Professional Documents
Culture Documents
Original paper
ABSTRACT
.
INTRODUCTION
Knowing ecosystem state is the first step in Ecosystem resilience is therefore increasingly
ecosystem-based management. Global climate important factor in planning an ecosystem-
change has been predicted to expose coral reef based management on coral reefs (Nystrom et
ecosystem not only to disturbances but also to al., 2008).
„surprises‟ (Hoegh-Guldberg, 1999; Hoegh- Assessment of ecosystem resilience
Guldberg et al., 2007), i.e. disturbances which should be used as an important tool in coral reef
are beyond ecosystem experience in magnitude, management. At present, many studies
intensity, and frequency. Annual mass coral conducted resilience assessment after
bleaching has been predicted to occur in Phuket disturbance (Berumen and Pratchett, 2006;
and the Great Barrier Reef in 2030 (Hoegh- Ledlie et al., 2007; Smith et al., 2008). Such
Guldberg, 1999), if carbon emission proceeds assessment method might not be very useful in
as usual. Threat of ocean acidification is management planning. Resilience assessment
waiting for surviving corals in the annual should be carried out before disturbance that
bleaching events (Kleypas et al., 1999; Hoegh- managers can prioritize efforts to save more
Guldberg et al., 2007). Disturbances have been valuable and more resilience coral reefs.
part of the external factors establishing the Method for assessing coral reef resilience
present coral reef ecosystem (Connell, 1997), before disturbance is under development.
but human presence in the last two centuries Therefore, there is no single study yet to assess
has changed natural capability of coral reef coral reef resilience before disturbance.
ecosystem to recover from disturbances
(Jackson, 1997; Jackson et al., 2001).
214
Journal of Coastal Development ISSN : 1410-5217
Volume 14, Number 3, June 2011 : 214-222 Accredited : 83/DIkti/Kep/2009
Fig. 1. Locations of the study that included 15 districts, and 4 marine physiographies regions.
215
Journal of Coastal Development ISSN : 1410-5217
Volume 14, Number 3, June 2011 : 214-222 Accredited : 83/DIkti/Kep/2009
The resilience index may be classified was applied when significant differences were
into five classes, based on the mean and detected on ANOVA.
standard deviation of a normal distribution. The
classification and its category are summarized
in Table 1. RESULTS AND DISCUSSION
Data analysis Secara umum, terumbu karang di perairan
Indonesia memiliki indeks ketahanan yang baik
Comparison of resilience indices was carried pada tahun 2009. Indeks ketangkasan (± SE)
out using ANOVA (analysis of variances). Data indeks ketahanan adalah 0,542 ± 0,008. Antara
collection was not designed for spatial daerah, indeks ketahanan terumbu karang lebih
comparison, rather than temporal comparison, tinggi di barat daripada di kawasan timur
that number of districts was not the same Indonesia. Di Indonesia bagian barat, indeks
between regions (eastern and western ketahanan rata-rata adalah 0,494 ± 0,011,
Indonesia) and among marine physiographic, sedangkan di kawasan timur Indonesia berada
nor the number of stations among districts. This 0,577 ± 0,010. Perbedaan antara kedua daerah
imbalance proportion for each factor did not fit cukup signifikan (uji t, t = 5.519, P <0,001).
with factorial ANOVA design. Data analysis Temuan ini sangat menarik karena sentra
was therefore carried out using a one-way kelautan mega-keanekaragaman hayati diyakini
ANOVA to compare means of resilience index berada di wilayah timur Indonesia, sementara
among marine physiographic, and among ketahanan terumbu karang yang tinggi
district of each region. A Tukey test, α=0.05, ditemukan di Indonesia bagian barat.
Diantara empat fisiografi laut, ada
perbedaan yang signifikan pada sarana
216
Journal of Coastal Development ISSN : 1410-5217
Volume 14, Number 3, June 2011 : 214-222 Accredited : 83/DIkti/Kep/2009
indeks ketahanan (F = 72,078, P <0,001). Sunda yang telah memiliki formasi terumbu karang
Shelf ditemukan memiliki indeks ketahanan sejak Era Jurasik, 216-144 juta BP, saat itu
yang jauh lebih tinggi daripada yang lain merupakan bagian dari Laut Tethys (Veron,
(Gambar 2). Terumbu karang di Sulawesi- 2000). Samudera Hindia juga harus memiliki
Flores memiliki indeks ketahanan yang serupa kualitas air yang lebih baik, karena letaknya
dengan terumbu karang di Lapisan Sahul. sangat jauh dari run-off sungai sumatera besar.
Temuan ini sangat menarik karena Sunda Shelf Karena karang karang peka terhadap kualitas
memiliki terumbu karang termuda di Indonesia. air, Samudra Hindia seharusnya memiliki
Sunda Shelf dibanjiri dan menjadi terumbu karang yang lebih baik dan ketahanan
samudera sekitar 8000 BP (sebelum sekarang) yang lebih tinggi. Paradoks ini hanya bisa
(Tomascik et al., 1997). Ini sangat jauh lebih dijelaskan dari sejarah gangguan terumbu
muda dari Samudra Hindia (N-W Sumatra) karang.
Fig. 2. Perbandingan indeks ketahanan berarti (+ 1SE) di antara empat fisiografi laut di Indonesia.
Uji Tukey dilakukan pada α = 0,05. Indian O = Samudera Hindia, Su-Flo = Sulawesi-Flores.
Di Indonesia bagian timur, indeks dan Selayar memiliki kategori ketahanan yang
ketahanan terumbu karang berbeda secara lebih baik dari pada Raja Ampat dan Biak.
signifikan antar kabupaten (F = 13,391, P Hasil ini nampaknya tidak didukung oleh
<0,01). Sikka memiliki indeks ketahanan publikasi sebelumnya mengenai keunggulan
terendah, sedangkan Wakatobi dan Buton terumbu karang di Raja Ampat (McKenna et
memiliki indeks ketahanan tertinggi (Gambar al., 2002a) dan daerah sekitarnya, termasuk
3). Raja Ampat yang terkenal karena keragaman Biak.
ikan karangnya yang tinggi memiliki indeks Sudah banyak publikasi yang
ketahanan terumbu karang yang lebih rendah menunjukkan keunggulan Raja Ampat pada
dari pada Wakatobi. Telah menjadi perdebatan terumbu karang dan keragaman ikan (Allen and
di mana terumbu karang lebih baik antara Erdman, 2009; Veron, 2002). Banyak dari
kabupaten Raja Ampat dan Wakatobi. Kedua mereka menyarankan agar Raja Ampat berada
kabupaten tersebut berada di Taman Nasional di pusat keanekaragaman hayati terumbu
Laut (MNP), dan wilayahnya hampir sama karang. Keanekaragaman ikan terumbu karang
dengan ukuran MNP. Studi ini menunjukkan tinggi yang ditemukan oleh Allen dan Erdman
keunggulan Wakatobi ke Raja Ampat. Hasil uji di Raja Ampat sebagian didasarkan pada data
Tukey menunjukkan bahwa terumbu karang kumulatif dari publikasi awal, sampai tahun
Raja Ampat memiliki rata-rata indeks ketahanan 1920an. Karena publikasi terumbu karang
yang sama dengan yang ada di Selayar, secara spasial sangat tambal di Indonesia,
Pangkep, dan Biak. perbandingan antar kabupaten atau lokasi tidak
Perbandingan kategori indeks juga seimbang. Hamparan karang karang Raja
menegaskan bahwa terumbu karang di Ampat juga rendah, dengan kisaran 5,3-53,3%
Wakatobi dan Buton memiliki indeks ketahanan dan 10% transek memiliki tutupan karang
yang lebih baik (Gambar 4). Proporsi transek ≥50% (McKenna et al., 2002b). Karena tutupan
dengan kategori ketahanan sangat baik adalah karang memiliki kontribusi yang besar terhadap
14,28-15,56%, namun kategori ini tidak ada di indeks ketahanan, tidak mengherankan bahwa
Raja Ampat dan Biak. Pangkep Raja Ampat memiliki indeks yang jauh lebih
rendah dari perkiraan.
217
Journal of Coastal Development ISSN : 1410-5217
Volume 14, Number 3, June 2011 : 214-222 Accredited : 83/DIkti/Kep/2009
Fig. 3. Perbandingan indeks ketahanan berarti (+ 1SE) antar kabupaten di wilayah Indonesia Timur. Uji
Tukey dilakukan pada α = 0,05. Angka di atas grafik adalah ukuran sampel (jumlah transek).
Fig 4. Perbandingan proporsi kategori indeks ketahanan di antara kabupaten laut di wilayah Indonesia Timur.
Angka di atas adalah ukuran sampel.
Fig. 5. Perbandingan indeks ketahanan berarti (+ 1SE) antar kabupaten di wilayah Indonesia Timur. Uji
Tukey dilakukan pada α = 0,05. Angka di atas adalah ukuran sampel.
Fig. 6. Perbandingan proporsi kategori indeks ketahanan di antara kabupaten laut di wilayah Indonesia Timur.
Angka di atas adalah ukuran sampel.
219
Journal of Coastal Development ISSN : 1410-5217
Volume 14, Number 3, June 2011 : 214-222 Accredited : 83/DIkti/Kep/2009
bukan monopoli indeks ketahanan ini. Penilaian Bachtiar, I., A. Damar, Suharsono, N.P. Zamani.
ketahanan terumbu karang lainnya yang 2011. Formulation of coral reef
dikembangkan oleh Obura dan Grimsditch resilience index based on line-
(2009) dan Maynard dkk., (2010) juga tidak intercepts transects data. (in press).
memberikan interpretasi ekologis terhadap
indeks. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk Berumen, M.L., M.S. Pratchett. 2006. Recovery
menafsirkan indeks dan membandingkan without resilience: persistent
kualitas ketiga indeks tersebut. Indeks dengan disturbance and long-term shifts in the
variabel lebih banyak tidak selalu memberikan structure of fish and coral communities
kualitas yang lebih baik karena tidak semua at Tiahura Reef, Moorea. Coral Reefs
variabel yang secara teoritis penting memiliki 25: 647–653
kontribusi signifikan terhadap varians total.
Budiyanto, A., Djuwariah, Y.H. Ulumuddin.
2009. Monitoring Terumbu Karang
CONCLUSION Wakatobi. Coral Reef Monitoring of
Wakatobi. Jakarta: COREMAP II LIPI.
Membandingkan indeks ketahanan pada skala ( in Indonesian )
ratusan atau ribuan kilometer membutuhkan
interpretasi yang sangat hati-hati. Besaran, Cappenberg, H.A.W, A. Salatalohi. 2008.
intensitas, dan frekuensi gangguan sangat Monitoring Terumbu Karang Lingga (Lingga
mungkin berbeda antar daerah, fisiografi, dan Utara). Coral Reef Monitoring of Lingga
kabupaten. Interpretasi indeks ketahanan harus (Northern Lingga). Jakarta:
dilakukan berkaitan dengan sejarah terumbu COREMAP II LIPI. ( in Indonesian )
karang, gangguan yang pernah terjadi dan
sedang terjadi di terumbu karang. Semua Cappenberg, H.A.W, Djuwariah. 2008.
gangguan mungkin berdampak pada terumbu Monitoring Terumbu Karang Bintan (Pulau
karang dan mengurangi indeks ketahanannya. Mapur). Coral Reef Monitoring of Bintan
Indeks ketahanan yang dikembangkan (Mapur Island). Jakarta:
oleh Bachtiar dkk., (2011) dapat menunjukkan COREMAP II LIPI. ( in Indonesian )
tingkat ketahanan terumbu karang, namun tidak
menunjukkan keseluruhan nilai konservasi Carpenter C, B. Walker, J.M. Anderies, N. Abel.
terumbu karang. Dalam menentukan nilai 2001. From metaphor to measurement:
konservasi terumbu karang, indeks harus resilience of what to what? Ecosystems
digunakan secara paralel dengan kedalaman 4:765–781
maksimum penanaman karang di lokasi.
Connell, J.H. 1997. Disturbance and recovery
of coral assemblages. Coral Reefs 16,
ACKNOWLEDGEMENT Suppl.: S101-S113
Penelitian ini dilakukan sebagai bagian dari CRITC [Coral Reef Information and Training
disertasi PhD penulis pertama. Studi ini Center]. 2007. Baseline Ekologi Batam.
mendapat dukungan finansial dari beasiswa Jakarta: CRITC-COREMAP II LIPI.
BPPS, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (in Indonesian )
Kementerian Pendidikan Nasional, dan
beasiswa disertasi dari Coremap II, Direktorat English S, C. Wilkinson, V. Baker. 1994.
Jenderal Kelautan dan Kelautan Lautan Survey Manual for Tropical Marine
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Resources. Townsville, Australia:
Australian Institute of Marine
REFERENCES Sciences.368pp.
220
Journal of Coastal Development ISSN : 1410-5217
Volume 14, Number 3, June 2011 : 214-222 Accredited : 83/DIkti/Kep/2009
Hoegh-Guldberg, O., P.J. Mumby, A.J. Hooten, the Raja Ampat Islands, Papua
R.S. Steneck, P. Greenfield, E. Gomez, Province, Indonesia. RAP Bulletin of
C.D. Harvell, P.F. Sale, A.J. Edwards, Biological Assessment 22. Washington
K. Caldeira, N. Knowlton, C.M. Eakin, DC: Conservation International.
R. Iglesias-Prieto, N. Muthiga, R. H.
Bradbury, A. Dubi, M. E. Hatziolos. McKenna, S.A., P. Boli, G.R. Allen. 2002b.
2007. Coral reefs under rapid climate Conditions of coral reefs at the Raja
change and ocean acidification. Science Ampat Islands. In: McKenna SA, Allen
318:1737-1742. GR, Suryadi S (eds.) “A Marine Rapid
Assessment of the Raja Ampat Islands,
Jackson, J.B.C. 1997. Reefs since Columbus. Papua Province, Indonesia”.
Coral Reefs 16, Suppl.:S23-S32 Washington DC: Conservation
International. pp. 66-78
Jackson, J.B.C., M.X. Kirby, W.H. Berger, K.A.
Bjomdal, L.W. Botsford, B.J. Bourque, Nyström, M., A.J. Graham, J. Lokrantz, A.V.
R.H. Bradbury, R. Cooke, J. Erlandson, Norström. 2008. Capturing the
J.A. Estes, T.P. Hughes, S. Kidwell, cornerstones of coral reef resilience:
C.B. Lange, H.S. Lenihan, J.M. linking theory to practice. Coral Reefs
Pandolfi, C.H. Peterson, R.S. Stenneck, 27:795–809
M.J. Tegner, R.R. Warner. 2001.
Historical overfishing and the recent Obura, D.O., G. Grimsditch. 2009. Resilience
collapse of coastal ecosistems. Science Assessment of Coral Reefs –
293:629-628 Assessment Protocol for Coral Reefs,
Focusing on Coral Bleaching and
Kleypas, J.A., R.W. Buddemeier, D. Archer, J-P. Thermal Stress. IUCN working group
Gattuso, C. Langdon, B.N. Opdyke. on Climate Change and Coral Reefs.
1999. Geochemical consequences of Gland, Switzerland: IUCN. 70 pages.
increased atmospheric carbon dioxide
on coral reefs. Science 284:118-120. Smith, L.D., J.P. Gilmour, A.J. Heyward. 2008.
Resilience of coral communities on an
Ledlie, M.H., N.A.J. Graham, J.C. Bythell, S.K. isolated sistem of reefs following
Wilson, S. Jennings, N.V.C Polunin, J. catastrophic mass-bleaching. Coral
Hardcastle. 2007. Phase shifts and the Reefs 27:197–205
role of herbivory in the resilience of
coral reefs. Coral Reefs 26:641–653 Suharsono. 2008. Managing Indonesian coral
reefs: Lessons from Coral Reef
Makatipu, P., F. Leatemia. 2009. Monitoring Rehabilitation and Management
Kesehatan Terumbu Karang Kabupaten Program. Proc11th Int Coral Reef
Mentawai (Pulau Sipora dan Pulau Symp, Ft. Lauderdale, Florida, 7-11
Siberut Selatan). Coral Reef Monitoring July 2008 (2): 1159-1161
of the District Mentawai (Sipora and
Siberut Selatan Islands). Jakarta: Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, M.K.
COREMAP II LIPI. Moosa. 1997. The Ecology of the
Indonesian Seas. Singapore: Periplus
Maynard, J.A., P.A. Marshall, J.E. Johnson, S. Editions (HK) Ltd.
Harman. 2010. Building resilience into
practical conservation: identifying local Veron, J.E.N. 2000. Corals of the World 1.
management responses to global Townsville: Australian Institute of
climate change in the southern Great Marine Sciences (AIMS)
Barrier Reef. Coral Reefs. DOI
10.1007/s00338-010-0603-8 Veron, J.E.N. 2002. Reef corals of the Raja
Ampat Islands: Part 1. Overview of
McKenna, S.A., G.R. Allen, and S. Suryadi S. scleractinia. In: McKenna SA, Allen
2002a. A Marine Rapid Assessment of GR, Suryadi S (eds.) “A Marine Rapid
221
Journal of Coastal Development ISSN : 1410-5217
Volume 14, Number 3, June 2011 : 214-222 Accredited : 83/DIkti/Kep/2009
222
Journal of Coastal Development ISSN : 1410-5217
Volume 14, Number 3, June 2011 : 214-222 Accredited : 83/DIkti/Kep/2009
223