Professional Documents
Culture Documents
APENDISITIS AKUT
Pembimbing :
dr. Made Agus D Sueta, Sp.B-KBD
Persarafan sekum dan apendiks vermiformis berasal dari saraf simpatis dan
parasimpatis dari plekxus mesenterica superior. Serabut saraf simpatis berasal dari
medula spinalis torakal 10 bagian kaudal.2 Persarafan parasimpatis berasal dari
cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterica superior dan a.apendikularis. Serabut
saraf aferen dari apendiks vermiformis mengiringi saraf simpatis ke segmen medula
spinalis thorakal 10. Rasa nyeri pada appendicitis timbul dari sekitar umbilikal
karena proses persarafan dari thorakal 10.
Definisi
ETIOLOGI
PATOGENESIS
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan daripada lumen
apendiks yang dapat terjadi akibat berbagai macam penyebab, yang antara lain
obstruksi oleh fekalit, gallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing (Oxyurus
vermicularis), namun insidensi paling banyak disebabkan obstruksi oleh fekalit dan
kemudian diikuti oleh proses peradangan. Hasil observasi epidemiologi juga
menyebutkan bahwa obstruksi fekalit adalah penyebab terbesar, yaitu sekitar 20%
pada anak dengan apendisitis akut dan 30-40% pada anak dengan perforasi
appendiks. 4,5
Apendisitis juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus enterik atau sistemik,
seperti measles, chicken pox, dan cytomegalovirus. Pasien dengan cyctic fibrosis
memiliki peningkatan insidensi apendisitis akibat perubahan pada kelenjar yang
mensekresi mucus. Carcinoid tumor juga dapat mengakibatkan obstruksi
appendiks.
Gejala Klinis
Gejala utama apendisitis akut adalah nyeri andomen. Secara klasik nyeri timbul
pertama kali ditengah bagian bawah epigastrium atau daerah umbilicus, menetap,
kadang-kadang disertai dengan rasa kram yang intermiten. Setelah periode 12 jam,
biasanya antara 4-6 jam lokasi nyeri terlokalisir di daerah kuadran kanan bawah. Variasi
lokasi anatomis apendiks menghasilkan berbagai variasi lokasi fase nyeri somatic. Sebagai
contoh apendiks yang panjang dimana ujung yang mengalami inflamasi berada di kuadran
kiri bawah menyebabkan nyeri pada daerah tersebut, letak retrocaecal menyebabkan
nyeri pada daerah pinggang atau punggung, apendiks letak pelvic nyerinya pada
suprapubik dan apendiks letak retroileal dapat menyebabkan nyeri pada testis, diduga
karena iritasi dari arteri spermatikius dan ureter.
Anoreksia hampir selalu menyertai apendisitis. Vomitus terjadi pada kira-kira 75%
pasien tetapi tidak terus menerus, sebagian besar pasien mengalami vomitus hanya 1-2
kali.
Obstipasi sebagian besar terjadi sebelum nyeri abdomen dan merasa bahwa
defekasi dapat mengurangi rasa nyeri perutnya. Diare dapat terjadi pada beberapa
pasien.
Tanda Klinis
Tanda-tanda vital tidak mengalami perubahan yang banyak pada apendisitis yang
sederhana.Kenaikan temperature jarang melebihi 1°C. Kecepatan nadi dapat normal atau
sedikit meningkat.
Nyeri tekan dan nyeri lepas secara klasik di kuadran kanan bawah pada apendiks
letak anterior yang mengalami inflamasi. Nyeri tekan yang maksimal terletak pada atau
dekat titik Mc Burney.
Rovsing’s sign dengan cara penekanan pada kuadran kiri bawah menyebabkan
refleksi nyeri pada daerah kuadran kanan bawah.
Psoas Sign mengindikasikan adanya iritasi ke muskulus psoas. Tes ini dilakuakn
dengan cara pasien berbaring terlentang, secara perlahan tungkai kanan diekstensikan
kearah kiri pasien sehingga menyebabkan peregangan m.psoas. Rasa nyeri pada
maneuver ini menandakan tes positif.
Obturator sign positif dari nyeri hipogastrik pada peregangan m.obturator
internus menandakan iritasi pada daerah tersebut. Tes dilakukan dengan cara pasien
berbaring terlentang, tungkai kanan difleksikan dan dilakukan rotasi interna secara
pasif.[17]
LABORATORIUM
Urin biasanya normal, hanya sedikit leukosit dan eritrosit dan kadang terdapat
gross hematuri, terutama di retrocaecal atau apendisitis di pelvic.
RADIOLOGI
Pemeriksaan USG menjadi sangat popular baru-baru ini, Penemuan klinis meliputi
penebalan dinding dan kehilangan lapisan normal.
ulang
tindakan bedah
DIAGNOSIS BANDING
Nyeri abdomen dan gejala lain yang menyerupai apendisitis akut dapat
disebabkan oleh banyak kelainan patologi, khususnya yang melibatkan traktus
gastrointestinal, genitourinarius, dan organ ginekologi.
Banyak kelainan ginekologi meniru apendisitis akut. Folikel ovarium yang pecah,
torsi kista ovarium, ruptur kista ovarium, kehamilan ektopik dan peradangan pelvis harus
dipertimbangkan dalam mendiagnosis nyeri perut kanan bawah wanita. Hubungan
mulainya gejala dengan masa haid serta sifat nyeri bisa bermanfaat dalam membedakan
salah satu kelainan pelvis dari apendisitis. Kelainan ginekologi tersebut cenderung
menimbulkan nyeri yang mendadak. Untuk kehamilan ektopik memperlihatkan tanda-
tanda syok hipovolemik. Salpingitis timbul tepat setelah masa haid, sangat nyeri pada
pergerakan serviks dan pengeluaran sekret vagina.
Batu ureter dan ginjal jarang dikelirukan dengan apendisitis karena nyeri
punggung kolik unilateral yang menjalar ke lipat paha sulit disalahinterpretasikan. Suatu
batu dapat diperlihatkan dengan foto polos abdomen.[15]
PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan yang dapat dilakukan pada penderita apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi. Penanggulangan konservatif terutama
diberikan pada penderita yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa
pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada
penderita apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan
elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik.7,10
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukannya apendisitis , maka tindakan yang
dilakukan adalah pembedahan operasi membuang apendiks (apendektomi).
Penundaan apendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses
dan perforasi. Pada abses apendisitis yang dilakukan drainase (mengeluarkan
nanah).7,11
Persiapan pra-bedah meliputi :
- Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
- Pemasangan kateter untuk kontrol produksi urin
- Rehidrasi
- Antibiotika dengan spektrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena
Operasi
A. Open Appendectomy
B. Laparoscopic Appendectomy
Pertama kali dilakukan pada tahun 1983. Laparoscopic dapat dipakai sarana
diagnosis dan terapeutik untuk pasien dengan nyeri akut abdomen dan suspek
Appendicitis akut. Laparoscopic kemungkinan sangat berguna untuk membedakan
penyakit akut ginekologi dari Appendicitis akut akan lebih mudah dengan
menggunakan laparoskop.
PROGNOSIS
Prognosis baik bila dilakukan diagnosis dini sebelum terjadi ruptur, dan diberi
antibiotik yang adekuat serta dilakukan appendektomi sebelum perforasi. Kematian
dapat terjadi pada beberapa kasus. Mortalitas pada pasien dengan appendisitis
berhubungan dengan sepsis, emboli paru, ataupun aspirasi.. Setelah operasi masih
dapat terjadi infeksi pada 30 % kasus apendiks perforasi atau apendiks gangrenosa.8
Dengan operasi awal, tingkat kematian apendisitis akut sangat rendah. Pemulihan
pada orang tua membutuhkan waktu lebih lama. Tanpa operasi dan antibioti tingkat
kematian mencapai 50% dan jika terjadi perforasi , dengan pembedahan dan
antibiotik telah menurunkan angka kematian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Putrikasari, Luh AP. 2011. Perbedaan Jumlah Leukosit Pada Pasien Apendisitis Akut
Dan Apendisitis Kronik di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta
Periode 2010. Jakarta: FK UPN.
2. R. Sjamsuhidayat, Wim De Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Grace, Pierce A., Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Ed.3. Jakarta: PT. Erlangga.
4. Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
5. Aryanti, Adhita D. 2009. Appendicitis Acute. Cimahi: FK Universitas Jenderal Achmad
Yani.
6. Burkit H,G., Quick, C.R.G., and Reed, J.R. 2007. Appendicitis In: Essential Surgery
Problem, Diagnosis and Management. Fouth Edition. London : Elsevier, 389-398.
7. Reksopradjo, Soelarto. 2007 Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FK UI . Binarupa Aksara:
Jakarta.
8. Schwartz, I, S., 2000. Principles of Surgery 7 th. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta.
9. Syamsuhidayat, R., dan Jong, WB. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Penerbit
buku kedokteran EGC : Jakarta.
10. Dudley,H,, 1992. Ilmu Bedah Gawat Darurat Edisi I Gadjah Mada. University Press:
Yogyakarta.
11. Oswan, E. 2000. Bedah dan Perawatan FK UI. Penerbit FK UI: Jakarta.
12. Schrock, T. 1995. Ilmu Bedah Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
13. Naulibasa, Katerin. 2011. Gambaran Penderita Apendisitis Perforata Umur 0-14
tahun di RSUP H.Adam Malik Tahun 2006-2009. KTI FK USU.
14. Hartman, G.,E., 2000. Apendisitis Akut. In : Nelson , W.E., Behrman, R.E., Kliegman,
R.M., and Arvin, A.M., ed. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.2.Edisi 15. Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.
15. Lawrence W. Way, Appendix, in Current Surgical, 7th ed, Mc Graw Hill inc, USA, 2003,
p 668-72.
16. Malik, Wani, Continuing Diagnostic Challence of Acute Appendicitis: Evaluation
Through Modified Alvarado Score, Aust.
17. Seymor I. Schwartz, Appendix, in Principles of Surgery, 7th ed, Mc Graw Hill inc, USA,
1999, p 1383-93.