You are on page 1of 12

HAND OUT

Mata Kuliah : Askeb V


Topik : Asuhan Kebidanan Komunitas
Waktu : + 160 menit
Dosen : Jusianti

OBJEK PRILAKU SISWA


Pada perkuliahan melihat handout mahasiswa mampu menjelaskan mengenai
kebidanan komunitas.

REFERENSI
1. Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus Yuswanto. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.
Jakarta : Salemba Medika.
2. Makarao, N.R., 2009, Gender Dalam Bidang Kesehatan, Bandung : Alfabeta.

TUJUAN
Mempersiapkan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan asuhan
kebidanan komunitas.

MATERI
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
A. Definisi Kebidanan Komunitas
Kebidanan komunitas adalah memberikan asuhan kebidanan pada masyarakat
baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang terfokus pada pelayanan
kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), kesehatan reproduksi termasuk
usia wanita adiyuswa secara paripurna. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah
komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu system kepercayaan
atau keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga diperlukan
bidan di masyarakat. Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani
keluarga dan masyarakat yang mencakup bidan sebagai penyedia layanan dan komunitas
sebagai sasaran yang dipengaruhi oleh IPTEK dan lingkungan.
Komunitas digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana seorang tinggal
beserta aspek-aspek sosialnya. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas
akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu system kepercayaan atau
keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit.

B. Tujuan Kebidanan Komunitas


Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan keluarga.
Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan di masyarakat
yang ditujukan kepada keluarga. Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk
mewujudkan keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera. Kesehatan anak
diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Jadi tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan
ibu dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam
komunitas tertentu. ( Syahlan, 1996 : 15 )
Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya di
komunitas, yaitu :
1. Sebagai Pendidik
2. Sebagai Pelaksana (Provider)
Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada
komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai
pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan
3. Sebagai Pengelola
4. Sebagai Peneliti
5. Sebagai Pemberdaya
6. Sebagai Pembela klien (advokat )
7. Sebagai Kolaborator
8. Sebagai Perencana

1. Sebagai Pendidik
Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai pendidik, bidan
berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai dengan kaidah
kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan di komunitas dalam berperan
sebagai pendidik masyarakat antara lain dengan memberikan penyuluhan di bidang
kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga. Penyuluhan tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan
sebagainya yang mana cara tersebut merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan
penyuluhan yang tidak langsung misalnya dengan poster, leaflet, spanduk dan
sebagainya.
2. Sebagai Pelaksana (Provider)
Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada
komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai
pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan serta melakukan
kegiatan sebagai berikut :
1) Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.
2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan masa interval dalam
keluarga.
3) Pertolongan persalinan di rumah.
4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko tinggi di
keluarga.
5) Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.
6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.
7) Pemeliharaan kesehatan anak balita.
3. Sebagai Pengelola
Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktek mandiri.
Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan di sini adalah
sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan praktek
bidan. Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau tenaga
kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.
Contoh : praktek mandiri/ BPS
4. Sebagai Peneliti
Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya, perkembangan
keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau
hipotersis dan hasil analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia
dapat mengetahui secara cepat tentang permasalahan komuniti yang dilayaninya dan
dapat pula dengan segera melaksanakan tindakan.
5. Sebagai Pemberdaya
Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam memecahkan
permasalahan yang terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu, keluarga dan masyarakat
untuk ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan diri sendiri, keluarga
maupun masyarakat.
6. Sebagai Pembela klien (advokat)
Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi informasi dan
sokongan kepada seseorang sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan
memungkinkan bagi dirinya.
7. Sebagai Kolaborator
Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun sektoral.
8. Sebagai Perencana
Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta
berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu kebutuhan
tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan. (Syafrudin dan Hamidah, 2009 :
Dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu – waktu bekerja
dalam tim, misalnya kegiatan Puskesmas Keliling, dimana salah satu anggotanya adalah
bidan.

C. Penerapan Asuhan Kebidanan Komunitas dalam Kacamata Gender


1. Pengertian Gender
Pengertian gender berkaitan dengan peran dan tanggung jawab antara
perempuan dan laki-laki. Hal ini ditentukan oleh nilai-nilai sosial budaya yang
berkembang.
Laki-laki dan perempuan, di semua lapisan masyarakat memainkan peran yang
berbeda, mempunyai kebutuhan yang berbeda, dan menghadapi kendala kendala yang
berbeda pula. Masyarakatlah yang membentuk nilai dan aturan tentang bagaimana
harus berperilaku, berpakaian, bekerja apa dan boleh berpergian kemana, dan contoh
lainnya.
Nilai dan aturan bagi laki-laki dan perempuan di setiap masyarakat berbeda
sesuai dengan nilai sosial-budaya setempat dan seringkali berubah seiring dengan
perkembangan budaya.
Di beberapa daerah contohnya, menjaga hasil bumi yang akan dijual menjadi
tugas perempuan, sementara di daerah lain itu menjadi tugas laki-laki.
2. Konstruksi Sosial Gender
Sex adalah perbedaan secara biologis antara laki-laki dan perempuan-
perbedaan dalam sistem reproduksi seperti organ kelamin (penis, testis, dengan
vagina, rahim, dan payudara), hormon yang dominan dalam tubuh (estrogen dengan
testosteron), kemampuan untuk memproduksi sperma atau ovarium (telur),
kemampuan untuk melahirkan dan menyusui (IPAS, 2001).
Gender mengacu pada kesempatan dan atribut ekonomi, sosial dan kultural
yang diasosiasikan dengan peran laki-laki dan perempuan dalam situasi sosial pada
saat tertentu.
3. Perbedaan Seks dan Gender
Adanya aturan ini menegaskan laki-laki dan perempuan mempunyai
perbedaan tugas.Perbedaan Seks dan Gender:
SEKS GENDER
Secara biologis, kita telah Kita belum memilikinya pada saat lahir.
memilikinya sejak lahir, yang selalu Gender dibangun dari proses sosial,
tidak berubah. merupakan perilaku yang dipelajari dan
Contoh: ditanamkan, dan bisa diubah.
1. Hanya perempuan yang bisa Contoh:
melahirkan. 1. Perempuan hanya tinggal di rumah dan
2. Hanya laki-laki yang memproduksi mengurus anak,tetapi laki-laki dapat pula
sperma. tinggal di rumah dan mengurus anak
seperti halnya perempuan.
2. Salah satu jenis pekerjaan bagi laki-laki
adalah sopir taksi, tetapi perempuan bisa
juga mengemudi taksi sebaik yang
dilakukan oleh laki-laki.

4. Peran Gender
Peran ekonomi dan sosial yang dianggap sesuai untuk perempuan dan laki-
laki. Laki-laki biasanya diidentifikasi dengan peran produktif, sementara perempuan
mempunyai tiga peran: tanggung jawab domestik, pekerjaan produktif dan kegiatan di
masyarakatyang biasanya dilakukan secara stimultan. Peran dan tanggung jawab
gender berbeda antara satu budaya dengan budaya lainnya dan dapat berubah
sepanjang waktu. Hampir di semua masyarakat peran perempuan cenderung tidak
dihargai.
5. Hubungan Jenis Kelamin, Gender dan Kesehatan
Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan menunjukkan
perbedaan yang nyata. Perempuan sebagai kelompok cenderung mempunyai angka
harapan hidup yang lebih panjang daripada laki-laki, yang secara umum dianggap
sebagai faktor biologis. Namun dalam kehidupannya perempuan lebih mengalami
banyak kesakitan dan tekanan daripada laki-laki. Walaupun faktor yang melatar-
belakanginya berbeda-beda pada berbagai kelompok sosial, hal tersebut,
menggambarkan bahwa dalam menjalani kehidupannya perempuan kurang sehat
dibandingkan laki-laki. Penjelasan terhadap paradoks ini berakar pada hubungan yang
kompleks antara faktor biologis jenis kelamin dan sosial (gender) yang berpengaruh
terhadap kesehatan.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa berbagai penyakit menyerang laki-
laki dan perempuan pada usia yang berbeda, misalnya penyakit kardiovaskuler
ditemukan pada usia yang lebih tua pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Beberapa penyakit, misalnya anemia, gangguan makan dan gangguan pada
otot serta tulang lebih banyak ditemukan pada perempuan daripada laki-laki.
Berbagai penyakit atau gangguan kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan
dan kanker serviks; sementara itu hanya laki-laki yang dapat terkena kanker prostat.
6. Pengarustamaan Kesetaraan Gender Di Institusi Dan Hubungan Gender
Dengan Kesehatan
Pengarustamaan gender mengacu pada integrasi peduli gender dalam analisis,
formulasi dan pengawasan kebijakan, program dan proyek serta dalam organisasi
yang bertujuan untuk menyampaikan ketidakadilan gender dan ketidaksetaraan antara
laki-laki dan perempuan.
Kebutuhan praktis berbasis gender merupakan kebutuhan yang bersifat dasar
dan segera sering kali berkaitan dengan ketidaklayakan kondisi hidup, perawatan
kesehatan dan pekerjaan seperti pusat kesehatan, memastikan persediaan air bersih
dan menyediakan konsultasi keluarga berencana. Pemusatan terhadap kebutuhan ini
tidak merubah posisi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Kebutuhan strategis berbasis gender berhubungan dengan pembagian gender
dalam bidang pekerjaan, kekuasaan dan pengawasan dan boleh jadi meliputi isu
sepertihak-hak hukum, kekerasan domestik , akses ke sumber daya, upah yang adil
dan kontrol perempuan atas tubuhnya. Pemusatan terhadap kebutuhan ini membantu
perempuan mencapai kesetaraan yang lebih baik dan menolak untuk berada di bawah
laki-laki.
Pengarustamaan bukanlah aktivitas yang singkat, tetapi merupakan proses
yang terus menerus. Hal ini berarti bahwa isu ketidaksetaraan gender disampaikan
atau diintegrasikan dalam setiap aspek struktur organisasi dan program daripada
sebagai aktivitas tambahan. Pengurustamaan gender aspek penting (WHO 2001) yaitu
(1) distribusi yang adil oleh laki-laki dan perempuan, kesempatan dan keuntungan
dari proses pembangunan pengurustamaan (2) termasuk pengalaman yang menarik
dan visi perempuan dan laki-laki dalam menentukan permulaan pembangunan,
kebijakan, dan program serta menentukan agenda keseluruhan.
Dalam pengurustamaan gender, kebutuhan strategis dan praktis berbasis
gender perempuan sebaiknya dipertimbangkan. Kebutuhan praktis berbasis gender
merupakan kebutuhan yang bersifat dasar dan segera serta sering kali berkaitan
dengan ketidaklayakan kondisi hidup, perawatan kesehatan dan pekerjaan seperti
perbaikan pusat kesehatan, memastikan persediaan air bersih dan menyediakan
konsultasi keluarga berencana. Pemusatan terhadap kebutuhan ini tidak merubah
posisi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Kebutuhan strategis berbasis gender berhubungan dengan pembagian gender
dalam bidang pekerjaan, kekuasaan, dan pengawasan dan boleh jadi meliputi isu
seperti hak-hak hukum, kekerasan domestik, akses ke sumber daya, upah yang adil
dan kontrol perempuan atas tubuhnya. Pemusatan terhadap kebutuhan ini membantu
perempuan mencapai kesetaraan yang lebih baik dan menolak untuk berada dibawah
laki-laki.
7. Hubungan antara Gender dan Kesehatan
Dalam masyarakat, perempuan dan laki-laki berbeda karena tugas dan
aktivitasnya, ruang fisik yang mereka tempati dan orang-orang yang berhubungan
dengan mereka. Namun, perempuan memiliki akses ked an control yang kurang atas
sumber daya daripada laki-laki, khususnya akses ke pendidikan dan fasilitas pelatihan
yang terbatas.
Konsep analisis gender penting sekali di bidang kesehatan karena perbedaan
berbasis gender daalam peran dan tanggung jawab, pembagian pekerjaan, akses ked
an control atas sumber daya, dalam kekuasaan dan keputusan mempunyai
konsekuensi maskulinitas dan feminitas yang berbeda berdasarkan budaya, suku dan
kelas social. Sangat penting memilikin pemahaman yang baik tentang konsep dan
mengetahui karakteristik kelompok perempuan dan laki-laki yang berhubungan
dengan proses pembangunan.
Pada status kesehatan perempuan dan laki-laki. Konsekuensi boleh jadi
meliputi: “risiko yang berbeda dan kerawanan terhadap infeksi dan kondisi
kesehatan,” mebuat banyaknya pendapat tentang kebutuhan kesehatan tindakan yang
tepat, akses yang berbeda ke layanan kesehatan, yang diakibatkan oleh penyakit dan
konsekuensi social yang berbeda dari penyakit dan kesehatan.
8. Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender merupakan perlakuan yang setara antara perempuan dan
laki-laki dalam hukum dan kebijakan serta akses yang sama ke sumber daya dan
pelayanan dalam keluarga, komunitas dan masyarakat luas.
9. Ketidaksetaraan Gender dalam Kesehatan
Status perempuan begitu rendah karena akibat ketidaksetaraan gender yang
dibiarkan terus berlangsung. Dengan potret buram yang sudah dijelaskan sebelumnya,
perhatian yang lebih besar mestinya diberikan kepada perempuan. Bukan berarti laki-
laki terlupakan. Tetapi perhatian terhadap perempuan menjadi lebih utama sebab
perempuan sedemikian tertinggalnya dan teramat lama terabaikan nasibnya.
Berikut ini beberapa contoh pengaruh ketidaksetaraan gender terhadap
kesehatan baik laki-laki maupun perempuan sejak lahir hingga lanjut usia.

No Ketidaksetaraan gender (perempuan) Ketidaksetaraan gender (laki-laki)


1 Rata-rata perempuan di pedesaan Laki-laki bekerja 20% lebih pendek.
bekerja 20% lebih lama daripada laki-
laki.
2 Perempuan mempunyai akses yang Laki-laki menikmati akses sumber daya
terbatas terhadap sumberdaya ekonomi. ekonomi yang lebih besar.
3 Perempuan tidak mempunyai akses Laki-laki mempunyai akses yang lebih
yang setara terhadap sumberdaya baik terhadap sumberdaya pendidikan dan
pendidikan dan pelatihan. pelatihan.

4 Perempuan tidak mempunyai akses Laki-laki mempunyai akses yang mudah


yang setara terhadap kekuasaan dan terhadap kekuasaan dan pengambilan
pengambilan keputusan disemua lapisan keputusan di semua lapisan masyarakat.
masyarakat.
5 Perempuan menderita dan mengalami Laki-laki tidak mengalami tingkat
kekerasan dalam rumah tangga dengan kekerasan yang sama dengan perempuan.
kadar yang sangat tinggi.

10. Keadilan Gender


Keadilan gender Merupakan keadilan pendistribusian manfaat dan tanggung
jawab perempuan dan laki-laki. Konsep yang mengenali adanya perbedaan kebutuhan
dan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki, yang harus diidentifikasi dan diatasi
dengan cara memperbaiki ketidakseimbangan antara jenis kelamin.
Definisi “keadilan gender dalam kesehatan” menurut WHO mengandung dua aspek:
1. Keadilan dalam (status) kesehatan, yaitu tercapainya derajat kesehatan yang
setinggi mungkin (fisik,psikologis, dan sosial) bagi setiap warga negara.
2. Keadilan dalam pelayanan kesehatan, yang berarti bahwa pelayanan diberikan
sesuai dengan kebutuhan tanpa tergantung pada kedudukan sosial seseorang, dan
diberikan sebagai respon terhadap harapan yang pantas dari masyarakat, dengan
penarikan biaya pelayanan yang sesuai dengan kemampuan bayar seseorang.
Keadilan dalam kesehatan didefinisikan sebagai “keadaan untuk mengurangi
kesenjangan dalam kesehatan dan determinan kesehatan, yang dapat dihindarkan
antara kelompok masyarakat yang mempunyai latar belakang sosial (termasuk gender)
yang berbeda”.
Untuk mengupayakan keadilan dalam kesehatan, fokus perlu diberikan kepada
kelompok masyarakat yang paling rawan dan upaya mengurangi kesenjangan. Dalam
kaitan gender, perempuan dalam posisi yang tersisih dan status kesehatannya lebih
buruk dari laki-laki.
11. Ketidakadilan Gender dalam Kesehatan
Dalam berbagai aspek ketidaksetaraan gender tersebut sering ditemukan pula
ketidakadilan gender, yaitu ketidakadilan (unfairness, unjustice) berdasarkan norma
dan standar yang berlaku, dalam hal distribusi manfaat dan tanggung jawab antara
laki-laki dan perempuan (dengan pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan
mempunyai perbedaan kebutuhan dan kekuasaan).
Keadilan antara lain ditentukan oleh norma atau standar yang dianggap pantas
atau adil dalam suatu masyarakat, yang mungkin berbeda satu dengan yang lain dan
mungkin berubah dari waktu ke waktu. Sering kali sulit untuk menentukan norma atau
standar yang dapat diterima oleh berbagai pihak, karena terkait dengan nilai-nilai dan
penentuan keputusan, sehingga istilah ketidaksetaraan lebih sering digunakan.
Istilah “ketidaksetaraan” menyiratkan bahwa kesenjangan yang terjadi tidak
dinilai apakah hal tersebut dapat dianggap pantas atau adil dalam suatu tatanan
masyarakat. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ketidakadilan adalah
ketidaksetaraan yang tidak pantas atau tidak adil.
Contoh-contoh tentang ketidakadilan gender dalam bidang kesehatan:
1. Ketidakadilan dalam Hal Penyakit dan Kematian
Dibeberapa wilayah dunia, ketidakadilan antara perempuan dan laki-laki berkaitan
langsung dengan perkara hidup dan mati, terutama bagi kaum perempuan.
Misalnya tergambarkan dari tingginya angka kesakitan dan kematian perempuan.
Hal ini terjadi karena berbagai bentuk pengabaian terhadap kesehatan, gizi an
kebutuhan perempuan secara langsung kualitas hidupnya.
2. Ketidakadilan dalam Kelahiran Bayi
Anak laki-laki lebih diinginkan kehadirannya daripada anak perempuan.
Sekalipun kitas tahu semua agama tidak membedakan jenis kelamin anak. Namun
karena kebanyakn laki-laki lebih tinggi status di masyarakat, maka mencuatnya
isu ketidaksetaraan gender yang tercermin dari kuatnya keinginan orangtua untuk
mempunyai anak laki-laki dari pada anak perempuan.
3. Ketidakadilan dalam Rumah Tangga
Seringkali terdapat ketidakadilan gender yang mendasar di dalam rumah tangga
dan bentuknya bermacam-macam. Dari perkara yang sederhana sampai kepada
yang rumit. Begitu juga pembagian peran dan tanggung jawabdalam rumah
tangga, sering kali tidak adil. Misalnya dalam pembagian tugas mengurus rumah
tangga dan mengurus anak.
12. Analisis Gender dalam Kesehatan
Memahami teknik analisis gender dalam layakaan kesehatan ini, setidaknya
difokuskan untuk mengetahui :
- Situasi aktual pria dan wanita meliputi peranan, tingkat kesejahteraan, kebutuhan,
dan permasalahan yang dihadapi dalam berbagai unit sosial, budaya dan eonomi.
- Pembagian beban kerja wanita dan pria yang mliputi tanggung jawab, curahan
tenaga dan curahan waktu.
- Saling berkaitan, saling ketergantungan dan saling mengisi antara peranan wanita
dan pria khususnya dalam kluarga.
- Tingkat akses dan kekuatan kontrol wanita dan pria terhadap sumber produktif
maupun sumber daya manusia dalam keluarga.
13. Peran Gender
Sejak kecil, secara sistematis anak perempuan dan laki-laki diajarkan bahwa
mereka berbeda satu sama lain. Selain menyadarkan mereka bahwa mereka secara
biologis berbeda karena memiliki perbedaan anatomi, mereka juga dibedakan secara
sosial; masing-masing sebagai makhluk dengan peran, tanggung jawab dan
kesempatan yang tidak sama. Sejak kanak-kanak, mereka dianjurkan untuk berpakaian
dan bertingkah laku dengan cara yang berbeda. Misalnya, anak perempuan dipaksa
untuk memakai baju yang berwarna merah jambu dan pakaian feminin sementara anak
laki-laki seringkali memakai kemeja dan celana panjang biru. Anak laki-laki
cenderung memainkan permainan kasar yang melibatkan kontak fisik, seperti sepak
bola dan gulat sementara anak perempuan dianjurkan untuk memainkan boneka dan
main masak-masakan. Dalam masyarakat tertentu, anak laki-laki dan perempuan tidak
diizinkan bermain bersama. Anak laki-laki acapkali diberikan kebebasan untuk
bermain di luar rumah untuk waktu lama sementara waktu bermain sementara waktu
bermain untuk anak perempuan biasanya terbatas. Anak perempuan diminta untuk
tinggal di rumah supaya dapat membantu ibu mereka mengerjakan pekerjaan rumah
tangga khususnya mencuci piring dan pakaian, memasak dan membersihkan rumah.
Pada umumnya, anak laki-laki tidak diharapkan untuk membersihkan, mengerjakan
pekerjaan rumah tangga, tetapi mereka biasanya melakukan pekerjaan seperti
membeli sesuatu di toko atau warung atau membantu pekerjaan rumah tangga yang
membutuhkan kekuatan otot, seperti pertukangan atau membawa atau memikul
sekarung beras yang berat dan barang-barangnya.
Anak laki-laki dan perempuan didorong untuk mengekspresikan emosi mereka
dengan cara yang berbeda. Stereotipe anak laki-laki adalah bersuara keras dan lantang,
berantakan, bertubuh atletis, agresif, kasar dan tidak berperasaan karena mereka tidak
sepantasnya menangis. Anak laki-laki juga diharapkan lebih pintar daripada anak
perempuan. Anak perempuan dideskripsikan sebagai makhluk yang patuh, mau
mengalah, emosional, rapi atau bersih dan kaku. Mereka tidak mengekspresikan
pendapatnya. Oleh karena itu laki-laki dicap lebih kuat dan anak perempuan lebih
lemah.
Seks dan gender merupakan hal yang berbeda, namun konsepnya saling
berkaitan. Seks berarti perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan sementara
gender merujuk pada atribut ekonomi, sosial dan kultural serta kesempatan yang
diasosiasikan dengan peran laki-laki dan perempuan dalam situasi sosial pada saat
tertentu. (WHO 2001).
14. Peran Gender Bervariasi Berdasarkan Keadaan, Waktu, Kesukuan Dan Kelas/
Golongan
Peran gender dapat berbeda berdasarkan waktu, dan diantara berbagai budaya,
suku, dan kelas sosial masyarakat. Beberapa suku di Indonesia seperti Jawa dan Sunda
boleh jadi memiliki peran gender yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Dalam beberapa masyarakat tertentu, perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.
Karena peran gender dibentuk dan dipelajari secara sosial, peran gender dapat
diubah melalui pendidikan atau advokasi dan kerjasama berbagai institusi sosial yang
ada dalam masyaraka. Walaupun tugas ini tidak mudah, kepekaan terhadap
ketidakadilan, ketidaksetaraan, dan dikriminasi terhadap hubungan dan status gender
semakin berkembang di Indonesia dan dunia.

EVALUASI
1. Jelaskan definisi kebidanan komunitas ?
2. Apa tujuan kebidanan komunitas ?
3. Bagaimana penerapan asuhan kebidanan komunitas dalam kacamata gender ?

You might also like