You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

Organ penglihatan berperan sangat penting untuk kelangsungan hidup


manusia. Lebih dari separuh reseptor sensoris pada tubuh manusia berada di mata,
dan sebagian besar korteks serebri digunakan untuk penglihatan. Kesehatan indera
penglihatan sangat penting dijaga karena 83% informasi yang kita terima berasal
dari penglihatan. Gangguan fungsi penglihatan seperti katarak dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang.1 Hasil survei pada penduduk Amerika Serikat tahun
2002, menemukan bahwa kebutaan menduduki peringkat ke-3 sebagai penyakit
paling ditakuti di masyarakat, setelah kanker dan penyakit jantung.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2005, kebutaan adalah


suatu keadaan mata yang tidak memiliki persepsi cahaya atau ada persepsi cahaya
namun visual acuity di bawah 3/60. WHO memperkirakan terdapat 45 juta
penderita kebutaan bilateral di dunia dan sepertiganya terdapat di Asia Tenggara.
Penyebab kebutaan utama di dunia adalah katarak (47,8%), glaukoma (12,3%),
uveitis (10,2%), age-related macular degeneration (8,7%), kekeruhan kornea
(5,1%), retinopati diabetik (4,8%), dan trakoma (3,6%) sehingga katarak menjadi
penyebab kebutaaan nomor satu di dunia. Menurut data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional kebutaan di Indonesia sebesar 0,9%
dengan penyebab utama katarak.

Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih
dan bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang
berarti air terjun. Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor
yang dapat memicu timbulnya penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai
berikut Penyakit peradangan dan metabolik, misalnya diabetes mellitus,
kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C ,riwayat keluarga dengan katarak ,penyakit
infeksi atau cedera mata terdahulu ,pembedahan mata ,Pemakaian obat-obatan
tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang ,faktor lingkungan seperti trauma,
penyinaran, dan sinar ultraviolet ,efek racun dari merokok dan alkohol.

1
KASUS

Catatan Medik
Mahasiswa Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang

PENYUSUN LAPORAN
Nama : Winda Wahyu Ikaputri Sulistyaningrum
NIM : H2A011049
Tanda tangan :
PENGESAHAN
Nama Dosen : dr. Sofia Y., Sp.M
Tanda tangan :
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 63 tahun
Alamat : Kel. Gunung Pati Kampung Jagalan RT 04/ 01
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
No. CM :-
Tanggal datang : 5 September 2015

2
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnese pada tanggal 5 September
2015 pukul 09.30 WIB di Poli Mata RSUD Tugurejo Semarang
Keluhan utama : Kedua mata kabur melihat titik titik
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien laki-laki datang ke Poli Mata RSUD Tugurejo Semarang
dengan keluhan kedua mata kabur dan melihat titik titik.
1 tahun yang lalu pasien mengeluh kedua mata mulai kabur, ± 1 bulan
yang lalu kedua mata masih kabur dan sering melihat titik titik, kedua mata
merah (-), gatal (-), sekret (-), silau jika terkena sinar matahari (-). Pasien
merasakan ada yang mengganjal pada kedua mata (-),pusing (-) dan cekot-
cekot (-), demam (-).
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
- Riwayat penyakit gula : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat penyakit gula : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat Pribadi
- Riwayat pemakaian kacamata : dengan kacamata sferis + 2,50
VODS
Riwayat Sosial Ekonomi
- Pasien berobat dengan biaya BPJS

3
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 5 September 2015 pukul 09.45
WIB di Poli Mata RSUD Tugurejo Semarang
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. TANDA VITAL
- Tekanan darah : 130/ 80 mmHg
- Nadi : 86 x/ menit
- Respiratory rate : 22 x/ menit
- Suhu : 36,5 o C
4. STATUS GIZI
- Berat badan : 55 kg
- Tinggi badan : 145cm
5. STATUS GENERALIS
a. Kepala : kesan mesosefal
b. Hidung : sekret (-), deformitas (-), hiperemis (-), massa (-)
c. Mulut : mukosa kering (-), mukosa hiperemis (-), Tonsil T1-1
tidak hiperemesis, faring hiperemis (-), uvula hiperemis
(-).
d. Telinga : sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri ketok mastoid
(-/-),pembesaran nodilimfe preaurikula(-/-), nyeri tekan
preaurikula (-/-)
e. Leher : pembesaran limfonodi submandibula (-), servikalis
anterior (-).

4
f. Thorax :
Pulmo
Dextra Sinistra
Depan dan Belakang

Inspeksi Diameter Lateral>Antero Diameter Lateral>Antero


posterior. posterior.
Hemithorax Simetris Statis Hemithorax Simetris Statis
Dinamis. Dinamis.
Palpasi Stem fremitus normal kanan Stem fremitus normal kanan
sama dengan kiri. sama dengan kiri.
Nyeri tekan (-). Nyeri tekan (-).
Pelebaran SIC (-). Pelebaran SIC (-).
Arcus costa normal. Arcus costa normal.
Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi Suara dasar paru vesikuler (+), Suara dasar paru vesikuler
wheezing (-), ronki (-) (+), wheezing (-), ronki (-)

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba tak kuat angkat
Perkusi :
Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah jantung: ICS V 1cm medial Linea mid clavicula
sinistra
Batas kanan bawah jantung : ICS V Linea sternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal & murni, bising (-), gallop (-)

g. Abdomen
Inspeksi : Permukaan cembung tidak mengkilat, warna sama seperti
kulit di sekitar, ikterik (-)
Auskultasi : Bising usus (14x/menit) normal
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+) normal,
pekak alih (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-).

5
h. Ekstremitas
Superior Inferior

Akral hangat +/+ +/+

Oedem -/- -/-


Sianosis -/- -/-
Capillary Refill < 2 detik/<2 detik <2 detik/2 detik
Bintik merah di kulit -/- -/-

6. STATUS OFTALMOLOGI

OD OS
Visus 0,4 0,2
Visus koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensus Coloris Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pergerakan bola Bebas segala arah Bebas segala arah
mata
Kedudukan bola Ortoforia Ortoforia
mata
Supersilia Madarosis (-) Madarosis (-)
Tumbuh penuh normal Tumbuh penuh normal
Silia Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Distrikiasis (-) Distrikiasis (-)
Palpebra superior Oedem (-) Oedem (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Vesikel (-) Vesikel (-)
Skuama (-) Skuama (-)
Pseudoptosis (-) Pseudoptosis (-)
Fisura Palpebra Normal Normal
Palpebra inferior Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Spasme (-) Spasme (-)
Massa (-) Massa (-)
Konjungtiva Sekret (-) Sekret (-)
palpebra superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Cobble stone (-) Cobble stone (-)

6
Giant papil (-) Giant papil (-)
Udem (-) Udem (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Konjungtiva Sekret (-) Sekret (-)
palpebra inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Cobble stone (-) Cobble stone (-)
Giant papil (-) Giant papil (-)
Udem (-) Udem (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Konjungtiva forniks Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
dan bulbi Injeksi silier (-) Injeksi silier (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Sklera Ikterik (-) Ikterik (-)
Kornea Jernih Jernih
Infilrat (-) Infilrat (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Sensibilitas kornea (+) Sensibilitas kornea (+)
Udem (-) Udem (-)
Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (-)
COA Jernih Jernih
Tindal efek (-) Tindal efek (-)
Kedalaman ¼ bagian bayangan pada Kedalaman ¼ bagian bayangan pada
iris iris
Iris Kripte tidak melebar Kripte tidak melebar
Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (-)
Sinekia anterior (-) Sinekia anterior (-)
Udem (-) Udem (-)
Pupil Bulat, Sentral, Reguler Bulat, Sentral, Reguler
Isokor Isokor
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
Refleks direk/indirek (+/+) N Refleks direk/indirek (+/+) N
Lensa Kekeruhan tidak rata Kekeruhan tidak rata
Fundus Refleks Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapang pandang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tekanan bolamata Tidak dilakukan Tidak dilakukan
digital
Tes Fluorescein Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

7
V. RESUME :
Seorang pasien laki-laki datang ke Poli Mata RSUD Tugurejo Semarang
dengan keluhan kedua mata kabur dan melihat titik titik.
Pasien 1 tahun yang lalu mengeluh kedua mata mulai kabur, ± 1 bulan
yang lalu kedua mata masih kabur dan sering melihat titik titik, kedua mata
hiperemis (-), gatal (-), sekret (-), fotofobia (-). Pasien merasakan ada yang
mengganjal pada kedua mata (-),pusing (-) dan cekot-cekot (-), demam (-).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan Tanda vital, status general, dan
status lokalis dalam batas normal.
VI. DAFTAR MASALAH
No Masalah Aktif Masalah Pasif
1. Mata kabur -

Deferensial Diagnosis : Katarak imatur


Glaukoma
Retinopati
INISIAL PLAN
Ip. Dx :
Katarak imatur
Ip. Tx :
Cyndo liters 0,1 % 15ml
Retinol 1x1

Ip. Mx :
Monitoring gejala klinis 1 bulan.

Ip. Ex :
 Penjelasan tentang penyakit katarak, etiologi, dan resiko.
 Tindakan yang bisa d lakukan seperti EKEK dan pemasangan
IOL
 Penjelasan bahwa katarak yang d derita masih belum matang
dan harus d tunggu hingga matang untuk bisa d operasi

8
VII. PROGNOSIS

OD OS
Quo ad visam dubia Dubia
Quo ad vitam Ad bonam Ad bonam
Quo ad sanam Dubia Dubia
Quo ad cosmeticam Ad bonam Ad bonam

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau
terjadi akibat kedua-duanya. Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya
cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur
hingga hilang sama sekali. Katarak juga dapat diartikan sebagai suatu
keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi
keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air terjun.
Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu
seperti tertutup oleh air terjun didepan matanya.
2. Etiologi katarak
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami
katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, keadaan ini
disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang
disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak
antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan
remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini menjadi
keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa.
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air
dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian
tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat
berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul
kesukaran melihat dekat (presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60%
mulai mengalami katarak atau lensa keruh. Katarak biasanya berkembang
pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang
penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya.
Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam bulan
hingga tahun. Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak

10
lebih cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya
kekeruhan lensa seperti diabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B
dari cahaya matahari, efek racun dari merokok, dan alkohol, gizi kurang
vitamin E, dan radang menahun di dalam bola mata. Obat tertentu dapat
mempercepat timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin,
klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin,
pilokarpin dan beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan
penyakit seperti diabetes melitus dapat mengakibatkan timbulnya
kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.
3. Patofisiologi Katarak
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang
besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, Nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada
serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan
mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang menderita katarak.

11
4. Klasifikasi katarak
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) terbagi atas :
a. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu-
satunya gejala adalah penurunan penglihatan.
b. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
- Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera
sesudahnya.
Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya
walaupun mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan
oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan
berbagai sindrom.
- Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait
dengan sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan
oleh trauma, baik tumpul maupun tembus. Penyebab lain adalah
uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan obat.
c. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih
segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum
masuk ke dalam struktur lensa.
d. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit
intraocular pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub
kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa.
Penyakit- penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan
pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma,
retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.
e. Katarak akibat penyakit sistemik

12
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik
seperti diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik,
dermatitis atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau
Down.
f. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an
sebagai akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan
untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam
waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang
dapat menyebabkan kekeruhan lensa.

Pembagian Katarak berdasarkan Tempat


a. Katarak subkapsular
- Katarak subkapsular anterior terletak dibawah kapsul lensa dan
berhubungan
dengan metaplasia fibrous dari epitel lensa.
- Katarak subkapsular posterior terletak didepan kapsul posterior,
karena
lokasinya pada nodal point mata, opasitas subkapsular posterior
lebih
mempengaruhi penglihatan dibandingkan katarak kortikal atau
nuklear.
Penglihatan dekat lebih jelek daripada penglihatan jauh.
b. Katarak nuklear
Katarak nuklear cenderung berkembang lambat. Meskipun
biasanya bilateral, namun mereka asimetris. Umumnya lebih
berpengaruh pada penglihatan jauh daripada penglihatan dekat.
Pada tahap awal, pengerasan progresif dari nuckleus lensa sering
menyebabkan peningkatan indeks refraktif lensa dan kemudian
terjadi myopic shift refraksi.
c. Katarak kortikal

13
Melibatkan korteks anterior, posterior atau equatorial. Gejala
katarak kortikal yang paling sering adalah silau, dapat dijumpai
monocular diplopia. Tanda awal katarak ini adalah dengan
pemeriksaan slitlamp tampak sebagai vakuola dan celah air pada
korteks anterior atau posterior.
5. Penatalaksanaan Katarak
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak.
Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses
bertambah keruhnya lensa untuk menjadi katarak. Meski telah banyak
usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresifitas atau mencegah
terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan. Untuk
menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam
penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan
dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama insipien,
imatur, matur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya
penyulit yang dapat terjadi. Operasi katarak terdiri dari pengangkatan
sebagian besar lensa dan penggantian lensa dengan implant plastik. Saat
ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan anestesi lokal daripada
anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan
kelopak mata atau diberikan secara topikal. Operasi dilakukan dengan
insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi
(lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular. Insisi harus dijahit.
Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan
melalui insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior
(fakoemulsifikasi).

14
BAB IV
PEMBAHASAN

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi
akibat kedua-duanya. Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang
melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama
sekali. Penyebab utama katarak adalah proses penuaan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis Katarak
imatur. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor usia.
Penatalaksanaan yang d berikan yaitu di berikan air mata buatan
dan vitamin selama katarak belum matang.

15
BAB V
RINGKASAN

a. Kasus
Seorang pasien laki-laki datang ke Poli Mata RSUD Tugurejo
Semarang dengan keluhan kedua mata kabur dan melihat titik titik.
Pasien 1 tahun yang lalu mengeluh kedua mata mulai kabur, ± 1
bulan yang lalu kedua mata masih kabur dan sering melihat titik titik,
kedua mata hiperemis (-), gatal (-), sekret (-), fotofobia (-). Pasien
merasakan ada yang mengganjal pada kedua mata (-),pusing (-) dan
cekot-cekot (-), demam (-).
b. Permasalahan
Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan kedua mata kabur.
c. Solusi
Cyndo liters 0,1 % 15ml
Retinol 1x1

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaugan, Daniel, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva; alih bahasa : Jan


Tamboyang, Braham U. Pendit;editor Y. Joko Suyono. Palpebra dan
Apparatus lakrimalis dalam Oftalmologi Umum, edisi 14. Jakarta: 2000.
Hal 94. Widya Medika
2. Skuta, Gregory L et al. American Academy of Ophtalmology : Orbit
Eyelids and Lacrimal System . San Fransisco: 2011 . American Academi
of Ophtalmology

17

You might also like