Professional Documents
Culture Documents
7. Kehamilan.
Merupakan akibat utama dari hubungan seksual. Kehamilan dapat terjadi bila dalam berhubungan
seksual terjadi pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel sperma. Proses kehamilan dapat
diilustrasikan sebagai berikut :
a. Sel telur yang keluar dari indung telur pada saat ovulasi akan masuk kedalam sel telur.
b. Sperma yang tumpah didalam saluran vagina waktu senggama akan bergerak masuk kedalam rahim
dan selanjutnya ke saluran telur.
c. Di saluran telur ini, sperma akan bertemu dengan sel telur dan langsung membuahi.
8. Tanda-tanda kehamilan :
a. Sering mual-mual, muntah dan pusing pada saat bangun tidur (morning sickness) atau sepanjang hari.
b. Mengantuk, lemas, letih dan lesu.
c. Amenorhea (tidak mengalami haid).
d. Nafsu makan menurun, namun pada saat tertentu menghendaki makanan tertentu (nyidam).
e. Dibuktikan melalui tes laboratorium yaitu HCG Test dan USG.
f. Perubahan fisik seperti payudara membesar dan sering mengeras, daerah sekitar Aerola Mammae
(sekitar puting) membesar.
9. Kehamilan di bawah usia 20 tahun Organ reproduksi belum sempurna sehingga pada saat
persalinan akan mengalami kesulitan.
a. Belum siap mental sebagai ibu.
b. Bila tidak diinginkan akan dilakukan abortus (abotus : suatu kejadian keluarnya hasil kehamilan
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan).
c. Abortus Spontan (tidak disengaja)
d. Provokatus (disengaja)
B. Perlunya Pendidikan
Melihat besarnya permasalahan dan dampaknya di masa depan untuk generasi mendatang,
maka dalam rangka menjamin pemenuhan hak seksual dan kesehatan reproduksi untuk remaja, maka
ada beberapa upaya yang harus dilakukan secara terpadu dan lintas sektor.
Untuk itu, perlu dibangun komitmen bersama antar elemen, baik pemerintah maupun
masyarakat, yang menetapkan kesehatan reproduksi remaja sebagai agenda/isu bersama dan penting.
Harus ada keyakinan bersama bahwa membangun generasi penerus yang berkualitas perlu dimulai
sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan. Untuk itu, harus ada kesadaran bersama bahwa upaya
yang dilakukan saat ini tidak serta merta tampak hasilnya, namun perlu waktu panjang untuk memetik
hasilnya.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan reproduksi dalam
berbagai bentuk sedini mungkin kepada seluruh segmen remaja, baik di perkotaanmaupun di pedesaan.
Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada gilirannya mampu
memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya
maupun keluarga dan masyarakat.
Untuk itu, pemerintah bersama LSM dan masyarakat dapat menjadi inisiator lahirnya
kebijakan. Kebijakan itu misalnya dengan memberikan keputusan bahwa seluruh sekolah, baik negeri
maupun swasta mempunyai kewajiban memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja mulai SD
hingga SMU. Dengan lahirnya kebijakan ini, maka sudah tidak ada alasan lagi bagi berbagai pihak
yang menentang pemberian informasi kesehatan reproduksi dengan alasan-alasan yang tidak rasional.
Informasi ini memberikan makna kepada kita bahwa bila para stakeholder pendidikan,
terutama Dinas Pendidikan dan Pemerintah Provinsi mempunyai komitmen yang kuat, maka dapat
saja hal itu dilakukan. Oleh karena itu, diharapkan ada perlakukan yang sama untuk memberlakukan
pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai muatan lokal di seluruh jenjang pendidikan dari SD
hingga SMU. Tentunya di tiap jenjang pendidikan, kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi
remaja juga berbeda antara yang diberikan kepada SD ataupun SMU.
Pendidikan kesehatan reproduksi yang dimaksud di sini tidak ada hubungannya dengan
teknik-teknik hubungan seks, namun merupakan sekumpulan pengetahuan yang berisi tentang
pengenalan dan fungsi-fungsi organ reproduksi (termasuk di dalamnya proses terjadinya menstruasi
dan mimpi basah), proses terjadinya pembuahan, pengetahuan infeksi, HIV/AIDS, pengetahuan
tentang gender dan risiko-risiko hubungan seks yang tidak bertanggung jawab.
Dengan memberikan waktu khusus pendidikan kesehatan reproduksi remaja dalam sekolah, maka
akan ada upaya-upaya sistematis dan terencana dalam pemberian informasi kepada anak didik,
sehingga pada gilirannya mereka dapat mengetahui dan bertanggung jawab atas perilaku seksualnya
di masa depan.
Sisi lainnya adalah memberikan benteng/pertahanan kepada remaja itu sendiri untuk secara
tegas dapat bersikap atas maraknya informasi pornografi yang beredar di masyarakat, baik dalam
bentuk tulisan, maupun elektronik. Upaya ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, terutama
para stakeholder dalam pendidikan yang berani berpikir secara kreatif dan inovatif dalam melahirkan
kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada remaja di Indonesia. Sudah saatnya diakhiri hal-hal yang
kontraproduktif dan polemik yang mempertentangkan antara pendidikan kesehatan reproduksi dengan
pornografi. Area pembatas kedua hal ini sudah sangat jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kekhawatiran bahwa dengan informasi pendidikan kesehatan reproduksi para murid (anak didik) akan
meniru juga berlebihan, karena di dalam informasi pendidikan kesehatan reproduksi remaja memang
tidak ada sesuatu yang patut ditiru. Jadi sebenarnya tidak ada sesuatu yang patut dicurigai atau bahkan
dikhawatirkan. Kita sepakat, tidak rela melihat anak-anak kita menjadi generasi penerus yang lemah
dan menderita hanya gara-gara mereka melakukan praktik-praktik seksual yang tidak
bertanggungjawab di masa mendatang disebabkan pengetahuan mereka yang rendah.
Upaya lainnya adalah memberikan porsi dan kesempatan yang seluas-luasnya pendidikan
moral/agama kepada seluruh anak/remaja, dengan memberikan informasi yang komprehensif bahaya
dan akibat-akibat yang ditanggung remaja bila melakukan perilaku seksual yang tidak bertanggung
jawab. Informasi kerugian fisik, mental dan spiritual harus dijelaskan secara seimbang dengan hal-hal
yang terkait dengan moral /agama bila sampai terjadi perilaku seks yang tidak bertanggung jawab.
Bagaimanapun juga, mencegah terjadinya perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab jauh lebih
baik dari pada harus menyelesaikannya bila hal tersebut sungguh-sungguh terjadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial. Perubahan fisik yang
pesat dan perubahan endokrin/ hormonal yang sangat dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan
remaja serius karena timbuhnya dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap
penyakit dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya yaitu:
hubungan seks pranikah, aborsi, PMS & RIV-AIDS serta narkotika.
Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta kesadaran
untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri mengalami perubahan fisik yang
cepat. Harus ada keyakinan bersama bahwa membangun generasi penerus yang berkualitas perlu
dimulai sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan.
Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada gilirannya mampu
memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya
maupun keluarga dan masyarakat.
ehamilan didahului dengan proses pembuahan, yaitu bertemunya sel sperma dengan sel telur
Kehamilah pada remaja sangatlah beresiko, karena perkembangan fisik yang belum siap untuk melahirkan karena panggul yang
belum sempurna.
a. Keguguran.
Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi
masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang
diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan
makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat
bawaan.
b. Dari bayinya :
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500
gram. kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil,
umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi
penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.
Remaja yang hamil pada usia dini sangat rentan terkena berbagai risiko kesehatan, baik yang
bisa mempengaruhi janin yang dikandung atau bagi remaja itu sendiri.
Seperti dikutip dari WebMD, ada beberapa risiko yang bisa timbul dari kehamilan di usia dini,
yaitu:
Kurangnya perawatan selma hamil dan sebelum melahirkan
Gadis remaja yang hamil terutama jika tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya sangat
berisiko mengalami kekurangan dalam hal perawatan selama hamil dan sebelum melahirkan.
Padahal perawatan ini sangat penting terutama di bulan-bulan awal kehamilan. Perawatan ini
berguna untuk memantau kondisi medis ibu dan bayi serta pertumbuhannya, sehingga jika
ada komplikasi bisa tertangani dengan cepat.
Kelahiran prematur
Kehamilan yang normal berlangsung selama 38-40 minggu, sehingga jika lahir sebelum usia
tersebut disebut dengan kelahiran prematur. Jika ibu yang hamil tidak mendapatkan
perawatan yang cukup atau mengalami kondisi tertentu, bisa memicu kelahiran prematur
yang berisiko pada bayinya seperti gangguan pernapasan, sistem pencernaannya belum
sempurna atau gangguan organ lainnya.
Depresi
Depresi bisa terjadi saat dan pasca melahirkan lebih sering terjadi pada wanita yang terlalu muda untuk usia hamil. Terlebih lagi jika wanita itu tidak
menginginkan kehamilannya.
Mengalami perdarahan. Perdarahan ketika melahirkan disebabkan oleh otot rahim yang terlalu lemah ketika proses involusi, adanya selaput ketuban stosel
(bekuan darah yang tertinggal dalam rahim), proses pembekuan darah yang lambat, dan adanya sobekan pada jalan lahir.Kemungkinan keguguran atau
abortus. Keguguran biasanya disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan abortus yang disengaja.Persalinan lama dan sulit karena adanya komplikasi yang
dialami ibu dan janin. Komplikasi ini biasanya disebabkan kelainan letak janin ataupun kelainan panggul sehingga sang ibu kehilangan kekuatan ketika
mengejan.Adanya infeksi rahim serta perdarahan hebat akan berakibat pada kematian sang ibu.
Lahir secara prematur. Bayi akan lahir ketika usia kadungan kurang dari 37 minggu (259 hari). Hal ini terjadi karena pada masa pertumbuhan dalam rahim,
zat yang diperlukan janin berkurang.Bayi akan lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Hal ini diakibatkan kurangnya gizi saat hamil karena usia
sang ibu kurang dari 20 tahun. Dapat juga diakibatkan penyakit menahun yang diderita ibu hamil.Bayi akan mengalami cacat bawaan yang disebabkan
adanya kelainan pertumbuhan struktur organ janin pada masa pertumbuhannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kelainan genetik dan
kromosom, infeksi, virus rubela, serta faktor gizi dan kelainan hormon.Bayi akan mengalami kematian pada usia 7 hari. Hal ini disebabkan bobot bayi kurang
dari 2.500 gram akibat masa kehamilan 37 minggu (259 hari). Peristiwa ini disebut kelahiran kongenital dan dapat disertai asfiksia.
Terlalu Muda
Menurut Prawirohardjo (2005), kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 th akan
meningkat 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
Menurut Murkoff (2007), Hamil pada usia muda atau <20 th merupakan faktor resiko bahaya kehamilan bagi ibu maupun
janin dimana pada usia tersebut keadaan kesehatan, kementalan fisik dan fungsi alat reproduksi belum matang, belum siap
untuk hamil. Menurut Andalas (2006), hamil usia muda belum ada kematangan fisik ibu hamil dan faktor gizi yang kurang, ibu
hamil menjadi anemi (kurang kadar hemoglobin) membuat ibu lama melewati proses persalinan, proses persalinan memanjang
ini akan berakibat komplikasi pada janin dan ibu. Perempuan yang masih muda biasanya akan mengalami masalah psikologis.
Mereka kaget dan belum siap menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya. Ketidaksiapan mental tentu berpengaruh pada
kondisi kesehatan diri dan janin yang dikandungnya. Selain itu kandungan biasanya belum siap hamil dan resiko perdarahan
cukup tinggi (Solihah, 2007). 3.Terlalu Sering hamil Menurut Prawirohardjo (2005), paritas 2-3 merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal, paritas >3 mempunyai angka kematian lebih tinggi . Resiko pada paritas dapat
ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih baik sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat di cegah/dikurangi dengan
keluarga berencana (KB).
Menurut Notoatmodjo (2003), Kehamilan yang sering atau tingkat paritas tinggi menyebabkan tingkat kesehatan juga rendah,
kecenderunganya ibu yang berparitas rendah kesehatannya lebih baik. terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-
penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum dan penyakit – penyakit sebagainya.
Jarak ideal kehamilan satu dengan kehamilan berikutnya adalah tiga tahun. Kurun waktu ini sangat baik untuk memberi
kesempatan rahim memulihkan keadaan seperti semula (Solihah, 2007).