Professional Documents
Culture Documents
6 Limbah (Kopi)
Pembawa Berkah
65
66
67
68
haji, anak dan isteri saya akan tinggal di mana?” Rumah yang di Jalan
Teuku Umar adalah warisan dari orangtua. “Nggak mungkin mereka
tinggal di sana,” maka berdoalah ia, “Ya Allah, kalau boleh memilih,
sebelum berangkat haji, adakanlah rumah.” Ini semua adalah raha-
sia Allah, katanya. Setelah semalam ia berdoa, besoknya ia mendapat
keuntungan lagi sebesar Rp 35 juta. Begitulah rezeki yang datangnya
tidak terduga ia peroleh lebih dari tiga kali.
Akhirnya terbelilah rumah seharga Rp 55 juta, yang kini ia tem-
pati bersama keluarganya. Tetapi saat itu ia baru mampu membayar
Rp 35 juta. Ia pun berdoa lagi agar rumah itu dapat ia lunasi sebelum
berangkat haji. Ternyata doanya manjur, dari penjualan limbah ko-
pinya ia kembali mendapat rezeki keuntungan, sehingga bisa menu-
tup kekurangan harga rumah—bahkan rumah ini telah dipugar.
Pada tahun 2007, isterinya pun pergi haji sehingga hal itu kemu-
dian membuat H. Muchlas semakin mantap menekuni bisnis limbah
kopi. Mulai tahun itu pula ia mengambil pembiayaan usahanya dari
Bank Syariah Mandiri (BSM), Bandar Lampung.
69
70
ini sudah berlangsung lebih dari setahun. Kalau sampai terjadi penu-
runan, paling rendah adalah Rp 17 juta.
Pada tahap awal mengolah limbah kopi Muchlas menyewa ta-
nah untuk tempat pengolahannya. Kini ia sudah berhasil memiliki ta-
nah sendiri seluas 2 ribu meter persegi yang dipergunakan untuk gu-
dang dan pengolahan. Selain diayak secara manual, limbah kopi juga
dipisahkan menggunakan mesin. Kedua metode itu kini dijalankan
secara paralel. “Feeling pengusaha biasanya lebih tajam dibanding-
kan kita,” aku Suharto. Mungkin dengan mengubah pengolahan dari
manual ke mesin, berarti ada peluang untuk meningkatkan produksi.
Yang jelas (biaya) overhead-nya pasti turun.
71
72
73
74
75