You are on page 1of 12

Hello Effect

Kesan pertama selalu meninggalkan jejak panjang dalam ingatan.

ika kamu bertemu seseorang untuk pertama kalinya, pasti kesan pertama itu sangat
penting. Kesan itu yang akan membuatmu akan mengingat seseorang itu dalam waktu
yang lama, bahkan abadi.

Tapi jika kamu salah langkah, dijamin kamu tidak akan meninggalkan kesan pertama
yang baik dan siap-siap terlupakan begitu saja.

Kesan pertama bisa dibicarakan dalam banyak konteks. Bisa kencan, wawancara
kerja, bertemu klien atau apa saj ayang melibatkan interaksi dengan orang lain.

Bagaimana cara agar kamu meninggalkan kesan pertama yang baik saat bertemu
orang lain untuk pertama kali? Simak 7 tip di bawah ini.

Memperhatikan

Salah satu hal terbaik yang bisa terjadi adalah ketika seseorang berkonsentrasi penuh
dan mendengarkan seseorang yang lain saat ia berbicara. Itulah yang harus kamu
lakukan. Perhatikan dan curahkan fokus seutuhnya pada lawan bicara. Ia pasti bisa
merasakan "magnet" perhatian yang kamu curahkan padanya itu.

Ramah

Tak peduli apa kejadian yang baru kamu alami atau mood apa yang sedang
melandamu, usahakan untuk terlihat ramah dengan tulus, jangan dibuat-buat. Tidak
harus berlebihan juga, kok. Cukup tersenyum dan tidak memasang muka murung.

Positif
Sangat mudah untuk menemukan sisi buruk dari seseorang. Dunia tidak sempurna,
dan kita semua tahu itu. Karena itu cobalah untuk jadi positif. Kurangi mengeluh dan
tawarkan solusi daripada menyodorkan masalah baru.

Setuju

"Benar juga" atau "Iya, ya" terkadang bisa membantumu untuk meninggalkan kesan
pertama yang baik pada lawan bicara. Dengan begitu, mereka mendapatkan
pemahaman bahwa kamu dan dia sepaham dan sejalan. Bagaimanapun juga, kita
tidak mau menghabiskan banyak waktu dengan mereka yang berseberangan dengan
kita dalam banyak hal kan?

Spesifik

Seiap orang suka mendengar cerita yang spesifik. Karena itu, jangan terlalu melebar
dan mengada-ada jika berbicara. Pilih topik yang menarik dan diskusikan segala hal
dengan detail dan spesifik.

Mengaku kekurangan

Sekali lagi, tidak ada yang sempurna. Tidak usah terlalu berusaha menutupi
kekurangan dan akhirnya malah kamu tidak menjadi diri sendiri. Akan lebih mudah
bagi seseorang menerima orang lain yang mau mengakui kekurangannya daripada
berhadapan dengan orang yang egois dan "palsu".

Ucapkan terima kasih

"Terima kasih sudah mau bertemu denganku" atau "Terima kasih karena kamu sudah
meluangkan waktumu" adalah cara terbaik untuk mengakhiri perjumpaan dengan
seseorang. Dengan begitu, mereka akan bisa melihat bahwa kamu adalah sosok yang
penting yang tidak bisa dilupakan begitu saja.
https://www.rappler.com/indonesia/gaya-hidup/185925-tips-meninggalkan-kesan-
pertama-yang-baik

Setiap hari, kita menilai orang dari penampilan mereka. Impresi pertama kita terhadap
daya tarik seseorang akan memengaruhi bagaimana kita melihat orang tersebut secara
keseluruhan. Fenomena ini adalah sebuah bias kognitif, yang disebut dengan hallo
dan devil effect, yang merupakan kesan kita pada seseorang yang kemudian
memengaruhi bagaimana kita menilai berbagai sifat orang tersebut.
Dengan kata lain, kita menggunakan karakteristik umum, seperti penampilan menarik,
untuk menentukan sifat yang lebih spesifik, seperti luwes dalam bergaul, baik hati,
disenangi banyak orang. Halo effect menggambarkan penilaian yang
positif, sedangkan devil effect mengarah ke penilaian yang negatif. Istilah ini pertama
kali diperkenalkan pada tahun 1920 oleh Edward Thorndike, seorang psikolog yang
melakukan serangkaian eksperimen terkait proses penilaian terhadap orang lain.
Dalam dunia kerja, bias ini tidak terelakkan terjadi pada kita. Pada proses seleksi
pegawai baru, kita sering menilai seorang kandidat yang memiliki penampilan menarik
dan pandai berbicara sebagai kandidat yang memenuhi kriteria. Kita kemudian
cenderung akan memberikan penilaian yang positif terhadap berbagai aspek yang
diukur dalam proses seleksi tersebut, seperti sosok yang percaya diri, memiliki
motivasi berprestasi tinggi, mampu bekerja sama, dan lain sebagainya.
Sebaliknya manakala bertemu dengan kandidat yang berpenampilan kurang menarik
dan aksen bicaranya kurang kita sukai, kita cenderung menilainya sebagai kandidat
yang kurang kompeten. Hal ini tentu sangat berbahaya dalam sebuah proses seleksi,
karena akan dapat menyebabkan kita salah dalam memilih kandidat dan menghalangi
kita dalam mengidentifikasi kandidat potensial yang sesungguhnya.
Hallo dan devil effect pun dapat berlangsung meski interaksi sudah berlangsung cukup
lama. Apabila seorang atasan mengalami hallo effect terhadap bawahannya, maka
seluruh perilaku bawahannya tersebut akan cenderung dinilai positif oleh atasannya.
Toleransi atas kesalahan yang dilakukan oleh bawahannya tersebut juga akan tinggi.
Anak buah tersebut akan seperti anak emas di mata atasannya.
Akan tetapi, apabila seorang atasan mengalami devil effect terhadap bawahannya,
maka meski bawahannya tersebut mencapai target yang diberikan, sang atasan akan
bersikap skeptis, menilai bahwa prestasi tersebut dicapai bawahannya karena kebetulan
saja bukan akibat dari kerja kerasnya. Anak buah tersebut diperlakukan bak anak tiri.
Bayangkan apabila sang atasan harus memberikan penilaian kinerja terhadap
bawahannya tersebut, maka penilaiannya akan tendensius. Ia akan sulit untuk dapat
bersikap objektif dan pada akhirnya akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
Bias ini tidak hanya terjadi di level individu, namun dapat juga terjadi di level
organisasi. Ketika sebuah organisasi menampilkan kinerja organisasi yang baik, maka
organisasi tersebut cenderung dinilai memiliki pemimpin yang visioner, strategi yang
tepat, pegawai yang kompeten, budaya yang dinamis, dan hal positif lainnya. Akan
tetapi manakala organisasi tersebut terpuruk, maka orang-orang akan dengan cepat
menyimpulkan bahwa pemimpinnya tidak memiliki kualifikasi yang baik, strategi yang
keliru, pegawai tidak kompeten, organisasi tidak adaptif terhadap perubahan, dan hal
negatif lainnya.
Kondisi ini yang dialami oleh Cisco Sytems. Di akhir tahun 1990an, ketika Cisco
Systems berkembang dengan pesat, maka para jurnalis dan peneliti memberikan pujian
terhadap strategi brilian yang diambil, manajemen yang piawai, dan orientasi pada
pelanggan yang prima. Tatkala terjadi tech bubble, maka para pengamat dengan
cepat mengambil kesimpulan, bahwa strategi Cisco Systems sangat buruk, manajemen
serampangan, dan tidak lagi berorientasi pada pelanggan. Padahal sesungguhnya,
Cisco Systems tidak banyak mengalami perubahan.
Penurunan kinerja organisasi langsung mengakibatkan publik berubah dalam menilai
organisasi secara keseluruhan. Memang, Cisco terus melakukan beberapa perbaikan,
dan hingga kini masih menjadi salah satu perusahaan teknologi terdepan.
Fenomena hallo dan devil effect ini terjadi tanpa disadari. Kita kerap tidak menyadari
bahwa kita telah mengalami bias dalam menilai seseorang. Pertanyaannya, apakah kita
dapat menghilangkan bias tersebut dari diri kita? Bias pada dasarnya adalah hal yang
melekat pada diri manusia, sehingga tidak mungkin dihilangkan sepenuhnya dari diri
kita sebagai manusia. Akan tetapi, kita dapat mereduksinya.
Akan jauh lebih bijaksana ketika kita menyadari bahwa kita mungkin tidak luput dari
bias tersebut dalam memberikan sebuah penilaian. Dengan menyadari bahwa kita
mungkin mengalami hallo atau devil effect, kita dapat menunda untuk tidak
terburu-buru memberi penilaian dan dapat bersikap jauh lebih objektif.

http://www.psikoma.com/malas-jaga-penampilan-hati-hati-dengan-hallo-effect/

Penampilan diri
Penampilan adalah bentuk citra diri yang terpancar dari diri seseorang, dan juga
meupakan sarana komunikasi antara seorang individu dengan individu lainnya. Tampil
menarik dapat menjadi salah satu kunci sukses dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Orang lain akan merasa nyaman, betah, dan senang dengan penampilan diri yang enak
dipandang mata. Berpenampilan menarik bukan berati mewah, tetapi tergantung pada
diri individu itu sendiri dalam kaitannya pengembangan diri seutuhnya secara baik.
Penampilan mengandung pengertian, diantaranya (1) enak dan menarik
dipandang mata, (2) kesempurnaan penampilan dalam warna, (3) proporsi tubuh yang
simetris yang menimbulkan kesan menarik. Dengan kata lain, suatu penampilan akan
terlihat menarik manakala penampilan itu pleasing atau berbentuk sempurna dalam
pengertian proporsi dari setiap bagian terstuktur secara harmonis.

Penampilan Menarik
Usaha yang dapat dilakukan untuk dapa berpenampilan menarik meliputi:

a. Sikap atau pembawaan


Sikap yang baik akan menimbulkan kesan yang baik pula. Dalam hal ini, penampilan
fisik seseorang memegang peranan penting melalui cara berjalan, cara berbicara, cara
makan, cara duduk, cara berdiri.

b. Ekspresi wajah dan bahasa tubuh


Hal yang terkait dengan ekspresi wajah dan bahasa tubuh adalah: (1) cara memandang,
yaitu pandangan mata saat melihat atau berbicara dengan lawan bicara. (2) Sikap tubuh,
meliputi sikap kepala (tegak), sikap wajah (alis mata, bibir).

c. Berbicara
Untuk dapat berbicara dengan baik dituntut bahasa tubuh yang sesuai dengan
pembicaraan yang dilakukan. Suara juga harus disesuaikan dengan kondisi waktu,
tempat, maupun inti pembicaraan. Misal: jika pembicaraan mengandung makna
kemarahan maka ekspresi wajah, intonasi suara juga menyelaraskan dalam keadaan
gusar.

d. Kesehatan
Kesehatan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dan diusahakan agar
memberikan penampilan segar dan prima. Kesehatan harus dijaga dengan cara: makan
dan tidur dengan teratur, jangan terlalu tegang dan lelah, olahraga yang teratur
disesuaikan dengan kondisi tubuh, pandangan hidup yang optimis.

e. Kebersihan dan kerapian


Bau Badan (BB) dan Bau Mulut (BM) merupakan hal penting yang diperhatikan dan
dihindarkan karena akan mengganggu penampilan secara keseluruhan.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari bau badan adalah:
menghindari makanan yang berbau tajam dan merangsang, makan teratur dengan
memperbanyak sayuran dan buah-buahan, secara teratur minum jamu.
Adapun hal yang harus dilakukan dalam menghindari bau mulut adalah: menjaga
kebersihan gigi, menghindari penyakit lambung, menjauhi makanan yang berbau
merangsang seperti petai, bawang, durian dan sebagainya.
Disamping Bau Badan dan Bau Mulut, maka kuku juga merupakan satu hal
penting harus dijaga kebersihan dan kerapiannya. Suatu hal yang sia-sia apabila
seseorang telah berdandan serapi dan secantik mungkin, namun kuku-kukunya kotor
dan terkesan tidak terawat. Untuk itu kebersihan kuku baik tangan maupun kaki harus
senantiasa diperhatikan. Usahakan agar panjang kuku sama dan ujungnya tidak kuning.
Kerapian pada sepatu dan pakaian juga merupakan faktor penunjang penampilan
seseorang. Pakailah sepatu yang sesuai dengan ukuran kaki, sesuaikan pula model dan
warna dengan pertemuan yang akan dihadiri. Perhatikan agar sepatu selalu dalam
keadaan bersih dan terawat.

f. Tata rambut dan tata rias


Untuk tata rambut, sesuaikan penataan rambut dengan bentuk muka, bentuk tubuh,
profesi, waktu, faktor kepribadian (tidak memaksakan suatu mode tertentu), usia.
Untuk tata rias, haruslah dibedakan berdasarkan waktu, usia, profesi, sifat
pertemuan. Jika tata rias untuk pagi hari maka gunakanlah warna teduh, pastel yang
memberi kesan sederhana. Jangan memakai pemerah pipi dan warna lipstick yang
terlalu menyolok. Daris mata jangan terlalu tajam, dan gunakan mascara dengan ringan
pada bulu mata. Adapun tata rias pada malam hari, dapatlah digunakan warna-warna
yang menolok, berkilap, dan terkesan tajam dan berat.

g. Tata busana

Busana tidak saja berfungsi sebagai pelindung tubuh dan penutup bagian tertentu pada
tubuh, akan tetapi busana mempunyai fungsi lain yaitu memperindah diri. Kemampuan
seseorang untuk dapat berbusana dengan tepat dan baik akan menampilkan kesan
positif yang berkaitan erat dengan gairah hidup, sehingga menambah percaya hidup.
Berbusana dengan baik akan menampilkan pribadi yang menarik pula.
http://fazrinurachmanberbagi.blogspot.co.id/2013/11/penampilan-diri-penampilan-
adalah.html

Ketrampilan Pimpinan Organisasi (Robert L.Kartz )


Manajer merupakan seseorang yang bekerja melalui orang lain guna mencapai
sasaran organisasi dengan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
mereka.Pengelompokkan manajer pada organisasi berstruktur tradisional diurutkan
dari yang paling bawah ialah:

Manajemen Lini Pertama (First-line Management)

Manajemen lini pertama juga dikenal dengan istilah manajemen operasional, yaitu
manajemen tingkatan paling bawah yang mempunyai tugas memimpin dan
mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi.

Sering pula mereka disebut dengan penyelia (supervisor), manajer area, manajer shift,
mandor (foreman), manajer kantor atau manajer departemen.

Manajemen Tingkat Menengah (Middle Management)

Manajemen pada tingkatan menengah meliputi semua manajemen yang berada di


antara manajemen puncak dan manajer lini pertama yang bertugas menghubungkan
keduanya.

Termasuk dalam manajer menengah antara lain kepala bagian, manajer pabrik,
manajer divisi, atau manajer divisi.
Manajemen Puncak (Top Management)

Manajemen pada tingkatan paling atas ini juga dikenal dengan istilah executive
officer, mempunyai tugas dalam perencanaan kegiatan dan strategi perusahaan secara
umum serta mengarahkan jalannya perusahaan.

Termasuk dalam Top Manajemen ialah Chief Executive Officer (CEO), Chief
Information Officer (CIO), dan Chief Financial Officer (CFO).

Kendati demikian, tidak semua organisasi mampu merampungkan pekerjaannya


dengan memakai bentuk tradisional dari piramida manajemen ini.

Misalnya saja untuk organisasi yang lebih sederhana dan fleksibel, pekerjaan dengan
tim karyawan yang selalu berubah, dan berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya
tentu akan disesuaikan dengan permintaan pekerjaan.

Seorang ahli riset ilmu manajemen, Henry Mintzberg mengemukakan bahwa terdapat
10 peran yang dimainkan oleh seorang manajer di tempat kerjanya.

Dari sepuluh peran tersebut, ia kemudian membaginya kembali dalam tiga kelompok,
antara lain:

1. Peran Antar Pribadi

Melibatkan orang dan kewajiban lain yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini
meliputi peran sebagai figur dalam anak buah, pemimpin, dan penghubung.

2. Peran Informasional
Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran
sebagai juru bicara.

3. Peran Pengambilan Keputusan

Meliputi peran sebagai seorang wirausahawan, pembagi sumber daya, pemecah


masalah, dan perunding.

Mintzberg selanjutnya memberi kesimpulan bahwa secara garis besar, kegiatan yang
dilakukan oleh manajer merupakan berinteraksi dengan orang lain.

Keterampilan Manajer

Menurut Robert L. Katz (1970), setiap manajer membutuhkan minimal tiga


keterampilan dasar, antara lain:

1. Conceptional Skill (Keterampilan Konseptual)

Keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan haruslah dimiliki oleh
manajer tingkat atas (top manager) demi kemajuan organisasi.

Kemudian, ide atau gagasan tersebut haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana
kegiatan untuk mewujudkan konsep atau gagasannya tersebut.

Keterampilan konsepsional ini juga merupakan keterampilan untuk membuat rencana


kerja, karena proses penjabaran ide ini biasanya juga disebut dengan proses
perencanaan atau planning.
2. Humanity Skill (Keterampilan untuk Berhubungan dengan Orang Lain)

Manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berhubungan dengan orang lain
atau keterampilan dalam berkomunikasi.

Manajer harus bisa menciptakan komunikasi yang persuasif terhadap bawahan yang
dipimpinnya. Karyawan akan merasa dihargai dan selanjutnya akan bersikap lebih
terbuka dengan komunikasi yang persuasif dan bersahabat dari atasannya.

Keterampilan berkomunikasi ini sangatlah diperlukan oleh tingkatan manajemen atas,


menengah, maupun bawah.

3. Technical Skill (Keterampilan Teknis)

Keterampilan teknis merupakan bekal wajib bagi manajer pada tingkat yang lebih
rendah. Keterampilan teknis ini adalah kemampuan untuk menjalankan suatu
pekerjaan tertentu, misalnya penggunaan komputer, perbaikan mesin, akuntansi, dan
lain-lain.

4. Keterampilan Manajemen Waktu

Keterampilan ini merupakan rujukan pada kemampuan seorang manajer dalam


menggunakan secara bijaksana waktu yang dimilikinya.

Setiap menit yang terbuang sia-sia akan sangat merugikan perusahaan. Tentu saja,
mayoritas manajer harus menjadikan waktu tetap sebagai aset yang berharga, karena
membuang-buang waktu sama saja dengan mengurangi produktivitas perusahaan.
5. Keterampilan Membuat Keputusan

Kemampuan ini merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan


menentukan cara terbaik dalam memecahkannya.

Bagi seorang manajer, kemampuan membuat keputusan merupakan hal yang paling
utama. Terutama bagi kelompok manajer tingkat atas (top manager).

Dalam pembuatan keputusan, ada tiga langkah yang bisa dilakukan oleh seorang
manajer, yaitu seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan menemukan
berbagai alternatif yang bisa diambil untuk penyelesaian masalah tersebut.

Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah
alternatif yang terbaik, serta manajer harus dapat mengimplementasikan alternatif
yang telah dipilihnya tersebut serta mengawasi dan mengevaluasi agar selalu berada
pada jalur yang tepat.

http://www.belonomi.com/2015/06/tingkatan-manajemen-dan-keterampilan.html

Melamar Pekerjaan

You might also like