Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan
semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (WHO, 2001). Hal ini
berarti seseorang dikatakan sehat apabila seluruh aspek dalam dirinya dalam
keadaan tidak terganggu baik tubuh, psikis, maupun sosial. Apabila fisiknya
sehat, maka mental (jiwa) dan sosial pun sehat, demikian pula sebaliknya,
jika mentalnya terganggu atau sakit, maka fisik dan sosialnya pun akan sakit.
Kesehatan harus dilihat secara menyeluruh sehingga kesehatan jiwa
merupakan bagian dari kesehatan yang tidak dapat dipisahkan (Stuart &
Laraia, dalam Hidayat, A. 2007).
Seseorang dikatakan sehat jiwa menurut Stuart dan Laraia (2007)
apabila terpenuhi kriteria memiliki perilaku positif, tumbuh kembang dan
aktualisasi diri, memiliki integritas diri, memiliki otonomi, memiliki persepsi
sesuai realita yang ada serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya
sehingga mampu melaksanakan peran sosial dengan baik. Menurut Maslow
(1970, dalam Shives, 2007) menyatakan bahwa seseorang yang sehat jiwa
mampu mengaktualisasikan dirinya yang ditunjukkan dengan memiliki
konsep diri positif dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain dan
lingkungannya, terbuka dengan orang lain, membuat keputusan berdasarkan
realita yang ada, optimis, menghargai dan menikmati hidup, mandiri dalam
berfikir dan bertindak sesuai dengan standar perilaku dan nilai-nilai, serta
kreatif menggunakan berbagai pendekatan dalam penyelesaian masalah
kesehatan jiwa.
Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku
seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment) didalam satu atau lebih fungsi yang
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologig, perilaku, biologig dan
1
2
gangguan itu tidak hanya terletak didalam hubungan antara orang itu tetapi
juga dengan masyarakat (Muslim, Rusdi. 2001).
WHO memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami
gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat
ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia
tertentu selama hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara
usia 18-21 tahun (WHO, dikutip dalam Videbeck, Sheila L, 2013 ; 53).
Menurut data kementerian Kesehatan tahun 2013 jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia lebih dari 28 juta orang dengan kategori gangguan
jiwa ringan 14,3% dan 17% atau 1000 orang menderita gangguan jiwa berat.
Di banding rasio dunia yang hanya satu permil, masyarakat Indonesia yang
telah mengalami gangguan jiwa ringan sampai berat telah mencapai 18,5%
(Depkes RI, 2009).
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di provinsi
Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta (24,3%), diikuti Nangroe Aceh Darussalam
(18,5%), Sumatera Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatera Selatan (9,2%) dan
Jawa Tengah (6,8%) (Depkes RI, 2008). Prevalensi gangguan jiwa berat pada
penduduk Indonesia per 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di D.I.
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah, proporsi rumah
tangga RT yang pernah memasung anggota rumah ART gangguan jiwa berat
14,3% dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di perdesaan (18,2%), serta
pada kelompok dengan kuantil indeks kepemilikan terbawah (19,5%).
Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0%.
Provinsi dengan prevalensi gangguan mental tertinggi adalah Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara
Timur. Pasien gangguan jiwa ringan hingga berat di Jawa Barat pada tahun
2013 adalah 465.975 orang, naik signifikan dari tahun 2012 yang hanya
berjumlah 296.943 (Hasil Riskesdas, 2013).
3
B. Rumusan masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. M dengan Resiko
Perilaku Kekerasan di Yayasan Bina Akhlaq Cianjur.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Melaporkan asuhan keperawatan jiwa pada Tn. M dengan Resiko
Perilaku Kekerasan di Yayasan Bina Akhlaq Cianjur.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji klien dengan resiko perilaku kekerasan pada Tn. M di
Yayasan Bina Akhlaq Cianjur.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. M dengan resiko
perilaku kekerasan di Yayasan Bina Akhlaq Cianjur.
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada Tn. M dengan resiko
perilaku kekerasan di Yayasan Bina Akhlaq.
d. Melaksanakan intervensi keperawatan pada Tn. M dengan resiko
perilaku kekerasan di Yayasan Bina Akhlaq.
e. Mengevaluasi klien resiko perilaku kekerasan pada Tn. M.
f. Mendokumentasikan klien resiko perilaku kekerasan pada Tn. M di
Yayasan Bina Akhlaq Kecamatan Cianjur.
5
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Penulis
Asuhan keperawatan jiwa dapat memberikan pengetahuan dan
pengalaman yang lebih mendalam dan upaya dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa khususnya pada pasien dengan resiko perilaku
kekerasan.
2. Bagi Instansi
a. Pendidikan
Asuhan keperawatan jiwa dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
proses pembelajaran dan perkembangan ilmu keperawatan khususnya
keperawatan jiwa pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan.
b. Yayasan Bina Akhlaq
Asuhan keperawatan jiwa sebagai bahan masukkan serta evalasi dalam
pemberdayaan masyarakat, penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan dan sebagai pelayanan kesehatan strata pertama bagi
masyarakat khususnya pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan.
3. Bagi Profesi Keperwatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi di
bidang keperawatan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat
dan kemajuan asuhan keperawatan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2. Rentang Respon
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
Keterangan:
a. Asertif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang
lain dan memberikan ketenangan.
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak
menemukan alternatif.
c. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
d. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkontrol.
e. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta kehilangan
kontrol.
4. Faktor Risiko
Menurut Nanda-I, (2012-2014) faktor risiko terbagi dua, yaitu:
a. Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap Orang Lain
Definisi: Berisiko melakukan perilaku, yakni individu menunjukkan
bahwa dirinya dapat membahayakan orang lain secara fisik, emosional,
dan/atau seksual.
9
5. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku
kekerasan adalah:
1) Teori Biologis
a) Neurologic factor
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap,
neurotransmitter, dendrit, akson terminalis mempunyal peran
memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan
yang akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat
terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan
dan respon agresif.
12
b) Genetic factor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua,
menjadi potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo
Murakami (2007) dalam gen manusia terdapat
dormant(potensi) agresif yang sedang tidur akan bangun jika
terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik
tipe karyotype XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni
pelaku tindak kniminal serta orang-orang yang tersangkut
hukum akibat perilau agresif.
c) Cycardian Rhytm
(lrama sirkardian tubuh), memegang peranan pada
individu. Menurut penelitian pada jam-jam sibuk seperti
menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan
sekitar jam 9 dan 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah
terstimulasi untuk bersikap agresif.
d) Biochemistry factor
(Faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmitter di otak
(epineprin, norepineprin, dopamin, asetilkolin dan serotonin)
sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui sistem
persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar tubuh yang
dianggap mengancam atau membahayakan akan dihantar
melalui impuls neurotransmitterke otak dan meresponnya
melalui serabut efferent. Pen ingkatan hormon androgen dan
norepineprin serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan
cerebrospinal verterbra dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya perilaku agresif.
e) Brain area disorder
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindrom
otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis,
epilepsi ditemukan sangat berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindak kekerasan.
13
2) Teori Psikologis
a) Teori psikoanalisa
Agresivitasdan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang (life span history). Teori mi
menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara usia
0-2 tahun di mana anak tidak mendapat kasih sayang dan
pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung
mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa
sebagai kompensasi adanya ketidak percayaan pada
lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman
dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat
konsep diri yang rendah. Perilaku agresifdan tindak kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak
kekerasan.
b) Imitation, modeling, and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang
dalam lingkungan yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh,
model dan perilaku yang ditiru dari media atau Iingkungan
sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut.
Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk
menonton tayangan pemukulan pada boneka dengan
rewardpositif pula (makin keras pukulannya akan diberi
cokiat), anak lain menonton tayangan cara mengasihi dan
mencium boneka tersebut dengan reward positif pula (makin
baik belaiannya mendapat hadiah cokiat). Setelah anak-anak
keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak
berperilaku sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.
14
c) Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya. la mengamati bagaimana respon ayah saat
menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat
marah. a juga belajar bahwa agresivitas lingkungan sekitar menjadi
peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya
eksis dan patut untuk diperhitungkan.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencentuskan
perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan:
1) Ekspresi ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian massal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengonsumsikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cendrung
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat
dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinnya pada
saat menghadapi rasa frustasi.
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan keluarga.
c. Penilaian terhadap stressor
Penilaian stessor melibatkan makna dan pemahaman dampak
dari situasi stres bagi individu. itu mencakup kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku, dan respon sosial. Penilaian adalah evaluasi
tentang pentingnya sebuah peristiwa dalam kaitannya dengan
kesejahteraan seseorang. Stressor mengasumsikan makna, intensitas,
dan pentingnya sebagai konsekuensi dari interpretasi yang unik dan
15
makna yang diberikan kepada orang yang berisiko (Stuart dan Laraia,
2001).
Respon perilaku adalah hasil dari respon emosional dan
fisiologis, serta analisis kognitif seseorang tentang situasi stres. Caplan
(1981, dalam Stuart dan Laraia, 2001) menggambarkan empat fase dari
respon perilaku individu untuk menghadapi stres, yaitu:
1) Perilaku yang mengubah lingkungan stres atau memungkinkan
individu untuk melarikan diri darl itu.
2) Perilaku yang memungkinkan individu untuk mengubah keadaan
eksternal dan setelah mereka.
3) Perilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan
rangsangan emosional yang tidak menyenangkan.
4) Perilaku intrapsikis yang membantu untuk berdamai dengan
masalah dan gejala sisa dengan penyesuaian internal.
d. Sumber koping
Sumber koping dapat berupa aset ekonomi, kemampuan dan
keterampilan, teknik defensif, dukungan sosial, dan motivasi.
Hubungan antara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sangat
berperan penting pada saat ini. Sumber koping lainnya termasuk
kesehatan dan energi, dukungan spiritual, keyakinan positif,
keterampilan menyelesaikan masalah dan sosial, sumber daya sosial
dan material, dan kesejahteraan fisik (Stuart dan Laraia 2001, dikutip
dalam Keliat, B. A (2006),
Keyakinan spiritual dan melihatcliri positif dapat berlungsi
sebagai dasar harapan dan dapat mempertahankan usaha seseorang
mengatasi hal yang paling buruk. Keterampilan pemecahan masalah
termasuk kemampuan untuk mencari informasi, mengidentifikasi
masalah, menimbang alternatif, dan melaksanakan rencanatindakan.
Keterampilan sosial memfasilitasi penyelesaian masalah yang
melibatkan orang lain, meningkatkan kemungkinan untuk
mendapatkan kerjasama dan dukungan dan orang lain, dan
16
4) Status mental
a) Penampilan
Biasanya pakaian klien kusut atau eksentrik dengan sikap tubuh
lemah dan kontak mata kurang.
b) Pembicaraan
Klien biasanya berbicara dengan cepat dan keras. Reaksi klien
selama wawancara apatis dan mudah tersinggung.
c) Aktivitas motoric
Klien biasanya terlihat lesu, sering tiduran di tempat tidur,
tegang, gelisah dan biasanya terdapat tremor.
d) Alam perasaan
Apakah klien terlihat sedih, gembira berlebihan, putus asa,
ketakutan, khawatir.
e) Afek
(1) Apakah afek klien datar, tumpul labil atau tidak sesuai.
Interaksi selama wawancara
(2) Apakah klien kooperatif, bermusuhan, kontak mata kurang.
(3) Interaksi selama wawancara
(4) Apakah klien kooperatif, bermusuhan, kontak mata kurang.
f) Persepsi
Persepsi ini meliputi persepsi mengenai pendengaran,
penglihatan, pengecap, penghidu cenestetik, maupun kinestetik.
g) Isi pikir
Kadang-kadang ada ide yang tidak realistik seperti waham,
fantasi, obsesi, dan phobia.
h) Proses pikir
Apakah pembicaraan klien mengalami sirkumtantial,
tangensial, kehilangan asosiasi, flight of idea dan blocking.
i) Tingkat kesadaran
Apakah klien mampu mengingat kejadian saat ini, kejadian
yang baru saja terjadi dan kejadian masa lalu.
21
j. Aspek Medik
Pada klien dengan resiko perilaku kekerasan biasanya
mendapatkan obat-obat anti psikosis seperti: Haloperidol,
Clorpromazine, dan anti kolinergik seperti Triheksifenidil serta Electro
Convulsive Therapy (ECT).
k. Daftar Masalah Keperawatan
Berisi tentang masalah-masalah keperawatan yang didapat dari
pengumpulan data.
l. Pohon Masalah
Umumnya masalah keperawatan saling berhubungan dan dapat
digambarkan sebagai pohon masalah (Keliat, 2006). Pada pohon
masalah terdapat tiga komponen penting yaitu:
1) Prioritas masalah keperawatan (masalah utama) merupakan
masalah utama klien dari berbagai masalah.
2) Penyebab (causal) adalah salah satu masalah keperawatan yang
menyebabkan munculnya masalah utama.
3) Akibat adalah masalah keperawatan yang terjadi akibat masalah
utama.
23
Berikan tanda (X) pada kolom yang sesuai dengan data klien
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
1. Aniaya fisik {} {} {} {} {} {}
2. Aniaya seksual {} {} {} {} {} {}
3. Penolakan {} {} {} {} {} {}
4. Kekerasan dalam {} {} {} {} {} {}
keluarga
5. Tindakan kriminal {} {} {} {} {} {}
6. Aktivitas motorik
{ }Lesu { }Tegang { } Gelisah { } Agitasi
{ }Tik { } Grimasem { } Tremor { } Kompulsif
7. lnteraksi selama wawancara
{ } Bermusuhan { } Kontak mata kurang
{ }Tidak kooperatif { } Defensif
{ }mudah tersinggung { } Curiga
Gambar 2.2 : Format/data fokus pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
(Keliat dan Akemat, 2009)
24
1. Klien mengancam
2. Klien mengumpat dengan kata-kata yang kotor.
3. Klien mengatakan dendam dan jengkel.
4. Klien mengatakan ingin berkelahi
5. Klien menyalahkan dan menuntut.
6. Klien meremehkan
Obyektif
Tabel 2.1
Data Yang Perlu Dikaji menurut fitria (2014)
25
3. Pohon Masalah
Bagan 2.1 :
Pohon masalah Resiko Perilaku kekerasan
Sumber: Keliat (2006)
5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul, antara lain (damayanti, 2012):
a. Risiko Perilaku kekerasan,
b. Hargadiri rendah kronik,
c. Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal).
27
Intervensi Rasional
hariannya
Tabel 2.2
(Rencana tindakan keperawatan jiwa, fitria 2014)
7. Implementasi Keperawatan
Menurut Herman, (2011) implementasi tindakan keperawatan
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata,
implementasi sering kali jauh berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi
karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa dilakukan perawat
adalah menggunakan rencana yang tidak ditulis, yaitu apa yang dipikirkan,
dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat membahayakan klien dan
perawat jika tindakan berakibat fatal, da juga tidak memenuhi aspek legal.
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi secara singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now). Perawat juga menilai diri
sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan
tekhnikal yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan. Perawat juga
menilai kembali apakah tindakan aman bagi klien. Setelah tidak ada
hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan
melaksanakan tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak (inform
consent) dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang akan
dilaksanakan dan peran serta yang diharapkan dari klien. Dokumentasikan
semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respons klien.
34
8. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan
setiap selesai melakukan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang
dilakukan dengan membandingkan antara respons klien dan tujuan khusus
serta umum yang telah ditentukan (Keliat, 2006). Evaluasi dapat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir.
S : Respos subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan
O : Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien saat tindakan
dilakukan, tau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan
atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi.
A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap, sudah teratasi, atau
ada masalah baru dan ada data yang kontradiksi dengan masalah
yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa
padarespon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien (PR), dan
tindak lanjut oleh perawat.
35
BAB III
A. Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu penelitian kualitatif yang
digolongkan ke dalam strategi penelitian case study research. Penelitian ini
menghimpun data-data naratif dengan kata-kata (bukan angka-angka,
nonnumerical) untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang dilontarkan.
Biasanya penelitian ini memiliki beberapa jenis rancangan (design) dalam bidang
sosial dan kesehatan, metode ini merupakan salah satu bentuk penelitian formatif
yang menerapkan teknik tertentu untuk memperoleh jawaban yang mendekati
tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan khalayak sasaran (William Chang,
2014).
35
36
C. Setting Penelitian
1. Letak Yayasan Bina Akhlaq Desa Babakan Karet Kecamatan/Kabupaten
Cianjur.
2. Sarana dan prasarana yang dimiliki Yayasan Bina Akhlaq :
a. 1 Gedung Yayasan
b. 1 Kantor Sekteriat
c. 1 Masjid Yayasan
d. 1 Pos Kamling
e. 5 Kamar Mandi
3. Jumlah kunjungan di Yayasan Bina Akhlaq
Kunjungan di Yayasan Bina Akhlaq bulan Januari sampai dengan Mei
2017, yaitu:
a. 40 orang di ruang kelas A
b. 45 orang di ruang kelas B
4. Jumlah klien yang mendapat perawatan dari Yayasan Bina Akhlaq
Klien yang mendapat asuhan keperawatan dari Yayasan Bina Akhlaq pada
bulan Januari sampai dengan Mei 2017, yaitu:
a. Kasus perilaku kekerasan berjumlah 35 orang
b. Kasus halusinasi 20 orang
c. Kasus isolasi social 10 orang
d. Kasus deficit perawatan diri 15 orang
5. Jumlah pengurus di Yayasan Bina Akhlaq
Pengurus yang ada di Yayasan Bina Akhlaq berjumlah 20 orang. 2 orang
pengurus bertugas sebagai sekretaris. 2 orang pengurus bertugas sebagai
bendahara. 2 orang pengurus bertugas sebagai seksi pendidikan. 7 orang
pemgurus bertugas sebagai seksi kesantrian. 2 orang perawat bertugas
sebagai seksi humas. 5 orang pengurus bertugas sebagai seksi logistik.
37
d) Suhu
2) Ukur Tinggi Badan dan Berat Badan klien.
b. Status Mental
1) Penampilan
2) Aktivitas motorik
3) Alam perasaan
4) Afek.
5) Interaksi selama wawancara
2. Metode wawancara terstruktur
a. Identitas
b. Alasan Masuk
c. Faktor Predisposisi
d. Psikosial
e. Status Mental
f. Perubahan Kebutuhan Klien Pulang
g. Mekanisme Koping
h. Masalah psikososial dan lingkungan
i. Pengetahuan
3. Metode dokumentasi
Suatu cara pengumpulan data atau informasi dengan membaca dan
mempelajari data-data yang bersifat dokumentatif yang di peroleh dari
Yayasan Bina Akhlak dan sumber lain guna melengkapi data dari
wawancara dan observasi.
dari sumber klien, sama dengan yang didapatkan dari perawat dan keluarga
klien, maka informasi tersebut valid.
H. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan
untuk mendapatkan ijin melakukn penelitian di Yayasan Bina Akhlaq Desa
Babakan Karet Kecamatan Cianjur. Setelah ada persetujuan barulah penelitian
ini dilakukan dengan menekankan pada masalah kesehatan yang meliputi :
1. Informed Concent (lembar persetujuan)
Lembar pesetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti, peneliti
menjelaskan maksud dari penelitian serta dampak yng mungkin terjadi
selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia, maka
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Tn. M Dengan Perilaku Kekerasan Di Yayasan Bina Akhlaq Cianjur,
Pembahasan pada bab ini terutama membahas adanya kesesuaian maupun
kesenjangan antara teori dengan kasus. Asuhan Keperawatan memfokuskan pada
pemenuhan kebutuhan dasar manusia melalui tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
A. Hasil
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Palembang
Tanggal dirawat : 12-03-2012
Tanggal Pengkajian : 09-06-2017
No. CM :
Diagnose Medis : Peilaku Kekerasan
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
41
42
4. Pemeriksaan Fisik
e. Sistem Kemih
Pola BAK 3-4x dalam sehari tanpa keluhan, pola minum 7 gelas dalam
sehari.
f. Sistem Musculoskeletal
Pergerakan klien bebas, gaya berjalan kaki normal dan tidak kaku
dalam bergerak. Nilai kekuatan otot
g. Sistem Pengindraan
Klien tidak ada gangguan dalam pengindraan : klien dapat membaca
dalam jarak 20 cm, pendengaran baik : bila ditanya langsung
menjawab tanpa ada pengulangan pertanyaan, penciuman : klien dapat
membedakan antara bau kopi dan bau minyak kayu putih, pengecapan
: klien dapat merasakan rasa manis, pahit, dan asin.
5. Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
45
: Klien
: Tinggal Serumah
istrinya.
6. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Pada saat dikaji klien mengatakan menyukai tangannya, karena berotot
dan tidak menyukai giginya karena sudah tidak lengkap.
b. Identitas Diri
Klien sebagai anak ke 3 dari 4 bersaudara, klien dapat menyebutkan
jenis kelaminnya yaitu laki-laki, penampilan klien sesuai dengan jenis
kelaminnya dan merasa puas sebagai seorang laki-laki.
c. Peran Diri
Klien berperan sebagai KK dan merasa sedih karena tidak dapat
menafkahi keluarganya.
d. Ideal Diri
Klien ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah supaya bias berkumpul
dengan keluarganya.
46
e. Harga Diri
Klien merasa kecewa terhadap dirinya yang tidak mampu mencapai
keberhasilan dalam hidupnya.
Masalah Keperawatan :gangguan konsep diri : harga diri rendah.
7. Hubungan Sosial
Pada saat dikaji klien mengatakan bahwa orang yang paling dekat
dengannya adalah istrinya dan apabila ada masalah klien pun menceritakan
pada istrinya. Dilinkungan rumahnya klien mengatakan suka bergaul
dengan orang lain. Pada saat di yayasan klien juga suka bergaul dengan
yang lainya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
8. Spiritual
Klien beragama islam dan percaya bahwa Tuhan itu ada, pada saat
dirumah klien jarang melakukan ibadah sholat 5 waktu dan sewaktu di
yayasan klien sering melakukan sholat 5 waktu.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
9. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan klien pada saat dikaji cukup rapi, dengan menggunakan
pakaian yang bersih, kuku bersih dan pendek.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
b. Pembicaraan
Pada saat wawancara pembicaraan klien cukup jelas lancar dan
lantang.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
c. Aktivitas Motorik
Pada saat dikaji, klien terlihat mondar-mandir, dan klien jarang terlihat
duduk tapi tidak mengganggu temannya.
Masalah Keperawatan : resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan.
47
d. Alam Perasaan
Klien merasa sedih karena kegagalan yang klien pernah alami, klien
berpikir kenapa dirinya tidak seperti orang lain. Emosi klien cukup
stabil
Masalah Keperawatan : harga diri rendah.
e. Afek
Mimik wajah klien berubah sesuai dengan alam perasaannya dan dapat
merespon sesuai dengan stimulus yang dating.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
f. Interaksi Selama Wawancara
Selama wawancara klien tidak menunjukkan sikap curiga dengan
kontak mata yang terarah.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
g. Persepsi
Saat dikaji klien mengatakan tidak pernah melihat atau mendengar
sesuatu yang aneh-aneh.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
h. Proses Pikir
Pada saat dikaji pembicaraan klien terkadang nyambung dan terkadang
terbelit-belit dan tidak sampai pada tujuan serta mudah dialihkan pada
topik pembicaraan yang lain.
Masalah Keperawatan : perubahan proses pikir : tangensial.
i. Isi Pikir
Pada saat dikaji klien tidak menunjukkan adanya keyakinan atau
pikiran-pikiran yang selalu dipertahankan dan tidak ditemukan adanya
waham.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
48
j. Tingkat Kesadaran
Ketika ditanya klien masih ingat dan masih bisa menyebutkan kembali
nama dan asal perawat, dan ketika ditanya hari, waktu dan tempat
pertemuan sesuai dengan kontrak, klien masih dapat mengingatnya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
k. Memori
Jangka panjang : klien mampu menyebutkan dan
mengingat bahwa klien punya anak 3
orang.
Jangka pendek : klien dapat menyebutkan jam berapa klien
mandi pagi.
Daya ingat saat ini : ketika ditanya oleh perawat sehabis makan
dengan apa klien makan, klien bisa
mengingat dan menjawab pertanyaan dengan
benar.
Konfabulasi : selama wawancara dengan perawat klien
tidak pernah memasukkan ide-ide bohong
dalam pembicaraannya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Saat klien berbicara dengan perawat perhatian klien tidak mudah
beralih, klien masih bias berhitung secara sederhana seperti 2 + 1 =
berapa, klien menjawab 3.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
m. Kemampuan Penilaian
Kemampuan penilaian klien cukup baik, klien mampu mengambil
keputusan secara sederhana, seperti ketika klien diberi pilhan setelah
bangun tidur mandi dulu terus makan atau makan dulu terus mandi ?
klien menjawab mandi dulu terus makan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
49
f. Penggunaan obat
Dari hasil observasi klien dalam pengobatan, klien mendapatkan
pengobatan secara spiritual, dengan jadwal waktu tertentu yang
dilaksanakan pengurus, dank lien menganggap bahwa pengobatan
yang dijalaninya sangat penting untuk kesembuhannya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
g. Pemeliharaan kesehatan
Dalam hal pemeliharaan kesehatan klien masih memerlukan perawatan
lanjutan dan factor pendukung yang kuat dari anggota keluarga.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
h. Kegiatan di yayasan
Klien mengatakan bahwa di yayasan suka melaksanakan piket sesuai
jadwal, seperti mencuci piring, menyapu halaman, mengepel.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
11. Mekanisme Koping
a. Adaptif
Klien mengatakan setiap ada masalah dikeluarganya yang pertama kali
dikasih tau adalah istrinya.
b. Maladaptif
Klien marah-marah, lari-lari di dalam rumah pada saat klien
mengamuk.
Masalah Keperawatan : resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.
12. Masalah Psikososial dan Lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mempunyai factor pendukung yaitu keluarga, keluarga
mendukung sepenuhnya untuk kesembuhan klien.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
51
1. DS : Resiko perilaku
sewaktu dirumah sebelum masuk kekerasan
yayasan klien marah-marah.
DO :
Klien terlihat mondar-mandir.
Klien terlihat jarang duduk.
2. DS : Gangguan konsep diri :
Klien mengatakan tidak bisa Harga diri rendah
menafkahi keluarganya dirumah.
DO :
Klien terlihat melamun.
3. DS : Kerusakan interaksi
DO : verbal
Klien terlihat tertawa ketika diberi
pertanyaan yang biasa oleh
perawat.
Pembicaraan kadang berbelit-belit.
4. DS : Kerusakan interaksi
Klien mengatakan tidak enak social : menarik diri
kalau diam.
DO :
Klien terlihat suka bergabung
dengan temannya tetapi klien
sering mengganggu teman-
temannya.
Tabel 2.3
Analisa Data
53
N DIAGNOSA KRITERIA
TUJUAN INTERVENSI
O KEPERAWATAN HASIL
Tabel 2.4
56
STRATEGI
HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
PERTEMUAN
mengepal? Setelah
bapak memukuli
09 Juni 2017
adik bapak, apa yang
bapak rasakan? Jam 09.00
Maukah bapak
belajar cara marah
yang baik agar rasa
jengkel bapak Syarip
tersalurkan tetapi
tidak menimbulkan
kerugian.? Yang
pertama bapak bias
melakukan tarik
nafas dalam, coba
bapak praktekan, iya
begitu pak bagus”
Membuat kontrak
selanjutnya.
“ besok kita bertemu
lagi ya pak! Kita
belajar bagaimana
cara mengontrol
perilaku kekerasan
secara fisik II”.
58
menyalurkan
perasaan-perasaan
12 Juni 2017
tadi yang kedua
memukul kasur Jam 09.00
kata-kata yang
sopan, jelas
61
maksudnya dan
tidak menyalahkan,
atau bila bapak
merasa dipaksa oleh Syarip
Tabel 2.5
CATATAN PERKEMBANGAN
1 14 Juni 2017 S:
I:
E:
Tabel 2.4
Catatan Perkembangan
A. Pembahasan
Dalam bab ini akan membahas tentang asuhan keperawatan jiwa pada
Tn. M dengan resiko perilaku kekerasan di Kp. Sukawargi RT/RW 01/06
Desa Babakan Karet Kecamatan Cianjur Kab. Cianjur. Pembahasan ini akan
mencoba membandingkan antara teori dengan asuhan keperawatan dalam
kasus dalam melihat kesenjangan-kesenjangan yang ada. Adapun pembahasan
kasus ini meliputi proses keperawatan : pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data
danperumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
64
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data yang didapatkan dari
klien, peneliti merumuskan diagnosa keperawatan untuk membantu proses
keperawatan klien. Adapun diagnosa keperawatan pertama yang muncul
pada Tn. M yaitu ada empat diagnosa, yaitu resiko perilaku kekerasan,
harga diri rendah, kerusakan interaksi verbal, menarik diri. Adapun resiko
perilaku kekerasan adalah diagnosa utama yang muncul saat pengkajian
kepada Tn. M. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun
psikologis. (Berkowitz yang dikutip dari Harnawati 1993, dikutip dalam
Fitria, 2014 ; 143).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau
amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan
gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2010 dalam Damayanti &
Iskandar 2014).
67
3. Intervensi Keperawatan
Rencana Tindakan keperawatan yang penulis lakukan sama dengan
landasan teori yang sudah penulis jabarkan dalam BAB II, hal ini karena
rencana tindakan keperawatan tersebut telah sesuai dengan (SOP) Standart
Operasional Prosedur yang telah ditetapkan. Data yang diperoleh pada
tanggal 13 Juni 2017 ditemukan terdiri dari SP I sampai SP III.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan implementasi pada Tn. M dilakukan selama 3 hari pada
tanggal 09, 12 dan 13 Juni 2017 di Yayasan Bina Akhlak desa Babakan
Karet kecamatan Cianjur kabupaten Cianjur, rencana keperawatan hanya
terlaksana sampai strategi pelaksanaan empat di karnakan keterbatasan
waktu penelitian.
a. Pada tanggal 09 Juni 2017 pukul 09.00 WIB peneliti melakukan
tindakan keperawatan dalam bentuk strategi pelaksanaan I (SP I
pasien) yaitu mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan,
mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan,
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang di lakukan klien,
68
5. Evaluasi Keperawatan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini di lakukan di Yayasan Bina Akhlaq Cianjur dengan Judul
“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. M Dengan Gangguan Resiko Perilaku
Kekerasan Di Yayasan Bina Akhlaq Cianjur”. Dari Setelah penulis melakukan
penelitian selama tiga hari di Yayasan Bina Akhlaq. Klien dari penelitian
tersebut di dapatkan hasil yaitu setelah dilakukan tindakan mengontrol
perilaku kekerasan selama 3 hari didapatkan hasil yaitu Tn. M sudah mampu
cara mengontrol fisik I (tarik nafas dalam) dan mau menggunakan cara
mengontrol fisik I ketika emosi muncul, Tn. M dapat mampu menggunakan
cara pertama dengan mengontrol dengan benar dan Tn. M mau untuk
mengalihkan perhatian dengan cara fisik II (pukul bantal). Tn. M juga mampu
menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II (pukul
bantal). Tn. M juga mau semua aktivitas sesuai jadwal. Dengan mengontrol
rasa marah dan mengalihkan perhatian rasa marah klien dengan cara bercakap-
cakap, klien tampak menjadi senang dan sering bercakap-cakap dengan orang
lain.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat di simpulkan
bahwa,terdapat peningkatan kemauan mengontrol rasa marah dan juga
bercakap-cakap dalam mengalihkan perhatian rasa marahnya , kontak mata
yang semula tajam menjadi lebih tenang dalam menatap lawan bicaranya.
Hasil penelitian tersebut sama dengan teori atau hasil penelitian sebelumnya,
sehingga dapat dikatakan bahwa mengontrol rasa marah terbukti efektif untuk
mengatasi perilaku kekerasan.
70
72
71
B. Saran
1. Bagi pasien
Di harapkan pasien mau mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dalam
latihan mengontrol perilaku kekerasan serta mengikuti perintah atau
anjuran yang di berikan perawat guna mencapai hasil yang di inginkan
secara optimal.
2. Bagi Mahasiswa
Di harapkan bagi mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dengan pasien perilaku kekerasan dapat lebih sering
melakukan kontak dengan klien agar hasil yang di inginkan dapat tercapai
secara optimal.
3. Manfaat Bagi Yayasan
a. Bagi Yayasan
Di harapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien jiwa dengan
seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan di Yayasan
Bina Akhlaq Cianjur.
b. Bagi lembaga pendidikan
Di harapkan bagi lembaga pendidikan untuk melakukan pen
gembangan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah khususnya pada
mata ajar Keperawatan Jiwa.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat di jadikan data dasar untuk melakukan
penelitian selanjutnya, selain itu di peroleh evaluasi akhir secara lebih
ketat antara sebelum dan sesudah latihan mengontrol perilaku kekerasan.