Professional Documents
Culture Documents
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Pembimbing,
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Casse Report
Session yang merupakan syarat kelengkapan dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Raden Mattaher Jambi
dengan judul “HIPEREMESIS GRAVIDARUM”.
Terima kasih banyak penulis ucapkan kepada dr.Ade Permana, Sp.OG (K)
yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD Raden Mattaher Penulis juga menyadari bahwa Clinical Report Session ini
masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan sumbangan kritik dan saran terhadap referat ini agar nantinya
dapat menjadi lebih baik. Semoga referat berjudul “ HIPEREMESIS
GRAVIDARUM” ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua serta dapat
menambah wawasan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Mual dan muntah merupakan hal yang umum dalam kehamilan. Sekitar
50%-90% kehamilan disertai dengan mual dan muntah yang dikenal sebagai
atau morning sickness 2% mengalami mual di pagi hari dan 80% mual sepanjang
hari. Kondisi ini biasanya ringan, dapat hilang sendiri dan puncak keluhan pada
namun pada 13% kehamilan, mual dan muntah dapat bertahan hingga 20 minggu
Sejumlah kecil wanita hamil mengalami mual dan muntah berat yang
elektrolit dan asam basa, defisiensi nutrisi dan penurunan berat badan. Insidensi
hiperemesis gravidarum sendiri masih belum jelas, namun insiden menigkat pada
kondisi yang berhubungan denghan konsentrasi HCG dan estrogen yang tinggi.
Insiden hiperemesis gravidarum sendiri yaitu 3,5 per 1000 kelahiran (Sheehan,
minuman yang dikonsumsi sehingga berat badannya turun, turgor kulit dan
5
membutuhkan perawatan di rumah sakit. Sekitar 5% dari ibu hamil membutuhkan
Prognosis pada pasien hiperemesis gravidarum pada umumnya baik, tetapi tetap
memberikan efek buruk pada pertumbuhan janin. Gejala yang timbul pada pasien
mual dan muntah serta penurunan nafsu makan membuat asupan nutrisi ibu
semakin berkurang. Suplai nutrisi pada janin tidak adekuat sehingga dapat
menghambat pertumbuhan janin jika hal ini tidak segera ditangani (Sacramento,
2008). Hal inilah yang menjadi alasan penulis mengajukan kasus gravidarum
Datang ke ruang VK bagian Obsgyn RSUD Raden Mattaher via IGD, Hari
Minggu, Tanggal 29 Oktober 2017.
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Mual dan muntah yang dirasakan sejak ± 2 minggu dan semakin memberat 2
hari SMRS
7
Riwayat perjalanan Penyakit/ Penyakit Sekarang :
G1A0P0 usia 20 tahun hamil 12 minggu datang dengan keluhan mual dan
muntah yang dirasakan sejak ± 2 minggu dan semakin memberat 2 hari
SMRS, muntah dirasakan setiap setelah makan dan minum, Os mengaku
dalam sehari muntah bias lebih dari 7 kali sebanyak ± 1 gelas belimbing tiap
kali muntah. Keluhan disertai dengan penurunan nafsu makan, pusing, dan
lemas. Os mengaku mengalami penurunan berat badan dari 72 Kg menjadi 65
Kg.
Data Kebidanan
1. Haid
Menarche : Umur 13 tahun
HPHT : 28-07-2017
Haid : Teratur
Lama haid : 8 Hari
Siklus : 28 hari
Dismenorrhea : Iya
Warna : Merah tua,bergumpal
Bentuk perdarahan : encer
Bau Haid : anyir
Flour Albous :-
Kapan :-
Lama :-
Warna :-
Banyak :-
9
Thorax
Inspeksi : Bentuk simetris kanan dan kiri, tarikan dada (-),
Retraksi (-), mammae dbn
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi :
o Pulmo : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
o Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris, abdomen datar, bekas luka operasi (-), striae (-),
linea (-)
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, massa (-), nyeri
tekan (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Simetris (+), akral dingin (-/-), edema (-/-), CRT < 2 detik
11
2.8 Follow up
Tabel 2.1 Follow up pasien
Tanggal Jam Follow up Ket.
29/10/2017 06:00 S : Pusing (+),mual(+), muntah(-),lemas
WIB sudah berkurang,tidak ada nafsu makan
O : TD :130/80mmHg
N : 87x/mnt
S : 36,7ºC
RR : 18x/mnt
A : HEG
P : IVFD 5% + Neurobion 1 Amp 20 tpm
Inj. Ondancentron 3x1
Inj. Ranitidine 2x1
Inj. Cefotaxime 2x1
O : TD :110/60mmHg
N : 72x/mnt
S : 36,6ºC
RR : 18x/mnt
A : HEG
P : IVFD 5%
Inj. Ondancentron 3x1
Inj. Ranitidine 2x1
Inj. Ceftriaxone 2x1
Asam Folat 2x1 P.O
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Mual dan muntah, pusing, perut kembung,
dan badan terasa lemah terjadi hampir pada 50% kasus ibu hamil, dan terbanyak
pada usia kehamilan 6-12 minggu. Keluhan mual muntah sering terjadi pada
waktu pagi sehingga dikenal juga dengan “morning sickness”. Juga terdapat
keluhan ptialisme,hipersalivasi yaitu banyak meludah. Epulis gravidarum, infeksi
gingivitis dapat menyebabkan perdarahan gusi.
Mual dan muntah tampaknya disebabkan oleh kombinasi hormone estrogen
dan progesterone, walaupun hal ini tidak diketahui dengan pasti dan hormone
human chorionic gonadotropin juga berperan dalam menimbulkan mual dan
muntah. Gastroesophageal reflux terjadi kurang lebih 80 % dalam kehamilan, dan
dapat disebabkan oleh kombinasi menurunnya tekanan sfingter esophageal bagian
bawah, meningkatnya tekanan intragastrik, menurunnya kompetensi sfingter pilori
dan kegagalan mengeluarkan asam lambung.
Keluhan mual muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan
umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi,dan terdapat aseton dalam urin. Mual dan muntah mempengaruhi hingga
> 50 % kehamilan. Kebanyakan perempuan mampu mempertahankan kebutuhan
cairan dan nutrisi dengan diet, dan symptom akan teratasi hingga akhir trimester
pertama. Penyebab penyakit ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi
diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin,biokimiawi,dan psikologis.
3.2 KLASIFIKASI
1. Tingkat I
Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar
makanan, lender dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar
darah. Nadi meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik
menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin
sedikit tetapi masih normal.
2. Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100 – 140x/ menit,tekanan darah
sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang
ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
3. Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah
gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti,
tetapi dapat terjadi ikterus , sianosis, nistagmus, gangguan jantung,
bilirubin, dan proteinuria dalam urin.
3.3 ETIOLOGI
15
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola
hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola
hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor
hormon memegang peranan karena pada kedua keadaan tersebut hormon
khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi meternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga
disebut sebagai salah satu faktor organik
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini,
rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan
dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.
3.4 PATOFISIOLOGI
Fisiologi Muntah
muntah merupakan eliminasi paksa isi perut melalui mulut yang dibantu
oleh otot perut dan pembukaan sfingter lambung (Shelke et al., 2004).
pencetus kemoreseptor/ CTZ) (Silbernagl & Lang, 2007). Area ini tidak
dilindungi oleh sawar darah otak, sehingga dapat dipengaruhi oleh bahan-
darah (Shelke et al., 2004). CTZ diaktivasi oleh agonis dopamin seperti
N. Vagus pada beberapa kondisi di bawah ini (Silbernagl & Lang, 2007):
Pusat muntah dapat diaktivasi juga oleh serabut aferen visera dari
jantung, misalnya pada iskemia koroner. Muntah dapat juga dipicu dengan
17
sensor raba di faring). Selain itu, muntah dapat diakibatkan karena pajanan
19
Hipotesis II: faktor
Hipotesis I: faktor
non endokrin
endokrin
Tirotoksikosis pada
Kelenjar TSH/ kehamilan
Tiroid Tiroksin
Penyebab-
Infeksi H. pylori penyebab infeksi
Defisiensi Vitamin
a. Hipotesis Endokrin
Hormon-hormon endokrin meliputi hCG, TSH/ tiroksin, estrogen/
progesteron, kortisol/ ACTH, prolaktin, dan leptin.
21
diketahui dengan pasti. Hal ini diantaranya dikarenakan kondisi
dengan kadar hCG tinggi seperti pada choriocarcinoma atau pada
pemberian HCG selama fase luteal untuk memicu maturasi oosit
tidak menimbulkan gejala mual-muntah seperti pada HG. Selain
itu terdapat banyak pasien yang memiliki kadar HCG tinggi
namun tidak menderita HG, sebaliknya terdapat pasien yang terus
mengalami HG bahkan setelah melewati trimester pertama dimana
kadar HCG sudah turun (Verberg et al., 2005).
2) TSH/ Tiroksin
3) Estrogen/ Progesteron
23
langsung estrogen dengan HG, mengingat HG lebih sering terjadi
pada TM pertama sementara kadar estrogen terus meningkat
seiring bertambahnya usia kehamilan, begitu pula dengan
kehamilan yang diinduksi controlled ovarian stimulation (COS)
dimana kadar estrogen sangat tinggi, tidak menyebabkan insidensi
HG meningkat (Verberg et al., 2005).
Diantara berbagai hormon pada kehamilan, pasien dengan
HG memiliki kadar progesteron yang abnormal. Sebagian besar
memiliki kadar progesteron yang lebih rendah, sebagian yang
lainnya memiliki kadar progesteron yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrol. Namun demikian, tidak didapatkan korelasi yang
jelas antara HG dengan kadar progesteron, mengingat tidak
terdapat perbaikan kondisi pasien HG yang mendapatkan
pengobatan dengan progesteron. Kehamilan dengan peningkatan
kadar progesteron iatrogenik seperti kehamilan dengan korpus
luteum multipel karena COS, atau kehamilan dengan pemberian
progesteron untuk mendorong fase luteal tidak menunjukkan
kejadian HG, mengindikasikan bahwa kadar progesteron tinggi
(endogen maupun eksogen) saja tidak menyebabkan HG (Verberg
et al., 2005).
4) Kortisol/ ACTH
1) Imunologis
25
berhubungan dengan peningkatan hormon steroid, seharusnya
gejala memberat pada akhir kehamilan saat imunitas pasien lebih
teraktivasi. Hipotesis yang lebih diterima adalah kerusakan
saluran gastrointestinal atas akibat muntah yang terus- menerus
meningkatkan suseptibilitas pasien terhadap infeksi H. Pylori
(Verberg et al., 2005).
Studi lain menemukan genom H. pylori dalam air liur
61,8% dari pasien dengan HG (21 dari 34 pasien), dibandingkan
dengan 27,6% dari wanita hamil tanpa gejala. Hubungan ini
tampaknya dikonfirmasi oleh fakta bahwa dalam dua studi
observasional dengan total lima pasien, tidak ada perbaikan dalam
gejala terjadi setelah perawatan obat standar, sedangkan
pengobatan antibiotik untuk H. pylori menghasilkan perbaikan
gejala yang jelas (Mylonas, 2007).
3) Kelainan Anatomis
4) Kelainan Saraf
27
sering bersifat histeris dan kepribadian kekanak-kanakan. HG
lebih sering terjadi pada gangguan kepribadian dan gangguan
depresif, tetapi hubungannya belum dipelajari sampai batas yang
cukup (Mylonas, 2007).
Patofisiologi Gejala
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya
asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma
berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air
kemih. Pada pasien ini terdapat penurunan kadar kalium dalam darah.
Selain itu dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa, berupa
alkalosis metabolik akibat hilangnya asam karena muntah-muntah
berlebihan ataupun asidosis metabolik akibat peningkatan asam (ketosis).
Selain itu juga terjadi dehidrasi yang menyebabkan:
a. Penurunan saliva, yang berakibat mulut dan faring kering
b. Peningkatan osmolaritas darah, yang akan merangsang osmoreseptor
di hipothalamus
c. Penurunan volume darah yang berakibat penurunan tekanan darah,
sehingga renin akan meningkat, begitu juga angiotensin II.
Ketiga hal tersebut akan merangsang pusat rasa haus di
hipothalamus, yang seharusnya akan meningkatkan intake cairan, namun
karena terdapat mual dan muntah yang tidak bisa ditoleransi akibatnya
cairan juga tidak dapat masuk per oral, sehingga cairan tubuh tidak
mencapai kadar normal dan dehidrasi tetap terjadi (Ogunyemi, 2007).
Karena muntah terus terjadi dan tidak ada makanan yang dapat
masuk, cadangan karbohidrat pun sangat bekurang, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan respirasi sel dan menghasilkan ATP dipakai jalur
pemecahan lemak (katabolisme lipid/lipolisis) secara berlebihan, bukan
memakai jalur glikolisis. Asam lemak dikatabolisis. Asam lemak
dikatabolisme di mitokondria melalui proses yang dinamakan beta
oxidation, yang akhirnya membentuk acetyl coA. Acetyl coA akan masuk
ke dalam siklus krebs. Hepatosit akan mengambil dua molekul acetyl coA
dan terkondensasi, dan aseton (keton bodies). Proses tersebut dinamakan
ketogenesis. Keton-keton tersebut akan mudah berdifusi ke membran
plasma, meninggalkan hepatosit untuk kemudian masuk ke dalam aliran
darah. Akibatnya terjadi ketosis dalam darah, yang kemudian dikeluarkan
melalui urine, sehingga pada hiperemesis gravidarum lanjut didapatkan
keton pada urine (Ronardy, 2006).
29
1. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi
lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya
asam aseton–asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
3.5 DIAGNOSA
3.6 PENATALAKSANAAN
1. Obat-obatan.
Sedativa yang sering diberikan adalah pohenobarbital, vitamin yang
dianjurakan yaitu vitamin B1 dan B6, antihistaminika juga dianjurakn
Pada keadaan lebih berat diberikan antimimetik seperti disklomin
hidrokhloride, avomin.
2. Isolasi.
Dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peradaran udara yang baik
hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah
berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan
tidak diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang
dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilanhg tanpa
pengobatan
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air
kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan
bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali
sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya
menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan
keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman,
dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak
31
cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala-gejala akan
berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk.
Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakam
manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk
melakukan abortus terapuetik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak
tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh
menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ vital.
33
BAB IV
ANALISIS KASUS
Kedua adalah keluhan utama pasien yaitu mual dan muntah yang memburuk
sejak 2 hari yang lalu. Nafsu makan menurun, makanan yang dimakan segera
terdapat nyeri pada lapang perut, hilang timbul dan terasa melilit.
pemeriksaan fisik yaitu : terus merasa haus (+), mulut dan lidah terasa kering,
keadaan umum, his, perdarahan pervaginam (PPV), mual dan muntah. Terapi
Nutrisi pasien
pasien meliputi jatah makan sehari 3 kali yang terdiri dari nasi, sayur, jus dan
buah setiap porsinya. Aturan makan yang dianjurkan yaitu hindari makanan
berlemak dan berminyak, serta konsumsi makanan dengan pola sedikit tapi
sering.
35
BAB V
KESIMPULAN
37