You are on page 1of 20

PENDEKATAN BLUSUKAN JOKOWI-JK SEBAGAI

TITIK TEMU UNIFIKASI PENETAPAN AWAL


BULAN QAMARIAH DI INDONESIA
Hamdun
Mahasiswa Ph.D. Program Fiqh Science and Technology
Universiti Teknologi Malaysia (UTM)
Skuday 81310 Johor Malaysia
E-mail: wisley_haqie@yahoo.com

Abstract: The Jokowi–JK’s Blusukan Approach As a Rallying Point to Unify the Methods in
Determining the Beginning of Lunar Months in Indonesia. This article attempts to analyze the
problem in determining the beginning of lunar months (Ramadan, Syawal, and Dzulhijjah) in
Indonesia and the challenges faced by Jokowi and JK’s government to unify such disparate methods.
A number of models and approaches have much to offer ranging from a simple model to a complex
model. A model requires dialogues between the government and the Islamic social organizations
leaders; Another needs only a dialogues among the leaders; while other require the involvement
of all the Indonesian Muslims. By using the blusukan approach, the government is expected to
promote an agreement, or even to issue the rules to unify the methods in determining the beginning
of moon in the Islamic calendar, which has become an urgent need for Muslims in Indonesia.
Keywords: blusukan, hisab and rukyat

Abstrak: Pendekatan Blusukan Jokowi-JK Sebagai Titik Temu dalam Rangka Unifikasi
Penetapan Awal Bulan Qamariah di Indonesia. Tulisan ini mencoba menganalisis problem
penetapan awal bulan Qamariyah dan tantangan pemerintahan Jokowi dan JK dalam menyatukan
metode penetapan kalender Hijrah (awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah) secara nasional
di Indonesia. Beberapa model dan pendekatan telah banyak ditawarkan mulai dari model yang
sederhana sampai model yang rumit. Ada model yang menggunakan dialog antara pemerintah
dengan pimpinan organisasi masyarakat Islam, ada yang hanya sebatas dialog antar pemimpin
organisasi, dan ada pula yang perlu melibatkan kesepakatan seluruh umat Islam Indonesia. Dengan
menggunakan pendekatan blusukan, pemerintah diharapkan mampu melahirkan kesepakatan atau
aturan untuk menentukan bulan baru dalam kalender Islam, yang merupakan kebutuhan yang
sangat mendesak bagi umat Islam di Indonesia.
Kata Kunci: blusukan, hisab dan rukyat

Pendahuluan Dzulhijjah bisa diselesaikan dengan kemajuan


Ada anggapan di masyarakat bahwa kemajuan ilmu dan teknologi sebagaimana ditunjukkan
ilmu dan teknologi sudah sedemikian pesat, dengan realitas kemajuan ilmu, teknologi,
sehingga perbedaan penentuan awal bulan dan informasi, yang telah menjadi bagian
Qamariyah khususnya terkait bulan-bulan tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
ibadah seperti; Ramadhan, Syawal, dan Pandangan di atas tentu bisa dimaklumi
Dzulhijjah yang sering dialami umat Islam bila melihat kenyataan “berbeda hari”
Indonesia merupakan suatu ironi. Pandangan misalnya dalam merayakan Idul Fitri seolah
ini mencerminkan bahwa perbedaan dalam menjadi trend di kalangan ormas atau
penentuan awal Ramadhan, Syawal, dan kelompok masyarakat tertentu di Indonesia.

333
334|  AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 2 Desember 2014

Sebagai contoh penulis mencatat pada tahun Meski perbedaan hari raya sebagaimana
1429 H/ 2008 M di Indonesia terjadi Idul di atas tidak menimbulkan masalah serius
Fitri “kembar enam”. Perayaan Idul Fitri di kalangan umat Muslim, namun tidak
tersebut terjadi beruntun hingga enam hari dapat dipungkiri perbedaan tersebut me­
sebagai berikut: nyebabkan hampanya rasa ukhuwah Islamiyah
1. Jamaah al-Muhdlor di Desa Wates, bahkan dalam derajat tertentu berpotensi
Kecamatan Sumber Gempol, Kabupaten menimbulkan ketidakstabilan di pelbagai
Tulungagung, Jawa Timur merayakan sendi bernegara, seperti sosial, ekonomi,
Idul Fitri (1 Syawal 1429 Hijriyah) pada dan politik. Hal ini dapat difahami karena
hari Ahad 28 September 2008.1 momen-momen tersebut menyangkut
2. Jamaah Naqsabandiyah Kota Padang aktivitas massal dalam skala luas. Apalagi
Sumatera Barat, merayakan Idul Fitri dalam tradisi Indonesia momen Ramadhan
pada hari Senin 29 September 2008.2 dan Idul Fitri merupakan perayaan hari suci
terbesar dan sangat khas. Terkait Idul Fitri
3. Hizbut Tahrir Indonesia3 dan Jamaah
misalnya, prosesi mudik, takbir keliling,
al-Nadzir di Gowa, Sulawesi Selatan
tabuh bedug, halal bi halal, dan acara formal
merayakan Idul Fitri pada Selasa 30
maaf-memaafkan, adalah kegiatan-kegiatan
September 2008.4
yang identik dengan Idul Fitri di Indonesia.
4. Pemerintah Indonesia, Nahdlatul Ulama, Karena itu tidak berlebihan jika Nurcholish
dan Muhammadiyah merayakan Idul Madjid, menyatakan, “Idul Fitri merangkum
Fitri pada hari Rabu 1 Oktober 2008.5 nilai-nilai Islam dalam sebuah “kapsul kecil”
5. Jamaah Syattariyah di Sumatra Barat (in a nutshell)”. Artinya, dengan melihat
(Sumbar) menggelar salat Idul Fitri pada Idul Fitri maka bisa dilihat keseluruhan
hari Kamis 2 Oktober 2008.6 nilai Islam dalam satu format kecil yang
6. Komunitas Umat Islam Aboge (Alif Rebo bisa dipegang dengan tangan. 8
Wage) di Kabupaten Banyumas, Jawa Semua agama dan budaya mempunyai
Tengah merayakan Idul Fitri pada hari hari-hari yang diagungkan sebagai “hari
Jum’at, 3 Oktober 2008.7 besar” atau “hari raya”. Dalam Islam, hari
raya yang resmi menurut ajaran agama ada
dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Hari-
hari raya lain seperti Tahun Baru Hijrah,
1
“Jemaah Al-Muhdlor di Tulungagung Rayakan Idul Fitri,
Kemarin”, http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_
Maulid Nabi, Isra’-Mi’raj dan Nuzul Alquran,
view&news_id=14423. Diakses 28 Desember 2009). adalah hari raya “budaya Islam”. Karena
2
“Jamaah Naqsabandiyah Padang Shalat Idul Fitri Hari itu di beberapa negara seperti Arab Saudi
Ini”, http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_
view&news_id=14426. Diakses 28 Desember 2009. dan sekitarnya yang menganut mazhab
3
http://detikIslam.com/2008/09/29/hizbut-tahrir- Hanbali dalam tafsiran Muhammad Ibn
mengumumkan-Idul-Fitri-30-. Diakses 28 Desember 2009.
4
“Jamaah An-Nadzir Tak Gunakan Hisab atau Rukyat ‘Abdul Wahhab, selain Idul Fitri dan Idul
untuk Tentukan Idul Fitri”, http://www.nu.or.id/page. Adha tidak ada hari yang dirayakan sebagai
php?lang=id&menu=news_view&news_id=14439. Diakses 28
Desember 2009. bagian dari ke-Islaman, walaupun mereka
5
“NU dan Muhammadiyah Shalat Idul Fitri Bersamaan” merayakan hari-hari nasional mereka yang
http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_
view&news_id=14453. Diakses 28 Desember 2009. secular.9
6
“Jamaah Syattariyah di Sumbar Shalat Idul Fitri, Kemarin“
http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_
view&news_id=14478. Diakses 28 Desember 2009.
7
“Umat Islam Aboge Banyumas Shalat Ied Hari Ini” http:// 8
Nurcholish Madjid, Dialog Ramadhan Bersama Cak Nur,
news.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/10/03/1/150658/ (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 145.
umat-Islam-aboge-banyumas-shalat-ied-hari-ini. Diakses 28 9
Nurcholis Madjid, “Prisma Pergeseran Budaya Jawa ke
Desember 2009. Budaya Indonesia”, KOMPAS, (Jumat, 7 Januari 2000).
Hamdun: Pendekatan Blusukan Jokowi-JK  |335

Dari sudut pandang agama, Ramadhan, negara berpenduduk Muslim terbesar di


Idul Fitri, dan Idul Adha sangatlah terkait dunia. Sekitar 87.2% penduduknya tercatat
dan membentuk suatu garis kelanjutan beragama Islam dengan jumlah 209 juta.
(kontinuum), tetapi dalam cara merayakan Bahkan lembaga tersebut juga menyebutkan
dan tingkat apresiasi kepada kedua hari bahwa sekitar 13% dari jumlah penduduk
raya itu, dunia Islam mengenal variasi yang Muslim di dunia tinggal di Indonesia.11
cukup penting. Di dunia Arab, kawasan yang Dari fakta-fakta tersebut secara sosiologis
meliputi negeri-negeri berbahasa Arab yang tentu Muslim Indonesia membutuhkan
terbentang dari Bahrain di Timur sampai adanya penanda waktu yang sesuai yang
Maroko di Barat lebih-lebih di Arab Saudi bisa mengatur ketertiban dan memantapkan
dan negara-negara Teluk, Idul Adha jauh kehidupan beragama mereka.
lebih agung dari pada Idul Fitri. Hal ini Demikianlah betapa arti pentingnya
karena Idul Adha berkaitan dengan ibadah Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah bagi
haji yang dalam istilah keagamaan sering Muslim di Indonesia yang menjadi keunikan
disebut juga “haji besar” (al-hajj al-akbar), tersendiri di dunia Islam. Keunikan Islam
sebagai imbangan ibadah umrah yang disebut Indonesia tersebut berasal dari kuatnya
“haji kecil” (al-hajj al-asghar). “sinkretisme” yang lahir dari adaptasi,
Secara antropologi, lebaran di Indonesia akomodasi, dan asimilasi yang unik antara
sejatinya telah bergeser dari tradisi asli yang Islam dengan budaya lokal. Sentuhan antara
berkembang pada masa Nabi Muhammad. Islam sebagai great tradition dan budaya
Lebaran bukan semata-mata perihal ortodoksi lokal atau little tradition telah menimbulkan
tapi menjadi produk budaya yang bisa di­ corak budaya tersendiri yang di luar dugaan.
nikmati oleh semua lapisan masyarakat. Dalam konteks ini disebut sebagai paham
Dengan kata lain tradisi lebaran di Indonesia ke-Islaman yang bersifat lokal, seperti Islam
merupakan terobosan akulturasi budaya dan Jawa atau dalam bahasa Geertz disebut
Islam. Kearifan para ulama di nusantara “Religion of Java”.12 Budaya memberikan rasa
mampu memadukan kedua budaya tersebut atas ritual agama, sehingga tidak menjadi
guna kerukunan dan kesejahteraan masyarakat. rutinitas yang kering. Agama memberikan
Sedangkan secara sosiologis masyarakat ruh dan dimensi transendental sehingga
Nusantara terdiri dari extended families yang budaya tidak semata-mata festival hampa
memiliki jaringan kekerabatan yang sangat makna.
kuat. Tidak mudah memelihara jaringan Berdasarkan fakta-fakta di atas, tentu
kekerabatan di tengah modernitas. Meski sangat relevan jika umat Islam Indonesia
demikian jaringan kekerabatan masih relative berharap dapat bersatu dalam menjalankan
terpelihara karena masyarakat Indonesia dan merayakan hari-hari besar Islam tersebut
memegang teguh tradisi berkumpul secara secara bersamaan. Persoalan perbedaan
periodik, seperti; acara pernikahan, khitanan, dalam penentuan awal bulan Qamariyah
dan lebaran. 10 di Indonesia khususnya bulan Ramadhan,
Selain itu, Indonesia adalah bangsa yang Syawal, dan Dzulhijjah sesungguhnya
sebagian besar masyarakatnya menganut telah menjadi perhatian pemerintah dan
agama lslam. Menurut Pew Research Center
(PRC), pada 2012 Indonesia merupakan 11
Baca Pew Forum on Religion and Public Life, “The
Global Religious Landscape A Report on the Size and Distribution
of the World’s Major Religious Groups as of 2010”, Washington,
10
Abdul Mu’thi, Inkulturasi Islam Menyemai Persaudaraan, D.C. 2012.
Keadilan dan Emansipasi Kemanusiaan, (Jakarta: al-Wusta 12
Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam
Publishing , 2009), h. 78. Masyarakat Jawa, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1981).
336|  AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 2 Desember 2014

masyarakat sejak lama. Namun bersamaan merupakan syaratnya, antara NU dan


dengan upaya penyatuan yang dilakukan, Muhammadiyah mau “berkompromi”.15
realitas perbedaan hari dalam merayakan Idul Dengan bersatunya dua ormas besar
Fitri terus saja terjadi bahkan dalam variasi tersebut diharapkan kelompok-kelompok
yang kian melebar. Upaya penyatuan atau masyarakat unik yang lain akan ikut
unifikasi itupun lalu menjadi lebih bernuansa bersama. Namun Sayangnya kedua ormas
hanya sebagai wacana belaka. Meskipun ini cenderung lebih menguatamakan
demikian pasca dilantiknya presiden dan “egosentrisme keormasan”. Beradasarkan
wakil presiden baru, yaitu Joko Widodo keterangan dari Ahmad Zahro seorang tokoh
dan Jusuf Kalla untuk masa kepemimpinan NU di Jawa Timur, menyatakan “realitas yang
periode 2014-2019, penulis melihat adanya tampak di media tiap kali terjadi perbedaan
harapun baru akan terwujudnya sebuah dalam penentuan awal bulan Ramadhan
unifikasi penentuan awal bulan Qamariyah dan Syawal antara NU dan Muhammadiyah
di Indonesia. sesungguhnya tidaklah berlaku di kedua
pucuk pimpinan ormas tersebut. Karena
Problematika Penentuan Awal Bulan antara pemangku pucuk pimpinan kedua
Qamariyah ormas tersebut sesungguhnya terjalin
Jika dicermati secara seksama masalah komunikasi yang erat dan mempunyai
per­bedaan dalam penentuan awal bulan kesepahaman.”16
Qamariyah di Indonesia merupakan persoalan Sementara itu persoalan ini dikatakan
yang “gampang-gampang susah” untuk “susah” apabila melihat cakupan holistik
dicarikan solusinya. Persoalan ini dianggap pembahasan mengenai perbedaan metode
“gampang”, meminjam istilah Mahyuddin dalam penentuan awal bulan Qamariyah
Nawawi terjadi karena merupakan akibat yang berpendar melibatkan beberapa aspek
“tawanan masa lampau” dari sengketa antara kajian, yaitu; shariah, falakiyah (hisab-rukyat),
ormas Islam Nahdlatul Ulama dengan dan siyasah (otoritas pemerintah). Sehingga
Muhammadiyah. 13 Pemikiran tersebut apapun wacana dan tawaran solusinya,
didasarkan fakta-fakta hubungan antara NU jika tidak mencakup ketiga aspek tersebut
dan Muhammadiyah yang terjadi selama ini. “sudah tentu” sulit kiranya untuk terwujud.
Sebagaimana penelitian Susiknan Azhari, Berikut dikemukakan tabel ruang lingkup
ada beberapa faktor yang mempengaruhi problematika bahasan tentang penentuan
hubungan NU dan Muhammadiyah dalam awal bulan Qamariyah dalam konteks ketiga
penggunaan hisab dan rukyat sehingga wilayah tersebut.
keduanya sulit bisa disatukan. Faktor-faktor
tersebut meliputi; Faktor sosial politik, faktor
pemahaman dan doktrin keagamaan, dan
15
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah merupakan
faktor sikap terhadap ilmu pengetahuan.14 dua organisasi masa Islam terbesar dan tertua di Indonesia.
Sehingga mencari solusi dan kompromi Muhammadiyah berdiri pada 1912 dan NU berdiri pada
persoalan perbedaan penentuan Idul Fitri 1926. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim,
Indonesia pantas bersyukur pernah memiliki tokoh-tokoh Islam
ini bisa jawab “gampang” jika saja dan para pendiri kedua ormas tersebut yang begitu demokratis
menyetujui berdirinya Republik Indonesia berdasarkan
Bhinneka Tunggal Ika. Sehingga dengan kawalan dua organisasi
tersebut Islam yang berkembang di Indonesia adalah Islam yang
13
Mahyudin Nawawi, “Menegakkan Mazhab Negara”, penuh kemanusiaan, keadilan, dan kebersamaan menciptakan
dalam Chorul Fuad Yusuf (ed). Hisab Rukyat dan Perbedaannya, kehidupan yang lebih baik. Baca Suaidi Asyari, Nalar Politik
(Departemen Agama RI: Balitbang Agama dan Diklat NU dan Muhammadiyah Overcrossing Java Centris, (Yogyakarta:
Keagamaan, 2004), h. 221. LKiS, 2009).
14
Baca Susiknan Azhari, “Penggunaan Sistem Hisab dan 16
Keterangan dari penguji tesis Ahmad Zahro, di­
Rukyat di Indonesia Studi tentang Interaksi NU dan Muhammadiyah”, sampaikan saat ujian tesis Sekolah Pasca Sarjana IAIN Sunan
Disertasi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2006, h. 191-232. Ampel Surabaya tanggal 09 Agustus 2011.
Hamdun: Pendekatan Blusukan Jokowi-JK  |337

Tabel 1 tabel tersebut menunjukkan masalah pe­


Diskursus Penentuan Awal Bulan Qamariyah17 nentuan awal bulan Qamariyah untuk ibadah
No Diskursus Konteks Syarî’ah Konteks Falakiyah Konteks Siyâsah bukanlah masalah sederhana.
1 Dasar Nas 1. Berdasarkan 1. Q.s. al-Baqarah[2]: 1. Q.s. al-Nisâ [4]:
hadis-hadis yang 189 58-59 Dari tabel klasifikasi permasalahan hisab
diriwayatkan 2. Q.s. Yûnus [10]: 5 2. Hukm al-hâkim
Abû Hurairah, 3. Q.s. al-Rahmân ilzâm wa yarfa’u rukyat dalam konteks syarî’ah, falakiyah, dan
Ibn ‘Umar, dan [55]: 5. al-hilâf.
Ibn Abbas. 4. Hadis Ibn ‘Umar 3. Tasharruf siyâsah di atas, terlihat ada faktor teknis dan
2. Berdasarkan tentang keadaan al-imam
pendapat para umat yang ummi ‘alâraiyatih non teknis yang memungkinkan keragaman
ulama jumhur, 5. Kaidah ushul: manûthun bi
seperti: al-Hukmu yadûru al-mashlahah. waktu puasa Ramadhan dan Syawal. Selain itu
3. Lâ ibratun ma‘a illatihi wa 4. Inna ijtihâda
bi qawli al- sababihi wujûdan ulil amr huwa ada faktor fikih dan faktor politis yang bisa
munajjimîn, falâ wa ‘adaman al-ashlu al-tsalits
yajibu alaihim minas syarî’ah jadi justru lebih dominan. Dari faktor fikih
al-sawmu bi al-Islâmiyah
hisabihim.
4. Walâ yajibu
wa innahum
idzâ ajma’û
yang dipertentangkan orang adalah antara
bi sawmu al-
ramadan illâ bi
ra’yahum wajaba
‘alâ al-‘âmah
“ru’yah bil-fi’li” dengan “ru’yah bil-ilmi” serta
ru’yati al-hilâl wa’ala hukmiha
al’âmalu bih.
pemahaman hadis yang ber­beda-beda. Dari
2 Lingkup 1. Ru’yah bil Fi’li 1. Hisab ‘Urfi 1. Otoritas faktor teknis terdapat dua permasalahan,
Perdebatan 2. Ru’yah bil 2. Hisab Haqîqî Tunggal
Hisâb Taqrîbî 2. Regulator yakni “Perbedaan di kalangan ahli hisab”
3. Pemahaman 3. Hisab Haqîqî 3. Fasilitator
Matla’ Tahqîqî dan “Perbedaan di kalangan ahli rukyat”
4. Kredibilitas 4. Hisab Haqîqî
Perukyat Dazqîqî perbedaan di kalangan ahli hisab bermuara
5. Ta’aqquli- 5. Variasi Ijtima’
ma’qûl al-ma’na 6. Kriteria Hilal pada dua hal, pertama karena bermacam-
6. Ta’abbudi-ghair
al-ma’qûl al- macamnya sistem dan referensi hisab, kedua,
ma’na
3 Para 1. Imam Syâfi’î 1. Mutharrif bin Jumhur Ulama:
karena berbeda-beda kriteria hasil hisab yang
Pendukung 2. Ibn Ruysd
al-Qurthubi
Abdillah
2. Ibn Suraij
Apabila pemerintah
telah menetapkan
dijadikan pedoman. Sedang­kan perbedaan di
3. Ibn Taymiyah
4. Imâm Nawâwi
3. Ibn Qutaybah
4. Ibn Muqattil al-
awal Ramadhan
dan awal Syawal
kalangan ahli rukyat bermuara pada masalah
5. Ibn Hajar al-
’Asqalani
Râzî
5. Ibnu Daqiq al-Id
dengan cara apapun
(dengan rukyat
perbedaan matla’ dan pelaksanaan ru’yah bi
6. Abd. bin
Muhamad
6. Muh Rasyîd Rida
7. Mustafâ al-Zarqâ
atau hisab) maka
umat Islam wajib
al-fi’li menggunakan alat. Sedangkan dari
7. Al-Haytamî
8. ‘Abd ‘Adim bin
8. Yûsuf al-Qaradawi mengikuti dan
mentaati faktor politis (siyâsah) tampak bahwa faktor
4 Negara
Badawi
Libya, Saudi Pakistan, Tajikistan, Saudi Arabia
fikih dan teknis yang beraneka ragam tersebut
Arabia, Syiria,
Maroko, dan
dan Mesir harus disatukan. Dan ini tidak akan bisa
Bahrain selain dengan suatu otoritas yang legitimate
5 Ormas 1. Nahdlatul 1. Muhammadiyah 1. MUI
Ulama 2. Persis 2. BHR baik secara real politis maupun secara syariah.
2. HTI 3. Islamic Society of
3. Hilal Sighting North America
Committee of (ISNA)
North America
4. Hilal Committee
4. The World
Federation of
Wacana Unifikasi Idul Fitri Inisiatif
of Metropolitan
Toronto &
KSIA Muslims
Communities
Pemerintah
Vicinity
(HCMTV) Pemerintah telah sejak lama memberikan per­
hatian dalam masalah penentuan awal bulan
Berdasarkan tabel 1 meski dalam pe­ Qamariyah. Misalnya ditandai dengan di­
ngelompokan unsur-unsur belum pasti bentuk­nya Badan Hisab Rukyat (BHR) di
mengindikasikan kebenaran fakta, seperti bawah naungan Departemen Agama sebagai
apakah NU benar-benar hanya berdasarkan wadah yang mempertemukan para ulama,
syarî‘ah (ru’yah bil-fi’li) dalam metode ahli hisab rukyat, astronom, dan wakil-wakil
penentuan awal bulan Qamariyahnya dan organisasi masyarakat di Indonesia. BHR di­
apakah Muhammadiyah hanya menggunakan bentuk berdasarkan S.K. Menteri Agama No.
hisab falak (wujûd al-hilâl) dalam metode 76 Tahun 1972 pada tanggal 16 Agustus 1972.
penentuan awal bulannya, namun setidaknya
Upaya-upaya Unifikasi Penetapan Awal
17
Lihat Hamdun, “Wacana Unifikasi Penentuan Hari Bulan Qamariyah di Indonesia
Raya Idul Fitri di Indonesia: Suatu Kajian dengan Analisis Systems
Approach”, Tesis Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya Salah satu tujuan dibentuknya badan ini
Tahun 2011, h. 71. adalah “mengusahakan bersatunya umat Islam
338|  AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 2 Desember 2014

dalam menentukan tanggal 1 Ramadhan, 1 tahqîqî dan atau rukyat.


Syawal dan 10 Dzulhijjah”. Lahirnya BHR 2) Penentuan awal bulan Qamariyah yang
di latarbelakangi oleh munculnya perbedaan- terkait dengan pelaksanaan ibadah
perbedaan yang terjadi di masyarakat seperti mahdah yaitu awal Ramadhan, Syawal
jatuhnya awal Ramadhan 1391 H /1971 M. dan awal Dzulhijjah ditetapkan dengan
dan Dzulhijjah 1391 H /1972 M.18 Kegiatan memperhitungkan hisab haqîqî tahqîqî
organisasi ini antaranya Musyawarah Kerja dan rukyat.
Hisab Rukyat19 dan Sidang isbâth.20 Hingga 3) Kesaksian rukyat dapat diterima apabila
kini meski keberadaan BHR telah melampui ketinggian hilal 2o dan jarak ijtimâ’ ke
usia 40 tahun lebih, namun upaya yang ghurub matahari minimal 8 jam.
dilakukan Kementerian Agama dengan tujuan
awal pembentukannya belum membuahkan 4) Kesaksian ru’yah hilâl dapat diterima
hasil yang memuaskan. Meski demikian apabila ketinggian hilal kurang dari 2o
pemerintah tetap mengupayakan unifikasi maka awal bulan ditetapkan berdasarkan
tersebut dengan pelbagai wacana sebagai istikmâl.
berikut. 5) Apabila ketinggian hilal 2o atau lebih,
awal bulan dapat ditetapkan.
a. Penyempurnaan Kriteria Imkân-Ruyat 6) Kriteria imkân-ru’yah tersebut di atas
Pemikiran tentang kriteria imkân-ru’yah di akan dilakukan penelitian lebih lanjut.
Indonesia dimulai pada Maret 1998 ketika 7) Menghimbau kepada seluruh pimpinan
para ulama, ahli falak, dan wakil Ormas organisasi kemasyarakatan Islam men­
Islam mengadakan musyawarah kriteria sosialisasikan keputusan ini.
imkân-ru’yah untuk Indonesia. Keputusan 8) Dalam melaksanakan isbâth, pemerintah
musyawarah baru dihasilkan pada 28 mendengarkan pendapat-pendapat dari
September 1998 sebagai berikut; organisasi kemasyarakatan Islam dan
1) Penentuan awal bulan Qamariyah para ahli.21
didasarkan pada sistem hisâb haqîqî Lahirnya kriteria imkân-ru’yah diduga
terilhami oleh batas imkân-ru’yah 2 derajat
yang lebih awal diputuskan oleh Komite Penye­
18
Badan Hisab Rukyat Departemen Agama RI, Almanak
Hisab Rukyat, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan larasan Rukyat dan Taqwim Islam MABIMS
Agama Islam, 1981), h. 22-26. (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia,
19
Musyawarah Kerja Hisab Rukyat adalah kegiatan yang
diadakan tiap awal tahun dengan tujuan; evaluasi data hisab awal
Malaysia dan Singapura).22 Menurut Ahmad
Ramadlan, Syawal, dan Dzulhijjah baik yang sudah lewat maupun Izzudin, terkait dengan kesepakatan kriteria
yang akan datang, menetapkan awal bulan kalender hijriah di ini, “walau sudah disepakati adanya batasan
samping perhitungannya. Selain itu juga membahas isu-isu aktual
tentang hisab rukyat seperti isu “bergesernya lempeng bumi” pada minimal imkân-ru’yah namun ternyata belum
tahun 2009, waktu subuh dalam perspektif shar‘i dan astronomi disepakati tentang boleh tidaknya penetapan
(fajar shâdiq) pada 2010, dan pengembangan software hisab pada
tahun 2011. Baca Keputusan Temu Kerja Evaluasi Hisab Rukyat
awal bulan dengan berdasarkan imkân-ru’yah,
2010 di Hotel Horizon, Semarang, tanggal 25 Februari 2010 M. seperti NU masih “belum membolehkannya”,
Baca juga Keputusan Temu Kerja Evaluasi Hisab Rukyat 2011 di
Hotel Aston Denpasar Bali, tanggal 27 Mei 2011 M.
20
Sidang isbâth adalah kegiatan menjelang Ramadhan,
Syawal, dan Dzulhijjah dengan tujuan menetapkan tibanya 21
Ahmad Izzuddin, “Hisab Rukyat di Indonesia”, Makalah
awal bulan-bulan tersebut berdasarkan laporan rukyat di seluruh disampaikan pada acara Orientasi Sertifikasi Arah Kiblat Badan
wilayah Indonesia. Prosesi sidang Isbath baru dimulai diadakan Hisab Rukyat Daerah di Hotel Muria, tanggal 5-7 Agustus 2009
tahun 2001 untuk penetapan Idul Adha 1421 H. Sejak saat itu M. h.10-11.
sidang itsbat dilaksanakan untuk penetapan awal Ramadhan, 22
Sebagai organisasi induk MABIMS membawahi beberapa
Idul Fitri, dan Idul Adha dengan mempertimbangkan semua organisasi teknis. Untuk bidang hisab rukyat organisasi teknis
masukan, baik hisab maupun rukyat. Menteri Agama mengambil tersebut adalah Jawatan Kuasa Penyelarasan Rukyat dan Taqwîm
keputusan melalui sidang isbath (penetapan) yang dihadiri oleh Islam. Hal yang dinilai paling monumental dihasilkan oleh jawatan
anggota BHR, perwakilan MUI, perwakilan ormas-ormas Islam, kuasa ini adalah Taqwîm Hijriah 1414 – 1442 H/1993-2020 M
para pakar instansi terkait, dan perwakilan negara-negara Islam. pada musyawarah ke-4 tahun 1992 di Jakarta.
Hamdun: Pendekatan Blusukan Jokowi-JK  |339

sedangkan Muhammadiyah berpegang pada sebuah penegasan tentang kriteria, yaitu


hisab wujûd al-hilâl. Dalam Muker tahun bahwa sistem hisab imkân-ru’yah dengan
1999/2000, baik NU maupun Muhammadiyah ketinggian hilal 2o dan jarak ijtimâ’ ke ghurûb
pernah menyatakan akan membahas masalah Matahari minimal 8 jam adalah landasan
kriteria tersebut pada muktamarnya masing- formal yuridis Badan Hisab Rukyat.26
masing namun sampai kini kedua organisasi
tersebut ternyata masih memegang prinsipnya b. Lobby Kultural NU-Muhammadiyah
masing-masing. Sehingga sistem imkân-ru’yah oleh Jusuf Kalla
ini terkesan sebagai “mazhab” pemerintah.23 Pada tahun 2007 Jusuf Kalla yang masa itu
Pada 12 Maret 2007, di ruang sidang menjabat Wakil Presiden Susilo Bambang
Direktur Urais dan Pembinaan Syariah Yudhoyono, menggagas upaya penyatuan
pernah diadakan Pembahasan Lanjutan Idul Fitri di Indonesia dengan cara kultural,
Kriteria Penentuan Awal Bulan Qamariyah. yakni mempertemukan tokoh-tokoh NU
Pertemuan ini dihadiri oleh pelbagai ormas dan Muhammadiyah untuk duduk bersama.
Islam seperti Persis, Muhammadiyah, NU, Tujuan digelarnya pertemuan tersebut secara
dan DDII. Diantara kesepakatan rapat adalah; garis besar adalah untuk mencairkan manhaj
usaha penyatuan kalender hijriyah Indonesia dan idiologi hisab-rukyat antara NU dan
perlu diteruskan, perlu dibentuk tim khusus Muhammadiyah.
menangani usaha penyatuan kalender hijriah Langkah di atas didasarkan pada fakta
di Indonesia. Untuk mewujudkan kriteria sejarah peranan kedua ormas tersebut yang
penentuan awal bulan Qamariyah diperlukan sangat dominan dalam kontekstualisasi Islam
pelbagai kegiatan dan lokakarya.24 Namun di Indonesia. Tidak terkecuali masalah
pertemuan pembahasan kriteria penentuan penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan
awal bulan Qamariyah ini kembali belum Idul Adha. Hasil keputusan pemerintah
menghasilkan kesepakatan yang berarti. dalam sidang isbâth yang dipimpin Menteri
Pada Temu Kerja Nasional BHR di Agama bahkan bisa tidak berpengaruh pada
Denpasar 25-27 Mei 2011, masalah kriteria keputusan yang ditetapkan oleh pimpinan
imkan-rukyat kembali menjadi bahan diskusi kedua ormas Islam tersebut. Oleh karenanya
hingga dihasilkan sebuah penegasan tentang muncul pemikiran jika kedua ormas ini
kriteria ini, yaitu; a. Perlunya perhitungan bisa duduk bersama dan bersepakat tentang
awal bulan disesuaikan dengan kriteria satu masalah seperti perbedaan manhaj dan
pada kitab atau metode masing-masing, b. idiologi hisab-rukyat ini maka diharapkan
Dalam penetapan awal bulan dengan sistem masalah perbedaan akan selesai.
perhitungan kontemporer perlu adanya Pertemuan kultural tersebut difasilitasi
konsistensi dalam penggunaan kriteria oleh Kementerian Agama dengan anggaran
penetapan awal bulan Qamariyah yang telah dari Sekretariat Negara. Awalnya kegiatan
disepakati yaitu kriteria MABIMS ketinggian ini akan dilaksanakan dalam empat kali
hilal minimal 2 derajat dan atau umur bulan pertemuan, namun sampai kepemimpinan JK
8 jam.25 Meski upaya penyempurnaan kriteria sebagai wapres berakhir pertemuan tersebut
imkân-ru’yah kembali menemui kegagalan hanya terlaksana tiga kali. Pertemuan
namun dalam temu kerja tersebut dihasilkan pertama berlangsung di kantor Wapres JK
pada tanggal 24 September 2007. Pertemuan
23
Ahmad Izzuddin, “Hisab Rukyat di Indonesia”, h. 11. kedua dilaksanakan di Gedung PBNU
24
Lembar Laporan Hasil Pembahasan Lanjutan Kriteria
Penentuan Awal Bulan Qamariyah, Dirjen Bimbingan Masyarakat Jl. Kramat Raya No. 164 Jakarta Pusat,
Islam Departemen Agama RI tanggal 30 Maret 2007.
25
Lihat Keputusan Temu Kerja Evaluasi Hisab Rukyat
Tahun 2011 di Hotel Aston Denpasar Bali tanggal 27 Mei 2011 26
Diskusi dengan Abd. Salam Nawawi, di Ruang Fakultas
M / 23 Jumadal Akhirah 1432 H. Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, tanggal 6 Juni 2011.
340|  AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 2 Desember 2014

pada 2 Oktober 2007. Pertemuan ketiga diadakannya Lokakarya Nasional Perundang-


dilaksanakan di Gedung PP Muhammadiyah undangan Awal Bulan Qamariyah pada tanggal
Jl. Cik Ditiro, Yogyakarta, pada 6 Desember 4-6 Desember 2009 M/17-19 Dzulhijjah
2007. Sedangkan pertemuan ke empat yang 1430 di Hotel Jayakarta, Jakarta. Lokakarya
rencananya dilaksanakan di UIN Syarif Nasional tersebut kemudian difollow up
Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei 2008 dengan Lokakarya Perundang-undangan Hisab
gagal terlaksana. 27 Rukyat pada tanggal 22-24 April 2011 M/16-
Hasil pertemuan-pertemuan tersebut 18 Jumadil Ula 1432 H di Bekasi. Kedua
adalah adanya kesepakatan di pucuk pimpinan lokakarya ini diinisiasi oleh Direktorat Urais
NU dan Muhammadiyah untuk bergandengan dan Pembinaan Syariah Dirjen Bimas Islam,
tangan mewujudkan kesatuan umat Islam Kementerian Agama RI.
Indonesia. PBNU dan PP Muhammadiyah Hasil dari dua lokakarya tersebut
sepakat di masa-masa mendatang akan antaranya: Pertama, Lokakarya Perundang-
berusaha keras untuk mencari titik temu undangan Awal Bulan Qamariyah. Meng­
dari metodologi yang selama ini ingin hasil­
k an rumusan, bahwa penyusunan
dicapai. Kiranya masih terjadi perbedaan rancangan RUU tentang penentuan awal
dalam penentuan Idul Fitri, PBNU dan PP bulan hijriyah sangat diperlukan, karena
Muhammadiyah sepakat untuk mencairkan masyarakat menghendaki kesatuan dan
suasana agar tidak terjadi ketegangan di persatuan umat Islam di Indonesia dalam
masyarakat. Ketua PP Muhammadiyah penentuan awal bulan hijriyah terutama
Din Syamsudin menyatakan “Jika terjadi Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Untuk
perbedaan maka ini menjadi wilayah mewujudkan maksud tersebut diperlukan
toleransi, kembangkan toleransi walaupun kajian yang mendalam dari aspek filosofis,
ada perbedaan”. Hasyim Muzadi ketua PBNU sosiologis, dan yuridis.29 Kedua, Lokakarya
menyatakan, “kalau memang terjadi perbedaan, Perundang-undangan Hisab Rukyat. meng­
maka tidak usah terjadi pertikaian, perbedaan hasilkan rumusan, pemerintah sebagai
jangan diubah menjadi pertentangan”. Selain penyelenggara Negara memiliki kewenangan
itu untuk mereduksi ketegangan di masyarakat untuk mengatur perbedaan di kalangan
mereka juga sepakat untuk menahan diri dan masyarakat guna menghindari perpecahan.
tidak akan sembarangan memberi keterangan Rancangan peraturan perundang-undangan
pada wartawan maupun masyarakat umum tentang hisab rukyat yang akan disusun
tentang perbedaan yang terjadi.28 paling tidak memuat: penentuan awal bulan
Qamariyah, arah qiblat, waktu shalat, serta
c. Penyusunan RUU Awal Bulan Qamariyah gerhana matahari dan bulan. Selain itu perlu
dan Hisab Rukyat adanya kajian secara mendalam tentang
Kementerian Agama juga pernah memfasilitasi kriteria bersama tentang penentuan awal
upaya unifikasi dengan mencoba menjajaki bulan Qamariyah.30
kemungkinan disusunnya RUU awal bulan Mencermati hasil pembahasan dari
Qamariyah atau RUU hisab rukyat. Langkah kedua lokakarya di atas, tampak belum
awal dari gagasan tersebut adalah dengan membahas materi substansi RUU. Pembahasan
lokakarya awal bulan dan hisab rukyat baru
27
Diskusi penulis dengan Nurkhozin, Ketua Seksi Hisab
Rukyat, tanggal 26 Juni 2011 di Kantor Kementerian Agama, 29
Lembar Rumusan Lokakarya Nasional Perundang-
Jalan Thamrin Jakarta Pusat. Dalam pertemuan-pertemuan undangan Awal Bulan Qamariyah tahun 2009 Dirjen Bimbingan
tersebut dari kalangan NU, Muhammadiyah dan Departemen Masyarakat Islam Departemen Agama RI, tertanggal 6 Desember
Agama, Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama tanggal 1 2009.
Oktober 2007. 30
Lembar Rumusan Lokakarya Perundang-undangan
28
Diskusi penulis dengan Sriyatin Shadiq, Jl. Pagesangan Hisab Rukyat tahun 2011, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam
No. IV. Rw.3, Surabaya tanggal 14 Juni 2011. Departemen Agama RI, tertanggal 28 April 2011.
Hamdun: Pendekatan Blusukan Jokowi-JK  |341

tahap mencari dasar hukum agar ketika hilal dengan menggunakan komputer
menjadi undang-undang dapat memiliki dan dikombinasikan dengan perekam
kepastian yang mengikat. Meski demikian video kamera televisi untuk keperluan
dari tema dan informasi adanya lokakarya penayangan langsung. Kedua sistem ini
tersebut mengindikasikan bahwa ada wacana merupakan sistem pasif, artinya radiasi
dan langkah nyata unifikasi kalender Islam yang diterima dari sensor adalah radiasi
di Indonesia yang sedang diupayakan. yang dipantulkan atau dipancarkan oleh
bulan (dalam hal ini bulan merupakan
Wacana Unifikasi Inisiasi Masyarakat sumber radiasi).
a. Teknologi Rukyat oleh ICMI 2) Sistem aktif, menyoroti bulan dengan
Selain upaya dari pemerintah, upaya unifikasi laser. Dengan teknologi ini radiasi
juga pernah diinisiasi oleh masyarakat yang diterima sensor adalah gabungan
seperti Diskusi Panel Teknologi Rukyat radiasi yang dipancarkan bulan yang
diselenggarakan oleh ICMI tanggal 4 berasal dari matahari dan dari laser
September 1993, disusul dengan Seminar CO2 yang ditembakkan dari bumi ke
Nasional Penentuan tanggal 1 Syawal yang bulan, keduanya merupakan radiasi infra
diselenggarakan oleh Unit Pengamalan Islam merah. Sayangnya, kedua sistem yang
(UPI) Universitas Islam Sultan Agung disebutkan di atas (sistem aktif maupun
Semarang tanggal 11 Oktober 1993.31 sistem pasif ) tidak dapat menembus
Dalam dua kegiatan tersebut dicapai mufakat awan.
bahwa pada dasarnya shari‘at Islam sangat 3) Sistem kebal cuaca, menggunakan sensor
men­ d ukung penggunaan alat teknologi yang peka terhadap radiasi gelombang
dalam pelaksanaan rukyat sepanjang tidak mikro dan cepat menembus awan
memberatkan umat. Adapun teknologi dengan sensor ini hilal dapat dilihat.
rukyat yang ditawarkan dalam diskusi panel Melihat cara kerja alat-alat di atas,
tersebut adalah: 32 tentu harga alat-alat tersebut cukup mahal
1) Sistem pasif, terdiri dari sistem teleskop dan pembuatannya cukup rumit dan lama.
cahaya (visible light) yang terletak pada Namun B.J. Habibi bependapat jika umat
panjang gelombang sekitar 0,4 s/d Islam yang berpaham rukyat menganggap sah
0,7, dan sistem teleskop infra merah melihat hilal dengan menggunakan sensor
termal (radiasi panas) yang terletak maka teknologi rukyat ini akan menjadi
pada panjang gelombang sekitar 3 murah dibandingkan dengan kesatuan umat
s/d 5 atau 8 s/d 14. Kedua sistem ini Islam yang tak ternilai.
dilengkapi dengan penyempurna citra
b. Anjuran Taat pada Pemerintah oleh MUI
31
Baca Farid Ruskanda, dkk, Rukyat dengan Teknologi, MUI sebagai payung umat Islam Indonesia
(Jakarta: Gema Insani Press, 1994).
32
Farid Ruskanda, dkk, Rukyat dengan Teknologi, h. 65.
pada Desember 2003 memprakarsai per­
Wacana modernisasi sistem rukyat juga pernah digagas oleh temuan ulama komisi fatwa se-Indonesia
dua orang mahasiswa pasca sarjana Astronomi FMIPA ITB dengan wakil ormas Islam untuk membahas
pada tahun 2006. Gagasannya adalah dengan mengharapkan
partisipasi seluruh umat Islam (bahkan di dunia) dalam hal penentuan awal Ramadhan, Syawal dan
pengamatan online hilal melalui sistem rukyat online (SROL). Dzulhijjah. Pertemuan tersebut melahirkan
Partisipasi dapat diberikan oleh seluruh umat Islam di dunia yang
memiliki perangkat pengamatan astronomi yang terdiri atas: beberapa point rekomendasi. Pertama, yang
teleskop, detector digital yang terkoneksi internet bahkan yang berhak menentukan dan menetapkan 1
dilengkapi dengan kemapuan untuk mencari arah hilal secara
otomatis (robotik) dan perangkat yang mobile. Baca Hendro
Ramadhan, 1 Syawal, 1 Dzulhijjah untuk
Setiyanto, J.A. Utama, Sistem rukyat Online: “Pemanfaatan Indonesia adalah Menteri Agama. Kedua,
Tekhnologi Informasi dalam Observasi Hilal”, Pikiran Rakyat, dalam menentukannya Menteri Agama harus
21 September 2006.
342|  AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 2 Desember 2014

menggunakan hisab dan rukyat. Ketiga, umat berdasarkan data astronomis bulan yaitu
Islam seluruh Indonesia wajib mengikuti kriteria visibilitas hilal atau kriteria imkân-
penetapan Menteri agama itu. Kesepakatan ru’yah. Menurut Thomas meski kriteria
tersebut kemudian diformalkan dalam fatwa visibilitas hilal telah banyak tersedia namun
MUI No. 2 Tahun 2004 yang menyatakan data rukyat hilal Indonesia perlu dikaji
bahwa; secara astronomis dalam membuat “Kriteria
1) penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Hisab Rukyat Indonesia”.35 Sebagai titik
Dzulhijah dilakukan berdasarkan metode awal adanya kriteria hisab-rukyat Indonesia,
rukyat dan hisab oleh Pernerintah RI kajian Lembaga Penerbangan dan Antariksa
cq Menteri Agarna dan berlaku secara Nasional (LAPAN) dapat dijadikan sebagai
nasional, embrio kriteria tersebut. Berdasarkan kajian
2) seluruh umat Islam di Indonesia wajib LAPAN terhadap data rukyat di Indonesia
menaati ketetapan Pernerintah RI tentang hasil dokumentasi Departemen Agama sejak
penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan periode 1967–199736, diperoleh dua kriteria
Dzulhijah, yang rumusannya disederhanakan sesuai
dengan praktek hisab-rukyat di Indonesia.
3) dalam menetapkan awal Ramadhan,
Syawal, dan Dzulhijah, Menteri Agama Kriteria tersebut adalah, 1. Umur hilal
wajib berkonsultasi dengan Majelis minimum 8 jam, 2. Tinggi bulan minimum
Ulama Indonesia, ormas-ormas Islam, tergantung beda azimut Bulan-Matahari.37
dan Instansi terkait.33 Tibanya awal bulan harus ditandai dengan
terpenuhi kedua-duanya, bila hanya salah
Fatwa tersebut merupakan “angin segar” satu maka dianggap belum masuk tanggal.
karena dianggap suatu upaya menghilangkan
arogansi keormasan dalam menentukan awal Tabel 2
bulan hijriyah, terutama yang berkaitan Kriteria Hisab Rukyat Indonesia
dengan ibadah. Meskipun efektifitasnya Beda Azimut 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 6,0

masih harus diuji seiring kesadaran tiap- Tinggi


8,3 7,4 6,6 5,8 5,2 4,6 4,0 3,6 3,2 2,9 2,6 2,4 2,3
Minimum (o)
tiap ormas untuk menghilangkan khilafiyah
yang terjadi, jelas fatwa tersebut adalah Kriteria hilal yang didukung ilmu pe­
usaha sungguh-sungguh untuk mereduksi ngetahuan dan pengamatan secara intensif
perbedaan yang terjadi. sangat diperlukan sebagai titik temu mazhab
hisab dan rukyat. Pada tahun 2010 Thomas
c. Penyempurnaan Visibilitas Hilal oleh Djamaludin kembali mengusulkan sebuah
Thomas Djamaluddin kriteria baru. Kriteria ini adalah hasil kajian
Tinjauan astronomi terkait penentuan awal lanjutan dan penyempurnaan dari kriteria
bulan Islam banyak ditekuni di Institut LAPAN yang telah di wacanakan sejak tahun
Tehnologi Bandung (ITB). Secara khusus 2000. Dengan demikian kriteria LAPAN
wacana unifikasi awal bulan Qamariyah disempurnakan menjadi “Kriteria Hisab-
dapat ditemukan pada tulisan-tulisan Rukyat Indonesia”. Adapun kriteria baru
Thomas Djamaluddin.34 Pokok pemikiran tersebut adalah Jarak bulan-matahari >
Thomas adalah mewacanakan adanya kriteria
35
Thomas Djamaluddin, Menggagas Fiqih Astronomi:
Telaah Hisab Rukyat dan Pencarian Solusi perbedaan Hari Raya,
33
Baca Pedoman Pejabat Urusan Agama Islam, “Ketetapan h. 102.
MUI nomor 2 tahun 2004”, (Jakarta: Departemen Agama Ditjen 36
Diskusi dengan Sriyatin Shadiq Jl. Pagesangan No. IV.
Bimas Islam dan Urusan Haji, 2005). Rw.3. Jambangan, Surabaya (14 Juni 2011).
34
Baca Thomas Djamaluddin, Menggagas Fiqih Astronomi: 37
Baca Thomas Djamaluddin, Menggagas Fiqih Astronomi:
Telaah Hisab Rukyat dan Pencarian Solusi perbedaan Hari Raya, Telaah Hisab Rukyat dan Pencarian Solusi perbedaan Hari Raya,
(editor) Asep Nurshobah, (Bandung: Kaki Langit, 2005). h. 103.
Hamdun: Pendekatan Blusukan Jokowi-JK  |343

6,4o  dan beda tinggi bulan-matahari > 4o akurasi kriteria MABIMS (imkân-ru’yah)
Dengan ketentuan: (LP2IF–RHI) telah menyelenggarakan
1) Seandainya ada kesaksian rukyat yang kampanye observasi hilal sepanjang periode
meragukan, di bawah kritria tersebut, Januari 2007–November 2009. Kampanye
maka kesaksian tersebut harus ditolak. observasi dilaksanakan dalam jejaring titik
2) Bila ada kesaksian rukyat yang me­ observasi yang secara geografis terentang dari
yakinkan (lebih dari satu tempat dan posisi lintang 5° LU hingga 31° LS, dengan
tidak ada objek yang menggangu atau dibantu alat optik maupun mata telanjang.
ada rekaman citranya), maka kesaksian Kampanye observasi telah menghasilkan 168
harus diterima dan menjadi bahan untuk data visibilitas yang terdiri dari 104 data
mengoreksi kriteria hisab rukyat yang visibilitas positif dan 64 data visibilitas
baru. negatif yang mana sebagian besar di
antaranya dihasilkan dari titik–titik observasi
3) Bila tidak ada kesaksian ru’yah al-hilâl di Pulau Jawa (antara lintang 6°–8° LS).
karena mendung, padahal bulan telah Secara kuantitatif jumlah data tersebut 4,4
me­menuhi kriteria, maka data tersebut kali lebih banyak dibanding data visibilitas
dapat dijadikan dasar pengambilan ke­ yang dihimpun Kementerian Agama RI
putusan, karena kriteria hisab rukyat sepanjang periode 1967–1997 yang telah
telah didasarkan pada data rukyat dianalisis sebelumnya sebagai kriteria
terdahulu.38 LAPAN.40 Dari Analisis hasil kampanye
Kriteria baru di atas merupakan penyem­ observasi hilal ini dihasilkan definisi baru
purnaan kriteria yang selama ini digunakan tentang hilal. Menurut RHI hilal adalah
oleh BHR dan ormas-ormas Islam untuk Bulan pasca konjungsi yang memiliki 24
mendekatkan semua kriteria itu dengan ≥ Lag ≥ 40, Kriteria visibilitas RHI: aD ≥
fisis hisab dan rukyat hilal menurut kajian 0,099 DAz2 – 1,490 DAz + 10,382.41
astronomi. Dari beberapa upaya unifikasi penentuan
awal bulan Qamariyah di Indonesia seperti
d. Penyempurnaan Visibilitas Hilal oleh yang disebutkan di atas menunjukkan
RHI teknologi hanyalah menjadi satu atau dua
Selain kriteria visibilitas hilal yang diusulkan unsur dari diskursus penentuan awal bulan
LAPAN, Lembaga Rukyatul Hilal Indonesia Qamariyah. Meski upaya-upaya unifikasi
(RHI) sebuah komunitas dari Yogyakarta tersebut hingga kini masih sekedar wacana
secara rutin melakukan aktivitas penghitungan dan belum membuahkan hasil, namun di
astronomis dan pengamatan empiris terhadap sisi lain upaya tersebut secara langsung telah
bulan sabit muda di pelbagai daerah di tanah berhasil memangkitkan semangat ijtihad
air.39 RHI melakukan kegiatan observasi hukum dan kemajuan ilmu pengetahuan
lapangan berupa pengamatan hilal yang di masyarakat.
dilakukan hampir setiap menjelang bulan
baru hijriyah dan disiarkan secara live video
streaming rukyatul hilal nasional melalui 40
Ma’rufin Sudibyo, “Variasi Lokal dalam Visibilitas
internet. Hilaal: Observasi Hilaal di Indonesia pada 2007–2009”,
Sebagai bagian untuk memperbaiki (Makalah LP2IF–RHI). Lihat juga Sudibyo, Arkanuddin, dan
Riyadi, “Observasi Hilaal 1427–1430 H (2007–2009 M) dan
Implikasinya untuk Kriteria Visibilitas di Indonesia”, makalah
pada Seminar Nasional:  Mencari Solusi Kriteria Visibilitas
38
Thomas Djamaludidn, “Analisis Visibilitas Hilal Untuk Hilal dan Penyatuan Kalendar Islam dalam Perspektif Sains
Usulan Kriteria Tunggal di  Indonesia”, http://tdjamaluddin. dan Syariah, Obs. Bosccha, 19 Desember 2009.
wordpress.com. Diakses 30 Juni 2011. 41
Lihat Ma’rufin Sudibyo, “Mengenal Lebih Lanjut Kriteria
39
Lihat situs http://rukyatulhilal.org/. Diakses 30 Juni Visibilitas Hilaal di Indonesia”, (LP2IF–RHI), Makalah disampaikan
2011. pada Dauroh RHI Solo Raya IV Solo, 17 April 2011.
344|  AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 2 Desember 2014

Pembangunan Bidang Agama dan atau gagasan tersebut tentu dapat dibenarkan.
Pendekatan Blusukan Jokowi-JK Sehingga akhirnya muncul jargon “ganti
1. Visi dan Misi Bidang Keagamaan pimpinan, ganti kebijakan”, bahkan sampai
Jokowi-JK hal-hal teknis seperti ganti tata ruang kantor,
Pada akhir Oktober 2014 kepemimpinan ganti kursi, atau ganti warna dinding.
pemerintahan baru Indonesia telah terbentuk Kepemimpinan presiden selama lima
dengan terpilihnya Ir. H. Joko Widodo42 tahun akan sangat berdampak pada kehidupan
dan Drs. H. M. Jusuf Kalla 43 sebagai berbangsa dan bernegara bertahun-tahun
pasangan Presiden dan Wakil Presiden ke depan. Sebagai masyarakat yang ingin
untuk periode 2014-2019 melalui proses mengetahui apa-apa saja yang hendak
yang demokratis. Kabinet Kerja adalah nama dikerjakan oleh pemimpinnya, maka ada
kabinet pada pemerintahan baru di bawah baiknya jika kita mempelajari visi misi dari
kepemimpinan Jokowi-JK. Menurut Gary presiden dan wakil presiden terpilih. Visi
A. Yukl sebagaimana dikutip Udik Budi misi dimaksud adalah dokumen pencalonan
Wibowo, suatu kepemimpinan dipandang Joko Widodo-Jusuf Kalla pada pemilu yang
sangat penting karena dua hal: pertama, lalu. Hal ini cukup penting karena dengan
adanya kenyataan bahwa penggantian mengetahui visi misi tersebut dapat diketahui
pemimpin seringkali mengubah kinerja suatu cerminan struktur berfikir, ide gagasan,
unit, instansi atau organisasi; kedua, salah dan apa-apa yang akan dilakukan seorang
satu faktor internal yang mempengaruhi pemimpin, serta bidang-bidang kehidupan
keberhasilan organisasi adalah kepemimpinan, apa saja yang menjadi prioritas program
mencakup proses kepemimpinan pada setiap mereka selama 5 tahun ke depan.
jenjang organisasi, kompetensi dan tindakan Dalam pencalonannya sebagai Presiden
pemimpin yang bersangkutan.44 Kenyataan dan Wakil Presiden, Jokowi-JK menyusun
visi misi setebal 42 halaman, terdiri 1
42
Joko Widodo (lahir di Surakarta, Jawa Tengah 21 halaman sampul dan 41 halaman isi.
Juni 1961) lebih dikenal dengan Jokowi, adalah Walikota Visi dalam dokumen tersebut tertulis,
Kota Surakarta (Solo) untuk dua kali masa bhakti 2005-
2015, Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2012-2017 namun
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
sebelum masa kepemimpinan berakhir, Jokowi kembali terpilih Mandiri dan  Berkepribadian  Berlandaskan
menjadi Presiden RI. Lihat Dokumen Daftar Riwayat Hidup Gotong Royong”. Visi misi dijabarkan dalam
Capres 2015-2019 dalam http://kpu.go.id/koleksigambar/
Daftar_Riwayat_Hidup_JOKO_WIDODO.pdf. Diakases 16 “9 Agenda Prioritas (nawa cita)”. Penjabaran
November 2014. Bagi pendukungnya, Jokowi adalah pemimpin visi misi dijelaskan dengan kalimat panjang
yang unik dan memiliki otentisitas. Sebagai wong ndeso, Jokowi
tampil memimpin dengan gaya apa adanya. Di saat kebanyakan dan normatif yang tercakup dalam 12 agenda
pemimpin dan elite politik diselimuti hedonisme, Jokowi hadir politik, 26 agenda ekonomi dan 3 agenda
dengan kesederhanaannya. Di tengah gaya kepemimpinan
kantoran yang hanya menerima laporan bawahan, Jokowi hadir
budaya.45
dengan blusukannya. Di tengah budaya elitis para pemimpin Sebagai masyarakat yang hidup dalam
negeri, Jokowi hadir dengan gaya kepemimpinan yang
merakyat. Lihat Caswiyono Rusydi, Badrul Munir, Jokowi dan lingkup keseharian di bidang keagamaan,
Islam: Praktik Kepemimpinan Islami Joko Widodo, (Jakarta: DKN maka penulis mencoba mengkaji visi dan
Garda Bangsa, 2014), h. 6.
43
M. Jusuf Kalla (lahir di Watampone, Sulawesi Selatan,
misi dari aspek pembangunan bidang agama.
15 Mei 1942). JK adalah mantan Menteri Perindustrian dan Berdasarkan pembacaan terhadap naskah
Perdagangan 1999-2000, Mantan Menko Bidang Kesejahteraan setebal 41 halaman tersebut, penulis me­
rakyat 2001-2004, dan wakil Presiden Indonesia periode 2004-
2009. Lihat Dokumen Daftar Riwayat Hidup Cawapres 2015- nemukan fakta bahwa pembangunan bidang
2019 dalam http://kpu.go.id/koleksigambar/Daftar_Riwayat_
Hidup_JUSUF_KALLA.pdf. Diakses 16 November 2014.
Gaya kepemimpinan Jusuf Kalla bagi pendukungnya dilukiskan
sebagai sosok yang tegas, apa adanya, jujur, berani ambil resiko, disampaikan pada Pembekalan Ujian Dinas Tahun 2011 Badan
dan mau bekerja. Achmad Maulani, A Shofi Azzak, Tabayyun Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta Tanggal 14 Juni 2011.
Jokowi-JK, (Jakarta: DKN Garda Bangsa, 2014), h. 58. 45
Baca dokumen dalam http://kpu.go.id/koleksigambar/
44
Udik Budi Wibowo, “Teori Kepemimpinan”, Makalah VISI_MISI_Jokowi-JK.pdf. Diakses 16 November 2014.
Hamdun: Pendekatan Blusukan Jokowi-JK  |345

agama bukanlah salah satu program prioritas muslim moderat dalam mendorong kerjasama
pembangunan ke depan. Kesimpulan tersebut global dan regional untuk membangun
sangat mungkin apabila mengacu pada demokrasi dan toleransi antar kelompok”.49
minimnya penyebutan terma agama atau Setelah menelusuri program pembangunan
keagamaan dalam dokumen tersebut. Hal ini keagamaan terutama pada “program prioritas”
dibuktikan dengan “hanya” disebutkannya sebagai penjabaran inti dari visi misi
sebanyak 4 kali term agama. Selain melacak presiden terpilih, dapat disimpulkan bahwa
term agama penulis juga mencoba menelusuri program pembangunan bidang agama adalah
term Islam atau muslim. Dari pencarian terkesan tidak menjadi bagian utama dari
kata ini penulis hanya berhasil menemukan program  Jokowi-JK. Visi misi Jokowi-JK
satu kata muslim. Adapun kata agama, secara simbolik tidak cukup  menyentuh isu
keagamaan, dan muslim dimaksud adalah pembangunan bidang agama misalnya, akses
sebagaimana tedapat dalam kalimat-kalimat dan mutu layanan bidang haji, Peningkatan
berikut; Bimbingan masyarakat Islam, Pembangunan
Pertama, kata agama muncul pada Pendidikan Islam dan pesantren dan lain-lain.
bagian pendahuluan agenda bidang politik, Minimnya penggunaan term agama
berbunyi, “kami akan menjadi kekuatan dan muslim (Islam) sangatlah kontradiksi
perekat kebangsaan dan menjaga kebhinekaan dengan penggunaan istilah-istilah lain seperti,
dimana perbedaan dan keanekaragaman hukum, ekonomi, pendidikan, pertanian,
budaya, bahasa, suku, dan agama, adalah dan kelautan. Hal ini juga tidak berbanding
taman sari Indonesia”.46 Kedua, kata agama lurus dengan fakta Indonesia sebagai negara
muncul pada bagian pendahuluan agenda berpenduduk Muslim terbesar di dunia
budaya, berbunyi, “Berkepribadian adalah jati dengan jumlah 209 juta jiwa atau sekitar
diri atau identitas yang meletakkan bahwa 87.2% penduduknya tercatat beragama Islam.
Ke-Bhineka-Tunggal-Ika-An antara suku dan Bahkan sekitar 13% dari jumlah penduduk
agama dan kepercayaan diletakkan sebagai muslim di dunia tinggal di Indonesia.50
watak dasar alamiah pembentuk bangsa”.47 Namun demikian jika merujuk pada faktor
Ketiga dan Keempat, kata agama muncul figur individu dan kepemimpinan dari
dalam satu kalimat pada bagian agenda budaya Jokowi-JK, masyarakat masih dapat berharap
di poin 2, berbunyi, “Menguatnya nilai- pembangunan bidang agama akan mendapat
nilai primordialisme dan fundamentalisme perhatian yang memadai termasuk upaya
mengancam keberlangsungan hidup bersama unifikasi penentuan awal bulan qamariah
kemajemukan Indonesia. hal ini ditandai di Indonesia.
dengan derasnya pemahaman konservatisme Menurut Peneliti Lembaga Ilmu Penge­
keagamaan khususnya dikalangan muda tahuan Indonesia (LIPI) Ahmad Najib
dan masyarakat, merebaknya kekerasan Burhani, pendekatan yang digunakan oleh
berbasiskan keagamaan.48 Sedangkan satu Jokowi-JK untuk menyejahterakan umat
kata muslim muncul pada bagian agenda Islam adalah menciptakan kerukunan dan
bidang politik No 1, poin B, berbunyi, kesejahteraan di antara umat beragama,”
“memperkuat peran Indonesia sebagai negara Jokowi-JK mengusung ‘Islam substantif,
demokratis dan berpenduduk mayoritas artinya tidak banyak menggunakan simbol

46
Achmad Maulani, A Shofi Azzak, Tabayyun Jokowi-JK, 49
Achmad Maulani, A Shofi Azzak, Tabayyun Jokowi-JK,
h. 12. h. 13.
47
Achmad Maulani, A Shofi Azzak, Tabayyun Jokowi-JK, 50
Baca Pew Forum on Religion and Public Life, “The
h. 38. Global Religious Landscape A Report on the Size and Distribution
48
Achmad Maulani, A Shofi Azzak, Tabayyun Jokowi-JK, of the World’s Major Religious Groups as of 2010”, Washington,
h. 40. D.C., 2012.
346|  AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 2 Desember 2014

dan jargon Islam, Tapi semangat dan nilai untuk beribadah menurut agamanya dan
keIslaman seperti, keadilan, kesejahteraan kepercayaannya.”
dan kemajuan selalu ditekankan.51 Ini ber­ - Pasal 31 ayat (3), “Pemerintah meng­
beda dengan visi misi pasangan Prabowo usahakan dan menyelenggarakan suatu
Subianto-Hatta Radjasa saat itu mengusung sistem, pendidikan nasional, yang me­
tema ‘Islam simbolik’ artinya melihat simbol- ningkatkan keimanan, dan ketakwaan
simbol keagamaan sebagai sesuatu yang serta akhlak mulia.
sangat penting,”. Mengutip terminologi - Pasal 22 Undang-undang No. 39 tahun
yang disampaikan Syafei Maarif, “Islam 1999 tentang Hak Asasi Manusia. (1)
substansif adalah ibarat garam. Terasa tapi “Setiap orang bebas memeluk agamanya
tidak kelihatan,” Sedangkan “Islam simbolik masing-masing dan untuk beribadat
adalah ibarat gincu, ada warna tapi tidak menurut agamanya dan kepercayaannya
bisa dirasakan,”. itu.” (2) “Negara menjamin kemerdekaan
Sebagaimana disbutkan pada visi-misi setiap orang memeluk agamnya masing-
Jokowi-JK di atas, dalam bidang agama, masing dan untuk beribadat menurut
kepemimpinan ini memberikan prioritas agamanya dan kepercayaannya itu.”
pada penanganan intoleransi keagamaan. Dalam pandangan Imam al-Mawardi,
dalam bagian lain juga diegaskan bahwa pemerintah sebagai pemegang kekuasaan
‘Politik penyeragaman telah mengikis negara berkewajiban untuk melindungi ke­
karakter bangsa’. Dengan konsep ini utuhan dan kesatuan umat dengan prinsip-
nampaknya Jokowi-JK tetap akan mengacu prinsip kemaslahatan manusia52, termasuk
pada pasal-pasal kebebasan beragama dan menjaga wilâyah al-dîniyah yaitu menyangkut
berkeyakinan yang ada. Secara yuridis kepentingan-kepentingan umum dalam
kehidupan keberagamaan di Indonesia pembangunan bidang agama. Hal ini sejalan
memang diatur dalam Undang-Undang dengan konsep pemerintahan yang dianut di
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Indonesia sebagaimana diwujudkan dengan
1945 terdapat beberapa ketentuan yang adanya institusi kementerian Agama53 yang
berkaitan dengan kehidupan keberagamaan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
yakni: sebagian tugas umum pemerintahan
- Pasal 28E ayat (1), “setiap orang bebas dan pembangunan dalam sektor agama.
memeluk agama dan beribadat menurut Kementerian Agama mengayomi, melayani,
agamanya...” membimbing dan sampai taraf tertentu ikut
- Pasal 28E ayat (2), “setiap orang berhak membina kehidupan umat beragama dalam
atas kebebasan meyakini kepercayaan, statusnya sebagai warga negara Republik
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai Indonesia, sesuai dengan ketentuan Undang-
dengan hati nuraninya.” Undang Dasar 1945.54
- Pasal 29 ayat (1) yang menyatakan,
“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Pendekatan Blusukan Sebagai Titik
Maha Esa.” Temu Unifikasi
- Pasal 29 ayat (2), “Negara menjamin Persoalan-persoalan terkait pengelolaan
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk keagamaan di Indonesia saat ini memiliki
memeluk agamanya masing-masing dan
52
Imam al-Mawardi, al- Ahkâm al-Sulthaniyah, Fadli
Bahri (terj.), (Jakarta: PT. Darul Falah, 2006), h. 23.
51
“Membedah Visi dan Misi Calon Presiden dan Wakil 53
Baca Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Presiden Bidang Agama”, http://www.pemilu.com/berita/2014/05/ Kementerian Negara.
membedah-visi-dan-misi-calon-presiden-dan-wakil-presiden- 54
Baca Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29 (Amandemen
bidang-agama. Diakses 16 November 2014. UUD 1945).
Hamdun: Pendekatan Blusukan Jokowi-JK  |347

kompleksitas yang berbeda dibanding pada dengan tema “blusukan”. Dengan pen­dekatan
masa-masa sebelumnya. Konteks utamanya ini Jokowi mampu menerjemahkan kondisi
kini adalah demokratisasi, yang mengubah masyarakat ke dalam kebijakan dan program
karakter negara, masyarakat, dan hubungan pembangunan. Selain itu, Jokowi juga
keduanya. Meskipun Indonesia masih sering sosok yang parsitipatif, ia sering melibatkan
dipuji sebagai negara demokratis dengan ciri masyarakat secara langsung dalam banyak
keberagamaan yang toleran, beberapa jenis hal. Dengan model kepemimpinan yang
kasus yang terjadi secara berulang di banyak partisipatif, Jokowi menciptakan sinergi antara
kasus dan tempat merusak citra baik ini, rakyat dan pemerintah dalam merumuskan
dan lebih penting mengisyaratkan adanya kebijakan dan rencana program yang sesuai
masalah mendasar dalam kebijakan terkait dengan kebutuhan masyarakat yang tepat
kehidupan beragama di Indonesia maupun sasaran.
implementasinya.55 Kedua, faktor pengalaman Jusuf Kalla
Fenomena keagamaan tentang perbedaan dalam mediasi konflik56. JK adalah Ketua
penentuan awal bulan Qamariyah di Indonesia Umum Dewan Masjid Indonesia 2010-2014,
adalah fenomena unik di antara negara-negara lembaga yang punya tujuan mewujudkan
dengan berpenduduk mayoritas muslim. Fakta fungsi masjid sebagai pusat ibadah, pe­
tentang keragaman waktu dalam memulai ngembangan masyarakat dan persatuan umat.
awal Ramadhan dan Syawal mencerminkan Pada masa pemerintahan Jokowi-JK sekarang
adanya cara (metode) penentuan (di samping ini mereka diidentikan dengan kata blusukan
pemegang otoritas penentu) yang tidak tunggal. dalam seni kepemerintahan, penulis meyakini
Sebagai respon terhadap problematika, pelbagai pendekatan ini dapat digunakan untuk
pihak telah memberikan perhatiannya dengan mencari titik temu perbedaan yang terjadi
menginisiasi wacana unifikasi sebagaimana dalam pelbagai masalah termasuk masalah
dijelaskan di atas. Namun upaya-upaya penetapan awal bulan Qamariyah. Adanya
unifikasi tersebut sejauh ini belum terwujud. faktor niat dan kemauan yang keras dari
Terlepas dari pengalaman kegagalan terdahulu, pemimpin akan menjadi kunci penyelesaian
kini masyarakat memiliki harapan pada masalah. Dalam Kamus Bahasa Jawa, secara
kabinet kerja pemerintah baru. Kehadiran istilah kata “blusuk, mblusuk” berarti “mlebu
figur pemimpin-pemimpin baru dalam jajaran ing” (bahasa Indonesia berarti “masuk ke”);
eksekutif sekilas tampak menjanjikan dalam “blusak-blusuk” berarti “mlebu ing ngendi-
pembangunan bidang agama. Harapan ini endi” (bahasa Indonesia berarti “masuk
tentu tidak berlebihan apabila melihat figur kemana-mana”). Sufiks (akhiran) “-an”
Jokowi-JK dan kabinetnya. dalam kata “blusuk-an” bermakna aktivitas
Pertama, Faktor figur kepemimpinan “masuk ke” atau aktivitas yang dilakukan
Jokowi. Salah satu karakter yang juga tidak oleh seseorang memasuki suatu tempat yang
lepas dari kepemimpinan Jokowi adalah asing untuk mendapatkan sesuatu. Jadi kata
karakter aspiratif dan partisipatif. Bentuk nyata “blusuk-an” adalah asli bahasa Jawa, bukan
dari sikap aspiratif Jokowi sebagai pemimpin bahasa Indonesia.57 Sedangkan dalam bahasa
dapat dilihat dari jejaknya saat memimpin Inggris kata Blusukan, oleh The Jakarta Post
Kota Solo dan DKI. Jakarta, dimana ia
seringnya turun langsung ke masyarakat 56
Jusuf Kalla adalah salah seorang inisiator dibalik
peletakkan kerangka perdamaian konflik di Indonesia, seperti;
konflik Poso, Sulawesi Tengah, dan Ambon, Maluku melalui
55
“Pengelolaan Keragaman Agama di Indonesia; Usulan pertemuan Malino I dan Malino II. JK juga menorehkan sejarah
Penanganan Kasus-Kasus Mendesak, Perbaikan Implementasi dengan keberhasilannya membuka jalan perdamaian di Bumi
dan Perubahan Kebijakan”, Makalah ini ditulis bersama oleh Serambi Makkah, Aceh, antara GAM dan Pemerintah RI.
staf Program Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS), Sekolah 57
Caswiyono Rusydi, Badrul Munir, Jokowi dan Islam:
Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Oktober 2014, h. 1. Praktik Kepemimpinan Islami Joko Widodo, h. 58.
348|  AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 2 Desember 2014

dan media-media asing diterjemahkan denga menghendaki wilayah global. Kedua, pe­
“impromptu visit”.58 merintah yang diwakili Menteri Agama
Dalam beberapa kesempatan Jokowi secara umum pun bisa diterima sebagai
menjelaskan, blusukan yang dilakukannya otoritas tunggal yang menetapkan kalender
terkait dengan manajemen pemerintahan Hijriyah Indonesia dengan dilengkapi
adalah dalam rangka mendengar masalah mekanisme sidang isbath untuk penetapan
yang ada di masyarakat sekaligus menguasai awal Ramadhan dan hari raya. Sayangnya,
medan.59 Masyarakat kemudian mengetahui syarat ketiga belum tercapai.
bahwa tujuan blusukan sesungguhnya adalah Saat ini masing-masing ormas Islam
untuk melakukan komunikasi langsung masih mempunyai kriteria sendiri. Kriteria
dengan warga masyarakat, disamping ada­ ketinggian hilal yang berlaku di Indonesia
nya pelbagai tujuan resmi lainnya. Blusukan adalah kriteria wujûdul hilâl dan ketinggian
karena itu dapat diartikan secara luas sebagai hilal minimal 2°. Seandainya dua kriteria
semacam cara berpemerintahan dalam pe­ tersebut tetap menjadi acuan ormas-ormas
ngertian Foucaultian. Foucault, filosof dan Islam, maka potensi perbedaan akan terus
ahli teori sosial yang menemukan istilah terjadi pada tahun-tahun mendatang. Penulis
berpemerintahan (govermentality) dan seni mencatat dalam 5 tahun masa kepemimpinan
untuk memerintah, berpendapat apa yang Jokowi-JK terdapat tiga masa kritis terjadi
seharusnya dilakukan oleh pe­merintah bukan­ perbedaan sebagaimana data berikut:
lah sesuatu yang bersifat territorial, namun,
Tabel 3
sesuatu yang berkaitan dengan kompleksitas
Data Tinggi Hilal Bulan Ramadhan, Syawal dan
manusia dan segala sesuatunya.60 Dzulhijjah tahun 1436 H -1440 H/2015 -2019 M
Kembali pada permasalahan fenomena menurut MABIMS
keagamaan terkait perbedaan penentuan Bulan/Tahun Ramadhan Syawal Dzulhijjah
awal bulan Qamariyah. Menurut Thomas 1436 H/2015 M -2° 05’ 28.42” 3° 02’ 52.89” 0° 38’ 34.63”
1437 H/2016 M
Djamaludin, ada tiga hal agar sebuah 4° 04’ 20.02” -1° 11’ 42.29” -0° 08’ 49.62”
1438 H/2017 M 8° 25’ 45.76” 3° 50’ 16.08” 7° 30’ 20.86”
kalender bisa digunakan secara mapan,
1439 H/2018 M 0° 08’ 46.22” 7° 40’ 33.38” -0° 11’ 51.03”
tiga hal tersebut adalah;61 1. Ada batasan
1440 H/2019 M 5° 50’ 40.31” 0° 06’ 23.08” 3° 27’ 30.17”
wilayah keberlakukan (nasional atau global),
2. Ada otoritas tunggal yang menetapkannya, Berdasarkan data ketinggian hilal awal
dan 3. Ada kriteria yang disepakati. Dalam bulan dari markaz (kordinat) Jakarta di
konteks di Indonesia, saat ini syarat pertama atas, pada angka yang ditebalkan tersebut
dan kedua secara umum sudah tercapai. menandakan adanya potensi berbedaan pada
Pertama, batasan wilayah hukum Indonesia bulan-bulan tersebut. Yaitu Dzulhijjah 1436
telah disepakati oleh sebagian besar umat H/2015 M dengan ketinggian hilal 0° 38’
Islam Indonesia, walau ada sebagian yang 34.63”, Ramadhan 1439 H/2018 M dengan
ketinggian 0° 08’ 46.22”, dan Syawal 1440
58
Baca The Jakarta Post, “Jokowi criticizes NGO report H/2019 M dengan ketinggian 0° 06’ 23.08”.
on impromptu-visit budget”, http://www.thejakartapost.com/ Berdasarkan fakta yang demikian hendaknya
news/2013/07/22/jokowi-criticizes-ngo-report-impromptu-
visit-budget.html, (Akses 16 November 2014). pemerintah Jokowi-JK dapat menyusun satu
59
Caswiyono Rusydi, Badrul Munir, Jokowi dan Islam: langkah strategis untuk menemukan sebuah
Praktik Kepemimpinan Islami Joko Widodo, h. 59.
60
Lihat Jonathan Xavier Inda (ed), Anthropologies of
titik temu unifikasi penetapan awal bulan
Modernity: Foucault, Governmentality, and Life Politics, pp. 5. Qamariyah di Indonesia agar perbedaan tidak
(Oxford: Blackwell Publishing, 2000), h. 216-217. terjadi seperti pada tahun-tahun sebelumnya.62
61
Thomas Djamaludin, “Kalender Hijriyah Bisa Memberi
Kepastian Setara Dengan Kalender-Masehi” http://tdjamaluddin.
wordpress.com/2011/01/06/kalender-hijriyahbisa-memberi-
kepastian-setara-dengan-kalender-masehi/ Diakses 05 Desember 62
Selama tahun 1410 – 1432 H/1990-2011 M diketahui
2012. terjadi perbedaan penentuan 1 Ramadan, 1 Syawal, dan Idul
Hamdun: Pendekatan Blusukan Jokowi-JK  |349

Langkah lobby kultural sebagaimana yang dengan kebijakan sosial politik keagamaannya.
pernah dilakukan oleh JK pada tahun 2007 Peran pemerintah sebagai pihak pemegang
ada baiknya kembali dicoba dengan model kekuasaan otoritas (uli al-Amri) juga akan
blusukan. Tidak ada salahnya jika presiden menjadi lebih baik dari yang selama ini di
atau wakil presiden bisa turun secara langsung “posisi dilematis” karena ketidakmampuannya
atau melalui fasilitasi Kementerian Agama dalam menyatukan dan menghadapi perbedaan
untuk blusukan ke tempat-tempat ormas dan keputusan pelbagai pihak.
kelompok masyarakat yang berbeda.63 Seperti Dari masukan-masukan yang didapat dari
blusukan ke kantor PBNU dan Kantor PP silaturahim di atas, Pemerintah (Kementerian
Muhammadiyah. Langkah ini sangatlah Agama) selanjutnya dapat me­lakukan kajian
krusial mengingat konteks sejarah dari kedua akademik dan empirik sesuai yang dibutuh­
ormas tersebut yang bahkan umurnya lebih kan, seperti dengan pendekatan historis,
tua dari kemerdekaan negara ini. Blusukan sosiologis, hukum Islam, astronomi, hukum,
ke pelbagai Ormas Islam seperti, Persis, politik, dan filosofis. Berdasarkan kajian ini
DDII, Al-Washliyah, Hizbut Tahrir Indonesia pemerintah dapat membuat satu kebijakan
dan dilanjutkan ke pelbagai wilayah dimana untuk penyatuan kalender Islam sesuai dengan
terdapat kelompok Jama’ah Thariqat yang kondisi masyarakat Indonesia dan sesuai
selama ini sering berbeda “tanpa dasar amanat UUD 1945 pasal 28 E ayat (1), (2)
yang jelas”, seperti, Jamaah al-Muhdlor di dan pasal 29 ayat (2). Hal ini dilakukan juga
Sumbergempol, Jamaah Naqsabandiyah Kota untuk menghindari adanya ancaman terhadap
Padang Jamaah al-Nadzir di Gowa, Jamaah wibawa negara sebagaimana disebutkan dalam
Syattariyah di Sumatra Barat, dan Komunitas Tiga Problem Pokok Bangsa visi misi jokowi-
Umat Islam Aboge di Banyumas. JK “Wibawa negara merosot ketika negara
Dengan menjalankan bulusukan-blusukan tidak kuasa memberikan rasa aman kepada
tersebut berarti pemerintah telah me­lakukan segenap warga negara,..., tidak berdaya dalam
silaturahim yang akan merekatkan bangsa. mengelola konflik sosial, negara semakin
Situasi dan keadaan seperti ini, menurut tidak berwibawa ketika masyarakat semakin
penulis akan meng-eliminasi “posisi kritis” tidak percaya kepada institusi publik, dan
pemerintah selama ini yang tidak nyaman pemimpin tidak mempunyai kredibilitas
yang cukup untuk menjadi teladan dalam
Adha sebanyak 14 kasus. Dalam data astronomi menunjukkan
menjawab harapan publik terhadap perubahan
bahwa selama rentang waktu 22 tahun (1990-2011) terjadi ke arah yang lebih baik”.64
perbedaan sebanyak 14 kali (kasus). Selama tahun 1990-1998
terjadi perbedaan awal Ramadan sebanyak 2 kasus, yaitu tahun Dewasa ini sebuah kepemimpinan pe­
1411/1991, 1417/1997, dan awal Syawal sebanyak 4 kasus, merintahan lebih diharapkan pada upaya
yaitu tahun 1412/1992, 1413/1993, 1414/1994, 1418/1998.
Tahun 1999-2011 terjadi perbedaan awal Ramadan sebanyak
untuk membangun harapan dan mimpi
1 kasus, yaitu tahun 1422/2001, awal Syawal sebanyak 4 kasus, (make to hope and dreams), bukan sekedar
yaitu tahun 1423/2002, 1427/2006, 1428/2007, 1432/2011, memerintah dengan segenap otoritas yang
dan awal Zulhijah sebanyak 3 kasus, yaitu tahun 1420/2000.
1423/2003 dan 1431/2010. Baca Kementerian Agama RI, melekat. Jika faktor kepemimpinan Jokowi-
Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadan, Syawal dan Zulhijah JK yang identik dengan pendekatan blusukan
1381-1432 H/1992-2011 M (Jakarta: Direktorat Urusan Agama
Islam dan Pembinaan Syariah, 2011). Sedangkan sejak tahun ini saling bersinergi maka diharapkan akan
2012-2014 data astronomi menunjukkan terjadi perbedaan tercipta terobosan-terobosan baru yang men­
sebanyak 4 kasus yaitu pada Ramadhan 1433 H/2012 M,
Ramadhan1434 H/2013 M., Serta Ramadhan dan Dzulhijjah
jadi kunci persatuan dan kemajuan umat
1435 H/2014 M. Islam di masa mendatang.
63
Mengenai Ormas dan kelompok-kelompok yang berbeda
di Indonesia baca selengkapnya Sriyatin Shadiq, Penentuan Awal
Bulan Islam di Indonesia (Studi Terhadap Keputusan Menteri
Agama RI tentang Penetapan Tanggal 1 Ramadan, 1 Syawal, dan
10 Zulhijah), Disertasi Program Pascasarjana Institut Agama 64
Lihat dalam http://kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2012. Jokowi-JK.pdf. Diakses 16 November 2012. h. 5.
350|  AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 2 Desember 2014

Penutup Astronomi; Telaah Hisab Rukyat dan


Dialog adalah kata kunci dalam blusukan Pencarian Solusi perbedaan Hari Raya.
yang merupakan epitomisasi seni memerintah (editor) Asep Nurshobah, Bandung: Kaki
dari Jokowi-JK. Di dalam adat istiadat Orang Langit, 2005.
Jawa terdapat sebuah kata yang secara logis ______, “Analisis Visibilitas Hilal Untuk
melengkapi praktek blusukan yaitu diuwongke, Usulan Kriteria Tunggal di  Indonesia”,
artinya manusia harus diperlakukan http://tdjamaluddin.wordpress.com.
sebagai layaknya seorang manusia. Dengan Diakses 30 Juni 2011.
melakukan pendekatan yang bermartabat ini
Geertz, Clifford, Abangan, Santri, Priyayi
maka setiap perbedaan pasti akan tereduksi.
dalam Masyarakat Jawa, Jakarta: Pustaka
Karena itu penulis merekomendasikan
Jaya, 1981.
adanya agenda blusukan oleh pemerintah
yang dibalut dengan agenda silaturahim ke Hamdun, “Wacana Unifikasi Penentuan
pelbagai tokoh, ormas, dan jama’ah-jam’ah Hari Raya Idul Fitri di Indonesia: Suatu
Islam yang ada untuk mengakomodasi Kajian dengan Analisis Systems Approach”,
dan merangkum berbedaan pandangan di Tesis Pascasarjana IAIN Sunan Ampel
kalangan masyarakat muslim tersebut. Penulis Surabaya, 2011.
berkeyakinan blusukan ini adalah anti thesis Utama, Hendro Setiyanto, J.A., Sistem
dari pelbagai kajian penyebab kegagalan Rukyat Online: “Pemanfaatan Tekhnologi
demi kegagalan unifikasi penetapan awal Informasi dalam Observasi Hilal”, dalam
bulan Qamariyah di Indonesia. Perbedaan Pikiran Rakyat, 21 September 2006.
merupakan keniscayaan dan tidak bisa
dihindari sebagai makhluk sosial dan politik. Izzuddin, Ahmad, “Hisab Rukyat di Indonesia”,
Tetapi pemerintah tetap mempunyai peran Makalah pada acara Orientasi Sertifikasi
besar untuk berusaha menyatukan perbedaan Arah Kiblat Badan Hisab Rukyat Daerah
pendapat dan tetap menekankan ukhuwah di Hotel Muria, tanggal 5-7 Agustus
(persatuan) untuk menjaga ketertiban dan 2009 M / 14-16 Sya’ban 1430 H.
ketenangan masyarakat. Menjaga kerukunan Inda, Jonathan Xavier (ed), Anthropologies of
umat beragama merupakan kewajiban Modernity: Foucault, Governmentality, and
pemerintah, tetap utuhnya kesatuan umat Life Politics, pp. 5., Oxford: Blackwell
beragama merupakan hak dan harapan Publishing, 2000.
masyarakat.
Keputusan Temu Kerja Evaluasi Hisab Rukyat
2010 di Hotel Horizon, Semarang,
Pustaka Acuan tanggal 25 Februari 2010 M.
Asyari, Suaidi, Nalar Politik NU dan
Keputusan Temu Kerja Evaluasi Hisab
Muhammadiyah Overcrossing Java Centris,
Rukyat 2011 di Hotel Aston Denpasar
Yogyakarta: LKiS, 2009.
Bali, tanggal 27 Mei 2011 M.
Azhari, Susiknan, “Penggunaan Sistem Hisab
Lembar laporan hasil pembahasan lanjutan
dan Rukyat di Indonesia Studi Interaksi
kriteria penentuan awal bulan Qamariyah,
NU dan Muhammadiyah”, Disertasi,
Dirjen Bimas Islam Departemen Agama
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2006.
RI tanggal 30 Maret 2007.
Badan Hisab Rukyat Departemen Agama
RI, Almanak Hisab Rukyat, Proyek Lembar Rumusan Lokakarya Nasional
Pembinaan Badan Peradilan Agama Perundang-undangan Awal Bulan
Islam, Jakarta: 1981. Qamariyah tahun 2009 Dirjen Bimbingan
Masyarakat Islam Departemen Agama
Djamaluddin, Thomas, Menggagas Fiqih RI, tertanggal 6 Desember 2009.
Hamdun: Pendekatan Blusukan Jokowi-JK  |351

Lembar Rumusan Lokakarya Perundang- Ruskanda, Farid, dkk, Rukyat dengan


undangan Hisab Rukyat tahun 2011, Teknologi, Jakarta: Gema Insani Press,
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam 1994.
Departemen Agama RI, tertanggal 28 Rusydi, Caswiyono, Badrul Munir, Jokowi
April 2011. dan Islam: Praktik Kepemimpinan Islami
Madjid, Nurcholish, Dialog Ramadhan Joko Widodo, Jakarta: DKN Garda
bersama Cak Nur, Jakarta: Paramadina, Bangsa, 2014.
2000. Sudibyo, Ma’rufin, “Variasi Lokal dalam
______, “Prisma Pergeseran Budaya Jawa Visibilitas Hilaal: Observasi Hilaal di
ke Budaya Indonesia”, dalam KOMPAS, Indonesia pada 2007–2009”, Makalah
Jumat, 7 Januari 2000. LP2IF–RHI.
______, et.al., Islam Universal, Yogyakarta: Sudibyo, Ma’rufin, Mutoha Arkanuddin, dan
Pustaka Pelajar, 2007. Riyadi, “Observasi Hilaal 1427–1430 H
Maulani, Achmad, Tabayyun Jokowi-JK, (2007–2009 M) dan Implikasinya untuk
Jakarta: DKN Garda Bangsa, 2014. Kriteria Visibilitas di Indonesia”, makalah
Seminar Nasional:  Mencari Solusi
Mawardi, Imam, al- Ahkam al-Sulthaniyah, Kriteria Visibilitas Hilal dan Penyatuan
Terj. Fadli Bahri, Jakarta: PT. Darul Kalendar Islam dalam Perspektif Sains
Falah, 2006. dan Syariah, Obs. Bosccha, 19 Desember
Mu’thi, Abdul, Inkulturasi Islam Menyemai 2009.
Persaudaraan, Keadilan dan Emansipasi Sudibyo, Ma’rufin, “Mengenal Lebih Lanjut
Kemanusiaan, Jakarta: al-Wusta Publishing, Kriteria Visibilitas Hilal Di Indonesia”,
2009. (LP2IF–RHI), Makalah disampaikan
Nawawi, Mahyudin, “Menegakkan Mazhab pada Dauroh RHI Solo Raya IV Solo,
Negara”, dalam Chorul Fuad Yusuf 17 April 2011.
(ed), Hisab Rukyat dan Perbedaannya, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008
Balitbang Agama dan Diklat Keagamaan, tentang Kementerian Negara.
Departemen Agama RI, 2004.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 29
Pengelolaan Keragaman Agama di Indonesia; (Amandemen UUD 1945).
Usulan Penanganan Kasus-Kasus
Mendesak, Perbaikan Implementasi
dan Perubahan Kebijakan”, Makalah ini Internet:
ditulis bersama oleh staf Program Studi “Jemaah Al-Muhdlor di Tulungagung Rayakan
Agama dan Lintas Budaya (CRCS), Idul Fitri, Kemarin”, http://www.nu.or.
Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah id/page.php?lang=id&menu=news_
Mada, Oktober 2014. view&news_id=14423. Diakses 28
Desember 2009.
Pew Forum on Religion and Public Life,
“The Global Religious Landscape A Report “Jamaah Naqsabandiyah Padang Shalat Idul
on the Size and Distribution of the World’s Fitri Hari Ini”, http://www.nu.or.id/page.
Major Religious Groups as of 2010”, php?lang=id&menu=news_view&news_
Washington, D.C., 2012. id=14426. Diakses 28 Desember 2009.
http://detikIslam.com/2008/09/29/
Pedoman Pejabat Urusan Agama Islam, hizbut-tahrir-mengumumkan-Idul-
“Ketetapan MUI Nomor 2 tahun 2004”, Fitri-30-. Diakses 28 Desember 2009.
Departemen Agama Ditjen Bimas Islam
dan Urusan Haji, Jakarta: 2005. ”Jamaah al-Nadzir Tak Gunakan Hisab
352|  AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 2 Desember 2014

atau Rukyat untuk Tentukan Idul “Umat Islam Aboge Banyumas Shalat Ied
Fitri” http://www.nu.or.id/page. Hari Ini” http://news.okezone.com/index.
php?lang=id&menu=news_view&news_ php/ReadStory/2008/10/03/1/150658/
id=14439. Diakses 28 Desember 2009. umat-Islam-aboge-banyumas-shalat-ied-
”NU dan Muhammadiyah Shalat Idul Fitri hari-ini. Diakses 28 Desember 2009.
Bersamaan” http://www.nu.or.id/page. http://rukyatulhilal.org/
php?lang=id&menu=news_view&news_ http://kpu.go.id/koleksigambar/VISI_MISI_
id=14453. Diakses 28 Desember 2009. Jokowi-JK.pdf
“Jamaah Syattariyah di Sumbar Shalat http://kpu.go.id/koleksigambar/Daftar_
Idul Fitri, Kemarin“ http://www.nu.or. Riwayat_Hidup_JOKO_WIDODO.pdf
id/page.php?lang=id&menu=news_
view&news_id=14478. Diakses 28 http://kpu.go.id/koleksigambar/Daftar_
Desember 2009. Riwayat_Hidup_JUSUF_KALLA.pdf

You might also like