You are on page 1of 3

Tatalaksana

Strategi pengobatan harus disesuaikan secara individual dan terfokus pada karakteristik pasien.
Pendekatan terapeutik terhadap gangguan pendengaran pertama-tama harus bertujuan untuk
mengatasi penyebab tuli konduktif. Penyebab tuli konduktif yang reversibel dapat membatasi kinerja
alat bantu dengar konvensional pada presbycusis. Oleh karena itu, kondisi medis seperti kotoran telinga
atau otitis efusi kronis, atau kondisi operasi, seperti otitis media kronis atau otosklerosis, harus
ditatalaksana sebelum pengobatan prostetik konvensional.

Secara tradisional, strategi prostetik pertama terdiri dari


penggunaan alat bantu dengar konvensional. Ada berbagai jenis alat bantu dengar yaitu:
1. Behind the ear (BTE)
2. In the ear (ITE)
3. In the canal (ITC)
4. Completely in canal (CIC)
Beberapa masalah praktis dengan alat bantu dengar konvensional yang dilaporkan oleh pasien adalah
kenyamanan rendah pada tingkat meatus akustik eksternal, kesulitan yang berlebihan dalam perawatan
prostesis sehari-hari, kesulitan awal penyesuaian dan adanya kemungkinan kebisingan tambahan.
Sehingga, hanya 25% calon pasien yang menggunakan alat bantu dengar konvensional, sedangkan 30%
di antaranya tidak menggunakan alat bantu tersebut. Kurangnya penggunaan alat bantu dengar tidak
ada hubungannya dengan usia, atau dengan tingkat gangguan pendengaran, atau dengan tingkat
pendidikan. Pada pasien yang memiliki motivasi tinggi namun dengan kepatuhan yang rendah terhadap
alat bantu dengar konvensional, implan protesis dapat diusulkan.

Hasil audiologisnya sebanding dengan alat bantu dengar konvensional dan memberikan kepuasan yang
lebih besar. Secara khusus, pada tuli konduktif, implan tulang konduksi protesa juga harus
dipertimbangkan sebagai pilihan pertama. Pada orang tua yang terus memiliki pemahaman verbal yang
buruk meskipun sudah ditatalaksana dengan prostetik konvensional, semakin banyak bukti ilmiah yang
dikaitkan dengan implan koklea mempunyai peran penting.

Hampir semua penelitian yang dilaporkan dalam literatur menunjukkan bahwa implan koklea
meningkatkan kinerja pendengaran, kemampuan komunikasi, kepercayaan dan interaksi sosial pada
populasi geriatri. Studi untuk mengevaluasi rasio manfaat/biaya menunjukkan bahwa implan koklea
adalah intervensi yang menguntungkan juga pada pasien yang lebih tua, walaupun memiliki harapan
hidup yang lebih pendek (dan, akibatnya, berkurangnya durasi penggunaan perangkat). Komplikasi
bedah dilakukannya implan koklea pada lebih tua sebanding dengan yang lebih muda. Keadaan
kesehatan umum tampaknya merupakan prediktor terbaik untuk komplikasi medis daripada usia saja,
walaupun pada umumnya pasien berusia di atas 80 tahun lebih cenderung mengalami komplikasi non-
bedah, seperti aritmia jantung, delirium, inkontinensia urin atau retensi urin (2 -4%). Usia lanjut
bukanlah kontraindikasi untuk implantasi koklea, jika penilaian komorbiditas yang akurat dilakukan
sebelum operasi dilakukan.1
1. Lapenna R, Cipriani L, Ricci. Treatment of presbycusis: where do we stand?. 2017;65:152-153

You might also like