Professional Documents
Culture Documents
Pasien dengan berat badan dan bentuk badan yang ideal disebut memiliki habitus
atletikus; pasien yang kurus memiliki habitus astenikus; dan pasien yang gemuk
memiliki habitus piknikus. Keadaan gizi pasien juga harus dinilai, apakah kurang,
cukup atau berlebih.
2) Penggunaan
Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah Indeks
Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko
terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan
meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu,
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.
Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang
dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan
penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain yang
sehat.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang
berat badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan jika ≥ 4000
gram dianggap gizi lebih. Untuk Wanita hamil jika LILA (LLA) atau
Lingkar lengan atas <>
b. Klinis
1) Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan
yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti
kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
2) Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid
clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat
tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di
samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan fifik yaitu tanda (sign) dan gejala
(Symptom) atau riwayat penyakit.
c. Biokimia
1) Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan
juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
2) Penggunaan
d. Biofisik
1) Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan.
2) Penggunaan
1) Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2) Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan
individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan
zat gizi.
b. Statistik Vital
1) Pengertian
2) Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat.
c. Faktor Ekologi
1) Pengertian
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan
budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll.
2) Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui
penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan
program intervensi gizi.
2. ANTROPOMETRI
a. Pengertian
Istilah antropometri berasal dari ”anthro” yang berarti manusia, dan ”metri” yang
berarti ukuran. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-
pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia.
b. Penggunaan
Adalah pengukuran posisi anggota badan sebagai hasil dari gerakan tubuh.
Contoh : sudut putar pergelangan tangan, sudut putar kepala, dan lain-lain.
Jika kita perhatikan, maka terdapat perbedaan atribut / ukuran fisik manusia
dari dengan yang lainnya. Hal ini terjadi karena terdapat faktor – faktor yang
mempengaruhinya. Faktor – faktor yang mempengaruhi ukuran antropometri
seseorang adalah :
a. Umur.
b. Jenis kelamin.
c. Ras / suku bangsa.
d. Jenis pekerjaan.
e. Sosial ekonomi.
c. Penilaian
a. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas,
mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri di rumah.
b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif.
Contohnya apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas
pada anak balita.
c. Pengukuran buka hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga
oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
d. Biaya relative murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan
bahan-bahan lainnya.
e. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut off
points) dan baku rujukan yang sudah pasti.
f. Secara ilmiah diakui kebenaraya. Hamper semua egara mengguakan
antropometri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat,
khususnya untuk penapisan (screening) status gizi. Hal ini dikarenakan
antropometri diakui kebearanya secara ilmiah.
Tinggi badan adalah salah satu indikator klinik utama dalam menentukan
Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam menentukan status gizi individu/populasi.
Namun, pengukuran tinggi badan manusia usia lanjut (manula) cukup sulit
dilakukan dan reliabilitasnya diragukan. Persamaan estimasi tinggi badan dari
pengukuran tinggi lutut untuk memprediksi tinggi badan manula yaitu persamaan
Chumlea telah dikembangkan beberapa tahun lalu, tetapi belum ada studi yang
dilakukan di Indonesia untuk mengembangkan suatu persamaan bagi pengukuran
tinggi badan populasi usia lanjut menurut bermacam-macam kelompok etnis.
Oleh karena itu, suatu cross sectional studi untuk mengembangkan persamaan
tinggi badan manula berdasarkan pengukuran dua parameter yaitu tinggi lutut dan
panjang depa (knee height dan arm span) telah dilakukan pada bulan Desember
2005 lalu. Total 217 manula (usia 60 - 92 tahun) dari 3 kelompok etnik yaitu:
Jawa (56,7%), Cina (31,3%), dan lain-lain (12,0%) berpartisipasi dalam studi ini.
Berat badan yang kurang ataupun berlebih akan menimbulkan risiko penyakit
terhadap penyakit, seperti yang terdapat pada table berikut (Sirajuddin, 2011) :
Berat badan Kerugian
Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan anak akan
kurang dan kurus – mereka akan memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan
grafik pertumbuhan dan meningkatkan resiko terkena infeksi. Gizi kurang yang
kronik lebih sulit diidentifikasi oleh suatu komunitas – anak akan tumbuh lebih
lambat daripada yang diharapkan – baik dari segi berat badan maupun tinggi
badan, dan tidak kelihatan terlalu kurus, namun pemeriksaan berat dan tinggi
badan akan menunjukan bahwa mereka memiliki berat yang kurang pada grafik
pertumbuhan anak – misalnya kerdil. Gizi kurang kronik dapat mempengaruhi
perkembangan otak dan psikologi anak dan meningkatkan resiko terkena infeksi.
Perempuan yang kurang makan (kurang gizi) punya kecenderungan untuk
melahirkan anak dengan berat badan rendah, yang punya resiko lebih besar
terkena infeksi.
Jumlah lemak tubuh yang normal untuk pria dewasa berkisar 10-20% dari
berat badannya, dan untuk perempuan dewasa sekitar 25%. Untuk mengetahui
dengan cepat apakah Anda menyimpan lemak berlebih, cobalah mencubit daging
di perut Anda tepat di atas pusar. Bila jarak antara ibu jari dengan telunjuk lebih
dari 2,5 cm, maka Anda termasuk obesitas. Atau, untuk menentukan apakah Anda
mengalami besar di sekitar perut, ukur lingkar pinggang dengan mencari titik
tertinggi di tulang pinggang, lalu ukur lebarnya. Seorang pria yang berlingkar
pinggang lebih dari 102 cm (Indonesia 90 cm) dan perempuan lebih dari 88 cm
(Indonesia 80 cm), menunjukkan faktor risiko tinggi kena penyakit. Apalagi, bila
IMT-nya (Indeks Masa Tubuh) adalah 25 atau lebih.
Alat yang digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuat dari kayu. Subyek
yang diukur dalam posisi duduk atau berbaring/tidur. Pengukuran dilakukan pada
kaki kiri subyek antara tulang tibia dengan tulang paha membentuk sudut 90
derajat. Alat ditempatkan di antara tumit sampai bagian proksimal dari tulang
platela. Pembacaan skala dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm.
Hasil penguluran dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan menggunakan
rumus (Gibson, 2005):
TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut dlm cm)
TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dlm cm)
WHR adalah suatu metode sederhana untuk mengetahui obesitas sentral pada
orang dewasa dengan mengukur distribusi jaringan lemak pada tubuh terutama
bagian pinggang dengan menmbandingkan antara ukuran lingkar pinggang
disbanding dengan lingkar perut. Obesitas sentral dianggap sebagai faktor risiko
yang erat kaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif.
Penilaian persentase lemak tubuh pada anak tidak mudah karena komposisi
kimia massa lemak bebas pada anak berbeda dengan pada orang dewasa dan
komposisi kimia tersebut akan mengalami perubahan selama masa pertumbuhan.
Oleh karenanya asumsi yang digunakan untuk menghitung komposisi tubuh pada
dewasa yang berdasarkan densitas tubuh tidak dapat diterapkan pada anak yang
sedang tumbuh. Beberapa usaha telah dilakukan untuk memperkirakan massa
lemak tubuh sebagai index obesitas, karena jaringan adiposa adalah bagian utama
tempat penyimpanan lemak yang mengandung lebih dari 90% jumlah total
simpanan kalori. Namun tidak ada satupun metode yang dapat menetapkan
dengan tepat komposisi tubuh yang hidup. Persamaan Deurenberg merupakan
salah satu formula untuk memprediksi lemak tubuh sesuai dengan umur, jenis
kelamin dan indeks massa tubuh (Hartono, 2006).
Pengukuran lipatan triceps dimaksudkan untuk menentukan status lemak
tubuh sementara pengukuran LILA dan LOLA untuk mengetahui status protein
otot. Kurang lebih separuh jaringan adiposa tubuh terdapat dalam jaringan
adiposa tubuh terdapat dalam jaringan bawah kulit (subkutan) sehingga
pengukuran status lemak tubuh dapat dilakukan pada lipatan kulit triceps,
subskapular, abdominal, panggul, serta paha. Sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa penilaian lemak subkutan lewat pengukuran lipatan kulit merupakan cara
yang cukup akurat. Pengukuran lipatan triseps dilakukan dengan menggunakan
caliper oleh para ahli gizi atau perawat yang sudah terlatih dalam teknik
pengukuran antropometri.
Normal ≥ 23,5
Bayi umur 0 – 30 hari
KEP < 9,5
Normal ≥ 9,5
Balita
KEP < 12,5
Normal ≥ 12,5
3. PROGNOSIS
IMT 1 8,5-25 menunjukkan berat badan yang ideal, bila IMT < 18,5 berarti berat
badan kurang, IMT > 25 menunjukkan berat badan lebih dan IMT >30 adalah
obesitas.
2. Kesadaran
Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan melihat reaksi pasien
yang wajar terhadap stimulus visual, auditor maupun taktil. Seorang yang sadar
dapat tertidur, tapi segera terbangun bila dirangsang. Bila perlu, tingkat kesadaran
dapat diperiksa dengan memberikan rangsang nyeri. Macam-macam tingkat
kesadaran pasien :
a. Kompos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun
terhadap lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan baik
b. Apatis, yaitu keadaan di mana pasien tampak segan dan acuh tak acuh
terhadap lingkungannya.
c. Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus
tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau,
disorientasi dan meronta-ronta.
d. Somnolen (letargia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan mengantuk yang
masih dapat pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien
akan tertidur kembali.
e. Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam. Pasien niasih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi
pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban
verbal yang baik.
f. Semi-koma (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran yang tidak
memberikan respons terhadap ranging verbal, dan tidak dapat dibangunkan
sama sekali, tetapi refleks (kornea, pupil) masih baik. Respons terhadap
rangsang nyeri tidak adekuat.
g. Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan
spontan dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri
3. Tanda-tanda vital
a. Suhu Tubuh
Suhu tubuh yang normal adalah 3 6"-3 7"C. Pada pagi hari suhu mendekati
36°C, sedangkan pada sore hari mendekati 37°C. Pengukuran suhu di rektum
juga akan lebih tinggi 0,50-1°C, dibandingkan suhu mulut dan suhu mulut
0,5"C lebih tinggi dibandingkan suhu aksila.. Pada keadaan demam, suhu
akan meningkat, sehingga suhu dapat dianggap sebagai termostat keadaan
pasien
b. Tekanan Darah
c. Nadi
d. Pernafasan
Dalam keadaan normal, frekuensi pemapasan adalah 16-24 kali per menit:
Bila frekuensi pernapasan kurang dari 16 kali permenit, disebut
bradipneu.sedangkan bila lebih dari 24 kali permenit, disebut takipneu.
Pernapasan yang dalam disebut hiperpneu, terdapat pada pasien asidosis atau
anoksia; sedangkan pernapasan yang dangkal disebut hipopneu, terdapat
pada gangguan susunan saraf pusat.
Karnofsky dan Lansky membagi status keadaan umum pasien menjadi 3 kategori
yaitu ;
1. Skor 0 – 40 kategori buruk
2. Skor 50 – 70 kategori sedang
3. Skor 80 – 100 kategori baik