You are on page 1of 3

Pasien yang menderita faringitis akut dianjurkan untuk mengurangi aktivitas sehari-hari,

mengkonsumsi banyak cairan, tidak meminum minuman yang dingin, berkumur dengan
larutan NaCl hangat setiap 2-3 jam untuk mengurangi rasa sakit, dan menghindari makanan
yang merangsang (Ditjen PP dan PL, 2010). Pasien mengalami gangguan menelan akibat
inflamasi faring sehingga asupan nutrisi dan cairan oral tidak adekuat. Pemberian nutrisi
dapat dibantu dengan menggunakan nasogastric tube (NGT) untuk menyalurkan nutrisi dan
cairan langsung ke lambung tanpa melalui tenggorokan. Indikasi pemasangan NGT
diantaranya (Hartono, 2006):
a. Pasien tidak sadar (koma)
b. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas : stenosis esofagus, tumor
mulut/faring/esofagus
c. Pasien tidak mampu menelan
d. Pasien pasca operasi pada mulut/faring/esofagus
2. TINDAKAN KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN
Tindakan keperawatan yang dilakukan diantaranya pemeriksaan primer (ABCDE),
pemeriksaan sekunder yang meliputi tanda-tanda vital, pengkajian status nutrisi dan
cairan yang terdiri dari mukosa bibir, turgor kulit, keadaan umum, dan anamnesa.
Risiko ketidakseimbangan nutrisi diatasi dengan melakukan pemasangan NGT pada
klien.
3. PRINSIP-PRINSIP TINDAKAN
a. Tahap Pra Interaksi
- Mengecek program terapi.
- Mencuci tangan.
- Mengidentifikasi pasien dengan benar (nama, nomor kamar).
- Menyiapkan dan meletakkan alat di dekat pasien.
b. Tahap Orientasi
- Mengucapkan salam, menyapa pasien, memperkenalkan diri.
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.
- Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien.
c. Tahap Kerja
- Menjaga privacy.
- Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler/fowler (jika tidak ada kontra
indikasi).
- Memasang pengalas di atas dada.
- Memakai sarung tangan.
- Menentukan lubang hidung yang akan digunakan untuk memasukkan NGT.
Meminta pasien bernafas dengan menutup salah satu hidung bergantian.
Membersihkan lubang hidung yang akan digunakan.
- Mengukur panjang NGT dan memberi tanda (perhatikan jangan sampai selang
menyentuh permukaan terkontaminasi).
- Metode tradisional : ukur selang dari prosesus xifoideus di sternum ke hidung dan
belok ke daun telinga bawah.
- Metode Hanson : mula-mula ukur 50 cm pada selang, beri tanda. Kemudian
lakukan pengukuran dengan metode tradisional, beri tanda. Selang yang
dimasukkan pertengahan antara tanda pertama dan tanda kedua.
- Menutup pangkal selang dengan spuit/klem (mencegah masuknya udara ke dalam
lambung karena dapat mengakibatkan pasien menjadi kembung).
- Mengolesi ujung NGT dengan jelly sesuai ukuran panjang NGT yang akan
dipasang.
- Mengatur pasien pada posisi ekstensi kepala, dan masukkan perlahan ujung NGT
melalui hidung. Menganjurkan pasien menekuk leher/fleksi kepala setelah NGT
melewati nasofaring (3-4 cm).
- Menganjurkan pasien untuk menelan ludah berulang-ulang bila pasien sadar, kalau
perlu berikan sedikit air minum untuk merangsang pasien menelan.
- Memastikan NGT masuk ke dalam lambung dengan cara mengaspirasi NGT
dengan spuit (jika posisi tepat akan keluar cairan/isi lambung). Jika masih ragu
lakukan tes kedua dengan memasukkan udara 10 cc sambil di auskultasi di region
lambung (tidak direkomendasikan untuk memasukkan ujung NGT ke dalam gelas
berisi air).
- Menutup ujung NGT dengan spuit / klem atau disesuaikan dengan tujuan
pemasangan.
- Melakukan fiksasi NGT di depan hidung / pipi.
d. Tahap Terminasi
- Mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
- Merapikan pasien dan lingkungan.
- Mengajak pasien berdoa dan berserah kepada Allah.
- Berpamitan dengan pasien.
- Membereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula.
- Mencuci tangan.
- Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
4. ANALISA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nasogastric tubes (NGT) merupakan selang yang dimasukkan menuju lambung melalui
hidung dan digunakan hanya dalam waktu yang singkat. (Metheny, 2001). Pemasangan
NGT dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan ulserasi dan infeksi atau yang biasa
diistilahkan sebagai nasogastric tube syndrome. Prioritas utama dalam penggunaan NGT
adalah mempertahankan jalan napas efektif dan melepaskan ketergantungan terhadap NGT
sedini mungkin (Agha, 2011).
Pemasangan NGT dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami
gangguan saluran pencernaan atas seperti stenosis esofagus, tumor mulut, faring, maupun
laring. Beberapa fungsi pemasangan NGT pada pasien diantaranya mengeluarkan isi perut
dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung (cairan, udara, darah, racun),
memasukan cairan (memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi), membantu memudahkan
diagnosa klinik melalui analisa subtansi isi lambung, persiapan sebelum operasi dengan
general anaesthesia, serta menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang
melaksanakan operasi pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan
aspirasi isi lambung sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia) (Asmadi,
2008.)

Beberapa metode digunakan untuk mengukur panjang selang yang masuk kedalam
lambung. Metode tradisional dengan mengukur selang dari prosesus xifoideus di sternum
ke hidung dan belok ke daun telinga bawah. Metode Hanson yaitu mula-mula ukur 50 cm
pada selang, beri tanda. Kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional, beri
tanda. Selang yang dimasukkan pertengahan antara tanda pertama dan tanda kedua
(Asmadi, 2008.). Sebuah studi kasus yang dilakukan oleh Riaz Agha terhadap pasien
kecelakaan lalu lintas di RS Cambridge menunjukkan gambaran pemasangan NGT
melalui foto thorax (Agha, 2011). Hasil foto thorax menunjukkan dislokasi pemasangan
NGT menuju lower lobus paru sedangkan auskultasi mengindikasikan selang sudah masuk
dengan aman di lambung. Menurut Riaz, panjang selang bukan masalah mendasar. Riaz
menyarankan pemasangan selang sepanjang 30 cm kemudian memastikan ketepatan posisi
selang melalui radiografi. Setelah dipastikan selang masuk ke esofagus, selang dapat
dimasukkan lebih dalam sesuai dengan panjang selang yang sudah ditandai. Meskipun
metode tersebut lebih menjamin keamanan pasien, tetapi dari segi biaya tidak efektif
sehingga penggunaan metode tersebut hanya disarankan bagi pasien yang memiliki
riwayat dislokasi dan komplikasi pemasangan NGT (Agha, 2011)
5. HASIL YANG DIDAPAT DAN MAKNANYA
Setelah dilakukan tindakan keperawatan di atas, hasil yang dapat dievaluasi sebatas NGT
terpasang dengan benar pada lambung melalui auskultasi. Klien belum diberikan makanan
melalui NGT tersebut.
6. TINDAKAN KEPERAWATAN LAIN YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK
MENGATASI DIAGNOSA KEPERAWATAN DI ATAS
Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan di
atas yaitu mengkaji kemungkinan adanya ketidakseimbangan nutrisi dan cairan yang
mengindikasikan terjadinya dehidrasi ringan.
7. EVALUASI DIRI
Mahasiswa harus lebih meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai prosedur pemasangan
NGT dengan tepat untuk menghindari kemungkinan kesalahan penempatan selang NGT.
8. KEPUSTAKAN
Agha, R., Muhammed RSS. Pneumothorax After Nasogastric Tube Insertion.
Journal of the Royal Society of Medicine Short Reports 2011; 2: 28.
Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika. 2008
Ditjen PP dan PL. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan RI. Indonesia Sehat 2010.
Hartono, Andry. Terapi Gizi san Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC.2006.
Metheny, N A. & Titler, M. (2001) Assessing Placement of Feeding Tubes.
American Journal of Nursing 101.
Pillai, JB., Annette V, Stephanie B. Negative Result-Thoracic General
Thoracic Complications of Nasogastric Tube :Review of safe Pracice.
Interactive CardioVascular and Thoracic Surgery 4 (2005) 429–433.
Price, Wilson L. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses. Penyakit. Edisi 6.
EGC. 2005.
Tubert KA, Rowley AH, Shulman ST. Seven Year National Survey of
Kawasaki Disease and Acute Rheumatic Fever. Pediatr Infect Dis J. 1994;
13 : 704-708

You might also like