You are on page 1of 8

Nur Intifadah

2015750032

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA - HALUSINASI

A. Masalah Utama
Halusinasi

B. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsang yang
menimbulkan atau tidak ada objek. (Drs.Sunardi 2005)

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan
atau penghiduan.Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)

Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke
otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi
(Yosep, 2009)

C. Proses Terjadinya Masalah


Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap yaitu:
1) Tahap pertama
Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat ansietas
sedang, secara umum halusinasi bersifat menyenangkan. Adapun karakteristik
yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi mengalami keadaan
emosi seperti ansietas, kesepian, merasa takut serta mencoba memusatkan
penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas.
2) Tahap kedua
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat
kecemasan yang berat. Adapun karakteristik yang tampak pada individu yaitu
individu merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan
dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin merasa malu dengan
pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain.
3) Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas
berat, pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa. Adapun
karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi
menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya dan membiarkan halusinasi
tersebut menguasai dirinya, individu mungkin mengalami kesepian jika
pengalaman sensori tersebut berakhir.
4) Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas
panic. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah pengalaman
sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, dimana
halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau beberapa hari, apabila tidak ada
intervensi terapeutik.

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
1. Halusinasi pendengaran :
karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa
yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan :
karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas
dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu :
karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba :
karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap :
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik :
karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
 Faktor Prediposisi
Factor predisposisi menurut (Yosep,2009 ) adalah:
a) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.
b) Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan
yang membesarkannya.
c) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stress yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti buffofenon dan dimethytrenferase (DMP).
d) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada
ketidakmampuanklien dalam mengambil keputusan demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
nyata menuju alam hayal.
e) Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil
studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
 Faktor Presipitasi
a) Biologi
Stressor biologi yang berhubungan dengan respon neurobiologi yang
maladaptif, termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur proses informasi dan abnormalisasi pada mekanisme pintu
masuk dalam o tak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk selektif
mengahadapi r angsangan.
b) Stress lingkun gan
Secara biol ogis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan p erilaku.
c) Pemicu ge jala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologi yang
maladaptif berhungan dengan kesehatan (gizi buruk,
infeksi), lingkungan rasa bermusuhan / lingkungan yang penuh kritik,
gangguan dalam hubungan interpersonal, sikap dan perilaku (keputusaan,
kegagalan).

D. Rentang Respon
Respons adaptif :
1. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada
di dalam maupun di luar dirinya.
3. Emos i konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai
banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
4. Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah
masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang berlaku.
5. Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan
antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.

Respons maladaptif :

1. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls eksternal
melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di
otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
2. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar b
erlebihan atau kurang.
3. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma social atau b
udaya umum yang berlaku.
4. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya u
mum yang berlaku.
5. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.
6. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinterak
si.
E. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan ( Effect )

Perubahan Persepsi
Sensori : Halusinasi ( Core Problem )

Isolasi Sosial ( Causa )

F. Mek anisme koping


1. Regresi, mengindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti
pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses i
nformasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang lain
karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan k
eracunan persepsi)
3. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis,
reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor, misalnya
menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain, sedangkan
reaksipsikologis individu menunjukan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
G. Masalah keperawatan prioritas
Perubahan persepsi sen sori : halusinasi

H. Rencana Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati, dkk. 2009. “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa”. Jakarta:
KDT.

Direja Surya, Ade Herman. 2001. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa”. Yogyakarta: KDT

Kusumawati, Farida, dkk. 2010. “Buku Ajar Keperawatan Jiwa”.Jakarta : Salemba Medika.

Mahdi, Marzuki. 2009. “Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa”. Bogor

You might also like