Professional Documents
Culture Documents
Strategi pengobatan harus disesuaikan secara individual dan terfokus pada karakteristik pasien.
Pendekatan terapeutik terhadap gangguan pendengaran pertama-tama harus bertujuan untuk
mengatasi penyebab tuli konduktif. Penyebab tuli konduktif yang reversibel dapat membatasi kinerja
alat bantu dengar konvensional pada presbycusis. Oleh karena itu, kondisi medis seperti kotoran telinga
atau otitis efusi kronis, atau kondisi operasi, seperti otitis media kronis atau otosklerosis, harus
ditatalaksana sebelum pengobatan prostetik konvensional.
Hasil audiologisnya sebanding dengan alat bantu dengar konvensional dan memberikan kepuasan yang
lebih besar. Secara khusus, pada tuli konduktif, implan tulang konduksi protesa juga harus
dipertimbangkan sebagai pilihan pertama. Pada orang tua yang terus memiliki pemahaman verbal yang
buruk meskipun sudah ditatalaksana dengan prostetik konvensional, semakin banyak bukti ilmiah yang
dikaitkan dengan implan koklea mempunyai peran penting.
Hampir semua penelitian yang dilaporkan dalam literatur menunjukkan bahwa implan koklea
meningkatkan kinerja pendengaran, kemampuan komunikasi, kepercayaan dan interaksi sosial pada
populasi geriatri. Studi untuk mengevaluasi rasio manfaat/biaya menunjukkan bahwa implan koklea
adalah intervensi yang menguntungkan juga pada pasien yang lebih tua, walaupun memiliki harapan
hidup yang lebih pendek (dan, akibatnya, berkurangnya durasi penggunaan perangkat). Komplikasi
bedah dilakukannya implan koklea pada lebih tua sebanding dengan yang lebih muda. Keadaan
kesehatan umum tampaknya merupakan prediktor terbaik untuk komplikasi medis daripada usia saja,
walaupun pada umumnya pasien berusia di atas 80 tahun lebih cenderung mengalami komplikasi non-
bedah, seperti aritmia jantung, delirium, inkontinensia urin atau retensi urin (2 -4%). Usia lanjut
bukanlah kontraindikasi untuk implantasi koklea, jika penilaian komorbiditas yang akurat dilakukan
sebelum operasi dilakukan.1
1. Lapenna R, Cipriani L, Ricci. Treatment of presbycusis: where do we stand?. 2017;65:152-153