You are on page 1of 8

A.

Kesehatan Reprosuksi Remaja


Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan
seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.

Tumbuh Kembang Remaja.


1. Masa remaja dibedakan dalam :
a. Masa remaja awal, 10 – 13 tahun.
b. Masa remaja tengah, 14 – 16 tahun.
c. Masa remaja akhir, 17 – 19 tahun.
2. Pertumbuhan fisik pada remaja perempuan :
a. Mulai menstruasi.
b. Payudara dan pantat membesar.
c. Indung telur membesar.
d. Kulit dan rambut berminyak dan tumbuh jerawat.
e. Vagina mengeluarkan cairan.
f. Mulai tumbuh bulu di ketiak dan sekitar vagina.
g. Tubuh bertambah tinggi.
3. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja laki-laki :
a. Terjadi perubahan suara mejadi besar dan mantap.
b. Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin.
c. Tumbuh kumis.
d. Mengalami mimpi basah.
e. Tumbuh jakun.
f. Pundak dan dada bertambah besar dan bidang.
g. Penis dan buah zakar membesar.
4. Perubahan psikis juga terjadi baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki, mengalami
perubahan emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab, yaitu :
a. Remaja lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya.
b. Remaja lebih sering membantah atau melanggar aturan orang tua.
c. Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan menutup diri.
d. Remaja kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat tergantung pada kelompoknya.
e. Hal tersebut diatas menyebabkan remaja menjadi lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang negatif
dari lingkungan barunya.
5. Menstruasi atau haid.
Bila menstruasi baru mulai periodenya mungkin tidak teratur dan dapat terjadi sebulan dua
kali menstruasi kemudian beberapa bulan tidak menstruasi lagi. Hal ini memakan waktu kira-kira 3
tahun sampai menstruasi mempunyai pola yang teratur dan akan berjalan terus secara teratur sampai
usia 50 tahun. Bila seorang wanita berhenti menstruasi disebut menopause. Siklus menstruasi
meliputi :
a. Indung telur mengeluarkan telur (ovulasi) kurang lebih 14 hari sebelum menstruasi yang akan
datang.
b. Telur berada dalam saluran telur, selaput lendir rahim menebal.
c. Telur berada dalam rahim, selaput lendir rahim menebal dan siap menerima hasil pembuahan.
d. Bila tidak ada pembuahan, selaput rahim akan lepas dari dinding rahim dan terjadi perdarahan. Telur
akan keluar dari rahim bersama darah.
e. Panjang siklus menstruasi berbeda-beda setiap perempuan. Ada yang 26 hari, 28 hari, 30 hari, atau
bahkan ada yang 40 hari. Lama menstruasi pada umumnya 5 hari, namun kadang-kadang ada yang
lebih cepat 2 hari atau bahkan sampai 5 hari. Jumlah seluruh darah yang dikeluarkan biasanya antara
30 – 80 ml. Selama masa haid, yang perlu diperhatikan adalah kebersihan daerah kewanitaan dengan
mengganti pembalut sesering mungkin.

6. Mimpi Basah, Bagaimana Bisa Terjadi


Ketika seseorang laki-laki memasuki masa pubertas, terjadi pematangan sperma didalam
testis. Sperma yang telah diproduksi ini akan dikeluarkan melalui Vas Deferens kemudian berada
dalam cairang mani yang diproduksi oleh kelenjar prostat. Air mani yang telah mengandung sperma
ini akan keluar yang disebut ejakulasi. Ejakulasi yang tanpa rangsangan yang nyata disebut mimpi
basah.

7. Kehamilan.
Merupakan akibat utama dari hubungan seksual. Kehamilan dapat terjadi bila dalam berhubungan
seksual terjadi pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel sperma. Proses kehamilan dapat
diilustrasikan sebagai berikut :
a. Sel telur yang keluar dari indung telur pada saat ovulasi akan masuk kedalam sel telur.
b. Sperma yang tumpah didalam saluran vagina waktu senggama akan bergerak masuk kedalam rahim
dan selanjutnya ke saluran telur.
c. Di saluran telur ini, sperma akan bertemu dengan sel telur dan langsung membuahi.
8. Tanda-tanda kehamilan :
a. Sering mual-mual, muntah dan pusing pada saat bangun tidur (morning sickness) atau sepanjang hari.
b. Mengantuk, lemas, letih dan lesu.
c. Amenorhea (tidak mengalami haid).
d. Nafsu makan menurun, namun pada saat tertentu menghendaki makanan tertentu (nyidam).
e. Dibuktikan melalui tes laboratorium yaitu HCG Test dan USG.
f. Perubahan fisik seperti payudara membesar dan sering mengeras, daerah sekitar Aerola Mammae
(sekitar puting) membesar.
9. Kehamilan di bawah usia 20 tahun Organ reproduksi belum sempurna sehingga pada saat
persalinan akan mengalami kesulitan.
a. Belum siap mental sebagai ibu.
b. Bila tidak diinginkan akan dilakukan abortus (abotus : suatu kejadian keluarnya hasil kehamilan
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan).
c. Abortus Spontan (tidak disengaja)
d. Provokatus (disengaja)

B. Perlunya Pendidikan
Melihat besarnya permasalahan dan dampaknya di masa depan untuk generasi mendatang,
maka dalam rangka menjamin pemenuhan hak seksual dan kesehatan reproduksi untuk remaja, maka
ada beberapa upaya yang harus dilakukan secara terpadu dan lintas sektor.
Untuk itu, perlu dibangun komitmen bersama antar elemen, baik pemerintah maupun
masyarakat, yang menetapkan kesehatan reproduksi remaja sebagai agenda/isu bersama dan penting.
Harus ada keyakinan bersama bahwa membangun generasi penerus yang berkualitas perlu dimulai
sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan. Untuk itu, harus ada kesadaran bersama bahwa upaya
yang dilakukan saat ini tidak serta merta tampak hasilnya, namun perlu waktu panjang untuk memetik
hasilnya.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan reproduksi dalam
berbagai bentuk sedini mungkin kepada seluruh segmen remaja, baik di perkotaanmaupun di pedesaan.
Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada gilirannya mampu
memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya
maupun keluarga dan masyarakat.
Untuk itu, pemerintah bersama LSM dan masyarakat dapat menjadi inisiator lahirnya
kebijakan. Kebijakan itu misalnya dengan memberikan keputusan bahwa seluruh sekolah, baik negeri
maupun swasta mempunyai kewajiban memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja mulai SD
hingga SMU. Dengan lahirnya kebijakan ini, maka sudah tidak ada alasan lagi bagi berbagai pihak
yang menentang pemberian informasi kesehatan reproduksi dengan alasan-alasan yang tidak rasional.

Informasi ini memberikan makna kepada kita bahwa bila para stakeholder pendidikan,
terutama Dinas Pendidikan dan Pemerintah Provinsi mempunyai komitmen yang kuat, maka dapat
saja hal itu dilakukan. Oleh karena itu, diharapkan ada perlakukan yang sama untuk memberlakukan
pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai muatan lokal di seluruh jenjang pendidikan dari SD
hingga SMU. Tentunya di tiap jenjang pendidikan, kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi
remaja juga berbeda antara yang diberikan kepada SD ataupun SMU.
Pendidikan kesehatan reproduksi yang dimaksud di sini tidak ada hubungannya dengan
teknik-teknik hubungan seks, namun merupakan sekumpulan pengetahuan yang berisi tentang
pengenalan dan fungsi-fungsi organ reproduksi (termasuk di dalamnya proses terjadinya menstruasi
dan mimpi basah), proses terjadinya pembuahan, pengetahuan infeksi, HIV/AIDS, pengetahuan
tentang gender dan risiko-risiko hubungan seks yang tidak bertanggung jawab.
Dengan memberikan waktu khusus pendidikan kesehatan reproduksi remaja dalam sekolah, maka
akan ada upaya-upaya sistematis dan terencana dalam pemberian informasi kepada anak didik,
sehingga pada gilirannya mereka dapat mengetahui dan bertanggung jawab atas perilaku seksualnya
di masa depan.
Sisi lainnya adalah memberikan benteng/pertahanan kepada remaja itu sendiri untuk secara
tegas dapat bersikap atas maraknya informasi pornografi yang beredar di masyarakat, baik dalam
bentuk tulisan, maupun elektronik. Upaya ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, terutama
para stakeholder dalam pendidikan yang berani berpikir secara kreatif dan inovatif dalam melahirkan
kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada remaja di Indonesia. Sudah saatnya diakhiri hal-hal yang
kontraproduktif dan polemik yang mempertentangkan antara pendidikan kesehatan reproduksi dengan
pornografi. Area pembatas kedua hal ini sudah sangat jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kekhawatiran bahwa dengan informasi pendidikan kesehatan reproduksi para murid (anak didik) akan
meniru juga berlebihan, karena di dalam informasi pendidikan kesehatan reproduksi remaja memang
tidak ada sesuatu yang patut ditiru. Jadi sebenarnya tidak ada sesuatu yang patut dicurigai atau bahkan
dikhawatirkan. Kita sepakat, tidak rela melihat anak-anak kita menjadi generasi penerus yang lemah
dan menderita hanya gara-gara mereka melakukan praktik-praktik seksual yang tidak
bertanggungjawab di masa mendatang disebabkan pengetahuan mereka yang rendah.
Upaya lainnya adalah memberikan porsi dan kesempatan yang seluas-luasnya pendidikan
moral/agama kepada seluruh anak/remaja, dengan memberikan informasi yang komprehensif bahaya
dan akibat-akibat yang ditanggung remaja bila melakukan perilaku seksual yang tidak bertanggung
jawab. Informasi kerugian fisik, mental dan spiritual harus dijelaskan secara seimbang dengan hal-hal
yang terkait dengan moral /agama bila sampai terjadi perilaku seks yang tidak bertanggung jawab.
Bagaimanapun juga, mencegah terjadinya perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab jauh lebih
baik dari pada harus menyelesaikannya bila hal tersebut sungguh-sungguh terjadi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial. Perubahan fisik yang
pesat dan perubahan endokrin/ hormonal yang sangat dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan
remaja serius karena timbuhnya dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap
penyakit dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya yaitu:
hubungan seks pranikah, aborsi, PMS & RIV-AIDS serta narkotika.
Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta kesadaran
untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri mengalami perubahan fisik yang
cepat. Harus ada keyakinan bersama bahwa membangun generasi penerus yang berkualitas perlu
dimulai sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan.
Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada gilirannya mampu
memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya
maupun keluarga dan masyarakat.
 ehamilan didahului dengan proses pembuahan, yaitu bertemunya sel sperma dengan sel telur
Kehamilah pada remaja sangatlah beresiko, karena perkembangan fisik yang belum siap untuk melahirkan karena panggul yang
belum sempurna.

 23. Akibat Kehamilan Remaja


Dikucilkan masyarakat
Bayi lahir cacat
Berat bayi lahir rendah
Kelahiran anak yang tidak diinginkan
kematian ibu, pendarahan, rusak rahim, kemandulan.Pengguguran kandungan (Aborsi)

. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda.

a. Keguguran.

Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja.


misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang
sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat
menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka
kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan.

b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan


bawaan.

Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi


terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat
badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan
juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan
dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan
akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang,
keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di
sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang
gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau
dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.

Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi
masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang
diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan
makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat
bawaan.

c. Mudah terjadi infeksi.


Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress
memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.

d. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang


pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena
pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat
besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah,
membentuk sel darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang
yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis..

e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan


anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk
pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia
memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.

f. Kematian ibu yang tinggi.

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena


perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur
kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non
profesional (dukun).

Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara


lain:

a. Resiko bagi ibunya :

(1) Mengalami perdarahan.

Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot


rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga
disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal
didalam rahim).kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan
juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.

(2) Kemungkinan keguguran / abortus.


Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran.
hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang
disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat.

(3) Persalinan yang lama dan sulit.

Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun


janin.penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh
kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan
mengejan serta pimpinan persalinan yang salahKematian ibu.

Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan


infeksi.

b. Dari bayinya :

(1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.

Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari).


hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang
diperlukan berkurang.

(2) Berat badan lahir rendah (BBLR).

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500
gram. kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil,
umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi
penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.

(3) Cacat bawaan.

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.hal


ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom,
infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.

Resiko Remaja yang Hamil Pada Usia Dini

Remaja yang hamil pada usia dini sangat rentan terkena berbagai risiko kesehatan, baik yang
bisa mempengaruhi janin yang dikandung atau bagi remaja itu sendiri.

Seperti dikutip dari WebMD, ada beberapa risiko yang bisa timbul dari kehamilan di usia dini,
yaitu:
Kurangnya perawatan selma hamil dan sebelum melahirkan
Gadis remaja yang hamil terutama jika tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya sangat
berisiko mengalami kekurangan dalam hal perawatan selama hamil dan sebelum melahirkan.
Padahal perawatan ini sangat penting terutama di bulan-bulan awal kehamilan. Perawatan ini
berguna untuk memantau kondisi medis ibu dan bayi serta pertumbuhannya, sehingga jika
ada komplikasi bisa tertangani dengan cepat.

Tekanan darah tinggi


Remaja yang hamil memiliki risiko mengalami tekanan darah tinggi atau disebut dengan
pregnancy-induced hypertension, dibandingkan dengan perempuan yang hamil diusia matang.
Kondisi ini memicu terjadinya preeclampsia, yaitu kondisi medis berbahaya yang
menggabungkan tekanan darah tinggi dengan kelebihan protein dalam urin, pembengkakan
tangan dan wajah ibu serta kerusakan organ.

Kelahiran prematur
Kehamilan yang normal berlangsung selama 38-40 minggu, sehingga jika lahir sebelum usia
tersebut disebut dengan kelahiran prematur. Jika ibu yang hamil tidak mendapatkan
perawatan yang cukup atau mengalami kondisi tertentu, bisa memicu kelahiran prematur
yang berisiko pada bayinya seperti gangguan pernapasan, sistem pencernaannya belum
sempurna atau gangguan organ lainnya.

Berat badan bayi lahir rendah


Jika kelahiran terjadi secara prematur atau tidak mendapatkan gizi yang cukup selama hamil,
ada kemungkinan bayi yang lahir memiliki berat badan yang rendah. Bayi yang memiliki
berat badan rendah biasanya sekitar 1.500-2.500 gram, sedangkan jika di bawah 1.500 gram
maka tergolong berat badan sangat rendah. Hal ini bisa menimbulkan berbagai komplikasi
yang dapat membahayakan sang bayi.

Risiko tertular penyakit menular seksual (PMS)


Remaja yang melakukan hubungan seks memiliki risiko tertular penyakit seksual seperti
chlamydia dan HIV. Hal ini sangat penting untuk diwaspadai karena PMS bisa menyebabkan
gangguan pada serviks (mulut rahim) atau menginfeksi rahim dan janin yang sedang
dikandung.

Depresi pasca melahirkan (postpartum depression)


Kehamilan yang terjadi pada saat remaja berisiko tinggi mengalami depresi pasca melahirkan.
Para gadis ini akan merasa down dan sedih setelah melahirkan bayinya. Depresi ini bisa
mengganggu perawatan bayi yang baru lahir dan juga perkembangan remaja tersebut. Karena
itu remaja harus berbicara secara terbuka dengan dokter atau orang lain yang dipercayainya.

Timbul perasaan sendiri dan terasing


Remaja yang hamil cenderung akan memiliki pikiran takut, terisolasi atau merasa sendiri.
Kondisi ini akan mempengaruhi perkembangan jiwanya dan juga janin yang ada di dalam
kandungannya. Karena itu memiliki minimal satu orang yang bisa dipercaya dapat
memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan agar ia selalu sehat selama kehamilannya.
 Kurangnya perawatan kehamilan
Kehamilan usia dini/masa remaja tentunya berisiko kurangnya perhatian dan perawatan selama kehamilan karena kurangnya pengetahuan tentang
kehamilan. Terlebih, jika kehamilan mereka tidak mendapatkan dukungan dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini bisa sebabkan kurangnya
nutrisi yang akhirnya berakibat pada defisiensi zat gizi seperti kurang zat besi (anemia), kalsium, zink dll

 Bayi kekurangan berat badan


Risiko bayi lahir dengan berat badan yang kurang bisa disebabkan oleh kelahiran prematur. Hal ini disebabkan karena kekurangan waktu untuk tumbuh
optimal dalam rahim. Untuk beberapa kasus, bayi membutuhkan perawatan khusus di unit perawatan neonatal (NICU) di rumah sakit setelah kelahiran.

 Depresi
Depresi bisa terjadi saat dan pasca melahirkan lebih sering terjadi pada wanita yang terlalu muda untuk usia hamil. Terlebih lagi jika wanita itu tidak
menginginkan kehamilannya.

 Penyakit menular seksual (PMS)


PMS bisa menjadi risiko bagi wanita dengan pergaulan bebas. Bagi wanita yang hamil muda dikarenakan oleh seks bebas, mungkin mempunyai risiko lebih
besar. PMS bisa mengakibatkan risiko juga terhadap kesehatan rahim dan janin.

Berikut ini dampak yang terjadi pada kehamilan usia dini.

Dampak Berbahaya untuk Ibu

Mengalami perdarahan. Perdarahan ketika melahirkan disebabkan oleh otot rahim yang terlalu lemah ketika proses involusi, adanya selaput ketuban stosel
(bekuan darah yang tertinggal dalam rahim), proses pembekuan darah yang lambat, dan adanya sobekan pada jalan lahir.Kemungkinan keguguran atau
abortus. Keguguran biasanya disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan abortus yang disengaja.Persalinan lama dan sulit karena adanya komplikasi yang
dialami ibu dan janin. Komplikasi ini biasanya disebabkan kelainan letak janin ataupun kelainan panggul sehingga sang ibu kehilangan kekuatan ketika
mengejan.Adanya infeksi rahim serta perdarahan hebat akan berakibat pada kematian sang ibu.

Dampak Berbahaya untuk Bayi

Lahir secara prematur. Bayi akan lahir ketika usia kadungan kurang dari 37 minggu (259 hari). Hal ini terjadi karena pada masa pertumbuhan dalam rahim,
zat yang diperlukan janin berkurang.Bayi akan lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Hal ini diakibatkan kurangnya gizi saat hamil karena usia
sang ibu kurang dari 20 tahun. Dapat juga diakibatkan penyakit menahun yang diderita ibu hamil.Bayi akan mengalami cacat bawaan yang disebabkan
adanya kelainan pertumbuhan struktur organ janin pada masa pertumbuhannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kelainan genetik dan
kromosom, infeksi, virus rubela, serta faktor gizi dan kelainan hormon.Bayi akan mengalami kematian pada usia 7 hari. Hal ini disebabkan bobot bayi kurang
dari 2.500 gram akibat masa kehamilan 37 minggu (259 hari). Peristiwa ini disebut kelahiran kongenital dan dapat disertai asfiksia.

Terlalu Muda
Menurut Prawirohardjo (2005), kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 th akan
meningkat 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
Menurut Murkoff (2007), Hamil pada usia muda atau <20 th merupakan faktor resiko bahaya kehamilan bagi ibu maupun
janin dimana pada usia tersebut keadaan kesehatan, kementalan fisik dan fungsi alat reproduksi belum matang, belum siap
untuk hamil. Menurut Andalas (2006), hamil usia muda belum ada kematangan fisik ibu hamil dan faktor gizi yang kurang, ibu
hamil menjadi anemi (kurang kadar hemoglobin) membuat ibu lama melewati proses persalinan, proses persalinan memanjang
ini akan berakibat komplikasi pada janin dan ibu. Perempuan yang masih muda biasanya akan mengalami masalah psikologis.
Mereka kaget dan belum siap menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya. Ketidaksiapan mental tentu berpengaruh pada
kondisi kesehatan diri dan janin yang dikandungnya. Selain itu kandungan biasanya belum siap hamil dan resiko perdarahan
cukup tinggi (Solihah, 2007). 3.Terlalu Sering hamil Menurut Prawirohardjo (2005), paritas 2-3 merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal, paritas >3 mempunyai angka kematian lebih tinggi . Resiko pada paritas dapat
ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih baik sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat di cegah/dikurangi dengan
keluarga berencana (KB).
Menurut Notoatmodjo (2003), Kehamilan yang sering atau tingkat paritas tinggi menyebabkan tingkat kesehatan juga rendah,
kecenderunganya ibu yang berparitas rendah kesehatannya lebih baik. terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-
penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum dan penyakit – penyakit sebagainya.
Jarak ideal kehamilan satu dengan kehamilan berikutnya adalah tiga tahun. Kurun waktu ini sangat baik untuk memberi
kesempatan rahim memulihkan keadaan seperti semula (Solihah, 2007).

You might also like