You are on page 1of 20

BAB 1

PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG

Kelenjar tirod terletak pada leher bagian depan, tepat dibawah kartilago krikois,
disamping kiri dan kanan trachea. Pada orang dewasa beratnya kurang lebih 18 gram.
Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri dan kanan yang dipisahkan oleh
isthmus. Masing-masing lobus panjangnya 4 ccm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang
di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat
ronggan yang berisi koloid dimana hormone-hormon disintesa. Tidak adanya sekresi
tiroidsama sekali biasanya menyebabkan laju metabolisme turun sekitar 40% di bawah normal dan sekresi
tiroksin yang berlebihan sekali dapat menyebabkan laju metabolisme basal meningkat setinggi 60 sampai
100 persen di atas normal. Sekresitiroid terutama di atur oleh hormon perangsang tiroid yang di sekresi oleh
kelenjar hipofisis anterior.
Hormon yang paling banyak di sekresi oleh kelenjar tiroid adalah hormone tiroksin. Akan tetapi,
juga di sekresi triiodo tironin dalam jumlah sedang. Fungsi kedua hormon ini secara kualitatif sama, tetapi
berbeda dalam kecepatan danintensitas kerja. Triiodo tironin kira-kira empat kali kekuatan tiroksin,
tetapiterdapat jauh lebih sedikit dalam darah dan menetap jauh lebih singkat. Untuk membentuk tiroksin
dalam jumlah normal, di butuhkan makan kira-kira 50 mgyodium setiap tahun, atau kira-kira 1 mg per
minggu. Untuk mencagah defisiensiyodium, garam meja yang biasa di iodisasi dengan satu bagian natrium
iodida untuk setiap 100.000 bagian natrium klorida.
Jika terjadi gangguan pada kelenjar tiroid ini dapat menimbulkan kekurangan atau
kelebihan produk yang dihasilkan yang akan mengakibatkan hal yang tidak baik (kelainan
seperti penyakit) sehingga dapat menggagu pertumbuhan dan perkembangan serta proses
metabolisme tubuh. Dengan demikian alangkah baiknya jika kita mengetahui hal tersebut
agar dapat memahami fenomena-fenomena yang terjadi dan dapat mengetahui asuhan
keperawatan apa saja yang dapat diberikan utuk klien dengan gangguan kelenjar tiroid
tersebut.
I.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan tiroid
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang anatomi fisiologi kelenjar tiroid
b. Mengetahui definisi gangguan Hipertiroid,
c. mengetahui Etiologi dari Hipertiroid, Mengetahui manifestasi klinis gangguan
Hipertiroid, Mengetahui patofisiologi dari gangguan Hipertiroid, Mengetahui
penatalaksanaan dari Gangguan Hipertiroid Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik
pada Hipertiroid, Mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan Tiroid
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hipertiroid


Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi
tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan. Hipertiroidisme
(Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara
berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah
(Semiardjie, 2003)
Hipertiroidisme adalah sindrom yang dihasilkan dari efek metabolic yang
beredar secara berlebihan oleh hormone tiroid T4, T3 atau keduanya. Subklinis
hipertiroidisme mengacu pada kombinasi konsentrasi serum TSH yang tidak
terdeteksi dan konsentrasi serum T3, T4 normal, terlepas dari ada atau tidak adanya
tanda-tanda gejala klinis (Pauline, 2007).
2.2 Etiologi Hipertiroid
Penyebab Hipertiroidisme adalah adanya Imuoglobulin perangsang tiroid
(Penyakit Grave), sekunder akibat kelebihan sekresi hipotalamus atau hipofisis
anterior, hipersekresi tumor tiroid. Penyebab tersering hipertiroidisme adalah
penyakit Grave, suatu penyakit autoimun, yakni tubuh secara serampangan
membentuk thyroid-stymulating immunoglobulin (TSI), suatu antibodi yang
sasarannya adalah reseptor TSH di sel tiroid (Sherwood, 2002).
1. Tiroid :
a. Grave’s disease 80% karena ini
Terjadi pada usia 20 – 40 tahun, riwayat gangguan tiroidkeluarga, dan adanya
penyakit autoimun lainnya misalnya DM tipe I
b. Adenoma toksik
c. Toksik nodular goiter
d. McCune-Albrigth
e. Tiroiditis sub akut
f. Tiroiditis limfositik kronik

2. Hipofisis :
a. Adenoma hipofisis
b. Hipofisis resisten terhadap T4
3. Lain :
a. Eksogen
b. Iodine induced hyperthyroidism
c. hCG
(Sherwood, 2002).
2.3 Manifestasi Klinis Hipertiroid
Gejala-gejala umum termasuk:
1. Keringat berlebihan
2. Ketidaktoleranan panas
3. Pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat
4. Gemetaran
5. Kegelisahan; agitasi
6. Denyut jantung yang cepat
7. Kehilangan berat badan
8. Kelelahan
9. Konsentrasi yang berkurang
10. Aliran menstruasi yang tidak teratur dan sedikit
Pada pasien-pasien yang lebih tua, irama-irama jantung yang tidak teratur dan
gagal jantung dapat terjadi. Pada bentuk yang paling parahnya, hipertiroid yang
tidak terawatt mungkin berakibat pada “thyroid storm,” suatu kondisi yang
melibatkan tekanan darah tinggi, demam, dan gagal jantung. Perubahan – perubahan
mental, seperti kebingungan dan kegila-gilaan, juga mungkin terjadi.
Hipertiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan:
1. Gemetaran-gemetaran, keringat berlebihan, kulit yang seperti beludru halus
2. Rambut halus
3. Suatu denyut jantung yang cepat
4. Suatu pembesaran kelenjar tiroid
Mungkin ada keadaan bengkak sekeliling mata dan suatu tatapan yang
karakteristik disebabkan oleh peninggian dari kelopak mata bagian atas. Gejala-
gejala yang lebih lanjut biasanya lebih mudah dideteksi, namujn gejal-gejala awal,
terutama pada orang-orang yang lebih tua, mungkin tidak cukup mencolok mata
(Smeltzer C. Suzanne, 2005)
Menurut Sylvia (2006), tanda dan gejala penderita hipertiroid adalah:
1. Apatis
2. Mudah lelah
3. Kelemahan otot
4. Mual
5. Muntah
6. Gemetaran
7. Kulit lembab
8. Berat badan turun
9. Takikardi
10. Mata melotot, kedipan mata berkurang
(Sylvia 2006)
2.4 Patofisiologi dan WOC Hipertiroid
Perkembangan hyperthyroid bergantung pada penyebab. Pada grave disease
yang merupakan penyebab paling umum pada hyperthyroid adalah disebabkan oleh
produksi autoantibodies yang cara kerjanya menyerupai TSH (berikatan pada
membrane yang biasa berikatan pada TSH). Auto aintibodies jenis IgG ini disebut
sebagai thyroid-stimulating immunoglobulins (TSI) atau long-acting thyroid
stimulator (LATS). Hal ini mengakibatkan peningkatan produksi Hormon tiroid
(T3/T4) dan menekan produksi TSH. Hormon T3/T4 yang dihasilkan oleh proses ini
tidak bisa dihentikan oleh mekanisme umpan balik sehingga membuat kadar
hormone T3/T4 berlebih dalam tubuh. Pada hyperthyroid ada juga yang disebabkan
oleh nodular goiter. Nodular goiter adalah pembesaran goiter akibat peningkatan
kebutuhan tyroid (missal pada saat remaja maupun hamil). Adakalanya pembesaran
ini bersifat reversible. Tiroid yang membesar ini terus memproduksi hormone tiroid.
Kondisi ini dinamakan toxic nodular goiter (corwin 2008)
Penyebab lain adalah ectopic thyroidhormone–producing tumors,
inflammation pada thyroid (thyroiditis), peningkatan TSH yang abnormal juga
meningkatkan produksi hormone tiroid (Hurst, 2008). Karena cara kerja hormone
tiroid adalah mengatur proses metabolism tubuh maka hypertiroid menimbulkan
effect yang sangat luas pada tubuh. Peningakatan proses metabolisme dan
peningkatan suhu tubuh bisa mengakibatkan intoleransi terhadap panas, banyak
mengeluarkan keringat, serta berpotensi mengalami hiperthermi. Peningkatan
kebutuhan oksigen mengakibatkan peningatan RR.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang
berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi
TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda
dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh
kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar
tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin
termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju
metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur.
Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi
10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon
tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi
inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar. (Rahza, 2010)
Proses metabolisme lebih memecah VLDL dan LDL meningkat (lipolisis)
mengakibatkan penurunan berat badan. Hormone tiroid juga meningkatkan proses
glikogenolisis dan glikoneogenesis sehingga hyperglichemia dan bisa memicu
diabetes mellitus. Hyperthyroid juga meningkatkan proteolysis sehingga massa otot
lemah dan kelemahan otot. Dalam system peredaran darah hypertiroid
meningkatkan tekanan sistolik dan peningkatan kardiak output Hal ini bisa memicu
gagal jantung.. Terjadi pelebaran pembuluh darah peripheral sehingga diginjal
meningkatkan GFR dan renal plasma flow sehingga terjadi poliuri. Pada saluran
cerna mengakibatkan peningkatkan peristaltic dan memicu diare. Di system syaraf
terjadi peningkatan syaraf simpatis serta meningkatkan kerja syaraf di daerah
synaptic sehingga tremor, rasa tegang, emosional, kurang perhatian, insomnia.
(Hurst, 2008).
Penderita hipertiroidisme berat dapat mengalami krisis atau badai tiroid yang
bisa membahayakan kehidupan. Apabila terdapat manifestasi klinis hipertiroidisme,
maka tes laboratorium akan menunjukkan pengambilan resin triyodotironin/T3 dan
tiroksin serum yang tinggi, serta kadar TSH serum rendah. Selain itu TSH tidak
dapat memberikan respon terhadap rangsangan oleh TRH, suatu tiroid releasing
hormone dari hipotalamus. (Price dan Wilson, 2006)

2.5 Komplikasi Hipertiroid


Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan hipertiroid adalah: (Williams dan
Wilkins, 2012)
a. aritmia
b. hipertrofi ventrikel kiri
c. gagal jantung
d. paralisis
e. osteoporosis
f. vitiligo
g. hiperpigmentasi kulit
h. ulkus pad akornea
i. miastenia gravis
j. gangguan fertilitas
k. penurunan libido
l. ginekomastia
m. krisis tirotoksik atau badai tiroid
n. gagal hati atau ginjal
Sedangkan menurut Elizabeth J. Corwin (2009), komplikasi hipertiroid sebagai
berikut:
a. Aritmia biasa terjadi pada pasien yang mengalami hipertiroidisme dan
merupakan gejala yang terjadi pada gangguan tersebut. Setiap individu yang
mengeluhkan aritmia harus dievaluasi untuk mengetahui terjadinya gangguan
tiroid.
b. Komplikasi hipertiroid yang mengancam jiwa adalah krisi tirotoksik (badai
tiroid), yang dapat terjadi secara spontan pada pasien hipertiroidisme yang
menjalani terapi atau selama pembedahan kelenjar tiroid, atau dapat terjadi
pada pasien yang tidak terdiagnosis hipertiroid. Akibatnya adalah pelepasan
TH dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi,
tremor, hipertermia (sampai 1060F) dan apabila tidak diobati, terjadi kematian
(Williams dan Wilkins, 2012), Elizabeth J. Corwin (2009)
2.6 Penatalaksanaan Hipertiroid
1. Farmakoterapi jangka panjang dengan obat-obat antihipertiroid. Tujuan
farmakoterapi untuk menghambat pelepasan atau sintesis tiroksin. Pengobatan
yang paling umum digunakan adalah propiltiourasil (propacil, PTU) atau
metimazol (Tapazole) sampai eutiroid yang diberikan paling sedikit selama satu
tahun. Obat antitiroid merupakan kontraindikasi pada kehamilan akhir, risiko
untuk gondokan dan kreatinisme pada janin.
2. Pembedahan tiroideksomi sub total dengan pengangkatan sebagian besar
kelenjar tiroid sesudah terapi propiltiourasil prabedah.
3. Pengobatan dengan yodium radioaktif. Pengobatan ini sering dipakai karena
dapat diberikan pada pasien yang berobat jalan, juga lebih aman bagi sebagian
pasien yang bisa menjadi risiko tinggi untuk pembedahan, terutama yang lansia.
Perbaikan fungsi tiroid lebih cepat tampak dibandingkan dengan obat antitiroid.
(Price A, Sylvia, 2006)
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Hipertiroid
Uji diagnostik meliputi pemeriksaan terhadap:
1. Tiroksin serum (T4). Jika hasil pemeriksaan T4 serum mengalami
peningkatan, maka menunjukkan terjadinya hipertiroid. Nilai umumnya
normal T4 adalah 58-160 nmol/L (4,5-12,6 μg/dL).
2. T3 serum. Hasil pemeriksaan T3 serum yang meningkat menunjukkan
terjadinya hipertiroid. Nilai normal T3 rata-rata 1,2-2,7 nmol/L (80-180
μg/dL).
(Tandra, Hans, 2011)
3. Pemeriksaan TSH. TSH diproduksi kelenjar hipofise kelenjar tiroid untuk
membuat dan mengeluarkan hormon tiroid. Pemeriksaan TSH mengguanakan
uji sensitif merupakan scrrining awal yang direkomendasikan saat dicurigai
penyakit tiroid. Dengan mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan antara
pasien yang hipotiroid, hipertiroid, atau normal. Jika diperoleh hasil TSH
rendah, maka menunjukkan adanya hipertiroid
4. Pemeriksaan TBG. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas meningkat.
Peningkatan TBG menunjukkan terjadinya hipertiroid.
5. Ambilan radioaktif iodin (absorpsi) meningkat pada semua macam penyebab
hipertiroid, kecuali tiroiditis. Pemeriksaan ini tidak akurat apabila pasien
menerima iodin dalam beberapa hari sebelum pemeriksaan.
6. Pada eksoftalmus, CT scan pada orbita menunjukkan penebalan otot luar bola
mata. Orbita mengandung mukopolisakarida (dan air) berlebihan.
(Rubeinstein, David, dkk, 2007)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Ketika Bu Ani mengambil tisu untuk mengelap dahinya yang bercucuran
keringat, tampak tangannya gemetaran. Dalam ruangan ber-AC yang dinginnya
18oC, orang lain merasa sejuk dan nyaman, tetapi Bu Ani masih mengeluh
kepanasan dan berpeluh banyak. Dua bulan terakhir ini, berat badan Bu Ani merosot
enam kg. Dia menjadi sering nervus, tegang, berdebar dan sukar tidur. “Memang
belakangan ini saya sangat sibuk, tugas kantor menumpuk”. Bu Ani berdalih tentang
penyebab gejala-gejala yang dialaminya. Dokter di kantor hanya memberi obat
penenang, tetapi sama sekali tidak ada perbaikan. Ketika mata kanannya tampak
menonjol keluar, dan terlihat ada pembengkakan di daerah leher, Bu Ani merasa
cemas, takut dan segera datang lagi ke dokter baru menyadari kemungkinan suatu
hipertiroid. Setelah pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi leher dilakukan,
dipastikan adanya hipertiroid (Tandra, 2011). Hasil pemeriksaan Laboratorium:

T4 = 15 ug/dl Nilai normal 4,6-12 ug/dl

T3 = 200 ng/dl Nilai normal 80-180 ng/dl

TSH = < 0,158uU/ml Nilai normal 0,5-6 uU/ml

Diagnosa medis: Hipertiroid

3.2 Pengkajian
3.2.1 Anamnesa
1. Identitas:
Nama: Ny A
Jenis kelamin: Perempuan
Agama: Islam
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan mata sebelah kanan tampak menonjol dan kedipan
mata berkurang serta terlihat ada pembengkakan didaerah leher.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Dua bulan terakhir ini, berat badan Bu Ani merosot enam kg. Dia
menjadi sering nervus, tegang, berdebar dan sukar tidur. Bu Ani berdalih
tentang penyebab gejala-gejala yang dialaminya. Dokter di kantor hanya
memberi obat penenang, tetapi sama sekali tidak ada perbaikan. Ketika
mata kanannya tampak menonjol keluar, dan terlihat ada pembengkakan
di daerah leher, Bu Ani segera datang lagi ke dokter baru menyadari
kemungkinan suatu hipertiroid.
4. Riwayat Penyakit dahulu
Klien tidak memepunyai riwayat penyakit terdahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit hipertiroid
3.3 Pemeriksaan psikososial
Pasien merasa cemas dan takut ketika matanya seperti terlihat menonjol
keluar dan leher menjadi bengkak.
3.3.2 Pemeriksaan Fisik
 Tanda-tanda Vital
RR: 27 x/menit
TD: 130/80 mm/Hg
Suhu: 39 oC
Nadi: 120 x/menit
BB/TB: 42 kg/162 cm
 Pemeriksaan persistem
1. B1 (Breath)
Tidak di temukan masalah
2. B2 (Blood)
Pasien merasakan jantungnya berdebar-debar
 MK: Penurunan curah jantung
3. B3 (Brain)
Pasien merasakan gemetar atau tremor dan sukar tidur
 MK: Gangguan pola tidur
4. B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah
5. B5 (Bowel)
a) Antoprometri
 BB: 42 kg
 TB: 162 cm = 1.62 m
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔) 42
 IMT = = (1.62)2 = 16 kg/m2
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)2

Status gizi: Gizi kurang, Kategori: Berat badan kurang (WHO,2000)


b) Biokimia
 Hb: 3 g/dL
 HCT: 20 %
 Albumin: 1,5 g/dL
c) Cilinical sign
Pasien merasa lemas, turgor kulit menurun namun ada keinginan untuk
makan banyak
d) Diet
Pasien makan dengan porsi 1 piring dan menghabiskan makanan, pola
makan pasien teratur terkadang 3 atau 4 kali sehari

MK: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

6. B6 (Bone)
Mudah lelah
7. System neurologi= Mata
Mata kanannya tampak menonjol keluar
MK: Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan
8. System metabolic
Berkeringat berlebihan
Pembesaran kelenjar tiroid
MK: gangguan citra tubuh
NO Data ETTIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
1 DS: Pasien merasa Plasma TSH  Penurunan curah jantung
berdebar, kelelahan 
DO: Palpitasi, Peningkatan TSI
Takikardi 
Peningkatan T3
dan T4

Kerja Epinefrin ↑

Reseptor β thd
katekolamin ↑

Curah jantung 
2 DS: - Hipertiroid Ketidakseimbangan nutrisi
DO: Berat badan  kurang dari kebutuhan tubuh
Metabolisme ↑

Intake makanan
yang tidak
adekuat

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3 DS: Pasien Hipertiroid Gangguan pola tidur
mengatakan sukar 
tidur Reseptor β ↑
DO: kanrung nata 
pasien terlihat Saraf simpatis
aktif

Gelisah

Susah tidur
4 DS: Pasien Hipertiroid Resiko tinggi terhadap
mengeluhkan matanya  kerusakan integritas jaringan
menonjol keluar Peningkatan T3
DO: Pada Mata pasien dan T4
sebelah kanan terlihat 
keluar atau menonjol Peningkatan
metabolisme

Hepar melakukan
glikogenolisis

Lemak diubah
menjadi glukosa
termasuk
bantalan lemak
pada mata

Eksoftalmus

Resiko tinggi terhadap
kerusakan integritas
jaringan
5 DS: Pasien Yodium kurang Gangguan citra tubuh
mengeluhkan lehernya 
bengkak Kelenjar
DO: Pada leher pasien memproduksi
terlihat ada benjolan, TRH dan TSH
pasien terlihat dalam jumlah
menutupi lehernya yang besar
yang bengkak 
Kelenjar tiroid
membesar

Benjolan di leher

Gangguan citra tubuh
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Kontraktilitas jantung
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau gelisah
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
glikogenolisis pada mata
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
3.4.1 Intervensi
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/Mas Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
alah Kolaborasi Hasil
Penurunan Curah NOC: NIC: 1. Hipotensi umum atau
jantung Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan darah ortostatsik dapat terjadi
berhubungan asuhan selama 3x24 pada posisi baring, sebagai akibat dari
dengan jam penurunan kardiak duduk dan baring jika vasodilatasi perifer
Kontraktilitas output klien teratasi memungkinkan, yang berlebihan dan
jantung. dibuktikan dengan perhatikan besarnya penurunan volume
cardiac output yang nadi sirkulasi.
adekuat dengan 2. Kaji nadi atau denyut 2. Memberikan hasil
kriteria hasil: jantung saat pasien pengkajian yang lebih
1. Tanda vital dalam tidur akurat untuk
rentang normal 3. Timbang berat badan menentukan takikardia.
(tekanan darah, setiap hari, sarankan 3. Aktivitas akan
nadi, respirasi, untuk tirah baring, meningkatkan
suhu) batasi aktivitas yang kebutuhan metabolik /
2. Dapat tidak perlu sirkulasi yang
mentoleransi 4. Observasi tanda dan berpotensi
aktivitas, tidak ada gejala haus yang menimbulkan gagal
kelelahan, palpitasi hebat, mukosa jantung.
3. Tidak ada membran kering, nadi 4. Dehidrasi yang cepat
penurunan lemah, pengisian dapat terjadi yang akan
kesadaran kapiler lambat, menurunkan volume
penurunan produksi sirkulasi dan
urine dan hipotensi menurunkan curah
5. Observasi tanda dan jantung.
gejala haus yang 5. Pemberian cairan
hebat, mukosa melalui IV dengan
membran kering, nadi cepat perlu untuk
lemah, pengisian memperbaiki volume
kapiler lambat, sirkulasi tetapi harus
penurunan produksi diimbangi dengan
urine dan hipotensi perhatian terhadap
6. Berikan cairan tanda gagal jantung /
melalui IV sesuai kebutuhan terhadap
dengan indikasi pemberian zat
inotropik.
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan/Masal Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
ah Kolaborasi hasil
Ketidakseimbangan NOC: NIC: 1. Nutrisi merupakan
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. Monitoring intake sumber energi untuk
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan dan sumber nutrisi kebutuhan tubuh.
berhubungan dengan selama 3x24 jam yang adekuat. 2. Memastikan adanya
peningkatan nutrisi teratasi 2. Monitor adanya masalah pada
metabolisme. dibuktikan dengan penurunan BB gangguan nutrisi.
status nutrisi: nutrisi sebelum dan selama 3. Lingkungan yang
adekuat dibuktikan sakit menyenangkan dan
dengan kriteria hasil: 3. Monitor lingkungan tenang dapat
1) Berat badan yang tenang dan menciptakan suasana
meningkat secara menyenangkan selama yang nyaman yang
bertahap. dan menjelang jam dapat meningkatkan
2) Kadar hormone makan. asupan nutrisi.
tiroid dalam batas 4. Jadwalkan 4. Tindakan yang
normal. pengobatan dan dilakukan saat jam
Perempuan tindakan tidak makan akan
 Albumin: (3,5-5 selama jam makan. mengganggu waktu
g/dL) 5. Kolaborasi dengan klien untuk makan.
 Hb: (12-16 ahli gizi untuk diet 5. Memenuhi nutrisi
gr/dl) yang tepat pada klien dengan
 HCT: (37-47 %) pasien komposisi makanan

 Turgor kulit hiperkalsemia. yang tepat.

baik

Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan/Masal Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
ah Kolaborasi hasil
Gangguan pola tidur NOC: NIC: 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Determinasi efek- ada efek medikasi
kecemasan atau tindakan keperawatan efek medikasi pada pasien
gelisah selama 2x24 jam terhadap pola tidur 2. Agar pasien
gangguan pola tidur 2. Jelaskan pentingnya memperhatikan
pasien teratasi tidur yang adekuat pentingnya untuk
dibuktikan dengan 3. Fasilitasi untuk tidur
kriteria hasil: mempertahankan 3. Untuk memebantu
1. Jumlah jam tidur aktivitas sebelum pasien agar mudah
dalam batas normal tidur (membaca) untuk tidur
2. Pola tidur, kualitas 4. Ciptakan lingkungan 4. Untuk meningkatkan
dalam batas normal yang nyaman kenyamanan tidur
3. Perasaan fresh 5. Kolaborasi yang optimal
sesudah tidur/ pemberian obat 5. Dapat menghambat
istirahat tidur, seperti reseptor β sehingga
4. Mampu propanolol rasa gelisah pasien
mengidentifikasi dapat teratasi
hal-hal yang
meningkatkan tidur

Diagnosa Rencana Intervensi Rasional


Keperawatan/Masal Keperawatan
ah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria
hasil
Gangguan citra tubuh NOC: NIC: 1. Mengetahui persepsi
berhungan dengan Setelah dilakukan Peningkatan citra tubuh klien terhadap
perubahan tindakan keperawatan 1. Kaji secara verbal perubahan fungsi
penampilan selama 2x24 jam dan non verbal tubuhnya
gangguan citra tubuh respon klien 2. Agar pasien
pasien teratasi terhadap tubuhnya mengetahui dan
dibuktikan dengan 2. Jelaskan tentang mengerti tahap
kriteria hasil: pengobatan, pengobatan dan
1. Body image positif perawatan kemajuan berpikir positif
2. Mampu dan prognosis 3. Mengurangi beban
mngidentifikasi penyakit pasien dan membantu
kekuatan personal 3. Dorong klien pasien
3. Mendiskripsikan mengungkapkan mengungkapkan apa
secara factual tubuh perasaannya tentang yang pasien rasakan
4. Mempertahankan perubahan bentuk mengenai kondisi
interaksi sosial pada leher dan mata penyakitnya.
yang menonjol 4. Agar pasien bisa
4. Fasilitasi kontak beradaptasi dengan
dengan individu lain kondisinya saat ini
dalam kelompok mulai dari lingkungan
kecil dengn orang yang
5. Motivasi pasien sedikit
untuk meningkatkan 5. Membantu pasien
kepercayaan diri dan menguatkan rasa
penampilan diri. positif dan percaya
diri untuk menerima
6. Bantu pasien untuk kondisi penyakitnya.
bertahap menjadi 6. Membantu pasien
terbiasa dengan untuk beradaptasi
perubahan pada dengan perubahan
tubuhnya situasi dan kondisi
tubuh

3.4.2 Evaluasi
1. Curah jantung adekuat dengan ditandai TTV Stabil
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi, berat badan pasien kembali normal
3. Gangguan citra tubuh teratasi, pasien sudah bisa berdapatasi dengan lingkungan
sekitar dan percaya diri
4. Gangguan pola tidur tertasi, pasien bisa tidur dengan nyaman
5. Kerusakan integritas kulit teratasi
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher,
tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus, sehingga bentuknya
menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu.
Kelenjar tiroid termasuk dalam system endokrin selain kelenjar hipofise, kelenjar
paratiroid, kelenjar suprarenal, pulau langerhans, dan kelenjar kelamin. Kelenjar ini
berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak di pangkal leher tepat di bawah jakun.
Hormon tiroid terdiri dari hormon tiroksin (T4) dan tri-iodotironin (T3). Hormon-
hormon inilah yang memproduksi energi dari zat gizi dan oksigen sehingga mampu
mempengaruhi fungsi seluruh sel, jaringan, dan organ dalam tubuh.

4.2 Saran
Dengan adanya tugas ini penulis dapat lebih memahami tentang kelenjar Tiroid dan dapat
melakukan perawatan yang baik serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik dengan
adanya hasil tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan
dari ilmu yang telah di dapatk

You might also like