You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai
alat bantu penangkapan. Salah satu jenis bagan yang berkembang pesat saat ini adalah
bagan perahu. Konstruksi bagan ini dirancang secara khusus dengan menggunakan
bahan-bahan pilihan yang kuat. Komponen dan peralatan bagan yang penting adalah
perahu, jaring, rangka bagan, lampu dan kapasitas daya dari generator listrik. Pengamatan
distribusi ikan pada bagan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yaitu
pengamatan secara visual di permukaan air dan pengamatan bawah air (underwater
observation), dan pengamatan hubungan hasil tangkapan, keragaman spesies dengan
waktu hauling (Sudirman et al. 2003).

Perairan Laut Flores merupakan salah satu daerah penangkapan ikan cakalang oleh
nelayan dari berbagai kabupaten dengan menggunakan alat tangkap. di mana dalam
melakukan operasi penangkapan dan menemukan gerombolan ikan nelayan umumnya
menggunakan alat bantu rumpon. Penangkapan ikan cakalang dengan menggunakan alat
bantu rumpon memberi dampak terhadap kelestarian sumberdaya ikan. Sebelum
melakukan penangkapan dilakukan pengamatan terlebih dahulu, pengamatan sangat
mempengaruhi dalam proses penangkapan ikan. Pengamatan dilakukan menggunakan
alat yang bernama fish finder (Mallawa et al. 2014).

Prinsip dasar menggunakan metode hidroakustik untuk pengukuran populasi stok


ikan sangat sederhana. Instrumen akustik yang disebut echosounder digunakan untuk
memancarkan pulsa suara ke dalam kolom air. suara akan memancar dengan kecepatan
suara yan relatif konstan, hal ini dikarenakan pengaruh temperature air. Suara dapat
merambat secara langsung ke arah vertical dan horizontal membentuk seperti kerucut di
dalam air dengan pulsa tertentu. Untuk setiap pulsa suara, echo sounder merekam waktu
untuk echo yang kembali karena kecepatan suara yang sudah diketahui sebelumnya.
Sehingga jarak target bisa diukur, besar kekuatan sinyal pantulan, dan arahnya terhadap
echo sounder. Echosounder dilengkapi dengan komponen utama yaitu membangkitkan
sinyal suara, perekaman data, dan menyediakan informasi (Manik, 2013).

Pengamatan bawah air dilakukan dengan menggunakan teknik acoustic yaitu dengan
menggunakan fish finder dengan prinsip kerja scientific echosounder. Echosounder
mempunyai nilai yang tinggi dalam pengamatan tingkah laku ikan. Variabel yang dapat
diamati dengan alat ini adalah waktu masuknya ikan dalam areal bagan, kedalaman
gerombolan ikan, perubahan kedalaman setiap waktu pemadaman lampu, dan banyak
tidaknya gerombolan ikan. Fise finder dapat dikombinasikan dengan underwater camera
dan stop watch. Underwater camera yang digunakan adalah untuk memonitoring ikan
yang datang pada kedalaman tertentu. Data yang di tangkap oleh underwater camera
selanjutnya dapat dimonitor dilayar televisi dan direkam dalam video recorder, sehingga
dapat diketahui ikan apa yang datang pada suatu waktu tertentu (Sudirman et al. 2003).

Fish finder adalah suatu alat pengamatan yang berfungsi untuk membantu
pedeteksian letak ikan secara pasti di perairan yang dalam seperti laut. Alat ini
menggunakan gelombang suara untuk melihat benda di bawah air. Dimana kita ketahui
dikedalaman laut menyimpan berbagai jenis ikan. Semakin dalam masuk ke laut atau
perairan, maka akan ditemukan pula jenis–jenis ikan yang belum pernah dijumpai. Itulah
diperlukan fish finder untuk mendeteksi dimana letak ikan tersebut. Fish finder
menggunakan sistem kerja Sonar. Perangkat–perangkat yang mendukung sistem Sonar
diantaranya transducer, transmitter, receiver, dan display. Fish finder sendiri dipengaruhi
oleh beberapa faktor eksernal, diantaranya suhu air, kemurnian air, dan kekentalan air.
faktor eksternal mengubah kecepatan suara yang dikirimkan ke objek (Marzuki, 2010).

Sifat akustik dari target bawah air ditentukan oleh perbedaan densitas target dengan
densitas disekelingnya, Hal ini berarti ikan yang ukurannya lebih besar cenderung akan
memberikan echo yang lebih besar dibandingkan dengan ikan ukuran kecil. Untuk species
ikan yang memiliki gelembung renang (swim bladder), akan memantulkan suara dominan
pada gelembung renang tersebut. Echo juga diproduksi oleh target lain selain ikan seperti
makropita, plankton, dan dasar laut Untuk itu perlu membedakan sinyal echo dari tiap-
tiap target. Echo dari target yang berada di kolom perairan memerlukan ketelitian untuk
menganalisisnya. Ketelitian memang diperlukan setiap melakukan proses kerja, sebab
ketelitian mempengaruhi hasil dari proses kerja tersebut (Manik, 2013).

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa dapat mengetahui bagian – bagian dari Echosounder.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja dan cara setting echosounder.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktikum ini berlangsung pada Hari Jum’at, tanggal 29


September 2017, pada pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai, bertempat di
Laboratorium Pengindraan jauh dan Sistem Informasi Geografi Kelautan, Program Studi
Ilmu Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.

2.2 Alat dan Bahan

No. Alat Fungsi


1 Alat Tulis Untuk mencatat hasil praktikum

2 Echosounder Untuk mengukur kedalaman air


3 Accu 12 volt Sebagai sumber tenaga tranducer

No. Bahan Fungsi


1 Lembar Kerja Tempat untuk mencatat hasil praktikum

2.3 Prosedur Kerja


2.3.1 Cara penggunaan echosounder

Contoh echosounder yang ada dihadapan anda itu digambar.

Kemudian tulis spesifikasi dari alat echosounder tersebut.

Setelah itu bagian – bagian dari echosounder disebutkan.

Lalu cara kerja dari echosounder dijabarkan.

Setting rangkaian alat echosounder dan lakukan ujicoba sounding pada lantai
2.3.2 Prosedur Setting Echosounder

Set power dengan accu 12 volt kering pada serial port.

Memasang kabel transducer single beam dan display.

Pasang antena, jika diperlukan input satelit GPS.

Menempatkan posisi tranducer dengan sesuai.

Hidupkan echosounder dan set skala kedalaman yang ditampilkan display.

Set frekuensi yang akan digunakan 200 kHz untuk perairan dangkal
dan 50 kHz untuk perairan dalam atau dual untuk menggunakan
keduanya.

Set input data air yaitu salinitas, temperatur, dan tekanan air.

Lakukan sounding ke lantai.


DAFTAR PUSTAKA

Mallawa Achmar, Faisal A, dan Mukti Zainuddin. 2014. Keragaman biologi populasi
ikan cakalang (katsuwonus pelamis) yang tertangkap dengan purse seine pada
muslim timur di perairan laut flores. Jurnal Ipteks Psp. Vol.1(2):129-145.

Manik Henry M. 2013. Deteksi Ikan Karang Menggunakan Teknologi Echosounder. Di


dalam : Penangkapan Ikan Mesin kapal Pengolahan Perikanan Sosial Ekonomi
Perikanan. Prosiding Seminar Naional Perikanan Indonesia. Jakarta, 21-22
November 2013. Jakarta : Sekolah Tinggi Perikanan. Hlm 19 – 24.

Marzuki Ismail J. 2010. Identifikasi Material Dasar Perairn Menggunakan Perangkat Fish
Finder Berdasarkan Nilai Target Strength [Skripsi]. Depok: Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia. 38 hal.

Sudirman, et al. 2003. Profil Pencahayaan dan Distribusi Ikan Pada Areal Penangkapan
Bagan Rambo di Selat Makassar. Di dalam : Penangkapan Ikan Mesin kapal
Pengolahan Perikanan Sosial Ekonomi Perikanan. Prosiding Seminar Naional
Perikanan Indonesia. Jakarta, 8-9 Oktober 2003. Jakarta : Sekolah Tinggi
Perikanan. Hlm 28 – 42.

You might also like