Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM ADPR
DISUSUN OLEH :
NIM : 011600431
YOGYAKARTA
2017
I. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari banyak interaksi yang berada disekitar kita salah
satunya adanya interaksi kita dengan radiasi. Radiasi matahari, radiasi benda mati,
radiasi dari beberapa alat elektronika bahkan radiasi yang dikeluarkan oleh orang
lain, manusia. Namun dalam hal ini radiasi yang tadi disebutkan sangat jarang sekali
dipermasalahkan bahayanya, sering kita mendengar radiasi nuklir. Radiasi nuklir
yang disebutkan sangat berbahaya apabila kita terkena, bisa menyebabakan kanker
atau bahkan kematian. Padahal sama halnya bahaya dengan radiasi lainya. Namun
memang radiasi nuklirlah yang paling harus diperhatikan mengingat bahwa radiasi
ini bekerja cukup mematikan. Radiasi nuklir tidak dapat “dirasakan” oleh manusia
secara langsung, seberapapun besarnya. Agar pekerja radiasi tidak mendapat
paparan radiasi yang melebihi batas yang diizinkan maka diperlukan alat pengukur
yang dapat menunjukkan tingkat paparan radiasi ditempat kerja dan alat yang dapat
mencatat dosis radiasi yang telah diterima oleh pekerja radiasi dalam kurun waktu
tertentu. Materi ini akan membahas prinsip kerja alat proteksi radiasi. Dan radiasi
dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan foton
merupakan jenis radiasi yang tidak mempunyai massa dan muatan.
1) Radiasi Non-Pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek
ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di
sekeliling kehidupan kita. Jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio
(yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi), gelombang mikro
(yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler handphone), sinar
inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas), cahaya tampak (yang bisa
kita lihat), dan sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari) (BATAN, 2008). Commented [A4]: Karena sudah di-state di awal jadi tidak perlu
lagi per point
2) Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi Commented [A5]: Yang mana sebenarnya pengertian radiasi
pengion yang tepat
(terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Jenis
Cek di highlight kalimat dibawah
radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron.
Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi pengion
adalah partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X dan partikel neutron
(BATAN, 2008).
Radiasi pengion adalah radiasi radiasi yang mampu menimbulkan ionisasi pada
suatu bahan yang dilalui. Ionisasi tersebut diakibatkan adanya penyerapan tenaga radiasi
pengion oleh bahan yang terkena radiasi. Dengan demikian banyaknya jumlah ionisasi
tergantung dari jumlah tenaga radiasi yang diserap oleh bahan (BATAN, 2008).
Alat ukur radiasi terdiri dari detektor dan peralatan penunjang, seperti sistem
pengukur radiasi lainnya yang dapat memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan
dalam roentgen, dosis serap dalam rad atau gray, dan dosis ekivalen dalam rem atau
sievert.
Alat ukur radiasi diperlukan untuk mendeteksi dan mengukur kuantitas dua jenis
potensi paparan:
Alat ukur radiasi yang dapat digunakan di daerah kerja seperti Gambar 2. meliputi:
- Gambar A: Doserate meter (alat ukur laju dosis) digunakan untuk mengukur
potensi paparan eksternal.
- Gambar B: Dosimeter (alat ukur dosis), menyangkut kumulatip paparan
eksternal.
Dalam penggunaanya, alat ukur radiasi digunakan sebagai alat proteksi radiasi, yang
berarti membatasi radiasi yang diterima oleh tubuh sehingga terlindungi dari efek yang
ditimbulkan oleh radiasi. Alat proteksi radiasi dibedakan atas: surveymeter, dosimeter
personal, dan monitor radiasi.
Dan dalam hal ini dengan melalu tindakan keselamatan serta proteksi salah satu cara
yaitu adalah dengan mengukur radiasi yang berada di lingkungan sekitar pekerja
maupun yang diterima pekerja tersebut menggunakan alat atau instrument ukur proteksi
radiasi.
IV. PEMBAHASAN
Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari detektor dan
peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya. Alat ukur ini dapat
memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan dalam roentgen, dosis serap dalam
rad atau gray dan dosis ekivalen dalam rem atau sievert. Besaran radiasi yang diukur
oleh peralatan ini sebenarnya adalah intensitas radiasi. Untuk keperluan proteksi radiasi
nilai intensitas tersebut dikonversi dan ditampilkan menjadi besaran dosis radiasi. Alat
proteksi radiasi ini dibedakan menjadi tiga yaitu kelompok dosimeter personal,
surveimeter dan monitor kontaminasi. Dosimeter personal berfungsi untuk “mencatat” Commented [A8]: Atau monitor area
dosis radiasi yang telah mengenai seorang pekerja radiasi secara akumulasi (BATAN,
2008).
Gambar 3. Konstruksi Alat Ukur Radiasi (BATAN)
Oleh karena itu, setiap orang yang bekerja di suatu daerah radiasi harus selalu
mengenakan dosimeter personal. Surveimeter digunakan untuk melakukan pengukuran
tingkat radiasi di suatu lokasi secara langsung, berikut penjelasanya:
2. Pendose
Alat ini merupakan alat untuk mengukur dosis akumulatif yang telah diterima
oleh pekerja radiasi. Serta memiliki ukuran yang kecil layaknya pulpen dan dalam
penggunaannya dapat dimasukan ke dalam saku pakaian atau celana. Pen Dose
menggunakan detektor Isian Gas berupa kamar ionisasi, dengan dinding tabung sebagai
katoda, sumbu logam berupa jarum quartz bermuatan positif. Sebelum digunakan,
dosimeter ini diberi muatan menggunakan charger yaitu suatu catu daya dengan
tegangan tertentu. Jarum quartz pada sumbu detektor akan menyimpang karena adanya
perbedaan potensial. Dengan mengatur nilai tegangan pada waktu melakukan charging
maka penyimpangan jarum tersebut dapat diatur agar menunjukan angka nol.
Dalam pemakaian di tempat kerja, bila ada radiasi yang memasuki detektor
maka radiasi tersebut akan mengionisasi gas isian, sehingga akan terbentuk ion-ion
positif dan negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju anoda atau katoda sehingga
mengurangi perbedaan potensial antara jarum dan dinding detektor. Perubahan
perbedaan potensial ini menyebabkan penyimpangan jarum berkurang. Jumlah ion-ion
yang dihasilkan di dalam detektor sebanding dengan intensitas radiasi yang
memasukinya, sehingga penyimpangan jarum juga sebanding dengan intensitas radiasi
yang telah memasuki detektor. Skala dari penyimpangan jarum tersebut kemudian
dikonversikan menjadi nilai dosis. Skala ini nantinya terkadang ada faktor kalibrasinya
dimana faktor kalibrasi ini terdapat pada info kalibrasi dimana dalam info kalibrasi
sendiri terdapat informasi mengenai faktor kalibrasi, tanggal kalibrasi dan tanggal masa
habis kalibrasi serta nomor sertifikat.
Gambar 5. Pendose
Dalam penggunaannya, harus diperhatikan skala satuan yang tertera dalam alat
ini. Salah pembacaan skala dapat berakibat salah penafsiran dan dapat berakhir fatal.
Dengan alat ini kita dapat mengetahui dosis kumulatif yang telah kita terima selama
bekerja didaerah radiasi, sehingga kita dapat mengetahui akumulasi maksimal dosis
yang boleh diterima pekerja radiasi selama satu tahun yaitu sebesar 20mSv.
Alat ini harus dibaca seketika itu juga setelah bekerja dan tidak dapat
menyimpan hasil pengukuran dalam waktu yang lama karena adanya kebocoran
elektrostatik pada detektor yang menyebabkan jarum quartz bisa jadi sudah tidak lagi
menunjukkan hasil pengukuran, sehingga alat ini tidak memiliki ketelitian yang tinggi.
Jadi, meskipun tidak sedang dikenai radiasi, nilai yang ditunjukan jarum akan berubah.
Untuk menghindari kebocoran yang seperti ini, diperlukan adanya sistem isolasi yang
bagus pada elektrodanya.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jarum quartz dapat dikembalikan
pada posisi nol dengan cara dicharger. Jika jarum sudah menunjukkan angka maksimal,
maka harus dinolkan, ataupun jika jarum sudah hampir di posisi maksimal, maka harus
dinolkan untuk menghindari kesalahan pengukuran dosis yang diserap.
Keuntungan pendose adalah dapat dibaca secara langsung dan tidak membutuhkan
peralatan tambahan untuk pembacaannya. Kelemahannya, dosimeter ini tidak dapat Commented [A10]: Tidak dapat membedakan jenis radiasi yang
melewatinya
menyimpan informasi dosis yang telah mengenainya dalam waktu yang lama (sifat
akumulasi kurang baik).
3. Film Badge
lapisan emulsi, bentuk, dan ukuran kristal AgBr serta pengotor-pengotor lainnya
berbeda-beda untuk setiap jenis film. Lapisan emulsi film untuk pemantau Sinar-X kira-
kira 12 mikron sedang untuk pemantau neutron kira-kira tiga kalinya.
Film badge terdiri atas dua bagian, yaitu: detektor film dan holder. Detektor
jenis film dapat menyimpan dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulatif
selama film itu belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah mengenainya
atau telah mengenai orang/personil yang memakainya, maka tingkat kehitaman film
setelah diproses akan semakin pekat.
Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan, juga
berfungsi sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa jenis filter
pada holder, maka dosimeter film badge ini dapat membedakan jenis dan energi radiasi
yang telah mengenainya. Terdapat beberapa jenis filter yang digunakan, seperti plastik
dengan tebal 0,5 mm; 1,5 mm; dan 3 mm, alumunium dengan tebal 0,6 mm, tembaga
dengan tebal 0,3 mm, serta campuran antara Sn 0,8 mm dan Pb dengan tebal 0,4 mm,
juga campuran antara Cd dengan tebal 0,8 dan Pb dengan tebal 0,4 mm.
Gambar 9. Konstruksi Film Badge Commented [A12]: Sumber gambar
Radiasi yang mengenai film, akan berinteraksi dan mengionisasi AgBr, semakin
besar radiasi yang mengenainya, maka akan semakin banyak pasangan Ag+ dan Br-
yang terbentuk. Pemrosesan film dimulai dengan memasukan film ke dalam larutan
developer, kemudian Ag+ akan berubah menjadi hitam dan agak berwarna perak.
Pemrosesan film selanjutnya yaitu dengan memasukan film ke dalam larutan pemantap
(fixer), larutan ini akan melarutkan sisa-sisa AgBr yang tertinggal dan AgBr yang
sebagai logam perak akan semakin diperkuat sebagai film laten (BAPETEN).
Dalam penentuan hasil pembacaan film, harus dibuat terlebih dahulu kurva
kalibrasi. Dan dibandingkan antara tingkat kehitaman film dengan dosis radiasi yang
sebenarnya atau radiasi yang diterima.
Dalam penggunaan film badge, perlu diperhatikan dua hal penting yaitu batas
saturasi tingkat kehitaman film dan masalah fadding. Apabila film telah mencapai batas
saturasinya, maka penambahan dosis radiasi tidak mempengaruhi tingkat kehitaman
film. Oleh karena itu, film badge harus sudah diproses sebelum dosis radiasi yang
mengenainya mencapai nilai saturasinya. Beberapa jenis film memiliki tingkat saturasi
dosis 2 rad (0,02 gray). Sedangkan masalah fadding adalah peristiwa perubahan tingkat
kehitaman film karena pengaruh temperatur dan kelembaban. (BATAN, 2008)
4. TLD
Prinsip kerjanya seperti efek fotolistrik. Ketika LiF mendapatkan dosis radiasi
dengan energi tertentu, maka elektron-elektron akan dalam kristal LiF akan naik ke
level energi yang lebih tinggi. Kebanyakn elektron tersebut akan kembali ke level
energi awalnya (keadaan dasar), namun ada beberapa elektron yang terjebak dalam
impuritas. Apabila LiF dipanaskan, maka elektron yang terjebak tersebut akan terangkat
ke level energi yang lebih tinggi dimana dari sana elektron-elektron tersebut akan
kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan cahaya (foton). Banyaknya cahaya
(foton) yang dipancarkan akan proporsional dengan energi yang terserap dari pemberian
dosis radiasi. Selanjutnya, banyaknya cahaya (foton) tersebut akan dibaca oleh TLD
reader. Penggunaan TLD telah banyak digunakan dalam instansi-instansi yang
berhubungan dengan radiasi untuk personel monitoring pekerja radiasi, biasanya dalam
bentuk chip yang dikemas dalam wadah seperti kartu tanda pengenal. (Hasnel Sofyan,
2012)
Gambar 10. Proses Termoluminesensi pada bahan fosfor Commented [A13]: Sumber gambar
TLD digunakan untuk mengukur dosis radiasi gamma, sinar-X dan beta, serta
neutron. Thermoluminescence (TL) merupakan fenomena luminesensi yang dapat
diamati ketika bahan padat tersebut menerima stimulasi panas. Pada TL, intensitas
luminesensi sebanding dengan energi radiasi pengion yang diserap bahan fosfor
sebelumnya. Pada saat proses pembacaan, TLD yang menerima panas akan
menyebabkan perangkap perangkap menjadi kosong dari elektron-elektron terjebak.
Elektron yang masih terperangkap dapat dikosongkan dengan annealing. Pada proses
pembacaan TLD dengan waktu baca pendek dan laju pemanasan tinggi, elektron-
elektron pada perangkap stabil atau perangkap dalam tidak seluruhnya dibersihkan.
elekrometer. Planchet berfungsi untuk meletakkan dan memanaskan materi TLD, PMT
berfungsi menangkap cahaya luminisensi dan mengubah menjadi sinyal listrik, dan
memperkuat sinyal akhir, elektrometer berfungsi mencatat sinyal PMT dalam satuan
arus atau muatan.
Sinyal hasil pembacaan TLD disebut kurva pancar atau “glow curve”. Kurva
pancar diperoleh dengan memberikan panas dengan laju kenaikan panas secara konstan
sampai suhu tertentu, dan kurva digambarkan sebagai fungsi suhu (Hasnel Sofyan,
2012)
Gambar 13. Kurva sebagai fungsi suhu Commented [A16]: Sumber gambar
Gambar 14. Contoh Kurva Temperature dengan
..................... (1)
Dengan N0 : faktor kalibrasi, rn : faktor tanggapan dosi non linier relatif, rE,α :
tanggapan terhadap sudut da energi, renv : tanggapan relatif paparan lingkungan. Nila rn
dan rE,α adalah kuantitas tidak independen untu luminesensi detektor karena dengan
pertambaha densitas ionisasi supralinieritas/sublinieritas akan mengalami penurunan
tanggapan dosis dan terjadiny peningkatan saturasi dosis.
Gambar 15. Kurva Tanggapan TLD
(Harun Ardiansyah,2015)
Fenomena TL dapat diamati pada banyak jenis bahan fosfor, namun hanya
beberapa yang menunjukkan sifat sesuai dengan kebutuhan dalam aplikasi dosimetri.
Untuk aplikasi dosimetri personal, persyaratan dosimetrik yang harus dimiliki dosimeter
adalah kemampuan jangkauan dosis antara 10–5 sampai 5×10–1 Gy dengan
ketidakpastian (pada 1 SD) adalah –30% dan +50% [8]. Secara umum, diasumsikan
bahwa setelah TLD melalui proses pembacaan dan annealing akan menyebabkan
seluruh perangkap elektronnya menjadi kosong (Hasnel Sofyan, 2012)
Menurut (Harun Ardiansyah, 2015) TLD tentunya memiliki kelemahan serta kelebihan.
Adapun penjelasanya diuraikan sebagai berikut
Keunggulan TLD :
Rentang Dosis Berguna untuk TLD mulai dari beberapa milirad hingga
sekitar 103 rad secara linear.
Energi secara Pasif TLD yang kecil dapat digunakan sebagai alat pengukur
dosis dengan gangguan radiasi lingkungan yang kecil.
d. Ketersediaan Komersial
TLD dan Pembaca TLD tersedia di pasaran dapat dibeli dengan mudah.
f. Ekonomi
Karena TLD bias digunakan kembali, TLD bias mengurangi biaya yang
dibutuhkan untuk pembacaan radiasi.
g. Ketersediaan berbagai tipe dengan sensitivitas yang berbeda terhadap
neutron termal
Akurasi dan presisi yang sangat tinggi membuat TLD banyak dipilih untuk
dipakai.
Kelemahan TLD :
Dosimeter yang berbeda yang terbuat dari jenis fosfor yang berbeda
menunjukkan tingkat sensitivitas terhadap radiasi yang karena itu, dosimetri
membutuhkan patokan standar dosimeter untuk mendapat tingkat presisi dan akurasi
yang tinggi.
j. Ketidakstabilan
k. Pengkaburan (Fading)
Semua TLD menunjukkan tingkat sensitivitas terhadap cahaya. Hal ini bisa
menyebabkan pengkaburan menjadi lebih cepat dari biasanya.
Pengukuran cahaya yang keluar dari TLD menghapus semua data yang
tersimpan di TLD. Kerusakan pembaca akan menghilangkan hasil pembacaan.