You are on page 1of 15

a a


     


 aa

x 
Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya, yang
mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus. Walaupun diagnosis bronkitis sering
merupakan diagnosis yang sering dibuat, pada anak keadaan ini agaknya bukan merupakan
suatu penyakit tersendiri tetapi merupakan akibat dari beberapa keadaan lain pada saluran napas
atas dan bawah. Manifestasi klinis biasanya terjadi akut mengikuti suatu infeksi saluran napas
atas.

 

Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara, alergi, aspirasi
kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur. Virus merupakan penyebab tersering
bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh bakteri. Virus penyebab yang sering yaitu yaitu
virus Influenza A dan B, Parainfluenza, î  
  (RSV), Rinovirus,
adenovirus dan corona virus. Bronkitis akut karena bakteri biasanya dikaitkan dengan
   

 ,        ,     
  
     

     

     

 
 Penyebab lain agen kimia ataupun pengaruh fisik.

Π    


 ejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang mengeluarkan dahak
berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam keadaan normal saluran pernapasan kita
memproduksi mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap harinya. Apabila saluran pernapasan
utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan mukus dalam jumlah yang banyak
yang akan memicu timbulnya batuk. Dikatakan bronkitis kronik bila keadaan ini berlangsung
lebih dari 3 bulan. Mukus yang berwarna selain putih atau bening, menandakan adanya infeksi
sekunder.
Bronkitis akut juga dapat diikuti oleh gejala-gejala infeksi saluran napas atas, seperti :
yY Perasaan tidak enak dan sesak pada dada

c 
    Y Y Y
Y
yY Venggorokan serak

yY 3idung mampat

yY Sesak napas

yY Mengi (bunyi napas ngik-ngik)

yY Demam yang tidak tinggi dan menggigil

yY ×emah dan letih

[   [  

Vidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untuk diagnosis bronkitis.
Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus ditemukan untuk kepentingan
terapi. 3al ini biasanya diperlukan pada bronkitis kronis. Pada bronkitis akut pemeriksaan ini
tidak berarti banyak karena sebagian besar penyebabnya adalah virus.
Pemeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak corakan bronkial meningkat. Pada
beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan ringan uji fungsi paru. Akan tetapi uji ini
tidak perlu dilakukan pada penderita yang sebelumnya sehat. Jika dicurigai adanya asma sebagai
penyakit yang mendasari, uji fungsi paru perlu dipertimbangkan untuk dilakukan.

[     
yY Penderita tidak perlu dirawat inap kecuali ada indikasi seperti dehidrasi atau penyempitan

bronkus yang berat. 


yY V   


„Y Antibiotik tidak direkomendasikan secara rutin pada bronkitis akut, bahkan pemberian
antibiotik dengan indikasi untuk pencegahan superinfeksi saluran napas bawah tidak
memberikan keuntungan.
„Y Bronkodilator agonis b2 seperti salbutamol dapat memberikan manfaat untuk mengatasi
batuk, utamanya pada keadaan yang disertai dengan tanda-tanda bronkokontriksi.
Pemberian salbutamol dengan dosis 0,1 mg/kgBB/kali.akan mengurangi batuk dalam 7
hari, lebih baik dibandingkan pemberian antibiotik,
„Y Analgesik & antipiretik bila diperlukan dapat diberikan.

c 
    Y Y Y
Y
„Y Pemberian antitusif tidak direkomendasikan, mukolitik, dan ekspektoran,walau belum
cukup bukti klinis yang kuat, dapat dipertimbangkan diberikan bila batuknya efektif dan
pada anak diatas 2 tahun.
yY V  
„Y Verapi bronkitis akut sebagian besar bersifat suportif. Diperlukan istirahat dan asupan
makanan yang cukup, kelembaban udara yang cukup serta masukan cairan ditingkatkan.


 a aa

x 
Bronkiolitis adalah infeksi akut pada saluran napas kecil atau bronkiolus yang pada
umumnya disebabkan oleh virus, sehingga menyebabkan gejala - gejala obstruksi bronkiolus.
Bronkiolitis ditandai oleh batuk, pilek, panas, u 
 pada saat ekspirasi, takipnea, retraksi,
dan  
/hiperaerasi paru pada foto dada.

[ 
  [  

RSV adalah 
 
  î !us yang berukuran sedang (80 ± 350 nm), termasuk
!. Verdapat dua glikoprotein permukaan yang merupakan bagian penting dari
RSV untuk menginfeksi sel, yaitu protein   ( 
  
) yang mengikat sel dan
protein F (
 
" yang menghubungkan partikel virus dengan sel target dan sel
tetangganya. Kedua protein ini merangsang antibodi neutralisasi protektif pada host. Verdapat
dua macam strain antigen RSV yaitu A dan B. RSV strain A menyebabkan gejala yang
pernapasan yang lebih berat dan menimbulkan sekuele.
Masa inkubasi RSV 2 - 5 hari. Virus bereplikasi di dalam nasofaring kemudian menyebar
dari saluran nafas atas ke saluran nafas bawah melalui penyebaran langsung pada epitel
saluran nafas dan melalui aspirasi sekresi nasofaring. RSV mempengaruhi sistem saluran
napas melalui kolonisasi dan replikasi virus pada mukosa bronkus dan bronkiolus yang
memberi gambaran patologi awal berupa nekrosis sel epitel silia. Nekrosis sel epitel saluran
napas menyebabkan terjadi edema submukosa dan pelepasan debris dan fibrin ke dalam
lumen bronkiolus. Virus yang merusak epitel bersilia juga mengganggu gerakan mukosilier,
mucus tertimbun di dalam bronkiolus. Kerusakan sel epitel saluran napas juga mengakibatkan

c 
    Y Y Y
Y
saraf aferen lebih terpapar terhadap alergen/iritan, sehingga dilepaskan beberapa neuropeptida
(neurokinin, 
P) yang menyebabkan kontraksi otot polos saluran napas. Pada
akhirnya kerusakan epitel saluran napas juga meningkatkan ekpresi Intercellular Adhesion
Molecule-1 (ICAM-1) dan produksi sitokin yang akan menarik eosinofil dan sel-sel inflamasi.
Jadi, bronkiolus menjadi sempit karena kombinasi dari proses inflamasi, edema saluran nafas,
akumulasi sel-sel debris dan mukus serta spasme otot polos saluran napas.
Adapun respon paru ialah dengan meningkatkan kapasitas fungsi residu, menurunkan
 
, meningkatkan tahanan saluran napas,    serta meningkatkan 
.
Semua faktor-faktor tersebut menyebabkan peningkatan kerja sistem pernapasan, batuk,
u 
, obstruksi saluran napas, hiperaerasi, atelektasis, hipoksia, hiperkapnea, asidosis
metabolik sampai gagal napas. Karena resistensi aliran udara saluran nafas berbanding
terbalik dengan diameter saluran napas pangkat 4, maka penebalan dinding bronkiolus
sedikit saja sudah memberikan akibat cukup besar pada aliran udara. Apalagi diameter saluran
napas bayi dan anak kecil lebih sempit. Resistensi aliran udara saluran nafas meningkat pada
fase inspirasi maupun pada fase ekspirasi. Selama fase ekspirasi terdapat mekanisme klep
hingga udara akan terperangkap dan menimbulkan overinflasi dada. Volume dada pada
akhir ekspirasi meningkat hampir 2 kali di atas normal. Atelektasis dapat terjadi bila obstruksi
total.
Anak besar dan orang dewasa jarang mengalami bronkiolitis bila terserang infeksi virus.
Perbedaan anatomi antara paru-paru bayi muda dan anak yang lebih besar mungkin merupakan
kontribusi terhadap hal ini. Respon proteksi imunologi terhadap RSV bersifat transien dan
tidak lengkap. Infeksi yang berulang pada saluran napas bawah akan meningkatkan
resistensi terhadap penyakit. Akibat infeksi yang berulang-ulang, terjadi µ   
#
sehingga pada anak yang lebih besar dan orang dewasa cenderung lebih tahan terhadap infeksi
bronkiolitis dan pneumonia karena RSV.
Penyembuhan bronkiolitis akut diawali dengan regenerasi epitel bronkus dalam 3-4 hari,
sedangkan regenerasi dari silia berlangsung lebih lama dapat sampai 15 hari.

Π    


Mula-mula bayi menderita gejala ISPA atas ringan berupa pilek yang encer dan bersin.
 ejala ini berlangsung beberapa hari, kadang-kadang disertai demam dan nafsu makan

c 
    Y Y Y
Y
berkurang. Kemudian timbul distres nafas yang ditandai oleh batuk paroksismal, u 

sesak napas. Bayi akan menjadi rewel muntah serta sulit makan dan minum. Bronkiolitis
biasanya terjadi setelah kontak dengan orang dewasa atau anak besar yang menderita infeksi
salurannafas atas yang ringan.
Bayi mengalami demam ringan atau tidak demam sama sekali dan bahkan ada yang
mengalami hipotermi. Verjadi distress nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 60 kali per
menit, kadang-kadang disertai sianosis, nadi juga biasanya meningkat. Verdapat nafas
cuping hidung, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi.Retraksi biasanya tidak dalam
karena adanya hiperinflasi paru (terperangkapnya udara dalam paru). Verdapat ekspirasi yang
memanjang , u 
 yang dapat terdengar dengan ataupun tanpa stetoskop, serta terdapat
  . 3epar dan lien teraba akibat pendorongan diafragma karena tertekan oleh paru
yang hiperinflasi. Sering terjadi hipoksia dengan saturasi oksigen < 92% pada udara kamar.
Pada beberapa pasien dengan bronkiolitis didapatkan konjungtivitis ringan, otitis media serta
faringitis.

x

Diagnosis bronkiolitis berdasarkan gambaran klinis, umur penderita dan adanya epidemi RSV
di masyarakat. Kriteria bronkiolitis terdiri dari : (1) u 
 pertama kali, (2) umur 24 bulan
atau kurang, (3) pemeriksaan fisik sesuai dengan gambaran infeksi virus misalnya batuk,
pilek, demam dan (4) menyingkirkan pneumonia atau riwayat atopi yang dapat menyebabkan
u 
.
Untuk menilai kegawatan penderita dapat dipakai skor î  $   

%

 &î$ %" yang menilai distres napas berdasarkan 2 variabel respirasi yaitu u 

dan retraksi. Bila skor lebih dari 15 dimasukkan kategori berat, bila skor kurang 3
dimasukkan dalam kategori ringan.

`  ` Y

 
Y
 Y Y  Y Y  ` Y
Y Y `Y `Y
Y
  
 YY  YY



c 
    Y YY
Y
î  Y
` ! Y Y îY `Y " Y Y
   Y Y îY `Y " Y Y
`    î ` "
#$# %

[    merupakan alat yang tidak invasif dan berguna untuk menilai derajat
keparahan penderita. Saturasi oksigen < 95% merupakan tanda terjadinya hipoksia dan
merupakan indikasi untuk rawat inap.
Ves laboratorium rutin tidak spesifik. 3itung lekosit biasanya normal. Pada pasien dengan
peningkatan lekosit biasanya didominasi oleh PMN dan bentuk batang. Kim dkk (2003),
mendapatkan bahwa ada subgrup penderita bronkiolitis dengan eosinofilia. Analisa gas
darah dapat menunjukkan adanya hipoksia dan asidosis metabolik jika terdapat dehidrasi.
 ambaran radiologik mungkin masih normal bila bronkiolitis ringan. Umumnya terlihat
paru-paru mengembang &   " Bisa juga didapatkan bercak-bercak yang tersebar,
mungkin atelektasis (   ) atau pneumonia (  
  ). Pada x-foto
lateral, didapatkan diameter AP yang bertambah dan diafragma tertekan ke bawah. Pada
pemeriksaan x-foto dada, dikatakan     apabila kita mendapatkan siluet jantung yang
menyempit, jantung terangkat, diafragma lebih rendah dan mendatar, diameter anteroposterior
dada bertambah, ruang retrosternal lebih lusen, iga horisontal, pembuluh darah paru tersebar.

[     
Prinsip dasar penanganan bronkiolitis adalah terapi suportif: oksigenasi, pemberian cairan
untuk mencegah dehidrasi, dan nutrisi yang adekuat. Bronkiolitis ringan biasanya bisa
rawat jalan dan perlu diberikan cairan peroral yang adekuat. Bayi dengan bronkiolitis sedang
sampai berat harus dirawat inap. Penderita resiko tinggi harus dirawat inap, diantaranya:
berusia kurang dari 3 bulan, prematur, kelainan jantung, kelainan neurologi, penyakit paru
kronis, defisiensi imun, distres napas. Vujuan perawatan di rumah sakit adalah terapi suportif,
mencegah dan mengatasi komplikasi, atau bila diperlukan pemberian antivirus.
Di Bagian Anak RS Dr Soetomo Surabaya selain terapi suportif, secara rutin nebulasi agonis
b2 juga diberikan pada setiap penderita bronkiolitis. Steroid sistemik diberikan pada kasus±
kasus berat. Antibiotika diberikan bilamana keadaan umum penderita kurang baik, atau
ada dugaan infeksi sekunder dengan bakteri.

c 
    Y Y Y
Y
[  a

x 
Pneumonia ialah keradangan pada parenkim paru dimana asinus terisi cairan dan sel radang,
dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang dalam dinding alveoli dan rongga interstitium.

 

Sebagian besar disebabkan oleh infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, dan mycoplasma, jamur,
aktinomisetes, riketsia, klamidia, protozoa), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh bahan-bahan
lain, sehingga dikenal :
„Y [

 ', oleh karena aspirasi minyak mineral.
„Y [

 (u, inhalasi bahan-bahan organic dan organic atau uap kimia seperti
beryllium,
„Y ©
  !  , inhalasi bahan debu yang mengandung allergen, seperti spora
aktinomisetes.
„Y [

 
 ), nitrofurantoin, busulfan, metotreksat.
„Y [

 
 î
„Y Pneumonia dengan penyebab tidak jelas, Desquamative interstitial pneumonia, eosinofilic
pneumonia.

Berikut pembahasan mengenai penyebab pneumonia karena infeksi dari mikroorganisme,


khususnya oleh bakteri, virus, dan mycoplasma, sebagai berikut.
yY  
 

 ialah penyebab paling umum dari pneumonia.  

 adalah kokkus
gram-positif yang merupakan sebagian besar flora normal di orofaring pada orang dewasa.
Pneumonia pnemokokkus umumnya diperoleh dari masyarakat, bukan diperoleh dari rumah
sakit, dan seringkali terjadi setelah infeksi virus pada saluran nafas bagian atas.  


memiliki kapsul polisakarida agar terhindar dari fagositosis dan merupakan virulensi dari
organism itu.
      merupakan kokkus gram-positif lainnya, yang pada pemeriksaan
secara mikroskopik terlihat berkelompok-kelompok. Ada 3 cara sehingga organism dapat
menyebabkan pneumonia, yakni : (1) sebagai komplikasi sekunder dari infeksi saluran nafas

c 
    Y YY
Y
bersama influenza virus; (2) pasien yang dirawat di rumah sakit, yang mana mengalami
beberapa kerusakan pertahanan tubuh dan oropharingnya dihuni oleh    ; (3)
sebagai komplikasi penyebaran disseminate dari staphylococcal atau melalui aliran darah.
Berbagai organisme gram-negatif merupakan penyebab potensial terjadinya pneumonia,
namun hanya sebagian kecil contoh penting dari group ini, sebagai berikut :   


 yang merupakan coccobacillary gram-negatif, sering ditemukan pada nasopharing
pada individu yang sehat serta saluran nafas bagian bawah pada penderita penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), dan dapat mengakibatkan pneumonia pada orang dewasa dan
anak-anak. (   

, ialah organisme batang gram negative yang relatif besar
yang pada keadaan normal ditemukan pada saluran pencernaan. Organisme ini telah dinilai
sebagai penyebab pneumonia pada ketergantungan alcohol.
Pada keadaan tertentu, seperti pada perawatan yang lama di rumah sakit ataupun penggunaan
antibiotic yang baru-baru saja, dapat mengakibatkan bakteri yang menghuni oropharing
berubah, terutama digantikan oleh batang gram-negatif aerobic dan   .

yY 
Walaupun virus sering menjadi agen penyebab pada infeksi saluran nafas bagian atas, namun
virus sebagai penyebab utama pneumonia sangat jarang terjadi, kecuali pada anak-anak.
Virus influenza merupakan agen yang pada umumnya didiagnosa pada orang dewasa. Wabah
pneumonia yang berkaitan dengan adenovirus juga cukup diakut, terutama pada perekrutan
tentara militer. Kasus pneumonia yang relative jarang yang sering mengakibatkan fulminant
dan lethal pneumonia telah digambarkan di selatan Amerika Serikat. Virus yang bertanggung
jawab atas kasus pneumonia tersebut, dikenal sebagai 
!, yang terdapat pada hewan
pengerat.

yY   
Organism ini telah diakui sebagai penyebab umum dari pneumonia, karena dari 10 ± 20%
kasus seluruh kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme ini. Walaupun frekuensi
pneumonia yang disebabkan oleh organism ini banyak ditemukan pada golongan usia dewasa
muda, tidak menutup kemungkinan ditemukan pada golongan usia lainnya. Pneumonia yang
disebabkan oleh mikroorganisme ini biasanya diperoleh melalui lingkungan masyarakat,
bukan diperoleh dari lingkungan rumah sakit.

c 
    Y YY
Y
[ 
  [  

Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru. Keadaan ini
disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya
tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit.
Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan
merusak permukaan epitel saluran napas. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai
permukaan :
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi. Secara inhalasi
terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan
bakteri dengan ukuran 0,5 -2,0 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveol dan
selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung,
orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi
dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 %) juga pada
keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse).
Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10/ml, sehingga aspirasi dari
sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan
terjadi pneumonia.
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi. Umumnya
mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran napas bagian
bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis mikroorganisme yang sama.
Mikroorganisme yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi
radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis
eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi. Sel-sel PMN
mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui
psedopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan. Pada waktu terjadi
peperangan antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik terset yaitu :

c 
    Y YY
Y
1. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema.
2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah.
3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN
yang banyak.
4. Zona resolusiE : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, leukosit dan
alveolar makrofag.

î   
ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan ' ray hepatization'
ialah konsolodasi yang luas.

Π    


 ejala umum dari pneumonia ialah sebagai berikut.
âY Demam
âY Batuk
âY Sesak Nafas
âY Nyeri Pleuritic

Y Pada pneumonia yang disebabkan  



, waktu terjadinya gejala klinik relative
tiba-tiba. Suhu tubuh biasanya sangat meningkat dan disertai menggigil. Batuk biasanya
produktif dan warna dahak yang dihasilkan seperti berkarat.
Y Pneumonia yang disebabkan oleh mycoplasma, biasanya tidak tinggi dan pada umumnya
juga tidak menggigil. Batuk yang terjadinya seringkali tidak productive.
Y Pasien dengan staphylococcus atau pneumobacillary gram-negatif seringkali
menimbulkan gejala yang cukup parah. Seringkali pasien ialah mereka yang telah
memiliki masalah kesehatan yang cukup komplek, dan telah masuk rumah sakit, dan
memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang buruk, atau yang baru-baru ini mendapat
terapi antibiotic.






c 
    Y Y Y
Y
x
 
R *
 

a. Anamnesis
 ambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat
dapat melebihi 40oC, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai
darah, sesak napas dan nyeri dada.
b. Pemeriksaan Fisik
Vemuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras,
pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial
yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada
stadium resolusi.

+ [  
[

,

a.  ambaran Radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis.  ambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan "air
broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks
saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk
ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan
oleh     

  [ 
  
 sering memperlihatkan infiltrat
bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan (   

 sering
menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai
beberapa lobus.
b. Pemeriksaan ×abolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari
10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan ×ED. Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada
20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan
hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik^

c 
    Y YY
Y
[     
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik pada penderita
pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi
karena beberapa alasan yaitu :
1. penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2. bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia.
3. hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara umum pemilihan
antibiotic berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut :
Y  

 : golongan penicillin, macrolide, dan beberapa antibiotic tertentu dari
golongan quinolone.
Y     : golongan vancomycin, oxacillin, nafcillin.
Y . 
 
 : golongan cephalosporins generasi 2 atau 3, Cotrimoxazole.
Y Batang gram-negatif : golongan amynoglycosides, cephalosporins generasi 3.
Y Organisme anaerobe : golongan penicillin, clindamycin.
Y Mycoplasma : golongan macrolide, quinolone.
Y   

 : tetracycline, macrolide

   
m Efusi pleura.
m Empiema.
m Abses Paru.
m Pneumotoraks.
m  agal napas.
m Sepsis

c 
    Y YY
Y
 [


x 
Abses Paru diartikan sebagai kematian jaringan paru-paru dan pembentukan rongga yang berisi
sel-sel mati atau cairan akibat infeksi bakteri.

 

Kebanyakan abses paru muncul sebagai komplikasi dari pneumonia aspirasi akibat bakteri
anaerob di mulut. Penderita abses paru biasanya memiliki masalah periodontal (jaringan di
sekitar gigi). Sejumlah bakteri yang berasal dari celah gusi sampai ke saluran pernafasan bawah
dan menimbulkan infeksi. Vubuh memiliki sistem pertahanan terhadap infeksi semacam ini,
sehingga infeksi hanya terjadi jika sistem pertahanan tubuh sedang menurun, seperti yang
ditemukan pada:
m seseorang yang berada dalam keadaan tidak sadar atau sangat mengantuk karena pengaruh
obat penenang, obat bius atau penyalahgunaan alkohol.
m Penderita penyakit sistem saraf.

Jika bakteri tersebut tidak dapat dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan tubuh, maka akan
terjadi pneumonia aspirasi dan dalam waktu 7-14 hari kemudian berkembang menjadi nekrosis
(kematian jaringan), yang berakhir dengan pembentukan abses. Mekanisme pembentukan abses
paru lainnya adalah bakteremia atau endokarditis katup trikuspidalis, akibat emboli septik pada
paru-paru. Pada 89% kasus, penyebabnya adalah bakteri anaerob. Yang paling sering adalah
Peptostreptococcus, Bacteroides, Fusobacterium dan Microaerophilic streptococcus. Organisme
lainnya yang tidak terlalu sering menyebabkan abses paru adalah:
m      
m     

m     


m (   


m    
 

m spesies Actinomyces dan Nocardia
m Basil gram negative

c 
    Y YY
Y
Penyebab non-bakteri juga bisa menyebabkan abses paru, diantaranya :
m Parasit (Paragonimus, Entamoeba)
m Jamur (Aspergillus, Cryptococcus, 3istoplasma, Blastomyces, Coccidioides)
m Mycobacteria.

     
 ejala awalnya menyerupai pneumonia :
m mudah lelah
m hilang nafsu makan
m berat badan menurun
m berkeringat
m demam
m batuk berdahak, dahaknya bisa mengandung darah. Dahak seringkali berbau busuk karena
bakteri dari mulut atau tenggorokan cenderung menghasilkan bau busuk. Ketika bernafas,
penderita juga bisa merasakan nyeri dada, terutama jika telah terjadi peradangan pada
pleura.

x

Diagnosis abses paru tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan gejalanya yang menyerupai
pneumonia maupun hasil pemeriksaan fisik saja. Diduga suatu abses paru jika gejala yang
menyerupai pneumonia terjadi pada keadaan-keadaan berikut :
m kelainan sistem saraf
m penyalahgunaan alkohol atau obat lainnya
m penurunan kesadaran karena berbagai sebab
Rontgen dada seringkali bisa menunjukkan adanya abses paru. Abses paru tampak sebagai
rongga dengan bentuk yang tidak beraturan dan di dalamnya tampak perbatasan udara dan
cairan. Abses paru akibat aspirasi paling sering menyerang segmen posterior paru lobus atas atau
segmen superior paru lobus bawah. Ketebalan dinding abses paru bervariasi, bisa tipis ataupun
tebal, batasnya bisa jelas maupun samar-samar. Dindingnya mungkin licin atau kasar.  ambaran
yang lebih jelas bisa terlihat pada CV scan. Biakan dahak dari paru-paru bisa membantu
menentukan organisme penyebab terjadinya abses.

c 
    Y YY
Y
[     
Untuk penyembuhan sempurna diperlukan antibiotik, baik intravena (melalui pembuluh darah)
maupun per-oral (melalui mulut). Pengobatan ini dilanjutkan sampai gejalanya hilang dan
rontgen dada menunjukkan bahwa abses telah sembuh. Untuk mencapai perbaikan seperti ini,
biasanya antibiotik diberikan selama 4-6 minggu. Pada rongga yang berukuran besar (diameter
lebih dari 6 cm), biasanya perlu dilakukan terapi jangka panjang.
Perbaikan klinis, yaitu penurunan suhu tubuh, biasanya terjadi dalam waktu 3-4 hari setelah
pemberian antibiotik. Jika dalam waktu 7-10 hari setelah pemberian antibiotik demam tidak juga
turun, berarti telah terjadi kegagalan terapi dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan diagnostik
lebih lanjut untuk menentukan penyebab dari kegagalan tersebut.
3al -hal yang perlu dipertimbangkan pada penderita yang memberikan respon yang buruk
terhadap pemberian antibiotik adalah penyumbatan bronkial oleh benda asing atau tumor; atau
infeksi oleh bakteri, mikobakteri maupun jamur yang resisten.
Pada abses paru tanpa komplikasi sangat jarang dilakukan pembedahan. Indikasi pembedahan
biasanya adalah kegagalan terhadap terapi medis, kecurigaan adanya tumor atau kelainan bentuk
paru-paru bawaan. Prosedur yang dilakukan adalah lobektomi atau pneumonektomi. Angka
kematian karena abses paru mencapai 5%. Angka ini lebih tinggi jika penderita memiliki
gangguan sistem kekebalan, kanker paru-paru atau abses yang sangat besar.

c 
    Y YY
Y

You might also like