
memaknai masih jauh dari kesan keadilan. Bujur Timur (BT). Luas wilayah Provinsi Nusa
Hasil alam yang diambil tanpa konpensasi yang Tenggara Timur 248.718,10 Km2 terdiri dari
seimbang seolah-olah tak ada penghargaan daratan seluas 48.718,10 Km2 dan laut seluas
kepada kelompok etnik pemilik hak ulayat. ± 200.000 Km 2. NTT merupakan provinsi
Fenomena ini akan menjadi nilai tawar yang kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 566
kuat, ketika sebuah agenda pembangunan yang buah. Berdasarkan jumlah tersebut, hanya
bergerak dalam bidang apapun akan memasuki 42 pulau yang dihuni dan 524 belum dihuni.
wilayah hak ulayat satu kelompok etnik. Hitung- Sebanyak 246 pulau sudah bernama sedangkan
hitungan tradisional akan dilakukan kelompok 320 pulau belum bernama.
etnik. Apa yang program REDD+ akan berikan Beberapa pulau di NTT yang tergolong besar
kepada kelompok etnik agar terjadi perubahan adalah Flores (14.231km²), Sumba (11.040 km²),
hidup menuju titik kesejahteraan. Timor (14.394,90 Km²) dan Alor (2.073,40
Kriteria keadilan dan transparasi harus Km²), sedangkan selebihnya merupakan pulau-
menjadi pijakan. Nilai keadilan bahwa apa yang pulau kecil. Gugusan kepulauan di Provinsi
harus diberikan oleh kelompok etnik pemilik Nusa Tenggara Timur diapit oleh batas sebelah
hak ulayat kepada program REDD +, dan apa utara berbatasan dengan Laut Flores dan sebelah
yang harus diberikan oleh program REDD+ selatan berbatasan dengan Samudera Hindia dan
kepada kelompok etnik pemilik hak ulayat. Ini Australia; Sebelah timur berbatasan dengan
wajib di lakukan secara transparan. Kelompok Negara Republic Democratic Timor Leste, dan
etnik memiliki tanggung menanam ataupun
Sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Nusa
menjaga hutan, dan hasil karbon yang dihasilkan
Tenggara Barat.
akan dihargai. Mereka yang menjaga hutan
Sebagian besar wilayah Provinsi Nusa
akan diberi semacam penghargaan berwujud
Tenggara Timur berada pada rentang ketinggian
dana menjaga dan memelihara hutan. Namun,
100 hingga 500 meter di atas permukaan laut
terkadang pembawa program menghadapai
dengan luas ± 2.309.747 Ha. Sedangkan
pertanyaan kepada siapa kita memberikan hasil ?
sebagian kecil atau 3,65% wilayah berada pada
Untuk konteks tanah Papua, pemberian
ketinggian ± 1.000 m di atas permukaan laut.
penghargaan berwujud dana menjaga dan
memelihara hutan diberikan kepada pemilik Lahan dengan kemiringan 15 s/d 40° mencapai
hak ulayat yaitu lembaga marga yang terdiri luasan 38,07%, dan lahan dengan kemiringan
dari kepala marga, tua-tua marga, dan anggota lebih dari 40° mencapai 35,46%.
marga. Catatan yang patut dipertimbangkan Iklim di sebagian besar wilayah NTT
oleh pembawa program adalah penghargaan tergolong kering hingga sangat kering (semi
yang akan diberikan kepada lembaga marga arid). Musim hujan hanya berlangsung selama
ditetapkan berdasarkan kriteria pembawa kurang lebih 4 bulan dan musim kemarau
program ataukah kriteria lembaga marga ? berlangsung selama 8 bulan. Rata-rata curah
hujan maupun jumlah hari hujan di sebagian
3.3 Keragaman Manusia Nusa Tenggara besar wilayah NTT tergolong rendah.
Timur Keadaan Topografis Nusa Tenggara Timur
berbukit-bukit dengan dataran rendah tersebar
secara sporadis pada gugusan yang sempit. Pada
3.3.1 Gambaran Umum Wilayah Nusa
semua pulau, dominan permukaannya berbukit
Tenggara Timur
dan bergunung-gunung. Dataran-dataran yang
sempit memanjang sepanjang pantai atau diapit
3.3.1.1 Kondisi Geografis oleh dataran tinggi atau perbukitan. Kondisi
Nusa Tenggara Timur secara geografis geomorfologis yang demikian menyebabkan
terletak diantara 08°30’ hingga 11°10’ Lintang aktivitas pertanian pada daerah dataran sangat

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 73
terbatas, baik pertanian lahan basah maupun yaitu ras Mongoloid, ras Negroid dan Austro-
lahan kering. afrikan, serta ras Eropoid (mediteran).
Pertanian lahan kering banyak dilakukan Secara historis, penduduk NTT sejak
pada daerah-daerah dengan kemiringan yang dahulu kala telah merupakan campuran dari
curam sehingga produktivitas menjadi rendah. unsur-unsur Melayu yang berasal dari bagian
Berbeda dengan banyak daerah lainnya di barat kepulauan Indonesia dan sisa-sisa dari
Indonesia, luas areal hutan di wilayah NTT unsur Negro-Oceania (termasuk Papua).
tergolong sangat sedikit, dengan tingkat Hasil dari persebaran yang demikian telah
kepadatan jenis dan jumlah tanaman hutan yang menyebabkan penduduk NTT saat ini tergolong
juga terbatas. amat bervariasi, baik secara fisik (ciri rasnya)
maupun kondisi keragaman sosio-kulturalnya.
3.3.1.2 Administrasi Pemerintahan
Provinsi Nusa Tenggara Timur dibentuk 3.3.3 Keragaman Manusia, Suku Bangsa
berdasarkan Undang-Undang Nomor 64 Tahun dan Penyebarannya
1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Dari segi latar belakang sosio-kulturalnya,
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa masyarakat NTT dapat dikatakan merupakan
Tenggara Timur. Selain itu, ditetapkan pula “miniatur Indonesia”. Hal ini terkait dengan
Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 kenyataan bahwa masyarakat NTT tergolong
tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat sebagai masyarakat majemuk (plural society).
II Dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Kemajemukan masyarakat NTT tampak dari
Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, banyaknya suku bangsa dengan kekhasan
sehingga di Provinsi Nusa Tenggara Timur budaya, adat istiadat serta bahasanya masing-
pada awalnya dibentuk 12 Daerah Tingkat II masing. Di seluruh NTT terdapat tidak kurang
(kabupaten), yaitu Kupang, Timor Tengah dari 45 suku bangsa (kelompok etnis) dan
Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Flores sub suku bangsa (sub-etnis). Dibandingkan
Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Sumba dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia
Barat dan Sumba Timur. Setelah melewati kurun (kecuali Papua), masyarakat NTT dikenal
waktu selama 56 tahun, sampai dengan tahun sangat pluralistik dari segi kesukubangsaan atau
2014 ini di Provinsi Nusa Tenggara Timur etnisnya. Sejarah kependudukan di daerah ini
terdapat 1 pemerintahan Kota, 21 Kabupaten, menunjukkan bahwa masyarakat NTT terdiri
290 Kecamatan, dan 2.966 buah desa/kelurahan. dari kelompok-kelompok etnis yang hidup dalam
komunitas-komunitas yang tergolong eksklusif
3.3.2 Sejarah Asal-Usul Kelompok Etnik (tertutup/unik) sifatnya, dengan masing-masing
dan Penyebarannya memiliki latar belakang dan corak kebudayaan
Secara fisik, penduduk NTT (adat istiadat) maupun bahasa lokal yang
memperlihatkan ciri-ciri ras yang bervariasi. berbeda-beda. Setiap suku-bangsa/kelompok
Sebagian penduduk di bagian timur Pulau etnis di provinsi ini menempati wilayah tertentu,
Flores dan bagian tengah dan timur Pulau lengkap dengan pranata-pranata sosial budaya
Timor, memperlihatkan tanda-tanda Negrito- dan ideologi tradisional yang mengikat setiap
Melanesia, yang ciri jasmaniahnya sama dengan anggota atau warga masyarakat itu secara utuh
orang Papua. Sementara di wilayah-wilayah (Mubyarto, dkk, 1991: 5).
pantai dan daerah NTT bagian barat, banyak Suku-suku bangsa yang saat ini mendiami
penduduk memperlihatkan tipe Melayu. wilayah NTT beserta bahasa yang digunakan
Menurut Prof. Dr. Yosef Glinka, SVD, ahli dalam pergaulan hidup sehari-hari adalah
antropologi ragawi yang lama melakukan studi sebagai berikut:
tentang bentuk tubuh penduduk NTT, secara 1. Di Pulau Flores bagian Timur dan pulau-
umum manusia NTT terdiri dari tiga tipe ragawi pulau kecil sekitarnya (Solor, Adonara dan

74 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


sebagian Lembata), berdiam suku bangsa nilai budaya yang khas, yang dapat merefleksikan
Lamaholot yang menggunakan bahasa identitas manusia NTT seluruhnya sebagai suatu
Lamaholot. Sedangkan di bagian paling kesatuan. Salah satu di antara nilai yang dapat
timur Pulau Lembata berdiam suku bangsa terangkum adalah mengenai kosmologi atau
Kedang yang menggunakan bahasa Kedang. pandangan dunia manusia NTT.
2. Di bagian barat Pulau Flores hingga ke Sebagai masyarakat yang masih bercorak
bagian tengah dan timur terdapat beberapa tradisional, sebagian besar warga suku-suku
suku bangsa yaitu Manggarai, Nge-Reo, bangsa di NTT hingga saat ini masih memegang
Riung, Bajawa, Nagekeo, Ende, Lio, Sikka, teguh pandangan dan nilai-nilai budaya yang
Tana Ai, dan Kanga’e. Setiap etnis ini juga khas mengenai relasi manusia dengan alam
memiliki bahasa daerahnya masing-masing. sekitar, dengan sesama manusia, maupun dengan
3. Di pulau Sumba terdapat suku bangsa Sumba dunia gaib (supranatural).
(Barat) dan Sumba (Timur). Meskipun Sebagaimana dikemukakan oleh Fernandez
menurut hikayat leluhurnya (Li’i Marapu) (1990: 98), kehidupan manusia NTT tradisional
kedua etnis ini berasal dari tempat asal yang pada dasarnya senantiasa diarahkan kepada
sama (Malaka), namun adat istiadat maupun kerukunan, keselarasan dan keseimbangan
bahasa yang sekarang digunakan oleh kedua dengan sesama, alam dunia, roh leluhur dan
suku bangsa ini berbeda. Penduduk Sumba Yang Maha Tinggi. Cara pandang harmonis
Timur menggunakan bahasa Kambera, masyarakat tradisional di NTT dapat dibedakan
sedangkan penduduk Sumba Barat ke dalam empat dimensi, yakni antara manusia
menggunakan bahasa Sumba Barat dengan dengan manusia, manusia dengan alam dunia,
sejumlah dialek, yakni dialek Anakalang, manusia dengan roh mahluk yang dimitoskan,
Lauli (Loli), Waijewa (wewewa), Laura dan dan manusia dengan Yang Maha Tinggi.
Kodi. Bagaimana wujud konkrit dari cara pandang
4. Di pulau Timor bagian barat terdapat budaya tersebut akan diuraikan secara ringkas
suku bangsa Meto (Atoni/Dawan) yang berikut.
menggunakan bahasa Meto/Dawan, suku
bangsa Tetum/Belu yang menggunakan 1. Berpikir Harmonis dalam Hubungan
bahasa Tetum, dan suku bangsa Bunaq/ dengan Sesama Manusia
Lamaknen yang menggunakan bahasa Manusia NTT dari berbagai suku bangsa,
Bunaq. Sedangkan di wilayah perbatasan secara tradisional masih tergolong taat kepada
dengan Negara Timor Leste terdapat suku adat-istiadatnya. Terdapat berbagai macam
bangsa Kemak. istilah dalam bahasa-bahasa daerah setempat yang
5. Di pulau Sabu dan Raijua terdapat suku menggambarkan keberadaan dan masih kuatnya
bangsa Sawu atau Sabu peran adat dalam mengatur hidup keseharian
6. Di pulau Rote terdapat suku bangsa Rote masyarakat NTT. Adat lah yang mengatur
7. Di pulau Alor dan Pantar terdapat suku keharmonisan dan kerukunan dalam masyarakat.
bangsa Alor – Pantar dengan sejumlah besar Adat merupakan hukum, perintah, tata tertib
sub-etnisnya yang masing-masing memiliki yang terwariskan oleh nenek moyang dan wajib
bahasa yang berbeda-beda. dipatuhi, serta kelangsungannya harus dijamin.
Adat merupakan wujud pengertian manusia
3.3.3.1 Kosmologi tentang kehidupannya, dan sering dinyatakan
Meskipun setiap suku bangsa di NTT secara dalam berbagai syair, ungkapan adat, upacara
sendiri-sendiri, tampak memiliki nilai-nilai ritual, berbagai bentuk kerjasama (gotong-
budaya yang berbeda antara satu dengan lainnya, royong) maupun pesta-pesta. Pada masyarakat
namun dibalik perbedaan tersebut sebenarnya Lamaholot di Flores Timur misalnya, terdapat
dapat ditemukan serangkuman persamaan nilai- ungkapan semangat yang sering diucapkan orang

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 75
pada berbagai pertemuan atau kesempatan, yakni manusia dengan kosmos dan masyarakat
“koda to’u kiri kne’e, kaka pulo arin lema”, yang setempat dapat terhindar dari bencana. Upacara
artinya sehati, sesuara serta sepenanggungan. ini disebut “demu lero wulang” yang artinya
Demikian juga pada Orang Dawan/Meto di mengasapi matahari dan bulan. Matahari dan
Timor, terdapat pemikiran harmonisnya dalam bulan merupakan nama simbolis untuk Tuhan,
ungkapan ”neka mese ma ansao mese”, yang dan dengan melakukan ritual tersebut, murka
berarti seia-sekata, sehati-sepikiran. Yang Maha Tinggi dapat dipadamkan. Contoh
lain terkait dengan relasi manusia dengan alam
2. Berpikir Harmonis Kosmis sekitar terlihat dari banyaknya cerita mitologis
Selain terpusatkan pada relasi yang tentang ibu padi (ine pare)pada sejumlah etnis
harmonis dengan sesama manusia, masyarakat di NTT maupun adanya kepercayaan dan ritual
suku-suku bangsa di NTT secara budaya juga adat terkait dengan gunung, batu, mata air,
amat mementingkan relasi yang harmonis pohon maupun hutan yang dianggap keramat
dengan alam atau seluruh kosmos. Dalam (geraran, lulik, leu) oleh berbagai suku bangsa
pandangan budaya suku-suku bangsa setempat, di NTT.
kosmos bukanlah sebuah obyek melainkan
berkedudukan sama sebagai subyek dengan 3.3.3.2 Sistem Pengetahuan
manusia. Hubungan yang baik dengan alam Secara tradisional, masyarakat suku-
dunia merupakan nilai tertinggi dan menjadi suku bangsa di NTT hingga saat ini masih
norma absolut adat (Fernandez, 1990: 105). memiliki dan mempertahankan berbagai
Oleh karena itu, bila manusia dapat menjamin macam pengetahuan lokal (local knowledge),
keselarasan hubungan dengan alam dunia, baik yang diwariskan dari para leluhurnya
maka akan terwujud kebaikan, kemakmuran, maupun yang diperoleh sendiri dari pengalaman
kesentosaan, dan kedamaian antara manusia hidup keseharian mereka. Masyarakat suku-
dengan kosmos. suku bangsa di NTT mempunyai wawasan
Sebagai ilustrasi misalnya, pada masyarakat pengetahuan terhadap alam sekitarnya.
etnis Sikka di Flores terdapat anggapan bahwa Pengetahuan itu terdiri atas beberapa sub bagian
seluruh alam semesta mempunyai pengaruh atas yaitu sistem pengetahuan tentang tanda-tanda
kehidupan manusia. Apabila terjadi bencana alam (kosmos), sistem pengetahuan tentang
alam seperti banjir, gempa bumi, kelaparan, flora (seperti tumbuhan alam, tumbuhan pangan
penyakit yang merajalela atau hujan maupun dan obat, dan beberapa jenis tumbuhan yang
kekeringan yang berkepanjangan, orang lalu mempunyai kegunaan sangat penting), sistem
mulai mencari sebab musababnya. Secara budaya pengetahuan tentang fauna (seperti pengetahuan
terdapat anggapan bahwa semua itu terjadi tentang umur, jenis fauna, ciri-ciri tubuh fauna,
karena hidup manusia tidak lagi sesuai dengan dan pengetahuan tentang tanda bunyi binatang),
tuntutan alam dunia. Tata tertib alam telah juga sistem pengetahuan tentang zat-zat, bahan-
dilanggar sehingga nenek moyang serta roh-roh bahan mentah, serta sistem pengetahuan tentang
alam dan Yang Maha Tinggi mendatangkan ruang, waktu (kalender adat) dan bilangan.
bencana, maka perlu ada upacara pemulihan.
Sebagai contoh: apabila terjadi perkawinan 3.3.3.3 Sistem Mata Pencaharian Hidup
sumbang “incest”, selalu menimbulkan keresahan Sejak dahulu hingga sekarang, sebagian
dalam masyarakat dan dianggap benar- besar penduduk NTT, terutama yang tinggal di
benar menentang alam. Masyarakat setempat wilayah perdesaan, hidup dari bercocok tanam
menyebut dengan istilah “bahut ganu ahu, dengan berkebun, berladang, atau bersawah.
dohang ganu manu” atau kawin seperti (hewan) Karena kondisi topografis yang sebagian besar
anjing atau ayam. Apabila hal ini terjadi, segera bergunung-gunung dengan ketersediaan air yang
harus dilakukan ritual pemulihan agar hubungan terbatas, maka hanya sebagian kecil saja lahan

76 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


pertanian di NTT yang dapat dijadikan sawah, lokal di NTT. Secara sosio-antropologis,
baik berupa sawah tadah hujan maupun dengan eksistensi, peran dan fungsi klen ini mempunyai
pengairan/irigasi teknis. Teknik pengolahan kaitan yang erat dengan konsep genealogis,
lahan dan bercocok tanam yang digunakan, teritorial dan ritual, yang oleh para ahli juga
untuk sebagian masih bersifat tradisional dengan dipandang sebagai konsep-konsep dasar tentang
peralatan yang tergolong sederhana. Selain eksistensi masyarakat yang telah didirikan dan
menghasilkan bahan makanan (padi, jagung dan dipertahankan.
kacang-kacangan) untuk memenuhi kebutuhan Dalam hubungannya dengan konsep
hidup sehari-hari (subsisten), tanaman jangka genealogis, klen atau marga ini pada
panjang seperti kelapa, kemiri, kopi, asam, pohon hakekatnya merupakan kesatuan sosial yang
tuak/lontar, dan akhir-akhir ini cengkeh, vanili, terdiri dari warga seketurunan (genealogical
cokelat dan jambu mete, merupakan sumber group/lineage). Para anggotanya saling terikat
penghasil uang yang utama bagi para petani. oleh ikatan hubungan darah (blood relationship).
Masyarakat NTT secara tradisional Oleh karena itu, untuk menyatakan identitas
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kelompoknya, sekaligus mengabadikan nama
alam. Masih ada sebagian warga masyarakat di tokoh leluhur cikal bakal sebuah klen, maka ada
NTT yang memiliki sistem mata pencaharian klen yang menamai kelompoknya dengan nama
hidup dengan cara berburu, meramu, menangkap leluhurnya.
ikan, pertanian, peternakan, dan kerajinan. Dalam hubungannya dengan konsep
Perburuan dilakukan di hutan-hutan, daerah territorial, eksistensi klen sebagai kesatuan
dekat sumber air, padang rumput, dan semak- sosial terpenting dalam struktur sosial tradisional
semak. Pekerjaan meramu biasanya dilakukan masyarakat di NTT, pada hakekatnya juga
di hutan, padang dan gunung. Penangkapan merupakan unsur utama pembentuk komunitas
ikan biasanya dilakukan di sungai-sungai, atau kampung-kampung adat, yang di seluruh
danau, kolam-kolam alam, di tepi-tepi pantai NTT disebut dengan berbagai nama seperti
teluk dan selat. Pertanian di ladang merupakan lewo di Flores Timur, paraingu di Sumba Timur,
mata pencaharian pokok di NTT. Pertanian kuan di Timor, golo atau beo di Manggarai, rai
perladangan adalah perladangan berpindah- di Sabu, wanno di Sumba Barat dan sebagainya.
pindah dengan cara penebangan hutan dan Kampung-kampung adat merupakan kesatuan
pembakaran (slash and burn/shifting cultivation). wilayah pemukiman, persekutuan hukum adat,
Peternakan merupakan salah satu sumber mata sekaligus bentuk pemerintahan asli. Di dalam
penghidupan penting di NTT. Ternak yang Kampung adat sebagai kesatuan territorial dan
dipelihara terutama adalah kerbau, kambing, persekutuan hukum terpenting dalam sistem
babi, ayam, itik dan kemudian juga kuda dan pewilayahan sosial dan pemerintahan asli itulah,
sapi. berbagai segi kehidupan bersama (bidang sosial,
ekonomi, politik, kekuasaan, pemerintahan,
3.3.3.4 Organisasi Sosial dan Sistem Kekerabatan dan keagamaan asli) ditata dan dilaksanakan.
Struktur sosial tradisional masyarakat di Melalui musyawarah adat, dihasilkanlah para
NTT pada dasarnya berpusat pada eksistensi, pemimpin masyarakat beserta perangkat hak-
peran dan fung si kelompok-kelompok hak dan kewajiban-kewajibannya. Selain itu,
seketurunan (klen/marga) yang disebut dengan di dalam kampung adat, alokasi dan distribusi
berbagai nama atau istilah, seperti kabihu/kabisu peran dan tanggung jawab sosial, politik dan
di Sumba, kanaf, nono atau fam di Timor, wa’u keagamaan dari semua klen/suku warga kampung
di Manggarai, udu di Sabu, suku/wungu di Flores tersebut dilakukan. Adanya mekanisme
Timur, fukun di Belu, dan sebagainya. Klen atau pembagian peranan tersebut pada gilirannya
marga (suku) merupakan kelompok terpenting telah melahirkan kedudukan-kedudukan atau
dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat status-status secara hirarkis, yang pada akhirnya

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 77
menghasilkan stratifikasi atau pelapisan sosial ibu dan anak-anak. Pemimpin kelompok
dalam masyarakat setempat. ini umumnya adalah bapak keluarga karena
Dalam hubungannnya dengan konsep mengikuti garis keturunan patrilineal. Sebutan
ritual, eksistensi dan peran/fungsi klen/marga untuk keluarga inti sesuai dengan bahasa daerah
juga sangat sentral. Para leluhur cikal bakal masing-masing, misalnya di Timor disebut ume,
pendiri kampung yang merupakan salah satu di Sabu disebut hedara ammu, di Manggarai
obyek pemujaan atau pusat orientasi religius disebut kilo, di Rote disebut leo, di Sumba
terpenting dalam sistem kepercayaan asli, disebut uma dan sebagainya.
telah melahirkan berbagai ajaran dan aturan Kelompok keluarga meluas meliputi
adat maupun upacara/ritus yang bernuansa keanggotaan yang lebih besar, yaitu terdiri dari
religius. Secara sosiologis, keterikatan warga beberapa keluarga batih, tetapi belum merupakan
suku/klen terhadap leluhurnya masing-masing satu klen. Pemimpin kelompok ini ialah anggota
yang terwujud melalui berbagai upacara ritual, laki-laki yang tertua. Tugasnya antara lain
telah ikut membangun dan mendukung suasana memelihara dan mengatur pelaksanaan adat
kebersamaan dan persatuan di dalam kehidupan istiadat dan upacara siklus hidup, memelihara
masyarakat setempat. sistem kepercayaan asli, membangun kerjasama
Organisasi sosial tradisional masyarakat kelompok dan menyelesaikan perselisihan yang
suku-suku bangsa di Nusa Tenggara Timur terjadi di dalam kelompoknya.
pada azasnya bersifat genealogis, teritorial dan Kelompok Klen kecil ialah gabungan dari
berbasis adat istiadat. Dalam kesatuan-kesatuam beberapa keluarga luas (extended family) yang
wilayah itu terdapat lembaga-lembaga adat yang masih merupakan keturunan dari satu nenek
mengatur segala aspek kehidupan, baik jasmaniah moyang laki-laki yang sama. Pemimpin klen
maupun rohaniah dari warga setempat. Di NTT kecil atau yang di NTT lazim dikenal dengan
bentuk kesatuan hidup ini berupa komunitas sebutan “kepala suku”, ialah seorang dari anggota
atau kampung adat yang pada setiap daerah klen yang tertua dan berwibawa. Tugas dari
disebut dengan nama yang berbeda-beda. pemimpin klen kecil ialah mengatur pelaksanaan
Pimpinan komunitas adat ialah ketua adat upacara-upacara dalam kampung, menyelesaikan
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Jabatan segala masalah yang terjadi di dalam kampung,
ketua adat merupakan warisan atau berdasarkan termasuk mengatur pembagian tanah ulayat.
keturunan. Pimpinan komunitas tersebut Kelompok ini di wilayah NTT mempunyai
umumnya adalah laki-laki yang dianggap “tertua” bermacam-macam sebutan misalnya di Sabu
dari garis keturunan bapak (patrilineal). Dalam disebut kerogo, pemimpinnya disebut kattu
menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh dewan kerogo. Di Manggarai disebut panga, di Ngada
adat. Sebutan bagi pimpinan komunitas atau disebut sipopali, di Timor disebut nonomnasi
kampung adat ini juga berbeda-beda menurut dan sebagainya.
daerah asal masing-masing suku bangsa. Pada Klen besar merupakan kumpulan beberapa
masyarakat adat Meto atau Dawan di Timor klen kecil yang merupakan keturunan dari satu
misalnya, yang menduduki jabatan kepala nenek moyang. Kadang-kadang anggota-anggota
kampung adat disebut nakaf, kua tuaf atau kelompok ini menggunakan nama tambahan
temukung, di Manggarai disebut tua golo, di dari nama pendiri klen induk (klen besarnya).
Lio disebut mosalaki, di Sumba disebut rato Seluruh anggota klen besar ini bersikap tabu
maramba dan sebagainya. (pantang ) terhadap totemnya. Cerita-cerita
Masyarakat suku-suku bangsa di NTT mitos bagi mereka merupakan alat penerangan
memiliki beberapa bentuk kelompok tentang totem-totem klen besar mereka. Sistem
kekerabatan, antara lain keluarga batih, keluarga kekerabatan dalam kelompok ini yaitu sistem
luas, klen kecil, dan Klen Besar. Keluarga batih/ patrilineal. Sebagai pemimpin klen besar ialah
inti merupakan kelompok kekerabatan yang laki-laki tertua dari klen tersebut. Ia bertugas
terkecil yang susunannya terdiri dari bapak, memimpin, baik dalam pemerintahan maupun

78 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


kepercayaan tradisionalnya. Ia bertindak Lapisan rakyat biasa merupakan kelompok
sebagai media antara orang yang masih hidup orang-orang yang masih ada hubungan darah
dengan arwah para nenek moyangnya. Dalam atau ikatan perkawinan dengan cikal bakal
menjalankan kekuasaannya ia dibantu oleh pendiri kampong, tetapi hubungan itu telah
dewan adat yang memegang peranan penting jauh. Mereka tidak memegang kekuasaan dalam
dalam lembaga-lembaga adat yang mengatur pemerintahan. Lapisan budak merupakan
kehidupan bermasyarakat. keturunan orang-orang bekas tawanan perang
Hubungan sosial tradisional dalam atau yang “dianggap budak” karena dahulu
masyarakat perdesaan di NTT masih kental nenek moyangnya tidak mampumembayar
dengan semangat kekeluargaan atau gotong kembali hutangnya.
royong. Hal ini terlihat misalnya dalam
pelaksanaan adat istiadat dan upacara siklus 3.3.3.5 Sistem Religi
hidup (terutama perkawinan dan kematian),
Masyarakat di Nusa Tenggara Timur saat
maupun dalam penyelenggaraan hidup sehari-
ini secara formal telah menjadi penganut salah
hari, misalnya waktu membangun rumah adat
satu agama resmi, terutama agama Katolik,
dan perkampungan/permukiman, mengerjakan
Protestan dan Islam. Sedangkan penganut
ladang , berburu, ataupun ketika terjadi
agama lainnya seperti Hindu, Budha dan
musibah/bencana. Dengan demikian hubungan
Konghucu umumnya adalah warga pendatang
sosial berupa gotong royong merupakan siklus
atau keturunan Tionghoa. Secara budaya, semua
yang tidak dapat dihindari oleh setiap anggota
kelompok etnis di NTT juga masih memiliki
masyarakat.
Stratifikasi sosial tradisional yang hingga dan mempertahankan kepercayaan asli warisan
kini masih berlaku dalam masyarakat NTT leluhurnya. Bahkan, sebagaimana kepercayaan
adalah berdasarkan sistem kemurnian darah asli masyarakat Sumba yang disebut Marapu,
dari kelompok keturunan pendiri kampung oleh para penganutnya dianggap sebagai “agama”
atau pendiri kerajaan (kaum bangsawan) di yang resmi, dan mereka secara tegas menolak
daerah itu. Tingkatan sosial didasarkan pada untuk menjadi penganut agama-agama resmi.
jauh dekatnya hubungan darah dengan cikal Secara umum, sistem kepercayaan asli
bakal orang yang membuka tanah disitu. Pihak suku-suku bangsa di NTT bercorak campuran
yang terdekat hubungannya dengan cikal bakal antara animisme, dinamisme maupun
merupakan lapisan tertinggi, sedangkan pihak politeisme. Walaupun demikian, berbagai hasil
yang semakin jauh hubungannya dengan cikal studi etnografi di NTT membuktikan bahwa
bakal merupakan lapisan yang lebih rendah inti kepercayaan-kepercayaan asli tersebut
tingkatan sosialnya. Hampir di setiap daerah di sebenarnya juga mengakui adanya satu kekuatan
NTT mempunyai mitos tentang tokoh manusia gaib “Yang Maha Tinggi”, yang disebut dengan
pertama yang dianggap sebagai cikal bakal berbagai nama seperti Uis Neno di Timor
mereka. (Dawan), Maromak Oan di Belu, Mori Kraeng
Masyarakat tradisional di NTT pada di Manggarai, Niang Tana Lero Wulan di
umumnya mengenal adanya tiga lapisan atau Sikka, Lera Wulan Tanah Ekan di Flores Timur
strata sosial yang dinyatakan dengan berbagai (Lamaholot), Dua Ngga’e di Lio, Dewa di Ngada
sebutan atau istilah bahasa daerah masing- dan berbagai sebutan lainnya. Selain kepada
masing. Lapisan-lapisan masyarakat itu ialah “Dewa Tertinggi”, kepercayaan asli masyarakat
lapisan bangsawan, rakyat biasa, dan lapisan NTT juga berpusat kepada penyembahan kepada
budak. Lapisan bangsawan merupakan orang- arwah leluhur (Marapu di Sumba, Kewokot di
orang keturunan langsung atau terdekat dari Flotim/Lamaholot dan sebagainya).
orang yang dianggap cikal bakal atau pembuka Karena bercorak animism, dinamisme
daerah itu. Lapisan ini dalam pemerintah adat maupun politeisme maka sistem kepercayaan
merupakan lapisan yang memegang kekuasaan. asli ini mengenal adanya berbagai roh atau

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 79
dewa yang menjaga/mengatur alam fisik (bumi/ 3.3.5 Introduksi Program Pembangunan
tanah, hutan, batu, air, angin, lautan), tumbuh-
tumbuhan, hewan, termasuk kehidupan manusia. 3.3.5.1 Perencanaan dan Sosialisasi
Selain percaya kepada dewa-dewa, masyarakat
asli di NTT juga percaya adanya mahluk/roh Salah satu tahapan penting dalam
halus (nitu), kekuatan gaib (magi) atau kekuatan implementasi program REDD+ di Provinsi
sakti. Kepercayaan dan keyakinan adanya NTT adalah sosialisasi. Tujuan yang di
kekuatan gaib, yang melebihi kekuatan manusia harapkan adalah pihak pembawa program dapat
biasa atau pengakuan akan wujud tertinggi memberikan informasi yang lengkap dan benar
oleh masyarakat tradisional di NTT, nampak serta mampu meyakinkan warga masyarakat atau
terwujud dalam berbagai upacara dan ritual kelompok-kelompok etnik di lokasi-lokasi yang
keagamaan asli, mulai dari yang paling sederhana menjadi sasaran program ini bahwa program
hingga yang amat rumit dan megah. Kepercayaan REDD+ berbeda dengan agenda pembangunan
asli ini pada hakekatnya mengedepankan unsur- lainnya dan sangat penting untuk dilaksanakan,
unsur kesucian, kebersihan jiwa, perdamaian, agar dipahami oleh warga masyarakat atau
kerukunan, cinta kasih, keselarasan hubungan, kelompok-kelompok etnik. Pemahaman yang
keserasian dan keseimbangan dunia dan alam baik dan benar akan menuai dukungan kepada
gaib. program tersebut dan berujung pada kesuksesan
program.
Untuk wilayah Nusa Tenggara Timur,
3.3.4 Dinamika Perubahan Sosial Budaya
kegiatan sosialisasi REDD+ dapat dilakukan
Bersamaan dengan berjalannya waktu, melalui beberapa langkah. Pertama, melalui
kehidupan masyarakat suku-suku bangsa pertemuan formal antara pembawa program
di NTT saat ini juga telah dan akan terus dengan kelompok elite desa atau kampung yang
memperlihatkan geliat dinamikanya dalam terdiri dari Kepala Desa dan Aparat Pemerintah
wujud pergeseran dan perubahan pada Desa, para Kepala Suku (klen), Tua-Tua Adat,
berbagai segi kehidupan, termasuk aspek Tokoh Agama, Tokoh Perempuan, Tokoh
sosial budayanya. Bergesernya sistem politik Pemuda, dan Akademisi (khususnya Antropolog
pemerintahan dari pola pemerintahan asli yang dan Sosiolog ). Pertemuan sosialisasi dapat
bercorak feodal menjadi sistem pemerintahan dilakukan di Balai Desa atau Balai pertemuan
negara (birokrasi) dengan berbagai ideologinya; desa/kampung dengan agenda sosialisasi
berubahnya sistem ekonomi dari subsisten program. Hasil yang diharapkan adalah para elite
menjadi ekonomi pasar yang kapitalistik; masuk desa atau kampung memperoleh pengetahuan
dan berkembangnya agama-agama modern serta tentang program ini dan menjadi sumber
kuatnya pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan, informasi guna mendistribusikan informasi
teknologi informasi dan komunikasi, secara program kepada keluarga dan sesama warga desa,
perlahan tetapi pasti, telah ikut merubah corak kampung atau kelompok etniknya.
kehidupan masyarakat, termasuk pola-pola Kedua, melalui forum pertemuan informal
budaya tradisional masyarakat NTT. Walaupun antara pembawa program dengan warga
begitu, fakta menunjukkan bahwa secara budaya, masyarakat biasa yang sebelumnya memang
masyarakat NTT hingga kini masih memiliki jarang atau tidak diundang dalam pertemuan
keterikatan yang cukup kuat kepada pola-pola formal dengan elite desa atau kampung.
budaya warisan leluhur yang merupakan jati Pertemuan informal ini, dalam konteks NTT
diri dan kepribadiannya. Oleh karena itu, setiap yang mayoritas penduduknya beragama Kristen,
upaya pembangunan yang akan dilaksanakan dapat dilakukan dengan memanfaatkan
di NTT diharapkan tetap mempertimbangkan ruang-ruang sosial keagamaan yang seringkali
aspek tradisi budaya masyarakat setempat digunakan oleh warga masyarakat desa atau
sebagai salah satu jaminan bagi keberhasilannya. kampung untuk secara rutin berkumpul

80 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


(biasanya 1 x seminggu). Salah satu forum sosial konflik akibat klaim penguasaan atas tanah-
keagamaan yang bisa digunakan adalah “mimbar tanah, yang sebelumnya memang dibiarkan
gereja” dan atau “persekutuan-persekutuan doa”. terlantar atau tidak digarap karena sangat kering
Agendanya adalah informasi program REDD+ dan berbatu-batu. Namun, melalui pendekatan
(dengan fasilitasi pemimpin gereja atau ketua berupa “penegasan kembali batas-batas hak
persekutuan doa setempat), dapat disampaikan ulayat” oleh para tokoh adat setempat, sebagian
setelah kegiatan ibadah rutin di gereja atau besar potensi konflik tersebut akhirnya dapat di
setelah selesainya acara persekutuan doa. atasi.

3.3.5.2 Pemastian Tenurial 3.3.5.3 Pengembangan Kapasitas Lembaga Adat


dan Sumber Daya Manusia di NTT
Dalam konteks masyarakat NTT, hampir
semua kelompok etnik lokal memiliki sistem Sebagaimana diuraikan dalam etnografi
pemilikan atau pola penguasaan atas tanah singkat di atas, untuk konteks NTT, eksistensi
ulayat yang relatif sama, yaitu bahwa tanah dan peran lembaga-lembaga adat berupa
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari komunitas atau kampung adat, hingga saat
setiap komunitas atau kampung adat. Pada ini masih cukup penting dan menonjol dalam
lingkup yang lebih kecil, setiap rumah adat suku menata berbagai aspek kehidupan warganya.
atau klen yang ada di dalam komunitas adat, Lembaga adat lokal yang di dalamnya tercakup
pasti menguasai satu atau beberapa bidang tanah kepala kampung, para fungsionaris adat, kepala
milik komunal suku/klen tersebut. Oleh karena suku/klen, rumah adat, harta pusaka adat,
itu, tokoh-tokoh adat di dalam komunitas adat tanah ulayat maupun nilai-nilai, norma dan
maupun suku/klen, pasti memiliki pengetahuan aturan adat, sejauh ini belum sepenuhnya dapat
mengenai status dan batas-batas tanah ulayatnya, digantikan perannya oleh lembaga lain, termasuk
yang secara adat “seharusnya” dikuasai oleh pemerintah desa. Oleh karena itu terkait
komunitas adatnya, meskipun “defacto”, ada introduksi program pembangunan, (termasuk
bagian dari tanah-tanah tersebut yang telah implementasi REDD+ ini), lembaga-lembaga
beralih penguasaannya kepada pemerintah atau adat yang sudah ada patut diberdayakan. Secara
pihak lain karena dijadikan kawasan hutan atau konkrit, bentuk pemberdayaan yang dapat
dimanfaatkan bagi peruntukkan lain. Akibatnya, dilakukan di NTT antara lain dengan cara:
sering timbul masalah krusial terkait kepastian Memberikan pelatihan/bimbingan teknis
tenurial di NTT, berupa potensi konflik laten berkala kepada para fungsionaris lembaga adat
karena klaim-klaim penguasaan atau kepemilikan di lokasi-lokasi sasaran implementasi REDD+
hak atas tanah, khususnya tanah ulayat. (termasuk generasi mudanya), untuk membuka
Oleh sebab itu, untuk memastikan sistem seluas-luasnya wawasan mereka mengenai
tenurial dalam suatu komunitas yang hendak berbagai hal terkait dengan implementasi
diintervensi dengan program pembangunan, program ini.
maka pihak pelaksana program harus terlebih Membangun pos-pos di lokasi-lokasi
dahulu memastikan siapa sebenarnya pemilik kegiatan yang dapat berfungsi sebagai sekretariat
yang sah atas tanah (dan hutan) tersebut. Jika REDD+, sekaligus tempat pelaksanaan forum
sudah jelas, maka pihak perencana program “diskusi kampung implementasi REDD+”.
dapat langsung bertemu dengan pimpinan Menawarkan peran atau tugas-tugas tertentu
komunitas adat setempat, ketua suku (klen) dan kepada semua fungsionaris adat setempat
tua-tua adat terkait lainnya. (dengan imbalan jasa) untuk secara langsung
Sebagai contoh kongkrit, ketika terjadi terlibat dalam kegiatan implementasi REDD+ di
“booming” penambangan mineral logam lokasi kegiatan, termasuk ikut membuat rencana-
Mangaan di berbagai wilayah di pulau Timor rencana kegiatan, melaksanakan, mengawasi
pada tahun 2009 hingga 2012, muncul banyak sampai melakukan evaluasi.

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 81
3.3.5.4 Resolusi Konflik pembawa program dengan jalan memastikan
Seperti di berbagai wilayah lain di status penguasaan atau kepemilikan atas tanah
Indonesia, potensi konflik antar kelompok etnik, atau hutan dalam suatu lokalitas yang akan
antar suku/klen maupun antara komunitas adat dintervensi oleh agen program pembangunan.
dengan pemerintah/negara terkait tanah di Untuk konteks NTT, upaya pemastian hak
NTT juga masih sering terjadi. Isu utamanya melalui mekanisme “sumpah adat” oleh para
adalah pencaplokkan wilayah, pelanggaran batas, pihak terkait, dapat ditempuh.
maupun tuntutan ganti rugi hak ulayat. Konflik Namun, jika terlanjur terjadi konflik
ini sering nampak, ketika ada rencana intervensi dalam suatu lokalitas saat intervensi agenda
pembangunan, baik oleh pemerintah, BUMN pembangunan terjadi, maka pembawa program
maupun pihak swasta. Saat pemerintah atau harus membuat pemetaaan konflik, yaitu: apa
perusahaan memasuki wilayah hak ulayat, akan sumber konflik, isu yang dikonflikkan, unit-
terjadi pelepasan tanah dengan pembayaran/ unit yang berkonflik, sikap dari pihak-pihak
kompensasi hak ulayat (tanah dan tumbuhan). yang berkonflik, tindakan dari pihak-pihak yang
Fenomena ini kerap menjadi ajang kompetisi berkonflik. Berdasarkan hasil pemetaan tersebut
atau perebutan hak untuk mendapatkan uang dapatlah ditetapkan langkah-langkah nyata bagi
pembayaran ganti rugi hak ulayat. Kasus saling resolusi konflik, termasuk mekanisme resolusi
klaim tanah terus disuarakan dan disinilah konflik konflik tradisional berbasis nilai-nilai budaya
terjadi. Fenomena diatas perlu diantisipasi oleh masyarakat setempat.

82 • Keragaman Manusia Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur (NTT)


Daftar Pustaka

Amal, Adnan, M, 2010. Kepulauan Rempah- Foni, Wilhelmus, 2004, Budaya Bertani Atoni
Rempah, Perjalanan Sejarah Maluku Pah Meto. Siklus Ritus Bertani Lahan
Utara 1250-1950, Cetakan Pertama, Kering Atoni Pah Meto Tunbaba di
Gramedia, Jakarta. Timor Nusa Tenggara Timur. Penerbit
Boelaars, Jan, 1986: ”Manusia Irian: Dahulu, Program Pascasarjana Universitas Kristen
Sekarang , Masa Depan”, Jakarta : Satya Wacana, Salatiga.
Gramedia Fox, James J. 1986, Panen Lontar, Perubahan
Bourdiue, Pierre. The Forms of Capital, dalam Ekologi dalam Kehidupan Masyarakat
John G. Richardson, 1986, Hand Book of Pulau Rote dan Sawu. Penerbit Pustaka
Theory and Research for The Sociology of Sinar Harapan, Jakarta.
Education. New York: Greenwood Press. Fraasen, Van, F, C, 1979. Types of Socio-
Coleman, le. 1994.Fundations of sosial Theory. Political Structur In North-Halmahera
New York: Havard University Press. History, dalam Masinambow E K M (ed)
Cooley, L, Frank, 1961. Mimbar dan Takhta Indonesian Jurnal of Cultural Studies,
(Hubungan Lembaga-Lembaga Halmahera dan Raja Ampat, 87-149,
Keagamaan dan Pemerintahan di Maluku Bhatara, Jakarta.
Tengah) Cetakan Pertama, Pustaka Sinar Fukuyama, F. 1995. Trust: The Social Value and
Harapan, Jakarta. The Greation of Prosperity. Free Press.
Daeng, Hans J., Manusia, Kebudayaan dan New York.
Lingkungan. Tinjauan Antropologis. Geertz Clifford, 2003:”Pengetahuan Lokal”,
Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Yogyakarta:Rumah Penerbitan Merap.
Daeng, J, Hans, 2008. Manusia, Kebudayaan Holloway, Vivienne dan Giandomenico,
dan Lingkungan, Tinjauan Antropologis, Esteban. 2009. The History of REDD
Cetakan III, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Policy. Carbon Planet Limited. Adelaide.
Diamond, Nancy K., Ph.D. 2013. Readiness Kana, Nico L., 1983, Dunia Orang Sawu.
to Engage Stakeholder Engagement Penerbit Sinar Harapan, Jakarta.
Experience for REDD+. Laporan Forest Koentjaraningrat. 1999. Manusia Dan
Carbon Markets and Communities Kebudayaan di  Indonesia, Penerbit
Program yang dipersiapkan untuk Jambatan, Jakarta.
direview oleh USAID. Vermont. USA. Koentjaraningrat. 1999. Manusia Dan
Diamond, Nancy, K, 2013. Readiness to Engage Kebudayaan di  Indonesia. Penerbit
Stakeholder Engagement Experience Jambatan. Jakarta.
for REDD+. Laporan Forest Carbon La ksono,dkk .2001:” Ig ya S er Hanjop,
Markets and Communities Program Masyara kat Arfa k Dan Konsep
yang dipersiapkan untuk direview oleh Konservasi”, Yogyakarta:PSAP UGM.
USAID.Vermont. USA Laporan Hasil Penelitian, Adolof Ronsumbre
Effendi, Ziwar, 1987. Hukum Adat Ambon-Lease, dkk, 2014: “Pemetaan Sumber Dan Jenis
Cetakan Pertama, Pradnya Paramita, Konflik Di Propinsi Papua Barat (Studi
Jakarta. Kasus Kabupaten Manokwari)”
Fernandez, Ozias Stefanus, 1990, Kebijakan Laporan Hasil Survei,Tim Penelitian Jurusan
Manusia Nusa Tenggara Timur, Dulu Antropologi Fakultas Sastra Unipa,
dan Kini. Penerbit Sekolah Tinggi Filsafat 2014:“Riset desa in p eny usunan
Katolik Ledalero, Flores, NTT. sosial Budaya Ekonomi Masyarakat

Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 83
Transformasi Ramah Industri Masyarakat REDD+ Safeguards Implementation
Kampung Onar Baru Distrik Sumuri (SIS-REDD+) in Indonesia. Pusat
Kabupaten Teluk Bintuni Propinsi Papua Standarisasi dan Lingkungan dan Forests
Barat” and Climate Change Programme,
Latukau, Suleman, 1997. Lani Nusa, Lani Lisa,
Deutsche Gesellschaft für Internationale
Kapata Dari Morela, Moluks Historisch
Museum Landelijk Steunpunt Educate Zusammenarbeit. Jakarta.
Molukker, Utrecht. Putnam, Robert. D. 1993. The Prospereous
Mansoben J Robert, 1994:”Sistem Politik Community: Social Capital and Public
Tradisional Di Irian Jaya Indonesia:Studi Life. American Prospect. Spring.
Perbandingan”,Dissertation, University of Rahmawaty, 2011. Larvul Ngabal: Anasir Puncak
Leiden. Ketahanan Budaya Kei, Cetakan Pertama,
Mentansan George, 2014: ”Buku Ajar Etnografi The Sentinel Research and Publication.
Papua”, Yogyakarta: Kepel Press
Sajogyo, (Penyunting), 1994, Kemiskinan dan
Mollering, G. 2001. The Nature of Trust: From
Pembangunan di Propinsi Nusa Tenggara
Georg Simmel to a Theory of Expectation,
Interpretation, and Susp ension, Timur. Penerbit Yayasan Obor Indonesia,
Sociology, vol, 35/2, pp. 403-420. Jakarta.
Narayan, D.1999. Bonds and Bridges: Sosial Sarong, Frans, 2013, Serpihan Budaya NTT,
Capital and Poverty. Washington Penerbit Ledalero, Maumere, Flores,
D.C.:World Bank. NTT.
Pattiruhu, M, C, et al, 1997. Seri Budaya Pela- Savitri,Laksmi,2013:”Korporasi Dan Politik
Gandong Dari Pulau Ambon, Lembaga Perampasan Tanah”,Yog yakarta:Insist
Kebudayaan Daerah Maluku, Ambon.
Press.
Pelupessy, Jacob, Pieter, 2012. Etnografi Bati:
Metode Penelitian Masyarakat Terpencil, Sinaga,Simon,2014:“Papua Barat, Samudera
Cetakan Pertama, Pascasarjana Program Pasifik Dan Laut Seram Di Kepala Burung
Studi Doktor Studi Pembangunan, Papua”, Jakarta:Kompas.
UKSW, Salatiga. Siswanto, Joko, 2005. Orientasi Kosmologi,
Pelupessy, Jacob, Pieter, 2013. Esuriun Orang Cetakan Pertama , Gadjah Mada
Bati, Cetakan Pertama, Kekal Press, University Press, Yogyakarta
Bogor. Suryawan,Ngurah,2011:”Tanah Papua Di Garis
Poer wanto, Hari, 2008:”Kebudayaan
Batas, Perspektif Refleksi Dan Tantangan”,
Dan Lingkungan, Dalam Perspektif
Malang: Setara Press.
Antropolog i”,Yog yakarta : Pusataka
Pelajar. Udak , Urikame Blasius, dkk ., 2003,
Pusat Standarisasi dan Lingkungan, 2013. Kharakteristik Pemerintahan Lokal
Principles, Criteria and Indicators for di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
a System for Providing Information on Diterbitkan atas kerjasama Yayasan
REDD+ Safeguards Implementation (SIS- Peduli Sesama dan The Ford Foundation,
REDD+) in Indonesia. Pusat Standarisasi Kupang NTT.
dan Lingkungan dan Forests and Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Climate Change Programme,Deutsche
Pemerintahan Daerah.
G esel lscha f t f ür Internati ona le
Zusammenarbeit. Jakarta. Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Pusat Standarisasi dan Lingkungan. 2013. Desa, Cetakan Rona Publishing ,
Principles, Criteria and Indicators for Yogyakarta.
a System for Providing Information on

84 • Daftar Pustaka
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim
dan Kebijakan
Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor; Telp.: 0251 8633944; Fax: 0251 8634924;
Email: publikasipuspijak@yahoo.co.id;
Website: http://puspijak.litbang.dephut.go.id atau www.puspijak.org

You might also like