Professional Documents
Culture Documents
Panduan
pelibatan
masyarakat
lokal
dalam implementasi REDD+
Penulis:
Handoyo
di Indonesia Wilayah Timur
Agus Kastanya
Iskar Bone
Lukas Rumboko Wibowo
Pieter Jacob Pelupessy
Ipi De Rozari
Adolf Ronsumbre
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
PUSAT PENELITI AN DAN PENGE MBANG AN
PE RUBA H A N IK LIM DA N K E B IJA KA N
Panduan
pelibatan
masyarakat
lokal
dalam implementasi REDD+
di Indonesia Wilayah Timur
Penulis:
Handoyo
Agus Kastanya
Iskar Bone
Lukas Rumboko Wibowo
Pieter Jacob Pelupessy
Ipi De Rozari
Adolf Ronsumbre
Editor:
Prof. Dr. Aholiab Watloly
Guru Besar Universitas
Pattimura, Ambon
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+
di Indonesia Wilayah Timur
Penulis:
Handoyo
Agus Kastanya
Iskar Bone
Lukas Rumboko Wibowo
Pieter Jacob Pelupessy
Ipi De Rozari
Adolf Ronsumbre
Editor:
Prof. Dr. Aholiab Watloly
Guru Besar Universitas Pattimura, Ambon
ISBN: 978-602-7672-53-6
Diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16118, Indonesia
Telp/Fax: +62-251 8633944/+62-251 8634924
Email: publikasipuspijak@yahoo.co.id;
website: http://puspijak.litbang.dephut.go.id atau www.puspijak.org
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • iii
Kata Pengantar
Pembangunan yang berlangsung selama Di Indonesia Wilayah Timur. Panduan ini disusun
ini telah menciptakan kesenjangan antar wilayah berdasarkan suatu kajian ilmiah yang melibatkan
dan kelompok masyarakat, baik antar negara para pakar dan komunitas masyarakat adat,
maupun antar daerah di negara tertentu. Wilayah sehingga pendekatan pembangunan di Indonesia
Indonesia Timur (Papua, Maluku, Maluku Utara Timur terutama dalam mengimplementasikan
dan Nusa Tenggara Timur) merupakan wilayah skema REDD+ di masyarakat sesuai kondisi
yang sangat tertinggal dibandingkan dengan sosial masyarakat setempat sehingga mereka
Wilayah Indonesia Lainnya. Selain itu wilayah ini dapat berpartisipasi secara luas.
memiliki kondisi ekologi pulau-pulau kecil yang Formulasi pemikiran-pemikiran yang
sangat rentan terhadap perubahan lingkungan dihasilkan melalui kajian ilmiah dan didiskusikan
dengan karakteristik masyarakat adat yang melalui focused group discussion (FGD) dan
spesifik. Saat ini masyarakat adat di Indonesia konsultasi public dengan melibatkan pakar dan
Timur telah termarjinalisasi akibat pembangunan para pihak terkait, yang telah tertuang dalam buku
sehingga memberikan dampak yang tidak “Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal Dalam
menguntungkan bagi stabilitas ekosistem dan Implementasi REDD+ Di Indonesia Wilayah
sosial ekonomi masyarakat. Timur” merupakan panduan yang berharga
Pengembangan mekanisme REDD+ yang dapat digunakan oleh semua pihak dalam
dalam kerangka kerja UNFCCC, mengharuskan implementasi setiap program pembangunan
adanya sistem safeguards lingkungan dan sosial terutama implementasi skema REDD+ sebagai
yang dikembangkan secara akuntabel, transparan sistem safeguards sosial di masyarakat.
dan partisipatif, sebagai mana ditetapkan pada Kami menyampaikan terima kasih yang
COP-16. Terdapat dua prinsip penting dari 7 sebesar-besarnya kepada PUSPIJAK Kemenhut
prinsip yang ada dalam sistem safeguards yang yang difasilitasi oleh Forest Carbon Partnership
terkait secara langsung dengan masyarakat adat Fasility (FCPF)-World Bank, yang memberi
dan lokal yaitu: (1) Menghargai pengetahuan perhatian besar bagi masyarakat adat dan
dan hak-hak masyarakat adat maupun masyarakat pembangunan di Indonesia Timur. Terima
lokal dengan mempertimbangkan kewajiban kasih yang sama juga kepada para pakar, dan
internasional yang relevan, hukum dan situasi semua pihak yang telah memberikan kontribusi
nasional, serta memperhatikan bahwa Majelis sehingga buku panduan ini sudah dapat
Umum PBB telah mengadopsi Deklarasi PBB diselesaikan. Semoga karya kita bersama dapat
mengenai hak-hak masyarakat adat; (2) Partisipasi memberi manfaat yang sebesar-besarnya untuk
penuh para pihak (stakeholders) terkait, kesejahteraan masyarakat, kelestarian lingkungan
khususnya masyarakat adat dan masyarakat lokal. dan bangsa Indonesia dalam pembangunan
Karena itu diperlukan suatu panduan yang dapat rendah karbon.
memberi ruang partisipasi masyarakat adat dan
local secara luas. Ambon, Desember 2014
Dewan Kehutanan Daerah Maluku
(DKDM), sebagai forum multi pihak menyambut
baik inisiatif Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perubahan Iklim Dan Kebijakan (PUSPIJAK)
Kemenhut, untuk bekerja sama dalam rangka Prof. Dr. Ir. Agustinus Kastanya, MS.
penelitian dan penyusunan Panduan Pelibatan Ketua Harian
Masyarakat Lokal Dalam Implementasi REDD+ Dewan Kehutanan Daerah Maluku
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • v
Ucapan Terimakasih
Buku panduan ini merupakan salah satu Penghargaan yang sangat tinggi juga
fasilitasi dari World Bank melalui Forest Carbon kami sampaikan kepada para kolega diskusi
Partnership Facility (FCPF) untuk membantu kami di lapangan, pejabat dan personil di Dinas
Indonesia dalam mempersiapkan komponen Kehutanan Provinsi Maluku, Papua Barat dan
pelengkap arsitektur REDD+ sehingga REDD+ NTT, UPT lingkup Kementerian Kehutanan
diharapkan akan mempunyai alat yang lengkap di Provinsi Maluku, Papua Barat dan NTT,
ketika diimplementasikan. lembaga swadaya masyarakat di provinsi Maluku,
Penulis mengucapkan banyak terimakasih Papua Barat dan NTT serta para akademisi di
kepada Prof. Y. Watloly, Prof. M. Huliselan, Universitas Pattimura, Universitas Papua dan
Prof. M. Soselissa, Prof. M.J. Pattinama, Dr. T. Universitas Nusa Cendana dan instansi lain yang
Soumokil, Bpk. Janes Balubun, SH., Dr. Jacob tidak kami dapat sebut seluruhnya disini.
P. Ninu atas waktu dan pemikirannya yang Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
disumbangkan kepada kami sehingga menjadi kepada Kepala Pusat Penelitian dan
bahan-bahan pertimbangan yang berharga untuk Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan
dimasukkan ke dalam sendi-sendi panduan. Kehutanan dan semua rekan peneliti atas
Terimakasih banyak kami ucapkan kepada Bpk. dukungan dan kerjasamanya.
George. F. Mentansan, S.Sos, M.Hum. untuk
beberapa bahan studi kasus etnografi Papua. Tim Penulis
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • vii
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................iii 2.3 Partisipasi Sebagai Keniscayaan............ 15
Kata Pengantar.............................................v 2.4 Sikap Mental, Gejala Perubahan
Sosial dan Perspektif Masyarakat
Ucapan Terimakasih...................................vii Terhadap Pembangunan: Jati Diri,
Daftar Isi......................................................ix Realitas Sosial dan Konstruksi Areal
Kultur Masyarakat Baru......................... 16
Daftar Tabel..................................................xi
2.5 REDD+ Sebagai Sebuah
Daftar Gambar...........................................xiii Kesempatan............................................... 17
BAB 1 Filosofi, Gagasan Konseptual dan 2.6 Tantangan Penyusunan Panduan.......... 18
Operasionalisasi REDD, REDD+, 2.7 Key Finding ............................................... 18
SIS-REDD+ dan Prisasi.....................1
Kotak 1. “Baku Tipu” Program
1.1 Filosofi dan Operasionalisasi REDD Pemberdayaan, Papua ................... 20
dan REDD+............................................... 3
Kotak 2. Kisah Sukses Pendampingan
1.2 Safeguard REDD+ COP 16 dan SIS- Yayasan Pengembangan Alam
REDD+....................................................... 5 Raya dan Masyarakat Niaga
1.3 Prinsip, Kriteria dan Indikator untuk (ARMAN), Maluku...................... 22
Safeguard REDD+ (PRISAI) yang Kotak 3. Pembelajaran dari jalan panjang
disusun Satgas REDD+............................ 6 kegiatan SCBFWM, NTT.......... 24
1.4 Panduan Pelibatan Masyarakat ke 2.8 Panduan..................................................... 25
Dalam Implentasi REDD+..................... 6
BAB 3 Keragaman Manusia Maluku,
1.5 Tujuan Penyusunan Panduan.................. 7 Papua, dan Nusa Tenggara Timur
BAB 2 Panduan Pelibatan Masyarakat (NTT) ...............................................29
Lokal dalam Implementasi REDD+ 3.1 Keragaman Manusia Maluku................ 31
di Indonesia Wilayah Timur............11 3.2 Keragaman Manusia Papua ................... 54
2.1 Latar Belakang.......................................... 13 3.3 Keragaman Manusia Nusa Tenggara
2.2 Perspektif Masyarakat Sebagai Referensi Timur......................................................... 73
Pembangunan........................................... 13 Daftar Pustaka............................................83
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • ix
Daftar Tabel
1. Data yang diperlukan, sumberdata, 3. Skema pembanguan partisipatif
strategi koleksi data dan alat analisis yang ada di level desa............................... 15
yang digunakan pada kajian..................... 8 4. Pola Persebaran Orang Papua
2. Regulasi negara dalam ranah Berdasarkan Wilayah Budaya................ 56
pengakuan masyarakat sebagai
sebuah entitas sosial budaya................... 14
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • xi
Daftar Gambar
1. Alur Pikir Kajian........................................ 9 3. Skema Pelibatan Masyarakat
2. REDD+ Sebagai Sebuah Dalam Implementasi REDD+.............. 26
Kesempatan............................................... 17
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • xiii
BAB 1
Filosofi, Gagasan
Konseptual dan
Operasionalisasi REDD,
REDD+, SIS-REDD+
dan Prisasi
1.1 Filosofi dan Operasionalisasi REDD (2009) meringkas dialog tersebut berdasarkan
dan REDD+ tata waktu yaitu:
1. Januari 1997, The Noel Kempff Mercado
Secara filosofis, dari perspektif system
Climate Action Project. Proyek sejenis
dunia Immanuel Wallerstein (world-system
REDD untuk pertama kali di inisiasi.
theory/perspective) mekanisme REDD+
2. Desember 1997, The Kyoto Protocol. REDD
(Reducing Emission from Deforestation and forest
dimunculkan dengan LULUCF sebagai titik
Degradation (plus)) merupakan pertukaran
masuk.
(trade-off) sumberdaya (resources) antara negara
3. September 2003, COP 7, The Marrakesh
maju/negara dunia pertama (core countries)
Accords. REDD dilepaskan dari isu
dengan negara berkembang 1/negara dunia
LULUCF.
ketiga (periphery countries). Secara operasional,
4. Mei 2005, dibentuk The Coalition for
negara maju yang telah mendominasi ekonomi
Rainforest Nations.
dunia dengan kemajuan industri yang telah
5. November 2005 The European Commission
mereka capai hasil dari intensifikasi modal
menawarkan skema insentif untuk Negara
dan ketrampilan tinggi (high skill) dalam
berkembang dan mengatasi deforestasi.
berproduksi, menyepakati perjanjian global
6. Desember 2005, COP 11 (Montreal).
bahwa negara-negara tersebut akan memberikan
REDD kembali di agendakan.
kompensasi atas emisi yang mereka hasilkan
7. Mei 2006, Bonn - Subsidiary Body for
dari aktivitas industri mereka kepada negara
Scientific and Technological Advice
berkembang yang secara kebetulan mempunyai
(SBSTA) mulai membahas REDD.
mesin penyerap emisi berupa hutan. Konteks
8. Desember 2007, COP 13. Rencana Aksi Bali
emisi yang dimaksud adalah hasil kesepakatan
(The Bali Action Plan).
global yang membicarakan kewajiban negara
9. Desember 2008, SBSTA 29 (Poznan) –
pengemisi menurunkan tingkat emisinya sesuai
Konsep REDD+ diperkenalkan.
Kerangka Kerja Konvensi PBB atas Perubahan
10. Juni 2009, Pertemuan Bonn kedua,
Iklim (United Nation Framework Convention
dipresentasikan naskah negosiasi.
on Climate Change (UNFCC)) yang telah
11. September 2009, Pertemuan ketujuh Ad Hoc
dimulai diisukan sejak tahun 1992. REDD
Working Group on Long-term Cooperative
sendiri sebenarnya menjadi isu utama sejak
Action (AWG-LCA) (Bangkok).
Protokol Kyoto tahun 1997 dimana ketika itu
12. Novemeber 2009, AWG -LCA Non Paper
LULUCF (Land Use and Land Use Change and
39 (Barcelona).
Forestry) yang menjadi titik masuk. Namun isu
13. Desember 2009 COP 15. (Copenhagen).
REDD pernah mengalami surut dimana pada
14. November 2010 COP 16 (Cancun, Mexico).
COP (Conference of Parties) ke-7 tahun 2003
15. April 2011 AWG-KP 16 & AWG-LCA
dilepaskan dari isu LULUCF. Pada tahun
14 dan workshops berdasarkan perjanjian
2005 isu REDD dimunculkan kembali setelah
Cancun (Bangkok, Thailand).
sebelumnya terdapat pembicaraan di Komisi
Dialog dan kesepakatan diatas selain menguatkan
Eropa tentang penawaran skema insentif
konstruksi data ilmiah yang menunjukkan bahwa
untuk negara berkembang untuk mengurangi
tingkat emisi dunia telah mengkhawatirkan yang
deforestasi.
berakibat pada perubahan iklim dunia, juga
Mekanisme REDD+ secara eksplisit
membahas solusi yang akan diambil untuk untuk
tercetus pada COP 14 2008 di Poznan. Holloway
mengurangi emisi tersebut. Pada prosesnya,
kesepakatan dan dialog yang pada awalnya hanya
melihat deforestasi sebagai sumber emisi dan
1
Negara yang fokus pada intensifikasi tenaga kerja dan ekstraksi bahan baku usaha-usaha penganggulangannya, berkembang
sebagai modus produksi. Negara yang secara ekonomi didominasi oleh negara dengan menambahkan panorama degradasi
maju, namun secara kebetulan mempunyai sumberdaya yang tidak negara
maju punya yaitu hutan yang luas. hutan dan lahan, usaha-usaha konservasi sampai
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 3
pengayaan cadangan karbon melalui pengelolaan prinsip-prinsip tentang kedaulatan nasional
hutan lestari. Pada konteks dialog tersebut, dan subsidaritas yang menyiratkan bahwa
dikenal komunikasi mitigasi dan adaptasi UNFCCC hanya menentukan hasil apa yang
dimana mitigasi merupakan upaya mengatasi dapat diberi kompensasi dan pelaporan yang
sebab dan adaptasi adalah usaha-usaha antisipasi dibutuhkan dalam format yang telah ditentukan
sebab perubahan iklim. Sedangkan penyebab yang disampaikan dan ditinjau oleh konvensi.
perubahan iklim karena konsentrasi gas rumah Ada aspek-aspek tertentu yang melampaui
kaca (GRK), terutama gas CO2 yang disebabkan filosofi dasar ini, namun pada dasarnya REDD+
oleh pembakaran bahan bakar fosil dan alih guna tidak lebih dari seperangkat pedoman tentang
lahan khususnya deforestasi hutan tropis. bagaimana untuk melaporkan sumber daya hutan
Menurut data Intergovenrmental Panel on dan strategi pengelolaan hutan dan hasil yang
Climate Change ( IPCC) tahun 2007 (Stranas, mereka telah capai dalam hal mengurangi emisi
2010), antara tahun 2000-2005, penggunaan dan meningkatkan penyerapan gas rumah kaca.
lahan dan alih guna lahan dan hutan (LULUCF) Namun, satu set persyaratan telah diuraikan
mengkontribusi sekitar 17% total emisi dunia untuk memastikan bahwa laporan dari anggota
sedang untuk konteks Indonesia, tahun 2005, konsisten dan dapat dibandingkan serta terbuka
LULUCF mempunyai porsi hingga 60% dari untuk ditinjau oleh konvensi.
total emisi. Indonesia, yang memiliki hutan Secara luas, REDD+ sebuah mekanisme
tropis yang luas, melalui pemerintah ikut dalam yang mempunyai kesamaan dengan prosedur,
dalam komitmen global menurunkan emisi peraturan dan perundang-undangan sektor
26% hingga 41% dari tingkat emisi saat ini pada kehutanan di sebagian besar negara, dimana
tahun 2020 yang dicetuskan oleh Presiden RI REDD+ lebih fokus pada kebijakan dan
pada G20 di Pittsburg September 2009. Salah tindakan, namun, negara-negara yang komit
satu komponen yang dapat memungkinkan pada UNFCCC harus mengembangkan strategi
tercapainya komitmen tersebut adalah skema nasional atau rencana aksi yang spesifik. Yang
REDD+. menarik, secara khusus untuk REDD + adalah
Istilah REDD sebenarnya merujuk pada deforestasi dan degradasi hutan. Keputusan
pengurangan emisi dari kegiatan deforestasi di UNFCCC meminta negara anggota untuk
negara berkembang yang merupakan bagian membuat penilaian terhadap factor yang
kecil dari dokumen REDD sedangkan REDD+ mengendalikannya dan untuk menyusun
merujuk pada pengurangan emisi dari kegiatan kebijakan dan langkah-langkah penting dari
deforestasi dan dari akibat degradasi hutan, hasil penilaian ini, sehingga dapat ditentukan
peningkatan peran konservasi, pengelolaan kebijakan dan tindakan yang diarahkan kepada
hutan yang berkelanjutan dan pengayaan stok yang terkena dampak paling besar. Beberapa
karbon di negara berkembang. Lebih spesifik, faktor pengendali tersebut secara umum akan
REDD+ dinyatakan sebagai mekanisme banyak kesamaan di beberapa negara seperti
dibawah perjanjian perubahan iklim yang multi meningkatnya tekanan penduduk terhadap
lateral yang secara esensi merupakan kendaraan hutan namun di lain sisi, banyak yang lebih
untuk memberikan penghargaan/kompensasi spesifik lagi dan berbeda untuk negara atau
negara-negara berkembang untuk usaha- wilayah dalam negara. Dengan demikian,
usahanya yang terverifikasi (verified efforts) negara-negara didorong untuk mengidentifikasi
untuk mengurangi emisi dan pengurangan “keadaan nasional” yang memberi dampak pada
gas rumah kaca melalui pilihan-pilihan factor pengendali tersebut, kondisi tertentu
pengelolaan hutan. Sebagaimana mekanisme di dalam negeri yang berdampak pada sumber
lain di bawah UNFCCC, hanya ada sedikit daya hutan. Petunjuk keadaan nasional yang
preskripsi yang secara spesifik mengamanatkan khas dapat ditemukan di mukadimah berbagai
bagaimana mengimplementasikan mekanisme keputusan COP, seperti “Menegaskan kembali
ini pada tataran nasional; yaitu mencakup bahwa pembangunan ekonomi dan sosial
4 • Filosofi, Gagasan Konseptual dan Operasionalisasi REDD, REDD+, SIS-REDD+ dan Prisasi
dan pemberantasan kemiskinan merupakan 3. Penghormatan terhadap pengetahuan dan
prioritas global” dalam Rencana Aksi Bali, yang hak-hak masyarakat adat dan masyarakat
memungkinkan negara-negara berkembang lokal, dengan mempertimbangkan kewajiban
untuk memprioritaskan kebijakan seperti internasional yang relevan, keadaan nasional
pemberantasan kemiskinan melalui ekspansi dan hukum, dan mencatat bahwa Majelis
pertanian atau pengembangan pembangkit Umum PBB telah mengadopsi Deklarasi
listrik tenaga air atas perlindungan hutan. PBB tentang Hak-hak Masyarakat Adat;
4. Partisipasi penuh dan efektif dari stakeholder
1.2 Safeguard REDD+ COP 16 dan SIS- yang relevan, khususnya masyarakat adat
REDD+ dan masyarakat lokal, dalam tindakan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 70 dan
Dalam rangka menanggapi kekhawatiran
72 dari keputusan ini;
atas potensi penyalahg unaan REDD+,
5. Kegiatan yang konsisten dengan konservasi
UNFCCC menetapkan daftar “safeguard”
hutan alam dan keanekaragaman hayati,
(perlindungan) yang negara perlukan untuk
memastikan bahwa tindakan sebagaimana
mempromosikan dan memberi dukungan
dimaksud dalam ayat 70 keputusan tidak
dalam rangka penjaminan hasil benar dan
digunakan untuk konversi alam hutan, tapi
berkesinambungan dari mekanisme REDD+.
digunakan untuk insentif bagi perlindungan
Menurut dalam kerangka UNFCCC negara-
dan konservasi hutan alam dan jasa ekosistem
negara anggota konvensi tidak harus melaporkan mereka, dan untuk meningkatkan manfaat
safeguard seperti misalnya berapa banyak sosial dan lingkungan lainnya;
masyarakat lokal secara efektif berpartisipasi, 6. Tindakan untuk meng atasi risiko
tetapi cukup menunjukkan bagaimana pembalikan;
safeguard itu dihormati. Hal tersebut dapat 7. Tindakan untuk mengurangi perpindahan
dimanifestasikan dalam berbagai bentuk seperti emisi.
misalnya, menjelaskan hukum dan peraturan Keputusan pada COP ke-16 itu juga menekankan
yang berkaitan dengan pengakuan, inklusi dan elemen REDD+ yang penting yaitu sebuah
keterlibatan masyarakat lokal. Safeguard yang sistem untuk menyediakan informasi tentang
dihasilkan dari keputusan COP ke-16 UNFCCC bagaimana safeguard tersebut telah dilaksanakan
di Cancun 2010 berisi kriteria implementasi dan dihormati oleh suatu negara. Sistem
REDD+ sehingga dapat menghindari atau yang diharapkan efektif dalam menyebarkan
meminimasi pengaruh negatif terhadap aspek informasi tentang REDD+ safeguard tersebut
sosial dan lingkungan. Kriteria dalam safeguard dimaksudkan untuk mendorong transparansi,
itu mencakup isu-isu transparansi pada struktur mewaspadai terhadap konsekuensi sosial
tata kelola hutan nasional, pemastian partisipasi dan lingkungan yang tidak diinginkan dan
stakeholder secara efektif, penghormatan memberikan informasi yang mungkin digunakan
terhadap pengetahuan dan hak dari masyarakat untuk menilai dampak dari tindakan REDD+ itu
asli dan komunitas local, konservasi pada sendiri. Pada UNFCCC ke-17 di Durban 2011
biodiversitas dan hutan alam dan penghindaran diputuskan bahwa sistem informasi safeguard
terhadap pengalihan emisi dan pembalikan dari itu harus dibangun oleh sistem yang sudah ada
pengurangan emisi. Sehingga pada implementasi di suatu Negara. Sehingga melalui keputusan
REDD+, safeguard harus mendukung: UNFCCC COP 16 dan 17 telah ditetapkan
1. Kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan dua hal penting yaitu implementasi safeguard
tujuan program kehutanan dan konvensi REDD+ dan pembangunan sistem informasi
internasional yang relevan; yang dapat menginformasikan bagaimana
2. Struktur tata kelola hutan nasional yang safeguard dijadikan perhatian dan dihormati.
transparan dan efektif, dengan mempertim- Melalui protokol tersebut, Pemerintah Indonesia
bangkan legislasi dan kedaulatan nasional; melalui Pusat Standarisasi dan Lingkungan
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 5
(Pustanling pada tahun 2011 dan 2012 menyusun 6. Penyempurnaan da lam konser va si
Sistem Informasi Safeguard REDD+ (SIS keanekaragaman hayati serta layanan
REDD+) melalui proses multi-stakeholder. Hal ekosistem lainnya di hutan alam;
penting yang dilakukan Pustanling dari proses 7. Tindakan untuk mengaddress resiko balik;
tersebut adalah membangun sistem informasi 8. Tindakan untuk mengurangi perpindahan
yang merupakan kelengkapan implementasi emisi;
safeguard yang mengandung Prinsip, Kriteria dan 9. Sebaran manfaat yang adil kepada semua
Indikator yang sesuai untuk menilai/mengasses pemangku kepentingan dan pemangku hak
implementasi safeguard dan element lain yang yang relevan; dan
dibutuhkan. 10. Jaminan untuk sebuah sistem informasi yang
transparan, akuntabel, dan terlembagakan.
1.3 Prinsip, Kriteria dan Indikator untuk Seperti halnya SIS-REDD+, Prisai dibangun
Safeguard REDD+ (PRISAI) yang dan dikembangkan melalui proses yang inklusif
disusun Satgas REDD+ yang melibatkan multi-stakeholders. Dukungan
Prisai dikembangkan sejak akhir 2010 terhadap Prisai juga terlihat pada UNFCCC
oleh Satuan Tugas Kepresidenan untuk COP 18 di Doha dimana Prisai dianggap
Pengembangan Kelembagaan REDD+ (Satgas sebagai praktik pengembangan safeguard terbaik
REDD+), dan mulai dimasukkan sebagai bagian di dunia dengan melihat bagaimana Prisai
dari instrumen pendanaan sejak awal 2011. Sejak melindungi keanekaragaman hayati dan layanan
2011, konsultasi dilakukan di tingkat nasional ekosistem lainnya. Safeguard yang baik bukan
dan daerah untuk menyempurnakannya, dan hanya melindungi tanpa syarat, tetapi juga yang
menjamin bahwa semua perhatian dari pemangku bias dilaksanakan tanpa menambah beban yang
kepentingan, termasuk dari masyarakat adat. tidak perlu sehingga Prisai terus diuji coba di
Hasilnya, Prisai mendapat dukungan cukup lapangan sebagai upaya mendapatkan pengakuan
kuat, misalnya, Prisai telah diadopsi oleh Dewan timbal balik (mutual recognition) antara Prisai
Kehutanan Nasional sebagai protokol safeguards dan sistem safeguards lainnya. PRISAI telah
utama untuk semua kegiatan kehutanan yang disusun dengan mengacu pada STRANAS,
membutuhkannya. Selain itu, sebagai salah satu pengalaman berbagai safeguards yang telah ada,
catatan yang diberikan oleh organisasi madani kerangka hukum nasional dan internasional
dalam konsultasi persetujuannya di Istanbul, serta melalui proses partisipatif yang melibatkan
Turki, Forest Investment Program (FIP) diminta berbagai pemangku kepentingan (Pemerintah,
untuk mengharmonisasikan sistem safeguardsnya Bisnis, LSM, Masyarakat, Lembaga Pendanaan,
dengan Prisai. Prisai mempunyai 10 prinsip yang Pengembang).
dianggap konsisten dengan tujuh prinsip yang
menjadi keputusan UNFCCC COP 16 yaitu: 1.4 Panduan Pelibatan Masyarakat ke
1. Kejelasan status tenurial dan hak atas lahan; Dalam Implentasi REDD+
2. Jaminan bahwa tindakan-tindakan yang Walaupun di Indonesia telah terbangun
ada melengkapi, atau paling tidak konsisten setidaknya 2 basis prinsip implementasi
dengan, tujuan-tujuan penurunan emisi dan safeguard REDD+ yang mengacu pada
perjanjian serta konvensi internasional yang safeguard hasil COP ke-16, dan kedua entitas itu
relevant; mengandung prinsip-prinsip yang menekankan
3. Penyempurnaan tatakelola kehutanan; penghormatan terhadap pengetahuan dan hak
4. Respek pada pengetahuan dan hak masyarakat lokal serta pemastian keterlibatan
masyarakat adat dan lokal; penuh para pemangku kepentingan yang relevan,
5. Partisipasi penuh dan efektif dari pemangkun namun panduan yang dapat memberi tuntunan
kepentingan yang relevan, dengan perhatian terhadap proses pelibatan masyarakat terhadap
khusus pada kesetaraan gender; kegiatan REDD+ di tataran praksis di Indonesia
6 • Filosofi, Gagasan Konseptual dan Operasionalisasi REDD, REDD+, SIS-REDD+ dan Prisasi
belum dibangun. Pada hakikatnya, integrasi dari penentuan ruang lingkup ini adalah asumsi
masyarakat dengan pengelolaan sumberdaya bahwa masyarakat di ketiga region ini memiliki
hutan sebagai sumber penghidupannya telah kekhasan dari aspek budaya lokal/adat isitiadat,
terjadi sejak manusia ada, namun dalam konteks geografis (tinggal terpencar di kepulauan) dan
REDD+ perlu dibangun panduan khusus pola hubungan manusia dengan hutan yang
yang dapat memberikan tuntunan tentang berbeda secara relatif dengan masyarakat yang
proses apa saja yang harus dilalui sehingga tinggal di Indonesia wilayah barat.
masyarakat sebagai bagian dari sub struktur
negara dapat dengan efektif terlibat dalam 1.5.1.2 Rationale
kegiatan implementasi REDD+ yang khas. Hasil yang diharapkan dari penyusunan buku
Perlu ada panduan sebagai sarana formalisasi ini adalah adanya suatu panduan yang memiliki
dan institusionalisasi keterlibatan masyarakat basis ilmiah (dihasilkan dari suatu proses kajian)
secara efektif ke dalam implementasi REDD+ dan diterima secara luas (melalui proses sharing
sesuai dengan amanat prinsip Safeguard COP ke- dengan stakeholders yang relevan) terkait pelibatan
16 yaitu penghormatan terhadap pengetahuan masyarakat lokal dalam kegiatan REDD+ di
dan hak-hak masyarakat adat dan masyarakat Indonesia wilayah timur.
lokal, dengan mempertimbangkan kewajiban
internasional yang relevan, keadaan nasional dan 1.5.1.3 Tahapan dan Strategi Kegiatan
hukum, dan mencatat bahwa Majelis Umum PBB Penyusunan “Panduan Penyusunan Panduan
telah mengadopsi Deklarasi PBB tentang Hak- Pelibatan Masyarakat Lokal Secara Efektif Dalam
hak Masyarakat Adat dan partisipasi penuh dan Implementasi REDD+ di Indonesia Timur”,
efektif dari stakeholder yang relevan, khususnya dilakukan dalam dua tahap, yaitu melalui 1) Kajian
masyarakat adat dan masyarakat lokal, dalam Lapang dan 2) Konsultasi Publik. Kajian lapang
tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat 70 melibatkan focused group discussion (FGD) sebagai
dan 72 dari keputusan tersebut. sala satu strategi koleksi data.
Sesuai semangat safeguard itu sendiri, proses
penyusunan Panduan Pelibatan Masyarakat ke 1. Kajian
dalam Implementasi REDD+ ini dilaksanakan Penyusunan panduan pelibatan ini
melalui proses yang inklusif yang melibatkan didukung kajian lapang untuk mengkonstruksi
berbagai pemangku kepentingan. basis ilmiah panduan ini. Kajian di lakukan di
tiga provinsi yaitu Maluku, Papua Barat dan
1.5 Tujuan Penyusunan Panduan Nusa Tenggara Timur.
Maksud dari penyusunan panduan ini adalah
a. Rationale Kajian
memberikan acuan untuk mengintegrasikan
mekanisme REDD+ secara luas ke dalam entitas Kepulauan Indonesia merupakan suatu
kehidupan masyarakat yang hidup di wilayah guguasan yang terpanjang dan terbesar di dunia
Indonesia Timur dengan kekhasannya. sehingga kebudayaan di Indonesia pada zaman
histori (sejarah) ditentukan oleh kondisi geografis,
1.5.1 Metode Penyusunan penyebaran suku bangsa, pengaruh agama dan
pengaruh negara serta pengaruh dari negara
lainnya (asing) (Koentjaraningrat, 1999). Sehingga
1.5.1.1 Wilayah Kajian
walaupun negara mempunyai legitimasi yang
Wilayah Indonesia timur dalam buku ini kuat atas intervensi kebudayaan, misalnya budaya
adalah wilayah yang masuk di dalam provinsi- pengelolaan sumber daya alam “modern”, namun
porvinsi yang ada di Indonesia wilayah timur pada tataran praksis, masyarakat mempunyai
yaitu Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua legitimasinya sendiri. Legitimasi mereka tentunya
Barat serta Nusa Tenggara Timur. Dasar logis didasarkan pada referensi cara bertahan hidup yang
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 7
telah tersusun secara turun temurun. Konflik kadang 2. Menganalisis secara tematik temuan
terjadi ketika referensi yang dimiliki masyarakat lapangan pada dimensi tersebut pada point
diintersep oleh introduksi budaya yang dilakukan satu sebagai dasar penyusunan panduan
negara yang kerap tidak sesuai dengan referensi (grounded process).
mereka. Implementasi REDD+ melalui sefaguard
ingin memastikan bahwa pelaksanaan REDD+ b. Metodologi Kajian
dimaksudkan mencapai tujuan REDD+ itu sendiri Kajian ini menggunakan pendekatan
dengan menghormati pengetahuan masyrakat lokal kualitatif sesuai dengan data dan logika yang
yang akan menjadi pelaku utama. Juga dengan diperlukan. Peneliti membangun realitas secara
tidak menambah beban bagi masyarakat lokal, partisipatif dengan para informan. Data yang
misalnya beban kegagalan program dan kerugian diperlukan, alat analisis, strategi koleksi data dan
atas waktu karena ketidaksesuaian budaya. Sehingga responden/informan dapat dilihat pada table 1.
dibutuhkan panduan cara melibatkan masyarakat
lokal sebagai pelaku utama yang dibangun atas basis
atribut social budaya dan pengetahuan mereka.
Tujuan kajian ini adalah:
1. Menemukan karakteristik/atribut dalam
dimensi sosial, budaya dan politik masyarakat
di daerah sasaran dalam konteks kegiatan-
kegiatan integrasi masyarakat dengan hutan.
Tabel 1. Data yang diperlukan, sumberdata, strategi koleksi data dan alat analisis yang digunakan
pada kajian
8 • Filosofi, Gagasan Konseptual dan Operasionalisasi REDD, REDD+, SIS-REDD+ dan Prisasi
c. Ruang Lingkup Panduan Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur, namun
Panduan pelibatan masyarakat berisi demikian fokus penyusunan terbagi habis ke
proses integrasi skema REDD+ ke dalam dalam lokus indonesia wilayah timur secara
entitas masyarakat pada level praksis. Panduan keseluruhan. Namun demikian, menjadi
dibangunan atas dasar intepretasi budaya, relasi keterbatasan panduan ini ketika interpretasi
dan perubahan sosial serta sikap mental (mindset) atas entitas masyarakat di luar provinsi yang
masyarakat di dalam ruang pembangunan dan dikunjungi, terlewatkan.
modernitas sebagai konteks.
d. Keterbatasan Panduan
Sebagai salah satu ciri khas manusia sebagai
makhluk kreatif yang hidup di dalam ruang
sosial budaya yang terus berubah, panduan ini
akan dituntut kedinamisannya. Panduan ini
dibangun berdasarkan intepretasi historis dan
kekinian dan tidak memasukkan intepretasi
atas ruang sosial budaya di masa depan sehingga
panduan ini seharusnya menjadi panduan yang
selalu terbuka kepada perubahan. Kajian yang
dilakukan dalam proses penyusunan panduan
ini dilakukan di tiga provinsi yaitu Maluku,
Panduan
T R I A N G U L A S I
I N T E R P R E T A S I
Logika Implementasi Prinsip Safeguard COP 16 No. 3 & 4 Pada Penyusunan Panduan:
3. Penghormatan terhadap pengetahuan dan hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal
4. Partisipasi penuh dan efektif dari stakeholder yang relevan
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 9
e. Konsultasi Publik di tiga kepulauan besar tersebut. Etnografi
Konsultasi publik dilaksanakan di akhir yang ditampilkan lebih banyak membahas
proses penyusunan sebagai upaya untuk tentang hubungan masyarakat dengan hutan
mendiseminasikan hasil kajian sekaligus sebagai dan lingkungan mereka selain hal-hal yang
upaya untuk mendapatkan masukan (input) dari juga penting sebagai referensi dalam usaha
berbagai pihak terkait untuk revisi akhir (final) pengintegrasian kegiatan REDD+ ke dalam
panduan. entitas masyarakat seperti sejarah dan penyebaran
masyarakat pada awal pembentukan ruang kultur
1.5.2 Isi Panduan masyarakat yang sangat menentukan keragaman
Panduan ini terbagi dalam tiga bagian manusia. Keragaman masyarakat ini mencakup
besar. Bagian pertama berisi penjelasan historis pandangan hidup, sistem sosial kemasyarakatan,
dan filosofis serta operasionalisasi REDD mata pencaharian hingga dimensi politik yang
dan REDD+ serta kelembagaan safeguard terkait pusat kekuasaan dan massa di tataran
terutamanya di Indonesia, bagian kedua memuat masyarakat. Dalam etnografi juga di tampilkan
bagian penting dari buku ini yaitu panduan dinamika perubahan sosial sebagai refleksi entitas
proses konsultasi dan komunikasi partisipatif masyarakat dalam kekinian. Dalam bagian akhir
dalam rangka mengintegrasikan mekanisme etnografi di berikan beberapa rekomendasi
REDD+ ke dalam entitas masyarakat di tataran bagaimana introduksi pembangunan dapat
praksis. Bagian ketiga buku ini adalah kompilasi menemui pintu yang tepat untuk bisa masuk ke
etnografi yang memuat etnografi masyarakat dalam sebuah entitas masyrakat.
10 • Filosofi, Gagasan Konseptual dan Operasionalisasi REDD, REDD+, SIS-REDD+ dan Prisasi
BAB 2
Panduan Pelibatan Masyarakat
Lokal dalam Implementasi REDD+
di Indonesia Wilayah Timur
2.1 Latar Belakang pembang unan. Pembang unan menjadi
generalis, perbedaan perspektif (memandang
Panduan ini dibangun dari perspektif
dan dipandang) antara negara dan masyarakat
penulis dalam melihat skema-skema partisipatif
kerap terjadi antara pemerintah dan warganya
dan hubungannya dengan siakp mental
menjadi sebab kemanfaatan pembangunan
masyarakat di tiga kepulauan besar di Indonesia
tidak efektif dirasakan dan termanfaatkan
wilayah timur yaitu Papua, Maluku dan
oleh masyarakat. Seiring dengan waktu dan
Nusa Tenggara Timur (NTT). Di berbagai
meluruhnya tirani negara terhadap advokasi
negara, permasalahan pelibatan masyarakat
pengakuan sistem-sistem kemasyarakatan yang
di dalam perencanaan dan implementasi
asli, terbit perundangan yang berbasis semangat
REDD+ di semua level baik nasional dan sub
pengakuan kembali sistem kemasyarakatan
nasional merupakan masalah hak manusia yang semenjak dulu dipercaya oleh masyarakat
dan keberlanjutan (FCMC, 2013) dan hal ini sebagai sistem kemasyarakatan yang sesuai untuk
merupakan bahan debat yang masih relevan pada mereka.
kegiatan-kegiatan pembangunan partisipatif di
Indonesia. Semenjak safeguard REDD+ Cancun 2.2 Perspektif Masyarakat Sebagai
yang secara eksplisit membawa pelibatan Referensi Pembangunan
masyarakat ketengah-tengah perdebatan
menuju pendekatan implementasi REDD+ yang Terkuburnya sistem kemasyarkatan asli di
eksklusif, makin menguatkan bahwa perjalanan dalam kehidupan bernegara menumbuhkan
skema partisipasi dalam pembangunan di masyarakat yang secara psikologis teralineasi
Indonesia (terutamanya pembangunan di bidang dan terintimidasi. Sebenarnya, dari klaim
kehutanan dan lingkungan) banyak menemui pengakuan sistem kemasyarakat asli tersebut
kendala struktural dan kultural. Logika secara yang paling penting adalah dipandangnya
luas, partisipasi harus merupakan hilir dari suatu entitas masyarakat secara utuh sehingga
perspektif mereka digunakan sebagai referensi
sebuah pengakuan. Pengakuan terhadap
pembangunan.
masyarakat setempat di Indonesia merupakan isu
yang sudah hampir karam, namun akhir-akhir ini
sudah mulai banyak pihak yang mengangkatnya
kembali kepermukaan menjadi isu yang kembali
hangat sehingga pendekatan terintegrasinya
pembangunan ke dalam entitas masyarakat di
level praksis semakin menguat. Secara struktural,
sejarah pemberlakuan regulasi di Indonesia
dengan baik merekam bagaimana masyarakat
setempat (lokal) baik secara budaya dan sosial
bukan saja tidak diakui, namun dinegasikan.
Masyarakat tercerabut dari realitas budaya
dan sosial sebenarnya, melahirkan masyarakat
yang anonim dimana identitas dan asetnya
tidak dikenali negara. Tabel 2 memperlihatkan
secara historis regulasi yang dikeluarkan ditiap
rezim kekuasaan dan keberpihakannya kepada
sistem adat di tataran satuan masyarakat yang
paling kecil. Pada masa orde baru berbagai
perundangan hanya mengakui sistem “desa”
sebagai sistem kemasyarakatan artifisial yang
dianggap representatif sebagai jalur distribusi
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 13
Tabel 2. Regulasi negara dalam ranah pengakuan masyarakat sebagai sebuah entitas sosial budaya
14 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
Di lain sisi, tidak dapat disangkal bahwa 2.3 Partisipasi Sebagai Keniscayaan
pembangunan merupakan ruang kontestasi dan
Ba g a imana p ersp ektif ma s yara kat
konsolidasi kepentingan.
digunakan sebagai referensi pembangunan?
Tidak diakuinya sistem kemasyarakatan Skema partisipatif dapat menjadi salah satu
yang “asli” pada masa orde baru membawa jawaban. Esensi partisipasi sebenarnya adalah
dampak yang saat ini masih dapat dirasakan. terinstitusionalisasinya perspektif pihak-pihak
Bukan saja perbedaan persepektif (memandang yang masuk kedalam sebuah skema partispasi.
dan dipandang ) antara negara dan warganya, Di alam demokrasi, sedianya, partisipasi
namun berakibat juga pada lumpuhnya lembaga- merupakan sebuah keharusan, karena disana
lembaga sosial budaya masyarakat yang berujung berbagai perspektif akan terstruktur memenuhi
rendahnya partisipasi masyarakat dalam ruang kontestasi kepentingan. Di Indonesia,
pembangunan karena masyarakat berpindah membangun skema partisipasi warga negara
peduli terhadap hal-hal yang pragmatik. dalam pembangunan merupakan hal yang
Menyambut Undang-Undang Nomor 32 sangat mahal karena dapat dianalogikan, adopsi
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, sistem partisipatif menemui jalan berliku seperti
tahun 2005 Pemda Maluku mengeluarkan hambatan kultural pemerintahan yang partikular
Peraturan Daerah Provinsi Maluku Nomor (partisipasi semu) hingga koptasi kepentingan
14 Tahun 2005 tentang Penetapan Kembali masyarakat oleh para elit lokal masyarakat itu
Negeri Sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum sendiri.
Adat Dalam Wilayah Provinsi Maluku. Partisipasi dipercaya harus ada di setiap
Sebelum itu, tahun 2001, masyarakat Papua proses pembangunan demi terjaganya konsistensi
telah mendapatkan pengakuan sebagai daerah dominansi perspektif yang berimbang yang
otonomi khusus yang mengakomodir kerinduan menentukan arah pembangunan itu sendiri.
masyarakat atas jatidiri mereka sebenarnya. Beberapa skema partisipasi mulai perencanaan
Pertanyaan krusial selanjutnya adalah implikasi hingga penilaian hasil pembangunan dipercaya
yuridis maupun sosiologis terhadap identifikasi oleh beberapa informan dalam kajian ini masih
hukum adat oleh aturan formal paska orde baru berkutat di ruang retoris. Sebagai contoh
yang demikian apakah memang pengakuan proyek Pembangunan Nasional Pemberdayaan
hukum adat ke dalam ranah yuridis dan Masyarakat (PNPM) yang dilaksanakan melalui
mendapat legitimasi yang tinggi atau hanya harmonisasi dan pengembangan sistem serta
untuk memenuhi legal spirit Undang-Undang mekanisme dan prosedur program, penyediaan
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk
Daerah? mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 15
dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang 2.4 Sikap Mental, Gejala Perubahan
berkelanjutan. Harmonisasi dan pengembangan Sosial dan Perspektif Masyarakat
sistem yang dibangun menjadikan kecamatan Terhadap Pembangunan: Jati Diri,
sebagai lokus utama dengan penyerapan Realitas Sosial dan Konstruksi Areal
aspirasi masyarkat yang ada hingga ke dusun. Kultur Masyarakat Baru
Namun menurut sebagian besar informan dalam Pendekatan pembangunan yang khas
kajian mengindikasikan bahwa pemberdayaan selama ini menyisakan sikap mental tertentu di
melalui PNPM masih bersifat mobilisasi belum masyarakat dalam memandang pembangunan.
pada tahap memberdayakan. Hal ini terjadi Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat
karena dinilai masih ada celah dan rantai yang pun tidak terlepas dari konteks pendekatan
terputus yang menjadi penghubung aspirasi di pembangunan yang terjadi. Panduan ini
dusun hingga ke kecamatan. Skema partisipatif disusun juga melalui pendekatan dengan
dalam penangkapan aspirasi masyarakat melihat bagaimana cara pandang atas sikap
masih dianggap belum optimal karena dua hal mental masyarakat atas pembangunan yang
dilaksanakan selama ini. Begitu juga referensi
yaitu 1) stereotip sikap masyarakat terhadap
utama penyusunan panduan banyak didasarkan
pembangunan dan 2) agen pembangunan di
atas perubahan sosial yang terjadi di masyarakat
tataran masyarakat terkadang beralih kedalam
sebagai refleksi pembangunan selama ini. Dari
hal-hal yang pragmatis dalam menjalankan kajian, realitas sosial budaya, sikap mental, gejala
misinya di lapangan. perubahan sosial dan perspektif masyarakat NTT
Yang tidak kalah pentingnya adalah terhadap pembangunan dapat digambarkan
program Musrenbang yang merupakan forum sebagai berikut:
perencanaan (program) yang dilaksanakan 1. Masyarakat yang plural dan kosmopolit
oleh lembaga publik yaitu pemerintah sehingga perubahan sosial sangat bervariasi
desa, bekerja sama dengan warga dan para dan sering sulit dipahami.
pemangku kepentingan lainnya. Musrenbang 2. Efektifnya perangkap modernisme dalam
yang bermakna akan mampu membangun menjerat masyarakat sehingga gejala
kesepahaman tentang kepentingan dan kemajuan pemujaan produk-produk modernitas dan
desa, dengan cara memotret potensi dan sumber- memandang rendah serta penilaian butir
sumber pembangunan yang tidak tersedia baik budaya, warisan kultur sebagai sesuatu yang
dari dalam maupun luar desa. Musrenbang Desa “out of date” (ketinggalan jaman) terjadi di
merupakan forum musyawarah tahunan para sebagian besar masyarakt NTT. Namun
pemangku kepentingan (stakeholder) desa untuk paradigma dan perwajahan modernismus
menyepakati Rencana Kerja Pembangunan Desa masih dicampuri pelbagai unsur tradisi
leluhur yang tidak mudah dilepaskan oleh
(RKP) tahun anggaran yang direncanakan.
masyarakat NTT.
Musrenbang Desa dilaksanakan setiap bulan
3. Perhatian masyarakat berpindah peduli
Januari dengan mengacu pada RPJM desa.
dengan hal-hal yang pragmatik.
Setiap desa diamanatkan untuk menyusun 4. Pada kenyataannya, ada gejala sosial yang
dokumen rencana 5 tahunan yaitu RPJM Desa bergerak diatas dasar pandangan hidup
dan dokumen rencana tahunan yaitu RKP Desa. bahwa kekuatan modernitas tidak mampu
Sebagian besar informan dalam kajian merasakan membantu manusia untuk menghadapi
bahwa musrenbang yang dibangun justru makin persoalan-persoalan hidup. Hal ini
menguatkan kemunculan stereotipe dan sikap merupakan kompensasi yang bisa dipandang
prejudice (prasangka) dalam masyarakat karena positif karena pada hakikatnya masyarakat
musrenbang sangat rentan terhadap manuver- modern akhirnya akan berlari menuju
manuver politik elit. pemujaan terhadap warisan leluhur untuk
16 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
mencari ketenangan hidup, dan menemukan pihak luar karena konsep pengetahuan yang
jalan keluar dari kesulitan dan persoalan. “borderless” (tanpa batas) dan diskursus
5. Intervensi pembangunan yang ekonomi “manfaat alam” merupakan “milik bersama”.
deterministik mentransformasi masyarakat Bagi manusia Maluku, adat dipercayai sebagai
sedang berkembang dari kondisi “apa adanya” warisan leluhur yang telah ditetapkan sejak
menjadi lebih khususnya bagi masyarakat dahulu dan mesti dialihkan melalui proses
perkotaan. regenerasi. Ini dimaksudkan agar adat yang
6. Dalam aspek politik, terjadi polarisasi diterima dan diakui oleh generasi berikutnya
dan koptasi kepentingan masyarakat oleh senantiasa dapat dijalankan sebagai satu-satunya
elit mereka sendiri, yang menjadi sebab pegangan hidup. Perubahan sistem hukum adat
strategi berbudaya selalu berkembang bagi di Maluku telah berlangsung sejak lama, dimana
penyelesaian masalah melalui negosiasi – dengan masuknya kebudayaan Melayu, seperti
baik politis, sosiologis dan asepk lainnya- Arab, Malayu dan Tiangkok, demikian juga
yang melibatkan banyak pihak, tergantikan kebudayaan Eropa, seperti Portugis dan Belanda,
dengan penyelesasian pragmatik dan hukum adat di Maluku telah banyak mengalami
transaksional. perubahan, dalam arti disesuaikan dengan
7. Pengurangan otoritas atau kekuatan raja sistem sosial masyarakat pendatang, termasuk
yang terjadi dari jaman Belanda hingga kini, kepentingan hukum dan bisnis kaum kolonial
mencabut masyarakat dari entitas budaya saat itu. Realitas ini membuat masyarakat
yang utuh. Maluku hidup dalam realitas budaya yang khas
Masyarakat Papua dalam kekinian secara umum yang masih dipegang kuat.
dapat digambarkan:
1. Mempunyai keragaman etnik yang tinggi 2.5 REDD+ Sebagai Sebuah Kesempatan
2. Keunikan transformasi masyarakat post- Memandang permasalahan pembangunan
tradisional (keniscayaan atas simbol-simbol lingkungan dan hutan di Indonesia melalui
modernitas, hidup berdampingan dengan perspektif REDD+ menggiring pemikiran untuk
residu nilai-nilai tradisional yang masih kuat sampai dalam kesimpulan bahwa akuntabilitas
dalam masyarakat). menjadi sesuatu yang sangat penting. Pencarian
3. Pendekatan pembangunan rezim orde baru bentuk REDD+ yang sesuai dengan kekhasan
yang intimidatif menyisakan “transformasi” di suatu negara sebenarnya pencarian atas
cara pandang masyarakat Papua terhadap bagaimana akuntabilitas sebuah kegiatan
pemerintah dan pembangunan. dalam rangkaian REDD+ dapat dirancang dan
4. Perb e daan p ersp ektif ( p erb e daan dicapai. Penyusunan komponen-komponen
memandang dan dipandang ) antara dalam arsitektur REDD+ yang dianggap
pemerintah dan masyarakat
Pa p u a m e ny e b a b k a n
“pembangunan” tidak bisa Additional tools stimu-
efektif termanfaatkan oleh lan dan katalisator
masyarakat rekognisi nilai adat
5. Diskursus pemekaran Instrumen
Alat tercapainya
wilayah papua yang makin Program REDD+ penguatan hak
m eng uat m emp unya i di level Tapak adat
kecenderungan masyarakat Panduan
untuk menjadi eksklusif. yang
6. A d a ny a ke p e r c a y a a n “Transfor-
masyarakat akan matif”
interkoneksi lokalitas papua
yang makin luas terhadap Gambar 2. REDD+ Sebagai Sebuah Kesempatan
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 17
sebagian besar orang rumit dan memakan waktu 2.7 Key Finding
lama sebenarnya mencermikan pentingnya
Dalam kajian, ditemukan lima kata
pembangunan terintegrasi ke dalam sistem
kunci sebagai temuan kunci hal yang harus
akuntabiltias yang tinggi. Sehingga REDD+
diperhatikan dalam melibatkan masyarakat ke
saat ini berdiri sebagai cermin negara dalam
dalam implementasi REDD+, yaitu:
mengkoreksi sistem pembangunan lingkungan
dan hutan yang selama ini dilaksanakan.
2.7.1 Trust (Kepercayaan)
Demikian panduan ini dibuat dalam rangka
memberikan acuan bagi proses pelibatan Skema -skema p emb ang unan yang
masyarakat sehingga proses pelibatan dapat mengedepankan partisipasi warga telah banyak
mencapai akuntabilitas tertentu. dilakukan dan kepercayaan menjadi salah
Bagaimana REDD+ dapat digunakan satu faktor utama keberhasilannya. Informan
sebagai kesempatan? REDD+ mengandung dalam kajian sebagian besar melihat ketika
nilai-nilai yang mutakhir dalam hal partisipasi kepercayaan hilang dari masyarakat, kemudian
masyarakat karena adanya advokasi global tentang skema partisipasi hanya menjadi retorika. Di
hal tersebut dalam perjalanan pembentukan level nasional, tahun 1998 merupakan kejatuhan
konsep REDD+ itu sendiri yang sangat tinggi rezim orde baru dan Indonesia memasuki episode
intensitasnya dan pada kenyataannya diadopsi baru perjalanan bernegara yang kemudian
oleh REDD+. Sehingga REDD+ dalam dikenal dengan era reformasi, demokrasi
konteks pembangunan partisipatif di Indonesia sebenarnya dan kebebasan. Pada kenyataannya
mempunyai peran potensial yang penting (lihat era ini merekam jejak yang dramatik yang banyak
gambar 4) menimbulkan skeptic bahkan oleh mereka yang
memperjuangkan reformasi. Era reformasi yang
2.6 Tantangan Penyusunan Panduan sedianya membawa prinsip-prinsip demokrasi
Panduan ini didasarkan atas sistem yang baru yang seharusnya dibawakan dengan
pemikiran yang dinamis dan bersifat siklus. pendekatan yang lebih rasional dan penuh
Penyusun terus memperbaiki dan mengganti empati, egaliter dengan kesantunan ternyata jauh
perspektif untuk mengakomodir keadaan panggang dari api. Demokrasi dan kebebasan
kekinian masyarakat yang melingkupi cara telah diinterpretasikan dan dipakai sebagai
pandang informan terhadap pembangunan legitimator untuk pemaksaan kepentingan
partisipatif. Dari refleksi etnografi, masyarakat individu maupun kelompok. Proses dekonstruksi
Indonesia wilayah timur semakin plural dan kekuatan negara atau yang dipresentasikan
kosmopolit sehingga perubahan sosial yang oleh otoritas pemerintahan beserta aparatnya
terjadi semakin bervariasi dan makin sulit berlangsung makin kuat dan meluas yang
dipahami dimana hal tersebut berakar pada melumpuhkan sendi-sendi pokok kehidupan
keragaman etnik yang tinggi. Selalu menjadi kenegaraan (nation state paralyzing process)
perdebatan dalam setiap diskusi kelompok secara sistematik.
terarah (focussed group discussion (FGD)) yang Trust atau rasa saling percaya (mempercayai)
dilakasanakan di tiap wilayah kajian apakah adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil
panduan yang dihasilkan dapat mengakomodir resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang
keragaman etnik yang tinggi yang menjadi didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan
kekhasan Indonesia wilayah timur. Namun melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan
dicapai kesepakatan bahwa penyusunan panduan akan senantiasa bertindak merugikan diri dan
dapat didekati malalui pandangan atas realitas kelompoknya (Putnam, 1993). Sedangkan dalam
sosial, dengan kata lain, tumpuan penyusunan pandangan Fukuyama (1995), trust merupakan
bersandar pada perspektif sosiologis dengan sikap saling mempercayai di masyarakat yang
basis antropologis sebagai konteks. memungkinkan masyarakat tersebut saling
18 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
bersatu dengan yang lain dan memberikan tujuan-tujuan kelompok, Suatu mekanisme
kontribusi pada peningkatan modal sosial. sosial yang menyatu dalam relasi sosial.
Secara sosiologis, trust merupakan salah 3. Pada tingkatan sistem sosial, trust merupakan
satu unsur strategis dari konsep modal sosial nilai publik yang perkembangannya
yang berimplikasikan pada keunggulan budaya difasilitasi oleh sistem sosial yang ada.
suatu kelompok masyarakat. Trust merupakan Dari mana sumber trust tersebut? banyak
salah satu elemen pokok yang akan menentukan peneliti merujuk ke jaringan sebagai sumber
apakah suatu masyarakat memiliki kekuatan penting tumbuh dan hilangnya trust dimaksud.
modal sosial atau tidak. Unsur ini memiliki Nahapit dan Ghosal (1998) menyatakan bahwa
kekuatan penggerak energi kolektif yang sangat pada tingkat individual, sumber trust berasal
tinggi. Berbagai tindakan kolektif yang didasari dati adanya nilai-nilai yang bersumber dari
atas rasa saling mempercayai yang tinggi akan kepercayaan agama yang dianut, kompetensi
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam seseorang dan keterbukaan yang telah meniadi
berbagai ragam bentuk dan dimensi terutama norma di masyarakat, Pada tingkatan komunitas,
dalam konteks membangun kemajuan bersama. sumber-sumber trust berasal dad norma sosial
Kehancuran rasa saling percaya dalam masyarakat yang memang telah melekat pada struktur sosial
akan mengundang hadirya berbagai problematik setempat. Wolfe (1989) merujuk ke norma,
sosial yang serius. Masyarakat yang kurang sebagai sumber trust, terutama kaitannya
memiliki perasaan saling mempercayai akan dengan kepatuhan anggota kelompok pada
sulit menghindari berbagai situasi kerawanan berbagai kewajiban bersama yang telah menjadi
sosial dan ekonomi yang mengancam. Semangat kesepakatan tidak tertulis pads kelompok
kolektifitas tenggelam dan partisipasi masyarakat tersebut, Putnam (1993) mengaitkan trust
untuk membangun bagi kepentingan kehidupan pada perilaku atau tidaknya norma reciprocity
yang lebih baik akan hilang. Lambat laun akan
dalam masyarakat. Pada tingkatan komunitas,
mendatangkan biaya tinggi bagi pembangunan
sumber-sumber trust berasal dad norma sosial
karena masyarakat cenderung bersikap apatis dan
yang memang telah melekat pada struktur
hanya akan menunggu apa yang akan di berikan
sosial setempat. Pada tingkatan institusi
oleh pemerintah. Jika rasa saling mempercayai
sosial, trust akan bersumber dari karakteristik
telah luntur maka yang akan terjadi adalah sikap-
sistem tersebut yang memberi nilai tinggi pada
sikap yang menyimpang dari nilai dan norma
tanggung jawab sosial setiap anggota kelompok.
yang berlaku.
Trust akan kebilangan daya optimalnya ketika
Francois (2003) memandang trust sebagai
mengabaikan salah satu spektrum penting yang
komponen ekonomi yang relevan melekat pada
kultur yang ada pada masyarakat yang akan ada eli dalamnya, yaitu rentang rasa mempercayai
membentuk kekayaan modal sosial. Sedangkan (the radius of trust). Pada kelompok, asosiasi atau
Fukuyama (1995) meyakini bahwa dimensi trust bentuk-bentuk group lainnya yang berorientasi
merupakan warna dan suatu sistem kesejahteraan inward looking cenderung memiliki the radius of
bangsa. Kemampuan berkompetisi akan tercipta trust sempit. Kelompok ini kemungkinan akan
dan dikondisikan oleh suatu karakteristik yang memiliki kesempatan yang lebih keeil untuk
tumbuh di masyarakat yaitu trust. Fu (2004) mengembangkan modal sosial yang kuat dan
yang merujuk pada beberapa Iiteratur membagi menguntungkan.
tingkatan trust kepada tiga tingkatan, yaitu:
1. Pada tingkatan individual, pada tingkatan 2.7.1.1 Memahami Trust dan Modal Sosial Dalam
Masyarakat
ini trust merupakan kekayaan individu,
merupakan variabel personal dan sekaligus Perhatian pada kajian trust mulai menguat
sebagai karakteristik individu. sejak konsep modal sosial mulai bergulir
2. Pada tingkatan hubungan sosial, trust sebagai wacana akademik pemerhati sosiologi.
merupakan atribut kolektif untuk mencapai Perkembangan selanjutnya banyak thesis yang
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 19
meneguhkan trust atau kepercayaan, sebagai apabila harapan yang di inginkan tak dapat di
bagian tak terpisahkan dari modal sosial dalam penuhi oleh realisasi tindakan sosial. Rumusan
pembangunan. Benarkah trust merupakan isu dari MOLLERING tersebut menjelaskan,
baru dalam pembangunan? jawabannya, ‘’tidak’’ paling tidak, enam fungsi penting kepercayaan
karena akar pemikiran trust mulai muncul (trust) dalam hubungan-hubungan sosial
saat Simmel menggagas ide yang cukup dalam kemasyarakatan. Keenam fungsi tersebut adalah:
tulisannya “die Philosophie des Geldes” (the 1. Kepercayaan dalam arti confidence, yang
philosophy of money). Mollering (2001) yang bekerja pada ranah psikologis individual.
berusaha mengelaborasi pemikiran Simmel Sikap ini akan mendorong orang
tentang trust, mengkoseptualisasikan gagasan berkeyakinan dalam mengambil satu
trust itu sebagai berikut: keputusa setelah memperhitungkan resiko-
“a state of favorable expectation regarding resiko yang ada. Dalam waktu yang sarna,
other people’s actions and intentions. As such it orang lain juga akan berkeyakinan sama atas
is seen as the basis for individual risk-taking tindakan sosial tersebut, sehingga tindakan
behavior, cooperation, reduced sosial complexity, itu mendapatkan legitimasi kolektif.
order, and sosial capital”. 2. Kerjasama, yang berarti pula sebagai ptoses
Dari rumusan Mollering itu trust membawa sosial asosiatif dimana trust menjadi dasar
konotasi aspek negosiasi harapan dan kenyataan terjalinnya hubungan-hubungan antar
yang dibawakan oleh tindakan sosial individu- individu tanpa dilatarbelakangi rasa saling
individu atau kelompok dalam kehidupan curiga. Selanjutnya, semangat kerjasama akan
kemasyarakatan. Ketetapan antara harapan mendorong integrasi sosial yang tinggi.
dan realisasi tindakan yang ditunjukan oleh 3. Penyederhanaan pekerjaan, dimana trust
individu atau kelompok dalam menyelesaikan membantu meningkatkan efisiensi dan
arnanah yang diembannya, dipahami sebagai efektifitas kerja kelembagaan-kelembagaan
tingkat kepercayaan. Tingkat kepercayaan akan sosial, Pekerjaan yang menjadi sederhana
tinggi, bila penyimpangan antara harapan dan itu dapat mengurangi biaya-biaya transaksi
realisasi tindakan, sangat keeil. Sebaliknya, yang bias jadi akan sangar mahal sekiranya
tingkat kepercayaan menjadi sangat rendah
Seorang antropolog Universitas Papua (Unipa) penulis melihat bagaimana cita-cta pemberdayaan
mengangkat tema “baku tipu” pemberdayaan dan siasat dari rezim pembangunanisme secara sadar diambil
orang papua yang dilihat melalui perspektif fragmen- alih dan dimanfaatkan oleh Orang Kaimana untuk
fragmen etnografi dalam Jurnal Antropolgi “Tifa”. Tema menyuburkan dan juga sekaligus memperuncing
ini mengangkat bagaimana orang papua saling baku relasi lapisan-lapisan sosial politik dan budaya mereka
tipu untuk memanfaatkan peluang dalam mendapatkan diantaranya yang terpenting adalah ikatan etnik dan
keuntungan di tengah menjamurnya program-program jejaring tradisional keluarga dan marga. Lapisan ini
pembangunan bertajuk pemberdayaan masyarakat.
tidak tunggal dan sarat dengan berbagai kepentingan
Pemberdayaan yang sedianya bertujuan memberikan
dari aktr elit tradisional dengan berbagai kepentingan.
peluang bagi orang Papua untuk “memberdayakan”
diri mereka, menemui jalan berliku. Perspektif Dari situasi yang demikian, “pemberdayaan” seolah
“pemberdayaan” yang dibawa rezim pembangunanisme hanya menjadi jargon karena pemerintah tidak
ini menemui tantangan yang kompleks. Kompleksitas Memperhatikan dunia dan dinamika jejaring kuasa
itu diawali oleh tebalnya lapis-lapis kuasa jejaring orang Papua dari berbagai kasus. Orang Papua
elit tradisional, silang sengkarut kepemilikan lahan, seolah-olah mematuhi sistem “modern” pemberdayaan,
genalogi marga dan pengaruhnya pada ikatan- tapi dibalik semua itu mereka mensiasatinya
ikatan kekerabatan dan adat. Sebagai studi kasus, untuk kepentingan ikatan etnik dan jejaring adat.
20 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
pola hubungan sosial dibentuk atas dasar secara luas mengemukakan pilar lainnya: sosial
moralitas ketidakpereayaan. networking dan norma-norma sosial (shared
4. Ketertiban, trust berfungsi sebagai norms) serta unsur modal sosial lainnya akan
inducing behavior setiap individu, yang menentukan corak karakter suatu masyarakat.
ikut menciptakan suasana kedamaian
kemungkinan timbulnya kekaeauan 2.7.1.2 Spektrum Kehancuran Trust di Indonesia
sosial. Dengan demikian, trust membantu
Semangat kemanusiaan yaitu daya dan
menciptakan tatanan sosial yang teratur,
keinginan untuk saling menghormati, mencintai
tertib dan beradab.
dan memperhatikan antar sesama manusia juga
5. Pemeliharaan Kohesivitas Sosial, trust
membantu merekatkan setiap komponen merupakan penggerak energi kolektif yang
sosial yang hidup dalam sebuah komunitas sangat menentukan kualitas hidup masyarakat.
menjadi kesaman yang tidak tercerai- berai. Semangat resiprositas yaitu keimbalbalikan
6. Modal Sosial, trust adalah asset penting akan memberikan energi pada suatu entitas
dalam kehidupan kemasyarakatan yang sosial yang menyandangnya. Para tokoh yang
menjamin struktur-struktur sosial berdiri dewasa ini berada di balik konsep modal sosial
secara utuh dan berfungsi secara operasional semuanya menyepakati akan peran penting trust
serta efisien. sebagai energi pembangunan masyarakat. Trust
Dalam konteks kepercayaan dan merujuk erat kaitannya dan menjadi salah satu unsur dan
pada pendapat Fukuyama (2000), masyarakat sumber kekuatan modal sosial. James Colemen
Indonesia saat ini dapat dikatakan sebagai “a (1998) menyatakan, system yang terbentuk dari
society which seriously faces a shortage in sosial rasa saling percaya merupakan komponen modal
capital (trust). Defisiensi modal ini menyebabkan sosial sebagai basis dari kewajiban kewajiban dan
gagasan masyarakat sipil (civil society) yang harapan masa depan. Putnam (1993) lebih jauh
berciri democratic-civility sulit dipenuhi dalam mengemukakan bahwa trust atau rasa saling
waktu segera. Karena menurut Fukuyama, juga mempercayai, merupakan sumber kekuatan
menurut penggagas dan penyokong modal sumber modal sosial yang dapat mempertahankan
sosial seperti Putnam (1995), trust adalah keberlangsungan perekonomian yang dinamis
bagian penting dari modal masyarakat untuk dan kinerja pemerintahan yang efektif.
berdemokrasi secara sehat. Manakala kehidupan Indonesia mengalami kemiskinan trust.
demokrasi kemasyaratan Indonesia berkembang Ini tidak selalu berarti kebudayaan suku-suku
dalam suasana saling kecurigaan, saling tak di Indonesia memiliki rasa saling percaya yang
percaya dan ‘’mau menang sendiri” maka disana
tipis dengan sesame anggota masyarakat dalam
segera ditengarai situasi ketidakcukupan modal
keluarga, kelompok dan atau asosiasi yang ada
sosial tersebut. Senada dengan rumusan dari
di dalam sukunya. Kepercayaan itu, dalam
Putnam, Fukuyama (2001) tak berlebihan bila
beberapa hal ada tetapi bobot orientasinya yang
mengatakan bahwa trust adalah salah satu “ruh”
dari modal sosial. Semangat tersebut kelak akan miskin. Tingkat rasa saling percaya para individu
menentukan dan memberikan corak budaya terhadap para pemimpin adat juga, dalam
dari suatu system sosial kemasyarakatan. Stok beberapa hal, tumbuh. Gotong royong untuk
modal sosial yang mencukupi akan mendorong acara perkawinan, kematian, dan kendurian
terbangunnya kerjasama dan berbagai bentuk masih bertahan yang sekaligus merefleksikan
associational life dalam hubungan individu- masih relatif kuatnya kekuatan jaringan dan rasa
individu suatu masyarakat. Modal sosial juga saling percaya di dalamnya. Masyarakat percaya
mereduksi biaya transaksi yang seharusnya bahwa dengan membantu haiatan tetangga,
dikeluarkan dalam sebuah interaksi sosial. suatu saat jika yang bersangkutan menggelar
Coleman sebagai orang yang dipandang oleh kenduri atau hajatan, sang tetangga juga akan
ilmuan Perancis Bourdieu didekade 1980-an membantu.
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 21
Rasa saling percaya itu ada, walau kurang berubahnya pola konsumsi, pendidikan yang
memiliki kandungan Modal Sosial yang positif. semakin baik, tuntutan kebutuhan ekonomi
Dalam perjalanan waktu selama puluhan rumah tangga yang semakin berat, maka
tahun di Indonesia, trust yang yang miskin kohesifitas sosial yang pernah terjalin juga
itu mengalami situasi yang bertambah parah. mengalami kehancuran.
Kehancurannya tidak dapat dielakkan terutama Kekerasan struktural juga merupakan
dengan beroperasinya dua mesin penghancur faktor ekstemal yang membelenggu kreatifitas
sekaligus yaitu faktor internal kebudayaan (dari masyarakat. Kekerasan yang berdimensi
dalam entitas sosial itu sendiri) dan oleh faktor- structural umumnya ditandai dengan dominasi
faktor yang berasal dari luar (kebijakan dan yang berlebihan oleh suatu kelompok terhadap
perilaku negatif para tokoh masyarakat). kelompok lainnya. Pada masa itu, kelompok
Nilai dan norma yang membentuk pola dimaksud hanya ada dua pembagian besar
budaya masyarakat suku-suku di Indonesia yaitu kelompok yang dibentuk pemerintah
hamper tidak mengalami revitalisasi dan berusaha yang menjalankan tindakan-tindakan oligopoly
menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan dan monopoli, dan sisanya yaitu rakyat
zaman. Apa yang dari dulu dilakukan secara biasa. Kesempatan-kesempatan ekonomi
turun-temurun hingga kini tetap berlaku, hanya mungkin tercipta pada kelompok yang
sedikit sekali penyesuaian-penyesuaian yang kehadirannya direstui dan atau yang memang
sejalan dengan tuntutan baru kehidupan. kehadirannya karena diciptakan untuk hadir. Di
Ketidakperdulian untuk melakukan revitalisasi sisi lain, gerak langkah dari kelompok tersebut
budaya ini telah menyebabkan individu-individu hanya merugikan bagian terbesar masyarakat
yang ada dalam kelompok kebudayaan tersebut yang tidak termasuk kedalam struktur tersebut.
semakin kehilangan identitas. Ketika mereka Di sinilah kepercayaan dan rasa saling percaya
dihadapkan dengan perubahan dari luar seperti yang semula ada dalam kelompok sosial
Kotak 2. Kisah Sukses Pendampingan Yayasan Pengembangan Alam Raya dan Masyarakat
Niaga (ARMAN), Maluku
Yayasan Pengembangan Alam Raya dan Masyarakat sangat mengenal sosok Bapak Ateng dan
Niaga (ARMAN) saat ini bergerak di masyarakat yayasannya.
melalui kegiatan kolaboratif bertema “Reboisasi, 2. Transparansi yang selalu dikedepankan oleh
Konservasi dan Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari Bapak Ateng dalam mengelola kegiatan ini
Lewat Aplikasi Pola Manajemen Kolaborasi Berbasis hingga transparansi pada aspek pengelolaan
Warisan Kearifan Lokal pada Ekosistem Kecil di Maluku” pembiayaan sehingga masyarakat mengetahui
dengan Bapak Ateng sebagai nakhkoda. Kegiatan ini dengan pasti apa hak dan kewajiban mereka.
sudah memasuki tahap kedua (perpanjangan) dimana Masyarakat ditempatkan sebagai pemeran
utama kegiatan. Kegiatan proyek terintegrasi
pada tahap pertama tahun 2009 hingga 2011 yang
dengan budaya dan sistem adat.
diperpanjang mulai tahun 2012 hingga 2014. Proyek
Saat ini banyak investor yang mendekati yayasan untuk
ini mengelola dana kurang lebih dua milyar rupiah
melakukan investasi dibidang konservasi terutama
yang berasal dari Pemerintah Finlandia. Perpanjangan dibidang ekowisata karena keberhasilan yang dicapai.
proyek ini hingga 2014 tak lepas dari penilaian LFC Selain transparansi, hal yang harus dikedepankan ke
yang melihat peran aktif masyarakat dalam kegiatan masyarakat adalah akuntabilitas dimana kewajiban
ini terus terjaga yang cenderung makin antusias. proporsional terhadap hak dan penegakan atas
Menurut Bapak Ateng, keberhasilan kegiatan kolaboratif keduanya harus diutamakan. Dengan kombinasi
ini ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: antara transparansi dan akuntabilitas pencapaian
1. Yayasan ini sudah berkerja di masyarakat binaan Bapak Ateng dalam hal penyelamatan lingkungan
sejak tahun 1994 sehingga masyarakat sudah dihadiahi Kalpataru oleh pemerintah pada tahun 2010.
22 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
masyarakat mengalami kehancuran yang ada reward (uang). Ketika sudah tidak ada uang,
luar biasa. Masyarakat tidak mempercayai masyarakat cenderung tidak merespon inisiasi
pemimpinnya dan tidak mempercayai para pembangunan yang ada. Penilian ini merupakan
pengurus asosiasi, apapun bentuknya. Dalam resultan dari keadaan yang cukup kompleks. Isu
persepsi yang berkembang diyakini, bahwa para ini makin menguatkan bahwa pembangunan
elit desa, elit kecamatan, elit kabupaten, elit partisipatif memang masih berada di dalam
propinsi dan elit nasional, justru merupakan ruang retoris yang hanya memobilisasi warga
entitas yang memakan masyarakatnya sendiri (partisipasi masih pada level mobilisasi). Hal ini
yang memang telah berada dalam situasi yang sulit dihindari mengingat sebagian besar kegiatan
lemah “lupus est homo homono”. Tidak hanya pembangunan yang bersifat “keproyekan” yang
trust yang semakin hancur tetapi juga keinginan harus selesai dalam kurun waktu tertentu yang
untuk berkumpul “le desire d’etre ensemble” cenderung relatif pendek sehingga para pelaku
secara swadaya membentuk kelompok, sulit pembangunan terjebak dalam hal-hal yang
muncul dan bahkan tidak diminati. Asosiasi pragmatis. Partisipasi pada level memberdayakan
dan kelompok sosial yang bersifat menjembatani dipandang sesuatu yang utopis dan sulit.
(bridging) yang mampu membentuk kekuatan Menurut sebagian besar informan kajian,
Modal Sosial sampai saat ini tidak mengalami masyarakat mulai meninggalkan kegiatan
perkembang. Organisasi-organisasi yang pembangunan yang dibawa pemerintah bukan
bergerak di bidang perekonomian dan hanya karena sudah tidak ada “uang”nya, namun
sosial di desa masih seragam menurut motif mereka ternyata lebih tertarik untuk mencari
pembentukannya, yaitu dibentuk dari “atas” uang dan meneruskan kebiasaan mereka di
pada masa otoritarian, seperti KUD, dengan kehidupan keseharian mereka seperti berlayar
pengurusnya yang umumnya kurang mampu ke laut mencari ikan dan memetik panen di
berbuat efisien, Kelompok Tani yang sifat dan kebun mereka. Pada kenyataannya mereka
mekanisme kerjanya hanya menguntungkan lebih tertarik pada sistem penghidupan mereka
petani berlahan luas. Walaupun asosiasi, sendiri, karena sistem penghidupan buat mereka
kelompok, organisasi yang berorientasi pada tidak seluruhnya bisa dikuantifikasi menjadi
penguatan kesejahteraan dan ide tidak muncul kepuasaan materil, namun lebih jauh lagi adalah
dalam setiap setting sosial, tetapi kohesifitas kebahagian mereka terhadap apa yang mereka
sosial yang bersifat emosional identitas kerjakan sebagai bagian dari budaya dan sistem
kedaerahan/kesukuan (bonding) tetap bertahan, adat mereka.
bahkan setelah memasuki era kebebasan sejak Fenomena ini sangat menarik dan
dapat dibahas dengan beberapa teori untuk
tahun 1998, tingkat kerekatannya semakin kuat
mendapatkan penjelasan ilmiah. Dalam
yang dipengaruhi oleh sentiment para elit lokal.
perspektif materialisme, di mana material
Jatuhnya kepercayaan masyarakat terhadap
mendahului gagasan dan material sebagai aktor
skema partisipasi banyak disebabkan oleh
yang menjalankan sejarah manusia, tidak ada
tidak amanahnya agen pembangunan dalam
manusia yang bergerak tanpa “reward”. Dalam
menunaikan hak masyarakat yang sebenarnya.
pembangunan kedepan, sistem reward harus
Sikap mental elit yang berada di pusat pusaran
terintegrasi dengan sistem keberlanjutan dan
kekuasaan lokal yang stereotip cenderung
sistem mata pencaharian masyarakat.
membentuk masyarakat yang stereotip.
Fenomena diatas juga bisa dilihat dari
Kepercayaan harus dibangun sebagai pondasi
teori pertukaran Homans dan Blau. Teori
skema partisipatif.
Pertukaran Sosial adalah teori yang memandang
hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi
2.7.2 Reward dagang. Jadi, orang berhubungan dengan
Sebagian besar informan dalam kajian orang lain karena mengharapkan sesuatu yang
berpendapat, masyarakat akan “bergerak” jika memenuhi kebutuhannya. Perumusan tersebut
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 23
mengasumsikan bahwa interaksi manusia Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena
melibatkan pertukaran barang dan jasa, dan berusaha menjelaskan fenomena kelompok
bahwa biaya atau suatu elemen dalam hubungan dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan
yang bersifat negatif (cost), pengambilan perilaku mengenai biaya dan imbalan. Makin
keputusan antara akan melanjutkan hubungan tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang,
atau mengakhirinya (outcome), dan imbalan, makin besar pula kemungkinan perbuatan itu
atau elemen dalam hubungan yang bersifat diulanginya kembali. Asumsi Teori Pertukaran
positif (reward), dipahami dalam situasi yang Sosial mengenai keadaan manusia (human
akan disajikan untuk mendapatkan respon nature):
dari individu-individu selama interaksi sosial. 1. Manusia mencari keuntung an dan
Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih menghindari hukuman.
banyak dari biaya, maka interaksi kelompok 2. Manusia sebagai mahluk rasional.
akan diakhiri atau individu-individu yang 3. Standar-standar manusia menggunakan
terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk evaluasi biaya dan keuntungan dari waktu
melindungi imbalan apa pun yang mereka cari. ke waktu dan dari orang per orang.
Proyek Penguatan Hutan Berbasis Masyarakat dan bahwa anak-anak mereka tidak sekolah bukan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai/ Strengthening merupakan masalah karena tidak sekolah pun
Community-Based Forest and Watershed Mangement/ mereka masih bisa hidup.
SCBFWM dirancang untuk meningkatkan program Bapak Nandang melihat bahwa pola partisipasif
Pemerintah Indonesia terhadap pengelolaan hutan sulit karena masyarakat di lokasi lebih individual
dan DAS berbasis masyarakat, mengatasi distribusi sehingga tantangannya adalah bagaimana adat
tidak merata manfaat dari sumber daya hutan dan istiadat yang masih ada sebagai residu dapat dikenali
kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan lagi oleh mereka (jauh sebelum proyek ini masuk
dan sektor, sebagaimana yang mendasari penyebab menurut cerita masyarakat, budaya gotong royong
utama degradasi lahan dan hutan. Tujuan kegiatan ini sangat hidup di masyarakat baik sebagai atribut
adalah memberikan kontribusi terhadap pengurangan dan fungsional. Sehingga kemudian strategi proyek
degradasi lahan dan hutan di Indonesia dalam rangka difokuskan bagaimana proyek dapat berlanjut maka
merehabilitasi fungsi DAS dan jasa lingkungan serta
pembinaannya harus dalam jangka panjang untuk
pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Kegiatan
membentuk community-based organization (CBO).
utamanya adalah meningkatan kapasitas dan perbaikan
Ketika proyek harus berpindah lokasi dua tahun sekali,
koordinasi para pihak untuk menghasilkan kebijakan
Bapak Nandang berdebat dengan koordinator yang
yang mendukung CBFWM serta membangun plot
mempertahankan untuk bisa bertahan di lokasi yang
demonstrasi pengelolaan hutan dan DAS berbasis
masyarakat di 6 (enam) lokasi DAS/Sub-DAS terpilih sama minimal lima tahun untuk membentuk CBO yang
salah satu diantaranya Sub-DAS Besiam di Nusa kuat. Selain waktu pendampingan yang dirasa perlu
Tenggara TimurMenurut Bapak Nandang, Koordinator diperpanjang, pola pendekatan pun harus disesuaikan
CBFWM NTT, pendekatan pembangunan partisipatif dengan kondisi/karakter setempat terutama kearifan
mempunyai tiga penghalang utama: lokal daerah harus diperhatikan. Bapak Nandang
1. Masyarakat masih kental dengan budaya berargumen jangan mendekati mereka dengan
subsisten dalam bermatapencaharian. pendekatan proyek namun mealui pendekatan sosial
2. Pola subsiten dalam penghidupan mempengaruhi yang jauh lebih penting sehingga dapat membentuk
pandangan hidup yang apa adanya, yang cukup karakter mereka seperti gotong royong kembali
untuk hari ini saja ke dalam kehidupan mereka. Saat ini masyarakat
3. Masyarakat masih belum memandang pendidikan dilihat oleh Bapak Nandang cukup solid, mampu
sebagai suatu kebutuhan. Pola pikir masyarakat memanfaatkan dana minim untuk keperluan besar.
24 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
2.7.3 Integrasi skema REDD+ kedalam pertama kali di satu provinsi. FRP dibentuk
budaya setempat dapat diinisiasi oleh pemda maupun aliansi
Kegiatan dalam skema REDD+ harus inisiator yang juga merupakan komponen dari
terintegrasi ke dalam budaya setempat. Hal civil society suatu provinsi. FRP beranggotakan
ini dapat dicapai melalui perencanaan di level stakeholder terkait sesuai kesepakatan yang tetap
komunitas. menghormati Prinsip Safeguard COP 16 No. 3
& 4 yaitu penghormatan terhadap pengetahuan
2.7.4 Distribusi revenue pemanfaatan dan hak-hak masyarakat adat dan masyarakat
tanah ulayat ke dalam sistem lokal dan partisipasi penuh dan efektif dari
yang sesuai dengan sistem adat stakeholder yang relevan.
masyarakat FRP idealnya memasukkan semua elemen
civil society mencakup akademisi, lembaga
Distribusi manfaat dari penggunaan aset swadaya masyarakat NGO(s), yang relevan,
adat berupa tanah ulayat dan lain-lain apakah dewan masyarakat adat yang tinggal di lokus
akan disalurkan hingga ke level keluarga calon kegiatan REDD+ di laksanakan.
atau komunitas sebaiknya dikembalikan Keterwakilan anggota masyarakat di dalam
kepada otoritas adat masyarakat. Distribusi lokus, selain elit, harus menjadi perhatian
reward/revenue dari pemanfaatan aset adat
khusus untuk menghindari kopatsi kepentingan
untuk REDD+ sebaiknya diatur mulai dari
masyarakat oleh elit lokal yang ada dalam
perencanaan.
forum. Akademisi mencakup akademisi yang
berkompeten di bidang hutan dan lingkungan
2.7.5 Monitoring dan fasilitasi serta bidan kajian-kajian sosial dan budaya
pelaksanaan kegiatan yang dapat
(sosiologi dan antropologi)
memenuhi standar kompentensi
FRP membentuk kamar-kamar untuk
dan waktu yang tidak relatif pendek
kepentingan fasilitasi, monitoring dan penilaian
(sesuai dengan kebutuhan proyek
dan kondisi sosial, budaya dan hasil. FRP harus diberi payung hukum sehingga
tingkat adaptasi masyarakat mempunyai posisi strategis dalam mendorong
kebijakan-kebijakan pendukung REDD+ dan
Informan dalam kajian, sebagian besar pembangunan infrastruktur pendukung. FRP
berpendapat bahwa manfaat atau hasil ada disetiap proses konsultasi dan komunikasi
dari kegiatan-kegiatan pembangunan yang termasuk proses konsultasi dan komunikasi
melibatkan masyarakat, banyak menemui terkait FPIC.
kegagalan atau kurang termanfaatkan secara FRP sebaiknya menetapkan keperluan proses
efektif oleh warga karena sistem monitoring dan konsultasi dan komunikasi yang diperlukan baik
fasilitasi kegiatan yang amat terbatas. yang dilakukan secara berkala maupun insidentil
sesuai kebutuhan untuk terjaganya semangat
2.8 Panduan dan eksistensi anggotanya. Pelajaran berharga
Panduan dapat digambarkan ke dalam diambil dari banyak Pokja REDD yang dibentuk
skema yang dapat dilihat pada gambar 3. di level Provinsi dan Kabupaten stagnan dan
vakum.
2.8.1 Pembentukan Forum REDD+
Pembentukan “Forum REDD+ Provinsi” 2.8.2 FPIC
(FRP) (nama ini diintroduksi oleh panduan, Masyarakat didalam lokus mempunyai
pemberian nama lain untuk forum terbuka lebar hak untuk menetukan apakah menerima atau
bagi penghormatan budaya setempat) dilakukan menolak inisiasi proyek REDD+ melalui proses
pada tahal awal kegiatan yaitu setelah inisiator konsultasi dan komunikasi dalam kerangka Free
proyek menentukan lokus kegiatan REDD+ Prior and Inform Consent (FPIC).
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 25
Gambar 3. Skema Pelibatan Masyarakat Dalam Implementasi REDD+
26 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
2.8.3 Perencanaan Kegiatan kebudayaan setempat sangat dibutuhkan dalam
membantu masyarakat menyelami kebudayaan
Konfirmasi masyarakat pada lokus kegiatan
mereka. Tahapan eksplorasi gagasan merupakan
diikuti dengan perencanaan penuh di level
titik interkoneksi antara lokalitas dengan
sistem kemasyarakatan yang ada. Penyusunan
pengetahuan global.
rencana menggunakan metode perencanaan
yang sederhana yang telah dikenal seperti PRA
2.8.3.3 Formulasi kegiatan
dan lain-lain. Informan pada kajian ini banyak
memberi masukan kehati-hatian pada dominansi Gagasan yang muncul pada tahapan
kelompok tertentu seperti elit lokal dan orang- sebelumnya, didetailkan pada tahapan ini.
orang yang berada disekitar pusat kekuasaan. Tahapan ini memerlukan fasilitator yang
Harus digunakan metode tertentu untuk berkompeten dengan etnografi. Seperti
mengakomodir kepentingan dan suara anggota halnya etnografi, pada tahapan merupakan
masyarakat secara proporsional. Perencanaan mediasi budaya ke dalam teks sehingga dapat
meliputi: memberikan pendalaman pemahaman orang-
orang yang bekerja di lapangan REDD+ tentang
2.8.3.1 Agenda setting budaya masyarakat setempat.
Tahapan penyusunan agenda setting
2.8.3.4 Pembagian peran dan tanggung jawab
meliputi penyusunan poin-poin keseluruhan
rangkaian kegiatan dalam perencanaan maupun Pembagian peran tanggung jawab sangat
dalam pelaksanaan dan pelaporan melalui terkait dengan sistem kemasyarkatan yang
kesepakatan anggota masyarakat. Penentuan diatur oleh adat. Sebagian besar sistem adat di
agenda setting tidak menutup kemungkinan Indonesia Wilayah timur (dapat dilihat pada
banyak diintervensi oleh FRP sebagai bentuk BAB III tentang etnografi) telah mengatur
fasilitsi dan introduksi pengetahuan tentang peran-peran anggota masyarakat dalam sistem
REDD+ itu sendiri dan lain-lain. Butir-butir kemasyarakatan yang terikat oleh adat (sistem
di dalam panduan ini hanya tawaran dimana adat).
pada pengadopsiannya dapat ditambahi atau
dikurangi sesuai kesepakatan dan penyesuaian 2.8.3.5 Identifikasi aset
terhadap karakteristik sosial budaya masyarakat. Kepastian kewilayahan menjadi syarat
penting sistem pengeloaan hutan dan lahan tidak
2.8.3.2 Eksplorasi gagasan terkecuali REDD+. REDD+ akan mengambil
Eksplorasi gagasan adalah inti dari tahapan wilayah sebagai basis dari seluruh rangkaian
perencanaan. Pada tahapan ini merupakan kegiatan REDD+. Pada sistem adat di Indonesia
titik integrasi kegiatan-kegiatan yang masuk wilayah timur ada beberapa variasi derajat
dalam skema REDD+ ke dalam entitas sistem kepastian kepemilikan dan perwilayahan akan
kemasyarakatan setempat. Tahapan ini diawali lahan adat antar entitas terkecil kemasyarakatan
dengan inventarisasi kegiatan-kegiatan di seperti Negeri di Maluku, Marga di Papua dan
masyarakat yang berhubungan dengan hutan Dusun di NTT. Menjadi sangat penting untuk
dan lingkungan baik dalam bentuk pemanfaatan membawa sistem perwilayahan antar entitas
maupun ritual lain sebagai suatu bentuk masyarakat terkecil ke level kepastian yang
kelangsungan budaya. Tahapan eksplorasi paling tinggi yaitu sistem perwilayahan sesuai
gagasan berfungsi menghubungkan antara kesepakatan. Untuk kasus di tanah Papua,
kegiatan-kegiatan yang masuk dalam skema hal ini tidak diperlukan mengingat kepastian
REDD+ di level tapak dengan kegiatan yang perwilayahan antar marga sudah sangat ketat
ada di masyarakat tersebut. Peran tim fasilitator (restrict) bahkan ada semacam idiom “tidak ada
yang terdiri dari orang yang kompeten dengan sejengkal tanah di papua yang tidak berpenghuni
REDD+ dan pengetahuan tentang sistem (bertuan)”.
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 27
Identifikasi aset adat meliputi: penilaian kegiatan dapat menjadi acuan
1. Pemastian tenure dalam usaha untuk memenangkan para
Pemastian tenure terdiri dari: pihak yang terlibat.
a. Penentuan related stakeholder
b. Pemetaan partisipatif wilayah adat/hak 2.8.4 Pelaksanaan Kegiatan
ulayat Kegiatan dapat dimulai ketika seluruh
c. Harmonisasi peta dengan related rangkaian kegiatan dalam perencanaan telah
stakeholder selesai dan mendapat payung hukum dari pemda.
2. Pengembangan kapasitas lembaga adat dan
SDM
2.8.5 Fasilitasi, Monitoring dan Penilaian
Interkoneksi lokalitas dan sistem pengeta- Hasil Kegiatan
huan global membutuhkan masyarakat
lokal yang mengerti akan interkoneksi Fasilitasi dilakukan oleh fasilitator yang
tersebut. Bila REDD+ dianalogikan sebagai berkompeten, dikenal masyarakat pada lokus
sebuah produk maka dibutuhkan sumber kegiatan dan banyak mengetahui kondisi
daya masyarakat yang mempunyai “product sosial dan budaya masyarakat. Waktu fasilitasi
knowledge” REDD+. dilakukan sejak dimulainya inisiasi hingga
Pengembangan kapasitas lembaga adat dan selesainya proyek kemudian dilanjutkan 1 – 10
SDM meliputi pengembangan: tahun setelahnya sesuai kebutuhan yang telah
a. Perangkat sistem kemasyarakatan yang disepakati dalam perencanaan. Monitoring
ada dan penilaian di lakukan oleh setiap tahun atau
b. Pengelolaan aset adat sesuai kesepakatan sesuai kriteria indikator
c. Networking keberhasilan yang dibangun.
d. Kemampuan negosiasi
3. Sistem distibusi manfaat (benefit sharing) 2.8.6 Pelaporan Kegiatan
Menurut sebagian besar informan, Penyusunan kegiatan dikerjakan oleh
sistem benefit sharing menjadi hal yang masyarakat melalui fasilitasi FRP. Database
paling krusial untuk disusun secara baik pelaporan dibangun oleh FRP.
pada perencanaan. Sistem benefit sering
yang dibangun akan sangat baik jika
menggunakan sistem yang telah ada pada
sistem kemasyarakatan pada lokus kegiatan.
4. Mekanisme resolusi konflik
Mekanisme resolusi konflik harus
mereferensi sistem penyelesaian sengketa
yang berlaku pada sistem kemasyarakatan
yang ada (bisa dilihat pada BAB III tentang
etnografi).
5. Pembangunan kriteria dan indikator (KI)
keberhasilan kegiatan
Pembangunan kriteria dan indikator
keberhasilan sangat penting dilakukan
sebagai alat ukur dan penilaian keberhasilan
kegiatan. Penyusunan KI dimoderasi oleh
FRP dan melibatkan inisiator proyek.
Penyusunan dan penerapan KI menjadi
ruang negosiasi antara masyarakat dan
inisiator proyek. Penerapan KI dalam
28 • Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur
BAB 3
Keragaman Manusia Maluku,
Papua, dan Nusa Tenggara Timur
(NTT)
3.1 Keragaman Manusia Maluku karena cengkih dan pala merupakan komoditi
yang sangat dibutuhkan oleh manusia pada zaman
itu. Cengkih dan pala memiliki nilai strategi
3.1.1 Pendahuluan
dalam percaturan ekonomi global. Tercatat
Sejak masa lampau Tanah Maluku sudah dalam sejarah perdagangan internasional bahwa
memperoleh julukan sebagai kepulauan rempah- cengkih dan pala yang menembus pasar global
rempah. Maluku sangat terkenal dengan sumber di Eropa, Amerika, Asia, dan lainnya memiliki
daya berupa cengkih dan pala, serta hasil hutan kualitas terbaik. Untuk itu setiap bangsa dan
lainnya seperti damar, rotan, maupun hasil laut. negara yang tidak memiliki komoditi strategis
Orang luar (bangsa Arab) yang datang ke Tanah (cengkih dan pala) tersebut ditakdirkan bahwa
Maluku pertama menyebut bahwa Maluku rakyat tidak bisa bertahan hidup (survive),
adalah negeri Raja-Raja. Perjalanan sejarah sehingga bisa runtuh dan akhirnya punah.
mengenai penamaan Maluku sendiri sesuai asal- Sumber daya alam (cengkih dan pala) yang
usulnya oleh Van Fraasen (dalam Amal, 2010) terdapat di Tanah Maluku saat itu ternyata tidak
sembari mengutip Pigeaud bahwa nama Maluku mendatangkan kesejahteraan pada masyarakat,
telah dicatat dalam Negara Kartagama pada bahkan yang terjadi kemudian setelah
tahun 1365 sebagai “Maloko”. Diduga penulis kedatangan bangsa-bangsa Eropa yaitu petaka
Negara Kartagama telah mengadopsi nama itu yang hebat. Kedatangan berbagai bangsa di dunia
dari kebanyakan pedagang Arab yang melakukan untuk mencari dan menemukan Tanah Maluku
kegiatan perniagaan di Nusantara. Selain itu sebagai penghasil rempah-rempah (cengkih dan
juga nama Maluku dalam hikayat Dinasti Tang pala) ternyata menimbulkan pergolakan politik
(618-906) telah digunakan untuk menentukan yang sangat hebat diberbagai kawasan. Akibat
arah daerah Holing (Kaling) yang diperkirakan ekspansi yang dilakukan oleh bangsa-bangsa
sebagai sebutan untuk Maluku. Penulis-penulis Eropa (Portugis dan Belanda) pada masa lampau
Cina dari zaman Dinasti Tang yang menyebut di Tanah Maluku sehingga menimbulkan
Maluku sebagai ”Mi-li-ku” karena tidak dapat berbagai pertentangan (konflik), pertikaian,
memastikan lokasi sesungguhnya kawasan yang bahkan terjadi peperangan dengan rakyat
ditunjuk dengan nama tersebut. Perkembangan Maluku di berbagai tempat. Heroisme rakyat
yang terjadi kemudian barulah diketahui bahwa di Tanah Maluku untuk melakukan perlawanan
yang dimaksud dengan “Mi-li-ku” itu adalah terhadap kolonialisme barat yang berusaha
gugusan Pulau-Pulau Ternate, Tidore, Makian, menguasai rempah-rempah, masyarakat, dan
Bacan, dan Moti. wilayah telah menimbulkan penderitaan yang
Informasi mengenai nama Maluku seperti sangat panjang untuk rakyat di Tanah Maluku,
dikemukakan di atas, berarti Maluku telah maupun tempat-tempat lainnya di Nusantara.
tersohor diberbagai belahan dunia pada masa
lampau karena merupakan daerah penghasil 3.1.2 Gambaran Umum Wilayah Maluku
rempah-rempah (cengkih dan pala). Dalam
perkembangan sejarah politik dan ekonomi 3.1.2.1 Geografis
global pada masa lampau, cengkih dan pala dari
Kepulauan Maluku telah menarik perhatian Wilayah Kepulauan Maluku secara fisik
bangsa-bangsa di seluruh dunia untuk mencari geografis terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil
dan menemukan Tanah Maluku. Sebagai kawasan yang memiliki tingkat keragaman sangat tinggi.
penghasil rempah- rempah (cengkih dan pala), Maluku juga sering dijuluki sebagai daerah 1000
maka Tanah Maluku pernah menjadi rebutan pulau. Pada saat ini Tanah Maluku termasuk
berbagai bangsa di dunia untuk menguasainya. salah satu dari Provinsi Kepulauan yang
Bangsa-bangsa Eropa seperti Spanyol, terdapat di kawasan timur Indonesia. Secara
Inggris, Portugis dan Belanda berusaha untuk fisik geografis, Kepulauan Maluku memiliki
menemukan Tanah Maluku pada masa lampau keanekaragaman wilayah sangat tinggi. Dalam
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 31
realitasnya, kebanyakan pulau-pulau kecil di Utara yang sangat kuat dipengaruhi oleh
Maluku telah dihuni oleh penduduk, tetapi Kesultanan, wilayah budaya Maluku Tengah yang
masih terdapat pulau yang kosong karena belum berciri republik pedesaan, dan wilayah politik
dihuni oleh manusia. Maluku Tenggara yang sangat kuat dipengaruhi
Kondisi pulau-pulau kecil di Maluku oleh sistem stratifikasi sosial.
masih mengalami isolasi karena pengaruh Pengaruh kondisi wilayah politik yang
kondisi lingkungan laut yang seringkali terdapat di Maluku sejak masa lampau, masih
tidak ramah, kondisi perubahan iklim, dan terus dirasakan sampai saat ini. Kondisi wilYh
kedudukan geografis pulau-pulau kecil yang budaya politik Maluku seperti dikemukakan
belum terjangkau secara baik karena hambatan telah berlangsung sebelum kedatangan orang
transportasi antar pulau melalui laut. Faktor luar atau kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke
riil yang menyebabkan isolasi geografis pada daerah ini. Dewasa ini Provinsi Maluku sebagai
pulau-pulau di Maluku yaitu keterbatasan salah satu provinsi yang terdapat di kawasan
sarana trandpostasi antar pulau, dan minimnya timur Negera Kesatuan Republik Indonesia terus
infrastuktur perhubungan laut maupun darat, mengalami dinamika dalam pelaksanaan politik
serta komunikasi. Fenomena yang saat ini sangat pemerintahan. Perspektif tentang dinamika
berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat di politik pemerintahan ini terus menguat setelah
Kepulauan Maluku yaitu terjadinya perubahan Provinsi Maluku mengalami proses pemekaran
iklim yang radikal sehingga kondisi ini bisa secara wilayah dengan Provinsi Maluku Utara.
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi Secara administrasi pemerintahan, maka
aktivitas keseharian dari masyarakat. Fenomena wilayah Pemerintahan Provinsi Maluku dengan
perubahan iklim di Kepulauan Maluku dapat Ibukota provinsi berkedudukan di Ambon
dilihat dari perubahan arah angin laut yang terus dihadapkan pada berbagai dinamika.
terjadi sewaktu-waktu, dan tidak menentu Dewasa ini dalam wilayah Pemerintahan
sehingga menyebabkan kondisi laut di sekitar Provinsi Maluku terdapat Pemerintahan Kota
Kepulauan Maluku mengalami ombak besar. Ambon, Pemerintahan Kabupaten Maluku
Persoalan ini seringkali menghambat akses Tengah, Pemerintahan Kota Tual, Pemerintahan
masyarakat untuk melakukan interaksi antar Kabupaten Maluku Tenggara, Pemerintahan
pulau. Kabupaten Buru, Pemerintahan Kabupaten
Selain itu juga masih terdapat pulau-pulau Maluku Tenggara Barat, Pemerintahan
tertentu di Kepulauan Maluku yang kosong Kabupaten Seram Bagian Barat, Pemerintahan
karena belum dihuni oleh penduduk. Kondisi Kabupaten Seram Bagian Timur, Pemerintahan
fisik Kepulauan Maluku dapat dilihat pada Peta Kabupaten Maluku Barat Daya , dan
Wilayah sebagai berikut: Pemerintahan Kabupaten Buru Selatan.
Kondisi pemerintahan di Maluku sebelum
3.1.2.2 Wilayah Administrasi Pemerintahan kedatangan bangsa-bangsa Eropa (Portugis dan
Untuk memahami tentang wilayah Belanda) di bumi Nusantara, dan khususnya
administrasi pemerintahan perlu dikemukakan di Tanah Maluku pada masa lampau, negeri-
bahwa, persoalan pemerintahan tidak terlepas negeri di Tanah Maluku pada umumnya
dari pengaruh kondisi politik pemerintahan merupakan negeri-negeri yang berdiri sendiri-
dan budaya politik yang berkembang dalam sendiri, berdampingan satu sama lain dan tidak
kehidupan bermasyarakat di Kepulauan merupakan kesatuan. Masing-masing dengan
Maluku. Studi yang dilakukan oleh Fraasen kedaulatan dan tidak ada diantaranya yang
(1979) tentang Types of Socio-Political Structure saling membawahi. Setiap negeri seperti sebuah
In North-Halmahera History mengemukakan republik kecil dengan seorang pemimpin yang
bahwa Maluku terdiri dari tiga wilayah budaya mereka pilih (Effendi, 1987).
politik yaitu wilayah budaya politik Maluku Dinamika pemerintahan yang berlangsung di
Tanah Maluku sesuai adat-istiadat. Pemerintahan
adat memegang peranan yang sangat penting Pemerintahan Desa. Kondisi yang berlangsung
dalam dinamika kehidupan bermasyarakat. di Tanah Maluku pada masa pemerintahan
Perkembanga mengenai dinamika administrasi orde baru yaitu tampak jelas bahwa eksistensi
pemerintahan di Tanah Maluku pada zaman negeri adat dengan petuanan, dan pemerintahan
itu dapat dipahami menurut Effendi (1987) negeri (adat) dengan lembaga Saniri Negeri,
bahwa susunan wilayah pemerintahan seperti Soa, Kewang, dan Marinyo kehilangan
di wilayah Maluku Tengah, berkaitan dengan roh kepemimpinan sama sekali dalam
Petuanan (beschikkingsgebied) dari suatu negeri penyelenggaraan pemerintahan. Mata-rantai
sebagai wilayah kesatuan administratif yang dalam pemerintahan adat menjadi terputus
lebih kecil, dan merupakan bagian dari suatu karena jiwa dari undang-undang dimaksud tidak
wilayah petuanan atau negeri. Pada umumnya bisa mengakomodir kepentingan masyarakat
setiap negeri mempunyai sedikitnya tiga soa, dan secara baik. Dinamika pemerintahan yang
soa-soa ini terbentuk oleh beberapa rumatau, berlangsung sampai saat ini Indonesia memasuki
dan rumatau terbentuk oleh beberapa keluarga era reformasi terjadi pula perubahan dalam
sebagai sub unit-sub unit dari rumatau. Rumatau kehidupan pemerintahan di Tanah Maluku
adalah persekutuan genealogis, sedangkan soa- ketika Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
soa adalah persekutuan teritorial genealogis, Indonesia memberlakukan Undang Undang
yaitu kesatuan wilayah yang didiami oleh Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pedoman dalam
beberapa kelompok orang yang masing-masing penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
kelompoknya merupakan kesatuan genealogis. Kondisi pemerintahan yang berlangsung
Kondisi pemerintahan adat (tradisional) di Provinsi Maluku dilakukan kembali
terus mengalami dinamika, setelah kedatangan pembenahan dalam administrasi pemerintahan.
bangsa-bangsa Eropa (Portugis dan Belanda). Era Sebagai tindak lanjut untuk penyelenggaraan
pemerintahan modern mulai diperkenalkan oleh pemerintahan di daerah, kemudian Pemerintah
Portugis, kemudian Belanda mengusai wilayah Provinsi Maluku mengeluarkan Peraturan
ini. Pada era kolonial Belanda, pemerintahan Daerah Nomor 14 Tahun 2006 tentang Negeri,
negeri (adat) terus berlangsung, dan terjadi kemudian disusul dengan berbagai peraturan
penyesuaian untuk mewujudkan kepentingan daerah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota
kolonial Belanda. Kondisi pemerintahan negeri dan Pemerintah Kabupaten di Maluku. Dewasa
(adat) terus berlangsung sampai memasuki ini dengan dikeluarkannya Undang Undang
era kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Indonesia pada tahun 1945. Pada saat Indonesia mengenai Pemerintahan Daerah, berarti dalam
berada di era pemerintahan orde lama, kehidupan pelaksanaan pemerintahan di Maluku perlu
politik pemerintahan (adat) terus berlangsung menyesuaikan dengan eksistensi Negeri Adat
dengan berbagai penyesuaian sesuai dengan beserta hak-hak serta kewajibannya. Hal ini
sistem pemerintahan di Indonesia. kemudian diperkuat dengan Undang Undang
Dinamika pemerintahan negeri (adat) mulai Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2013
mengalami perubahan yang mendasar ketika tentang Pemerintahan Desa.
Indonesia memasuki era pemerintahan orde baru. Harapan yaitu jiwa dan eksistensi Negeri
Pada tahun 1975 Pemerintah Negera Kesatuan Adat dalam susunan pemerintahan pada saat ini
Republik Indonesia mengeluarkan Undang bisa menjadi ujung tombak untuk membangun
Undang Nomor 5 Tahun 1974, kemudian disusul negeri secara baik. Selain itu juga terdapat negeri
dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1979 atau desa administratif yang telah mengalami
tentang Sistem Pemerintahan Desa, maka pada pemekaran dari negeri adat sebagai induk, dan
era orde baru tersebut di Tanah Maluku mulai di wilayah perkotaan terdapat keluarahan. Proses
berlaku undang-undang dimaksud. penyesuaian dengan dinamika pemerintahan
Pada saat pemberlakuan Undang Undang terus dilakukan, sehingga diharapkan dalam
Nomor 5 Tahun 1979 tentang Sistem menghadapi kondisi tersebut tidak terjadi
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 33
benturan maupun konflik karena kondisi negeri- pengelompokan berbasis asal-usul dan sosial-
negeri adat di Maluku yaitu masing-masing telah budaya yang terdapat dalam kehidupan Alifuru
memiliki daerah kekuasaan atau petuanan yang Seram yaitu Patasiwa dan Patalima yang terdapat
secara umum dapat dijumpai pada berbagai dalam wilayah Maluku Tengah (Ambon-Lease-
daerah dengan sebutan berbeda-beda. Seram). Pengelompokan sosial Patasiwa terdiri
Kekuasaan yang dimiliki oleh suatu Negeri dari Patasiwa Hitam (Patasiwa Mete) menempati
Adat di Maluku dalam wilayah petuanan, wilayah Seram sebelah barat sungai Mala, dan
regenshaf, raskaf, dan sebagainya meliputi Patasiwa Putih menempati daerah sempit
manusia, tanah, hutan, laut, dan sebagainya. sepanjang pantai selatan di sebelah timur sungai
Realitas yang dialami seperti ini perlu Mala, sepanjang Teluk Teluti (Cooley, 1961).
diperhatikan dalam penerapan suatu kebijakan Masing-masing kelompok Pata mendiami
yang berkaitan dengan wilayah hutan, sehingga teritorial, menganut tradisi, adat-istiadat,
pelibatan masyarakat maupun lembaga-lembaga menganut bahasa, kebudayaan, teritorial,
adat dan pemerintahan pada tingkat negeri dan lainnya yang berbeda. Dalam kehidupan
sangat penting untuk menghindari benturan Alifuru Seram, kedua kelompok Pata tersebut
kepentingan dalam masyarakat. Dalam wilayah selalu hidup bermusuhan karena pada masa
adat di Maluku, peran dari lembaga Raja, Saniri lampau di Seram tradisi mengayau sangat kuat.
Negeri, Soa, Kewang, dan Marinyo, serta lainnya Permusuhan maupun pertikaian yang seringkali
sangat penting. Usaha pelibatan kelembagaan terjadi antara kelompok Patasiwa dan Patalima
dimaksud untuk kepentingan implementasi mengakibatkan mereka ada yang tersebar ke
program pembangunan agar pelaksanaannya bisa luar meninggalkan Pulau Seram dan mendiami
berlangsung secara baik dan lancar. pulau-pulau lain disekitarnya. Untuk itu sistem
pengelompokan syang berbasis Patasiwa dan
3.1.3 Sejarah Asal-Usul Kelompok Etnik Patalima, Urisiwa dan Urilima di Maluku
dan Penyebarannya Utara, Ursiu dan Lorlim di Maluku Tenggara,
dan Ursiwa dan Urlima di Kepulauan Aru dapat
Asal-usul penduduk pada umumnya yang dikatakan merupakan struktur sosial dasar bagi
mendiami Kepulauan Maluku yaitu mereka Orang Maluku (Pelupessy, 2013).
terdiri dari berbagai suku bangsa maupun sub Pengelompokan sosial berdasarkan Siwa-
suku bangsa atau daerah. Dapat dikatakan Lima sebagai struktur sosial dasar dari masyarakat
bahwa penduduk Maluku terdiri dari berbagai Maluku, dapat dijumpai pada masyarakat asli
kelompok etnik (ethnic group) yang dapat yang mendiami negeri-negeri (adat) di Pulau
dikategorikan sebagai penduduk asli dan Seram, Ambon, Lease (Saparua, Haruku, dan
pendatang. Dikemukakan oleh Effendi (1987) Nusalaut) maupun wilayah Maluku Tengah
yaitu sebagian besar dari mereka berasal dari secara umum. Kelompok Patasiwa dan Patalima
Pulau Seram. Pulau Seram adalah pulau induk di daearah ini hidup dengan tardisi, adat-istiadat,
dan karena itu dinamakan “Nusa Ina” atau Pulau budaya, sosial, dan teritorial masing-masing.
Ibu. Basis teritorial adat yang terdapat pada negeri-
Penduduk yang menamakan diri mereka negeri adat di Maluku Tengah (Ambon-Lease-
sebagai orang asli yang berasal dari Pulau Seram Seram) dengan Petuanan (daerah kekuasaan), di
atau Nusa Ina (Pulau Ibu) mengakui bahwa Pulau Buru dinamakan Regenschaf, di Maluku
keturunan mereka memiliki kaitan langsung Tenggara dinamakan Ratschap yang dikuasai
dengan keturunan Aliuru atau Alifuru Seram oleh Raja dan Schap yang dipimpin oleh Orang
(Alif= Awal, dan Uru= Manusia). Aliuru Kaya yang memiliki wilayah otonom masing-
atau Alifuru adalah manusia awal di Pulau masing, di Seram dinamakan Petuanan dan
Seram (Pelupessy, 2013). Dalam kehidupan Regenschaf memiliki wilayah otonom.
Alifuru Seram dijumpau dua suku besar Eksistensi masyarakat adat yang mendiami
yaitu Suku Alune dan Suku Wemale. Sistem setiap Negeri Adat di Tanah Maluku dapat
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 35
peristiwa adat seperti panas gandong, panas Dagang” bagi penduduk yang bukan berasal dari
bongso, panas pela, pelantikan Raja, pembuatan negeri adat yang bersangkutan.
atau perbaikan rumah adat (baileu), pembuatan
atau perbaikan rumah ibadah, dan sebagainya. 3.1.4 Keragaman Manusia, Suku Bangsa
Dalam kehidupan masyarakat negeri adat Dan Penyebarannya
terdapat nilai tolong-menolong antar warga Keragaman manusia, suku bangsa dan
yang dinamakan masohi dalam berbagai aktivitas
penyebaran di Kepulauan Maluku menjadi
hidup keseharian sebagai Selain penduduk asli
penting untuk dipahami karena hal ini berkaitan
yang mendiami negeri-negeri adat, di wilayah
dengan karakteristik masyarakat yang identik,
Maluku sejak masa lampau telah didatangi oleh
karena pola perpindahan kelompok-kelompok
para pendatang yang berasal dari Suku Buton,
lain dari Pulau Seram pada saat itu juga mengikuti
Bugis, Makasar, Minangkabau, Arab, Tionghoa,
pola yang sama ketika mendiami Pulau Ambon,
Portugis, Belanda, Jawa, dan suku-suku lainnya
Saparua, Haruku, Nusalaut, Buru, dan pulau-
yang berasal dari Halmahera, Ternate, Jailolo,
pulau lainnya di Maluku Tengah. Kemungkinan
Bacan, dan wilayah lainnya di Maluku Utara.
perpindahan Orang Alifuru Seram dari Teluk
Kondisi penduduk di wilayah Maluku pada saat
Tanunu di Seram barat ke Jazirah Leihitu,
ini dapat dikategorikan sebagai wilayah dengan
Leitimor, Lease yang berlangsung saat itu
keragaman suku bangsa yang sangat tinggi, dan
melalui suatu kurun waktu yang lama dalam
hal ini tampak melalui bahasa maupun dialek
lokal yang digunakan oleh setiap suku bangsa bentuk kelompok yang terbentuk atas dasar
dalam berkomunikasi. geneologis. Ditempat baru itu mereka hidup alam
Keragaman bahasa atau dialek yang terdapat kelompok-kelompok keluarga yang kemudian
pada masyarakat Maluku berdasarkan hasil terkenal dengan sebutan Rumatau atau Lumatau
penelitian Summer Institute of Linguistik (SIL) (keluarga atau famili) secara terpisah meskipun
di Maluku terdapat kurang lebih 177 bahasa tidak berjauhan.
atau dialek yang tersebar di 100 suku dan Realitas yang berkaitan dengan keragaman
sub suku bangsa yang mendiami pulau-pulau kelompok suku bangsa dan sub suku, udaya yang
kecil di Maluku. Bahasa yang dipergunakan cukup kaya, yang hidup dengan tradis sejak kecil
masyarakat Maluku di dalam komunitas besar, (the little tradition). Walaupun memiliki tingkat
yaitu Bahasa Kei, Bahasa Ternate, Halmahera, keragaman yang cukup besar seperti itu, tapi
dan Bahasa Seram. Bahasa Ternate, Halmahera pada dasarnya secara kultural akar kebudayaan
merupakan bahasa pengantar (lingua franca) di Orang Maluku itu hampir identik, karena
wilayah Ternate dan Halmahera, bahkan hampir didasarkan pada pandangan kosmologinya yang
diseluruh kawasan Maluku Utara. Bahasa Seram monodualistik, yaitu Siwa-Lima. Pandangan
digunakan oleh suku bangsa Alune dan Wemale monodualistik ini adalah nilai inti yang
sebagai sukubangsa terbesar di Pulau Seram membentuk kepribadian masyarakat Maluku
atau Nusa Ina (Pulau Ibu), karena sebagian pada umumnya. Akar budaya Maluku ditemukan
besar orang asli yang mendiami Kepulauan dalam kebudayaan Orang Austronesia yang telah
Maluku mengakui bahwa leluhur mereka yang mengalami pembauran dengan Orang Melanesia
dinamakan Alifuru berasal dari sana. dan Polinesia. Mereka adalah suku bangsa yang
Dalam realitasnya, wilayah Maluku telah mendiami gugusan kepulauan di sebelah Barat
menjadi suatu wilayah dengan masyarakat yang Samudera Pasifik. Kenyataan sejarah (realism-
berciri multi etnik sehingga kondisi masyarakat historis) menunjukan bahwa suku Austronesia,
Maluku pada saat ini berciri masyarakat majemuk dan juga Melanesia, serta polinesia adala ras asli
(plural society). Dalam interaksi sosial, untuk masyarakat awal yang tersebar dan mendiami
membedakan diri pada mereka sebagai penduduk kepulauan tertentu di Maluku. Orang-orang
asli (Anak Negeri), dijumpai penamaan terhadap Maluku sendiri menamakan diri mereka sendiri
penduduk pendatang dengan sebutan “Orang dengan sebutan Alifuru. Dalam tradisi lisan
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 37
memposisikan kosmologi sebagai salah satu Maluku yaitu Pulau Seram atau Nusa Ina
cabang metafisika. Pandangannya mengenai (Pulau Ibu) ini mengisyaratkan bahwa konsep
alam semesta diselidiki menurut inti dan gunung-tanah merupakan kesatuan yang saling
hakikatnya yang mutlak, yaitu menurut keluasan menghidupi sehingga perlu dijaga dan dilindungi
dan maknanya. Titik tolak kosmologi adalah (mabangat nai tua malindong) seperti dipaham
kesatuan manusia dan alam semesta dengan oleh Orang Bati di Pulau Seram-Maluku
dunia yang dialami manusia (Siswanto, 2005). (Pelupessy, 2012).
Bertolak dari pandangan tentang kosmologi Pandangan mengenai kosmologi pulau
seperti dikemukakan di atas, dapat dikatakan ini juga dapat ditemui dalam berbagai kapata
bahwa kosmologi Orang Maluku mengenai (bahasa tanah) dari Orang Morela di Jazirah
alam semesta berakar pada konsep tentang Leihitu Pulau Ambon seperti dikemukakan
relasi antara manusia dengan Mahakuasa oleh Latukau (1997) tentang zang over de
Pencipta Alam Semesta dan Manusia, berada verschijning van de eerste mensen op het eiland
pada tataran makrokosmos karena berdiamnya Ambon, atau kapata kenyataan manusia pertama
roh para leluhur. Pemahaman Orang Maluku di Pulau Ambon. Dalam sejarah Ulapoko sebagai
terhadap gunung-tanah, tanah kelahiran, tampa tempat kediaman pertama nenek moyang, dan
putus pusa, baileu, dan batu pamali yang berada kini turunannya telah tersebar pada negeri-
dalam wilayah petuanan dari suatu negeri adat negeri atau desa-desa di Pulau Ambon. Oleh
berada pada tataran mikrokosmos. Relasi antara karena itu disanjung pada empat Upu Tanah
makrokosmos dan mikrokosmos merupakan
yaitu Latu (Raja) dengan hulubalangnya Meten,
totalitas hidup yang tidak terpisahkan, dan unsur
Tuhe, dan Hiti. Keyakinan pada kekuatan yang
manusia berperan sebagai mezokosmos. Dalam
terdapat pada pulau melambangkan rahasia yang
ingatan bersama (memori kolektif ) Manusia
tersembunyi dan tidak mudah diketahui oleh
Maluku, sesunguhnya masyarakat asli yang
manusia biasa. Kekuatan pulau tersebut sewaktu-
mendiami gugusan kepulauan di Maluku Tengah
waktu muncul apabila terdapat pemberlakuan
yang mengakui leluhurnya berasal dari Pulau
yang salah terhadap manusia, pulau, gunung,
Seram atau Nusa Ina (Pulau Ibu). Melalui tradisi
tanah, dan hutan. Kosmologi masyarakat adat
lisan yang sering disampaikan dalam bentuk
kapata (kisah dalam bentuk nyayian) yang sering yang mendiami Negeri Morela di Pulau Ambon,
dilakukan melalui ritual adat maku-maku atau memiliki makna yang identik dengan kosmologi
maro-maro mengisahkan tentang kejadian Pulau Alifuru Seram yang memiliki kearifan hidup
Seram dan perjalanan leluhur dari Pulau Seram dalam memaknai dan memahami Pulau Seram
ke berbagai tempat. sebagai Gunung Manusia berdasarkan mitologi
Pulau Seram atau Nusa Ina (Pulau Ibu) penciptaan alam semesta dan manusia awal atau
sebagai pulau di mana semua orang berasal Alifuru (Pelupessy, 2013).
dari sana, dan dimaknai sebagai Manusia Pandangan kosmologi yang dimiliki oleh
Perempuan yang tidur terlentang sesuai mitologi masyarakat Maluku telah menempatkan makna
Seram Gunung Manusia (Pelupessy, 2013). bagi pulau, gunung, tanah, dan hutan yang
Sesungguhnya makna Seram atau Ceram yaitu berada di sekeliling masyarakat Maluku sebagai
tidak ada lagi kekuatan yang bisa menghancurkan mata-rantai kehidupan yang sangat penting
bumi pulau itu, kecuali kekuatan dari Maha dalam menjalani hidup di dunia ini dengan Maha
Kuasa Pencipta Alam Semesta dan Manusia Kuasa Pencipta Alam Semesta dan Manusia yang
(Pelupessy, 2013). mereka yakini dalam sebutan Kapua Upu Ila
Berkaitan dengan Seram sebagai Gunung Kahuresi, Upu Lanite, Upu Kua Hatana, Aupu
Manusia, berarti Seram perlu diperlakukan Lahatala, Upu Lastala, Jou Lahatala (Pelupessy,
layaknya manusia yang hidup, sehingga tidak 2013). Keyakinan Manusia Maluku seperti ini
boleh disakiti, apalagi dirusak. Pemaknaan senantiasa dijumpai dalam berbagai ritual adat,
terhadap tempat asal-usul dari leluhur Orang dan terus berkembang dalam kehidupan dari
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 39
apa adanya) untuk memenuhi nafkah hidup. pengelompkan sosial yang dinamakan Ur Siw
Perubahan ini perlu didukung oleh perubahan dan Lor Lim. Masyarakat yang mendiami
orientasi nilai tentantang hakikat hidup. Kepulauan Aru terdapat pengelompokan sosial
Dalam realitasnya, sebagai masyarakat yang dinamakan Ursiwa dan Urlima. Hakikat
penghuni pulau-pulau kecil di Kepulauan Maluku nilai yang mendasar terdapat pada konsep Siwa-
ternyata mereka memiliki mata pencaharian Lima yang merupakan pandangan dasar dalam
hidup di bidang pertanian tanaman keras seperti masyarakat Maluku, dan mengandung nilai
cengkih, pala yang pernah menjadi komoditi persatuan dan kesatuan yang kuat.
andalan dan mendunia, namun pada saat ini Untuk itu Siwa-Lima merupakan struktur
makin ditinggalkan. Pola usaha pertanian yang sosial dasar bagi masyarakat Maluku karena
dilakukan pada zona pegunungan dan lereng memiliki nilai dasar yang menjadi basis tumbuh
bukit sebenarnya memiliki nilai karena didukung dan berkembangnya perasaan persatuan dan
oleh kearifan lokal dari masyarakat adat dalam kesatuan dalam sistem sosial dari Orang Maluku.
melakukan sasi (larangan adat) baik untuk koditi Melalui struktur Siwa-Lima telah memunculkan
pertanian tertentu di darat, maupun komoditi istilah khas dalam membina relasi sosial antar
yang terdapat di laut. “Orang Basudara”. Nilai-nilai dasar yang terdapat
Namun kondisi ini sering dihadapkan pada dalam konsep Orang Basudara memiliki makna
berbagai kebijakan pemerintah yang kurang genealogis, dan telah berperan dalam interaksi
memperhatikan kondisi lokal menyebabkan sosial diantara sesama Orang Maluku. Nilai dasar
tanah, hutan, dan lainnya sering terbengkalai. yang terdapat dalam konsep Orang Basudara
Persoalan ini apabila tidak ditemukan solusi telah menjadi mata-rantai yang sangat penting
yang tepat, maka dikhawatirkan akibat ekploitasi ketika Orang Maluku berinteraksi dengan
terhadap tanah dan hutan yang terdapat pada orang yang berasal dari luar Maluku, sehingga
pulau-pulau kecil di Kepuluan Maluku makin turut menguatkan relasi sosial sebagai “Orang
mengkhawatirkan. Artinya pulau kecil, makin Bersaudara” dikalangan masyarakat Maluku
menjadi kecil akibat eksploitasi sumber yang dalam menghadapi dan merespons dinamika
dilakukan oleh manusia untuk berbagai perubahan yang berlangsung dalam kehidupan
kepentingan dalam memenuhi kebutuhan hidup. masyarakat Maluku.
Makna socio-cultural yang terdapat dalam
Zona ekologis pulau-pulau kecil bisa menjadi
konsep Orang Basudara sebagai dasar penguatan
rawan apabila tidak dikelola secara baik dan bisa
untuk memahami dinamika sosio-kultural
menimbulkan bahaya bagi kelangsungan hidup
berdasarkan perspektif multikulturalisme untuk
orang pulau sendiri, baik saat ini maupun masa
tidak membeda-bedakan asal-usul seseorang,
depan.
sehingga nilai dan makna yang sangat tinggi
dalam kehidupan bermasyarakat di Maluku.
3.1.4.4 Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Oleh karena itu masyarakat Maluku sangat
Dalam kehidupan sosial masyarakat adat menjunjung tinggi rasa persaudaraan yang ada
di Maluku terdapat istilah “Siwa-Lima” karena di dalam kehidupan sosial mereka sehingga
secara socio-cultural masyarakat yang mendiami memunculkan frasa sarat makna seperti “ale
wilayah budaya Maluku Utara terdapat rasa beta rasa”, “potong di kuku rasa di daging”.
persekutuan hidup atau pengelompokan sosial Maknanya hidup sebagai Orang Basudara itu
dari orang-orang Uri Siwa dan Uri Lima. Uri berarti tidak boleh saling menyakiti satu terhadap
Siwa dipimpin oleh Ternate, dan Uri Lima yang lain, sebab seseorang merasakan sakit maka
dipimpin oleh Tidore. Masyarakat yang yang lainpun akan urut merasakan sakit.
mendiami wilayah budaya di Maluku Tengah Nilai dasar seperti dikemukakan di
terdapat pengelompokan sosial Patasiwa atas melekat secara langsung dengan sistem
dan Patalima. Masyarakat yang mendiami kekerabatan yang terdapat dalam kehidupan
wilayah budaya Maluku Tenggara terdapat masyarakat Maluku terbentuk melalui pola
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 41
Dikemukakan oleh Effendi (1987) bahwa Uku (1987) mengemukakan bahwa soa adalah
atau Huku itu merupakan suatu persekutuan suatu persekutuan teritorial genealogis. Soa
genealogis. Uku atau Huku sebagai persekutuan merupakan suatu wilayah yang menjadi
hidup yang lebih besar karena anggota keluarga bagian dari suatu petuanan atau negeri. Di
di dalam Rumatau yang memilih untuk bawah Soa terdapat beberapa rumatau dengan
memisahkan diri dan membuat rumah sendiri di struktur garis keturunan yang berbeda-beda.
luar Rumatau dengan persetujuan Upunya. Pada Jadi berbeda dengan Rumatau dan Uku yang
mulanya segala urusan masih diatur oleh Upu diikat dengan garis genealogis (keturunan),
dari Rumatau tua. Tetapi secara perlahan dengan faktor yang mengikat persekutuan dalam Soa
bertambahnya anak-anak rumatau baru yang lebih didominasi oleh teritorial. Karena Soa
memencar dan semakin banyak rumah tangga bukanlah suatu kesatuan genealogis, maka dia
baru, serta semakin banyaknya masalah sosial tidak mempunyai seorang pemimpin utama
ekonomi yang muncul, sehingga bebannya sudah (primus inter pares).
tidak bisa lagi ditangani oleh Upu di Rumatau Masyarakat di Pulau Ambon yang memiliki
tua. Oleh sebab itu, Rumatau baru itu sendiri lebih dari sepuluh Soa kemudian diberikan
yang mengurus semua keperluan Rumataunya. statusnya oleh Pemerintah Belanda sebagai
Pada perkembangan selanjutnya rumah-rumah sebuah wijk atau lingkungan, dan Kepala Soanya
tersebut menjadi Rumatau-Rumatau baru. menurut reglement S.1824 No. 19a diangkat
Lazimnya pembentukan Rumatau baru ini Asisten Residen, tetapi kemudian dalam
dilakukan dengan seizin rumatau tua. Proses praktek dan pemerintahan hanya diangkat oleh
pembentukan rumatau baru seperti ini terus Controleur atau kepala pemerintah setempat
berjalan secara berkelanjutan. Meskipun terjadi dan sekarang hanya oleh camat, karena mereka
pemisahan-pemisahan tersebut, Rumatau diangkat dengan sebuah akte, Kepala Soa itu
tua tetap diakui sebagai rumah induk yang disebut juga “Kepala Soa akteng (akte).” Diantara
dapat disejajarkan dengan “paruik” dalam Rumatau-Rumatau yang tergabung di dalam satu
masyarakat Minangkabau. Perbedaannya di Soa ada yang dianggap Rumatau asal atau asli dan
Minangkabau dihitung berdasarkan garis yang pendatang. Kepala Soa biasanya diangkat
keturunan (genealogis) ibu, sedangkan di Maluku dari orang-orang keturunan Rumatau asal atau
berdasarkan garis keturunan bapak. Seiring mata rumah asli.
berjalannya waktu, perkembangan rumatau- Dalam suatu Soa terdapat satu Rumatau
rumatau yang semakin banyak ini kemudian asli, tetapi dijumpai juga bahwa dalam satu Soa
membentuk sebuah kampung yang disebut terdapat beberapa Rumahtau, maupun marga-
“Uku” atau “Huku” dengan seorang pemimpin marga lain sebagai orang asli, dan juga orang
bergelar Tamataela. pendatang yang telah menetap dalam suatu
Pada perkembangan selanjutnya Uku atau negeri. Pemimpin yang terdapat dalam satu Soa
Huku sebagai bentuk persekutuan genealogis berasal dari Rumatau asli yang dinamkan Kepala
lenyap, kemudian diganti dengan persekutuan Soa, yang memiliki fungsi dan peran untuk
teritorial atau teritorial genealogis. Meskipun mengkoordiner seluruh anggota yang terdapat
demikian nama-nama seperti Huku Anakota dalam Soa tersebut. Nama untuk masing-masing
(Seram Barat), Hukurila (Ambon), Ukuhener, Soa yang terdapat pada setiap negeri adat di
dan Hukuhari adalah suatu fakta historis dari Maluku berbeda-beda, dan jumlah Soa pada
proses pembentukan persekutuan-persekutuan setiap negeri juga tidak sama.
masyarakat Maluku.
4. Hena dan Aman
3. Soa Hena dan Aman merupakan persekutuan
Soa adalah suatu persekutuan teritorial hidup yang lebih besar dari Soa. Artinya gabungan
genealogis yang lebih luas, dan Effendi dari beberapa Soa kemudian terbentuknya Hena
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 43
konsep tersebut secara socio-cultural. Petuanan dengan perikatan (gespanschap) atau bangsa
dan negeri adalah identitas, sehingga menjadi (volk).
dua konsep yang selalu menyatu karena dalam Dalam realitasnya, cara pengelompokan
konsep tersebut terdapat jiwa Anak Negeri atau sosial di Ambon-Lease banyak berpengaruh
penduduk asli. Makna tentang identitas seperti dari konsep Uli karena sistem ini membagi
dikemukakan oleh Deng (2008) mengidentifikasi masyarakat ke dalam kelompok Ulisiwa dan
status dan peran seseorang baik secara fisik Ulilima. Artinya, dalam kehidupan Orang
maupun sosial budaya. Walaupun disadari bahwa Ambon-Lease mesti berada dalam satu Uli
istilah negeri bukanlah berasal dari bahasa asli tertentu. Kalau tidak Ulisiwa, tentu Ulilima.
Maluku, tetapi berasal dari Sumatra Barat, yaitu Di Pulau Seram untuk istilah Uli dikenal istilah
Pata. Patasiwa untuk Ulisiwa, Patalima untuk
nagari. Negeri adalah persekutuan territorial
Ulilima. Menurut Effendi (1987) walaupun
yang terdiri atas beberapa soa (keluarga besar atau
antara Uli dan Pata terdapat kesamaan, namun
rumpun marga) telah mengalami proses adaptasi
ada perbedaannya yaitu Uli lebih cenderung
kultural dengan lingkungan masyarakat Maluku
bersifat genealogis, sedangkan Pata lebih
sehingga diterima oleh berbagai kalangan, baik cenderung kepada pengerian teritorial. Uli
pada masa lampau maupun saat ini. sebagai persekutuan yang murni atau secara
menyeluruh genealogis, bukan berarti bahwa
6. Uli dan Pata
seluruh anggota atau rakyat yang tergabung
Penamaan Uli dan Pata dapat dijumpai di dalam Uli itu berasal dari satu moyang atau
pada orang-orang yang mendiami Ambon, satu leluhur, karena Uli dibentuk oleh beberapa
Lease (Saparua, Haruku, Nusalaut), dan Seram. kelompok orang di mana masing-masing
Mengenai pengertian Uli itu sendiri menurut kelompok merupakan kesatuan yang berdiri
Effenfi (1987) adalah suatu persekutuan yang sendiri dan berasal dari leluhur yang berbeda.
terbentuk atau tersusun atas beberapa Hena Uli adalah tempat mereka bergabung di bawah
atau Aman. Uli adalah lembaga masyarakat yang satu pimpinan. Unsur teritorial juga terdapat
khusus terdapat di Ambon-Lease. Walaupun di di dalamnya, karena wilayah pemukiman
daerah sekitarnya terdapat lembaga yang sama mereka bertetangga. Contoh yang kuat tentang
dengan Uli ini, tetapi tidaklah serupa, misalnya di ini adalah Uli Halawan sendiri terdiri dari
Pulau Seram. Menurut Effendi (1987) mengenai kelompok-kelompok di mana anggotanya bukan
arti Uli itu sendiri terdapat perbedaan pendapat saja tidak seketurunan, tetapi juga berasal dari
diantara para penulis. Valintijn mengartikannya daerah yang berbeda-beda.
dengan persekutuan (gespanschap). Holleman Uli adalah suatu persekutuan yang terbentuk
atau tersusun atas beberapa hena atau aman. Uli
mengartikan Uli adalah perikatan atau gabungan
secara khusus terdapat di daerah Ambon dan
suku-suku (stammenbond) yang terdiri dari lima
Lease. Walaupun di daerah sekiarnya terdapat
atau sembilan Aman, Hena, atau Soa. Dalam
lembaga yang sama dengan uli tetapi tidaklah
uraian selanjutnya, Holleman menyebutkan Uli
serupa, misalnya di Seram disebut dengan Pata.
adalah “Volk”. Melihat pada proses terbentuknya Di Ambon dan Lease, Uli terdiri dari Ulilima dan
Uli ini, makaa volk di sini bukan berarti bangsa Ulisiwa, sedangkan di Seram dikenal istilah Pata.
atau nation, tetapi sebagai kelompok rakyat yang Jadi Patasiwa dan Patalima merupakan struktur
terikat satu sama lainnya karena mempunyai sosial dasar yang terdapat dalam kehidupan
bahasa, adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan dan masyarakat Maluku. Walaupun antara Uli dan
wilayah pemukiman yang sama. Jansen sebagai Pata ada kesamaan, tetapi ada juga perbedaan
Residen terakhir dari Pemerintahan Penjajahan yaitu Uli lebih bersifat geneologis, sedangkan Pata
Belanda di Maluku sampai datangnya kekuasaan lebih cenderung bersifat teritorial. Uli cenderung
Jepang, tidak memberikan pengertian mengenai disebut bersifat geneologis bukan berarti seluruh
Uli, dan beliau kurang setuju kalau Uli diartikan anggota atau yang bergabung di dalam satu uli
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 45
tidak dapat dipisahkan karena itu ketahanan yang bermanfaat untuk mendirikan rumah atau
untuk menciptakan keseimbangan dalam tempat tinggal. Pengetahuan tentang alam flora
berbagai sistem adalah kunci untuk mewujudkan lainnya adalah pengetahuan tentang jenis pohon
kesuksesan. dan tumbuhan yang digunakan untuk membuat
rumah. Berbagai jenis kayu yang terdapat di
3.1.6 Studi Kasus Etnografi Maluku kepulauan Kei, antara lain kayu besi (intsia
bijugu), kayu lengua (pterocarpus indica), kayu
3.1.6.1 Suku Bangsa Kei Di Maluku Tenggara kenari (cunarium sylo estre), kayu lawing (pmotia
penota), kayu samama (anthocop halus maerop
1. Nama dan Bahasa kyla). Selain itu, berbagai jenis anggrek, antara
lain anggrek putih (lele), angkrek ungu (muku),
Suku bangsa Kei merupakan suku bangsa anggrek macan tutul, anggrek macan kumbang,
yang mendiami Kepulau Kei. Bahasa yang serta anggrek tongke, serta hasil hutan damar.
dipergunakan penduduk untuk berkomunikasi
sehari-hari dan dalam berbagai upacara adat b. Fauna
adalah bahasa Kei, misalnya pada upacara Pengetahuan Suku Kei tentang fauna
pelantikan Raja, perkawinan, khitanan dan sangat membantu mereka dalam melakukan
sebagainya. Bahasa Kei secara dialek terbagi berbagai aktifitas sehari-hari, seperti berkebun
dalam dua kelompok besar, yaitu dialek Kei dan berburu. Suku Kei mengenal fauna daran
kecil dan dialek Kei besar. Dialek Kei Kecil dan dan fauna laut. Adapun fauna darat antara alain
dialek Kei Besar masing-masing terbagi pula babi hutan (vav), rusa (rus), sapi (sap), kus-kus
dalam dialek Kei Kecil bagian timur dan utara, (medur), kelinci (lete), kangguru (saban), nuri
dan dialek Kei Besar bagian selatan. (kasturi), kakaktua (kenaar), maleo (kilvaur),
burung dara (taruut atau pompo). Fauna laut antar
2. Lokasi
lain tuna atau cakalang (katsowonuspelamis),
Daerah tempat kediaman suku bangsa Kei nomar (decap torus macrosoma), kawalinnya
adalah kepulauan Kei. Kepulaun Kei merupakan (carang crumenoptalmus), tatihu (thunus
bagian dari daerah Kabupaten Maluku Tenggara. albacore), tangiri (cubiumSp), tuing-tuing
Secara astronomis Kepulauan Kei terletak (cypselurus Sp), bobara (sconber Sp), sikuda
antara 1320 BT-133060 BT dan antara 50LS- (ketkrinus Sp), lalosi (calsoi chrisolamia), gogopa
6015 LS. Dilihat dari geologi, kepulauan Kei (epinephelus fuscugagatus), salmanete (parap
ditutupi oleh tudung karang yang masih muda enues berbusinus) dan penyu (chelonian mydus
dan hamper datar, hanya sedikit yang terserang dan chelonia imbrikita).
pelaturan. Kepulauan Kei merupak suatu benjol
keluar lengkung tidak vulkanis dari organisa 4. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Banda. Lengkung kepulauan ini merupakan Suku bangsa Kei mempunyai sistem mata
suatu geantiklinal mulai dari timur lewat Pulau pencaharian utama adalah bertani dengan pola
Tanimbar ke Pulau Seram dan Buru. perladangandan menangkap ikan. Pada musim
barat, curah hujan yang cukup tinggi merupaka
3. Pengetahuan Tentang Flora dan Fauna
saat yang sangat baik bagi penduduk untuk
berladang, sedangkan pada musim timur kegitan
a. Flora
di lading sementara dihentikan dan mereka
Pengetahuan Suku Kei tentang alam beralih pada kegiatan laut sebagai nelayan.
tumbuhan terbagi dalam beberapa bagian
berdasarkan pola pemanfaatannya, yakni
peng etahuan tentang tumbuhan obat,
pengetahuan tentang bahan pangan dan
pengetahuan tentang jenis kayu dan tumbuhan
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 47
2. Lokasi ikan pelagis (seperti ikan puri, ikan make, ikan
Secara astronomis suku bangsa Ternate momar, ikan lema, ikan layar, ikan kawalinnya,
terletak pada 1270 17’ BT-1270 23’ BT dan 00 iakan cakalang, ikan terbang dan julung-julung)
44’-00 51’ LU. Sesuai dengan sudut pandang dan jenis ikan domersal (seperti ikan sahuda,
geologi yang terletak sebelah barat Pulau ikan pisang-pisang, ikan kakap, ikan samandar,
Halmahera merupakan salah satu dari deretan ikan garopa, dan ikan salmaneti).
pulau vulkanis yang masih aktif dan merupakan 5. Organisasi Sosial dan Sistem
gunung api strato. Kekerabatan
3. Flora dan Fauna Sebelum masuknya Agama Islam di Ternate,
Pengetahuan orang suku Ternate tentang penduduk telah mengenal sistem pemerintahan
alam tumbuhan terbagi dalam beberapa yang teratur. Penduduk terdiri dari 4 kelompok
bagian berdasarkan pola pemanfaatannya, (sub suku bangsa), yaitu Tubo, tobono, Tobenga,
yakni pengetahuan tentang tumbuhan obat, dan Tobella. Orang Tubo (puncak gunung )
pengetahuan tentang bahan pangan dan menempati wilayahpuncak Gunung Gamalama,
pengetahuan tentang jenis kayu dan tumbuhan Tobano (dataran tinggi) menempati daearh
yang bermanfaat untuk mendirikan rumah atau dataran tinggi Faramadiyani, Tobonga (hutan)
tempat tinggal. Pengetahuan tentang alam flora menempati daerah huatan, dan Tabelo (dataran
lainnya adalah pengetahuan tentang jenis pohon rendah) menempati wilayah sekitar tepi pantai.
dan tumbuhan yang digunakan untuk membuat Bersamaan dengan perkembangan penyebaran
rumah. Berbagai jenis kayu yang terdapat di islam di Maluku Utara maka berkembang pula
kepulauan Ternate, antara lain kayu besi, gopasa, sistem Pemerintahan Kolano, seperti di Tidore,
gosale, linggua, titi, motoa, meranti, dan kayu Ternate, Bacan, dan Jailolo) membentuk sistem
besi irian serta hasil hutan seperti damar dan pemerintahan yang baru yang disebut Moluku
rotan. Selain flora masyarakat pulau Ternate Kie Raha. Dalam system pemerintahan ini,
jgua mengeal berbagai jenis satwa, yaitu berjenis- kepemimpinannya lebih disempurnakan. Selain
jenis burung kakaktua putih, merah, dan hijau, kulano, bubato, dan falaraha diangkat juga
burung nuri, parkici dan gagak, babi, rusa, dan suatu badan yang mengurus adat istiadat yang
lainnya. disebut bubato nyangimoi setufkange. Anggota
dari badan ini terdiri dari 18 orang, yaitu 9 orang
4. Sistem Mata Pencaharian Hidup dari golongan bangsawan di pusat pemerintahan
Pada umumnya suku bangsa Ternate diberi gelar soa-sio. Sedangkan 9 orang lainnya
mempunyai mata pencaharian sebagai petani berasal dari golongan bangsawan di daerah-
dan nelayan. Cara-cara bercocok tanam masih daearh kekuasaan kulana yang diberi gelar
sederhana dan berpindah pindah. Apabila sangaji dan diangakat pula seorang sekertaris
tanah ladang tidak subur lagi masyarakat yang disebut tullamo.
meninggalkannya dan membuka daerah Di Desa Sango terdapat lembaga-lembaga
pertanian baru. Jenis tanaman yang ditanam social yang masih tradisional, seperti momoro,
adalah sayur-sayuran, padi, kacang-kacangan, jojobo, dan rio atau rorio. Lembag lembag social
ubi kayu, dan ubi jalar, disamping itu ditanam ini merupakan lembaga adat ayang masih
juga tanaman keras, seperti cengkeh, kelapa, dipertahankan. Sedangkan lembaga lembaga
dan pala. Hasil pertanian hanya bisa digunakan sosial resmi, seperti BUD, KUD, LSD belum
untuk kebutuhan sehari hari. Selain sebagai berkembang di desa sango, kecuali Lembaga
petani, penduduk Desa Sango mempunyai mata Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) baru
pencaharian sebagai nelayan. Perairan ternate berkembang. Adapun yang disebut momoro adal
sangat potensial untuk perikanan laut. Jenis-jenis sistem gotong royong, terutama dalam membuka
ikan yang terdapat di perairan Ternate adalah kebun baru. Dalam sistem momoro ini tidak
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 49
menagkap ikan sedangkan masyarakat yang dari pulau Seram, yaitu daerah Nunusaku.
mendiami daerah pedalaman kegiatannya Seram adalah daerah Nunusaku, karena asalnya
terpusat pada pertanian dan berburu. Saat dari daerah Nunusaku maka mereka dinamakan
ini telah dikembangkan mata pencaharian manusia Nunusaku. Nunusaku adalah suatu
tambahan, yaitu memelihara ikan tambak. Jenis tempat diatas puncak sebuah gunung di Pulau
jenis ikan yang dipelihara adalah mujair dan ikan Seram. Di tempat tersebut terdapat sebuah danau
mas. Sebelum Kristen masuk ke Negeri Lumoli yang dianggap sumber dari tiga sungai terkenal
segala bentuk kegiatan yang berkaitan engan mata di Pulau Seram, yaitu Sungai Tala, Eti, dan
pencaharian erat hubungannya dengan upacara- Sapalewa. Disekitar wilayah danau itu tumbuh
upacara adat yang disebut upacara kabasa. pohon beringin yang bernama nunue. Pohon itu
Kabasa adalah seorang tokoh yang dianggap oleh mempunyai tiga akar tunggang yang menjorok ke
penduduk dapat memberi hasil atau kegagalan dalam tiga aliran sungai di Pulau Seram (Tala,
dalam uasah pertanian penduduk. Oleh karena Eti, dan Sapalewa). Dari Nunusaku penduduk
itu masyarakat melakukan upacara kabasa, yaitu menyebar ke seluruh Pulau Seram, kemudian
upacara memuja kabasa agar pertanian mereka ke seluruh daerah Kabupaten Maluku Tengah.
berhasil. System pengolahan tanah pertanian Oleh sebab itu, Pulau Seram disebut juga Nusa
di Desa Lumoli masih secar tradisional, yaitu Ina yang artinya Pulau Ibu sebagi tempat asal
dimulai dengan mencangkul tanahkemudian manusia Maluku.
membuat kuming (tanah yang telah dicangkul
diberi bentuk gunung), dan di dalamnya ditanam 6. Organisasi Sosial dan Sistem kekerabatan
benih-benih petatas (umbi rambat), kembili, Sistem pemerintahan tertinggi di Negeri
dan kasbi (ubi kayu). Menanam padi dilakukan Lumoli terletak dalam badan saniri negeri dan
dengan sistem tulibuai, yaitu melubangi tanah raja yang sebagai pimpinan tertinggi. Dalam hal
yang akan ditanami. Kaum pria yang melubangi ini, Negeri Lumoli bersifat otonom, yang secar
tanah sedangkan kaum wanita yang memasukkan structural tidak mempunyai hubungan dengan
bibit ke dalam tanah. Hal ini masyarakat biasa negeri-negeri atau desa-desa lainnya. Warga
menyebutnya masohi. dari negeri atau desa berhak untuk mengurus
Selain tanaman ubi dan padi, penduduk kepentingan negerinya sendiri. Namun dalam
juga menanam pisang, kacang-kacangan, sayur- hal yang berkaitan dengan adat, Negeri Lumoli
sayuran, serta tanamn keras seperti cengkeh, mempunyai persamaan dan hubungan dengan
pala dan kelapa. Disamping bertani, mata negeri-negeri lain, seperti Negeri Eti dan
pencaharian penduduk Negeri Lumoli adalah Morekau. Sistem pemerintahan desa di Maluku
berburu. Cara-cara berburupun dilakuakn secara mengalami perkembangan sesuai denagn
tradisional, yaitu mengunakan anjing pemburu zamannya. Dahulu, istilah desa disebut negeri.
dan alat-alat berburu yang sederhana. Alat-alat Negeri Lumoli terdiri dari beberapa rumahtau,
perburuan itu antara lain: bole (perangkap), bulu yaitu gabungan dari beberapa keluarga batih
tui (bamboo runcing), oy (tombak), dan busule yang mempunyai hubungan geneologis. Tiap-
(panah). Ada dua jenis busule, yaitu busule tiap rumahtau dipimpin oleh seorang pimpinan
maralane untuk berburu rusa dan busule lopola yang disebut orang tua. Selanjutnya, beberapa
untuk berburu babi. Jenis-jenis binatang yang rumahtau bergabung menjadi satu yang disebut
diburu selain rusa dan babi, juga burung kasuari, soa yang dipimpin oleh seorang pimpinan yaitu
burung taong-taong dan kusu atau kus-kus. Kepala Soa. Beberapa soa membentuk suatu
kesatuan dalam satu wilayah tertentu yang
5. Sejarah disebut aman dan hena, ataupun negeri.
Menurut cerita rakyat di Pulau Seram Dalam melaksanakan tugas dan tanggung
bahwa penduduk Kepulaun Maluku, khususnya jawabnya, seorang Raja merupakan pucuk
penduduk kabupaten Maluku Tengah berasal pimpinan tertinggi dalam negeri. Raja dibantu
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 51
(sosiologi dan antropologi) sehingga pelaksanaan perencanaan ttg kehidupan yang lebih
program pembangunan yang direncanakan baik di level komunal (misal perencanaan
dapat dirasakan manfaatnya sesuai kebutuhan pembukaan wilayah, perencanaan kegiatan
dan kepentingan masyarakat. Berkaitan dengan ekonomi dll).
aspek perencanaan dalam melaksanakan program 4. Kedua, pertemuan informal antara pembawa
pembangunan sebaiknya dipersiapkan mulai dari program (antropolog dan sosiolog ),
bawah sehingga aspirasi dari masyarakat lokal dengan masyarakat kelas bawah (yang
dapat terserap secara baik. tak diundang dalam pertemuan elite).
Program pembang unan yang pada Pertemuan di lakukan tanpa undangan tetapi
lingkungan masyarakat Maluku perlu dilakukan menggunakan ruang-ruang
secara bertahap. Tahapan-tahapan dari
pembangunan dimaksud meliputi; 3.1.7.2 Pemastian Tenure
S e b e l um m e l a k s a na k a n p r o g r a m
1. Sosialisasi
pembang unan diperlukan studi untuk
Langkah-langkah yang diperlukan dalam mengetahui keberadaan lahan. Selain itu juga
melakukan sosialisasi yang bernuansa adat antara perlu dilakukan pendekatan dengan negeri
lain: adat yang memiliki hak penguasaan maupun
1. Sosilaisasi program REDD+ dapat dilakukan kepemilikan terhadap tanah dan kawasan hutan
pada balai negeri atau desa, atau baileu yang berada dalam wilayah kekuasaan (petuanan)
(rumah adat). dan telah direncanakan untuk menjadi target
2. Peserta yang perlu dihadirkan dalam dan sasaran program. Unsur kelembagaan yang
melakukan sosialisasi REDD+ yaitu Raja, berada pada negeri adat antara lain Pemerintah
Kepala-Kepala Soa, Tuan Tanah, Kepala Negeri, Soa, Tuan Tanah, kewang, dan marga
Kewang, Tokoh Pemuda (Kepala Pemuda), pemilik lahan baik itu berupa tanah atau dusun
Tokoh Perempuan, dan Tokoh Agama untuk dati, dusun pusaka, tanah ewang, aong, dan
memberikan informasi yang benar sehingga sebagainya.
terdapat pemahaman yang baik terhadap Strategi ini perlu dilakukan karena
program, kemudian peran mereka dapat menghindari benturan kepentingan dan
dijadikan sebagai agen. hambatan serta kegagalan program pemba-
3. Metode atau cara yang perlu digunakan dalam ngunan. Masyarakat perlu dilibatkan untuk
melakukan sosialisasi yaitu ceramah dan membicara kemanfaatan dari program dimaksud,
diskusi mengenai rencana program, dengan sehingga pendekatan yang berkaitan dengan
melibatkan perencana yang didampingi oleh menanam rasa memiliki adalah penting, dengan
akademisi (sosiolog dan antropolog). konsep dari semua untuk semua.
Da lam konteks Ma luku, sebelum
2. Perencanaan: melaksanakan program REDD+ diperlukan
1. Tahapan perencanaan awal sebelum studi untuk mengetahui secara benar mengenai
dilakukan implementasi REDD+ di Maluku eksistensi lahan, sehingga yang perlu dilakukan
adalah pendekatan informal maupun formal yaitu:
pada elite yang berada di tingkat negeri atau 1. Pendekatan dengan negeri adat yang
desa (Raja, Kepala Soa, Tuan Tanah, dan memiliki hak peng uasaan maupun
Kewang). kepemilikan tanah dan hutan yang berada
2. Memastikan bahwa program REDD+ dalam wilayah kekuasaan (petuanan) dan
memimiliki perbedaan dengan program telah direncanakan untuk menjadi target dan
pembangunan yang lainnya. sasaran program REDD+.
3. Kepastian kah untuk masing wilayah 2. Melibatkan unsur kelembagaan adat
(maluku, papua dan ntt) mekanisme yang berada pada negeri adat antara lain
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 53
3.1.7.5 Sistem Benefit Sharing Afrika Selatan, (Drooglever 2010:20). Ciri-ciri
Menanam kan p ema haman kepada tersebut kian hari menjadi identitas orang Papua
masyarakat adat (lokal) mengenai manfaat dari tradisional.
program adalah penting. Untuk itu mekanisme Versi UU.No.21 tahun 2001 Tentang
yang perlu dilakukan yaitu, mengemukakan Otonomi Khusus Bagi Rakyat Papua yang telah
diubah dengan UU.No.35 tahun 2008 pasal 1
cara-cara lokal yang biasanya dilakukan
huruf t menyebut sangat jelas definisi orang asli
oleh masyarakat dengan catatan tidak boleh
Papua, yaitu, orang yang berasal dari rumpun
mengabaikan kepentingan orang lain atau
ras Melanesia yang terdiri dari suku-suku asli di
mengorbankan kepentingan orang lain untuk
Provinsi Papua dan/atau orang yang diterima dan
tujuan program.
diakui sebagai orang asli Papua oleh masyarakat
Ma n f a a t d a r i p r o g r a m k i r a ny a
adat Papua. Versi Majelis Rakyat Papua (MRP)
dapat dinikmat secara bersama, sehingga
orang asli Papua adalah orang yang lahir dari
pendelegasikan tanggungjawab kepada warga
bapak/ayah dan mama/ibu asli Papua rumpun
sesuai fungsi dan peran masing-masing adalah
ras Melanesia, yang mengikuti garis keturunan
penting, dan menghindari janji-janji palsu
bapak/ayah (system patrilineal) yang memiliki
yang bisa mendatangankan kecurigaan dari
basis culture dalam adat masyarakat asli Papua2.
warga masyarakat sebagai sasaran program
Kekayaan alam Papua menjadi jaminan
pembangunan melalui usaha membangun relasi
hidup masa lalu, masa kini,namun menjadi
saling percaya, dan membentuk jaringan kerja
pertanyaan bagaimana dengan masa depan ?
dengan warga secara baik.
apakah kekayaan alam masih menjadi jaminan
hidup bagi kelompok etnik di tanah Papua, diatas
3.2 Keragaman Manusia Papua
tanah leluhurnya ? pertanyaan ini perlu diajukan
oleh penulis, mengingat semakin berdatangan
3.2.1 Pendahuluan beragam agenda pembangunan dari negara.
Menyebut nama Papua, seakan kita diajak Pembangunan yang baik tetap memperhatikan
menoleh ke Propinsi yang letaknya paling dan memberikan jaminan hidup bagi hari
timur di negeri ini. Tanah Papua memang depan. Menjadi catatan buruk apabila, agenda
dikenal memiliki sejumlah kekayaan alam yang pembangunan justru menjamin masa kini saja.
melimpah. Emas, nikel, tembaga, gas, demikian
contoh kekayaan alam Papua. Kekayaan alam 3.2.2 Gambaran Umum Wilayah
yang melimpah menjadi daya tarik beragam
kelompok etnik di planet bumi untuk datang 3.2.2.1 Geografis
ke tanah Papua. Papua Barat, demikian nama resmi yang
Dibalik kekayaan alam yang melimpah, ada digunakan oleh Pemerintah Republik Indonesia
pemiliknya. Pemilik yang sah atas tanah Papua untuk menyebut salah satu Propinsi di tanah
adalah kelompok etnik yang terdiri dari kurang Papua. Posisi Propinsi Papua Barat berada paling
lebih 250 yang menyebut diri mereka sebagai timur Indonesia. Secara geografis Provinsi Papua
orang asli Papua. Orang Papua adalah, kelompok Barat terletak pada 124°-132° BT dan 0°- 4°
penduduk primitive, yang terdiri dari orang- LS, tepat berada di bawah garis khatulistiwa
orang berkulit hitam dan berambut keriting dengan ketinggian 0-100 meter dari permukaan
lebat, (Drooglever 2010:19). Gagasan atas ciri laut. Batas wilayah Provinsi Papua Barat adalah
tersebut, dibayangkan oleh seorang penemu sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan
Spanyol bernama Inigo Ortiz de Retes yang Samudera Pasifik, sebelah Selatan berbatasan
mengunjugi tanah Papua tahun 1545. Ia terkesan dengan Laut Banda (Provinsi Maluku), sebelah
karena tanah dan penduduknya mengingatkan
dia akan apa yang sudah dilihatnya di Guinea 2
Baca SK MRP No.14 tahun 2009
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 55
Tabel 4. Pola Persebaran Orang Papua 3.2.4 Keragaman Manusia, Suku Bangsa
Berdasarkan Wilayah Budaya Dan Penyebarannya
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 57
dengan mewajibkan kepada pihak luar untuk dimulai dari kali Yenadu di Kabupaten Teluk
meminta izin kepada nenek moyang dan kepada Bintuni hingga kali Wagos di Kabupaten Fak-
marga Agofa. Permintaaan izin kepada nenek Fak.
moyang, haruslah dilakukan secara tradisional Kelompok etnik Amungme di Kabupaten
yang disebut dengan upacara atau ritual khusus Timika Propinsi Papua mengenal konsep tanah,
untuk alam yang dalam bahasa Sumuri disebut yaitu:“tanah adalah mama atau ibu, jika manusia
Tamu Manere. Ritual Tamu Manere dipimpin merusak alam, dengan sendiri nya ia merusak
oleh tetua adat atau orang dituakan dalam dirinya sendiri, dalam bahasa lokal disebut, te
marga Agofa sebagai pemilik ulayat tanah. aro neweak lak-o, yang berarti alam adalah aku”.
Upacara ini dilakukan untuk menandai alam dan Meskipun, terdapat kurang lebih 250 konsep
upaya meminta ijin kepada para leluhur untuk tentang tanah yang bervariasi, akan tetapi ada 2
digunakan. Ritual ini biasa di lakukan di bawah unsur utama di antara sejumlah konsep tentang
pohon beringin, mata air, atau lahan yang akan tanah bagi orang Papua, yaitu pertama, tanah
dibuka dengan melakukan persembahan berupa adalah ibu atau mama. Kedua, tidak ada tanah
sirih, pinang, kapur, air panas, rokok, yang di
yang tak bertuan. Artinya, setiap tanah entah
letakkan diatas para-para4. Juga disertai dengan
masih hutan belantara dipercaya ada pemiliknya,
penyembelihan hewan, seperti: sapi, kambing,
baik makhluk yang kelihatan maupun tak
atau ayam tergantung dari besar-kecilnya upacara
kelihatan.
yang akan di lakukan. Berikut tahapan yang
Sementara Tanggapan orang Papua terhadap
harus dilakukan jika ada agenda pembangunan
sesama manusia. Ada yang berpandangan bahwa
yang akan memasuki wilayah tanah ulayat.
Sementara bagi warga Kampung Onar Baru hubungan vertikal antara manusia dengan
yang bukan pemilik ulayat,boleh membuka sesamanya adalah amat penting. Berpedoman
lahan bertani atau berkebun di hutan sekitar pada tokoh-tokoh pemimpin dan orang-
tanpa membayar karena hanya memiliki hak orang senior. Terdapat pula pandangan bahwa
pakai bukan pemilik tanah. hubungan horizontal antara manusia dengan
Sementara Dalam konsep tradisional sesamanya sebagai yang terbaik. Kebudayaan
tentang pembagian tanah (ulayat), Kelompok seperti itu akan amat merasa tergantung kepada
etnik Sumuri mengenal 2 konsep, yaitu: tanah sesamanya dan berusaha untuk memelihara
milik kelompok etnik, dan tanah milik marga. hubungan baik dengan tetangganya dan sesama
Tanah milik Kelompok etnik Sumuri adalah kaum kerabat dianggap sangat penting dalam
kampung-kampung yang secara administratif hidupnya. Sebaliknya adapula kebudayaan yang
terletak dalam wilayah distrik Sumuri,yang berorientasi bahwa menggantungkan diri pada
meliputi kampung Tanah Merah Lama,Tanah orang lain bukan hal yang baik.
Merah Baru, Saengga, Tofoi atau Kelapa Dua,
Onar Lama, Onar Baru, dan Tomage. Sementara 3.2.4.2 Sistem Pengetahuan
itu, pembangian tanah (Hak ulayat) berdasarkan Sistem pengetahuan disetiap kelompok
marga, sangat jelas. Marga Sowai memiliki hak etnik di tanah Papua sungguhlah beragam. Salah
ulayat marga di kampung Tanah Merah Lama. satunya adalah sistem pengetahuan tentang alam
Marga Wayuri memiliki hak ulayat di kampung
flora.
tanah Merah Baru. Marga Agofa memiliki hak
Orang Arfak memiliki pengetahuan
ulayat di kampung Onar Lama dan Onar Baru.
tradisional tentang berbagai jenis tumbuhan
Terkait batas hak ulayat antar marga, biasa
yang dapat dimanfaatkan untuk membuat rumah
digunakan batas alam yaitu kali. Marga Agofa
seperti kayu besi, dan kayu matoa. Pengetahuan
misalnya, memiliki batas hak ulayat marga
tentang tumbuhan yang ditanam dan bisa di
4
Semacam pondok yang dibuat dikebun, maupun dihalaman sekitar konsumsi seperti ubi, pisang, jeruk, jambu,
rumah warga, sebagai tempat duduk bercerita antar warga. pepaya, kelapa, dan beberapa jenis sayuran.
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 59
Kelompok etnik Arfa k meng ena l istilah lokal (bahasa Sumuri) untuk menyebut
pemimpin kampung. Artinya dalam setiap dia pemilik tempat adalah “Kiwawiri tibi kenete
kampung terdapat pemimpin kampung yang fa yona”. Sementara dalam istilah lokal pula
disebut Kenamnyak yaitu orang pertama moyang pemilik tempat disebut Artra.
yang menempati suatu daerah sebagai tempat Warisan budaya berwujud kepercayaan
tinggal dan membuat kebun. Kenmnyak yang tradisional tersebut, menjadi kompas bagi marga
menetukan wilayah antara marga, memberikn Agofa dalam menjaga dan mengelola alam
nama-nama tempat, jenis binatang dan pohon semesta. Oleh sebab itu, bagi siapa saja entah
yang sebelumnya belum dikenal. Bila ada pihak pihak pemerintah, koorporasi dan bahkan
lain yang hendak tinggal diwilayah kenamnyak kelompok etnik lain, yang hendak memasuki
maka orang tersebut harus meminta izin kepada wilayah Kampung Onar Baru harus meminta
kenamnyak. Orang yang ikut tinggal tidak izin kepada dua pihak yaitu, artra (pemilik
boleh menjual tanah karena statusnya hanya tempat) dan marga Agofa (ahli waris artra).
menumpang pada kenamnyak. Jika kenamnyak Ritual adat diatas memiliki nilai fungsi,
meninggaal, maka digantikan oleh Andigpoy bahwa supaya perusahaan akan beroperasi
(tuan tanah). Andigpoy merupakan pemilik dengan baik, perusahaan akan berjalan terus,
tanah yang kemudian diangkat sebagai kepal dan kecelakaan sebagai akibat dari kemarahan
suku untuk memipin suatu kampung. Namun, artra tidak terjadi. Fungsi lain, sebagai etika
Pemerintah Daerah saat ini mengangkat kepala sopan santun tradisional bagi pihak mana saja
suku besar Arfak menjadi kepala suku dari yang hendak menduduki hak ulayat milik Suku
seluruh kepala kampung. Saat ini, di Manokwari Sumuri.
terdapat 3 kepala suku besar Arfak. Melalui 3 Sementara, tata cara izin kepada pemilik
kepala suku besar Arfak, surat pelepasan tanah hak ulayat (marga Agofa), harus dipatuhi agar
adat bisa diberikan kepada pihak lain yang tidak terjadi perlawanan pemilik hak ulayat
hendak membeli tanah adat. kepada pihak mana saja. Masyarakat pemilik
Kelompok etnik Anim-Ha di Kabupaten hak ulayat dikumpul, koorporasi menyampaikan
Merauke Provinsi Papua, mengenal seorang tujuan kedatangan, apa saja manfaat yang
pemimpin yang disebut kepala marga atau di rasakan pemilik hak ulayat. Semua hasil
dalam istilah lokal disebut pakas-anim memiliki pembicaraan harus di dokumentasikan dalam
tanggung jawab untuk mengola hak atas tanah wujud Perjanjian Kontrak. Yang penting lagi,
di antara sesama anggota marga dan hubungan kontrak tersebut harus di implementasikan
pemilikan/ penguasaan marga dengan pihak sesuai bunyi perjanjian dan harus menghindari
luar. kata penipuan.
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 61
Selain pembedaan hutan berdasarkan ciri- e. Organisasi Sosial Kemasyarakatan
ciri pohon, penduduk juga membedakan daerah
berdasarkan ketinggiannya. Daerah yang paling 1) Kekerabatan
tinggi disebut ampiyabey atau daerah dingin, Orang Arfak mengenal pola adat menetap
daerah bubima atau daerah sedang, daerah virilokal sebagai pola adat menetap setelah
resim atau daerah panas, dan daerah mutiyak menikah, seorang pria yang telah menikah
atau pesisir. akan membawa istrinya menetap dilingkungan
Daerah yang dianggap cocok untuk kaum kerabatnya. Perkawinan diantara Orang
berkebun adalah daerah bubima (daerah sedang) Arfak pada umumnya masih banyak diatur
dan dareah resim ( daerah panas) oleh orangtuanya sejak anak masih kecil melaui
proses perjodohan. Proses ini dilakukan tanpa
b. Pengetahuan tentang alam flora sepengetahuan anak-anak mereka. Perempuan
Pengetahuan Orang Arfak tentang Arfak pada umumnya dikawinkan pada usia
alam tumbuhan terbagi dalam beberapa yang relatif muda. Perkawinan pada usia dini
bagiaan berdasarkan pola pemanfaatannya, ini berkaitan erat dengan pentingnya nilai
yakni pengetahuan tentang tumbuhan obat, keperawanan seorang perempuan dalam sistem
pengetahuan tentang bahan pangan dan perkawinan Arfak.
pengetahuan tentang jenis kayu dan tumbuhan
2) Sistem Religi
yang bermanfaat untuk mendirikan rumah atau
tempat tinggal. Sebelum masuk Misi Zending Prostestan.
Pengetahuan tentang alam flora lainnya Sebelum masuknya misi zending prostestan
adalah pengetahuan tentang jenis pohon dan kepegunungan Arfak pada tahun 1962,
tumbuhan yang digunakan untuk membuat masyarakat Arfak menganut animisme. Hal
rumah. ini enyebabkan mereka percaya bahwa benda-
benda daat membantu mereka memberikan jalan
c. Pengetahuan tentang alam fauna keluar terhadap apa saja yang mereka inginkan.
Orang Arfak juga percaya bahwa ruh-ruh orang
Pengetahuan orang Arfak tentang fauna
yang sudah meninggal, yang menurut mereka
sangat membantu mereka dalam melakukan
masih melayang-layang atau tinggal di dua
berbagai aktifitas sehari-hari, seperti berkebun
buah gunung keramat. Selain itu juga mereka
dan berburu. Pengetahuan ini terutama sangat
juga percaya bahwa sekitar alam tempat tinggal
membantu mereka dalam membaca fenomena-
mereka dihuni berbagai macam ruh-ruh jahat
fenomena yang akan terjadi dialam sekitar
dan ruh-ruh baik. Untuk menjaga hubungan
tempat tinggal. Pengetahuan ini juga membantu baik antara manusia dengan ruh-ruh tersebut
mereka dalam memprediksi berbagai hal yang diadakan sesajian dalam ritual-ritual tersebut.
akan terjadi, seperti becana alam, kedatangan Selain bentuk kepercayaan animisme,
tamu, kedatangan musuh, pergantian musim, dalam sistem religi orang Arfak juga mengenal
dan menentukan waktu. dua bentuk ilmu gaib yaitu ilmu gaib putih dan
hitam. Ilmu gaib putih oleh Orang Arfak akui
d. Sistem mata pencaharian hidup
yaitu ilmu gaib penolak yang banyak digunakan
Orang Arfak mempunyai sistem mata dalam ilmu gaib dukun untuk menyembuhkan
pencaharian utama adalah bertani dengan pola orang sakit dan dalam upacara-upacara penolak
perladangan berpindah-pindah. Berburu hanya bahaya. Selain itu ilmu gaib putih lainnya yakni
merupakan mata pencaharian sampingan yang bereytow adalah ilmu gaib produktif yang banyak
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan digunakan dalam upacara-upacara kesuburan
protein hewani. dan upacara pertanian.
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 63
tinggal mereka disebut tsyem. Pola adat menetap keenian Asmat yang sangat menarik dan terkenal
setelah menikah uxorial local, sesudah menikah, adalah Patung Mbis dan perisai-perisai.
pasangan pengantin berteempat tinggal disekitar
tempat tinggal disekitar tempat-tempat 3.2.6.3 Suku Bangsa Ekagi
kediaman kerabat istri.
1. Lokasi
a. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Orang Ekagi yang diperkirakan berjumlah
Mata pencaharian utama orang Asmat sekitar 100.000 orang menghuni bagian barat
adalah peramu. Kegiatan meramu berbagai pegunungan pusat. Ciri khas kediaman mereka
jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dikonsumsi adalah tiga danau besar. Sehbungan dengan
seperti sagu, paku-pakuan, jamur dan berbagai danau itu maka penduduk dibagi-bagi sebagai
jenis sayur-sayuran. Disamping itu mereka pun penduduk Danau Paniai, Penduduk Danau Tage,
melakukan pekerjaan sampingan lainnya seperti dan Penduduk Danau Tigi, yang meliputi juga
berburu binatang dan mencari ikan disungai, dan penduduk dataran Kamu dan daerah Mapia.
dipinggiran pantai. Orang Asmat Hulu yang
tinggal didaerah yang tidak terdapat pohon agu, 2. Kehidupan sehari-hari
bermata pencaharian sebagai petani dengan pola Kebutuhan orang ekagi akan makanan
pertanian berpindah-pindah. dipenuhi secara kuantitatif dengan penghasilan
kebun, tetapi secara kualitatif dengan daging
b. Struktur Tanah Paroh
yang diperoleh melalui perburuan binatang-
Masyarakat Asmat mengenal strukur paroh binatang liar yang kecil dan berternak babi.
masyarakat (aipem) agar dapat saling mengawasi Tanah perkebunan diperoleh wanita biasanya
dan bersaing untuk meningkatkan kualitas dari suaminya, terkadang dari saudaranya.
masyarakat. seorang emimpin aipem bertugas Kaum pria harus membuat pagar sekeliling an
mengatur semua kegiatan masyarakat terutama mengali parit. Kaum wanita membuat pematang,
kegiatan berburu, meramu atau merencanakan mengurus pupuk, menanam, menyiangi, rumut
berbagai kegiatan lainnya yang melibatkan tenaga dan menggali ubi-ubian. Urusan berternak babi
kerja. Untuk menjadi seorang pemimpin aipem, ditangani kaun wanita tetapi urusan menjualnya
maka seseorang harus dapat memenuhi beberapa adalah pekerjaan kaum pria. Menjelang malam
kriteria antara lain mempunyai keberanian dan hari suami mengumpulkan kayu bakar, baik
kepandaian dalam berperang. untuk rumah kediaman keluarganya maupun
untuk tempat tinggal, tempat kaum pria
c. Pemimpin Masyarakat
berkumpul. Pada waktu yang sama isteri kembali
Orang Asmat mengenal dua bentuk dari kebun membawa ubi-ubian dan sayuran.
kepemimpinan formal dan informal atau Semuanya ini harus disiapkan untuk makan
tradisioanal. Pemimpin formal adalah pemimpin malam anggota keluarganya, dan sebagian untuk
yang diangkat berdasarkan perundang-undangan makan pagi dan siang keesokan harinya.
yang berlaku seperti kepala kampung, sedangkan
pemimpin informal atau tradisional pemimpin 3. Pandangan Hidup
yang diangkat berdasarkan tradisi masyarakat. Mata pencaharian yang pertama dari
Orang Asmat mengangkat seorang pemimpin Orang Ekagi adalah pedagang. Kehidupan
berdasarkan kemampuannya dalam bidang dagang yang serba keras, usah adat ini disebut
tertentu. realitas, yang tulen, yang baka, yang menentukan
kehidupan. Syarat-syarat yang selalu ditetapkan
d. Sistem kesenian dan kewajiban yang selalu harus dipatuhi
Sistem kesenian orang Asmat berkaitan erat merupakan undang-undang uang abadi. Orang
dengan sistem kepercayaan. Salah satu benda Ekagi berpendapa bahwa ada suatu makhluk
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 65
menokok sagu (pekerjaan ini selalu dibantu oleh 3.2.6.5 Suku Bangsa Asmat-Dani
laki-laki atau ayah untuk menebang pohon sagu),
mencari ikan dan udang, memeasak, menjaga 1. Sejarah
dan merawat anak. Dua kegiatan yang selalu Perkampungan yang pertama kali diketahui
dikerjakan bersama-sama antara ayah, ibu dan di Lembah Baliem diperkirakan sekitar ratusan
anak laki-laki dan perempuan adalah kegiatan tahun yang lalu. Banyak eksplorasi didataran
menokok sagu dan mencari ikan/udang. tinggi pedalaman Papua yang dilakukan. salah
Suku Sebyar di Tomu menganut sistem satu diantara pertama adalah Expedisi Lorent
keturunanpatrilinieal, sehingga hak waris selalu pada tahun 1909-1910 (Netherland), tetapi
jatuh kepada anak laki dan anak permpuan mereka tidak beroperasi di Lembbah Baliem.
hanya memiliki hak pakai. Namun demikian Kemudian penyidik aal Amerika Richard
ada pemberian hak khusus dari orang tua sebagai Archold anggota timnya adalah pertama yang
rasa kasih sayang kepada anak perempuan berupa mengadakan kontak dengan penduduk asli
sebidang tanah untuk membangun rumah dan yang belum mengadakan kontak dengan negara
lain sebelumnya. Ini terjadi pada tahun 1835,
lain-lain. Selain itu anak atau saudara perempuan
kemudian telah diketahui bahwa penduduk suku
sellu dilibatkan dalam semua kegiatan yang
Dani adalah para petani yang terampil dengan
berhubungan dengan adat, terutama upacara-
menggunakan kapak batu, alat pengkikis, pisau
upacara adat. Sebyar adalah satu kelompok yang terbuat dari tulang binatang, bambu, atau
manusia yang disebut Suku Sebyar yang artinya tombak kayu dan tongkat galian. Pengaruh Eropa
suku yang menyebar. Suku ini memiliki 6 klen di bawa oleh para Misionaris yang membangun
( Rumansara,2003:55). Dari 26 klen yang ada pusat misi Protestan di Hetegina sekitar tahun
dibagi menjadi dua bagian yaitu; sub suku 1955. Bangsa Belanda mendirikan kota Wamena
Dambad dan sub Suku kembran. maka agama Katolik mulai berdatangan.
Sebutan Dani untuk kelompok masyarakat
5. Sistem Perkawinan yang menghuni Lembah Baliem sebenarnya
Suku Sebyar yang mendiami Desa Tomu diberikan oleh Orang Amerika dan Belanda
menganut sistem Exogami klen (kawin keluar untuk Orang Moni yang bermukim didataran
klen). Dalam memperoleh isteri Orang Sebyar tinggi Pinai (Moni: orang asing). Kata asing ini
mengenal 3 bentuk sistem perkawinan salah kemudian berubah menjadi Ndani untuk mereka
satunya adalah Minang, yaitu apabia seorang yang tinggal di Baliem.
pemuda ingin kawin dengan seorang gadis, 2. Letak Geografis
maka orang tua dari pemuda pergi kerumah
Secara gografis Kabupaten Jayawijaya
orangtua perempuan yang diinginkannya untuk
terletak antara 3,200 -5,200 LS serta 137,190-1410
meminta secara baik. Apabila disetujui maka
BT. Batas-batas daerah Kabupatn Jayawijaya
mereka menanyakan besar mas kawin yang
adalah sebagai berikut:
diminta oleh orang tua gadis tersebut. Dengan
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
mengetahui besar maskawin yang diminta maka Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen,
orangtua pemuda menghubungi kerabatnya 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
terutama klennya lalu mereka mengumpulkan Paniai,
harta maskawin yang dibebankan oleh orangtua 3. Sebelah selatan berbatasan dengan
gadis. Kemudian upacara perkawinan (Arane) Kabupaten Marauke dan,
untuk mengukuhkan perkawianan tersebut 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Papua
dilaksanakan (Rumansara,2003). New Guinea
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 67
Norma-norma adat yang mengatur pengelolaan 3.2.6.6 Suku Bangsa Byak
hutan diwilayah ini misalnya, aturan mengenai
binatang yang boleh diburu, kayu yang boleh 1. Nama dan Latar Belakang
ditebang untuk membuat rumah, larangna Pada waktu Pemerintahan Belanda berkuasa
membuang sampah dan kotoran apapun di daerah Papua hingga awal tahun 1960-an nama
disungai, dan bagian hutan yang boleh dibuka yang dipakai untuk menamakan kepulauan Biak-
untuk pemukiman dan perladangan baru, Numfor adalah Schouten Eilanden, menurut
biasanya dituangkan dalam bentuk mtos yang nama Orang Eropa pertama berkebangsaan
dikaitkan dengan hal mistik. Pelanggaran oleh Belanda yang mengunjungi daerah ini pada
piha asing akan dihadapi oleh laki-laki Dani awal abad ke 17. Nama lain yang sering dijumpai
sehingga mengakibatkan perang suku. dalam laporan-laporan tua untuk penduduk
dan daerah kepulauan ini adalah Numfor atau
Batas pengelolaan kedua adalah ladang.
Wiak. Fonem w pada kata wiak sebenarnya
Pembukaan hutan menjadi ladang (perubahan
berasal dari fonem v yang kemudian berubah
hutan liar menjadi lingkungan yang diolah menjadi b sehingga munculah kata biak yang
poteensinya) adalah tugas kaum pria. Apabila digunakan sekarang. Dua nama itulah terakhir
ladang udah siap ditanami, maka kaum wanita itulah kenudian digabungkan menjadi satu nama
Danilah yang menanam bibit tanaman. yaitu Biak-Numfor.
Selanjutnya wanita Dani pula yang memelihara Tentang asal usul nama serta arti kata
tanaman diladang hingga dapat dipetik hasilnya. tersebut ada beberapa pendapat:
kegiatan jual beli hasil ladang merupakan 1. Bahwa nama Biak yang berasal dari kata v’iak
kegiatan baru bagi masyarakat Dani. Biasanya yang pada mulanya merupakan suatu kata
hasil ladang ditukar dengan babi. Didaerah yang dipakai untuk menamakan penduduk
ini masih banyak orang yang menggunakan yang bertempat tinggal di daerah pedalaman
pulau-pulau tersebut. Kata tersebut
koteka (penutup penis) yang terbuat dari
mengandung pengertian orang-orang yang
kunden kuning dan para wanita menggunakan
tinggal di dalam hutan, orang yang tidak
pakaian wah, yang beraal dari rumput/serat dan
pandai kellautan, misalnya tidak pandai
tinggal di honai-honai (gubuk yang beratapkan menangkap ikan, tidak pandai berlayar dan
jerami/lalang ). Walaupun orang Asmat-Dani menyeberangi lautan yang luas dan lain-lain.
telah menerima agama kristen, banyak diantara 2. Pendapat lain mengatakan bahwa berasal dari
upacara-upacara mereka masih bercorak budaya keterangan cerita lisan rakyat berupa mite,
lama yang diturunkan nenek moyang mereka. yang menceritakan bahwa nama itu berasal
dari warga klen Burdam yang meninggalkan
7. Transportasi pulau Biak akibat pertengkaran mereka
Kabupaten Jayawijaya merupakan salah dengan klen Mandowen. Warga klen
satu derah yang berada dipedalaman Papua, Burdam memutuskan untuk meninggalkan
maka sarana perhubungan yang ke ibukota pulau Warmambo (mama asli pulau Biak)
untuk menetap disuatu tempat yang
Wamena dan kecamatan-kecamatan lainnya
etaknya jauh sehingga pulau Warmambo
didaerah pedalaman Jayawijaya adalah dengan
hilang dari pandangan mata. Demikian
transportasi udara. Beberapa kecamatan dikota mereka berangkat, tetapi setiap kali mereka
ini dihubungkan dengan jalan darat dan terdapat menoleh ke belakang mereka melihat pulau
kendaraan seperti taksi umum yang beroperasi Warwambo namak diatas permukaan laut.
bahkan beberapa mini bus yang diperuntukan Keadaan ini menyebabkan mereka berkata
bagi kepentingan para wisatawan (kebudayaan v’ak wer, atau v’iak artinya ia muncul lagi.
Papua, 2008). Kata inilah yang kemudian dipakai oleh
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 69
dan perang ke tempat-tempat yang jauh dan dengan mengadakan pesta memberi makan
pandai berbicara dimuka umum. Pengutamaan kepada matahari yang disebut Fan Ori.
jenis kemampuan yang diharapkan dari seorang Mereka membawakan makanan dan
pemimpin cenderung berubah-ubah sesuai dipersembahkan kepada matahari, agar matahari
dengan kepentingan kelompok, misalnya pada mendatangkan kemakmuran, kekuatan dan
waktu perang, kedudukan seorang pemimpin kesuburan.
kampung didasarkan atas keberanian memimpin
perang. d. Kepercayaan Mitos Koreri
Koeri adalah suasana atau keadaan yang
7. Konsep Religi
penuh dengan kegembiraan, kebahagiaan, dan
kesejahteraan. Untuk mencapa tujuan impian
a. Kepercayaan Roh orang mati (Karwar)
tersebut hanya melalui upacara adat keagamaan
Mereka menciptakan suatu bentuk yaitu koreri.
patung yang disebut Amfianir Karwar untuk
memperingati anggota keluarga yang meninggal. e. Kepercayaan Mansern Nanggi
Mereka berpendapat bahwa manusia mempunya Orang Biak-Numfor percaya bahwa
satu tubuh dan dua roh, yaitu jasmani, roh dan ada Tuhan di langit (Mansern Nanggi) yang
bayangan. Seorang yang masih hidup berati mempunyai segala kekuatn dan memberi
jasmaniah, saat orang mati roh akan pergi kehidupan, kesejahteraan, kemakmuran dan
bersemayam didunia roh dilangit nan jauh nikmat.
disana, sedangkan bayangan roh dan bayangan
akan berdiam di alam karwar bersama orang 3.2.6.7 Suku Bangsa Ayfat
hidup. Dengan demikian maka dibuat patung
menyerupai orang hidup sebagai tempat berdiam 1. Lokasi
bayangan, sehingga bayangan tidak berkeliaran
dalam dunia. Roh dan bayangan mempunyaai Suku Ayfat tinggal di bagian tengah, dikiri,
hubungan keterkaitan dengan orang hidup dan kanan sungai Kamundan dan sekeliling
antara anggota keluarga mereka, dan untuk danau ayamaru.
menjaga hubungan ini maka upacara adat
2. Kehidupan sehari-hari
merupakan faktor penting. Mereka percaya
bahwa arwah-arwah ini memberi kekuatan Tingkat hidup mereka minim terdiri dari
dan menjaga keluarga, memelihara kebun, usaha berladang, meramu hasil-hasil hutan,
mendatangkan hujan menjauhkan penyakit sedikit berburu dan menangkap ikan. Pola
dan juga menyusahkan, menyakiti dan menakuti asal ini lambat laun mengalami perubahan-
orang yang masih hidup. perubahan besar karena pengaruh orang-orang
Belanda dahulu dan kemudian pemerintah
b. Roh-roh penghuni alam semesta Indonesia dan berkat usaha zending dan misi.
Pada masa lampau sangat kuat menganut Akan tetapi sebelum pengaruh modern ini
kepercayaan lain dialam semesta ini, yaitu roh- mulai mengubah pola hidup yang asli terdapat
roh penghuni goa, pohon besar, gunung, didalam pula pengaruh yang lain, yang membuat pola
tanah, dan dilaut, oh-roh jahat dialam ini disebut hidup asli itu berkembang kesuatu arah tertentu
Suanggi. yaitu adalah pengaruh perdagangan dan kontak
dengan bangsa lain didaerah pantai.
c. Penyembahan Matahari
Pertentangan antara siang dan malam adalah 3. Pandangan hidup
inti daripada religi nenek moyamg Orang Biak- Orang Ayfat percaya bahwa seorang wanita
Numfor untuk menyembuhkan Konor matahari yang sedang hamil harus lebih giat bekerja agar
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 71
dan hutan di kampung tersebut milik kelompok rugi hak ulayat. Konflik ini semakin nampak,
Etnik Sumuri dengan marga Agofa. Selanjutnya ketika ada rencana intervensi pembangunan
manajemen koorporasi langsung bertemu berwujud koorporasi. Saat koorporasi memasuki
kepala marga dan tua-tua marga Agofa. Ketika wilayah hak ulayat, akan terjadi pelepasan
tanah dan hutan milik marga Agofa hendak tanah dengan bukti pembayaran hak ulayat
dijual, sewa, atau kontrak kekuasaan ada pada (tanah dan tumbuhan). Fenomena ini menjadi
struktur marga (Kepala marga, tua-tua marga kompetisi atau semacam perebutan hak untuk
dan anggota marga). Marga yang lain tidak bisa mendapatkan uang pembayaran ganti rugi hak
intervensi, karena marga pemilik hak ulayat akan ulayat. Kasus saling klaim tanah terus disuarakan
mengatakan ini “rumah” marga Agofa, jangan dan disinilah potensi konflik terjadi.
mengatur kami, karena kamu juga memiliki Fenomena di atas perlu diantisipasi oleh
“rumah” milik marga yang tidak bisa diintervensi pembawa program dengan jalan memastikan
oleh “rumah” marga yang lain. bahwa tanah dan hutan dalam suatu lokalitas
yang akan dintervensi oleh agenda program
3.2.7.3 Pengembangan Kapasitas Lembaga Adat pembangunan milik siapa. Namun, jika terlanjur
dan Sumber Daya Manusia terjadi konflik dalam suatu lokalitas saat
Tanah Papua memiliki sejumlah lembaga intervensi agenda pembagunan terjadi, maka
adat yang mengklaim sebagai lembaga yang pembawa program harus membuat pemetaaan
melindungi manusia dan budaya Papua. konflik, yaitu: apa sumber konflik, isu yang
Lembaga–lembaga budaya yang ada hanya dapat dikonflikkan, unit-unit yang berkonflik, sikap
dibedakan berdasarkan sumber pembiayaan. dari pihak-pihak yang berkonflik, tindakan
Lembaga budaya yang dibiayai oleh Anggaran dari pihak-pihak yang berkonflik, dan resolusi
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah konflik.
Majelis Rakyat Papua (MRP), daan Lembaga Menurut penulis untuk konteks Papua yang
Masyarakat Adat (LMA). Sementara lembaga didasarkan pada resolusi konflik tradisional,
adat yang tetap eksis tanpa memperoleh APBD caranya pihak-pihak yang berkonflik diundang
adalah Dewan Adat Papua dan lembaga marga. oleh Kepala Marga dan kepala suku dalam suatu
Dalam konteks introduksi program forum dialog. Agendanya, kepala suku dan kepala
pembangunan, lembaga adat yang sudah marga sebagai pihak pendengar yang setia, untuk
ada patut diberdayakan. Dewan Adat Papua mendengar seluruh cerita dari pihak-pihak yang
(DAP) wajib dimintai petunjuk yang biasanya berkonflik. Berdasarkan cerita yang disampaikan
di sampaikan secara lisan bahwa program yang oleh pihak-pihak yang berkonflik maka kepala
akan di introduksi masuk wilayah budaya mana. suku dan kepala marga akan mengambil
Sementara, Lembaga adat berbasis lembaga keputusan untuk memastikan bahwa konflik
marga yang terdiri dari kepala marga, tua-tua tersebut saat ini selesai. Ini semacam kearifan
marga, dan anggota marga di tumpangi agenda resolusi konflik tradisional. Jika masyarakat
program pembangunan yang didasarkan pada yang masih kuat mempraktekan nilai-nilai adat,
nilai-nilai adat tentang lingkungan hidup (tanah maka resolusi konflik tradisional lebih memiliki
dan hutan). kekuatan yang mengikat untuk mengakhiri
konflik. Namun, dalam konteks modern ada
3.2.7.4 Resolusi Konflik pihak-pihak yang ingin diintervensi oleh pihak
Konteks tanah Papua saat ini, sumber negara (kepolisisan) untuk penyelesaian konflik.
konflik yang terus terjadi adalah konflik hak
ulayat antara kelompok etnik dengan kelompok 3.2.7.5 Sistem Benefit Sering
etnik, antara marga dengan marga dan antara Ingatan kolektif masa lalu rakyat Papua,
kelompok etnik dengan Pemerintah. Isu Yang tentang pembagian hasil dari koorporasi yang
Melatarbelakangi Konflik adalah tuntutan ganti pernah beroperasi di tanah Papua, menunjukan
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 73
terbatas, baik pertanian lahan basah maupun yaitu ras Mongoloid, ras Negroid dan Austro-
lahan kering. afrikan, serta ras Eropoid (mediteran).
Pertanian lahan kering banyak dilakukan Secara historis, penduduk NTT sejak
pada daerah-daerah dengan kemiringan yang dahulu kala telah merupakan campuran dari
curam sehingga produktivitas menjadi rendah. unsur-unsur Melayu yang berasal dari bagian
Berbeda dengan banyak daerah lainnya di barat kepulauan Indonesia dan sisa-sisa dari
Indonesia, luas areal hutan di wilayah NTT unsur Negro-Oceania (termasuk Papua).
tergolong sangat sedikit, dengan tingkat Hasil dari persebaran yang demikian telah
kepadatan jenis dan jumlah tanaman hutan yang menyebabkan penduduk NTT saat ini tergolong
juga terbatas. amat bervariasi, baik secara fisik (ciri rasnya)
maupun kondisi keragaman sosio-kulturalnya.
3.3.1.2 Administrasi Pemerintahan
Provinsi Nusa Tenggara Timur dibentuk 3.3.3 Keragaman Manusia, Suku Bangsa
berdasarkan Undang-Undang Nomor 64 Tahun dan Penyebarannya
1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Dari segi latar belakang sosio-kulturalnya,
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa masyarakat NTT dapat dikatakan merupakan
Tenggara Timur. Selain itu, ditetapkan pula “miniatur Indonesia”. Hal ini terkait dengan
Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 kenyataan bahwa masyarakat NTT tergolong
tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat sebagai masyarakat majemuk (plural society).
II Dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Kemajemukan masyarakat NTT tampak dari
Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, banyaknya suku bangsa dengan kekhasan
sehingga di Provinsi Nusa Tenggara Timur budaya, adat istiadat serta bahasanya masing-
pada awalnya dibentuk 12 Daerah Tingkat II masing. Di seluruh NTT terdapat tidak kurang
(kabupaten), yaitu Kupang, Timor Tengah dari 45 suku bangsa (kelompok etnis) dan
Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Flores sub suku bangsa (sub-etnis). Dibandingkan
Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Sumba dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia
Barat dan Sumba Timur. Setelah melewati kurun (kecuali Papua), masyarakat NTT dikenal
waktu selama 56 tahun, sampai dengan tahun sangat pluralistik dari segi kesukubangsaan atau
2014 ini di Provinsi Nusa Tenggara Timur etnisnya. Sejarah kependudukan di daerah ini
terdapat 1 pemerintahan Kota, 21 Kabupaten, menunjukkan bahwa masyarakat NTT terdiri
290 Kecamatan, dan 2.966 buah desa/kelurahan. dari kelompok-kelompok etnis yang hidup dalam
komunitas-komunitas yang tergolong eksklusif
3.3.2 Sejarah Asal-Usul Kelompok Etnik (tertutup/unik) sifatnya, dengan masing-masing
dan Penyebarannya memiliki latar belakang dan corak kebudayaan
Secara fisik, penduduk NTT (adat istiadat) maupun bahasa lokal yang
memperlihatkan ciri-ciri ras yang bervariasi. berbeda-beda. Setiap suku-bangsa/kelompok
Sebagian penduduk di bagian timur Pulau etnis di provinsi ini menempati wilayah tertentu,
Flores dan bagian tengah dan timur Pulau lengkap dengan pranata-pranata sosial budaya
Timor, memperlihatkan tanda-tanda Negrito- dan ideologi tradisional yang mengikat setiap
Melanesia, yang ciri jasmaniahnya sama dengan anggota atau warga masyarakat itu secara utuh
orang Papua. Sementara di wilayah-wilayah (Mubyarto, dkk, 1991: 5).
pantai dan daerah NTT bagian barat, banyak Suku-suku bangsa yang saat ini mendiami
penduduk memperlihatkan tipe Melayu. wilayah NTT beserta bahasa yang digunakan
Menurut Prof. Dr. Yosef Glinka, SVD, ahli dalam pergaulan hidup sehari-hari adalah
antropologi ragawi yang lama melakukan studi sebagai berikut:
tentang bentuk tubuh penduduk NTT, secara 1. Di Pulau Flores bagian Timur dan pulau-
umum manusia NTT terdiri dari tiga tipe ragawi pulau kecil sekitarnya (Solor, Adonara dan
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 75
pada berbagai pertemuan atau kesempatan, yakni manusia dengan kosmos dan masyarakat
“koda to’u kiri kne’e, kaka pulo arin lema”, yang setempat dapat terhindar dari bencana. Upacara
artinya sehati, sesuara serta sepenanggungan. ini disebut “demu lero wulang” yang artinya
Demikian juga pada Orang Dawan/Meto di mengasapi matahari dan bulan. Matahari dan
Timor, terdapat pemikiran harmonisnya dalam bulan merupakan nama simbolis untuk Tuhan,
ungkapan ”neka mese ma ansao mese”, yang dan dengan melakukan ritual tersebut, murka
berarti seia-sekata, sehati-sepikiran. Yang Maha Tinggi dapat dipadamkan. Contoh
lain terkait dengan relasi manusia dengan alam
2. Berpikir Harmonis Kosmis sekitar terlihat dari banyaknya cerita mitologis
Selain terpusatkan pada relasi yang tentang ibu padi (ine pare)pada sejumlah etnis
harmonis dengan sesama manusia, masyarakat di NTT maupun adanya kepercayaan dan ritual
suku-suku bangsa di NTT secara budaya juga adat terkait dengan gunung, batu, mata air,
amat mementingkan relasi yang harmonis pohon maupun hutan yang dianggap keramat
dengan alam atau seluruh kosmos. Dalam (geraran, lulik, leu) oleh berbagai suku bangsa
pandangan budaya suku-suku bangsa setempat, di NTT.
kosmos bukanlah sebuah obyek melainkan
berkedudukan sama sebagai subyek dengan 3.3.3.2 Sistem Pengetahuan
manusia. Hubungan yang baik dengan alam Secara tradisional, masyarakat suku-
dunia merupakan nilai tertinggi dan menjadi suku bangsa di NTT hingga saat ini masih
norma absolut adat (Fernandez, 1990: 105). memiliki dan mempertahankan berbagai
Oleh karena itu, bila manusia dapat menjamin macam pengetahuan lokal (local knowledge),
keselarasan hubungan dengan alam dunia, baik yang diwariskan dari para leluhurnya
maka akan terwujud kebaikan, kemakmuran, maupun yang diperoleh sendiri dari pengalaman
kesentosaan, dan kedamaian antara manusia hidup keseharian mereka. Masyarakat suku-
dengan kosmos. suku bangsa di NTT mempunyai wawasan
Sebagai ilustrasi misalnya, pada masyarakat pengetahuan terhadap alam sekitarnya.
etnis Sikka di Flores terdapat anggapan bahwa Pengetahuan itu terdiri atas beberapa sub bagian
seluruh alam semesta mempunyai pengaruh atas yaitu sistem pengetahuan tentang tanda-tanda
kehidupan manusia. Apabila terjadi bencana alam (kosmos), sistem pengetahuan tentang
alam seperti banjir, gempa bumi, kelaparan, flora (seperti tumbuhan alam, tumbuhan pangan
penyakit yang merajalela atau hujan maupun dan obat, dan beberapa jenis tumbuhan yang
kekeringan yang berkepanjangan, orang lalu mempunyai kegunaan sangat penting), sistem
mulai mencari sebab musababnya. Secara budaya pengetahuan tentang fauna (seperti pengetahuan
terdapat anggapan bahwa semua itu terjadi tentang umur, jenis fauna, ciri-ciri tubuh fauna,
karena hidup manusia tidak lagi sesuai dengan dan pengetahuan tentang tanda bunyi binatang),
tuntutan alam dunia. Tata tertib alam telah juga sistem pengetahuan tentang zat-zat, bahan-
dilanggar sehingga nenek moyang serta roh-roh bahan mentah, serta sistem pengetahuan tentang
alam dan Yang Maha Tinggi mendatangkan ruang, waktu (kalender adat) dan bilangan.
bencana, maka perlu ada upacara pemulihan.
Sebagai contoh: apabila terjadi perkawinan 3.3.3.3 Sistem Mata Pencaharian Hidup
sumbang “incest”, selalu menimbulkan keresahan Sejak dahulu hingga sekarang, sebagian
dalam masyarakat dan dianggap benar- besar penduduk NTT, terutama yang tinggal di
benar menentang alam. Masyarakat setempat wilayah perdesaan, hidup dari bercocok tanam
menyebut dengan istilah “bahut ganu ahu, dengan berkebun, berladang, atau bersawah.
dohang ganu manu” atau kawin seperti (hewan) Karena kondisi topografis yang sebagian besar
anjing atau ayam. Apabila hal ini terjadi, segera bergunung-gunung dengan ketersediaan air yang
harus dilakukan ritual pemulihan agar hubungan terbatas, maka hanya sebagian kecil saja lahan
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 77
menghasilkan stratifikasi atau pelapisan sosial ibu dan anak-anak. Pemimpin kelompok
dalam masyarakat setempat. ini umumnya adalah bapak keluarga karena
Dalam hubungannnya dengan konsep mengikuti garis keturunan patrilineal. Sebutan
ritual, eksistensi dan peran/fungsi klen/marga untuk keluarga inti sesuai dengan bahasa daerah
juga sangat sentral. Para leluhur cikal bakal masing-masing, misalnya di Timor disebut ume,
pendiri kampung yang merupakan salah satu di Sabu disebut hedara ammu, di Manggarai
obyek pemujaan atau pusat orientasi religius disebut kilo, di Rote disebut leo, di Sumba
terpenting dalam sistem kepercayaan asli, disebut uma dan sebagainya.
telah melahirkan berbagai ajaran dan aturan Kelompok keluarga meluas meliputi
adat maupun upacara/ritus yang bernuansa keanggotaan yang lebih besar, yaitu terdiri dari
religius. Secara sosiologis, keterikatan warga beberapa keluarga batih, tetapi belum merupakan
suku/klen terhadap leluhurnya masing-masing satu klen. Pemimpin kelompok ini ialah anggota
yang terwujud melalui berbagai upacara ritual, laki-laki yang tertua. Tugasnya antara lain
telah ikut membangun dan mendukung suasana memelihara dan mengatur pelaksanaan adat
kebersamaan dan persatuan di dalam kehidupan istiadat dan upacara siklus hidup, memelihara
masyarakat setempat. sistem kepercayaan asli, membangun kerjasama
Organisasi sosial tradisional masyarakat kelompok dan menyelesaikan perselisihan yang
suku-suku bangsa di Nusa Tenggara Timur terjadi di dalam kelompoknya.
pada azasnya bersifat genealogis, teritorial dan Kelompok Klen kecil ialah gabungan dari
berbasis adat istiadat. Dalam kesatuan-kesatuam beberapa keluarga luas (extended family) yang
wilayah itu terdapat lembaga-lembaga adat yang masih merupakan keturunan dari satu nenek
mengatur segala aspek kehidupan, baik jasmaniah moyang laki-laki yang sama. Pemimpin klen
maupun rohaniah dari warga setempat. Di NTT kecil atau yang di NTT lazim dikenal dengan
bentuk kesatuan hidup ini berupa komunitas sebutan “kepala suku”, ialah seorang dari anggota
atau kampung adat yang pada setiap daerah klen yang tertua dan berwibawa. Tugas dari
disebut dengan nama yang berbeda-beda. pemimpin klen kecil ialah mengatur pelaksanaan
Pimpinan komunitas adat ialah ketua adat upacara-upacara dalam kampung, menyelesaikan
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Jabatan segala masalah yang terjadi di dalam kampung,
ketua adat merupakan warisan atau berdasarkan termasuk mengatur pembagian tanah ulayat.
keturunan. Pimpinan komunitas tersebut Kelompok ini di wilayah NTT mempunyai
umumnya adalah laki-laki yang dianggap “tertua” bermacam-macam sebutan misalnya di Sabu
dari garis keturunan bapak (patrilineal). Dalam disebut kerogo, pemimpinnya disebut kattu
menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh dewan kerogo. Di Manggarai disebut panga, di Ngada
adat. Sebutan bagi pimpinan komunitas atau disebut sipopali, di Timor disebut nonomnasi
kampung adat ini juga berbeda-beda menurut dan sebagainya.
daerah asal masing-masing suku bangsa. Pada Klen besar merupakan kumpulan beberapa
masyarakat adat Meto atau Dawan di Timor klen kecil yang merupakan keturunan dari satu
misalnya, yang menduduki jabatan kepala nenek moyang. Kadang-kadang anggota-anggota
kampung adat disebut nakaf, kua tuaf atau kelompok ini menggunakan nama tambahan
temukung, di Manggarai disebut tua golo, di dari nama pendiri klen induk (klen besarnya).
Lio disebut mosalaki, di Sumba disebut rato Seluruh anggota klen besar ini bersikap tabu
maramba dan sebagainya. (pantang ) terhadap totemnya. Cerita-cerita
Masyarakat suku-suku bangsa di NTT mitos bagi mereka merupakan alat penerangan
memiliki beberapa bentuk kelompok tentang totem-totem klen besar mereka. Sistem
kekerabatan, antara lain keluarga batih, keluarga kekerabatan dalam kelompok ini yaitu sistem
luas, klen kecil, dan Klen Besar. Keluarga batih/ patrilineal. Sebagai pemimpin klen besar ialah
inti merupakan kelompok kekerabatan yang laki-laki tertua dari klen tersebut. Ia bertugas
terkecil yang susunannya terdiri dari bapak, memimpin, baik dalam pemerintahan maupun
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 79
dewa yang menjaga/mengatur alam fisik (bumi/ 3.3.5 Introduksi Program Pembangunan
tanah, hutan, batu, air, angin, lautan), tumbuh-
tumbuhan, hewan, termasuk kehidupan manusia. 3.3.5.1 Perencanaan dan Sosialisasi
Selain percaya kepada dewa-dewa, masyarakat
asli di NTT juga percaya adanya mahluk/roh Salah satu tahapan penting dalam
halus (nitu), kekuatan gaib (magi) atau kekuatan implementasi program REDD+ di Provinsi
sakti. Kepercayaan dan keyakinan adanya NTT adalah sosialisasi. Tujuan yang di
kekuatan gaib, yang melebihi kekuatan manusia harapkan adalah pihak pembawa program dapat
biasa atau pengakuan akan wujud tertinggi memberikan informasi yang lengkap dan benar
oleh masyarakat tradisional di NTT, nampak serta mampu meyakinkan warga masyarakat atau
terwujud dalam berbagai upacara dan ritual kelompok-kelompok etnik di lokasi-lokasi yang
keagamaan asli, mulai dari yang paling sederhana menjadi sasaran program ini bahwa program
hingga yang amat rumit dan megah. Kepercayaan REDD+ berbeda dengan agenda pembangunan
asli ini pada hakekatnya mengedepankan unsur- lainnya dan sangat penting untuk dilaksanakan,
unsur kesucian, kebersihan jiwa, perdamaian, agar dipahami oleh warga masyarakat atau
kerukunan, cinta kasih, keselarasan hubungan, kelompok-kelompok etnik. Pemahaman yang
keserasian dan keseimbangan dunia dan alam baik dan benar akan menuai dukungan kepada
gaib. program tersebut dan berujung pada kesuksesan
program.
Untuk wilayah Nusa Tenggara Timur,
3.3.4 Dinamika Perubahan Sosial Budaya
kegiatan sosialisasi REDD+ dapat dilakukan
Bersamaan dengan berjalannya waktu, melalui beberapa langkah. Pertama, melalui
kehidupan masyarakat suku-suku bangsa pertemuan formal antara pembawa program
di NTT saat ini juga telah dan akan terus dengan kelompok elite desa atau kampung yang
memperlihatkan geliat dinamikanya dalam terdiri dari Kepala Desa dan Aparat Pemerintah
wujud pergeseran dan perubahan pada Desa, para Kepala Suku (klen), Tua-Tua Adat,
berbagai segi kehidupan, termasuk aspek Tokoh Agama, Tokoh Perempuan, Tokoh
sosial budayanya. Bergesernya sistem politik Pemuda, dan Akademisi (khususnya Antropolog
pemerintahan dari pola pemerintahan asli yang dan Sosiolog ). Pertemuan sosialisasi dapat
bercorak feodal menjadi sistem pemerintahan dilakukan di Balai Desa atau Balai pertemuan
negara (birokrasi) dengan berbagai ideologinya; desa/kampung dengan agenda sosialisasi
berubahnya sistem ekonomi dari subsisten program. Hasil yang diharapkan adalah para elite
menjadi ekonomi pasar yang kapitalistik; masuk desa atau kampung memperoleh pengetahuan
dan berkembangnya agama-agama modern serta tentang program ini dan menjadi sumber
kuatnya pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan, informasi guna mendistribusikan informasi
teknologi informasi dan komunikasi, secara program kepada keluarga dan sesama warga desa,
perlahan tetapi pasti, telah ikut merubah corak kampung atau kelompok etniknya.
kehidupan masyarakat, termasuk pola-pola Kedua, melalui forum pertemuan informal
budaya tradisional masyarakat NTT. Walaupun antara pembawa program dengan warga
begitu, fakta menunjukkan bahwa secara budaya, masyarakat biasa yang sebelumnya memang
masyarakat NTT hingga kini masih memiliki jarang atau tidak diundang dalam pertemuan
keterikatan yang cukup kuat kepada pola-pola formal dengan elite desa atau kampung.
budaya warisan leluhur yang merupakan jati Pertemuan informal ini, dalam konteks NTT
diri dan kepribadiannya. Oleh karena itu, setiap yang mayoritas penduduknya beragama Kristen,
upaya pembangunan yang akan dilaksanakan dapat dilakukan dengan memanfaatkan
di NTT diharapkan tetap mempertimbangkan ruang-ruang sosial keagamaan yang seringkali
aspek tradisi budaya masyarakat setempat digunakan oleh warga masyarakat desa atau
sebagai salah satu jaminan bagi keberhasilannya. kampung untuk secara rutin berkumpul
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 81
3.3.5.4 Resolusi Konflik pembawa program dengan jalan memastikan
Seperti di berbagai wilayah lain di status penguasaan atau kepemilikan atas tanah
Indonesia, potensi konflik antar kelompok etnik, atau hutan dalam suatu lokalitas yang akan
antar suku/klen maupun antara komunitas adat dintervensi oleh agen program pembangunan.
dengan pemerintah/negara terkait tanah di Untuk konteks NTT, upaya pemastian hak
NTT juga masih sering terjadi. Isu utamanya melalui mekanisme “sumpah adat” oleh para
adalah pencaplokkan wilayah, pelanggaran batas, pihak terkait, dapat ditempuh.
maupun tuntutan ganti rugi hak ulayat. Konflik Namun, jika terlanjur terjadi konflik
ini sering nampak, ketika ada rencana intervensi dalam suatu lokalitas saat intervensi agenda
pembangunan, baik oleh pemerintah, BUMN pembangunan terjadi, maka pembawa program
maupun pihak swasta. Saat pemerintah atau harus membuat pemetaaan konflik, yaitu: apa
perusahaan memasuki wilayah hak ulayat, akan sumber konflik, isu yang dikonflikkan, unit-
terjadi pelepasan tanah dengan pembayaran/ unit yang berkonflik, sikap dari pihak-pihak
kompensasi hak ulayat (tanah dan tumbuhan). yang berkonflik, tindakan dari pihak-pihak yang
Fenomena ini kerap menjadi ajang kompetisi berkonflik. Berdasarkan hasil pemetaan tersebut
atau perebutan hak untuk mendapatkan uang dapatlah ditetapkan langkah-langkah nyata bagi
pembayaran ganti rugi hak ulayat. Kasus saling resolusi konflik, termasuk mekanisme resolusi
klaim tanah terus disuarakan dan disinilah konflik konflik tradisional berbasis nilai-nilai budaya
terjadi. Fenomena diatas perlu diantisipasi oleh masyarakat setempat.
Amal, Adnan, M, 2010. Kepulauan Rempah- Foni, Wilhelmus, 2004, Budaya Bertani Atoni
Rempah, Perjalanan Sejarah Maluku Pah Meto. Siklus Ritus Bertani Lahan
Utara 1250-1950, Cetakan Pertama, Kering Atoni Pah Meto Tunbaba di
Gramedia, Jakarta. Timor Nusa Tenggara Timur. Penerbit
Boelaars, Jan, 1986: ”Manusia Irian: Dahulu, Program Pascasarjana Universitas Kristen
Sekarang , Masa Depan”, Jakarta : Satya Wacana, Salatiga.
Gramedia Fox, James J. 1986, Panen Lontar, Perubahan
Bourdiue, Pierre. The Forms of Capital, dalam Ekologi dalam Kehidupan Masyarakat
John G. Richardson, 1986, Hand Book of Pulau Rote dan Sawu. Penerbit Pustaka
Theory and Research for The Sociology of Sinar Harapan, Jakarta.
Education. New York: Greenwood Press. Fraasen, Van, F, C, 1979. Types of Socio-
Coleman, le. 1994.Fundations of sosial Theory. Political Structur In North-Halmahera
New York: Havard University Press. History, dalam Masinambow E K M (ed)
Cooley, L, Frank, 1961. Mimbar dan Takhta Indonesian Jurnal of Cultural Studies,
(Hubungan Lembaga-Lembaga Halmahera dan Raja Ampat, 87-149,
Keagamaan dan Pemerintahan di Maluku Bhatara, Jakarta.
Tengah) Cetakan Pertama, Pustaka Sinar Fukuyama, F. 1995. Trust: The Social Value and
Harapan, Jakarta. The Greation of Prosperity. Free Press.
Daeng, Hans J., Manusia, Kebudayaan dan New York.
Lingkungan. Tinjauan Antropologis. Geertz Clifford, 2003:”Pengetahuan Lokal”,
Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Yogyakarta:Rumah Penerbitan Merap.
Daeng, J, Hans, 2008. Manusia, Kebudayaan Holloway, Vivienne dan Giandomenico,
dan Lingkungan, Tinjauan Antropologis, Esteban. 2009. The History of REDD
Cetakan III, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Policy. Carbon Planet Limited. Adelaide.
Diamond, Nancy K., Ph.D. 2013. Readiness Kana, Nico L., 1983, Dunia Orang Sawu.
to Engage Stakeholder Engagement Penerbit Sinar Harapan, Jakarta.
Experience for REDD+. Laporan Forest Koentjaraningrat. 1999. Manusia Dan
Carbon Markets and Communities Kebudayaan di Indonesia, Penerbit
Program yang dipersiapkan untuk Jambatan, Jakarta.
direview oleh USAID. Vermont. USA. Koentjaraningrat. 1999. Manusia Dan
Diamond, Nancy, K, 2013. Readiness to Engage Kebudayaan di Indonesia. Penerbit
Stakeholder Engagement Experience Jambatan. Jakarta.
for REDD+. Laporan Forest Carbon La ksono,dkk .2001:” Ig ya S er Hanjop,
Markets and Communities Program Masyara kat Arfa k Dan Konsep
yang dipersiapkan untuk direview oleh Konservasi”, Yogyakarta:PSAP UGM.
USAID.Vermont. USA Laporan Hasil Penelitian, Adolof Ronsumbre
Effendi, Ziwar, 1987. Hukum Adat Ambon-Lease, dkk, 2014: “Pemetaan Sumber Dan Jenis
Cetakan Pertama, Pradnya Paramita, Konflik Di Propinsi Papua Barat (Studi
Jakarta. Kasus Kabupaten Manokwari)”
Fernandez, Ozias Stefanus, 1990, Kebijakan Laporan Hasil Survei,Tim Penelitian Jurusan
Manusia Nusa Tenggara Timur, Dulu Antropologi Fakultas Sastra Unipa,
dan Kini. Penerbit Sekolah Tinggi Filsafat 2014:“Riset desa in p eny usunan
Katolik Ledalero, Flores, NTT. sosial Budaya Ekonomi Masyarakat
Panduan Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Implementasi REDD+ di Indonesia Wilayah Timur • 83
Transformasi Ramah Industri Masyarakat REDD+ Safeguards Implementation
Kampung Onar Baru Distrik Sumuri (SIS-REDD+) in Indonesia. Pusat
Kabupaten Teluk Bintuni Propinsi Papua Standarisasi dan Lingkungan dan Forests
Barat” and Climate Change Programme,
Latukau, Suleman, 1997. Lani Nusa, Lani Lisa,
Deutsche Gesellschaft für Internationale
Kapata Dari Morela, Moluks Historisch
Museum Landelijk Steunpunt Educate Zusammenarbeit. Jakarta.
Molukker, Utrecht. Putnam, Robert. D. 1993. The Prospereous
Mansoben J Robert, 1994:”Sistem Politik Community: Social Capital and Public
Tradisional Di Irian Jaya Indonesia:Studi Life. American Prospect. Spring.
Perbandingan”,Dissertation, University of Rahmawaty, 2011. Larvul Ngabal: Anasir Puncak
Leiden. Ketahanan Budaya Kei, Cetakan Pertama,
Mentansan George, 2014: ”Buku Ajar Etnografi The Sentinel Research and Publication.
Papua”, Yogyakarta: Kepel Press
Sajogyo, (Penyunting), 1994, Kemiskinan dan
Mollering, G. 2001. The Nature of Trust: From
Pembangunan di Propinsi Nusa Tenggara
Georg Simmel to a Theory of Expectation,
Interpretation, and Susp ension, Timur. Penerbit Yayasan Obor Indonesia,
Sociology, vol, 35/2, pp. 403-420. Jakarta.
Narayan, D.1999. Bonds and Bridges: Sosial Sarong, Frans, 2013, Serpihan Budaya NTT,
Capital and Poverty. Washington Penerbit Ledalero, Maumere, Flores,
D.C.:World Bank. NTT.
Pattiruhu, M, C, et al, 1997. Seri Budaya Pela- Savitri,Laksmi,2013:”Korporasi Dan Politik
Gandong Dari Pulau Ambon, Lembaga Perampasan Tanah”,Yog yakarta:Insist
Kebudayaan Daerah Maluku, Ambon.
Press.
Pelupessy, Jacob, Pieter, 2012. Etnografi Bati:
Metode Penelitian Masyarakat Terpencil, Sinaga,Simon,2014:“Papua Barat, Samudera
Cetakan Pertama, Pascasarjana Program Pasifik Dan Laut Seram Di Kepala Burung
Studi Doktor Studi Pembangunan, Papua”, Jakarta:Kompas.
UKSW, Salatiga. Siswanto, Joko, 2005. Orientasi Kosmologi,
Pelupessy, Jacob, Pieter, 2013. Esuriun Orang Cetakan Pertama , Gadjah Mada
Bati, Cetakan Pertama, Kekal Press, University Press, Yogyakarta
Bogor. Suryawan,Ngurah,2011:”Tanah Papua Di Garis
Poer wanto, Hari, 2008:”Kebudayaan
Batas, Perspektif Refleksi Dan Tantangan”,
Dan Lingkungan, Dalam Perspektif
Malang: Setara Press.
Antropolog i”,Yog yakarta : Pusataka
Pelajar. Udak , Urikame Blasius, dkk ., 2003,
Pusat Standarisasi dan Lingkungan, 2013. Kharakteristik Pemerintahan Lokal
Principles, Criteria and Indicators for di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
a System for Providing Information on Diterbitkan atas kerjasama Yayasan
REDD+ Safeguards Implementation (SIS- Peduli Sesama dan The Ford Foundation,
REDD+) in Indonesia. Pusat Standarisasi Kupang NTT.
dan Lingkungan dan Forests and Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Climate Change Programme,Deutsche
Pemerintahan Daerah.
G esel lscha f t f ür Internati ona le
Zusammenarbeit. Jakarta. Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Pusat Standarisasi dan Lingkungan. 2013. Desa, Cetakan Rona Publishing ,
Principles, Criteria and Indicators for Yogyakarta.
a System for Providing Information on
84 • Daftar Pustaka
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim
dan Kebijakan
Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor; Telp.: 0251 8633944; Fax: 0251 8634924;
Email: publikasipuspijak@yahoo.co.id;
Website: http://puspijak.litbang.dephut.go.id atau www.puspijak.org