Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
bersifat difus dan menahun. Namun PGK dapat pula disebabkan oleh penyakit di
luar ginjal atau ekstrinsik (ekstrarenal), seperti nefropati obstruktif (akibat batu
Faktor risiko PGK lainnya adalah obesitas atau perokok, berumur >50 tahun,
riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal dalam keluarga,
siklosporin, atau takrolimus), serta masih banyak lagi hal dari faktor risiko PGK.1
Klasifikasi PGK berdasarkan diagnosa etiologi, terdiri dari akibat diabetes (DM
4
tipe I atau II), non diabetes (penyakit glomerulus, vaskular, tubulointerstitial,
fungsi ginjal, banyak faktor yang akan memperberat perjalanan penyakit ginjal.
PGK disebabkan oleh gangguan atau kerusakan pada ginjal, terutama, pada
komponen sistem filtrasi dan sekresi ginjal, seperti membran basal glomerulus, sel
endotel, dan sel podosit. Kerusakan komponen ini bisa disebabkan secara
langsung oleh kompleks imun, mediator inflamasi, atau toksin. Selain itu, dapat
5
pula disebabkan oleh mekanisme progresif yang berlangsung dalam jangka waktu
kerusakan ginjal.7
struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai
upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan
growth ,factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat, dan diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron
yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron
yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya
progresivitas tersebut.7,8
Pada stadium paling dini PGK, terjadi kehilangan daya cadang ginjal
(renal reserve), pada keadaan dimananilai LFG masih normal atau malah
meningkat. Sampai pada nilai LFG sebesar 60%, penderita masih belum
dan kreatinin serum. Sampai pada nilai LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan
pada penderita. Pada nilai LFG di bawah 30%, penderita memperlihatkan gejala
dan tanda uremia yang nyata Penderita juga mudah terkena infeksi seperti infeksi
6
saluran kemih, infeksi saluran napas, maupun infeksi saluran cema. Juga akan
gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natriurn dan kalium. Pada nilai LFG
Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (gagal ginjal kronis atau chronic renal
failure atau gagal ginjal akut atau acute renal failure apabila fungsi ginjal
menurun dengan cepat) yang menyebabkan gangguan ekskresi urea sehingga urea
akan tertahan di dalam darah, hal ini yang akan menyebabkan retensi dan
intoksikasi oleh urea dalam konsentrasi tinggi. Sedangkan uremia postrenal terjadi
oleh obstruksi saluran urinaria di bawah ureter yang dapat menghambat ekskresi
urin.7
menyebabkan perdarahan saluran cerna. Adanya toksik uremik pada PGK akan
mempengaruhi massa paruh dari sel darah merah menjadi pendek, yaitu pada
keadaan normal 120 hari menjadi 70–80 hari, dan toksik uremik ini dapat
7
PGK menyebabkan terjadinya pelepasan aktivitas renin dari aparatus
cairan dan NaCl, volume cairan ekstrasel akan meningkat (hipervolemia), ventrikel
kiri akan gagal memompa darah ke perifer (gejala gagal jantung). Jika berlangsung lama
akan terjadi peningkatan tekanan atrium kiri, peningkatan tekanan vena pulmonalis,
dan peningkatan tekanan di kapiler paru, sehingga akan berakhir dengan edema
paru, dan timbullah gejala sesak nafas. Selain itu, angiotensin II memiliki efek
gejala saluran cerna seperti mual, muntah, anoreksia, dan lelah. Salah satu gejala
khas akibat asidosis metabolik adalah pernapasan kussmaul yang timbul karena
keparahan asidosis.7
8
Peningkatan ekskresi elektrolit natrium dapat disebabkan oleh pengeluaran
tubulus ginjal. Bila fungsi ginjal terus memburuk disertai dengan penurunan
dengan retensi cairan yang berlebihan akan menyebabkan dilusi natrium di dalam
membentuk ikatan kalsium-fosfat yang kompleks dan sukar larut. Kalsium fosfat
akan tetap rendah. Oleh karena itu, rangsangan untuk pelepasan PTH akan tetap
terdapat di ginjal dan tulang, juga terdapat di banyak organ lain (sistem saraf,
9
lambung, sel darah, dan gonad), diduga PTH berperan dalam terjadinya berbagai
menyebabkan gangguan metabolisme mineral tulang. Biasanya hormon ini akan merangsang
absorbsi kalsium dan fosfat di usus. Namun karena terjadi penurunan hormon
meningkat, maka ion hidrogen tersebut akan berdifusi ke dalam sel–sel ginjal
sekresi kalium di ginjal akan berkurang. Gambaran klinis dari kelainan kalium
iniberkaitan dengan sistem saraf dan otot jantung, otot rangka, dan otot polos
sehingga dapat menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon dalam,
10
Pada stadium awal PGK, manifestasi klinik biasanya masih bersifat
1. Gangguan Hemopoiesis
yang terjadi sangat bervariasi, umumnya baru terjadi bila ureum darah >100
mg% atau klirens kreatinin <25 ml/menit, sehingga penderita tampak pucat
dan lemas.
3. Kelainan Mata
kecil. Gangguan visus cepat hilang dapat terjadi setelah beberapa hari
4. Kelainan Kulit
dijumpai timbunan kristal urea pada kulit muka atau dikenal urea frost.
6. Kelainan Neuropsikiatri
11
Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia,
depresi. Kelainan mental berat seperti konfusi, dan tidak jarang disertai
7. Kelainan Kardiovaskular
8. Hipertensi
dari medulla ginjal, aktivitas sistem saraf simpatis, dan faktor hemodinamik
karotikus tidak berfungsi lagi untuk mengatur tekanan darah karena telah
terjadi perubahan volume dan tonus pembuluh darah arteriol akibat kelainan
ginjal.4,7
12
9. Sindrom Uremikum
dengan stadium lanjut, tetapi hal ini juga dapat terjadi pada penderita dengan
gangguan ginjal akut (GgGA) jika hilangnya fungsi ginjal terjadi dengan
klinis uremia. Uremia terjadi bila kadar ureum plasma >50 mg/dl.Uremia
asam amino, dan kegagalan dari katabolisme ginjal, metabolisme, dan proses
kejang otot, pingsan, dan koma. Penyebab pasti UE masih belum diketahui.
asam urat, asam hipurat, berbagai asam amino, polipeptida, poliamina, fenol,
13
menggambarkan memburuknya fungsi ginjal. Jika tidak diobati, UE akan
5. Menentukan prognosis
2. Pemeriksaan Laboratorium
yang sebenarnya
14
iv. Elektrolit
v. Imunodiagnosa
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif
kelainan fungsi ginjal (penurunan nilai LFG) secara lebih progresif, meringankan
15
elektrolit. Waktu yang paling tepat untuk terapi kausal penyakit dasar PGK adalah
sebelum terjadinya penurunan nilai LFG yang lebih lanjut, sehingga perburukan
kelainan fungsi ginjal tidak akan segera terjadi dalam waktu yang cepat.4
Pada ukuran ginjal yang masih normal baik secara ultrasonografi, biopsi dan
kausal penyakit dasar PGK. Sebaliknya, bila nilai LFG sudah menurun 20-30%
dari nilai normal, terapi kausal terhadap penyakit dasar PGKumumnya sudah tidak
hemodialisa.1
disesuaikan dengan derajat atau stadium PGK, yang dapat dilihat di tabel berikut:7
toksin ginjal yang telah beredar di sirkulasi darah, namun pemberian DRP
16
untuk jangka panjang dapat merugikan pula, terutama apabila terjadi
terhadap status nutrisi penderita. Bila terjadi malnutrisi, jumlah asupan kalori
dan protein dapat ditingkatkan dari sebelumnya. Berbeda dengan lemak dan
karbohidrat, kelebihan protein tidak akan disimpan dalam tubuh, tetapi justru
mengandung ion hidrogen, fosfat, sulfat, dan ion anorganik lain yang juga
kejadian hiperfosfatemia.11
dan memelihara status nutrisipenderita. Harus dibatasi pula jumlah air minum
17
Kebutuhan jumlah elektrolit dan mineral bersifat individual tergantung
2. Terapi Simtomatik
a. Asidosis Metabolik
segera diberikan secara intravena bila nilai pH darah arteri ≤7,35 atau
b. Anemia Renal
PRC pada PGK harus dilakukan secara hati-hati, berdasarkan indikasi yang
tepat dan pemantauan yang cermat. Transfusi darah PRC yang tidak cermat
fungsi ginjal. Sasaran nilai hemoglobin menurut berbagai studi klinik adalah
11-12 g/dl.13
c. Kelainan Gastrointestinal
Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan
18
d. Kelainan Kulit
Tindakan yang akan diberikan tergantung pada jenis keluhan kulit. Dapat
e. Kelainan Neuromuskular
f. Hipertensi
glomerulus.4
keseimbangan elektrolit.4
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada PGK stadium 5, yaitu pada nilai
a. Hemodialisa
19
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala
toksik azotemia. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pula pada
fungsi ginjal. Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan
atau dializer).7
20
2. Hemodialisa kronik, yaitu hemodialisa yang dilakukan seumur hidup.
K/DOQI dalam mengatakan bahwa dialisis dimulai bila nilai LFG <15
ml/menit tetapi karena gejala klinis setiap orang berbeda maka dialisis
e. Kelebihan cairan
saraf pusat.
21
meningkat, kelebihan cairan yang tidak bisa berkurang dengan diuretik,
c. Transplantasi Ginjal
2.1.7 Komplikasi
terkait PGK lainnya, kejadian kardiovaskular (penyakit jantung koroner atau gagal
PGK.7
2.1.8 Pencegahan
2.1.9 Prognosis
PGK justru baru berobat ketika sudah berada dalam stadium lanjut yang sudah
memiliki gejala dan tanda klinis berat. Penderita PGK harus menjalani rutin
22
kualitas hidup penderita.PGK tidak dapat disembuhkan sehingga prognosis jangka
jarang dilakukan.4
terjadi pada penderitaPGK. Dalam kurun waktu 2 dekade terakhir, telah banyak
tahun 2008, Sarnak dkk. melaporkan bahwa bila dibandingkan dengan populasi
umum, maka kematian akibat PKV pada penderita PGK stadium V (yang sudah
menjalani dialisis) adalah 10-30x lipat. Gagal jantung atau HF adalah keadaan
23
aktivitas biasa dapat menghasilkan
gejala HF
III Keterbatasan lebih pada aktivitas fisik,
Membaik saat istirahat, namun (lebih
sedikit) aktivitas yang biasa sudah
mampu menyebabkan HF
IV Tidak dapat melakukan aktivitas fisik
antpa gejalaHF, atau gejalaHFsudah
muncul walau pada saat istirahat.
D Penyakit jantung IV Tidak dapat melakukan aktivitas fisik
struktural lebih lanjut, tanpa gejalaHF, atau gejala HFsudah
serta gejalaHF yang muncul walau pada saat istirahat.
sangat bermakna pada
saat istirahat, walaupun
penderitasudah mendapat
terapi medis maksimal
(refrakter)
Sumber: 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure
minor.5
disebabkan oleh penurunan fungsi jantung. Mengingat fungsi ginjal antara lain
untuk mengatur garam (NaCl) dan cairan, maka penurunan fungsi ginjal akan
24
menyebabkan pengobatan terhadap penyakit gagal jantung juga akan
terganggu.15,16
Sampai saat ini masih belum ada lagi kesepakatan pasti mengenai definisi
CRS.15,16
Menurut mereka apakah penyebab awalnya organ ginjal atau jantung, gambaran
kliniknya masih dapat berupa gagal jantung yang disertai dengan penurunan
fungsi ginjal, memburuknya fungsi ginjal saat dilakukan pengobatan pada Acute
akibat penurunan fungsi ginjal. Mereka membuat klasifikasi definisi CRS terbaru
25
Tabel 6. Definisi CRS menurut Liang dkk. (2008)
kardiorenal tipe I sering terjadi. Sebagian besar penderita gagal jantung yang
dirawat di rumah sakit akibat gagal jantung seringkali mempunyai kondisi pre-
CRS tipe 4 ditandai oleh kondisi PGK primer (penyakit glomerulus kronik)
balik, sehingga urutan kejadian pada kondisi sindrom kardiorenal kronik (tipe II
26
Belum ada laporan yang khusus yang mempelajari insidensi CRS, tetapi dari
Morbidity (CHARM) yang dilaporkan oleh Hillege dkk (2006) terbukti bahwa
meningkatnya angka kejadian dan kematian akibat gagal jantung (heart failure).20
penelitian populasi besar yang menyangkut 105.388 penderita gagal jantung yang
PGK.21 Dari hasil review kepustakaan yang dilakukan oleh Liang dkk (2008)
dilaporkan bahwa lebih dari 70% kasus menunjukan kenaikan kadar kreatinin
serum selama dirawat oleh karena gagal jantung. Tingkat penurunan fungsi ginjal
dilaporkan oleh Anavekar dkk (2004) membuktikan bahwa penurunan nilai LFG
merupakan faktor risiko bebas untuk terjadinya infark miokard akut atau PKV
hazard ratio sebesar 1.10 untuk angka kematian dan komplikasi lainnya. Pada
penderita dengan ADHF selalu terjadi kelebihan volume tubuh (volume overload)
mengganggu efektifitas diuretik atau disebut sebagai diuretic resistant. Belum ada
27
Patofisiologi terjadinya CRS belum dapat diterangkan dengan jelas. Sebuah
teori menggambarkan dengan baik dan sederhana hubungan kausal dan patologi
interaksi antar organ jantung dan ginjal. Suatu keadaan patologi yang mengenai
salah satu organ dapat menimbulkan kelainan pada organ yang lain. Reaksi dari
organ dapat terjadi secara akut maupun kronis. Sebagai terlihat bahwa proses
patologis yang terjadi pada jantung dapat menimbulkan penyakit ginjal kronis
atau gagal ginjal akut. Sebaliknya proses patologis pada ginjal dapat menimbulkan
infark miokard, gagal jantung, gangguan katup, atau kematian akibat gangguan
jantung lain.18
28