You are on page 1of 12

PERAN KELUARGA

DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN PENDERITA GANGGUAN JIWA DENGAN


HALUSINASI

Pembimbing :

1. Siti Sholikhah S.Kep., Ns., M.Kes.


2. Yeni Nurhayati S.Kep., Ns.

Oleh :
Kelompok Flamboyan
1. Arsaha Akrim Dana 1702031170
2. Suprapto 1702031275
3. Tauhid Tulus Sugiarto 1702031319
4. Rio Okta Khaerum 1702031228
5. Eva Ainur Rosida 1702031178
6. M. Faqihul Umam 1702031226

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2017 / 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Mencegah kekambuhan pada pasien gangguan jiwa dengan


halusinasi
Sub pokok bahasan : Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan gangguan jiwa
dengan halusinasi
Sasaran : Keluarga pengunjung RSJ Menur Surabaya
Hari / Tanggal :Sabtu, 3 Maret 2018
Waktu : 30 menit
Tempat : Keluarga pengunjung RSJ Menur Surabaya

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan keluarga yang berkunjung ke RSJ Menur Surabaya
mampu memahami apa perannya dalam mencegah kekambuhan penderita gangguan jiwa
di rumah dengan halusinasi.
2. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 X 30 menit diharapkan keluarga yang
berkunjung ke RSJ Menur Surabaya, mampu:
a. Menyebutkan pengertian halusinasi
b. Menyebutkan pencetus terjadinya halusinasi
c. Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi
d. Menyebutkan tipe-tipe halusinasi
e. Menyebutkan proses terjadinya halusinasi

B. GARIS BESAR MATERI


a. Pengertian halusinasi
b. Menyebutkan pencetus terjadinya halusinasi
c. Tanda dan gejala halusinasi
d. Tipe-tipe halusinasi
e. Proses terjadinya halusinasi
f. Cara mengatasi pada pasien halusinasi
C. PELAKSANAAN KEGIATAN

NO KEGIATAN PENYULUH PESERTA WAKTU

1 Pembukaan danMenyampaikan salam Menjawab salam 3 menit


salam
Menjelaskan tujuan

Apersepsi Mendengarkan

Memberi respon

Menyampaikan materi:
Penyampaian
2 ~ Pengertian Mendengarkan dan15 menit
materi
halusinasi memperhatikan

~ Menyebutkan
pencetus terjadinya
halusinasi

~ Tanda dan gejala


halusinasi

~ Tipe-tipe halusinasi

~ Proses terjadinya
halusinasi

~ Cara mengatasi
pasien dengan
halusinasi

Tanya jawab
3 Penutup danMenyimpulkan hasilMenjawab 12 menit
salam materi Mendengarkan

Menyampaikan salam Menjawab salam

D. METODE
a) Prolog
b) Ceramah
c) Tanya jawab
E. MEDIA
a) Leaflet
b) Lembar balik

F. SETTING TEMPAT
: Audience

: Penyaji

: Moderator

: Observer

: Fasilitator
G. PENGORGANISASIAN
1. Moderator : Suprapto
2. Penyaji : M. Faqihul Umam
3. Observer : Arsaha Akrim Dana
Tauhid Tulus Sugiarto
4. Fasilitator : Eva Ainur Rosida
Rio Okta Khaerum
H. Evaluasi
1. Kegiatan : Jadwal, alat bantu atau media, pengorganisasian, proses penyuluhan
2. Hasil penyuluhan : memberi pertanyaan pada pasien dan keluarga yang mengikuti
penyuluhan di RSJ Menur Surabaya tentang :
a. Apa pengertian halusinasi
b. Menyebutkan proses pencetus halusinasi
c. Apa tanda dan gejala halusinasi
d. Apa saja tipe-tipe halusinasi
e. Menyebutkan poses terjadinya halusinasi
f. Cara mengatasi pasien dengan halusinasi

H. SUSUNAN ACARA

NO WAKTU ACARA PETUGAS


1. 09.00 -09.05 Pembukaan
2. 09.05 – 09.15 Prolog Suprapto
3. 09.15 – 09.25 Penyampaian materi
4. 09.25 – 09.30 Diskusi dan penutup Arsaha Akrim Dana
Tauhid Tulus Sugiarto

M. Faqihul Umam

Eva Ainur Rosida


Rio Okta Khaerum
PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH KEKAMBUHAN PENDERITA
GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASIDI RUMAH
A. Pengertian Halusianasi
Halusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa
adanyarangsang nyata terhadap indera. Kualitas dari persepsi itu dirasakan
olehpenderita sangat jelas, substansial dan berasal dari luar ruang nyatanya. Definisi ini
dapat membedakan halusinasi dengan mimpi, berkhayal, ilusidan pseudohalusinasi (tidak
sama dengan persepsi sesungguhnya, namun tidak dalam keadaan terkendali). Contoh
dari fenomena ini adalah dimana seseorang mengalami gangguan penglihatan, dimana ia
merasa melihat suatu objek, namun indera penglihatan orang lain tidak dapat menangkap
objek yang sama.
Halusinasi juga harus dibedakan dengan delusi pada persepsi, dimana indera
menangkap rangsang nyata, namun persepsi nyata yang diterimanya itu diberikan makna
yang dan berbeda (bizzare). Sehingga orang yang mengalami delusi lebih percaya kepada
hal-hal yang atau tidak masuk logika.
B. Pencetus terjadinya halusinasi
1. Sakit dengan panas tinggi sehingga mengganggu keseimbangan tubuh.
2. Gangguan jiwa Skizofrenia
3. Pengkonsumsian narkoba atau narkotika tertentu seperti : ganja, morphin, kokain
4. Mengkonsumsi alkohol berkadar diatas 35% : seperti vodka, gin diatas batas
kewajaran
5. Trauma yang berlebihan
C. Faktor- Faktor Halusinasi
1. Faktor predisposisi dari halusinasi menuruut Stuart & Laraia (1998) adalah aspek
biologis, psikologis, genetik, sosial dan biokimia. Dari predisposisi tersebut pada
klien Ny. Y yang dominan adalah faktor sosial karena klien menikah dalam usia muda
(belum siap fisik dan psikis)dan orang tua klien bercerai pada saat klien berusia 11
tahun dan faktor psikologis dimana klien mempunyai kepribadian tertutup. Jika tugas
perkembangan terlambat atau hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan
mengalami stress atau kecemasan. Beberapa faktor di masyarakat dapat membuat
seseorang terisolasi dan kesepian sehingga menyebabkan kurangnya rangsangan dari
eksternal. Stress yang menggangggu sistem metabolisme tubuh akan mengeluarkan
suatu zat yang bersifat halusinogen.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart & Sundeen (1998) adalah stresor sosial dimana stress dan
kecemasan akan meningkat bila terjadinya penurunan stabilitas, keluarga, perpisahan
dari orang yang sangat penting atau diasingkan oleh kelomppok/masyarakat; faktor
biokimia dapat meyebabkan partisipasi klien berinteraksi dengan kelompok kurang,
suasana yang terisolasi (sepi) sehingga dapat meningkatkan stress dan kecemasan
yang mengeluarkan halusinogenik; faktor psikologis yang juga akan meningkatkan
intensitas kecemasan yang berkepanjangan disertai terbatasnya kemampuan dalam
memecahkan masalah mungkin akan mulai berkembangnya perubahan sensori
persepsi klien, biasanya hal ini untuk pengembangan koping menghindari kenyataan
yang tidak menyenangkan diganti dengan hayalan yang menyenangkan.
D. Masalah Kperawatan
Masalah keperawatan yang menjadi penyebab (sebagai Triger) munculnya
halusinasi adalah harga diri rendah dan isolasi sosial (Stuart & Laraia, 1998). Akibat
rendah diri dan kurangnya keterampilan mengakibatkan sosial klien menjadi menarik
diri dari lingkungan.selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya sendiri.
Stimulus inernal akan menjadi lebih dominan daripada stimulus eksternal. Klien lama
kelamaan akan kehilangan kemampuanmembedakan stimulus internal dengan
stimulus eksternal. Ini memicu terjadinya halusinasi. Selain itu akibat lanjut dari
kondisi rendah diri dan kuranngnya kemampuan klien berhubungan dengan orang lain
yang membuat klien menarik diri dari lingkungan membuat klien mengalami
penurunan motivasi karena ia merasa tidak mampu melakukan apapun sehingga akan
memunculkan masalah kurangnya perawatan diri klien.
Masalah keperawatan rendah diri yang terjadi pada klien dapat didukung oleh
koping keluarga tidak efektif: kurang pengetahuan, ketidakmampuan merawat klien
dan bahkan menolak klien berada di rumahnya. Hal ini dapat membuat klien kurang
mendapat penguatan terhadap kemampuan yang ia miliki sehinggga klien
menganggap dirinya makin tidak berharga dan mengakibatkan keluarga kurang tepat
dalam menanganni klien di rumah atau regimen therapeutik tidak efektif.

E. Tanda dan Gejala Halusinasi


Menurut Towsend & Mary (1995), tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai
berikut:
a. Bicara ,senyum,dan tertawa sendiri
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
c. Tidak dapat membedakan antara nyata dan tidak nyata
d. Tidak dapat memusatkan perhatian
e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungan) dan takut
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersingung

F. Tipe-tipe Halusinasi
Dibawah ini beberapa tipe dari halusinasi (Cancro & Lehman, 2000):
1. .Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara-suara, sering mendengar suara-suara orang berbicara atau
membicarakannya, suara-suara tersebut biasanya familiar. Halusinasi ini
paling sering dialami klien dibandingkan dengan halusinasi yang lain.
2. Halusinasi Penglihatan
Melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada, seperti cahaya atau seseorang
yang telah mati.
3. Halusinasi Penciuman
Mencium bau-bau padahal di tempat tersebut tidak ada bau. Tipe ini sering
ditemukan pada klien dengan dimensia seizure atau mengalami gangguan
cerebrovaskuler.
4. Halusinasi Sentuhan
Perasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman padahal stimulus itu tidak ada.
5. Halusinasi Pengecapan
Termasuk rasa yang tidak hilang pada mulut, perasaan adanya rasa makanan
dan berbagai zat lainnya yang dirasakan oleh indra pengecapan klien
.

G. Proses terjadinya Halusinasi


Proses terjadinya halusinasi (Stuart & Laraia, 1998) dibagi menjadi empat fase
yang terdiri dari:
1. Fase Pertama
Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian, klien mungkin
melamun, memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal menyenangkan untuk
menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal ini bersifat sementara, jika
kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya namun
intesitas persepsi meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal,
individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya. Pikiran internal menjadi
menonjol, gambarn suara dan sensori dan halusinasinya dapat berupa bisikan yang
jelas. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan
seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa
dan tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasinya tersebut memberi
kesenangan dan rasa aman sementara.
4. Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah,
memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk
dengan halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung
secara singkat atau bahkan selamanya.
H. Penanggulangan Pasien dengan Halusinasi
Penanggulangan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang nyaman
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh
atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Di
ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian
dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam
dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.

2. Melaksanakan program terapi dokter


Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Keluarga harus mengamati agar obat yang di berikan
betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada. Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, keluarga dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
3. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan
orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan
yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat budi, ana. Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa. EGC. 1995
Keliat budi, ana dkk. Proses keperawatan jiwa. EGC. 1987
Stuart and Sunden. Pocket guide to psychiatric nursing. EGC.1998

You might also like