Professional Documents
Culture Documents
REFERENSI
1. Yulifah, Rita dan Tri Johan Agus Yuswanto. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas.
Jakarta : Salemba Medika.
2. Makarao, N.R., 2009, Gender Dalam Bidang Kesehatan, Bandung : Alfabeta.
TUJUAN
Mempersiapkan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan asuhan
kebidanan komunitas.
MATERI
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
A. Definisi Kebidanan Komunitas
Kebidanan komunitas adalah memberikan asuhan kebidanan pada masyarakat
baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang terfokus pada pelayanan
kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), kesehatan reproduksi termasuk
usia wanita adiyuswa secara paripurna. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah
komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu system kepercayaan
atau keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga diperlukan
bidan di masyarakat. Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan melayani
keluarga dan masyarakat yang mencakup bidan sebagai penyedia layanan dan komunitas
sebagai sasaran yang dipengaruhi oleh IPTEK dan lingkungan.
Komunitas digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana seorang tinggal
beserta aspek-aspek sosialnya. Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas
akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu system kepercayaan atau
keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit.
1. Sebagai Pendidik
Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai pendidik, bidan
berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai dengan kaidah
kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan di komunitas dalam berperan
sebagai pendidik masyarakat antara lain dengan memberikan penyuluhan di bidang
kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga. Penyuluhan tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan
sebagainya yang mana cara tersebut merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan
penyuluhan yang tidak langsung misalnya dengan poster, leaflet, spanduk dan
sebagainya.
2. Sebagai Pelaksana (Provider)
Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada
komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai
pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan serta melakukan
kegiatan sebagai berikut :
1) Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.
2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan masa interval dalam
keluarga.
3) Pertolongan persalinan di rumah.
4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko tinggi di
keluarga.
5) Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.
6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.
7) Pemeliharaan kesehatan anak balita.
3. Sebagai Pengelola
Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktek mandiri.
Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan di sini adalah
sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan praktek
bidan. Sebagai pengelola bidan memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau tenaga
kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.
Contoh : praktek mandiri/ BPS
4. Sebagai Peneliti
Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya, perkembangan
keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau
hipotersis dan hasil analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia
dapat mengetahui secara cepat tentang permasalahan komuniti yang dilayaninya dan
dapat pula dengan segera melaksanakan tindakan.
5. Sebagai Pemberdaya
Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam memecahkan
permasalahan yang terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu, keluarga dan masyarakat
untuk ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan kesehatan diri sendiri, keluarga
maupun masyarakat.
6. Sebagai Pembela klien (advokat)
Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi informasi dan
sokongan kepada seseorang sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan
memungkinkan bagi dirinya.
7. Sebagai Kolaborator
Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun sektoral.
8. Sebagai Perencana
Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta
berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu kebutuhan
tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan. (Syafrudin dan Hamidah, 2009 :
Dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu – waktu bekerja
dalam tim, misalnya kegiatan Puskesmas Keliling, dimana salah satu anggotanya adalah
bidan.
4. Peran Gender
Peran ekonomi dan sosial yang dianggap sesuai untuk perempuan dan laki-
laki. Laki-laki biasanya diidentifikasi dengan peran produktif, sementara perempuan
mempunyai tiga peran: tanggung jawab domestik, pekerjaan produktif dan kegiatan di
masyarakatyang biasanya dilakukan secara stimultan. Peran dan tanggung jawab
gender berbeda antara satu budaya dengan budaya lainnya dan dapat berubah
sepanjang waktu. Hampir di semua masyarakat peran perempuan cenderung tidak
dihargai.
5. Hubungan Jenis Kelamin, Gender dan Kesehatan
Pola kesehatan dan penyakit pada laki-laki dan perempuan menunjukkan
perbedaan yang nyata. Perempuan sebagai kelompok cenderung mempunyai angka
harapan hidup yang lebih panjang daripada laki-laki, yang secara umum dianggap
sebagai faktor biologis. Namun dalam kehidupannya perempuan lebih mengalami
banyak kesakitan dan tekanan daripada laki-laki. Walaupun faktor yang melatar-
belakanginya berbeda-beda pada berbagai kelompok sosial, hal tersebut,
menggambarkan bahwa dalam menjalani kehidupannya perempuan kurang sehat
dibandingkan laki-laki. Penjelasan terhadap paradoks ini berakar pada hubungan yang
kompleks antara faktor biologis jenis kelamin dan sosial (gender) yang berpengaruh
terhadap kesehatan.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa berbagai penyakit menyerang laki-
laki dan perempuan pada usia yang berbeda, misalnya penyakit kardiovaskuler
ditemukan pada usia yang lebih tua pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Beberapa penyakit, misalnya anemia, gangguan makan dan gangguan pada
otot serta tulang lebih banyak ditemukan pada perempuan daripada laki-laki.
Berbagai penyakit atau gangguan kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan
dan kanker serviks; sementara itu hanya laki-laki yang dapat terkena kanker prostat.
6. Pengarustamaan Kesetaraan Gender Di Institusi Dan Hubungan Gender
Dengan Kesehatan
Pengarustamaan gender mengacu pada integrasi peduli gender dalam analisis,
formulasi dan pengawasan kebijakan, program dan proyek serta dalam organisasi
yang bertujuan untuk menyampaikan ketidakadilan gender dan ketidaksetaraan antara
laki-laki dan perempuan.
Kebutuhan praktis berbasis gender merupakan kebutuhan yang bersifat dasar
dan segera sering kali berkaitan dengan ketidaklayakan kondisi hidup, perawatan
kesehatan dan pekerjaan seperti pusat kesehatan, memastikan persediaan air bersih
dan menyediakan konsultasi keluarga berencana. Pemusatan terhadap kebutuhan ini
tidak merubah posisi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Kebutuhan strategis berbasis gender berhubungan dengan pembagian gender
dalam bidang pekerjaan, kekuasaan dan pengawasan dan boleh jadi meliputi isu
sepertihak-hak hukum, kekerasan domestik , akses ke sumber daya, upah yang adil
dan kontrol perempuan atas tubuhnya. Pemusatan terhadap kebutuhan ini membantu
perempuan mencapai kesetaraan yang lebih baik dan menolak untuk berada di bawah
laki-laki.
Pengarustamaan bukanlah aktivitas yang singkat, tetapi merupakan proses
yang terus menerus. Hal ini berarti bahwa isu ketidaksetaraan gender disampaikan
atau diintegrasikan dalam setiap aspek struktur organisasi dan program daripada
sebagai aktivitas tambahan. Pengurustamaan gender aspek penting (WHO 2001) yaitu
(1) distribusi yang adil oleh laki-laki dan perempuan, kesempatan dan keuntungan
dari proses pembangunan pengurustamaan (2) termasuk pengalaman yang menarik
dan visi perempuan dan laki-laki dalam menentukan permulaan pembangunan,
kebijakan, dan program serta menentukan agenda keseluruhan.
Dalam pengurustamaan gender, kebutuhan strategis dan praktis berbasis
gender perempuan sebaiknya dipertimbangkan. Kebutuhan praktis berbasis gender
merupakan kebutuhan yang bersifat dasar dan segera serta sering kali berkaitan
dengan ketidaklayakan kondisi hidup, perawatan kesehatan dan pekerjaan seperti
perbaikan pusat kesehatan, memastikan persediaan air bersih dan menyediakan
konsultasi keluarga berencana. Pemusatan terhadap kebutuhan ini tidak merubah
posisi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Kebutuhan strategis berbasis gender berhubungan dengan pembagian gender
dalam bidang pekerjaan, kekuasaan, dan pengawasan dan boleh jadi meliputi isu
seperti hak-hak hukum, kekerasan domestik, akses ke sumber daya, upah yang adil
dan kontrol perempuan atas tubuhnya. Pemusatan terhadap kebutuhan ini membantu
perempuan mencapai kesetaraan yang lebih baik dan menolak untuk berada dibawah
laki-laki.
7. Hubungan antara Gender dan Kesehatan
Dalam masyarakat, perempuan dan laki-laki berbeda karena tugas dan
aktivitasnya, ruang fisik yang mereka tempati dan orang-orang yang berhubungan
dengan mereka. Namun, perempuan memiliki akses ked an control yang kurang atas
sumber daya daripada laki-laki, khususnya akses ke pendidikan dan fasilitas pelatihan
yang terbatas.
Konsep analisis gender penting sekali di bidang kesehatan karena perbedaan
berbasis gender daalam peran dan tanggung jawab, pembagian pekerjaan, akses ked
an control atas sumber daya, dalam kekuasaan dan keputusan mempunyai
konsekuensi maskulinitas dan feminitas yang berbeda berdasarkan budaya, suku dan
kelas social. Sangat penting memilikin pemahaman yang baik tentang konsep dan
mengetahui karakteristik kelompok perempuan dan laki-laki yang berhubungan
dengan proses pembangunan.
Pada status kesehatan perempuan dan laki-laki. Konsekuensi boleh jadi
meliputi: “risiko yang berbeda dan kerawanan terhadap infeksi dan kondisi
kesehatan,” mebuat banyaknya pendapat tentang kebutuhan kesehatan tindakan yang
tepat, akses yang berbeda ke layanan kesehatan, yang diakibatkan oleh penyakit dan
konsekuensi social yang berbeda dari penyakit dan kesehatan.
8. Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender merupakan perlakuan yang setara antara perempuan dan
laki-laki dalam hukum dan kebijakan serta akses yang sama ke sumber daya dan
pelayanan dalam keluarga, komunitas dan masyarakat luas.
9. Ketidaksetaraan Gender dalam Kesehatan
Status perempuan begitu rendah karena akibat ketidaksetaraan gender yang
dibiarkan terus berlangsung. Dengan potret buram yang sudah dijelaskan sebelumnya,
perhatian yang lebih besar mestinya diberikan kepada perempuan. Bukan berarti laki-
laki terlupakan. Tetapi perhatian terhadap perempuan menjadi lebih utama sebab
perempuan sedemikian tertinggalnya dan teramat lama terabaikan nasibnya.
Berikut ini beberapa contoh pengaruh ketidaksetaraan gender terhadap
kesehatan baik laki-laki maupun perempuan sejak lahir hingga lanjut usia.
EVALUASI
1. Jelaskan definisi kebidanan komunitas ?
2. Apa tujuan kebidanan komunitas ?
3. Bagaimana penerapan asuhan kebidanan komunitas dalam kacamata gender ?