Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
EPIDEMIOLOGI
sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, higiene dan nutrisi yang jelek.
mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden
OMSK saja, tidak ada data yang tersedia. Otitis media kronis merupakan penyakit
THT yang paling banyak di negara sedang berkembang. Di negara maju seperti
propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insidens Otitis Media Supuratif
Kronik (atau yang oleh awam sebagai “congek”) sebesar 3% dari penduduk
Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan
infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah
dilaporkan prevalensi OMSK selama periode 1988 – 1990 sebesar 15,7% dan
ETIOLOGI
Kejadian OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada
anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor
predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan down’s syndrom.
Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi
sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum,
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor
genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis
media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa
yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi
kronis.
4. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak
bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukkan bahwa metode kultur
yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram-
negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya. Kuman yang terdapat di
telinga tengah dapat masuk dari liang telinga luar melalui perforasi membran
bakteri yang terbanyak dijumpai pada otitis media akut. Pada isolasi dari otitis
media kronis, kuman aerobik dan anaerobik juga terlibat pada sebagian kasus.
species, dan Klebsiella species. Kuman anaerob yang paling sering dijumpai
adalah Bacteroides spp. dan Fusobacterium spp. Jamur dapat pula dijumpai pada
otitis media kronis khususnya Aspergillus spp. dan Candida spp. Jamur mungkin
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas
6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi
apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui.
Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi
fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin
KLASIFIKASI
1. Tipe aman
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan
gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor
lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi
saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien
dengan daya tahan tubuh yang rendah, di samping itu campuran bakteri aerob dan
anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel
1. Tipe aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh
perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang
di mana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid
yang besar pada liang telinga luas. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid
mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus
2. Tipe Tenang
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa
telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan.
Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus, and atau suatu rasa penuh dalam
telinga.
Tipe Bahaya
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral
lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong
putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat
(1965) adalah:
3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang
temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli
b. Kolesteatom didapat.
biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa. Khasnya perforasi marginal pada
Oleh karena tuba tertutup terjadi retraksi dari membrane plasida, akibat pada
tempat ini terjadi deskuamasi epitel yang tidak lepas, akan tetapi bertumpuk di
sini. Lambat laun epitel ini hancur dan menjadi kista. Kista ini tambah lama
tambah besar dan tumbuh terus kedalam kavum timpani dan membentuk
kolesteatom.
cholesteatoma, oleh karena ada pula congenital kolesteatom. Ini juga merupakan
suatu lubang dalam tenggorok terutama pada os temporal. Dalam lubang ini
terdapat lamel konsentris terdiri dari epitel yang dapat juga menekan tulang
dan tidak akan menimbulkan infeksi. Bentuk perforasi membran timpani adalah:
1. Perforasi sentral
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.
3. Perforasi atik
PATOGENESIS
Ada dua mekanisme perforasi kronis yang dapat menyebabkan infeksi telinga
tengah yang berlanjut atau berulang: (1) Bakteri dapat mengkontaminasi telinga
tengah secara langsung dari telinga luar karena efek proteksi barier fisikal
membran timpani telah hilang. (2) Membran timpani yang utuh secara normal
telinga tengah dan mastoid. Disfungsi tuba Eustachius memegang peranan penting
pada otitis media akut dan otitis media kronis. Kontraksi muskulus veli palatini
menyebabkan tuba Eustachius membuka selama proses menelan dan pada kondisi
Bila bakteri memasuki telinga tengah melalui nasofaring atau defek membran
timpani, terjadi replikasi bakteri di dalam efusi serosa. Hal ini diikuti oleh
pelepasan mediator inflamasi ke dalam ruang telinga tengah. Hiperemia dan
pada fase kronis, ditandai dengan mediator selular mononuklear (makrofag, sel
plasma dan limfosit), edema persisten dan jaringan granulasi. Selanjutnya dapat
terjadi metaplasia epitel telinga tengah, dimana terjadi perubahan epitel kuboidal
adhesi terhadap struktur penting di telinga tengah. Hal ini akan mengganggu
aerasi antrum dan mastoid dengan mengurangi ruang antara osikel dan mukosa
Patogenesis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini
merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang
sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi
sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga
tengah missal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai
keadaan inaktif dari otitis media kronis. Suatu teori tentang patogenesis
dikemukan dalam buku modern yang umumnya telah diterima sebagai fakta.
pada masa anak-anak, menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga.
Setelah penyakit akut berlalu, gendang telinga tetap berlubang, atau sembuh
dengan membran yang atrofi yang kemudian dapat kolaps kedalam telinga tengah,
memberi gambaran otitis atelektasis. Hipotesis ini mengabaikan beberapa
Hampir seluruh kasus otitis media akut sembuh dengan perbaikan lengkap
Penulis (DFA) hanya menemukan kurang dari selusin kasus dalam 25 tahun
terakhir. Di pihak lain, kejadian penyakit telinga kronis tidak berkurang dalam
periode tersebut.
Pasien dengan penyakit telinga kronis tidak mempunyai riwayat otitis akut pada
DIAGNOSIS
fisik. Gejala klinis meliputi tuli, otorea, otalgia, obstruksi hidung, tinitus dan
vertigo. Tuli dan otorea merupakan gejala yang paling umum terjadi.
OMSK ditandai oleh otorea yang banyak dan intermiten, bila disertai
dengan kolesteatoma yang terinfeksi maka menimbulkan bau busuk. Nyeri dapat
adalah otorea yang berdarah, vertigo akibat fistula labirin, paralisis nervus fasialis
yang sering dijumpai pada otitis media kronis disebabkan oleh reaksi inflamasi.
Diagnosis OMSK dan kolesteatoma telinga biasanya dilakukan dengan
membran timpani yang tampak seperti defek mutiara putih yang mengandung
terlihat sebagai lesi yang halus dan berbatas tajam, umumnya CT dilakukan tanpa
kontras.
kolesteatoma terlihat sebagai low signal pada T1-weighted images dan high signal
visualisasi densitas jaringan lunak. MRI juga efektif untuk mendiagnosis penyakit
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan
yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.
disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar
setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya
sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi
berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.
Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan
polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu
2. Gangguan pendengaran
daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif
ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20
db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan
dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya
rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai
jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis
supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu
tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya
drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan
vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi
dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo
dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan
infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa
PEMERIKSAAN KLINIK
berikut:
i) Pemeriksaan Audiometri
Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung
besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim
Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita OMSK ditemukan
tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala
ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas
pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan
pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan
ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan (audiometri atau test berbisik).
ekivalen dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran
Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea.
Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang
bias membantu:
1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB
garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur dengan masking adalah dianjurkan,
lebih kecil dengan pneumatisasi leb ih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya
atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan
arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan
posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran
radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus
lateral.
2. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah.
dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau
atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada
berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila
mastoid.
iii) Bakteriologi
akut, bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang
ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada
Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid,
Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp. Infeksi telinga biasanya
masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus parasanal, adenoid atau faring.
hemofilius influenza. Tetapi pada OMSK keadaan ini agak berbeda. Karena
adanya perforasi membran timpani, infeksi lebih sering berasal dari luar yang
sementara dapat diatasi dengan obat topikal dan aural toilet untuk mengurangi
otorea sambil menunggu operasi. Terdapat berbagai macam teknik operasi untuk
menangani kolesteatoma, yang secara umum dapat dibagi atas open cavity (canal
bila fragmen kecil dari epitel berkeratinisasi tertinggal. Sering diperlukan “second
Kolesteatoma adalah suatu kista epitel yang dilapisi oleh stratified squamosa
dikemukakan oleh Johannes Müller pada tahun 1838 untuk menjelaskan apa yang
kita sebut sebagai kista epidermal pada tulang temporal yang berpneumatisasi.
kistik yang dilapisi oleh stratified squamous cell epithelium, terletak di atas
beberapa elemen dari mukosa asalnya. Schuknecht (1974) seperti yang dikutip
eksfoliasi keratin di dalam telinga tengah atau pada area pneumatisasi tulang
pseudostratified ciliated epithelium, dengan sel goblet yang terdapat pada tuba
auditorius atau simple, cubic atau columnar squamous cell epithelium pada telinga
epitel skuamosa di telinga tengah adalah abnormal. Pada keadaan normal telinga
tengah dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia di bagian anterior dan inferior kavum
timpani serta epitel kuboidal di bagian tengah dari kavum timpani dan di atik.
Tidak seperti yang terdapat pada epidermis kulit, epitel skuamosa ini tidak
mempunyai struktur adneksa. Hal ini mungkin karena letaknya berbatasan dengan
jaringan granulasi atau fibrosa yang mengalami inflamasi, dan juga reaksi giant
Secara histologis kolesteatoma dapat dibagi dua: matriks (epithelium) dan peri-
lapisan yang berbeda: basal, spinosus, granulous dan stratum korneum, seperti
yang terdapat pada kulit yang tipis. Peri-matriks ditandai oleh adanya jaringan ikat
longgar yang terbuat dari kolagen dan elastic fibers, fibroblas and sel inflamasi.
yaitu atrofi, akantosis, hiperplasia lapisan basal dan dan epithelial cones.
telinga tengah.
Patogenesis kolesteatoma acquired telah diperdebatkan selama lebih dari satu
skuamosa dari epitel telinga tengah. Saat ini Sudhoff dan Tos mengemukakan
kombinasi dari teori invaginasi dan sel basal sebagai penjelasan dari pembentukan
a. Teori invaginasi
dari pars flaksida terjadi karena tekanan negatif telinga tengah dan kemungkinan
kolesteatoma disangkakan adalah disfungsi tuba Eustachius atau otitis media efusi
dengan resultante tekanan telinga tengah (ex vacuo theory). Pars flaksida, yang
kurang fibrous dan kurang tahan terhadap pergerakan, biasanya adalah sumber
posterior superior membran timpani dan erosi dari dinding liang telinga yang
Teori ini menyatakan invasi epitel skuamosa dari liang telinga dan permukaan luar
melalui perforasi marginal atau perforasi atik. Epitel akan masuk sampai bertemu
dengan lapisan epitel yang lain, yang disebut dengan contact inhibition.
Jika mukosa telinga tengah terganggu karena inflamasi, infeksi atau trauma karena
kavum timpani. Menyokong teori ini van Blitterswijk dkk menyatakan bahwa
cytokeratin (CK) 10, yang merupakan intermediate filament protein dan marker
untuk epitel skuamosa, ditemukan pada epidermis liang telinga dan matriks
memaparkan mukosa telinga tengah dan struktur tulang liang telinga terhadap
Palva dan peneliti lain menunjukkan perubahan histologis ini pada tulang
temporal manusia. Kolesteatoma yang berasal dari fraktur tulang temporal dapat
terjadi dari mekanisme ini. Fraktur liang telinga menyebabkan pertumbuhan epitel
Namun perforasi sentral membran timpani tidak bisa di katakan sebagai “safe
ears”. Analisis terbaru dari perforasi sentral membran timpani dari pasien otitis
Pada tahun 1925, Lange mengobservasi bahwa sel epitel berkeratinisasi pada pars
flaksida dapat menginvasi ruang sub epitel normal yang akan menyebabkan
Sel epitel (prickle cells) dari pars flaksida dapat menginvasi jaringan subepitelial
dengan cara proliferasi kolum sel epitel. Epitel yang menginvasi lamina propria,
basal lamina (basement membrane) menjadi berubah. Huang dan Masaki meneliti
Perubahan diferensiasi keratinosit dan lapisan sel basal matriks kolesteatoma telah
epidermal, seperti filaggrin dan involucrin, c-jun dan p53 proteins, dan
ekspresi CK 13 dan 16 pada area perifer pars tensa yang diinduksi oleh
kolesteatoma oleh ligasi liang telinga dan area perifer dan sentral pars tensa yang
metaplasia. Epitel kuboid pada telinga tengah dapat berubah menjadi epitel
telinga tengah pada penderita otitis media pada anak. Namun progresivitas dari
epidermis, ditemukan hanya pada high suprabasal layer pada kulit yang normal.
studi juga menunjukkan peningkatan ekspresi dari marker proliferasi pada lapisan
basal dan supra basal dari epidermis, yaitu CK4, CK5/6, CK 10, CK13/16,
epidermal growth factor receptor (EGFR), keratinocyte growth factor (KGF), dan
Ki-67. Distribusi yang abnormal dari p-53, c-jun dan ekspresi c-myc juga terlibat
matrix protein-1.
Keratinosit memproduksi keratin dalam jumlah yang besar. Inflamasi dengan atau
tanpa infeksi merekrut sel-sel tersebut untuk membentuk suatu lingkungan dengan
kolesteatoma.
Pada penyakit otitis media kronis dengan kolesteatoma, erosi dari tulang
hampir selalu ada dan merupakan penyebab utama dari morbiditas penyakit ini.
dari matriks dilakukan oleh osteoblas sementara proses resorpsi diatur oleh
osteoklas.
sekresi enzim proteolitik oleh matriks kolesteatoma. Saat ini diketahui aktifitas
osteoklas dari sel-sel prekursor dikontrol oleh 2 sitokin esensial yaitu Receptor
Pada kondisi patologis, banyak sel yang terlibat untuk menghasilkan sitokin-
sitokin tersebut. Inhibitor yang penting pada proses tersebut yaitu osteoprotegrin
Jeong et al. (2006) seperti yang dikutip oleh Chole & Nason (2009)
yang terinfeksi diketahui lebih cepat mendestruksi tulang. Peningkatan level dari
1. Intratemporal
a. Mastoiditis
b. Petrositis
e. Abses subperiosteal
f. Fistel retroaurikular
2. Intrakranial
a. Abses ekstradural
b. Abses subdural
c. Meningitis
d. Abses otak
f. Hidrosefalus otikus.
Belum ada sistem stadium untuk kolesteatoma yang secara luas digunakan.
Pada tahun 1986, Meyerhoff et al. seperti dikutip oleh Telmesani, Sayed &
patofisiologi, lokasi, fungsi tuba Eustachius, defek pada tulang, dan ada tidaknya
kurangnya relevansi klinis yang didapatkan dan beberapa faktor sangat sulit untuk
PENATALAKSANAAN
kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat
tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, di mana pengobatan dapat
dibagi atas:
1. Konservatif
2. Operasi
mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang
dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas
Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
aktif yang dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak maupun
dewasa. Neomisin dapat melawan kuman Proteus dan Stafilokokus aureus tetapi
tidak aktif melawan gram negatif anaerob dan mempunyai kerja yang terbatas
melawan Pseudomonas aeruginosa dan beberapa gram negatif tetapi tidak efektif
neomisin, polimiksin dan hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat
dalam acid carrier dan telinga akan sakit bila diteteskan. Kloramfenikol aktif
melawan basil gram positif dan gram negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa,
jangka panjang lama obat tetes telinga yang mengandung aminoglikosida akan
merupakan obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif serta
kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan
harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu
diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut. Dalam
masing- masing jenis kuman penyebab, kadar hambat minimal terhadap masing-
toksisitas obat terhadap kondisi tubuhnya. Peninggian dosis tidak menambah daya
OMSK MALIGNA
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain
KOMPLIKASI
OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut
oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan
komplikasi. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada
ii. Komplikasi telinga dalam yaitu fistel labirin, labirinitis supuratif dan tuli saraf
(sensorineural).
iii. Komplikasi ekstradural yaitu abses ekstradural, trombosis sinus lateralis dan
petrositis.
iv. Komplikasi ke susunan saraf pusat yaitu meningitis, abses otak dan
hidrosefalus otitis.
serabut yang menghantarkan impuls pengecap dari 2/3 bagian deran lidah.
wajah dan menerima sensorik dari lidah, dalam perjalanannya bekerja sama
dengan nervus karnialis yang lain, karena itu dimasukkan ke dalam mix cranial
nerve.
Pons bagian bawah. Dari sini berjalan kebelakang dan mengelilingi inti N VI dan
Saraf Inter Medius terletak pada bagian diantara N VII dan N VIII.
Serabut motorik saraf Facialis bersama-sama dengan saraf intermedius dan saraf
vestibulokoklearis memasuki meatus akustikus internus untuk meneruskan
Nernus Facialis keluar dari os petrosus kembali dan tiba dikavum timpani.
Kemudian turun dan sedikit membelok kebelakang dan keluar dari tulang
impuls pengecap, yang dinamakan korda timpani. juluran sel-sel tersebut yang
menuju ke batang otak adalah nervus intennedius, disamping itu ganglion tersebut
Cabang untuk muskulus stapedius dan lebih jauh sedikit ia menerima serabut-
menggabungkan diri pada nervus lingualis yang merupakan cabang dari nevus
glandula Parotis. Di dalam glatldula parotis nervus facialis dibagi atas lima jalur
Jaras Special Afferent ( Taste) : dari intinya nukeus solitarius berjalan melalui
nervus intennedius ke :
palatum.
depan lidah.
dari MAE dan kulit sekitar telinga. Korteks serebri akan memberikan persaratan
bilateral pada nucleus N VII yang mengontrol otot dahi, tetapi hanya mernberi
persarafan kontra lateral pada otot wajah bagian bawah. Sehingga pada lesi LMN
akan menimbulkan paralysis otot wajah ipsilateral bagian atas bawah, sedangkan
pada lesi LMN akan menimbulkan kelemahan otot wajah sisi kontta lateral.
Pada kerusakan sebab apapun di jaras kortikobulbar atau bagian bawah korteks
kelumpuhan jenis UMN. Ini berarti otot wajah bagian bawah lebih jelas lumpuh
dari pada bagian atasnya, sudut mulut sisi yang lumpuh tampak lebih rendah. Jika
kedua sudut mulut disuruh diangkat maka sudut mulut yang sehat saja yang dapat
terangkat.
Lesi LMN : bisa terletak di pons, disudut serebelo pontin, di os petrusus, cavum
Lesi di pon yang terletak disekitar ini nervus abducens bisa merusak akar nevus
facialis, inti nervus abducens dan fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu
paralysis facialis LMN tersebut akan disertai kelumpuhan rektus lateris atau
gerakan melirik ke arah lesi, Proses patologi di sekitar meatus akuatikus intemus
akan melibatkan nervus facialis dan akustikus sehingga paralysis facialis LMN
akan timbul berbarengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia ( tidak bisa