Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Umur
Bayi umur di bawah 3 bulan mempunyai angka infeksi yang rendah,
4
5
karena fungsi pelindung dari antibody keibuan. Infeksi meningkat pada umur 3-6
bulan, pada waktu ini antara hilangnya. antibody keibuan dan produksi antibody
bayi itu sendiri. Sisa infeksi dari virus berkelanjutan pada waktu balita dan
prasekolah. Pada waktu anak-anak berumur 5 tahun, infeksi pernapasan yang
disebabkan virus akan berkurang frekuensinya, tetapi pengaruh infeksi
mycoplasma pneumonia dan grup A B-Hemolytic Streptococcus akan meningkat.
Jumlah jaringan limfa meningkat seluruhnya pada masa anak-anak dan diketahui
berulang-ulang meningkat kekebalan pada anak yang sedang tumbuh dewasa.
Beberapa agen virus membuat sakit ringan pada anak yang lebih tua tetapi
menyebabkan sakit yang hebat di system pernapasan bagian bawah.
Ukuran
Ukuran anatomi mempengaruhi respon infeksi system pernapasan.
Diameter saluran pernapasan terlalu kecil pada anak-anak akan menjadi sasaran
radang selaput lendir dan peningkatan produksi sekresi. Disamping itu jarak
antara struktur dalam system yang pendek pada anak-anak, walaupun organism
bergerak dengan cepat ke bawah system pernapasan yang mencakup secara luas.
Pembuluh eustachius relative pendek dan terbuka pada anak kecil dan anak muda
yang membuat pathogen mdah untuk masuk ke telinga bagian tengah.
Daya Tahan
Kemampuan untuk menahan organism penyerang dipengaruhi banyak
factor. Kekurangan system kebalan pada anak beresiko terinfeksi. Kondisi lain
yang mengurangi daya tahan adalah malnutrisi, anemia, kelelahan, dan tubuh yang
menakutkan. Kondisi yang melmahkan pertahanan pada system pernapasan
cenderung yang menginfeksi melibatkan alergi seperti: alergi rhinitis, asma,
kelainan jantung yang disebabkan tersumbatnya paru-paru, dan cystic fibrosis.
Partisipasi ari perawatan, khususnya jika pelaku perokok, juga meningkat
kemungkinan infeksi (Blumer,1998).
Variasi Musim
Banyaknya pathogen pada system pernapasan yang muncul dalam wabah
selama bulan musim semi dan dingin, tetapi infeksi mycoplasma sering muncul
pada musim gugur dan awal musim semi. Infeksi yang berkaitan dengan asma
(seperti asma bronchitis) frekuensi banyak muncul selama cuaca dingin. Musim
semi dan dingin adalah tipe “musim RSV”.
6
2. ISPA Sedang
Jika dijumpai gejala-gejala seperti ISPA ringan dan disertai dengan Gejala:
- Pernafasan lebih dari 50x/menit (anak umur kurang dari 1 tahun) dan lebih dari
40x/menit (anak umur lebih dari 1 tahun).
- Suhu lebih dari 39ºC
- Tenggorokan berwarna merah
- Timbul bercak-bercak campak
- Telinga sakit atau mnegeluarkan nanah dari lubang telinga
- Pernafasan berbunyi
3. ISPA Berat
Jika seorang anak dijumpai gejala -gejala seperti ISPA ringan atau sedang
ditambah dengan gejala sebagai berikut:
- Bibir atau kulit membiru
- Pernafasan cuping hidung
- Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
- Bunyi nafas gargling, atau snoring
- Dijumpai adanya terraksi otot -otot bantu pernafasan, seperti intercostal, sternal,
suprasternal
- Nadi cepat dan lemah > 160x/menit (anak umur < 1 tahun)
- Tenggorokan berwarna merah
8
zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit
infeksi.
- Status Gizi
Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan
balita dengan gizi no rmal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit
infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan
mengakibatkan kekurangan gizi.
- Vitamin A
Pemberian vitamin A yang dilakukan bersamaan dengan imunisasi akan
menyebabkan peningkatan titer antibody yang spesifik dan tampaknya berada
dalam nilai yang cukup tinggi.
- Status imunisasi
Sebagian besar kematian ISPA dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit
yang dapat dicegah dengan Imunisasi campak dan pertusis.
3. Faktor Perilaku
Peran aktif keluarga dalam menangani ISPA sangat penting karena penyakit ISPA
merupakan penyakit yang ada sehari - hari di dalam masyarakat/keluarga. Hal ini
perlu mendapat perhatian serius, karena penyakit ini banyak menyerang balita,
sehingga ibu balita dan anggota keluarga yang sebagian besar dekat balita
mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ini ketika anaknya sakit
(Maryunani, 2011).
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang
menderita ISPA.
a. Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk
11
nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan
tiga kali sehari.
c. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit- sedikit tetapi berulang - ulang yaitu
lebih sering dari biasanya, lebih - lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi
yang menyusu tetap diteruskan.
d. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.
e. Lain- lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat,
lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna
untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan
tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka
dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita
yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk
penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa
kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
cara untuk meningkatkan kesehatan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,
sehingga bila kelak ia terpapar antigen yang serupa tidak pernah terjadi penyakit
(Ranuh dkk, 2001).
Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibody yang dalam bidang
ilmu immunologi merupakan kuman atau racun (Riyadi, 2009).Imunisasi adalah
suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
Ag, sehingga bila terpapar pada Ag yang serupa, tidak terjadi penyakit. Sistem
imun Spesifik hanya dapat menghancurkan benda asing yang dikenal
sebelumnya.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa imunisasi
adalah usaha untuk meningkatkan kekebalan aktif seseorang terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan vaksin dalam tubuh bayi atau anak. Sedangkan
imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar
kekebalan di atas ambang perlindungan (Depkes,2005). Yang dimaksud dengan
imunisasi dasar menurut Ranuh dkk (2001) adalah pemberian imunisasi BCG
(1x), Hepatitis B (3x), DPT (3x), Polio (4x), dan campak (1x) sebelum bayi
berusia 1 tahun.
Tabel 2.2.5.1 Jadwal Imunisasi Nasional (Depkes) bagi bayi yang baru lahir
di rumah
Tabel 2.2.5.2 Jadwal Imunisasi Nasional (Depkes) bagi bayi yang lahir
RS/RSB
Jadwal
Umur Jenis Vaksin Tempat
Imunisasi
0 bulan HB 0, BCG, Polio 1 RS/RB/Bidan
Bayi Lahir 2 bulan DPT/HB 1, Polio 2 RS/RB/Bidan/Posyandu
di RS / RB / 3 bulan DPT/HB 2, Polio 3 RS/RB/Bidan/Posyandu
Bidan 4 bulan DPT/HB 3, Polio 4 RS/RB/Bidan/Posyandu
Praktek 9 bulan Campak RS/RB/Bidan/Posyandu
2.2.6 Kontraindikasi
Penting sekali untuk memberi imunisasi semua anak, termasuk anak yang
sakit dan kurang gizi, kecuali bila terdapat kontraindikasi. Adapun kontra-indikasi
imunisasi, yakni:
1. Jangan beri BCG pada anak dengan infeksi HIV/AIDS simtomatis, tetapi beri
imunisasi lainnya.
2. Beri semua imunisasi, termasuk BCG, pada anak dengan infeksi HIV asimtomatis.
3. Jangan beri imunisasi DPT-2 atau -3 pada anak yang kejang atau syok dalam
15