You are on page 1of 9

TUGAS PPKn

TANTANGAN, HAMBATAN, DAN ANCAMAN NKRI DI


BIDANG EKONOMI

ANGGOTA KELOMPOK :

SAFFANA NOOR ROFIQ

SILVA PRANCISKA

SILVY DAMAYANTI

VINA MAULIDIA

KIKI HERAWATI

SELA NOVITA.S.

WINENDY DEO.H.

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN CIAMIS


SMA NEGERI 1 CIAMIS
Jl. Gunung Galuh No. 37. Ciamis, Jawa Barat, Indonesia

Website : http://www.sman1-ciamis.sch.id/html/index.php

.Telp : 0265-771069
Ancaman Ekonomi Indonesia

Selama 2011, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup


membanggakan. Mencapai 6,5%, lebih tinggi dibanding Malaysia yang hanya 6 % saja.
Namun dengan angka pertumbuhan yang relatif besar, itu ternyata penurunan jumlah
orang miskin di Indonesia masih kalah dibanding di Malaysia. Selama 2011 Indonesia
mengalami penurunan jumlah orang miskin mencapai 0,88 %. Angka tersebut
ternyata jauh berada di bawah penurunan jumlah orang miskin di malaysia yang
mencapai 2,4 %.

Pernyataan itu disampaikan Dr. Ir. Arif Budimanta, MSc, Wakil Ketua MPR RI Fraksi PDI
Perjuangan pada acara Dialog Pilar Negara, Senin (2/4). Acara tersebut berlangsung di
Ruang Presentasi Perpustakaan, Gedung Nusantara 5 Kompleks MPR DPR dan DPD,
mengetengahkan tema Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi.

Terjadinya angka penurunan jumlah orang miskin Indonesia yang lebih kecil dibanding
Malaysia, menurut Arif merupakan bukti tidak adanya keadilan ekonomi di Indonesia.
Sekaligus memperlihatkan kenyataan bahwa terjadi ketimpangan yang sangat luar
biasa antara si kaya dan si miskin. Konon 10% dari total Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia yang jumlahnya mencapai Rp.7.396 triliun merupakan milik 40 orang terkaya
di Indonesia.

Kondisi tersebut diperparah dengan kemampuan daya saing Indonesia yang sangat
lemah. Pada 2011-2012 peringkat daya saing Indonesia menurut WEF berada pada
posisi 46. Jauh lebih rendah dibanding Thailand pada urutan 39, Malaysia 21 dan
Singapura 10. Karena itu, menurut Arif, sesungguhnya Indonesia tengah menghadapi
ancaman serius menuju Integrasi Ekonomi ASEAN pada 2015.
Perekonomian merupakan salah satu penentu posis tawar setiap negara dalam
pergaulan internasional. Kondisi ekonomi sangat menentukan dalam pertahanan negara
dari ancaman ekonomi baik dari internal dan eksternal.

Potensi ancaman dari internal dapat berupa inflasi, pengangguran, infrastruktur yang
tidak memadai, dan sistem ekonomi yang tidak jelas. Sementara ancaman dari
eksternal dapat berbentuk kinerja ekonomi yang buruk, daya saing rendah,
ketidaksiapan mengahadapi globalisasi dan tingkat ketergantungan terhadap pihak
asing

Berdasarkan The Global Competitiveness Index, (GCI) tahun 2012-2013 Indonesia


berada di ranking 50 dengan score 4.4 atau sudah masuk dalam Stage 2 Development
Global, dengan Efficiency Driven. Ini artinya, perekonomian Indonesia sudah
dikendalikan oleh efisiensi dari penggunaan berbagai faktor produksi.

Sementara ini Indonesia masih sangat menarik sebagai tujuan investasi. Pertumbuhan
ekonomi kuat pada 2012-2013 karena Indonesia punya perekonomian yang begitu
beragam, basis komoditas, konsumsi yang kuat, dan sektor jasa yang kuat. Pemerintah
Indonesia juga punya program investasi yang menarik untuk investor.

Gambaran jangka panjang Indonesia sangat baik. Kalau melihat 10 tahun kebelakang,
Indonesia membuat progres yang luar biasa dalam iklim usaha dan regulasi. Namun
harus diakui, tantangan ekonomi Indonesia saat ini lebih condong persoalan korupsi
dalam pemerintahan dan semua sektor kegiatan ekonomi. Masalah korupsi kini telah
menjadi hambatan pembangunan di hampir seluruh sektor pembangunan di Indonesia.

Tantangan berikutnya adalah bagaimana mengatasi perilaku birokrasi dalam


mengkoordinasi pembangunan, baik diantara internal pemerintahan maupun pusat
dengan daerah. Kalau dua hal ini sudah berhasil diatasi, yaitu pemberantasan korupsi
dan merubah perilaku birokrasi menjadi lebih efisien, bersifat melayani, dan mampu
mensinergikan instansi terkait untuk mendukung pembangunan maka Indonesia
berpeluang menjadi lebih maju dan mampu bertahan di tengah persaingan global.
>Ancaman dari luar

Di jaman sekarang tampaknya akan lebih berbentuk upaya menghancurkan moral dan budaya bangsa
melalui disinformasi, propaganda, peredaran narkotika dan obat-obat terlarang, film-film porno atau
berbagai kegiatan kebudayaan asing yang mempengaruhi bangsa Indonesia terutama generasi muda,
yang pada gilirannya dapat merusak budaya bangsa. Potensi ancaman dari luar lainnya adalah dalam
bentuk "penjarahan" sumber daya alam Indonesia melalui eksploitasi sumber daya alam yang tidak
terkontrol yang pada gilirannya dapat merusak lingkungan atau pembagian hasil yang tidak seimbang
baik yang dilakukan secara "legal" maupun yang dilakukan melalui kolusi dengan pejabat pemerintah
terkait sehingga meyebabkan kerugian bagi negara.
Semua potensi ancaman tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan
Ketahanan Nasional melalui berbagai cara, antara lain:
a. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh
budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia
b. Upaya peningkatan perasaan cinta tanah air (patriotisme) melalui
pemahaman dan penghayatan (bukan sekedar penghafalan) sejarah perjuangan bangsa.
c. Pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi sumber daya alam nasional serta terciptanya suatu
pemerintahan yang bersih dan berwibawa (legitimate, bebas KKN, dan konsisten melaksanakan
peraturan/undang-undang).
d. Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kecintaan terhadap tanah air serta menanamkan semangat juang
untuk membela negara, bangsa dan tanah air serta mempertahankan Panca Sila sebagai ideologi negara
dan UUD 1945 sebagai landasan berbangsa dan bernegara.
e. Untuk menghadapi potensi agresi bersenjata dari luar, meskipun
kemungkinannya relatif sangat kecil, selain menggunakan unsur kekuatan TNI, tentu saja dapat
menggunakan unsur Rakyat Terlatih (Ratih) sesuai dengan doktrin Sistem Pertahanan Semesta.
Dengan doktrin Ketahanan Nasional itu, diharapkan bangsa Indonesia mampu mengidentifikasi berbagai
masalah nasional termasuk ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan terhadap keamanan negara
guna menentukan langkah atau tindakan untuk menghadapinya.

>Ancaman Dari Dalam

Meskipun tokoh-tokoh LSM banyak yang menyatakan hal ini sebagai sesuatu yang mengada-ada, pada
kenyataannya potensi ancaman yang dihadapi negara Republik Indonesia tampaknya akan lebih banyak
muncul dari dalam negeri, antara lain dalam bentuk:
a. disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan
sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah
pusat
b. keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
pada gilirannya dapat menyebabkan huru-hara/kerusuhan massa
c. upaya penggantian ideologi Panca Sila dengan ideologi lain yang ekstrim atau yang tidak sesuai
dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia d. potensi konflik antar kelompok/golongan baik
akibat perbedaan pendapat dalam masalah politik, maupun akibat masalah SARA
e. makar atau penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional

Ketika wawasan kebangsaan suatu Negara sasaran hancur dan jati diri bangsa
hilang, maka praktis negara sasaran sudah dengan kata lain dapat dikuasai atau
negara sasaran dalam penguasaan dan terjajah dalam berbagai aspek kehidupan.
Berikutnya tinggal membentuk Negara boneka yang diwakili oleh komperador asing.
Sadar ataupun tidak dari situasi dan kondisi saat ini, sesungguhnya sudah dan sedang
berlangsung perang modern di wilayah Indonesia, dengan menjalankan strategi sesuai
tahapan perang modern di atas; kapitalisme internasional yang dipimpin oleh Negara
maju dan sekutunya, berusaha mengkikis wawasan kebangsaan, berusaha memecah
belah persatuan bangsa Indonesia agar lemah dan akhirnya mampu mempengaruhi
berbagai kebijakan dan pelaksanaannya untuk tujuan akhir yakni menguasai mayoritas
Sumber daya alamnya (SDA).
Banyak masyarakat Indonesia tidak menyadarinya bahwa saat ini sedang dijajah dan
menjadi korban dari perang modern. Satu alasan pasti bahwa melakukan invasi fisik
sangat tidak memungkinkan sehingga mereka merubah konsep dari konvensional
menjadi non konvensional (perang modern). Perang modern, dengan biaya yang murah
namun hasilnya sangat dahsyat karena dapat merusak sendi-sendi kekuatan negara
sasaran. Hal tersebut sangat berbahaya bagi keutuhan wilayah NKRI karena
didalamnya hidup jutaan manusia yang berasal dari berbagai macam elemen suku,
agama, ras dan budaya (SARA) sehingga sangat memungkinkan bagi mereka untuk
“bermain” untuk memecah belah struktur masyarakat yang demikian majemuk.
Lalu apa menariknya Indonesia untuk dikuasai? Faktor utama yang menjadi daya tarik
adalah kekayaan yang dimiliki Indonesia yang luar biasa besarnya. Dapat dibayangkan
jumlah penduduk lebih kurang 230 juta jiwa merupakan pasar yang besar bagi
penjualan barang-barang produksi.
Berikutnya potensi ekonomi baik dari aspek letak geografis maupun sumber daya alam
yang menjadi sasaran tujuan untuk dikuasai.
POTENSI EKONOMI
- +/- 40 jt ton lalu-lintas cargo/hari
- +/- 21 juta barrel/hari lalu lintas minyak dari Timur Tengah ke Asia Pasifik
(Tahun 2030 prediksi meningkat 2x lipat)
- Produksi ikan dari wilayah Timur dapat meberikan konsumsi hampir separuh
penduduk dunia — bila dikelola dengan benar
- Hutan sebagai paru-paru dunia —- potensi, tetapi bisa bahayakan
pemanasan global (kontribusi Indonesia 2 % perusak hutan)
- Energi alternatif panas bumi, hydro, solar, angin dan biduel dari tumbuhan
(jarak, sagu, tebu, ubi kayu dll) -à ethanol, alcohol dll
- Penghasil lada putih no. 1 dunia
- Penghasil Kayu Lapis No 1 di dunia
- Penghasil Puli dari buah Pala No. 1 di dunia
- LNG No. 1 di dunia
- Penghasil Lada Hitam No. 2 di dunia
- Penghasil Karet Alam No. 2 di dunia
- Penghasil Minyak Sawit (CPO) No. 2 di Dunia
- Penghasil Timah No. 2 di Dunia
- Penghjasil Tembaga No. 3 di dunia
- Penghasil Kopi No. 4 di dunia
- Jumlah Penduduk No. 4 di dunia
- Penghasil karet Sintetik No 4 di dunia
- Penghasil Ikan No. 6 di dunia
- Penghasil Biji-bijian No. 6 di dunia
- Penghasil The No. 6 di dunia
- Penghasil Natural Gas No. 6 di Dunia
- Penghasil Emas No. 8 di dunia
- Penghasil Batu-bara No. 9 di dunia
- Penghasil Minyak Bumi No. 11 di dunia
- Negara dengan luas No. 15 di dunia
- Penghasil Aspal
- Penghasil Bauxit
- Penghasil Nikel
- Penghasil Granit
- Penghasil Perak
- Penghasil Uranium
- Penghasil Marmer & Mineral ikutan lainnya
- Pasir besi kualitas Terbaik di dunia

Faktor inilah yang mengundang pihak asing ingin menguasai Indonesia, dengan
strategi penguasaan secara tidak langsung yang dibungkus dengan cara
mempengaruhi baik cara hidup maupun cara berpikir masyarakat melalui globalisasi
komunikasi, media, kebudayaan, ekonomi, keuangan, sosial dan politik.
Dari sisi jumlah penduduk, masyarakat Indonesia di dorong agar konsumtif
atau menjadi pasar potensial dengan membelanjakan uangnya. Sementara, untuk
menguasai sisi potensi sumber daya alamnya, didorong adanya aturan atau kebijakan
investasi yang mengikuti atau berpihak kepada pasar bebas yang lebih banyak
menguntungkan investor.
Sejalan dengan tujuan dari perang modern maka sasaran antaranya adalah
melemahnya wawasan kebangsaan serta menghilangkan jati diri dimana berikutnya
akan muncul persoalan-persoalan kebangsaan mulai dari pelecehan terhadap negara,
tumbuhnya terorisme, penguasaan dan pengelolaan sumberdaya alam oleh pemodal
asing, konflik horizontal terutama di masyarakat kelas bawah, korupsi merajalela,
perseteruan antar lembaga negara dan banyak lagi contoh persoalan yang
memprihatinkan. Demikian juga adanya campur tangan asing dalam pembuatan
berbagai undang-undang merupakan bagian dari agenda perang modern untuk
merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
# Contoh ancaman, hambatan, dan tantangan NKRI di bidang ekonomi
adalah PERTANIAN LEMAH AWAL KEHANCURAN MASA DEPAN NKRI

Kebijakan apapun untuk melemahkan kondisi Pertanian di Indonesia, khususnya sektor pangan, dinilai
sama saja dengan langkah awal menghancurkan masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

Hal tersebut disampaikan Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetika 2010-2013, Agus
Pakpahan, dalam diskusi 'Menatap Masa Depan Dunia Pertanian di Indonesia Menuju Kemandirian
Pangan Nasional,' yang diselenggarakan Public Trust Institute (PTI), dalam pernyataan tertulis di Jakarta,
Minggu (22/12/2013).

Pembicara lain yang hadir dalam diskusi tersebut, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UI yang juga peneliti
senior Public Trust Institute Eman Sulaeman Nasim.

"Apabila kondisi Pertanian di Indonesia lemah maka Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur terancam. Titik masuk kehancuran adalah dari kelaparan dan
kemiskinan. Ini merupakan bukti dunia," kata Agus.

Lebih lanjut, Agus Pakpahan menjelaskan salah satu faktor penting dalam dunia pertanian adalah
perbenihan. Jika diibaratkan dalam dunia mekanik, benih berfungsi sebagai mesin, sementara pupuk
berperan sebagai bensin atau bahan bakar jenis lain.

Oleh karena itu, ketika dirinya menjabat Direktur Jenderal Perkebunan, pernah mengusulkan untuk
mengkonsolidasikan direktorat perbenihan di masing-masing ditjen, menjadi satu yakni Direktorat
Jenderal Perbenihan Nasional.

"Dengan yurisdiksi setingkat Ditjen maka kebijaksanaannya bisa lebih terarah," kata Agus.

Dijelaskan, Indonesia sendiri memiliki Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Sang Hyang Seri (persero)
yang bertugas memproduksi benih tanaman pangan dan palawija yang berkualitas untuk memenuhi
kebutuhan benih di dalam negeri maupun ekspor ke manca negara.

Namun, sejak pertengahan Oktober 2013, PT Sang Hyang Seri dirubah statusnya bukan lagi BUMN yang
mandiri, tetapi menjadi anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero).

Perubahan yang belum dilandasai dasar hukum yang kuat berupa peraturan pemerintah atau sejenisnya
itu, selain menimbulkan keresahan di kalangan pegawai dan manajemen PT Sang Hyang Seri di seluruh
Indonesia, juga membatasi ruang gerak dan kreativitas manajemen untuk membawa perusahaan menjadi
lebih maju.

Menurut Agus, kebijakan tersebut tidak tepat pada saat Indonesia sedang berusaha memperkuat sektor
pertanian di tanah air menuju negara yang berdaulat dan mandiri di bidang pangan.

Saat ini, tegasnya, negara memerlukan perusahaan perbenihan nasional yang kuat dan maju.

"BUMN harus mengambil kepeloporan dalam bidang ini. Setidaknya PT Sang Hyang Seri sebagai BUMN
dapat menjalankan tugas untuk pengembangan benih padi dan tanaman khas tropika Nusantara,"
katanya.

Agus Pakpahan berharap PT Sang Hyang Seri dikembalikan menjadi BUMN yang mandiri sehingga
menjadi perusahaan benih yang sejajar dengan perusahaan benih di negara yang lebih maju.

Selain itu, dapat dibangun menjadi PT Sang Hyang Seri baru agar lebih siap dalam menghadapi
tantangan berat NKRI di bidang pangan, sekarang dan masa yang akan datang.

Agus Pakpahan juga berpendapat, agar dapat menghasilkan inovasi yang tinggi dan benih benih
tanaman pangan dan palawija yang berkualitas, PT Sang Hyang Seri juga masih perlu dukungan sistem
ekonomi benih yang andal agar investasi dalam bidang perbenihan ini berkembang.

Untuk itu, tambahnya, pemerintah masih perlu memberikan dukungan kepada PT Sang Hyang Seri.

Saling Memperkuat Menyinggung hasil Sidang Tingkat Menteri (KTM) Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO) yang antara lain memutuskan agar subsidi di bidang pertanian dalam waktu empat tahun
mendatang tidak melebihi angka 10 persen, Agus Pakpahan menyatakan persetujuannya.

Hal itu karena kemajuan pertanian di tanah air tidak harus dibangun dengan subsidi melainkan dengan
pembangunan nasional, regional dan sektoral yang saling memperkuat.

"Pertanian kita harus maju dan mampu bersaing. Jawaban kemajuan pertanian itu memang bukan
dengan memberikan subsidi, melainkan dengan pembangunan nasional dan pembangunan sektoral
serta pembangunan regional yang saling memperkuat membuat pertanian maju," katanya.

Dia menilai dan sependapat dengan usulan negara maju bahwa subsidi tidak diperlukan.

Yang diperlukan adalah, tegasnya, pembangunan pertanian dengan anggaran yang besar untuk
memajukan pertanian seperti membangun irigasi, industri benih, pupuk organik, teknologi pemulihan
kesuburan tanah, pasar pertanian di seluruh pelosok negeri, penelitian dan pengembangan pertanian
yang memadai, stabilisasi harga pertanian, kredit pertanian, bank pertanian.

You might also like