You are on page 1of 18

1.

PENILAIAN STATUS GIZI

Pasien dengan berat badan dan bentuk badan yang ideal disebut memiliki habitus
atletikus; pasien yang kurus memiliki habitus astenikus; dan pasien yang gemuk
memiliki habitus piknikus. Keadaan gizi pasien juga harus dinilai, apakah kurang,
cukup atau berlebih.

Macam-macam penilaian status gizi :

1. Penilaian status gizi secara langsung


Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
a. Antropometri
1) Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.

2) Penggunaan

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan


asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan
jumlah air dalam tubuh.

3) Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)

Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah Indeks
Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko
terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan
meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu,
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.
Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang
dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan
penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain yang
sehat.

Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan


berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk
orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)


IMT = -------------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia


adalah sebagai berikut:
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <>
Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Obesitas Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang
berat badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan jika ≥ 4000
gram dianggap gizi lebih. Untuk Wanita hamil jika LILA (LLA) atau
Lingkar lengan atas <>

b. Klinis
1) Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti
kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

2) Penggunaan

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat
tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di
samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan fifik yaitu tanda (sign) dan gejala
(Symptom) atau riwayat penyakit.

c. Biokimia
1) Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan
juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

2) Penggunaan

Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan


terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang
kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong
untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

d. Biofisik
1) Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan.
2) Penggunaan

Umumnya dapat digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta


senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah
tes adaptasi gelap.

2. Penilaian gizi secara tidak langsung


Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : Survei Konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
a. Survei Konsumsi Makanan

1) Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

2) Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan
individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan
zat gizi.

b. Statistik Vital

1) Pengertian

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis


dan beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan
umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data
lainnya yang berhubungan.

2) Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat.
c. Faktor Ekologi
1) Pengertian
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan
budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll.

2) Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan
program intervensi gizi.

2. ANTROPOMETRI

a. Pengertian

Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus mempelajari


ukuran tubuh yang meliputi dimensi linier, berat, isi, meliputi juga ukuran,
kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh.

Istilah antropometri berasal dari ”anthro” yang berarti manusia, dan ”metri” yang
berarti ukuran. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-
pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia.

Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.


Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering
digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuh
lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut,
lingkaran perut, lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisa
berdiri sendiri untuk menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeks
dengan membandingkan ukuran lainnyaseperti BB/U, BB/TB. TB/U

Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh


manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran
persentil. Jika seratus orang berdiri berjajar dari yang terkecil sampai terbesar
dalam suatu urutan, hal ini akan dapat diklasifikasikan dari 1 percentile sampai
100 persentil. Data dimensi manusia ini sangat berguna dalam perancangan
produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang
memakainya

b. Penggunaan

Data antropometri dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu :

1. Antropometri struktural / statis


Adalah pengukuran dimensi linear tubuh manusia dalam posisi statis (diam).
Posisi pengukuran itu biasanya sudah di standarkan. Contoh : ukuran tinggi
badan, tinggi siku duduk, tinggi pantat popliteal, berat badan, dan lain-lain.

2. Antropometri fungsional / dinamis

Adalah pengukuran posisi anggota badan sebagai hasil dari gerakan tubuh.
Contoh : sudut putar pergelangan tangan, sudut putar kepala, dan lain-lain.

Jika kita perhatikan, maka terdapat perbedaan atribut / ukuran fisik manusia
dari dengan yang lainnya. Hal ini terjadi karena terdapat faktor – faktor yang
mempengaruhinya. Faktor – faktor yang mempengaruhi ukuran antropometri
seseorang adalah :

a. Umur.
b. Jenis kelamin.
c. Ras / suku bangsa.
d. Jenis pekerjaan.
e. Sosial ekonomi.

Aplikasi antropometri sebagai metode bioantropologi ke dalam kedokteran


manjadi bermakna apabila disertai latar belakang teori yang adekuat tentang
pertumbuhan. Berdasarkan tujuan penelitian pengukuran antropometri, setidak-
tidaknya ada lima hal penting yang mewakili tujuan pengukuran yaitu mengetahui
kekern otot, kekekaran tualng, ukuran tubuh secara umum, panjang tungkai dan
lengan, serta kandungan lemak tubuh di ekstremitas dan di torso.
Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam
bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur (TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas
menurut umur (LLA/U) dan sebagainya (Barasi, 2008).

Karena antropometri sebagai indikator penilaian status gizi yang paling


mudah yang dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, antara lain:
umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Oleh karena itu, untuk
mengetahui status gizi seseorang, maka dilakukan pengukuran antropometri ini.

c. Penilaian

Beberapa syarat yang mendasari penggunaan dari antropometri adalah :

a. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas,
mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri di rumah.
b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
Contohnya apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas
pada anak balita.
c. Pengukuran buka hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga
oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
d. Biaya relative murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan
bahan-bahan lainnya.
e. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off
points) dan baku rujukan yang sudah pasti.
f. Secara ilmiah diakui kebenaraya. Hamper semua egara mengguakan
antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat,
khususnya untuk penapisan (screening) status gizi. Hal ini dikarenakan
antropometri diakui kebearanya secara ilmiah.

Tinggi badan adalah salah satu indikator klinik utama dalam menentukan
Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam menentukan status gizi individu/populasi.
Namun, pengukuran tinggi badan manusia usia lanjut (manula) cukup sulit
dilakukan dan reliabilitasnya diragukan. Persamaan estimasi tinggi badan dari
pengukuran tinggi lutut untuk memprediksi tinggi badan manula yaitu persamaan
Chumlea telah dikembangkan beberapa tahun lalu, tetapi belum ada studi yang
dilakukan di Indonesia untuk mengembangkan suatu persamaan bagi pengukuran
tinggi badan populasi usia lanjut menurut bermacam-macam kelompok etnis.
Oleh karena itu, suatu cross sectional studi untuk mengembangkan persamaan
tinggi badan manula berdasarkan pengukuran dua parameter yaitu tinggi lutut dan
panjang depa (knee height dan arm span) telah dilakukan pada bulan Desember
2005 lalu. Total 217 manula (usia 60 - 92 tahun) dari 3 kelompok etnik yaitu:
Jawa (56,7%), Cina (31,3%), dan lain-lain (12,0%) berpartisipasi dalam studi ini.

Pengukuran antropometri termasuk berat badan, tinggi badan, panjang depa,


dan tinggi lutut dilakukan oleh ahli gizi terlatih. Kesalahan inter dan intra
observer dilakukan untuk pengukuran antropometri tinggi lutut dan panjang depa
manula. Temuan utama studi adalah rata-rata usia manula asal Cina adalah
tertinggi di antara suku lainnya; kebanyakan manula mengalami gizi kurang
(43%); distribusi rata-rata tinggi lutut dan panjang depa hampir sama di tiap
kelompok etnis.
IMT dihitung dengan pemberian berat badan (dalam kg) oleh tinggi badan
(dalam m) pangkat dua. Kini IMT banyak digunakan di rumah sakit untuk
mengukur status gizi pasien karena IMT dapat memperkirakan ukuran lemak
tubuh yang sekalipun hanya estimasi tetapi lebih akurat daripada pengukuran
berat badan saja. Di samping itu, pengukuran IMT lebih banyak dilakukan saat ini
karena orang yang berlebihan berat badan atau yang gemuk yang lebih beresiko
untuk menderita penyakit diabetes, penyakit jantung, stroke, hipertensi dannn
beberapa bentuk penyakit kanker.
Berat untuk rasio tinggi menunjukkan berat badan dalam kaitannya
dengan tinggi dan sangat berguna untuk menyediakan ukuran kelebihan berat
badan dan obesitas dalam populasi orang dewasa. Oleh karena itu jatah ini
kadang-kadang disebut sebagai indeks obesitas. Indeks massa tubuh digunakan
dalam preperences untuk lainnya berat/tinggi indeks, termasuk rasio berat/tinggi,
indeks Ponderal, dan indeks Benn. Hal ini sekarang digunakan secara ekstensif
secara internasional untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas
pada orang dewasa.
Kategori Ambang batas IMT untuk Indonesia yaitu (Gibson, 2005) :
Kategori IMT

Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0

Kekurangan BB tingkat Ringan 17,0 – 18,5

Normal >18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan >25,0 – 27,0

Kelebihan BB tingkat Berat >27

Berat badan yang kurang ataupun berlebih akan menimbulkan risiko penyakit
terhadap penyakit, seperti yang terdapat pada table berikut (Sirajuddin, 2011) :
Berat badan Kerugian

1. Penampilan kurang baik (ceking)


2. Mudah letih
3. Risiko penyakit, antara lain penyakit infeksi,
Kurang (kurus) depresi, anemia, diare
4. Pada wanita usia subur yang hamil mempunyai
risiko tinggi melahirkan bayi dengan BBLR
5. Produktivitas rendah
1. Penampilan kurang menarik
2. Gerakan lamban
3. Risiko sakit, antara lain jantung, kencing manis
Berlebihan (Gemuk) (Diabetes Melitus), hipertensi, gangguan sendi
dan tulang, gangguan ginjal
4. Pada wanita usia subur, dapat mengganggu siklus
menstruasi dan faktor penyakit pada persalinan

Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan anak akan
kurang dan kurus – mereka akan memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan
grafik pertumbuhan dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Gizi kurang yang
kronik lebih sulit diidentifikasi oleh suatu komunitas – anak akan tumbuh lebih
lambat daripada yang diharapkan – baik dari segi berat badan maupun tinggi
badan, dan tidak kelihatan terlalu kurus, namun pemeriksaan berat dan tinggi
badan akan menunjukan bahwa mereka memiliki berat yang kurang pada grafik
pertumbuhan anak – misalnya kerdil. Gizi kurang kronik dapat mempengaruhi
perkembangan otak dan psikologi anak dan meningkatkan resiko terkena infeksi.
Perempuan yang kurang makan (kurang gizi) punya kecenderungan untuk
melahirkan anak dengan berat badan rendah, yang punya resiko lebih besar
terkena infeksi.

Jumlah lemak tubuh yang normal untuk pria dewasa berkisar 10-20% dari
berat badannya, dan untuk perempuan dewasa sekitar 25%. Untuk mengetahui
dengan cepat apakah Anda menyimpan lemak berlebih, cobalah mencubit daging
di perut Anda tepat di atas pusar. Bila jarak antara ibu jari dengan telunjuk lebih
dari 2,5 cm, maka Anda termasuk obesitas. Atau, untuk menentukan apakah Anda
mengalami besar di sekitar perut, ukur lingkar pinggang dengan mencari titik
tertinggi di tulang pinggang, lalu ukur lebarnya. Seorang pria yang berlingkar
pinggang lebih dari 102 cm (Indonesia 90 cm) dan perempuan lebih dari 88 cm
(Indonesia 80 cm), menunjukkan faktor risiko tinggi kena penyakit. Apalagi, bila
IMT-nya (Indeks Masa Tubuh) adalah 25 atau lebih.

Kegemukan disebabkan oleh ketidak imbangan kalori yang masuk dibanding


yang keluar. Kalori diperoleh dari makanan sedangkan pengeluarannya melalui
aktivitas tubuh dan olah raga. Kalori terbanyak (60-70%) dipakai oleh tubuh
untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung berdenyut dan fungsi dasar sel.
Besarnya kebutuhan kalori dasar ini ditentukan oleh genetik atau keturunan.
Namun aktifitas fisik dan olah raga dapat meningkatkan jumlah penggunaan
kalori keseluruhan.

Alat yang digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuat dari kayu. Subyek
yang diukur dalam posisi duduk atau berbaring/tidur. Pengukuran dilakukan pada
kaki kiri subyek antara tulang tibia dengan tulang paha membentuk sudut 90
derajat. Alat ditempatkan di antara tumit sampai bagian proksimal dari tulang
platela. Pembacaan skala dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm.
Hasil penguluran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan menggunakan
rumus (Gibson, 2005):
TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dlm cm)
TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dlm cm)

Beberapa peneliti menyarankan untuk menerapkan tekanan lembut dengan


proses mastoid untuk meregangkan tulang belakang dan meminimalkan efek yang
dihasilkan oleh variasi diurnal. Pengukuran ketinggian diambil di inspirasi
maksimal, dengan tingkat mata pemeriksa dengan kepala tempat tidur untuk
menghindari kesalahan paralaks. Tinggi tercatat milimeter terdekat, atau bahkan
lebih tepat dengan peralatan modem digital. Oleh karena itu, jika berdiri tinggi
daripada data referensi berbaring panjang digunakan. Dilaporkan sendiri tinggi
cenderung menghasilkan perkiraan sedikit lebih tinggi dari tinggi dan harus
dihindari.

WHR adalah suatu metode sederhana untuk mengetahui obesitas sentral pada
orang dewasa dengan mengukur distribusi jaringan lemak pada tubuh terutama
bagian pinggang dengan menmbandingkan antara ukuran lingkar pinggang
disbanding dengan lingkar perut. Obesitas sentral dianggap sebagai faktor risiko
yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif.

Rumus Waist to Hip Ratio (WHR)

Lingkar Pinggang (LPi)


WHR =
𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑃𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑙 (𝐿𝑃𝑎)

Klasifikasi Waist to Hip Ratio (WHR) (Sirajuddin, 2011)

Jenis Kelompok Resiko

kelamin umur (thn) Low Moderate High Very high

Laki-laki 20 – 29 < 0.83 0.83 - 0.88 0.89 – 0.94 > 0.94

30 – 39 < 0.84 0.84 – 0.91 0.92 – 0.96 > 0.96


40 – 49 < 0.88 0.89 – 0.95 0.96 – 1.00 > 1.00
Perempuan 20 – 29 < 0.71 0.71 – 0.77 0.77 – 0.82 > 0.82
30 – 39 < 0.72 0.73 – 0.78 0.79 – 0.84 > 0.84
40 – 49 < 0.73 0.74 – 0.79 0.80 – 0.87 > 0.87
Lingkar pinggang adalah ukuran antropometri yang dapat digunakan untuk
menentukan obesitas sentral, dan kriteria untuk Asia Pasifik yaitu ≥ 90 cm untuk
pria, dan ≥ 80 cm untuk wanita. Lingkar pinggang dikatakan sebagai indeks yang
berguna untuk menentukan obesitas sentral dan komplikasi metabolik yang
terkait. Lingkar pinggang berkorelasi kuat dengan obesitas sentral dan risiko
kardiovaskular. Lingkar pinggang terbukti dapat mendeteksi obesitas sentral dan
sindroma metabolik dengan ketepatan yang cukup tinggi dibandingkan indeks
massa tubuh (IMT) dan lingkar panggul. Bila lingkar pinggang dan kadar
trigliserida untuk mendeteksi sindroma metabolik, ditemukan lingkar pinggang ≥
90 cm dikombinasikan dengan kadar trigliserida plasma puasa >150 mg/dl dapat
mendeteksi penderita sindroma metabolik. Hal ini membuktikan bahwa
pemeriksaan lingkar pinggang dapat digunakan sebagai pemeriksaan uji saring
yang mudah, murah dan berguna untuk mendeteksi sindroma metabolic.

Pengukuran lingkar perut (Waist Circumference) kini menjadi metode paling


popular kedua (seudah IMT) untuk menetukan status gizi. Cara pengukuran
lingkar perut ini dapat membedakan obesitas menjadi jenis abdominal (obesitas
tipe android) dan perifer (obesitas tipe ginoid). Pasien dengan obesitas obdominal
yang merupakan factor risiko untuk berbagai penyakit metabolic, vaskuler, dan
generatif memiliki lingkaran perut yang lebih besar dari normal. Untuk diagnosis
obesitas abdominal, lingkaran perut bagi wanita Asia adalah ≥ 80 cm dan bagi
pria Asia adalah ≥ 90 cm.

Penilaian persentase lemak tubuh pada anak tidak mudah karena komposisi
kimia massa lemak bebas pada anak berbeda dengan pada orang dewasa dan
komposisi kimia tersebut akan mengalami perubahan selama masa pertumbuhan.
Oleh karenanya asumsi yang digunakan untuk menghitung komposisi tubuh pada
dewasa yang berdasarkan densitas tubuh tidak dapat diterapkan pada anak yang
sedang tumbuh. Beberapa usaha telah dilakukan untuk memperkirakan massa
lemak tubuh sebagai index obesitas, karena jaringan adiposa adalah bagian utama
tempat penyimpanan lemak yang mengandung lebih dari 90% jumlah total
simpanan kalori. Namun tidak ada satupun metode yang dapat menetapkan
dengan tepat komposisi tubuh yang hidup. Persamaan Deurenberg merupakan
salah satu formula untuk memprediksi lemak tubuh sesuai dengan umur, jenis
kelamin dan indeks massa tubuh (Hartono, 2006).
Pengukuran lipatan triceps dimaksudkan untuk menentukan status lemak
tubuh sementara pengukuran LILA dan LOLA untuk mengetahui status protein
otot. Kurang lebih separuh jaringan adiposa tubuh terdapat dalam jaringan
adiposa tubuh terdapat dalam jaringan bawah kulit (subkutan) sehingga
pengukuran status lemak tubuh dapat dilakukan pada lipatan kulit triceps,
subskapular, abdominal, panggul, serta paha. Sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa penilaian lemak subkutan lewat pengukuran lipatan kulit merupakan cara
yang cukup akurat. Pengukuran lipatan triseps dilakukan dengan menggunakan
caliper oleh para ahli gizi atau perawat yang sudah terlatih dalam teknik
pengukuran antropometri.

Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam


bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur (TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas
menurut umur (LLA/U) dan sebagainya.

Klasifikasi persentase Body Fat (Sirajuddin, 2011)


Klasifikasi Laki-laki Wanita
Lean <8% < 13 %
Optimal 8 % - 15 % 14 % - 23 %
Slightly overfat 16 % - 20 % 24 % - 27 %
Fat 21 % - 24 % 28 % - 32 %
Obesitas 25 % 33 %

Pengukuran lingkar lengan atas dapat memberikan gambaran tentang


keadaan jaringan otot dan lapisan bawah kulit. Lingkar lengan atas biasanya
digunakan untuk mengidentifikasi adanya malnutrisi pada anak-anak. Pada ibu
hamil lingkar lengan atas digunakan untuk memprediksi kemungkinan bayi yang
dilahirkan berat badan lahir rendah (Hartono, 2005).
Klasifikasi LiLA (Sirajuddin, 2011)

Klasifikasi Batas ukur

Wanita usia subur

KEK < 23,5

Normal ≥ 23,5
Bayi umur 0 – 30 hari
KEP < 9,5
Normal ≥ 9,5
Balita
KEP < 12,5
Normal ≥ 12,5

Pengukuran lingkar lengan atas dapat menentukan apakah seseorang


menderita KEK atau tidak. Jika, berada < 23,5 maka beresiko terkena KEK.
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana
remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK. Kurang gizi
akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup
atau makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu
untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan
mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena
tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik
dalam periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein
dalam jumlah yang cukkup, atau juga disebabkan menderita muntaber atau
penyakit kronis lainnya.

Indeks seperti lingkar kepala-untuk usia, berat badan-untuk-umur, berat


badan-untuk-tinggi dan tinggi-untuk-usia dan rasio berat, tinggi berasal dari
pengukuran. Dari jumlah tersebut, tinggi untuk-usia dan berat badan-untuk-tinggi
badan telah direkomendasikan oleh organisasi kesehatan dunia untuk digunakan
di negara-negara berpenghasilan rendah. Dalam kombinasi, mereka dapat
membedakan antara pengerdilan dan wasting. Indeks massa tubuh (BMI)
digunakan dalam studi epidemiologi sebagai indikator yang direkomendasikan
untuk mendefinisikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa,
anak-anak, dan usia lanjut. Di rumah sakit, indeks antropometri ukuran tubuh
yang digunakan terutama untuk mengidentifikasi kekurangan gizi atau kelebihan
gizi dan obesitas, dan untuk memantau setelah intervensi gizi (Gibson, 2005).

Lingkar perut adalah parameter penting untuk menentukan resiko terjadinya


penyakit jantung. Semakin besar lingkar perut seseorang, resiko terjadinya
penyakit jantung pada orang tersebut lebih besar. Pengukuran Lingkar Perut,
dengan menggunakan pita ‘meteran’. Caranya pertama tentukan letak tulang
rusuk terbawah dan tulang panggul. Kemudian tempatkan pita meteran pada jarak
pertengahan antara kedua tulang tadi, dan harus sejajar dengan lantai tanpa
memperhatikan letak pusar.

3. PROGNOSIS

4. PENILAIAN KEADAAN UMUM


Keadaan umum pasien dapat dibagi atas ringan, sedang, dan berat. Keadaan umum
pasien seringkali dapat menilai apakah keadaan pasien dalam keadaan darurat medik
atau tidak. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kondisi umum pasien
adalah :
1. Status gizi dan habituasi
Pasien dengan berat badan dan bentuk badan yang ideal disebut memiliki habitus
atletikus; pasien yang kurus memiliki habitus astenikus; dan pasien yang gemuk
memiliki habitus piknikus. Keadaan gizi pasien juga harus dinilai, apakah kurang,
cukup atau berlebih. Dengan menilai berat badan dan tinggi badari, maka dapat
diukur indeks
Massa Tubuh (IMT) = berat badan (kg)
( tinggi badan (cm) ) 2

IMT 1 8,5-25 menunjukkan berat badan yang ideal, bila IMT < 18,5 berarti berat
badan kurang, IMT > 25 menunjukkan berat badan lebih dan IMT >30 adalah
obesitas.
2. Kesadaran
Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan melihat reaksi pasien
yang wajar terhadap stimulus visual, auditor maupun taktil. Seorang yang sadar
dapat tertidur, tapi segera terbangun bila dirangsang. Bila perlu, tingkat kesadaran
dapat diperiksa dengan memberikan rangsang nyeri. Macam-macam tingkat
kesadaran pasien :
a. Kompos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun
terhadap lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan baik
b. Apatis, yaitu keadaan di mana pasien tampak segan dan acuh tak acuh
terhadap lingkungannya.
c. Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus
tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau,
disorientasi dan meronta-ronta.
d. Somnolen (letargia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan mengantuk yang
masih dapat pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien
akan tertidur kembali.
e. Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam. Pasien niasih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi
pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban
verbal yang baik.
f. Semi-koma (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang tidak
memberikan respons terhadap ranging verbal, dan tidak dapat dibangunkan
sama sekali, tetapi refleks (kornea, pupil) masih baik. Respons terhadap
rangsang nyeri tidak adekuat.
g. Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan
spontan dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri

3. Tanda-tanda vital
a. Suhu Tubuh
Suhu tubuh yang normal adalah 3 6"-3 7"C. Pada pagi hari suhu mendekati
36°C, sedangkan pada sore hari mendekati 37°C. Pengukuran suhu di rektum
juga akan lebih tinggi 0,50-1°C, dibandingkan suhu mulut dan suhu mulut
0,5"C lebih tinggi dibandingkan suhu aksila.. Pada keadaan demam, suhu
akan meningkat, sehingga suhu dapat dianggap sebagai termostat keadaan
pasien

b. Tekanan Darah

c. Nadi

d. Pernafasan
Dalam keadaan normal, frekuensi pemapasan adalah 16-24 kali per menit:
Bila frekuensi pernapasan kurang dari 16 kali permenit, disebut
bradipneu.sedangkan bila lebih dari 24 kali permenit, disebut takipneu.
Pernapasan yang dalam disebut hiperpneu, terdapat pada pasien asidosis atau
anoksia; sedangkan pernapasan yang dangkal disebut hipopneu, terdapat
pada gangguan susunan saraf pusat.
Karnofsky dan Lansky membagi status keadaan umum pasien menjadi 3 kategori
yaitu ;
1. Skor 0 – 40 kategori buruk
2. Skor 50 – 70 kategori sedang
3. Skor 80 – 100 kategori baik

Penilaian skor tersebut berupa :


100 = normal, tidak ada keluhan, tidak ada penyakit
90 = mampu aktivitas normal, tanda-tanda minimal penyakit
80 = aktivitas normal dengan sedikit kesukaran, beberapa tanda penyakit
70 = mampu menjalankan keperluan sendiri, tidak mampu menjalankan pekerjaan
60 = mampu menjalankan sebagian besar keperluan sendiri, selalu memerlukan
bantuan
50 = memerlukan bantuan cukup banyak, juga pertolongan medis
40 = tidak mampu merawat diri sendiri, tidak dapat bekerja lagi
30 = sakit berat, indikasi perawatan di rumah sakit
20 = sakit sangat berat
10 = sekarat
0 = mati

You might also like