Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat
keduanya.1 Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat
disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan proses degenatif.2,3
Kekeruhan lensa pada katarak dapat mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil akan
berwarna putih atau abu-abu. Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti
berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif.1
Sampai dengan saat ini, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di
dunia. Di negara berkembang, katarak tetap merupakan penyebab paling sering dari
kebutaan. Pada tahun 1990 diperkirakan 37 juta orang buta di seluruh dunia dan
40% diantaranya disebabkan katarak. Setiap tahun terjadi peningkatan 1 – 2 juta
orang menjadi buta.3
Berdasarkan usia penderitanya, katarak dapat diklasifikasikan menjadi
katarak kongenital yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun, katarak juvenile
yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan katarak senilis yang mengenai orang-orang
berusia diatas 50 tahun. Diantara ketiganya, katarak senilis merupakan jenis katarak
yang paling sering terjadi.3,4
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun. Katarak senilis dapat dibagi kedalam 4 stadium, yaitu katarak
insipien, katak imatur, katarak matur dan katarak hipermatur. Katarak insipient
merupakan stadium katarak yang paling awal dan belum menimbulkan gangguan
visus. Pada katarak imatur, kekeruhan belum mengenai seluruh bagian lensa
sedangkan pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh bagian lensa.
Sementara katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses degenerasi
lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair.3
LAPORAN KASUS
Catatan Medik
Mahasiswa Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
PENYUSUN LAPORAN
Nama : Saina Abas
NIM : H2A012027
Tanda tangan :
PENGESAHAN
Pembimbing : dr. Sofia Yuniarti, SpM
Tanda tangan :
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Usia : 57
Tempat tanggal lahir : Semarang, 21-10-1964
Alamat : Ngaliyan 02/II. Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMP
No. CM : 5132XXX
Tanggal datang : 13 Februari 2018
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnese pada tanggal 13 Februari 2018
pukul 11.30 WIB di Bangsal Melati RSUD Tugurejo Semarang
Keluhan Utama : Mata Kemeng
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien Ny.R usia 63 tahun datang ke poli mata RSUD Tugurejo dengan
keluhan kedua mata kemeng. Keluhan dirasakan terus menerus tanpa perbaikan.
Keluhan disertai rasa gatal dan buram (kabur) seperti ada kabut. Penurunan
penglihatan terjadi secara perlahan. Sekarang pasien merasa pada
penglihatannya terhalang kabut putih tebal sulit untuk melihat. Selain keluhan
tersebut, tidak ada keluhan lain seperti merah, berair, mengeluarkan sekret,
maupun rasa mengganjal. Namun akhir-akhir ini, terkadang pasien merasakan
pandangan seperti titik-titik hitam bulat berjalan.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat tekanan darah tinggi : diakui
- Riwayat penyakit DM : diakui
- Riwayat asam urat tinggi : diakui
- Riwayat penyakit sendi : diakui, OA Genu
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat penggunaan kacamata : tidak diketahui
- Riwayat trauma pada mata : disangkal
- Riwayat penggunaan steroid jangka lama : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat penyakit DM : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat Pribadi
- Riwayat pemakaian kacamata : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
- Pasien berobat dengan biaya BPJS
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 13 Februari 2018 pukul 11.30 WIB
di Poli Mata RSUD Tugurejo Semarang.
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 140/ 90 mmHg
b. Nadi : 86 x/ menit
c. Respiratory rate : 22 x/ menit
d. Suhu : 36,5 o C
4. Status Gizi
a. Berat badan : 61 kg
b. Tinggi badan : 155 cm
5. Status Generalis
a. Kepala : kesan mesosefal
b. Hidung : sekret (-), deformitas (-), hiperemis (-), massa (-)
c. Mulut : mukosa kering (-), mukosa hiperemis (-), Tonsil T1-1 tidak
hiperemesis, faring hiperemis (-), uvula hiperemis (-).
d. Telinga : sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri ketok mastoid
(-/-),pembesaran nodilimfe preaurikula(-/-), nyeri tekan
preaurikula (-/-)
e. Leher : pembesaran limfonodi submandibula (-), servikalis
anterior (-).
f. Thorax :
1) Pulmo
Dextra Sinistra
Depan dan Belakang
Auskultasi Suara dasar paru vesikuler (+), Suara dasar paru vesikuler
wheezing (-), ronki (-) (+), wheezing (-), ronki (-)
2) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba tak kuat angkat
Perkusi :
Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah jantung: ICS V 1cm medial Linea mid
clavicula sinistra
Batas kanan bawah jantung : ICS V Linea sternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal & murni, bising (-),
gallop (-)
g. Abdomen
Inspeksi : Permukaan cembung tidak mengkilat, warna sama
seperti kulit di sekitar, ikterik (-)
Auskultasi : Bising usus (14x/menit) normal
Perkusi :Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+)
normal, pekak alih (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-).
h. Ekstremitas
Superior Inferior
OD OS
Visus 3/60 0,15
Visus koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensus Coloris Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pergerakan bola Bebas segala arah Bebas segala arah
mata
Kedudukan bola Ortoforia Ortoforia
mata
Supersilia Madarosis (-) Madarosis (-)
Tumbuh penuh normal Tumbuh penuh normal
Sekret (-) Sekret (-)
Silia Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Distrikiasis (-) Distrikiasis (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Palpebra superior Oedem (+) Oedem (+)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Sekret (+), mukoid Sekret (+), mukoid
Ulkus (-) Ulkus (-)
Vesikel (-) Vesikel (-)
Skuama (-) Skuama (-)
Pseudoptosis (-) Pseudoptosis (-)
Krusta (-) Krusta (-)
Fisura Palpebra Normal Normal
Palpebra inferior Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Spasme (-) Spasme (-)
Massa (-) Massa (-)
Konjungtiva Sekret (-) Sekret (-)
palpebra superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Cobble stone (-) Cobble stone (-)
Giant papil (-) Giant papil (-)
Udem (-) Udem (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Konjungtiva Sekret (-) Sekret (-)
palpebra inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Cobble stone (-) Cobble stone (-)
Giant papil (-) Giant papil (-)
Udem (-) Udem (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Folikel(-) Folikel (-)
Konjungtiva forniks Injeksi konjungtiva (-), Injeksi konjungtiva (+),
dan bulbi Injeksi silier (-), Injeksi silier (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Sklera Ikterik (-) Ikterik (-)
Kornea Jernih Jernih
Infilrat (-) Infilrat (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Sensibilitas kornea (+) Sensibilitas kornea (+)
Udem (-) Udem (-)
Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (-)
COA Jernih Jernih
Tindal efek (-) Tindal efek (-)
Kedalaman ¼ bagian Kedalaman ¼ bagian
bayangan pada iris bayangan pada iris
Iris Kripte tidak melebar Kripte tidak melebar
Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (-)
Sinekia anterior (-) Sinekia anterior (-)
Udem (-) Udem (-)
Pupil Bulat, Sentral, Reguler Bulat, Sentral, Reguler
Isokor Isokor
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
Refleks direk/indirek (+) N Refleks direk/indirek (+) N
Lensa Keruh tipis, sebagian Jernih
Fundus Refleks Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pemeriksaan Diusulkan Diusulkan
Slitlamp
Lapang pandang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tekanan bolamata Tidak dilakukan Tidak dilakukan
digital
Tes Fluorescein Tidak dilakukan Tidak dilakukan
A. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur biconvex, avaskular, tidak bewarna, dan
hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm.
Lensa tergantung pada zonula dibelakang iris; zonula menghubungkannya
dengan corpus cilliare. Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara
permukaan posterior iris dan badan vitreus pada lengkungan berbentuk cawan
badan vitreus yang di sebut fossa hyaloid.. Lensa bersama dengan iris
membentuk diafragma optikal yang memisahkan bilik anterior dan posterior
bola mata. Kapsul lensa adalah suatu membrane semipermeabel (sedikit lebih
permeable daripada dinding kapiler) yang melewatkan air dan elekrolit untuk
makanannya.1,2
Gambar 2. Anatomi Lensa dari sisi anteior dan lateral. (Sumber Lang,2000)
B. Katarak
1. Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa,
atau terjadi akibat kedua-duanya.1
2. Epidemiologi
Menurut WHO, katarak adalah penyebab kebutaan terbesar di seluruh
dunia. Katarak menyebabkan kebutaan pada delapan belas juta orang
diseluruh dunia dan diperkirakan akan mecapai angka empat puluh juta
orang pada tahun 2020. Hampir 20,5 juta orang dengan usia di atas 40 yang
menderita katarak, atau 1 tiap 6 orang dengan usia di atas 40 tahun
menderita katarak.4,5
3. Etiologi dan Faktor Resiko
a. Usia
Seiring dengan pertambahan usia, lensa akan mengalami penuaan
juga. Keistimewaan lensa adalah terus menerus tumbuh dan membentuk
serat lensa dengan arah pertumbuhannya yang konsentris. Tidak ada sel
yang mati ataupun terbuang karena lensa tertutupi oleh serat lensa.
Akibatnya, serat lensa paling tua berada di pusat lensa (nukleus) dan
serat lensa yang paling muda berada tepat di bawah kapsul lensa
(korteks). Dengan pertambahan usia, lensa pun bertambah berat, tebal,
dan keras terutama bagian nukleus. Pengerasan nukleus lensa disebut
dengan nuklear sklerosis. Selain itu, seiring dengan pertambahan usia,
protein lensa pun mengalami perubahan kimia. Fraksi protein lensa yang
dahulunya larut air menjadi tidak larut air dan beragregasi membentuk
protein dengan berat molekul yang besar. Hal ini menyebabkan
transparansi lensa berkurang sehingga lensa tidak lagi meneruskan
cahaya tetapi malah mengaburkan cahaya dan lensa menjadi tidak
tembus cahaya.3.4
b. Radikal bebas
Radikal bebas dapat merusak protein, lipid, karbohidrat dan asam
nukleat sel lensa. Radikal bebas dapat dihasilkan oleh hasil metabolisme
sel itu sendiri, yaitu elektron monovalen dari oksigen yang tereduksi saat
reduksi oksigen menjadi air pada jalur sitokrom, dan dari agen eksternal
seperti energi radiasi. Contoh-contoh radikal oksigen adalah anion
superoksida (O2-), radikal bebas hidroksil (OH+), radikal peroksil
(ROO+), radikal lipid peroksil (LOOH), oksigen tunggal (O2), dan
hidrogen peroksida (H2O2). Agen oksidatif tersebut dapat
memindahkan atom hidrogen dari asam lemak tak jenuh membran
plasma membentuk asam lemak radikal dan menyerang oksigen serta
membentuk radikal lipid peroksida. Reaksi ini lebih lanjut akan
membentuk lipid peroksida lalu membentuk malondialdehida (MDA).
MDA ini dapat menyebabkan ikatan silang antara lemak dan protein.
Polimerisasi dan ikatan silang protein menyebabkan aggregasi kristalin
dan inaktivasi enzimenzim yang berperan dalam mekanisme
antioksidan seperti katalase dan glutation reduktase. Hal-hal inilah yang
dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa.4,5
c. Radiasi Ultraviolet
Radiasi ultraviolet dapat meningkatkan jumlah radikal bebas pada lensa
karena tingginya penetrasi jumlah cahaya UV menuju lensa. UV
memiliki energi foton yang besar sehingga dapat meningkatkan molekul
oksigen dari bentuk triplet menjadi oksigen tunggal yang merupakan
salah satu spesies oksigen reaktif.4,5,6
d. Merokok
Terdapat banyak penelitian yang menjelaskan hubungan antara
merokok dan penyakit katarak. Hasil penelitian Cekic (1998)
menyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan akumulasi kadmium
di lensa. Kadmium dapat berkompetisi dengan kuprum dan
mengganggu homeostasis kuprum. Kuprum penting untuk aktivitas
fisiologis superoksida dismutase di lensa. Sehingga dengan adanya
kadmium menyebabkan fungsi superoksida dismutase sebagai
antioksidan terganggu. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan
oksidatif pada lensa dan menimbulkan katarak. Disebutkan juga bahwa
kadmium dapat mengendapkan lensa sehingga timbul katarak.6,7
e. Defisiensi vitamin A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin dan beta karoten
Zat nutrisi tersebut merupakan antioksidan eksogen yang berfungsi
menetralkan radikal bebas yang terbentuk pada lensa sehingga dapat
mencegah terjadinya katarak.4,5,
f. Trauma
Trauma dapat menyebabkan kerusakan langsung pada protein lensa
sehingga timbul katarak.4
g. Obat-obatan seperti kortikosteroid
Penggunaan steroid jangka panjang dapat meningkatkan resiko
terjadinya katarak. Jenis katarak yang sering pada pengguna
kortikosteroid adalah katarak subkapsular.3
h. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus
Diabetes dapat menyebabkan perubahan metabolisme lensa.
Tingginya kadar gula darah menyebabkan tingginya kadar sorbitol
lensa. Sorbitol ini menyebabkan peningkatan tekanan osmotik lensa
sehingga lensa menjadi sangat terhidrasi dan timbul katarak.4
i. Myopia
Pada penderita myopia dijumpai peningkatan kadar MDA dan
penurunan kadar glutation tereduksi sehingga memudahkan terjadinya
kekeruhan pada lensa.5
4. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam:
a. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1
tahun
b. Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
c. Katarak senil, katarak sesudah usia 50 tahun.1
Katarak dikelompokkan atas tiga tipe:
a. Nuclear cataract
Katarak nuklear terjadi sebagai hasil eksagerasi dari proses
penuaan normal yang melibatkan nukleus. Kondisi ini seringkali
berkaitan dengan myopia karena kenaikan indeks refraksi pada nukleus
lensa dan kenaikan aberasi sferis. Sklerosis nuclear ditandai dengan
tampakan awal berupa awan kekuningan sebagai hasil deposisi pigmen
urokrom. Pada fase lanjut nukleus menjadi kecoklatan (brunescent)
dengan konsistensi padat.
b. Cortical cataract
Katarak tipe kortikal melibatkan korteks bagian anterior, posterior
dan ekuator. Kondisi ini dapat disebabkan oleh adanya perubahan
komposisi ion pada korteks lensa dan adanya perubahan hidrasi serabut
lensa. Kekeruhan bermula sebagai cekungan (cleft) ataupun vakuola
diantara serabut lensa karena hidrasi korteks. Kekeruhan selanjutnya
berlanjut dari kekeruhan kuneiformis (bentuk baji) ataupun radial, yang
seringkali bermula dari kuadran inferonasal. Baik katarak kortikal
maupun subkapsular tampak putih pada iluminasi oblik dan tampak
hitam dengan siluet kemerahan pada retroiluminasi.
c. Subcapsular cataract
1) Katarak subkapsular anterior
Katarak terjadi dibawah kapsula lensa dan berhubungan dengan
metaplasi fibrosis dari epitel lensa.
2) Katarak subkapsular posterior
Katarak terjadi didepan kapsula posterior dan bermanifestasi
sebagai bentukan semacam vakuola, granuler ataupun plak. Karena
lokasinya, opasitas subkapsular posterior memiliki efek yang lebih
besar daripada katarak nuclear dan kortikal. Pasien seringkali
mengalami miosis dan rasa silau. Penglihatan jarak dekat lebih
sering terganggu daripada penglihatan jarak jauh, dan gangguan
penglihatan lebih cepat terjadi dibanding katarak jenis lain.
Secara klinis, katarak senilis dibagi menjadi 4 stadium, yaitu1
a. Katarak insipiens
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks atau
ke area subkapsular. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia karena
indeks refraksi yang tidak sama pada bagian-bagian lensa.
b. Katarak imatur
Lensa mengalami kekeruhan namun belum mengenai seluruh bagian
lensa. Volume lensa akan bertambah karena tekanan osmotik lensa yang
bertambah sehingga lensa akan mencembung. Hal ini dapat
menimbulkan blokade pupil sehingga terjadi glaucoma sekunder.
c. Katarak matur
Lensa mengalami kekeruhan secara merata di seluruh bagian. Cairan
dalam lensa dapat keluar sendiri sehingga ukuran lensa dan kedalaman
bilik mata depan akan kembali normal.
d. Katarak hipermatur
Pada kondisi ini protein korteks mencair. Kapsul anterior tenggelam dan
lensa mengkerut karena pengeluaran cairan dari lensa. Jika berlanjut
maka hubungan dengan Zonula Zinn menjadi kendor. Proses lanjut dari
kondisi ini adalah kapsul tebal dengan korteks yang berdegenerasi dan
mencair namun tidak dapat keluar sehingga nampak gambaran seperti
sekantong susu dengan nukleus yang terbenam dalam korteks lensa
(katarak Morgagni).
C. Katarak Senilis
1. Definisi
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak senilis adalah jenis katarak yang
paling sering dijumpai dan merupakan penyebab utama kebutaan di dunia
saat ini.3
2. Prevalensi
Sampai dengan saat ini, katarak merupakan penyebab utama kebutaan
di dunia. Di negara berkembang, katarak tetap merupakan penyebab paling
sering dari kebutaan. Pada tahun 1990 diperkirakan 37 juta orang buta di
seluruh dunia dan 40% diantaranya disebabkan katarak. Setiap tahun terjadi
peningkatan 1 – 2 juta orang menjadi buta.3
Di Amerika Serikat sekurangnya 300.000-400.000 kasus katarak terjadi
setiap tahun. Pada Framingham Eye Study yang dilaksanakan tahun 1973-
1975 katarak senilis terjadi pada 15,5% dari 2.477 pasien yang diteliti.3
3. Etiologi
Pada prinsipnya katarak senilis merupakan proses penuaan. Meskipun
patogenesisnya masih belum diketahui secara pasti, terdapat beberapa
faktor resiko yang diduga terlibat dalam terjadinya katarak senilis, antara
lain :3
a. Herediter
b. Radikal bebas dan Glutation
c. Radiasi ultraviolet
d. Faktor makanan
e. Krisis dehidrasi
f. Merokok
4. Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis kompleks dan masih belum sepenuhnya
dimengerti. Patogenesisnya melibatkan interaksi yang kompleks dari
bermacam-macam proses fisiologis. Semakin tua lensa, berat dan
ketebalannya semakin meningkat sedangkan kemampuan akomodasinya
semakin menurun.3
Banyak mekanisme yang berpengaruh terhadap hilangnya
transparansi lensa. Epitel lensa dipercaya mengalami perubahan karena
usianya, khususnya dalam hal berkurangnya densitas sel epitel lensa dan
diferensiasi yang menyimpang dari serat lensa. Meskipun sel epitel lensa
yang katarak mengalami apoptosis dalam jumlah sedikit, di mana akan
terjadi pengurangan secara signifikan dari densitas sel, akumulasi
kehilangan epitel dalam skala kecil dapat berakibat pada perubahan formasi
dan homeostasis serat lensa sehingga menyebabkan hilangnya transparansi
lensa. Lebih jauh lagi, semakin tua lensa akan terjadi pengurangan
kecepatan transport air, nutrien dan antioksidan ke dalam nukleus lensa.
Akibatnya akan terjadi proses kerusakan oksidatif yang progresif pada lensa
yang berujung pada terjadinya katarak senilis. Beberapa penelitian
menunjukkan peningkatan produk oksidasi (seperti glutation teroksidasi)
dan penurunan vita-min antioksidan dan enzim superoksid dismutase
memiliki peran penting dalam proses oksidatif pada terjadinya katarak
(cataractogenesis).3
Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan
penyera-pan oksigen, peningkatan kandungan air di awal lalu diikuti dengan
terjadinya dehidrasi, peningkatan kandungan natrium dan kalsium, serta
penurunan kandungan kalium, asam askorbat dan protein.6
Mekanisme lain yang terlibat adalah perubahan protein sitoplasmik
lensa yang larut air dan memiliki berat molekul rendah menjadi agregat
yang larut air dan memiliki berat molekul tinggi, fase tidak larut dan matriks
protein membran yang tidak larut. Hasil dari perubahan protein
menyebabkan fluktuasi mendadak dari indeks refraksi lensa, menyebarkan
sinar dan mengurangi transparansi. Hal lain yang diteliti meliputi peran
nutrisi pada terjadinya katarak, khusunya keterlibatan glukosa dan trace
mineral serta vitamin.3
5. Klasifikasi
Katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, antara lain
katarak nuklear, katarak kortikal dan katarak subkapsuler posterior. Katarak
nuklear dihasilkan dari sklerosis nuklear (proses tertekan dan mengerasnya
nukleus ketika terjadi penambahan lapisan kortikal baru) dan proses
penguningan yang berlebihan dengan akibat terjadinya kekeruhan lensa
bagian sentral.
Pada laporan kasus ini dilaporkan Ny R usia 57 tahun, mengeluh kedua mata
kemeng. Keluhan dirasakan terus menerus tanpa perbaikan. Keluhan disertai rasa
gatal dan buram (kabur) seperti ada kabut. Penurunan penglihatan terjadi secara
perlahan. Sekarang pasien merasa pada penglihatannya terhalang kabut putih tebal
sulit untuk melihat. Selain keluhan tersebut, tidak ada keluhan lain seperti merah,
berair, mengeluarkan sekret, maupun rasa mengganjal.
Dari hasil pemeriksaan fisik terhadap pasien didapatkan pada OD visus 3/60,
OS 0,15. Tidak didapatkan kelainan pada palpebra, konjungtiva, kornea, COA, iris
dan tekanan intra okuler. Lensa OD keruh tipis. Tidak didapatkan kelainan pada
palpebra, konjungtiva, kornea, COA, iris, pupil dan tekanan intra okuler mata kanan
dan kiri.
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik terhadap pasien disimpulkan
diagnosa kerja OD Katarak Senilis Imatur dengan alasan usia pasien lebih dari 50
tahun, didapatkan penurunan visus secara bertahap, dan kekeruhan lensa mata
kanan. Penurunan visus bertahap kemungkinan terjadi karena gangguan pada
proses akomodasi lensa yang mengalami katarak dan perubahan daya biasnya
akibat hilangnya transparasi lensa. Epitel lensa dipercaya mengalami perubahan
karena usianya, khususnya dalam hal berkurangnya densitas sel epitel lensa dan
diferensiasi yang menyimpang dari serat lensa. Lensa yang keruh dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi
akibat kedua-duanya. Penyakit DM yang diderita pasien dapat menjadikan penyulit
jika kadar gula darah pasien tidak terkontrol.
Pasien juga mengeluh akhir-akhir ini, adanya benda yang berbentuk seperti
bintik-bintik hitam (floaters). Floaters hampir pernah dialami oleh kebanyakan
orang, terutama orang yang berusia 40-70 tahun. Proses penuaan dapat
menimbulkan floaters karenan proses alami. Dari anamnesis, pasien juga menerita
floaters yang dapat disebabkan oleh proses degenerasi mengingat usia pasien sudah
mencapai 57 tahun.
BAB V
KESIMPULAN
Dari semua data yang ada, meliputi data anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang (laboratorium, oftalmoskopi, USG) yang mendukung dari
pasien ini, maka dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa pasien ini menderita
katarak senilis immatur pada mata sebelah kanan.
Keluhan akhir-akhir ini pada pasien disebut sebagai floaters, yaitu sensasi
melihat bintik-bintik hitam yang bergerak bebas. Floaters dapat terjadi pada proses
degeneratif, seperti pada kasus Ny. R yang sudah berusia 57 tahun.
DAFTAR PUSTAKA