You are on page 1of 20

Commented [A1]: 88

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ADPR

DISUSUN OLEH :

NAMA : ARI NUR CHINTIA

NIM : 011600431

PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR

JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR

ACARA : PENGENALAN ALAT PROTEKSI


RADIASI (PERSONAL MONITOR)
PEMBIMBING : NIKEN SIWI P, S.ST.

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2017
I. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari banyak interaksi yang berada disekitar kita salah
satunya adanya interaksi kita dengan radiasi. Radiasi matahari, radiasi benda mati,
radiasi dari beberapa alat elektronika bahkan radiasi yang dikeluarkan oleh orang
lain, manusia. Namun dalam hal ini radiasi yang tadi disebutkan sangat jarang sekali
dipermasalahkan bahayanya, sering kita mendengar radiasi nuklir. Radiasi nuklir
yang disebutkan sangat berbahaya apabila kita terkena, bisa menyebabakan kanker
atau bahkan kematian. Padahal sama halnya bahaya dengan radiasi lainya. Namun
memang radiasi nuklirlah yang paling harus diperhatikan mengingat bahwa radiasi
ini bekerja cukup mematikan. Radiasi nuklir tidak dapat “dirasakan” oleh manusia
secara langsung, seberapapun besarnya. Agar pekerja radiasi tidak mendapat
paparan radiasi yang melebihi batas yang diizinkan maka diperlukan alat pengukur
yang dapat menunjukkan tingkat paparan radiasi ditempat kerja dan alat yang dapat
mencatat dosis radiasi yang telah diterima oleh pekerja radiasi dalam kurun waktu
tertentu. Materi ini akan membahas prinsip kerja alat proteksi radiasi. Dan radiasi
dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan foton
merupakan jenis radiasi yang tidak mempunyai massa dan muatan.

Radiasi-radiasi tersebut digolongkan menjadi radiasi pengion dan non-pengion.


Radiasi pengion ialah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi
(terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang
termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar
gamma, sinar-X dan neutron. Radiasi non-pengion ialah jenis radiasi yang tidak
menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion
tersebut berada di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi ini
antara lain gelombang radio yang membawa informasi dan hiburan melalui radio
dan televisi; gelombang mikro yang digunakan dalam microwave oven dan
transmisi seluler handphone; sinar infra merah yang memberikan energi dalam
bentuk panas; cahaya tampak yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet yang
dipancarkan matahari.

Radiasi berada di mana-mana, karena sumber radiasi tersebar di alam


semesta ini, baik yang terjadi secara alamiah (sumber radiasi alam) maupun yang
terjadi karena aktivitas manusia (sumber radiasi buatan). Radiasi tidak dapat
dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk mengenalinya diperlukan suatu alat
bantu pendeteksi yang disebut dengan detektor radiasi dan dalam hal ini lebih
khususnya personal monitoring.

II. TUJUAN Commented [A2]:


Tjuan ke-3
 Mengetahui peralatan proteksi dan personal monitor Mengetahui pronsip kerja atau mekanisme peralatan proteksi dan
personal monitor
 Mengetahui cara penggunaan alat proteksi dan personal monitor

III. DASAR TEORI

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) (2008), menyatakan bahwa radiasi


adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel
atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa
sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi,
lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-
lain. Radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan
foton adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai massa dan muatan listrik. Misalnya
adalah gamma dan sinar-X, dan juga termasuk radiasi tampak seperti sinar lampu,
sinar matahari, gelombang microwave, radar dan handphone.

Commented [A3]: Menurut saya gambar masih terlalu kecil


lebih baik diatur sehingga mudah untuk dibaca

Gambar 1. Radiasi Pengion dan Non-Pengion (BATAN,2008)


Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan
radiasi non-pengion (BATAN, 2008).

1) Radiasi Non-Pengion

Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek
ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di
sekeliling kehidupan kita. Jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio
(yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi), gelombang mikro
(yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler handphone), sinar
inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas), cahaya tampak (yang bisa
kita lihat), dan sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari) (BATAN, 2008). Commented [A4]: Karena sudah di-state di awal jadi tidak perlu
lagi per point

2) Radiasi Pengion

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi Commented [A5]: Yang mana sebenarnya pengertian radiasi
pengion yang tepat
(terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Jenis
Cek di highlight kalimat dibawah
radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron.
Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi pengion
adalah partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X dan partikel neutron
(BATAN, 2008).

Radiasi pengion adalah radiasi radiasi yang mampu menimbulkan ionisasi pada
suatu bahan yang dilalui. Ionisasi tersebut diakibatkan adanya penyerapan tenaga radiasi
pengion oleh bahan yang terkena radiasi. Dengan demikian banyaknya jumlah ionisasi
tergantung dari jumlah tenaga radiasi yang diserap oleh bahan (BATAN, 2008).

Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang


mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan
pemberian perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada
keturunannya terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi.
Keselamatan radiasi adalah bagian dari keselamatan secara keseluruhan. Terminologi
keselamatan radiasi dan proteksi radiasi sering digunakan secara bersamaan. Proteksi
radiasi berhubungan dengan pembatasan dosis radiasi sedangkan keselamatan radiasi
berhubungan dengan mengurangi potensi kecelakaan radiasi. Menurut PP No. 33 Tahun
2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif,
keselamatan radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pekerja, anggota
masyarakat dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi, sedangkan proteksi radiasi adalah
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat
papaparan radiasi (BATAN, 2008). Commented [A6]: Dari awal sudah ditulis PP No 33 Tahun 2007
jadi tidak usah dari sumber lain lagi.

Alat ukur radiasi terdiri dari detektor dan peralatan penunjang, seperti sistem
pengukur radiasi lainnya yang dapat memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan
dalam roentgen, dosis serap dalam rad atau gray, dan dosis ekivalen dalam rem atau
sievert.

Alat ukur radiasi diperlukan untuk mendeteksi dan mengukur kuantitas dua jenis
potensi paparan:

- Paparan eksterna untuk penetrasi radiasi yang dipancarkan oleh sumber


diluar tubuh manusia
- Paparan interna dimana sekumpulam material radioaktif dalam suatu bentuk
mempunyai kemampuan masuk dan berinteraksi dengan tubuh manusia.

Alat ukur radiasi yang dapat digunakan di daerah kerja seperti Gambar 2. meliputi:

Gambar 2. Alat ukur radiasi Commented [A7]: Sumber gambar

- Gambar A: Doserate meter (alat ukur laju dosis) digunakan untuk mengukur
potensi paparan eksternal.
- Gambar B: Dosimeter (alat ukur dosis), menyangkut kumulatip paparan
eksternal.

- Gambar C:Surface Contamination meter (alat ukur kontaminasi permukaan),


untuk mengukur potensi paparan interna bila substansi radioaktif yang tersebar
di permukaan.

- Gambar D: Airborne contamination meter and gas monitor (Alat ukur


kontaminasi udara dan monitor gas), untuk mengukur potensi paparan interna
bila substansi radioaktif tersebar diatmosfer.

Dalam penggunaanya, alat ukur radiasi digunakan sebagai alat proteksi radiasi, yang
berarti membatasi radiasi yang diterima oleh tubuh sehingga terlindungi dari efek yang
ditimbulkan oleh radiasi. Alat proteksi radiasi dibedakan atas: surveymeter, dosimeter
personal, dan monitor radiasi.
Dan dalam hal ini dengan melalu tindakan keselamatan serta proteksi salah satu cara
yaitu adalah dengan mengukur radiasi yang berada di lingkungan sekitar pekerja
maupun yang diterima pekerja tersebut menggunakan alat atau instrument ukur proteksi
radiasi.

ALAT DAN BAHAN ???

IV. PEMBAHASAN

1. Klasifikasi Alat Ukur Proteksi Radiasi

Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari detektor dan
peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya. Alat ukur ini dapat
memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan dalam roentgen, dosis serap dalam
rad atau gray dan dosis ekivalen dalam rem atau sievert. Besaran radiasi yang diukur
oleh peralatan ini sebenarnya adalah intensitas radiasi. Untuk keperluan proteksi radiasi
nilai intensitas tersebut dikonversi dan ditampilkan menjadi besaran dosis radiasi. Alat
proteksi radiasi ini dibedakan menjadi tiga yaitu kelompok dosimeter personal,
surveimeter dan monitor kontaminasi. Dosimeter personal berfungsi untuk “mencatat” Commented [A8]: Atau monitor area

dosis radiasi yang telah mengenai seorang pekerja radiasi secara akumulasi (BATAN,
2008).
Gambar 3. Konstruksi Alat Ukur Radiasi (BATAN)

Oleh karena itu, setiap orang yang bekerja di suatu daerah radiasi harus selalu
mengenakan dosimeter personal. Surveimeter digunakan untuk melakukan pengukuran
tingkat radiasi di suatu lokasi secara langsung, berikut penjelasanya:

2. Pendose
Alat ini merupakan alat untuk mengukur dosis akumulatif yang telah diterima
oleh pekerja radiasi. Serta memiliki ukuran yang kecil layaknya pulpen dan dalam
penggunaannya dapat dimasukan ke dalam saku pakaian atau celana. Pen Dose
menggunakan detektor Isian Gas berupa kamar ionisasi, dengan dinding tabung sebagai
katoda, sumbu logam berupa jarum quartz bermuatan positif. Sebelum digunakan,
dosimeter ini diberi muatan menggunakan charger yaitu suatu catu daya dengan
tegangan tertentu. Jarum quartz pada sumbu detektor akan menyimpang karena adanya
perbedaan potensial. Dengan mengatur nilai tegangan pada waktu melakukan charging
maka penyimpangan jarum tersebut dapat diatur agar menunjukan angka nol.

Gambar 4. Konstruksi Pendose Commented [A9]: Sumber gambar

Dalam pemakaian di tempat kerja, bila ada radiasi yang memasuki detektor
maka radiasi tersebut akan mengionisasi gas isian, sehingga akan terbentuk ion-ion
positif dan negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju anoda atau katoda sehingga
mengurangi perbedaan potensial antara jarum dan dinding detektor. Perubahan
perbedaan potensial ini menyebabkan penyimpangan jarum berkurang. Jumlah ion-ion
yang dihasilkan di dalam detektor sebanding dengan intensitas radiasi yang
memasukinya, sehingga penyimpangan jarum juga sebanding dengan intensitas radiasi
yang telah memasuki detektor. Skala dari penyimpangan jarum tersebut kemudian
dikonversikan menjadi nilai dosis. Skala ini nantinya terkadang ada faktor kalibrasinya
dimana faktor kalibrasi ini terdapat pada info kalibrasi dimana dalam info kalibrasi
sendiri terdapat informasi mengenai faktor kalibrasi, tanggal kalibrasi dan tanggal masa
habis kalibrasi serta nomor sertifikat.

Gambar 5. Pendose

Dalam penggunaannya, harus diperhatikan skala satuan yang tertera dalam alat
ini. Salah pembacaan skala dapat berakibat salah penafsiran dan dapat berakhir fatal.
Dengan alat ini kita dapat mengetahui dosis kumulatif yang telah kita terima selama
bekerja didaerah radiasi, sehingga kita dapat mengetahui akumulasi maksimal dosis
yang boleh diterima pekerja radiasi selama satu tahun yaitu sebesar 20mSv.

Gambar 6. Skala bacaan Pendose

Alat ini harus dibaca seketika itu juga setelah bekerja dan tidak dapat
menyimpan hasil pengukuran dalam waktu yang lama karena adanya kebocoran
elektrostatik pada detektor yang menyebabkan jarum quartz bisa jadi sudah tidak lagi
menunjukkan hasil pengukuran, sehingga alat ini tidak memiliki ketelitian yang tinggi.
Jadi, meskipun tidak sedang dikenai radiasi, nilai yang ditunjukan jarum akan berubah.
Untuk menghindari kebocoran yang seperti ini, diperlukan adanya sistem isolasi yang
bagus pada elektrodanya.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jarum quartz dapat dikembalikan
pada posisi nol dengan cara dicharger. Jika jarum sudah menunjukkan angka maksimal,
maka harus dinolkan, ataupun jika jarum sudah hampir di posisi maksimal, maka harus
dinolkan untuk menghindari kesalahan pengukuran dosis yang diserap.

Gambar 7. Charger Pendose

Keuntungan pendose adalah dapat dibaca secara langsung dan tidak membutuhkan
peralatan tambahan untuk pembacaannya. Kelemahannya, dosimeter ini tidak dapat Commented [A10]: Tidak dapat membedakan jenis radiasi yang
melewatinya
menyimpan informasi dosis yang telah mengenainya dalam waktu yang lama (sifat
akumulasi kurang baik).

3. Film Badge

Detektor jenis ini menggunakan detektor berupa film fotografi, serta


memanfaatkan sifat radiasi ionisasi yaitu menghitamkan pelat film yang dilewatinya.
Dosimeter film emulsi dibuat dari bahan dasar berupa selulosa asetat yang dilapisi
bahan sensitif radiasi pada salah satu atau kedua permukaannya. Lapisan yang sensitif
ini disebut emulsi yang terdiri dari gelatine dan komponen-komponen foto sensitif
berupa kristal silver halide, pada umumnya adalah AgBr, yang tersebar secara merata
dalam matriks gelatin. Tebal bahan dosimeter film kirakira 200 mikron, sedang tebal Commented [A11]: Dapat dicantumkan sumbernya

lapisan emulsi, bentuk, dan ukuran kristal AgBr serta pengotor-pengotor lainnya
berbeda-beda untuk setiap jenis film. Lapisan emulsi film untuk pemantau Sinar-X kira-
kira 12 mikron sedang untuk pemantau neutron kira-kira tiga kalinya.

Gambar 8. Film Badge

Film emulsi yang digunakan untuk pemantauan dosis perseorangan ini


umumnya memiliki emulsi ganda, yaitu emulsi cepat pada salah satu permukaan dan
emulsi lambat pada permukaan yang lainnya. Penggunaan dua macam emulsi ini
memungkinkan dilakukannya pengukuran radiasi dengan jangkauan dosis yang lebar.
Emulsi cepat dapat digunakan untuk mengukur radiasi gamma 50 μSv, jika dosis radiasi
melebihi nilai ini, maka emulsi cepat akan mengelupas dari film, dan emulsi lambat
yang dipakai sampai dengan dosis radiasi 10 Sv.

Film badge terdiri atas dua bagian, yaitu: detektor film dan holder. Detektor
jenis film dapat menyimpan dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulatif
selama film itu belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah mengenainya
atau telah mengenai orang/personil yang memakainya, maka tingkat kehitaman film
setelah diproses akan semakin pekat.

Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan, juga
berfungsi sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa jenis filter
pada holder, maka dosimeter film badge ini dapat membedakan jenis dan energi radiasi
yang telah mengenainya. Terdapat beberapa jenis filter yang digunakan, seperti plastik
dengan tebal 0,5 mm; 1,5 mm; dan 3 mm, alumunium dengan tebal 0,6 mm, tembaga
dengan tebal 0,3 mm, serta campuran antara Sn 0,8 mm dan Pb dengan tebal 0,4 mm,
juga campuran antara Cd dengan tebal 0,8 dan Pb dengan tebal 0,4 mm.
Gambar 9. Konstruksi Film Badge Commented [A12]: Sumber gambar

Radiasi yang mengenai film, akan berinteraksi dan mengionisasi AgBr, semakin
besar radiasi yang mengenainya, maka akan semakin banyak pasangan Ag+ dan Br-
yang terbentuk. Pemrosesan film dimulai dengan memasukan film ke dalam larutan
developer, kemudian Ag+ akan berubah menjadi hitam dan agak berwarna perak.
Pemrosesan film selanjutnya yaitu dengan memasukan film ke dalam larutan pemantap
(fixer), larutan ini akan melarutkan sisa-sisa AgBr yang tertinggal dan AgBr yang
sebagai logam perak akan semakin diperkuat sebagai film laten (BAPETEN).

Dalam penentuan hasil pembacaan film, harus dibuat terlebih dahulu kurva
kalibrasi. Dan dibandingkan antara tingkat kehitaman film dengan dosis radiasi yang
sebenarnya atau radiasi yang diterima.

Sensitivitas film dipengaruhi oleh energi radiasi yang mengenainya. Bila


menggunakan filter, maka terdapat suatu batas (cut off) energi. Bila energi radiasinya
lebih besar daripada batas tersebut, maka film akan sensitif dan sensivitasnya relatif
tidak dipengaruhi lagi oleh energi radiasi. Bila energi radiasinya lebih kecil daripada
batas, maka film tidak sensitif atau film tidak akan mempengaruhi perubahan kimia.
Batas energi tersebut di atas sangat ditentukan oleh jenis filter dan jenis radiasi. Film-
film yang digunakan dalam dosimeter film badge sangat tergantung pada energi dalam
kisaran energi yang rendah, dan radiasi gamma maksimal 0,2 MeV.

Ketergantungan energi ini timbul dari kenyataan bahwa penampang lintang


fotoelektrik perak dalam bentuk emulsi meningkat jauh lebih cepat daripada penampang
lintang fotoelektrik udara atau jaringan tubuh manusia untuk energi foton di bawah 0,2
MeV. Sensitivitas maksimum film untuk foton gamma teramati pada rentang tenaga 30
s.d. 40 keV. Di bawah energi ini, tingkat sensitivitas film menurun karena adanya
pelemahan radiasi oleh pembungkus kertas. Sebagai akibat dari ketergantungan energi
ini, film badge tidak berguna bagi foton Sinar-X yang energinya kurang dari 0,2 MeV,
kecuali apabila filmnya dikalibrasikan dengan radiasi distribusi energi sinar-X
(BATAN)

Dalam penggunaan film badge, perlu diperhatikan dua hal penting yaitu batas
saturasi tingkat kehitaman film dan masalah fadding. Apabila film telah mencapai batas
saturasinya, maka penambahan dosis radiasi tidak mempengaruhi tingkat kehitaman
film. Oleh karena itu, film badge harus sudah diproses sebelum dosis radiasi yang
mengenainya mencapai nilai saturasinya. Beberapa jenis film memiliki tingkat saturasi
dosis 2 rad (0,02 gray). Sedangkan masalah fadding adalah peristiwa perubahan tingkat
kehitaman film karena pengaruh temperatur dan kelembaban. (BATAN, 2008)

4. TLD

Dosimeter ini menyerupai dosimeter film badge, namun detektor yang


digunakan ini adalah kristal anorganik thermoluminisensi, bahan kristal yang sering
digunakan pada TLD adalah Litium Florida (LiF). Dimana bahan tersebut memiliki sifat
luminisensi dan disebut dengan nama Thermoluminescenct detector atau TLD.
Beberapa jenis materi yang bersifat luminisense antara lain CaSO4:Mn,Dy, LiF:Mg,Ti,
LiF:Mg,Cu,P. Sebelum digunakan TLD harus dipanaskan terlebih dahulu pada suhu
tertentu untuk menghapus energi yang masih tersisa didalam TLD. LiF dapat
menyimpan/merekam dosis radiasi yang diberikan padanya. Kemudian, TLD akan
memancarkan cahaya (foton) jika dipanaskan pada suhu tertentu.

4.1. Mekanisme Alat TLD

Prinsip kerjanya seperti efek fotolistrik. Ketika LiF mendapatkan dosis radiasi
dengan energi tertentu, maka elektron-elektron akan dalam kristal LiF akan naik ke
level energi yang lebih tinggi. Kebanyakn elektron tersebut akan kembali ke level
energi awalnya (keadaan dasar), namun ada beberapa elektron yang terjebak dalam
impuritas. Apabila LiF dipanaskan, maka elektron yang terjebak tersebut akan terangkat
ke level energi yang lebih tinggi dimana dari sana elektron-elektron tersebut akan
kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan cahaya (foton). Banyaknya cahaya
(foton) yang dipancarkan akan proporsional dengan energi yang terserap dari pemberian
dosis radiasi. Selanjutnya, banyaknya cahaya (foton) tersebut akan dibaca oleh TLD
reader. Penggunaan TLD telah banyak digunakan dalam instansi-instansi yang
berhubungan dengan radiasi untuk personel monitoring pekerja radiasi, biasanya dalam
bentuk chip yang dikemas dalam wadah seperti kartu tanda pengenal. (Hasnel Sofyan,
2012)

Gambar 10. Proses Termoluminesensi pada bahan fosfor Commented [A13]: Sumber gambar

TLD digunakan untuk mengukur dosis radiasi gamma, sinar-X dan beta, serta
neutron. Thermoluminescence (TL) merupakan fenomena luminesensi yang dapat
diamati ketika bahan padat tersebut menerima stimulasi panas. Pada TL, intensitas
luminesensi sebanding dengan energi radiasi pengion yang diserap bahan fosfor
sebelumnya. Pada saat proses pembacaan, TLD yang menerima panas akan
menyebabkan perangkap perangkap menjadi kosong dari elektron-elektron terjebak.
Elektron yang masih terperangkap dapat dikosongkan dengan annealing. Pada proses
pembacaan TLD dengan waktu baca pendek dan laju pemanasan tinggi, elektron-
elektron pada perangkap stabil atau perangkap dalam tidak seluruhnya dibersihkan.

Gambar 11. TLD (sumber : srs.net.in)


Sistim pambacaan TLD secara garis besar terdiri dari planchet, PMT dan Commented [A14]: Jelaskan kepanjangan dari singkatan ini

elekrometer. Planchet berfungsi untuk meletakkan dan memanaskan materi TLD, PMT
berfungsi menangkap cahaya luminisensi dan mengubah menjadi sinyal listrik, dan
memperkuat sinyal akhir, elektrometer berfungsi mencatat sinyal PMT dalam satuan
arus atau muatan.

Gambar 12. Konstruksi TLD Reader Commented [A15]: Sumber gambar

Sinyal hasil pembacaan TLD disebut kurva pancar atau “glow curve”. Kurva
pancar diperoleh dengan memberikan panas dengan laju kenaikan panas secara konstan
sampai suhu tertentu, dan kurva digambarkan sebagai fungsi suhu (Hasnel Sofyan,
2012)

Gambar 13. Kurva sebagai fungsi suhu Commented [A16]: Sumber gambar
Gambar 14. Contoh Kurva Temperature dengan

Intensitas Relatif Cahaya Commented [A17]: Sumber gambar

Dalam aplikasinya, TLD akan kehilangan informasi dosis setelah menerima


stimulasi panas, namun dengan metode PTTL (photo-transferred thermoluminecent)
dapat dibaca ulang. Metode PTTL kurang diminati karena berpeluang terjadinya
penumpukan informasi dosis radiasi latar, sehingga menimbulkan kesalahan yang
signifikan dalam estimasi dosis. Radiasi latar akan meningkat jika penyimpanan dalam
waktu yang cukup lama atau di lokasi yang memiliki paparan radiasi latar relatif tinggi.
Penelitian P. Askounis dkk, membuktikan bahwa dalam evaluasi dosis rendah,
keberadaan radiasi latar mempengaruhi intensitas luminesensi dosimeter. Paparan
radiasi latar sangat bervariasi dan bergantung pada karakteristik dan kondisi lingkungan.
Secara umum, tanggapan dosimeter dapat dinyatakan sebagai

..................... (1)

Dengan N0 : faktor kalibrasi, rn : faktor tanggapan dosi non linier relatif, rE,α :
tanggapan terhadap sudut da energi, renv : tanggapan relatif paparan lingkungan. Nila rn
dan rE,α adalah kuantitas tidak independen untu luminesensi detektor karena dengan
pertambaha densitas ionisasi supralinieritas/sublinieritas akan mengalami penurunan
tanggapan dosis dan terjadiny peningkatan saturasi dosis.
Gambar 15. Kurva Tanggapan TLD

(Harun Ardiansyah,2015)

Dalam pemantauan dosis radiasi personal secara rutin, fading merupakan


parameter yang dapat mempengaruhi perkiraan dosis. Fenomena fading dapat
menyebabkan TLD kehilangan sensitivitas bahan yang terjadi sebelum TLD diiradiasi
dan atau kehilangan sinyal setelah TLD diiradiasi. Fading pada setiap dosimeter tidak
sama yang bergantung pada bahan TLD, mekanisme pembacaan, proses annealing,
parameter tempat dan lamanya waktu untuk penyimpanan, serta puncak kurva. (Harun
Ardiansyah, 2015)

Fenomena TL dapat diamati pada banyak jenis bahan fosfor, namun hanya
beberapa yang menunjukkan sifat sesuai dengan kebutuhan dalam aplikasi dosimetri.
Untuk aplikasi dosimetri personal, persyaratan dosimetrik yang harus dimiliki dosimeter
adalah kemampuan jangkauan dosis antara 10–5 sampai 5×10–1 Gy dengan
ketidakpastian (pada 1 SD) adalah –30% dan +50% [8]. Secara umum, diasumsikan
bahwa setelah TLD melalui proses pembacaan dan annealing akan menyebabkan
seluruh perangkap elektronnya menjadi kosong (Hasnel Sofyan, 2012)

Kemudian kalibrasi TLD dilakukan dengan memberikan penyinaran radiasi


gamma standar pada TLD sesuai dengan dosis yang diminta oleh Lab.Uji sehingga Lab.
Uji dapat memberikan informasi dosis radiasi yang diterima pekerja radiasi. Pengguna
memperoleh Sertifikat hasil kalibrasi, yang mencantumkan FK dan ketidakpastiannya.
Sedangkan Lab. Uji TLD memperoleh Sertifikat Hasil Kalibrasi, yang mencantumkan
dosis ekivalent ambient dan ketidakpastiannya.
4.2 Keunggulan dan Kelemahan dari Dosimeter Termoluminesensi

Menurut (Harun Ardiansyah, 2015) TLD tentunya memiliki kelemahan serta kelebihan.
Adapun penjelasanya diuraikan sebagai berikut

Keunggulan TLD :

a. Rentang Dosis Berguna yang panjang.

Rentang Dosis Berguna untuk TLD mulai dari beberapa milirad hingga
sekitar 103 rad secara linear.

b. Dose-rate Independence Commented [A18]: Perlu dijelaskan pengertian mengenai


istilah ini

Dose-rate Independence TLD berberkisar antara 0-1011 rad/s.

c. Ukurannya relatif kecil; Penyimpanan

Energi secara Pasif TLD yang kecil dapat digunakan sebagai alat pengukur
dosis dengan gangguan radiasi lingkungan yang kecil.

d. Ketersediaan Komersial

TLD dan Pembaca TLD tersedia di pasaran dapat dibeli dengan mudah.

e. Bisa digunakan Kembali

Dengan menggunakan prosedur yang tepat untuk melepaskan semua energi


yang tersimpan dalam Kristal, dan pengecekan sensitivitas radiasi terhadap Kristal
TLD. TLD Fosfor normalnya dapat digunakan berkali-kali hingga rusak permanen
karena radiasi, panas, maupun lingkungan.

f. Ekonomi
Karena TLD bias digunakan kembali, TLD bias mengurangi biaya yang
dibutuhkan untuk pembacaan radiasi.
g. Ketersediaan berbagai tipe dengan sensitivitas yang berbeda terhadap
neutron termal

Contohnya terdapat TLD-700 (7LiF); TLD-100 (93% 7Li + 7% 6LiF); TLD-


600 (96% 6LiF).
h. Akurasi dan presisi

Akurasi dan presisi yang sangat tinggi membuat TLD banyak dipilih untuk
dipakai.

Kelemahan TLD :

i. Kurangnya Keseragaman Commented [A19]: Dimulai dengan nomor baru

Dosimeter yang berbeda yang terbuat dari jenis fosfor yang berbeda
menunjukkan tingkat sensitivitas terhadap radiasi yang karena itu, dosimetri
membutuhkan patokan standar dosimeter untuk mendapat tingkat presisi dan akurasi
yang tinggi.

j. Ketidakstabilan

Penyimpanan Sensitivitas TLD bisa bervariasi terhadap waktu sebelum


iradiasi untuk beberapa fosfor, sebagi hasil, contohnya, dari migrasi suhu ruang
Pusat Perangkap yang bertahap di Kristal.

k. Pengkaburan (Fading)

Dosimeter yang telah teriradiasi tidak dapat kembali secara utuh ke


pembawa muatan terperangkap. Hal ini menyebabkan adanya sinyal yang hilang
dari TLD secara bertahap.

l. Sensitivitas terhadap Cahaya

Semua TLD menunjukkan tingkat sensitivitas terhadap cahaya. Hal ini bisa
menyebabkan pengkaburan menjadi lebih cepat dari biasanya.

m. Ketidakstabilan Pembaca TLD

Pembacaan TLD tergantung pada sensitivitas cahaya pembaca dan juga


tingkat panas dari fosfor. Sehingga ketetapan pembaca TLD menjadi sulit untuk
dipertahankan untuk waktu yang lama.
n. Kehilangan hasil pembacaan

Pengukuran cahaya yang keluar dari TLD menghapus semua data yang
tersimpan di TLD. Kerusakan pembaca akan menghilangkan hasil pembacaan.

V. KESIMPULAN Commented [A20]: Kesimpulan untuk point ke-3 tujuan


Pendose – proses ionisasi
1. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui macam-macam Film bedge – proses kimia
TLD – proses thermoluminisensi
alat ukur radiasi personal antara lain TLD, Film Badge, Pendose.
2. Pendose dapat menampilkan pengukuran langsung sehingga dapat dibaca saat
itu juga, sedangkan TLD dan film badge bisa dibaca setelah jangka waktu tertentu.
Sebelum menggunakan alat-alat diatas , kita harus mengetahui sertifikat kalibrasi yang
meliputi tanggal kalibrasinya dan kalibrasi ulang, kondisi baterai, serta memperhatikan
faktor pengali (skala yang digunakan) dan tentunya satuan pengukuran. Serta harus
mengetahui cara operasi masing-masing alat dimana tiap alat memiliki cara
pengoperasian yang berbeda.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 1995. Workplace Monitoring For Radiation and Contamination.
Vienna : IAEA.
Shani, Gad. 2001. Radiation Dosimetry, Instrumentation and Methods, Second
Edition. Florida : CRC Press.
Sofyan, Hasnel. 2012. Dosimeter Thermoluminesensi sebagai Dosimetri
Personal dalam Pemantauan Dosis Radiasi Eksternal. Purworejo : Pusat
Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi – Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Tim Proteksi Radiasi 2008. Diktat Kursus Proteksi Radiasi, Jakarta : Pusdiklat
Batan.
Website Commented [A21]: Pelajari bagaimana citasi untuk website
1. http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning /proteksiradiasi/pengenalan_radiasi
/1-1.htm diakses 14 Desember 2017
2. http://www.srs.net.in diakses 20 Desember 2017
3. https://bpfksurakarta.or.id/service/film-badge-tld-badge/ diakses 26 Desember
2017
Yogyakarta, 26 Desember 2017
Asisten Praktikan

Niken Siwi P , S.ST Ari Nur Chintia

You might also like