You are on page 1of 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Lansia

2.1.1. Pengertian Lansia

Penuaan (proses terjadinya tua) adalah proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahanterhadap infeksi

dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut,

tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai

penyakit degeneratif. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada

daur kehidupan manusia (Keliat, 1999).

Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan

waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah

fase akhir dari rentang kehidupan (Fatimah, 2010).

Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses

perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade (Notoadmojo,

2010 )

Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan

dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari

60 tahun.

2.1.2 faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan Meliputi:

• Hereditas : Keturunan/Genetik

• Nutrisi : Makanan

• Status kesehatan

Universitas Sumatera Utara


• Pengalaman hidup

• Lingkungan

• stres

2.1.3.Batasan Lansia

Menurut World Health Organization (WHO) ada beberapa batasan umur

Lansia, yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) : 45 – 59 tahun

b. Usia lanjut (fiderly) : 60 – 74 tahun

c. Lansia tua (old) : 75 – 90 tahun

d. Lansia sangat tua(very old) : > 90 tahun

Menurut Depkes RI (2003), lansia dibagi atas :

a. Pralansia : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

2.1.4. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia ini adalah lima klasifikasi pada lansia

1. Pralansia (Prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45 - 59 tahun

2. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia resiko tinggi

Universitas Sumatera Utara


Seseorang yang beresiko 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun

atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003) dalam bukunya

Rosidawati, 2008).

4. Lansia potensial

Menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,2003) dalam bukunya Rosidawati,

2008). Lansia yang mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang

dapat

5. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung

pada bantuan orang lain (Depkes RI, dalam bukunya Rosidawati, 2008.

2.1.5. Karakteristik Lansia

Menurut Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang

Kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga

kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.1.6.Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubbahan fisik, sosial, dan

psikologis.

a. Perubahan fisik

Yang termasuk perubahan fisik, antara lain perubahan sel, kardiovaskuler,

respirasi, persarapan, muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, vesika

Universitas Sumatera Utara


urinaria, vagina, pendengaran, penglihatan, endokrin, kulit, belajar dan memori,

inteligensi, personality dan adjustment (pengaturan), dan pencapaian

(Achievement).

b. Perubahan sosial

Yang termasuk perubahan sosial, antara lain perubahan peran, keluarga

(emptiness), teman, Abuse , masalah hukum, pensiun, ekonomi, rekreasi,

keamanan, transportasi, politik, pendidikan, agama, panti jompo.

c. Perubahan psikologi

2.1.7.Masalah-masalah kesehatan yang Terjadi pada Lansia

Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia akibat

perubahan sistem, antara lain:

a. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pernafasan, antara lain :

Penyakit Paru Obstruksi Kronik, Tuberkulosis, Influenza dan Pneumonia.

b. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem kardiovaskuler, antara lain :

Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, Cardiac Heart Failure.

c. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem neurologi, seperti Cerebro

Vaskuler Accident.

d. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem musculoskeletal, antara lain :

Faktur, Osteoarthritis, Rheumatoid Arthritis, Gout Artritis, Osteporosis.

e. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem endokrin, seperti DM.

f. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem sensori, antara lain : Katarak,

Glaukoma, Presbikusis.

g. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pencernaan, antara lain :

Ginggivitis / Periodontis, Gastritis, Hemoroid, Konstipasi.

Universitas Sumatera Utara


h. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem reproduksi dan perkemihan,

antara lain : Menoupause, BPH, Inkontinensia.

i. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem integumen, antara lain :

Dermatitis Seborik, Pruritus, Candidiasis, Herpes Zoster, Ulkus Ekstremitas

Bawah, Pressure Ulcers.

j. Lansia dengan masalah Kesehatan jiwa, seperti Demensia.

2.1.8.Teori-teori Proses Penuaan

1. Teori Biologi

a. Teori genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesiesspesies

tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokomia yang

deprogram oleh molekul-kolekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan

mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel

kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).

b. ’’Pemakaian dan Rusak’’

Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).

c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh

Pengumpulan dari pigmen atau lemak tubuh, yang disebut Teori Akumulasi

Dari Produk Sisa. Sebagai contoh adanya pigmen Lypofuchine di sel otot

jantung dab sel susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang

mengakibatkan menganggu fungsi sel itu sendi .

d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan

e. Tidak ada perlindungan terhadap ; radiasi, penyakit, dan kekurangan gizi .

f. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)

Universitas Sumatera Utara


Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.

Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga

jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan

kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah

kelainan autoimun (Menurut GOLDTERIS & BROCKLEHURST, 1989).

Teori ‘’Immunologi Slow Virus’’ (Imuunology Slow Virus Theory) Sistem

immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke

dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh .

g. Teori Stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubu. Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,

kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai .

h. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas

(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik

seperti karbohidrat dan protein.Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat

regenerasi.

i. Teori Rantai Silang

Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,

khusunya jaringan kolagen.Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,

kekacauan, dan hilangnya fungsi.

j. Teori Program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah

sel-sel tersebut mati.

Universitas Sumatera Utara


2. Teori Kejiwaan Sosial

a. Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara

langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah

mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

b. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup pada lanjut usia .

c. Mempertahankan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia

pertengahan ke lanjut usia.

Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjur usi.Teori ini

merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan

yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe

personality yang dimilikinya.

3. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran

individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama diajukan oleh Cumming

and Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,

seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya

atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi

social lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering

terjadi kehilangan ganda (Triple Loos), yakni : a.Kehilangan peran (Loos of Role)

b.Hambatan kontak sosial (Restraction of Contacts and Relation Ships)

c.Berkurangnya komitmen (Reduced commitment to social Mores and Values

Universitas Sumatera Utara


2.2.Kualitas Hidup

2.2.1 Defenisi Kualitas Hidup

Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-

masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika

menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain

halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya.

Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas hidup

adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi

dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan

dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan.Sedangkan

kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan

dan kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004).

Menurut WHO (1994) kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi

individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya

dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup,

harapan, kesenangan, dan perhatian mereka.Hal ini merupakan konsep tingkatan,

terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat

kebebasan, hubungan sosial dan hubungan spiritual kepada karakteristik

lingkungan mereka.

Menurut Donald (2001), Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang

merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang juga kemampuan

mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Universitas Sumatera Utara


2.2.2 Komponen Kualitas Hidup

Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat diklasifikasikan

kedalam beberapa komponen yaitu :

1. University of Toronto (2004)

Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam 3 bagian

yaitu internal individu, kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungan), dan

harapan (prestasi dan aspirasi individu). a. Internal individu

Internal individu dalam kualitas hidup dibagi 3 yaitu secara fisik,

psikologis, dan spiritual.Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik, personal

higienis, nutrisi, olahraga, pakaian, dan penampilan fisik secara umum.Secara

psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis, kesadaran,

perasaan, harga diri, konsep diri, dan kontrol diri.Secara spiritual terdiri dari

nilai-nilai pribadi dan kepercayaan spiritual.

b. Kepemilikan

Kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungannya) dalam kualitas

hidup dibagi dua yaitu secara fisik dan sosial.Secara fisik yang terdiri dari rumah,

tempat kerja/sekolah, secara sosial terdiri dari tetangga/lingkungan dan masyarakat,

keluarga, teman/rekan kerja, lingkungan dan masyarakat.

c. Harapan

Harapan (prestasi dan aspirasi individu) dalam kualitas dapat dibagi dua

yaitu secara praktis dan secara pekerjaan.Secara praktis yaitu rumah tangga,

pekerjaan, aktivitas sekolah atau sukarela dan pencapaian kebutuhan atau sosial.

Secara pekerjaan yaitu aktivitas peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta

Universitas Sumatera Utara


adaptasi terhadap perubahan dan penggunaan waktu santai, aktivitas relaksasi dan

reduksi stress.

SedangkanHealth Organization Quality Of Life (WHOQOL) membagi

kualitas hidup dalam enam domain yaitu fisik, psikologis, tingkat kebebasan,

hubungan sosial, lingkungan, spiritual, agama atau kepercayaan seseorang (WHO,

1998).

1. Domain I – fisik

WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu:

a. Nyeri dan ketidaknyamanan

Aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang dialami

individu, dan selanjutnya berubah menjadi sensasi yang menyedihkan dan

mempengaruhi hidup individu tersebut.Sensasi yang tidak menyenangkan meliputi

kekakuan, sakit, nyeri dengan durasi lama atau pendek, bahkan penyakit gatal juga

termasuk.Diputuskan nyeri bila individu mengatakan nyeri, walaupun tidak ada

alasan medis yang membuktikannya (WHO, 1998)

b. Tenaga dan lelah

Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk

selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, sebaik aktivitas lain seperti rekreasi.

Kelelahan membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk

merasakan hidup yang sebenarnya.Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal

seperti sakit, depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat (WHO, 1998).

c. Tidur dan istirahat

Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah tidur

termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari

Universitas Sumatera Utara


dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari (WHO,

1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto

mengidentifikasikan Physical being sebagai aspek dari kesehatan fisik, kebersihan

diri, nutrisi, olahraga, perawatan, berpakaian, dan penampilan fisik (Universitas

Toronto, 2004).

2. Domain II – Psikologis

WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu:

a. Perasaan positif

Aspek ini menguji seberapa banyak pengalaman perasaan positif individu

dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian, kegembiraan, harapan, kesenangan dan

kenikmatan dari hal-hal baik dalam hidup. Pandangan individu, dan perasaan pada

masa depan merupakan bagian penting dari segi ini (WHO, 1998).

b. Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi

Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pemikiran,

pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat

keputusan.Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan individu memberikan

gagasan (WHO, 1998).

c. Harga diri

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka sendiri.

Hal ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif sampai perasaan yang ekstrim

negatif tentang diri mereka sendiri.Perasaan seseorang dari harga sebagai individu

Universitas Sumatera Utara


dieksplor.Aspek dari harga diri fokus dengan perasaan individu dari kekuatan diri,

kepuasan dengan diri dan kendali diri (WHO, 1998).

d. Gambaran diri dan penampilan

Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya.Apakah

penampilan tubuh kelihatan positif atau negatif.Fokus pada kepuasan individu

dengan penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini termasuk

perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa dikoreksi misalnya

dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ buatan dan sebagainya (WHO,

1998).

e. Perasaan negatif

Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif

individu, termasuk patah semangat, perasaan berdosa, kesedihan, keputusasaan,

kegelisahan, kecemasan, dan kurang bahagia dalam hidup.Segi ini termasuk

pertimbangan dari seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada

fungsi keseharian individu (WHO, 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto

mengidentifikasikan Psychological being sebagai aspek dari kesehatan psikologis

dan penyesuaian seseorang, pengertian, perasaan, dan perhatian pada evaluasi diri,

dan kontrol diri (Universitas Toronto, 2004).

3. Domain III – Tingkat kebebasan

WHOQOL membagi domain tingkat kebebasan pada empat bagian, yaitu:

a. Pergerakan

Universitas Sumatera Utara


Aspek ini menguji pandangan individu terhadap kemampuannya untuk

berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bergerak di sekitar rumah, bergerak di

sekitar tempat kerja, atau ke dan dari pelayanan transportasi (WHO, 1998).

b. Aktivitas hidup sehari-hari

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu untuk melakukan aktivitas

sehari-hari.Hal ini termasuk perawatan diri dan perhatian yang tepat pada

kepemilikan. Tingkatan dimana individu tergantung pada yang lain untuk

membantunya dalam aktivitas kesehariannya juga berakibat pada kualitas hidupnya

(WHO, 1998).

c. Ketergantungan pada pengobatan atau perlakuan

Aspek ini menguji ketergantungan individu pada medis atau pengobatan

alternatif (seperti akupuntur dan obat herba) untuk mendukung fisik dan

kesejahteraan psikologisnya. Pengobatan pada beberapa kasus dapat berakibat

negatif pada kualitas hidup individu (seperti efek samping dari kemoterapi) di saat

yang samapada kasus lain menambah kualitas hidup individu (seperti pasien kanker

yang menggunakan pembunuh nyeri) (WHO, 1998).

d. Kapasitas pekerjaan

Aspek ini menguji penggunaan energi individu untuk bekerja.Bekerja

didefenisikan sebagai aktivitas besar dimana individu disibukkan.Aktivitas besar

termasuk pekerjaan dengan upah, pekerjaan tanpa upah, pekerjaan sukarela untuk

masyarakat, belajar dengan waktu penuh, merawat anak dan tugas rumah tangga

(WHO, 1998).

4. Domain IV – Hubungan sosial

WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


a. Hubungan perorangan

Aspek ini menguji tingkatan perasaan individu pada persahabatan, cinta, dan

dukungan dari hubungan yang dekat dalam kehidupannya. Aspek ini termasuk pada

kemampuan dan kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat dengan

orang lain secara emosi dan fisik. Tingkatan dimana individu merasa mereka bisa

berbagi pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang yang dicintai.(WHO,

1998).

b. Dukungan sosial

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab,

dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada

seberapa banyak yang individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman,

faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit

(WHO, 1998).

c. Aktivitas seksual

Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan dimana

individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat

(WHO, 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto

mengidentifikasikan Social belonging sebagai hubungan dengan lingkungan sosial

dan termasuk perasaan dari penerimaan yang dekat, keluarga, teman, rekan kerja,

dan tetangga serta masyarakat (Universitas Toronto, 2004).

5. Domain V – Lingkungan

WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


a. Keamanan fisik dan keamanan

Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik.

Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber seperti tekanan orang

lain atau politik. Aspek ini berhubungan langsung dengan perasaan kebebasan

individu (WHO, 1998).

b. Lingkungan rumah

Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal (tempat

berlindung dan menjaga barang-barang).Kualitas sebuah rumah dapat dinilai pada

kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal (WHO, 1998).

c. Sumber penghasilan

Aspek ini mengeksplor pandangan individu pada sumber penghasilan (dan

sumber penghasilan dari tempat lain). Fokusnya pada apakah individu dapat

mengahasilkan atau tidak dimana berakibat pada kualitas hidup (WHO, 1998).

d. Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas

Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian sosial

di kedekatan sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk

mendapatkan bantuan (WHO, 1998).

e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan

Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk mempelajari

keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada apa yang terjadi.

Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang dewasa atau

aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri (WHO, 1998).

Universitas Sumatera Utara


Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan

Growth becoming sebagai kegiatan perbaikan atau pemeliharaan pengetahuan dan

keterampilan (Universitas Toronto, 2004).

f. Patisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan

untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi (WHO, 1998).

Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan

Leisure becoming sebagai aktivitas yang menimbulkan relaksasi dan penurunan

stress.Disini termasuk permainan kartu, pembicaraan dengan tetangga, dan

kunjungan keluarga, atau aktivitas dengan durasi yang lama seperti liburan

(Universitas Toronto, 2004).

g. Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim)

Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya.Hal ini

mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini

dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup (WHO, 1998).

h. Transportasi

Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah untuk

menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi (WHO, 1998).

6. Domain VI – Spiritual/ agama/ kepercayaan seseorang

Aspek ini menguji kepercayaan individu dan bagaimana dampaknya pada

kualitas hidup. Hal ini bisa membantu individu untuk mengkoping kesulitan

hidupnya, memberi kekuatan pada pengalaman, aspek ini ditujukan pada individu

dengan perbedaan agama (Buddha, Kristen, Hindu, dan Islam), sebaik individu

Universitas Sumatera Utara


dengan kepercayaan individu dan kepercayaan spiritual yang tidak sesuai dengan

orientasi agama (WHO, 1998)

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto

mengidentifikasikan Spiritual being sebagai refleksi nilai diri, standar diri dari

tingkah laku, dan kepercayaan spiritual dimana terhubung atau tidak dengan

pengaturan kepercayaan (Universitas Toronto, 2004).

2.3. Kebudayaan suku Karo

Suku Karo adalah suku yang mendiami dataran tinggi dan dataran rendah

di Sumatera Utara. Suku Karo tersebar di Dataran Tinggi Karo(Kabupaten Karo),

Karo Baluren( Dairi), Simalungun Atas( sebagian), Langkat, Deli Hulu( Deli

Serdang), Medan, Binjai, Aceh Tenggara dan lainnya. Suku Karo memiliki bahasa

tersendiri yakni bahasa Karo.Setiap orang dalam Suku Karo terikat oleh sistem adat

yang disebut dengan merga silima, rakut si telu dan tutur si waluh.Jadi dimanapun

mereka berada pasti memiliki marga, dan jalan persaudaraan tersendiri.

Kehidupan mereka umumnya dari sektor agraris atau pertanian dan ada juga

peterenakan.Pertanian meliputi tanaman pangan, sayur dan buah ada juga tanaman

perkebunan di Kabupaten Deli Serdang dan Langkat. Peternakan biasanya dikelola

sebagai pekerjaan sampingan namun ada juga peternakan besar di Kabupaten

Karo(Mbal-Mbal Petarum). Peternakan tersebut berupa ayam, lembu, kambing,

babi, dan kerbau.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

You might also like