You are on page 1of 13

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Manajemen Resiko


Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah
suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan
dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian resiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah
memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko,
dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko
tradisional terfokus pada resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti
bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).
Menurut Vibiznews.com, manajemen resiko adalah suatu proses mengidentifikasi,
mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang
tersedia. Strategi yang dapat digunakan antara lain mentransfer resiko pada pihak lain,
menghindari resiko, mengurangi efek buruk dari resiko dan menerima sebagian maupun
seluruh konsekuensi dari resiko tertentu.
Sedangkan menurut COSO, manajemen resiko (risk management) dapat diartikan
sebagai “a process, effected by an entity’s board of directors, management and other
personnel, applied in strategy setting and across the enterprise, designed to identify potential
events that may affect the entity, manage risk to be within its risk appetite, and provide
reasonable assurance regarding the achievement of entity objectives.
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua wirausaha.
Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat menunjukkan resiko yang
terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari semua
aktivitas. Fokus dari manajemen resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi
resiko. Sasarannya untuk menambah nilai maksimum berkesinambungan (sustainable)
organisasi. Tujuan utama untuk memahami potensi upside dan downside dari semua faktor
yang dapat memberikan dampak bagi organisasi. Manajemen resiko meningkatkan
kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan kegagalan dan ketidakpastian dalam
memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan mengembangkan proses
yang bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi dan strategi dalam mengimplementasikan.
Manajemen resiko seharusnya ditujukan untuk menanggulangi suatu permasalahan sesuai
dengan metode yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas dalam suatu organisasi di masa
lalu, masa kini dan masa depan.
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan
kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen senior.
Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam teknis dan sasaran
operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta kemampuan merespon secara
menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiap manajer dan pekerja memandang
manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi kerja.Manajemen resiko mendukung
akuntabilitas (keterbukaan), kinerja pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi
operasional dari semua tingkatan.
Definisi manajemen resiko (risk management) di atas dapat dijabarkan lebih
lanjut berdasarkan kata kunci sebagai berikut:
1. On going process
Manajemen resiko dilaksanakan secara terus menerus dan dimonitor secara
berkala. Manajemen resiko bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan sesekali (one time
event).
2. Effected by people
Manajemen resiko ditentukan oleh pihak-pihak yang berada di lingkungan
organisasi. Untuk lingkungan instansi pemerintah, manajemen resiko dirumuskan oleh
pimpinan dan pegawai institusi/departemen yang bersangkutan.
3. Applied in strategy setting
Manajemen resiko telah disusun sejak dari perumusan strategi organisasi oleh
manajemen puncak organisasi. Dengan penggunaan manajemen resiko, strategi yang
disiapkan disesuaikan dengan resiko yang dihadapi oleh masing-masing bagian/unit dari
organisasi.
4. Applied across the enterprised
Strategi yang telah dipilih berdasarkan manajemen resiko diaplikasikan dalam kegiatan
operasional, dan mencakup seluruh bagian/unit pada organisasi. Mengingat resiko masing-
masing bagian berbeda, maka penerapan manajemen resiko berdasarkan penentuan resiko
oleh masing-masing bagian.
5. Designed to identify potential events
Manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi kejadian atau keadaan yang secara
potensial menyebabkan terganggunya pencapaian tujuan organisasi.
6. Provide reasonable assurance
Resiko yang dikelola dengan tepat dan wajar akan menyediakan jaminan bahwa
kegiatan dan pelayanan oleh organisasi dapat berlangsung secara optimal.
7. Geared to achieve objectives
Manajemen resiko diharapkan dapat menjadi pedoman bagi organisasi dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh
lingkungan, teknologi, manusia, organisasi, dan politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen
resiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya entitas manajemen
resiko (manusia, staff, organisasi).
Dalam perkembangannya resiko-resiko yang dibahas dalam manajemen resiko dapat
diklasifikasi menjadi:
a) Resiko Operasional
b) Resiko Hazard
c) Resiko Finansial
d) Resiko Strategis
Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan manajemen resiko
terintegrasi korporasi (enterprise risk management). Manajemen resiko dimulai dari proses
identifikasi resiko, menganalisa resiko, monitoring dan evaluasi.
a. Mengidentifikasi resiko
Proses ini meliputi identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas
usaha. Identifikasi resiko secara akurat dan kompleks sangatlah vital dalam manajemen
resiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi resiko adalah mendaftar resiko yang
mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi
resiko antara lain:
1. Brainstorming
2. Survey
3. Wawancara
4. Informasi historis
5. Kelompok kerja
b. Menganalisa resiko
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran
resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi terjadinya kerusakan (severity) dan
probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event
sangatlah subjektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko memang
mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian
yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan
dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen resiko.
Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu
resiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa resiko tertentu. Selain
itu, mengevaluasi dampak kerusakan (severity) sering kali cukup sulit untuk asset immaterial.
c. Monitoring resiko dan evaluasi
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu resiko merupakan bagian
penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen resiko tidaklah berhenti
sampai di sini saja. Praktek, pengalaman, dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu
perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu resiko. Sangatlah
penting untuk selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi resiko dan
pengukuran resiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk
mengidentifikasi adanya resiko yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu resiko
terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.

2.1 Konsep Resiko


Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Istilah resiko memiliki beberapa
definisi. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian, atau keadaan yang dapat
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Menurut Vaughan (1978)
mengemukakan beberapa definisi resiko sebagai berikut:
1. Risk is the chance of loss (resiko adalah kans kerugian)
Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap
kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan
tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Dalam hal chance of loss 100%, berarti
kerugian adalah pasti sehingga resiko tidak ada.

2. Risk is the possibility of loss (resiko adalah kemungkinan kerugian).


Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan
satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
3. Risk is uncertainty (resiko adalah ketidakpastian).
Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty
merupakan penilaian individu terhadap situasi resiko yang didasarkan pada pengetahuan dan
sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi
resiko berikut.
4. Risk is the dispersion of actual from expected results (resiko merupakan penyebaran hasil
aktual dari hasil yang diharapkan).
Ahli statistik mendefinisikan resiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai di
sekitar suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata.
5. Risk is the probability of any outcome different from the one expected (resiko adalah
probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan)
Menurut definisi di atas, resiko bukan probabilitas dari suatu kejadian tunggal, tetapi
probabilitas dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan. Dari berbagai definisi
di atas, resiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang
tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan
adanya ketidakpastian.
Konsep lain yang berkaitan dengan resiko adalah peril dan hazard. Peril merupakan
suatu peristiwa yang dapat menimbulkan terjadinya suatu kerugian. Sedangkan hazard
merupakan keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya peril.
Hazard terdiri dari beberapa tipe, yaitu:
1. Physical hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik secara fisik
dari objek yang dapat memperbesar terjadinya kerugian.
2. Moral hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber dari orang yang berkaitan dengan
sikap mental, pandangan hidup dan kebiasaan yang dapat memperbesar kemungkinan
terjadinya peril.
3. Morale hazard merupakan suatu kondisi dari orang yang merasa sudah memperoleh
jaminan dan menimbulkan kecerobohan sehingga memungkinkan timbulnya peril.
4. Legal hazard merupakan suatu kondisi pengabaian atas suatu peraturan atau perundang-
undangan yang bertujuan melindungi masyarakat sehingga memperbesar terjadinya peril.
Resiko dapat terjadi pada pelayanan, kinerja, dan reputasi dari institusi yang
bersangkutan. Resiko yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kejadian
alam, operasional, manusia, politik, teknologi, pegawai, keuangan, hukum, dan manajemen
dari organisasi.
Suatu resiko yang terjadi dapat berasal dari resiko lainnya, dan dapat disebabkan oleh
berbagai faktor. Resiko rendahnya kinerja suatu instansi berasal dari resiko rendahnya mutu
pelayanan kepada publik. Resiko terakhir disebabkan oleh faktor-faktor sumber daya
manusia yang dimiliki organisasi dan operasional seperti keterbatasan fasilitas
kantor. Resiko yang terjadi akan berdampak pada tidak tercapainya misi dan tujuan dari
instansi tersebut, dan timbulnya ketidakpercayaan dari publik.
Resiko diyakini tidak dapat dihindari. Berkenaan dengan sektor publik yang
menuntut transparansi dan peningkatan kinerja dengan dana yang terbatas, resiko yang
dihadapi instansi Pemerintah akan semakin bertambah dan meningkat. Oleh karena itu,
pemahaman terhadap resiko menjadi keniscayaan untuk dapat menentukan prioritas strategi
dan program dalam pencapaian tujuan organisasi.

3.1 Kategori Resiko


Resiko dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk :
1. Resiko spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko spekulatif kadang-
kadang dikenal dengan istilah resiko bisnis (business risk). Seseorang yang menginvestasikan
dananya di suatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya
menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Resiko yang dihadapi seperti ini adalah
resiko spekulatif.
2. Resiko murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau
tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah
kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran, maka perusahaan tersebut akan
menderita kerugian. Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan
demikian kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan kecuali
ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni adalah
sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin
menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan resiko murni adalah dengan asuransi.
Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya resiko murni kadang
dikenal dengan istilah resiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ). Perbedaan utama
antara resiko spekulatif dengan resiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak,
untuk resiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk resiko murni
tidak dapat kemungkinan untung.
Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari perkiraan. Artinya ada
kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan maupun merugikan. Jika kedua
kemungkinan itu ada, maka dikatakan resiko itu bersifat spekulatif. Sebaliknya, lawan dari
risiko spekulatif adalah resiko murni, yaitu hanya ada kemungkinan kerugian dan tidak
mempunyai kemungkinan keuntungan. Manajer resiko tugas utamanya menangani risiko
murni dan tidak menangani risiko spekulatif, kecuali jika adanya resiko spekulatif
memaksanya untuk menghadapi resiko murni tersebut.
Menentukan sumber resiko adalah penting karena mempengaruhi cara
penanganannya. Sumber resiko dapat diklasifikasikan sebagai resiko sosial, resiko fisik, dan
resiko ekonomi.
Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau ketidakpastian
dapat dibagi sebagai berikut:
1. Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan
2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri
4.1 Mengidentifikasi resiko
Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk menemukan secara
sistematis dan berkesinambungan atas resiko (kerugian yang potensial) yang dihadapi
perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan checklist untuk pendekatan yang sistematis dalam
menentukan kerugian potensial. Salah satu alternatif sistem pengklasifikasian kerugian
dalam suatu checklist adalah; kerugian hak milik (property losses), kewajiban mengganti
kerugian orang lain (liability losses) dan kerugian personalia (personnel losses). Checklist
yang dibangun sebelumnya untuk menemukan resiko dan menjelaskan jenis-jenis kerugian
yang dihadapi oleh suatu perusahaan.
Perusahaan yang sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan dinamis, maka
diperlukan metode yang lebih sistematis untuk mengeksplorasi semua segi. Metode yang
dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Questioner analisis resiko (risk analysis questionnaire)
2. Metode laporan Keuangan (financial statement method)
3. Metode peta aliran (flow-chart)
4. Inspeksi langsung pada objek
5. Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan
6. Catatan statistik dari kerugian masa lalu
7. Analisis lingkungan

Dengan mengamati langsung jalannya operasi, bekerjanya mesin, peralatan,


lingkungan kerja, kebiasaan pegawai dan seterusnya, manajer resiko dapat mempelajari
kemungkinan tentang hazard. Oleh karena itu, keberhasilannya dalam mengidentifikasi resiko
tergantung pada kerja sama yang erat dengan bagian-bagian lain yang terkait dalam
perusahaan. Manajer resiko dapat menggunakan tenaga pihak luar untuk proses
mengidentifikasikan resiko, yaitu agen asuransi, broker, atau konsultan manajemen resiko.
Hal ini tentunya memiliki kelemahan, di mana mereka membatasi proses hanya pada resiko
yang diasuransikan saja. Dalam hal ini diperlukan strategi manajemen untuk menentukan
metode atau kombinasi metode yang cocok dengan situasi yang dihadapi.
ugas Kewirausahaan (Proposal Usaha)
Posted on November 16, 2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pagi hari merupakan waktu dimulianya semua aktivitas, dari mulai orang kantor yang pergi
bekerja, anak-anak yang pergi ke sekolah, ibu-ibu yang pergi ke pasar, dan juga mahasiswa/i
yang pergi kuliah. Aktivitas di pagi hari ini biasanya menjadi aktivitas yang sangat sibuk.
Seperti mahasiswa/i yang takut terlambat datang ke kampus, takut macet dijalan, atau belum
mengerjakan tugas. Aktivitas sibuk ini pun terkadang membuat mahasiswa/i lupa atau malas
untuk sarapan terlebih dahulu, apalagi bagi mahasiswa/i yang tinggal di kostan. Dikarenakan
biaya kost yang cukup mahal, mereka harus pintar-pintar memanage keuangan mereka.
Sehingga mereka memilih untuk tidak sarapan terlebih dahulu.

Berdasarkan atas itulah penulis melihat adanya peluang usaha yang terbuka. Penulis ingin
mencoba membuat usaha makanan yang cocok untuk dijadikan santapan dipagi hari, tetapi
dengan harga yang terjangkau untuk kalangan mahasiswa/i. Selain itu dari segi kesehatan
dapat dijamin dan dapat cukup mengenyangkan.

Usaha yang ingin coba untuk dijalankan yaitu berjualan Lontong isi. Lontong adalah
makanan yang terbuat dari beras yang dicuci bersih, dikukus dengan menggunakan panci
kemudian dimasukan isian seperti wortel kentang ataupun oncom yang sudah diolah. Lontong
ini sangat mudah dibuat dan bahan bakunya mudah didapat serta harga nya yang tidak begitu
mahal. Lontong ini sangat cocok untuk dijadikan sarapan, karena untuk memakannya praktis
dan tidak ribet, kemudian harganya yang juga terjangkau serta dapat mengenyangkan.

1.2 Visi

Menjadikan usaha ini sebagai awal membangun usaha yang lebih besar kedepannya serta
menjadi salah satu usaha kuliner tersukses di Indonesia.

1.3 Misi

1. Terus berinovasi dalam mengembangkan usaha kuliner


2. Membangun ide-ide kreatif untuk membuat berbagai macam kuliner
3. Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat

BAB II

ANALISIS USAHA
2.1 Aspek Pemasaran

1. Product (Produk)

Nama Usaha ini adalah “LOIS” yang merupakan singkatan dari Lontong Isi. LOIS ini
termasuk kedalam jenis usaha kuliner. Lontong isi ini berisikan bahan-bahan yang telah
ditumis sebelumnya yaitu kentang, wortel, dan daging ayam yang sudah dipotong kecil-kecil
(cincang).

2. Price (Harga)

Lontong isi ini dijual dengan harga Rp 2.500,- per lontong. Penentuan harga Rp 2.500,- per
lontong dengan pertimbangan bahwa sasaran utama produk lontong isi ini adalah mahasiswa
dan masyarakat kalangan menengah ke bawah, sehingga harga jual yang tidak terlalu tinggi
akan membantu memperlancar proses penjualan. Harga tersebut juga ditentukan berdasarkan
perhitungan dengan biaya produksi lontong isi, sehingga telah diperhitungkan besarnya nilai
keuntungan yang akan diperoleh.

3. Place (Tempat/Lokasi)

Lokasi yang direncanakan untuk memasarkan usaha LOIS ini yaitu di daerah sekitar rumah
kawasan Kelapa Dua Karawaci Tangerang dan juga di lingkungan Universitas Gunadarma
Karawaci.

4. Promotion (Promosi)

Promosi yang akan dilakukan yaitu dengan menjajakan langsung kepada para konsumen yang
berada di kampus dan ditempat lainnya. Menitipkan lontong isi ke warung-warung yang ada
di sekitar daerah rumah. Kemudian dirpomosikan dari mulut ke mulut dan juga melalui
sosmed.

2.2 Aspek Produksi

1. Alat-Alat yang Dibutuhkan

 Panci besar
 Panci kecil
 Penggorangan
 Kompor
 Gas
 Tali rafiah
 Pisau
 Sendok
2. Bahan-Bahan yang Dibutuhkan

 Beras
 Daging ayam (filet)
 Kentang
 Wortel
 Daun pisang
 Kelapa (santan)
 Bawang putih
 Lada
 Garam
 Air

3. Cara Pembuatan

 Siapkan isian lontong isi, potong dadu wortel, kentang dan daging ayam filet.
 Kemudian tumis bawang putih hingga harum, kemudian masukan bahan-bahan diatas
lalu tambahkan garam dan lada secukupnya.
 Aduk rata hingga matang.
 Cuci beras, lalu dikukus kurang lebih 30 menit.
 Didihkan santan, dan masukan kukusan beras tadi ke santan sambil diaduk hingga
menjadi aronan, dan dinginkan kurang lebih 30 menit.
 Siapkan daun pisang yang sudah bersih, kemudian sendokan aronan ke daun pisang
lalu di isi oleh isiannya, kemudian dibungkus dan diikat. Lakukan hingga semua nya
habis.
 Setelah itu didihkan air dalam panci besar, lalu masukkan lontong yang sudah
dibungkus tadi kedalam panci tersebut lalu masak hingga kurang lebih 2 jam.

2.3 Analisis SWOT

1. Strength ( Kekuatan )

 Kualitas produk yang terjamin


 Proses pembuatan yang mudah
 Harganya terjangkau
 Terbuat dari bahan baku yang sehat
 Asli 100 % olahan sendiri
 Praktis untuk dimakan dan mengenyangkan

2. Weaknes ( Kelemahan )

 Harga bahan baku yang tidak setabil


 Masih sangat pemula bagi penjual untuk menjalankan usaha
 Pemasaran masih belum luas, masih dalam lingkup kecil

3. Opportunity ( Peluang )
 Budaya masyarakat yang konsumtif
 Cocok untuk semua kalangan mulai dari anak-anak sampai orang tua
 Masyarakat yang senang dengan makanan ringan, praktis dan tidak ribet

4. Threat ( Ancaman )

 Banyaknya pesaing yang sudah berjualan lontong


 Perubahan selera masyarakat atau sifat manusia yang cepat bosan
 Munculnya pesaing-pesaing baru

BAB III

ASPEK KEUANGAN

3.1 Modal yang Dibutuhkan

PERALATAN

No Jenis Barang Jumlah Barang


1 Kompor 1 buah
2 Panci 1 buah
3 Penggorengan 1 buah
4 Gas 1 buah
5 Minyak 1 buah
BAHAN BAKU

No Jenis Bahan Jumlah Harga


1 Beras 1 Liter Rp 12.000,-
2 Daun Pisang 3 Ikat Rp 6.000,-
3 Kentang 3 Buah Rp 5.000,-
4 Wortel 4 Buah Rp 5.000,-
5 Daging Ayam Filet ¼ Rp 10.000,-
6 Kelapa (Santan) 1 Buah Rp 7.000,-
7 Bawang Putih Rp 2.000,-
8 Lada 2 Bungkus Rp 2.000,-
9 Garam 1 Bungkus Rp 1.000,-
Total Rp 50.000,-
3.2 Penetapan Harga Jual
 Harga Pokok Keseluruhan = Rp 50.000
 Harga Pokok /Unit = Rp 50.000 : 25 lontong = Rp 2.000
 Penetapan Harga Jual (HPP+Laba) = Rp 2.000 + 25% = Rp 2.000 + Rp 500 = Rp
2.500

3.3 Perhitungan Laba Rugi

 Pendapatan (Rp 2.500 x 25) = Rp 62.500


 Biaya Bahan Baku = Rp 50.000
 Laba bersih = Rp 12.500

PERSENTASE KEUNTUNGAN

 Rentabilitas

(Laba Bersih)/(Total Modal)= (Rp 12.500)/(Rp 50.000)×100% = 25%

 Profitabilitas

(Laba Bersih)/Pendapatan= (Rp 12.500)/(Rp 62.500)×100% = 20%

R = 25% dan P = 20%

Karena R > P, maka Usaha Lontong isi ini pun masih mendapatkan keuntungan

You might also like