You are on page 1of 76

Blok 4.

3
Development and Reproductive
System Disorder

Kontributor
Fatimah Layalia Azka F Mela Try Rahayu
Yusril Firzatullah Intan Rahmawati Nurul Afifah Munaya
Diah Ayu Novitasari Nurhayati Nadia Aliya
Dienazad Yoga Putri Hanindhiya Hanifah Nuhaidah Ananda Putri
Arum Ridarrahman Hanifah Rofiati Nurmaida Ayuk Indriani
Ayu Permata Frida Fauziyah Ovia Sesa Andriana
Cantika Ghina Prastya Katarina Frenka W Rosalia Kusuma Dewi
Dinda Wirgha A Esa Fitriani Azizah Ichda Qudsiy Widiyati
Revania Radina Thirza Zahratul Aini

EDUKASI MERC 2015


DAFTAR PUSTAKA
K16. MIkrobiologi Obstetri ……………………………………………………………………………………………………………..1
K17. Penilaian Gangguan Tumbuh Kembang ………………………………………………………………………………..…3
K18. Patologi Obstetri …………………………………………………………………………………………………………………..18
K19. Pendekatan Psikologi Tumbuh Kembang Anak ………………………………………………………………………..20
K20. Pemberian Obat pada Geriatri ………………………………………………………………………………………………20
K21. Penilaian Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja……………………………………………..25
K22. Perawatan Bayi Baru Lahir ………………………………………………………………………………………………………..
K25. Masalah pada Kesehatan Remaja ………………………………………………………………………………………….34
K26. Keluhan pada Organ Kelamin Laki …………………………………………………………………………………………44
K27. Patologi Ginekologi ……………………………………………………………………………………………………………….47
K28. Obat-obat yang digunakan pada kelainan Ginekologi……………………………………………………………53
K29. Sindrom Geriatri ………………………………………………………………………………………………………………………..
K30. Patologi Payudara………………………………………………………………………………………………………………….55
K31. Gangguan pada payudara ………………………………………………………………………………………………………….
K32. Pemberian Obat pada Neonatus, Anak, dan Remaja ……………………………………………………………….67
K16. MIkrobiologi Obstetri
DR. dr. Dwi Utami Anjarwati
-Mela Try Rahayu-

A. Virus
 Agen penyebab infeksi paling kecil
 Hanya terdiri dari asam nukleat (DNA atau RNA) protein pembungkus (coat) ± envelope
lipoprotein
 Bereplikasi di dalam sel (parasit obligat intraseluler)
 Menyebabkan kerusakan sel langsung dan menyebabkan penyakit atau kerusakan karena host
defence
Pathogenesis Virus scr umum : viral entry → primary viral replication → viral spread (virus
ke manusia) → cellular injury → host immune response → viral clearance / establishment of
persistent infection → viral shedding (keluar menjadi infeksius).

1
Klasifikasi Virus

B. Rubella Virus
 Penularan Fecal oral
 positive-sense single-stranded RNA virus
 genus Rubivirus , famili Togaviridae
 virion : medium dengan outer lipoprotein membrane (‘toga’) Kapsid
 3 protein struktural : 2 glycoprotein dalam envelope (E1 & E2)
 1 non-glycosylated core protein (C)
 Sitopatik efek RV : proses apotosis →merusak perkembangan fetus
 Transmisi : droplet antar manusia

Membran RNA
elvelope

2
 Siklus hidup
1. Uptake ( tergantung reseptor mediated endositosis) Uncoating (pH
rendah endosom/lisosom menginduksi uncoating)
2. Replikasi RNA, amplifikasi gen dan sintesis 24S subgenomik RNA: terjadi di dalam
vakuola sitophatik yg berasal dari endosom/ lisosom
3. Sintesis protein : di retikulum endoplasma (peptidase sel host memisahkan poliprotein
menjadi protein struktural tunggal, kmd terjadi proses assembly protein kmd dipindahkan
ke komplek Golgi
4. Nukleocapsid assembly & virus budding terjadi di komplek Golgi
5. Maturasi virion RV terjadi sebelum eksositosis

 Manifestasi Klinis
1. Gangguan tenggorokan, demam ringan, maculopapular rash, lymphadenopathy,
Conjunctivitis dan atralgia.
2. Port d’ entry & tempat awal replikasi : mukosa sal pernafasan atas & jar limfe
nasofaringeral → Virus menyebar mll sekresi sal pernafasan → sal limfe (transien viremia)
keluar lewat nnll regional (replikasi lokal → pembesaran nnll cervical posterior dan
osipital 5-9 hari sebelum onset rash).
3. MI 14 hari : virus terdeteksi dalam serum (fase viremia : simptom prodromal ringan dan
malaise)→ Maculopapular rash : 14 - 21 hari setelah paparan , ± lebih awal krn pernah
terinfeksi / vaksinasi → keluar mll nasofaring & feses → sumber penularan. Kadar virus
↑ dapat ditemukan di nasofaring 105 Tissue culture infectious dose 50
(TCID50) per 0,1 mL bahkan pada individu yang telah divaksin.

3
C. Kongenital Rubella Syndrom
 Infeksi in utero terjadi pada transmisi transplasental

 Patogenesis

 Manifestasi klinis

 Diagnosis
1. DD : parvovirus, measles, human herpesvirus 6 (roseola), rash ok enteroviruses
2. (echovirus 9 & coxsackievirus) dengue, chikungunya
3. Diperlukan : isolasi RV atau serologik dari kejadian infeksi RV akut.
4. Jika data laboratorium tidak ada, dx klinis dapat ditegakkan jika ditemukan 2 dari:
katarak dan / gloukoma congenital, penyakit jantung kongenital, kurang pendengaran
atau retinopati pigmentary.
 Pemeriksaan Laboratorium
1. Rv diisolasi dari swab tenggorok dan sekresi nasofaring, kira-kira 1 mgg sblm sp 2
minggu setelah rash

4
2. Darah umbilikal / jaringan plasenta untu konfirmasi infeksi kongenital saat lahir
3. Pada neonatus dengan infeksi kongenital virus diisolasi dari tenggorok atau urin
4. PCR : deteksi RNA RV pada sampel klinik dgn suspek CRS : amniosintesis,
cordosintesis, Vili chorionic (in utero diagnosis)
 Terapi
1. Vitamin A
2. In vitro
 Pencegahan
Vaksin: Kombinasi dengan measles dan mumps rubella (MMR)

D. Herpes Virus Simplex


Struktur Virion
Terdiri dari :
(a) Inti electronopaque berisi double stranded DNA virus
(b) Kapsid icosahedral mengelilingi inti
(c) lapisan protein tidak beraturan yang mengelilingi kapsid (tegument)
(d) outer lipid bilayer envelope berupa spike (tonjolan) di permukaan.

 Epidemiologi
1. Primer dan rekuren
o Herpes Genital dapat disebabkan oleh HSV-1 atau HSV-2.
o > 50% herpes genital primer pada sexually transmitted disease (STD) disebabkan
HSV-1
o HSV-2& HSV-1 : kontak seksual , genital-genital / oral – genital
o Infeksi HSV-1 infections biasanya lebih ringan dan tidak mudah rekuren
2. Infeksi Herpes Simplex Genital Maternal
o Beresiko terhadap fetus dan bayi baru lahir
o Pada kehamilan dapat terjadi : penyebaran infeksi oropharyngeal/ genital
menyebabkan Kondisi berat: hepatitis nekrotik dengan atau tanpa trombositopenia,
leukopenia, disseminated intravascular Coagulopathy dan ensefalitis
o Angka mortalitas pada wanita hamil : > 50% Fetal death : > 50% kasus
 Replikasi
1. Virus berikatan dgn membran sel plasma dan eveloped berfusi dengan plasma membran
(1a) atau virus masuk dengan endositosis
(1b), melepas kapsid dan protein tegument dalam sitoplasma.
2. Kapsid dipindah melalui pori2 inti, DNA dipindah ke nukleus.
3. Protein vhs mendegradasi mRNA host.
4. VP16 berpindah ke inti sel.
5. DNA virus berdistribusi.
6 Transkripsi DNA oleh enzim host RNA polimerase II menjadi alpha mRNA. Transkripsi
gen alpha distimuasi oleh protein tegument VP16. lima dar1 6 protein yg terbentuk
pertama berperan meregulasi ekspresi gen virus dalam nukleus.
7. protein Alpha mengaktivasi transkripsi gen betha.
8. Protein betha terlibat dalam replikasi DNA.
9. sintesis DNA menstimulasi ekspresi gen gamma.

5
10. protein gamma terlibat dalam penyusunan (assembly) kapsid dalam nukleus dan
memodifikasi membran untuk membentuk virion. 11. DNA encapsidated (dibungkus)
dalam kapsid 12. budding kapsid melalui inner membran untuk membentuk virion dan
terbentuk virion utuh.
 Patogenesis
1. Virus HSV-1 harus kontak dengan permukaan mukosa atau kulit yang luka untuk inisiasi
infeksi → infeksi orofaring → kolonisasi di ganglion trigemina hingga menjadi
laten.
2. Penularan HSV-2 terjadi jika ada kontak genital → Virus bereplikasi di genital,
perigenital /kulit anal → menuju ganglia sakral.
3. Prinsip patogenesis: infeksi primer → virus bereplikasi di port d’ entry (mukosa
oral/genital) → menyebabkan infeksi di ujung sistim syaraf sensoris → Virus berpindah
ke ganglion radix dorsal→ menjadi laten
4. Saat reaktivasi virus ditemukan di mucocutaneous tampak sebagai vesicles / ulkus
mukosa/asimptom
 Fase infeksi HSV
1. HSV berinteraksi dengan permukaan mukosa atau kulit yang rusak dan virus bereplikasi
dalam sel epitel di tempat masuk → menyebar melalui jaringan di sekitarnya → Virus
masuk ke akson syaraf sensorik → berpindah ke sel2 ganglion.
2. HSV bersifat laten dalam sel nukleus syaraf. DNA virus melingkar dan tersusun dalam
kromatin.
3. Virus bereaktivasi dan melanjutkan siklus replikasinya. Kapsid dipindah secara
anterograd ke axon terminal dan virion dilepas (infeksi rekuren di jaringan mukosa)
 Patologi
1. Sel terinfeksi menggelembung (Ballooning), menghasilkan Cowdry type A intranuclear
inclusion bodies, chromatin menepi , pembentukan multinucleated giant cells.
2. Penyatuan sel : memudahkan penyebaran virus dari sel ke sel
 Pemeriksaan laboratorium
PCR, isolasi dan identifikasi virus, sitopatologi, serologi
 Terapi
Inhibitor sintesis DNA : acyclovir, valacyclovir, dan vidarabine
 Pengembangan vaksin
purifikasi antigen glycoprotein antigens dalam envelope. Vaksin mencegah infeksi primer

E. Neisseria gonorrhoeae
 Morfologi dan identifikasi
Gram-negatif, diplococcus nonmotil, Kokus tunggal :bentuk ginjal, Kokus berpasangan: sisi
flat & cenkung berdekatan, Dinding : pili dan 3 lapis envelop
 Patogenesis dan manifestasi klinis
1. Patogen pada manusia, kecuali simpanse
2. Paling umum : Infeksi Endocervical, ditandai vaginal discharge dan ±dysuria,
erythematous & friable (mudah lepas), dengan eksudat purulent.
3. Infeksi gonococcus terbatas pada permukaan mukosa superfisial yg dibatasi epitel
kolumnar ( >>> cervix, urethra, rectum, pharynx & conjunctiva).
4. Epitel Squamous yang membatasi vagina wanita dewasa tidak rentan terinfeksi
gonococcus.

6
 Pemeriksaan laboratorium
A. Serviks dan anal swab dari wanita
1. BAP (untuk yeast) dan Thayer Martin (untuk N.gonorrheae)
2. Inkubasi 72 jam
B. Swab uretral pria
1. Sediakan thayer martin dan gram stain
2. Inkubasi 72 jam
C. Vaginal dan anal swab wanita hamil 35-37 minggu
1. Inkubasi semalam dengan enrichmant broth  singkirkan nonpatogen
2. Kultur thayer martin 48 jam inkubasi
D. Vaginal swab dari wanita nonpregnant
BAP dan thayer martin dan pewarnaan gram becterial vaginosis (Gardnerella vaginalis)

 Terapi : Penicilin, cefixime

E. Gardnerella Vaginalis
- Gram (+)
- Menyebabkan Vaginosis (Bacterial vaginosis) : Pada umumnya terjadi pada usia reproduktif
- Berhubungan dengan ruptur membran prematur dan kelahiran prematur
- Sel inflamasi tidak ditemui→ ditemukan “clue cells” : sel epitel vagina dikelilingi oleh
bakteri berbentuk basil
- Tidak ditemui penyebab vaginitis lain seperti trichomonads / yeasts
- Vaginal discharge dengan bau khas “fishy” odor
- pH sekresi vagina : >4.5 (normal pH is <4.5)
- Terapi : metronidasol

F. Candida sp

7
- Candida: Dimorfisme (1. Yeast : bulat & oval : Φ 3-30 ; 2. Hiphae)
- Reproduksi: asexual (budding)
- Sel anak yang terbentuk tidak terlepas & membentuk rantai: pseudohyphae
Interaksi Host-fungi
- Pembentukan germinal tubes (panah merah) & adanya glycoproteins (mannose & glucose)
pd dinding fungi : fasilitasi
- Perlekatan membrane sel dan reseptor
- Germinal tubes & produksi phospholipase C: fasilitasi invasi fungal.
 Kerusakan jaringan:
1. Pengaruh langsung microorganism
2. Terbentuknya host defense ↔ tissue invasion (Rx alergik yg dimediasi ↔Ag fungi
delayed hypersensitivity reactions – Co: Kandidiasis Mucocutaneous Kronik)
Syarat terjadinya infeksi Candida : Kolonisasi, invasi, & Multiplikasi
 Manifestasi klinis dan diagnosis
1. Vulvitis
2. Vaginitis
Gejala dan tanda: koloni koloid putih pada labia dan vagina,rasa seperti terbakar,
kemerahan, nyeri saat berhubungan.
3. Dx definitive: Invasi jaringan oleh kandida

8
K17. Penilaian Gangguan Tumbuh Kembang
dr. Hartono
-Mela Try Rahayu-

A. Anak dan Haknya


 UUD 1945
Pasal 28B ayat 2: Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh & berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan & diskriminasi.
Pasal 28 H ayat 1: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir & batin, bertempat tingga &
mendapatkan lingkungan hidup yang baik, sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan
 UU No 23 / 2002: Perlindungan Anak
Pasal 1: ANAK adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan.
Pasal 4: Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 8: Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.

B. Prinsip-prinsip Dasar Konvensi Hak-hak Anak dan UU Perlindungan Anak


 Kepentingan terbaik untuk anak
 Non diskriminatif
 Hak untuk :
1) Kelangsungan hidup
2) Tumbuh Kembang Optimal
3) Perlindungan
4) Pendapatnya diperhatikan

C. Gerakan Nasional Pemantauan Tumbang


Anak

9
D. Definisi dan Perbedaan Tumbang
 Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan besar, jumlah, atau berat (gram, kilogram) dan
ukuran panjang (cm, meter)
 Perkembangan berkaitan dengan bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh

E. Dampak Kurang Gizi Terhadap Tumbuh Kembang

F. Apa yang terbaik untuk si kecil agar dapat tumbuh kembang optimal ?
 Pantau Tumbuh Kembangnya!
a) Berkelanjutan/ Serial  agar dapat diamati.
b) Memantau pertumbuhan:
Timbang BB teratur sebulan sekali, hasilnya dibuat grafik pada Kalender TKB
atau KMS.
c) Memantau perkembangan:
Teratur mencocokkan perkembangan anak dg gambar yg ada pd Kalender TKB
atau Pedoman.
d) Saling tukar pengEtahuan/ pengalaman
sesama orang tua Anak pra Sekolah, TK, Play Group

10
 membantu memahami bila ada penyimpangan

G. Penilaian dan deteksi dini


 Pelaksana
1) Tenaga profesional, kader
2) Orang tua atau anggota keluarga yang mampu dan terampil
 Tempat
3) pusat pelayanan kesehatan,
4) posyandu,
5) Sekolah
6) Lingkungan rumah tangga.
 Alat untuk deteksi dini
Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan, terdiri dari:
• Berat badan menurut tinggi badan anak
• Pengukuran lingkar kepala anak (PLKA)
Deteksi Dini penyimpangan Perkembangan, terdiri dari:
1) Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
2) Tes Daya Lihat (TDL)
3) Tes Daya Dengar Anak (TDD)
Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional, terdiri dari:
1) Deteksi dini Autis dengan Checlist for Autism in Toddlers (CHAT)
2) Deteksi Dini Gangguan Perhatian Dan Hiperaktivitas (GPPH)

H. Autis
 Daftar tilik deteksi dini autis
Deteksi dini autis umur 18-36 bulan
Bila ada keluhan 1 (satu) atau lebih
1) Keterlambatan bicara.
2) Gangguan komunikasi/ interaksi sosial.
3) Perilaku yang berulang-ulang.
 Tanyakan dan amati perilaku anak
1) 9 pertanyaan untuk ibu/pengasuh (A): ya/ tidak
2) 5 perintah bagi anak (B) : ya / tidak
 Interpretasi (penafsiran) CHAT
1) Risiko tinggi menderita Autis : tidak A5, A7, B2-4  rujuk
2) Risiko rendah menderita Autis : tidak A7, B4
3) Kemungkinan ggn perkembangan lain : tidak 3 atau lebih A1-4, A6, A8-9, B1, B5
4) Normal
 Ringkasan questioner
A. Pertanyaan pada orangtua / pengasuh
1. Senang di ayun-ayun, diguncang-guncang
2. Tertarik memperhatikan anak lain
3. Suka memanjat tangga
4. Suka main ciluk-ba, petak umpet
5. Bermain pura-pura membuat minuman
6. Meminta dengan menunjuk

11
7. Menunjuk benda
8. Bermain dengan benda kecil
9. Memberikan benda utk menunjukkan sesuatu
B. Pengamatan perilaku anak
1. Anak memandang mata pemeriksa
2. Anak melihat ke benda yang ditunjuk
3. Bermain pura-pura membuat minum
4. Menunjjuk benda yang disebut
5. Menumpuk kubus

H. GPPH
Bila ada keluhan orangtua atau kecurigaan petugas / guru / kader (tidak rutin) umur > 3
thn
• 10 pertanyaan
• Terjadi di mana saja, kapan saja
• Nilai : 0 (tidak pernah); 1 (kadang-kadang); 2 (sering); 3 (selalu)
Interpretasi (penafsiran)
 Nilai > 13 kemungkinan GPPH
Intervensi :
 Nilai > 13 rujuk RS, tuliskan kelainan yang ada
 < 13 tetapi ragu, periksa ulang 1 bulan lagi
 Kuesioner Deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
a. Tidak kenal lelah, aktifitas berlebihan
b. Mudah gembira, impulsif
c. Mengganggu anak lain
d. Gagal selesaikan kegiatan, perhatian singkat
e. Gerakkan anggota badan / kepala terus menerus
f. Kurang perhatian, mudah teralihkan
g. Permintaan harus segera dipenuhi, mudah frustasi
h. Mudah menangis
i. Suasana hati mudah berubah, cepat dan drastis
j. Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga

I. Parameter Penilaian Tumbang Anak


1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh)
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda)
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan)
4. Sosial/ tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya)

J. Bagaimana menyikapi masalah Tumbang?


1. Identifikasi
2. Konsultasi
3. Pemeriksaan
4. Intervensi beri Stimulasi

12
K. Stimulasi dalam tumbuh kembang anak
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang agar dapat berkembang optimal
sesuai umurnya
 Seperti apa stimulasinya?
1. BERMAIN AKTIF setiap hari dengan penuh kasih sayang, gembira, berulang,
konsisten, bervariasi, tuntas (selesai)
2. Metoda dengar, lihat, tiru / coba, diulang-ulang
3. Yang dirangsang sensorik, motorik, kognitif, komunikasi-bahasa, sosio-emosional,
kemandirian, kreativitas,
4. Cara  rangsang suara, musik, gerakan, perabaan, bicara, menyanyi, membaca,
mencocokkan, membandingkan, mengelompokkan, memecahkan masalah, mencoret,
menggambar, merangkai dll
5. Kapan setiap kali interaksi dengan anak, memandikan, ganti baju, di jalan, bermain,
di dalam mobil, nonton TV, sebelum tidur dll
L. Stimulasi dini untuk merangsang otak

13
Kecerdasan multiple
1. Verbal linguistic : merangkai kalimat, bercerita,
2. Logical-mathematical : pemecahan masalah
3. Visual spatial : berpikir 3 dimensi, stereometris
4. Bodily – kinesthetic : gerak, tari, atlit olahraga
5. Musical : bunyi, nada, irama, lagu, musik
6. Intrapersonal : memahami & kontrol diri sendiri
7. Interpersonal : memahami & menyesuaikan dengan orang lain
8. Naturalis : menikmati & memanfaatkan alam
9. Moral-Spiritual : etika, moral, budi-pekerti, rohani, agama

M. Alat permainan edukatif


 APE dapat mengoptimalkan perkembangan :
1. Fisik (kegiatan yang merangsang pertumbuhan fisik)
2. Bahasa (melatih berbicara, kalimat yang benar)
3. Kecerdasan (pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna)
4. Sosial (interaksi ibu-anak, keluarga dan masyarakat)
 Contoh alat permainan
1. Pertumbuhan fisik / motorik kasar :
Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik atau didorong
2. Motorik halus :
Gunting, pensil, bola, balok, lilin
3. Kecerdasan / kognitif :
Buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego, boneka, pensil warna, radio
4. Bahasa :
Buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, TV
5. Menolong diri sendiri :
Gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki
6. Tingkah laku / sosial :
Alat permainan bersama misal congklak, bola, tali

N. Tumbuh Kembang Optimal


 Terpenuhi kebutuhan

14
ASAH, ASIH, ASUH
 Tumbuh Kembang Sesuai Usia Milestones
0-3 bulan
1. Belajar mengangkat kepala (3 bln 450)
2. Mengikuti objek dengan mata ( 3 bln grs tengah )
3. Melihat muka orang dng tersenyum
4. terkejut thd suara
5. Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, kontak
6. Mengoceh spontan atau bereaksi dng mengoceh
7. Menahan benda yang ada dalam genggaman
3-6 bulan
1. Berbalik dari telungkup terlentang
2. Mengangkat kepala 90o, mengangkat dada dengan bertopang tangan
3. Mulai belajar meraih benda yg ada dalam jangkauannya.
4. Berusaha memperluas pandangan
5. Mengarahkan matanya pada benda kecil
6. Tertawa, menjerit karena gembira/ diajak bermain
7. Tersenyum bila melihat mainan lucu, gambar pada saat bermain sendiri
6-9 bulan
1. Duduk ( sikap tripoid – sendiri)
2. merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
3. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
4. Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
5. Bergembira dengan melempar benda
6. Mengeluarkan kata tanpa arti ma, ba
7. Mengenal muka anggota keluarga, takut pada orang asing
8. Bermain tepuk tangan/ cilup ba
9-12 bulan
1. Merangkak, Berdiri 2 dt,
2. Dapat berjalan dengan dituntun
3. Mengulang menirukan bunyi yang didengar
4. 2-3 suku kata
5. mengeploitasi sekitar, ingin tahu
6. Ingin menyentuh apa saja, memasukkan benda ke mulut
7. mengerti perintah sederhana, berpartisipasi dalam permainan
13-18 bulan
1. Berjalan – Lari
2. 3 – 6 kata,
3. menyusun 2-4 kubus,
4. Menggelindingkan bola
5. Belajar makan/ minum sendiri
6. membantu/ menirukan pekerjaan RT, memasukkan kubus di kotak
7. Memperlihatkan rasa cemburu/ bersaing
18-24 bulan
1. Lari, naik tangga; jalan mundur menendang bola
2. Menyusun 4- 6 kubus,

15
3. menggambar garis
4. 6 kata, menunjuk 6 anggota tubuh,
5. gosok gigi dgn bantuan,
6. belajar menyuapi boneka,
7. belajar mengontrol BAB, BAK
8. Melepas baju
2-3 tahun
1. Meloncat, memanjat, melempar bola keatas
2. menyebut 1-2 warna, sifat, menyusun kalimat, mengetahui 2 macam kegiatan
3. menyusun 8 kubus, garis vertikal
4. memakai baju dgn bantuan menyebut nama teman, mencuci tangan
5. Makan tanpa tumpah
3-4 tahun
1. berdiri 1 kaki,
2. Belajar berpakaian, membuka kancing
3. Menggambar garis silang
4. Mengenal 2-4 warna
5. Bicara baik
6. Menyebut nama, umur, tempat
7. Mengenal sisi atas, bawah, depan
8. Mendengarkan cerita
9. Bermain dengan anak lain
10. Berjalan sendiri ke tetangga,
11. Rasa sayang
4-5 tahun
1. Meloncat dgn 1 kaki, Menari
2. Menggambar orang dg anggota badan
3. menyebutkan 4 kegiatan, bicara dimengerti
4. Menghitung jari, Menyebut hari
5. Minat pada kata baru, bertanya
6. Membedakan ukuran, bentuk
7. berpakaian, gosok gigi tanpa bantuan
5-6 tahun
1. Berjalan lurus, naik sepeda, menangkap bola kecil
2. Lawan kata
3. Mengartikan 7 kata
4. Menyebutkan kegunaan alat, terbuat dari apa
5. menghitung 5 -10
6. Menggambar orang lengkap
7. Simpati, mengikuti aturan permainan
8. Berpakainan lengkap sendiri

O. Tindak lanjut deteksi dini


 Bila ADA PENYIMPANGAN tumbuh kembang, SEGERA lakukan intervensi
(tindakan) sesuai masalahnya
◦ Intervensi terutama dilakukan oleh keluarga dengan petunjuk dari petugas

16
◦ Bila tidak berhasil rujuk ke sarana kesehatan yang lebih lengkap
◦ Penting :
 pencatatan,
 pelaporan,
 monitoring & evaluasi
 Bila TIDAK ADA penyimpangan :
◦ Berikan pujian
◦ Beri nasihat lanjutkan pemenuhan kebutuhan:
 Fisik (jasmani),
 Kasih-sayang (rohani),
 Stimulasi (kecerdasan)
◦ Beri nasehat untuk pemantauan tumbuh kembang berkala

17
K18. Patologi Obstetri
dr. Gita Nawangtantrini
-Hanifah-
1. Preeklamsia
a. Timbul saat Trimester 1, sejak pertama kali kehamilan atau kehamilan berikutnya.
b. Ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria, dan edema
c. Faktor resiko pada wanita yang hamil terlalu muda ataupun tua
d. Adanya usia kehamilan yang ekstrim tersebut menyebabkan ketiadaan integrin pada arteri
ibu maupun trofoblas sehingga, arteri spiralis
maternal tidak menempel atau tidak dilatasi
dengan baik  desidua vasculopathy
e. Tidak adanya interaksi antara sitotrofoblas
dengan arteri spiralis ibu karena ketiadaan
integrin menyebabkan  aktivasi mediator
inflamasi derivat Faktor XII, meliputi kinin,
koagulan, dan komplemen 
vasokonstriksi, pembentukan trombus
f. Integrin merupakan salah satu komponen
adhesi
 I: ICAM 1, ICAM 2, VCAM endotel,
epitel, leukosit
 J: JAMsA, JAMsB, JAMs endotel,
lekosit,platelet
g. 6% wanita hamil
h. Jika terjadi pada trimester III, terutama pada anak pertamaeclampsia
2. Diabetes
Adanya faktor resiko DM pada ibu (usia ≥35, riwayat PCOS, dsb)  resistensi insulin 
peningkatan kadar gula dan insulin dalam plasma
3. Penyakit trofoblas (Mola Hidatidosa/ Hamil anggur)
a. Terjadi karena adanya gangguan proliferasi dan maturasi dari sel-sel trofoblas
b. Ada tiga jenis mola:
 Complete mole

18
- keluhan berupa keluar butiran seperti telur ikan.
- Faktor resiko karena umur kehamilan yang terlalu muda maupun tua
- Terjadi akibat fertilisasipada ovem yg tdk mengandung DNA maternal yg
fungsional
- >>haploid/23,X
- Ukuran villi yg mengalami degenerasi hidropik sampai 5mm
- Banyak ditemukan pada usia<15 tahun dan <50 tahun
 Partial mole
- keluhan berupa hamil seperti abortus (adanya perdarahan melalui jalan lahir).
 Simple mole (invasive)
c. Gambaran histopatologis berupa degenerasi
hidropik dalam stroma villi chorialis yang
avaskuler, disertai proliferasi sel
trofoblast
d. Gejala klinik
- amenorrhe
- pembesaran uterus yang lebih besar drpd
umur kehamilan
- tak teraba bagian janin, DJJ tak
terdengar, Ro tak tampak janin
- Perdarahan yang terjadi disertai
gelembung mola
e. Terapi : curetage
f. Follow up : β-hCG

19
K19. Pendekatan Psikologi Tumbuh Kembang Anak
Rahmawati Wulansari , S.Psi
-Intan Rahmawati-

 Pertumbuhan adalah proses bertambahnya jumlah sel dan ukuran sel yang dapat diukur
seperti berat badan dan tinggi badan.
 Perkembangan meliputi aspek :
- Kognitif
 Hasilnya dipengaruhi oleh berbagai hal, dan tidak valid jika dilakukan pada
anak <5th.
 Perkembangan anak dibawah 5th meliputi perbanyak perbendaharaan kosakata.
Umur 1th harusnya sudah bisa bilang “ma”, “pa”.
 Umur 2th sudah bisa merangkai kata (bentuk 2-3 kosa kata). Jika saat umur 3th
belum bisa bicara, tapi tidak ada gangguan pada organ bicara berarti kurang
stimulasi.
 Pengekspresian sesuatu (kognitif) tetapi kemampuan berbicaranya kurang,
maka digambarkan dengan perilaku.
 Prinsip dasar pertumbuhan dan perkembangan menganut :
a. Teori Piaget
b. Teori Erickson
 Teori Piaget
Terdiri dari beberapa fase yaitu
- Fase sensori-motor (0-2th)
Bayi belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka melalui indera mereka yang
sedang berkembang dan melalui aktivitas motor. Keadaan ini merupakan dasar bagi
perkembangan kognitif selanjutnya, aktivitas sensori motor terbentuk melalui proses
penyesuaian struktur fisik sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.
- Fase preoperasional (2-7th)
Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi
berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang
teroganisasikan. Anak sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan
menggunakan tanda –tanda dan simbol. Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat

20
tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis. Egosentrisme, yaitu anak melihat
dunia lingkungannya menurut kehendak dirinya.
- Fase konkrit operasional (7-11th)
Bisa belajar segala sesuatu bila diberi contoh konkrit (nyata), perlu objek fisik untuk
membantu mereka dalam berpikir.
- Fase abstrak operasional (>12 th)
Bisa belajar sesuatu tanpa contoh konkret. Kemajuan pada anak selama periode ini
ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkrit, ia
mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak.
 Teori Erickson (sosio-emosional)
Perkembangan anak tergantung lingkungan sosial.
- Trust vs Mistrust
Pada bayi baru lahir, terjadi pembentukan trust (kepercayaan)/ permberian rasa aman
dengan perhatian pada anak terhadap lingkungan. Caranya dengan memberikan
perhatian dan kasih sayang.
- Otonomi (usia 2-3 tahun)
Usia 2 tahun harus bisa berjalan, usia 3 tahun harus bisa berjalan/ berlari naik turun
tangga. Muncul kepercayaan diri. Anak jangan terlalu banyak dikurung  shame.
- Inisiatif (6 tahun)
Anak ingin mengatur, mampu mempengaruhi temannya, muncul jiwa kepemimpinan.
- Industri (6,7,8 tahun)
Anak mulai bisa menghasilkan sesuatu, anak mulai bertingkah sesuai aturan,
dibutuhkan support (dukungan), pujian dari orang tua, bertahan hingga pubertas.
 Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak :
- Masa prenatal
 Faktor eksternal : psikologis ibu, ibu mengajak bayi dalam kandungan
berbicara, bercanda, dibacakan Al-Quran atau bacaan lain.
 Faktor nutrisi : nutrisi yang baik akan mempengaruhi perkembangan fisik.
 Tingkat stres dari ibu akan mempengaruhi psikologis anak, cara mengatasi agar
tidak stres : anggota keluarga membantu meringankan pekerjaan ibu, agar tidak
menjadi beban.

21
 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak :
- Fisik
- Psikologis : kognitif, emosi, kepribadian
- Sosial ( termasuk permasalahan psikologis yang mempengaruhi perkembangan)
 Cara identifikasi suatu gangguan :
- General assumption (asumsi umum)
Dengan melihat batas usia anak bisa berbicara, tetapi seringkali terjadi judgement.
Harus distimulasi.
- Special development type
Melihat sesuatu yang berbeda, misalnya perkembangan anak laki-laki dan
perempuan berbeda. Laki-laki pertumbuhannya cepat tetapi berbicara lebih pelan,
perempuan pertumbuhan lebih lama tapi berbicara cepat.
- Spesial development variabel
Keadaan lingkungan, misalnya di pasar, di pabrik (bising) sehingga tidak bisa
mendengar suara dengan jelas.
 Macam-macam gangguan :
- Tuna :
 Daksa : anggota tubuh tidak lengkap
 Netra : tidak bisa melihat, screening/ bisa tahu usia 2-3 tahun
 Grahita : gangguan mental
 Laras : perilaku
- Exceptional children :
 Kemampuan anak yang belajar cepat, lambat, dll, tetapi ini pengaruhnya
terhadap komunikasi.
 Penyimpangan perkembangan
Dapat muncul pada usia berapa pun. Antara lain :
- Depresi : misalnya : anak kosa kata sedikit, jadi sudah sampai pada titik frustasi,
maka balita mengekspresikannya dengan menggigit. Depresi pada usia dewasa
awal : konflik dengan orangtua, putus pacar, atau ekspektasi tidak sesuai dengan
realitanya.

22
- Brain sindrome : gangguan pada saraf
- Post traumatic stress disorder (PTSD) : pengalaman dari respon yang diberikan
lingkungan sekitar,
- Gangguan penyesuaian diri (Adjusment disorder) : sulit sosialisasi masuk
komunitas tertentu.
Muncul sebelum usia 3 tahun
- Autism (autis) : anak yang punya dunia sendiri
- Feeding disorders : gangguan makan yang dimulai saat anak makan nasi.
- Hiperaktif (ADHD) : konsentrasinya sangat kurang (<5 menit). Kalimat perintah
tidak didengarkan.
- Kecemasan perpisahan : kemandirian kurang, cara stimulasi dengan ditinggal
sebentar.
- Gangguan perilaku menentang
- Gangguan perilaku : anak berimajinasi (berbohong), padahal anak kecil adalah
orang yang sangat jujur.
- Gangguan identitas peran jenis : harus diperlakukan sesuai gender.
Muncul saat 5 tahun
- Gangguan pengendalian buang air, perlu dilakukan toilet training pada usia 3,5
tahun. Terkait dengan perlakuan lingkungan.
Pada usia 6 tahun : phobia
Pada usia 7 tahun :
- Phobia sekolah
- Gangguan belajar : tidak suka matematika misalnya
- Gangguan perilaku kompulsif : anak perfeksionis
- Skizofrenia : adanya halusinasi, punya “teman sendiri”
- Disleksia : gangguan membaca dan menulis
Pada usia 11 tahun : substance related disorder ( mencoba sesuatu yang sebenarnya
dilarang )
Usia 13 tahun : suicide ( karena ada masalah yang tidak terselesaikan jadi bunuh diri)
Usia 14 tahun : skizofrenia remaja
Usia 15 tahun :

23
- Anorexia nervosa : menghindari makanan
- Bulimia nervosa : memuntahkan makanan
 Resiko masa kanak-kanak
- Lingkungan
- Malnutrisi
- Kemiskinan
- Lalu lantas
- Bahaya lingkungan dan stres
- Faktor-faktor sekolah
- Opname dan penyakit kronis
 Keluarga
- Hubungan yang tidak harmonis
- Perpecahan keluarga
- Sakit fisik dan mental pada orang tua
- Kelahiran saudara kandung
 Kepribadian
- Temperamen
- Kemampuan coping
- Gangguan2 fisik, penyakit kronis
 Akibatnya
- Problem penyesuaian
- Kurang berprestasi di sekolah
- Penghargaan dan penerimaan diri → konsep diri

24
K20. Pemberian Obat pada Geriatri
Dr. dr. Eman Sutrisna, M.Kes
-Hanindhiya Hanifah-

Geriantri = Penyakit di orang tua dan terapi

Senescence = Proses penuaan

Pembagian umur

 Elderly = 60=74 tahun


 Old = 75-90 tahun
 Very old = >90 tahun

Proses penuaan

1. DNA Replication yang melambat (normal), paling cepat terjadi kemunduran di organ reproduksi
wanita yg bisa dicegah dengan hormon
2. Kelainan organ
3. Perubahan Endokrin
4. Imunnologi
5. Infeksi

Pada orang tua yang normal, semakin diminimalisir obatnya karena

1. Efek samping naik


2. Toksisitas naik karena fungsi ginjal menurun sehingga ada akumulasi obat dalam tubuh karena
tidak bisa dikeluarkan

Pada orang tua yang terdapat multiple disease, semakin diminimalisir obatnya dari orang tua normal
karena

1. efek samping lebih naik dari orang tua yang normal


2. dapat terjadi interaksi obat karena pemakaian obat berlebih

Mengapa pemberian obat di lansia sulit ??

1. Faktor pasien
a) Perubahan fkdan fd seiring tambah umur
Perubahan di FK
I. Perubahan volume distribusi obat
 persentase cairan tubuh berkurang, dan lemak naik
 obat larut lemak lebih mudah toksik dan waktuparuh memanjang karena terjadi
deposit obat di jaringan lemak sehingga bisa terdististribusi lagi
 obat larut air, volume distribusi berkurang karena cairan berkurang

25
 terjadi penurunan albumin pada lansia dengan gagguan liver padahal banyak obat
yang distribusi terikat dengan albumin, seperti diazepam
II. Perubahan kadar eliminasi obat (karena ginjal dan hepar fungsinya turun)
Perubahan di FD
 Lansia lebih sensitive dengan obat depresan SSP
 Efek samping obat =
i. 60-70 tahun = 15%
ii. 70-80 tahun =20%
iii. >80 tahun =24%
b) Dapat terjadi interaksi obat-penyakit yg memperparah penyakitnya, contoh DM dengan
steroid (komorbiditas)
c) Polifarmasi (interaksi antar obat)
d) Turunya fungsi psikologis
e) Tubuhnyalebih rentan
2. Faktor system pelayanan kesehatan
a) Lansia sering pindah dokter
b) Pemberian informasi yg kurang adequate

Attention pemberian obat di lansia = absorpsi, interaksi , efek samping dan akumulasi obat

26
K21. Penilaian Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
dr. Hartono
Ichda Qudsiy Widayati

1. Fisiologi Pertumbuhan
A. Hormon Pertumbuhan (Growth Hormon/GH)
 GH adalah polipeptida yang terdiri dari 191 asam amino yang dihasilkan oleh hipofisis,
karena adanya sekresi / stimulasi dari Growth Hormon-Releasing Hormon yang disekresi
terutama saat tidur.
 Efek GH terutama melalui Insuline-like Growth Factors sebagai mediator
 Efek GH terhadap tulang rawan epifisis:
Secara langsung merangsang diferensiasi stem-sel kondrosit.
Secara tak langsung melalui sintesis Insuline-likeGrowthFactor-1  merangsang ekspansi
sel yang telah berdiferensiasi ke zona proliferasi tulang rawan digantikan sel tulang
(kalsifikasi) di bagian distal epifisis.
 GH mempunyai efek langsung yang bersifat anabolik terhadap metabolism protein,
karbohidrat dan lemak.
B. Hormon Tiroid
 Secara langsung berefek pada maturasi tulang
 Secara histologis Pelebaran Growth Plate diikuti penyempitan tulang rawan kalsifikasi
bertambah dan kapiler bertambah
 Hormon Tiroid juga mempengaruhi produksi GH dan Insuline-like Growth Factors
 Hormon Tiroid tidak bekerja optimal tanpa GH, karena GH meningkatkan konversi T4
menjadi T3
C. Glukokortikoid
 Glukokortikoid menekan sintesis tulang dan tulang rawan serta mineralisasi, sedangkan
produksi glikoprotein meningkat pembentukan tulang (osteogenesis) berkurang
 Kelebihan glukokortikoid jangka panjang:
o Menghambat pertumbuhan
o Osteoporosis
D. Calcium Regulating Hormon
 Vitamin D melalui 1,25-dihidroksi mempengaruhi maturasi tulang
 Peran vit. D
o Diferensiasi Chondrosit Growth Plate
o Mengurangi aktifitas alkali Phosphatase
 Hormon lain yang mengatur kalsium: Hormon Paratiroid
 Hormon Paratiroid dibantu Insuline-like Growth Factor-1 merangsang diferensiasi
Osteoblas menyempurnakan maturasi tulang
2. Pemantauan Pertumbuhan Linier
Tujuan: untuk mengetahui gangguan pertumbuhan pada remaja
A. Tahapan Pemantauan dan Penilaian Gangguan Pertumbuhan pada Remaja

27
 ANAMNESIS
o Riwayat Kehamilan: pernah hamil berapa kali? berapa yang lahir sehat dan meninggal?
Misal G1P1A0.
o Pola pertumbuhan: BayiRemaja
o Riwayat Penyakit
o Informasi lain: TB Orang Tua
 PEMERIKSAAN FISIK
o Tanda-tanda patologis misalnya pada Gangguan hormon
o Penyakit Kronis
o Gangguan Gizi
o Tingkat maturitas seksual
 PENGUKURAN ANTROPOMETRI (BB,TB,PB,LK,LiLA,dll)
o Tinggi Badan (diukur dengan posisi terbaik yaitu posisi berdiri)
Menggunakan Harpenden stadiometer

Anak berdiri tegak dengan kepala dlm posisi Frankfurt Plane*


* Frankfurt plane adalah garis imajiner antara cuping telinga dengan puncak tulang pipi. Biasanya
merupakan posisi tangan asisten pengukur untuk menolong pengukuran tinggi atau panjang
badan.
Belakang kepala, bokong dan kedua tumit menyentuh aksis vertical stadiometer
 PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,radiologi,dll).
3. Kurva Pertumbuhan dan Pola Pertumbuhan
Hasil pengukuran di plot pada kurva pertumbuhan linier
Gunakan standar kurva pertumbuhan yang sesuai Indonesia menggunakan National Center
for Health Statistic.
4. Laju Pertumbuhan
 Untuk menilai laju pertumbuhan (Velocity) dianjurkan mengukur tinggi badan dalam
rentang waktu minimal 6 bulan
 Kurva laju pertumbuhan lebih menggambarkan pertumbuhan anak pada saat tertentu
 Cara perhitungan: perbedaan TB dibagi waktu antara dua pengukuran, dilakukan
kalkulasi angka memakai tabel tahun kalender dlm desimal

28
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝐼𝐼 − 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 𝐼
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 =
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐼𝐼 − 𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐼
5. Proporsi Tubuh
 Bentuk tubuh yang tidak proporsional dapat menunjukkan gangguan pertumbuhan, cara
menilainya yaitu membandingkan segmen atas dengan segmen bawah dengan titik tengahnya
simfisis pubis.
 Rasio normal (segmen atas:segmen bawah)
o Usia 8 1:1
o Dewasa laki-laki 0,92:1
o Dewasa perempuan 0,95:1
6. Indeks Massa Tubuh
𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
Utk mengetahui obesitas. 𝐼𝑀𝑇 = 𝑇𝐵2 (𝑚2 )
7. Umur Tulang
2 Cara menilainya :
 Atlas of Skeletal Development dari Greulich Pyle (1959) :
o membandingkan pusat perkembangan (epifisis) pd tulang radius, tulang
ulna metacarpal pertama hingga semua tulang tangan dan pergelangan
berdasarkan usia dan jenis kelamin, nanti hasilnya dicatat yg mana yg
paling mirip lalu rata2 umurnya dikalkulasi
o Umumnya diperlukan foto telpak tangan kiri dan sendi pergelangan tangan kiri, foto lutut
kiri kadang-kadang ditambahkan pada anak yang lebih muda
 Metode Tanner, dkk
o Membandingkan standar radiografi menggunakan skor yang dijumlahkan dan dibandingkan
dengan skor standar menurut umur
8. Prediksi Tinggi Dewasa (berdasarkan tinggi ortu)
 Tinggi anak dipengaruhi oleh tinggi kedua orang tua
 Anak dikatakan pendek setelah mengetahui tinggi kedua orang tuanya
 Kebanyakan anak mencapai tinggi akhir pada kisaran 8,5 cm dari perkiraan tinggi dewasa

9. Gangguan Pertumbuhan Linier


A. Perawakan pendek menurut NCHS jika di bawah persentil 3 (-2SD)
Penyebabnya ada 2 :
a. Primer (sulit diperbaiki)
o Kelainan Pertumbuhan Tulang (Osteo-kondroplasia, Osteogenesis imperfecta)
o Kelainan Kromosom (Sindrome Turner, Down, dll)

29
o Kelainan Metabolik (Mukopolisakaridosis, mukolipidosis)
o Faktor Keturunan (Genetik, familial)
b. Sekunder
o Retardasi pertumbuhan intra-uterin, malnutrisi kronik
o Penyakit kronik (infeksi, kelainan jantung, paru, saluran cerna, hati, ginjal, darah, dll)
o Kelainan endokrin (defisiensi Hormon Pertumbuhan , IGF1, hipertiroidisme, kelebihan
glukokortikoid, DM, Diabetes insipidus, ricket hipopostamemia)
o Kelainan psiko-sosial (sindrome deprivasi emosional)
Diagnosis banding perawakan pendek dibagi 2 yaitu variasi normal dan variasi abnormal :
a. Variasi normal dibagi dua lagi yaitu
1)Normal Variant Short Stature
o tidak berhubungan dengan gangguan endokrin
o tidak berhubungan dengan gangguan sistemik
o Riwayat keluarga/ orangtua berperawakan pendek
o BB normal
o Tahun pertama kehidupan sedikit dibawah persentil 3
o Saat dewasa dibawah persentil 3
2)Normal Variant Constitutional Delay
o Perlambatan pertumbuhan pada 3 tahun pertama kehidupan
o Pre-pubertas dan Pubertas
Pertumbuhan normal
Umur tulang terlambat
Maturasi seksual terlambat
o Dewasa TB normal
b. Variasi Abnormal
1)Kelainan Kromosom (trisomy 21, sindrom turner monosom45X)
2)Penyakit Sistemik
o Kadar hormon meningkat atau normal, tetapi kadar somatomedin rendah
o Penyakit GastroIntestinal  Malabsorbsi
o Penggunaan kortikosteroid yang tdk terkontrol
3)Gangguan Endokrin
o Penyakit kronis berdampak pada BeratBadan
o Gangguan Endokrin berdampak pada TinggiBadan
o Perawakan Pendek 10% karena gangguan Endokrin
o Kekurangan hormone kongenital sudah dapat dikenali di awal kehidupan
Hipoglikemi
Penis kecil
Kriptorkismus
Obesitas
Perawakan pendek
o Hipotiroid pada masa kanak-kanak
Perawakan pendek

30
Tumbuh kembang lambat
Pubertas terlambat
B. Perawakan tinggi (> 2 SD) biasanya tidak bermasalah
Diagnosis Banding :
a. Variasi Normal
1)Familial/ Kontitusional
b. Variasi ab-Normal
1)Pituatary Gigantism
2)Cerebral Gigantism(Sotos Syndrome)
3)Klinefelter Syndrome
4)XYY Syndrome
5)Marfan Syndrome
6)Homocystinuira
7)Hyperthyroidism
8)Obesity

C. Pubertas Terlambat
a. Pada Perempuan
o Tidak membesarnya payudara sampai usia 13 tahun
o Tidak adanya menstruasi sampai dengan usia 15 tahun
b. Pada laki-laki sampai dengan usia 14 tahun:
o Panjang testis tidak mencapai 2,5 cm
o Volume testis tidak mencapai 4 ml
ETIOLOGI
a. Hypergonadotropic hypogonadism

31
Follicle Stimulating Hormone dan Luteinizing Hormone meningkat tetapi Hormon Seks
Steroid [Testosteron dan Estrogen] tetap rendah
o Sindroma disgenesis gonad
o Sindroma Klinefelter
o Kerusakan gonad bilateral
o Toksin-toksin pada gonad
o Defek dari enzim
o Insensitifitas androgen komplit dan tidak komplit
b. Hypogonadotropic hypogonadism
o Defisiensi gonadotropin kongenital
o Defisiensi hormone tropic yang multiple
o Defisiensi hormone pertumbuhan yang isolated
o Defisiensi gonadotropin yang isolated
o Sindrom yang berhubungan dengan Hypogonadotropic hypogonadism
o Keadaan sistemik
GEJALA KLINIS Pubertas terlambat
Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Tes diagnosis
TATALAKSANA Pubertas Terlambat
a. Indikasi Pengaruh pubertas pada remaja secara psikososial
b. Pengobatan alternative penambahan hormone
c. Percobaan Seks Steroid Jangka Pendek (4 bulan)
d. Pengobatan substitusi Seks Steroid Jangka Panjang (2-3 tahun atau 4-5 tahun tergantung
dosis pemberian steroid)
D. Pubertas Prekok
o Tanda-tanda pubertas Pada Laki-laki ditemukan sebelum usia 9 tahun
a. Membesarnya volume testis
b. Tumbuh rambut pubis
c. Bertambahnya ukuran penis
d. Sudah terjadi ereksi dan ejakulasi
o Tanda-tanda pubertas Pada Perempuan ditemukan sebelum usia 8 tahun
a. Telarche/ pembesaran payudara
b. Pubarche/ pertumbuhan rambut pubis dan Menarche
c. Dengan USG ditemukan
1. Pembesaran ukuran ovarium dan uterus
2. Rasio corpus dan servik berubah
o Pubertas Prekok:
a. Terjadi karena terangsangnya aksis hipotalamus-hipofise-gonad
1. Terjadi perubahan-perubahan gonadotropin
2. Hormon pertumbuhan
3. Seks steroid
b. Yang kemudian Memicu
1. munculnya seks sekunder

32
2. Pertumbuhan somatik
3. Perubahan psikososial
o Pembagian Pubertas Prekok berdasarkan Penyebab:
a. GDPP (Pubertas prekok tipe sentral)
 aksis hipotalamus-hipofise-gonad aktif lebih awal peningkatan seks steroid
b. GIPP (Pubertas prekok tipe Perifer)
 Peningkatan seks steroid tidak disebabkan oleh peningkatan gonadotropin
c.Pubertas Prekok karena Gabungan GDPP dan GIPP
d.Pubertas Prekok yang Penyebabnya belum diketahui
o Pengobatan
a. GDPP efektif menggunakan GnRH agonis
b. GIPP perempuan Medroxiprogesteron asetat tiap bulan secara im

33
K25. Masalah pada Kesehatan Remaja
dr. Hartono
-Revania Radina Thirza-

Pendahuluan
 Sehat dalah keadaaan sejahtera sacara fisik, jiwa, sosial, dan terbebas dari penyakit atau
kecacatan.
 Remaja merupakan kelompok masyarakat yang diasumsikan dalam keadaan sehat, namun pada
kenyataannya rentan karena :
1. Banyak yang meninggal akibat kecelakaan,
2. Percobaan bunuh diri,
3. Mengalami kekerasan/ Bullying,
4. Kehamilan yang mengalami komplikasi
5. Menyandang penyakit lainnya yang sebenarnya bisa dicegah atau diobati.

Penyakit serius akibat perilaku yang dimulai sejak remaja


1. Merokok
2. Penyakit Menular Seksual
3. Penyalahgunaan NAPZA (narkotika, alcohol, psikotropika, dan zat adiktif)
4. HIV ADS
5. Kurang gizi dan kurang berolahraga

Hal-hal yang terjadi pada saat remaja


 Terjadi perubahan baik fisis dan psikis rawan terhadap proses tumbuh-kembang.
Terjadi proses awal pematangan organ reproduksi dan perubahan hormonal yang nyata.
 Menghadapi berbagai masalah yang dapat memengaruhi kesehatannya karena:
 perubahan fisis,
 kecukupan gizi,
 perkembangan psikososial, emosi dan kecerdasan
 menimbulkan konflik dalam dirinya.
 Remaja yang mengalami gangguan kesehatan biasanya akan menarik diri.
 Pencegahan terjadinya gangguan kesehatan pada remaja memerlukan pengertian dan perhatian
dari lingkungan yaitu
 orangtua,
 guru,
 teman sebayanya, dan
 pihak terkait

Remaja
 Individu yang berada pada masa peralihan dari anak-anakdewasa.
 Peralihan ini disebut sebagai fase pematangan (pubertas), yang ditandai dengan perubahan
 fisis,
 psikis, dan

34
 pematangan fungsi seksual.
 Pada masa pubertas hormon pertumbuhan aktif diproduksi remaja memiliki kemampuan
reproduksi.
 Perkembangan psikologis  ditunjukkan dengan kemampuan berpikir secara logis dan abstrak
sehingga mampu berpikir secara multi-dimensi.
 Emosi  cenderung tidak stabil, sering berubah, dan tak menentu.
 Remaja berupaya melepaskan ketergantungan sosial-ekonomi, menjadi relatif lebih mandiri.
 Masa remaja merupakan periode krisis dalam upaya mencari identitas dirinya.
 belum mampu menguasai fungsi fisis dan psikisnya secara optimal  termasuk golongan anak.
 dikelompokkan menurut rentang usia sesuai pelayanan kesehatan anak.
 Disesuaikan dengan:
 konvensi tentang hak-hak anak dan
 UU RI no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak (bahwa remaja berusia 10-18 tahun)

Alasan Perlu Memperhatikan Kesehatan Remaja


1. Pola Karakteristik
 Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dari aspek:
 fisis,
 emosi,
 intelektual, dan
 sosial
 rasa keingintahuan remaja yang besar,
 keinginan untuk bereksperimen,
 Keinginan berpetualang, dan mencoba bermacam tantangan,
2. cenderung berani mengambil risiko tanpa pertimbangan matang terlebih dahulu.
3. akses terhadap informasi yang baik dan akurat, serta pengetahuan untuk memenuhi keingintahuan
mempengaruhi keterampilan remaja dalam mengambil keputusan untuk berperilaku.
4. Remaja akan menjalani perilaku berisiko, bila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik
tidak tepat dan selanjutnya menerima akibat yang harus ditanggung seumur hidupnya dalam
berbagai bentuk masalah kesehatan fisis dan psikososial.

Alasan Perlu memperhatikan Program Kesehatan Remaja


 Jumlah remaja di Indonesia ± 20% dari populasi;
 Remaja merupakan aset sekaligus investasi generasi mendatang;
 Upaya pemenuhan Hak Asasi Manusia;
 Untuk melindungi sumber daya manusia potensial.

Keadaan Kesehatan Remaha di Indonesia


 Remaja di Indonesia menghadapi masalah kesehatan yang kompleks, walaupun selama ini
diasumsikan sebagai kelompok yang sehat.
 Dari beberapa survei diketahui besaran masalah remaja, sebagaimana ditunjukkan oleh data
berikut:
 17% perempuan yang saat ini berusia 45-49, menikah pada usia 15 tahun;

35
 terdapat peningkatan secara substansial pada usia perempuan pertama kali menikah.
Perempuan usia 30-34 tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 9%,
perempuan usia 20-24 tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 4%
 Perokok aktif hingga saat ini:
Perempuan: 0,7%;
lelaki: 47,0%.
 Mantan peminum alkohol:
Perempuan: 1,7%; dan
lelaki: 15,6%.
 Peminum alkohol aktif:
perempuan: 3,7%;
lelaki: 15,5 %.
 Lelaki pengguna obat
dengan cara dihisap: 2,3%;
dihirup: 0,3 %;
ditelan 1,3%.
 Pacaran pertama kali

Perempuan Laki-laki
• usia <12 tahun: 5,5%; • usia <12 tahun: 5,0%;
• usia 12-14 tahun: 22,6%; • usia 12-14 ytahun: 18,6%;
• usia 15-17 tahun: 39,5%; • usia 15-17 tahun: 36,9%;
• usia 18-19 tahun: 3,2%. • usia 18-19 tahun: 3,2%.
• Melakukan petting pada saat pacaran: • Melakukan petting saat pacaran: 19,2%.
6,5%.
 Pengalaman seksual
perempuan: 1,3%;
lelaki: 3,7%.
Lelaki yang memiliki pengalaman seks untuk pertama kali pada
usia: <15 tahun: 1,0%;
usia 16 tahun : 0,8%;
usia 17 tahun: 1,2%;
usia 18 tahun: 0,5%;
usia 19 tahun: 0,1%.
 Alasan melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum menikah pada remaja berusia 15-24
tahun :
Untuk perempuan  terjadi begitu saja (38,4%), dipaksa oleh pasangannya (21,2%),
Untuk laki-laki  ingin tahu (51,3%), terjadi begitu saja (25,8%).
 Delapan puluh empat orang (1%) dari responden pernah mengalami KTD, 60% di antaranya
mengalami atau melakukan aborsi.

Kasus AIDS 31 Maret 2009 DItjen P2PL (Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan

 Persentase kumulatif kasus AIDS berdasarkan :


1. Cara penularan:

36
a. pengguna jarum suntik: 42%;
b. heteroseksual: 48,4%;
c. homoseksual: 3,7%.
2. Kelompok usia:
a. 15-19 tahun: 3,08%;
b. 20-29 tahun: 50,5%.
 Provinsi dengan jumlah pasien AIDS terbanyak pengguna napza suntik Jawa Barat, sebanyak
2.366 orang.
Persentase kasus AIDS pengguna napza suntik di Indonesia
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
a. Lelaki: 91,8%;
b. perempuan: 7,5%;
c. tidak diketahui: 0,7%.
2. berdasarkan usia,
a. 15-19 tahun: 1,7%; dan
b. 20-29 tahun: 64,7%.

Penyakit Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS)


1. Merokok
 berumur >10 tahun sebesar 23,7%,
 berdasarkan jenis kelamin
 lelaki 46,8%; dan
 perempuan: 3 %.
 Berdasarkan usia
 usia 10-14 tahun: 0,7%;
 usia 15-24 tahun: 17,3%.
2. Prevalensi Penyakit

Usia 5-14 tahun Umur 15-24 tahun


 asma: 1,2%;  asma: 1,2%;
 jantung: 0,2%;  jantung: 0,3%;
 diabetes mellitus: 0%;  diabetes mellitus: 0,1%;
 tumor 1,0%.  tumor: 2,4%.
3. Gangguan mental dan emosional
berumur 15 tahun ke atas (berdasarkan self reporting questionnaire-20) menurut karakteristik
responden 15-24 tahun adalah: 8,7%
4. Anemia
 umur 5-14 tahun: 9,4%;
 Umur 15-24 tahun: 6,9%.
5. Prevalensi cedera dan penyebab cedera
 usia 5-14 tahun: cedera akibat terjatuh: 78,4%;
 usia 15-24 tahun: cedera akibat terjatuh 47,9%.
6. Prevalensi jenis cedera
 berusia 5-14 tahun: luka lecet 62,5%;
 usia 15-24 tahun: luka lecet 57,8%.

37
7. Prevalensi kurang aktivitas fisik
 usia: 10-14 tahun: 66,9%;
 15-24 tahun: 52%.
Sedangkan jika dilihat berdasarkan jenis kelamin
 lelaki: 41,4%; dan
 perempuan: 54,5%.
*Tingginya perilaku berisiko pada remaja yang ditunjukkan oleh data di atas merupakan hasil akhir dari
sifat khas remaja, pengetahuan remaja tentang kesehatan, nilai moral yang dianut, serta ada tidaknya
kondisi lingkungan yang turut memengaruhi. Sebagai contoh penyalahgunaan napza yang dapat
mengakibatkan terjadinya infeksi HIV yang selanjutnya menjadi AIDS dan akhirnya mengakibatkan
kematian. Secara tidak langsung masalah kesehatan remaja tersebut turut menghambat laju
pembangunan manusia (human development) di Indonesia, dan pencapaian pembangunan tujuan
millenium (millenium development goal).

Penanganan masalah kesehatan Remaja


1. Penanganan secara multi-sektoral dan multidimensional,
2. intervensi yang komprehensif pada aspek
a. preventif,
b. promotif,
c. kuratif dan
d. rehabilitatif.
3. Program kesehatan remaja sudah mulai diperkenalkan di puskesmas sejak satu dekade yang lalu.
a. lebih banyak dalam pemberian informasi, berupa penyuluhan dan diskusi melalui
 UKS
 karang taruna, atau organisasi pemuda, dan
 kader remaja lainnya yang dibentuk oleh puskesmas.
b. Petugas berperan sebagai fasilitator dan narasumber.
4. Pemberian pelayanan khusus disesuaikan dengan
a. keinginan,
b. selera, dan
c. kebutuhan remaja belum dilaksanakan.
5. Remaja yang berkunjung ke puskesmas masih diperlakukan selayaknya pasien lain sesuai dengan
keluhan atau penyakitnya.

Pelayanan Kesehatan Remaja di Puskesmas


 amat strategis dan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien
 tenaga kesehatan dan kesanggupan jangkauan puskesmas ke segenap penjuru Indonesia
 Sesuai dengan kebutuhan, puskesmas sebagai bagian dari pelayanan klinis medis, melaksanakan
rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi.
1. Rujukan sosial:
 penyaluran kepada lembaga keterampilan kerja  pasca penyalahgunaan napza, atau
 penyaluran kepada lembaga  program pendampingan dalam upaya rehabilitasi mental
korban perkosaan.

38
2. Rujukan pranata hukum:
 memberi kekuatan hukum bagi kasus tertentu atau dukungan dalam menindaklanjuti suatu
kasus belum banyak dilakukan.
 Merupakan bentuk kerjasama berbagai sektor yang diawali dengan komitmen antar institusi
terkait.

Bentuk Pelayanan Kesehatan Remaja


 Memberi layanan dengan model Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja, memenuhi kebutuhan,
hak dan selera remaja di beberapa propinsi,
 Pelayanan kesehatan remaja sesuai permasalahannya,
 lebih intensif kepada aspek promotif dan preventif dengan cara peduli remaja.
 merupakan salah satu strategi penting dalam upaya kesehatan yang optimal.
 Pelayanan kesehatan peduli remaja diselenggarakan di
 puskesmas,
 rumah sakit, dan
 tempat pada umumnya di mana remaja berkumpul (komunitas penggemar motor,
penggemar film,dll).
 Akhir tahun 2008:
 1611 dari 8114 puskesmas di seluruh Indonesia (22,39%) telah melaksanakan Pelayanan kesehatan
peduli remaja
 tenaga yang dilatih untuk menangani Pelayanan kesehatan peduli remaja
 ini sejumlah 2866 orang.
 beberapa rumah sakit telah melakukan pengembangkan tim kesehatan remaja atau
poliklinik kesehatan remaja : rumah sakit Kariadi, Semarang; rumah sakit Fatmawati di
Jakarta; dan rumah sakit Hasan Sadikin Bandung,
 Lembaga/badan donor bagi bagi pendekatan pelaanan kesehatan peduli remaja (PKPR)
 Di propinsi Jawa Barat, remaja di sekolah dilatih dan dibina oleh puskesmas menjadi
konselor sebaya;
 di propinsi Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT) pelayanan bagi remaja dilaksanakan di
luar gedung puskesmas;
 Di beberapa propinsi lainnya petugas kesehatan dilatih agar kompeten dalam menghadapai
masalah kesehatan remaja.
 Kegiatan PKPR sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, dapat dilaksanakan di dalam atau
di luar gedung. Untuk sasaran perorangan atau kelompok, dilaksanakan oleh petugas
puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat, berdasarkan kemitraan.
1. Pemberian informasi dan edukasi.
a. Dilaksanakan di dalam atau di luar gedung, baik secara perorangan atau
berkelompok
b. Dilaksanakan oleh
 guru,
 pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah, atau
 dari lintas sektor.
c. Metoda:

39
 Ceramah, tanya jawab,
 focus group discussion (FGD),
 diskusi interaktif,
d. Menggunakan sarana komunikasi informasi edukasi (KIE) yang lengkap,
e. bahasa yang sesuai dengan bahasa sasaran (remaja, orangtua, guru) dan
f. mudah dimengerti.
2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukannya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melayani remaja yang berkunjung ke puskesmas adalah:
a. Bagi remaja yang menderita penyakit tertentu tetap dilayani dengan mengacu pada
prosedur tetap penanganan penyakit tersebut.
b. Petugas dari balai pengobatan umum, balai pengobatan gigi, kesehatan ibu dan anak
(KIA) dalam menghadapi remaja yangdatang, diharapkan dapat menggali masalah
psikososial atau yang berpotensi menjadi masalah khusus remaja, untuk kemudian bila
ada, menyalurkannya ke ruang konseling bila diperlukan.
c. Petugas yang menjaring remaja dari ruangan, dan juga petugas - loket atau petugas
laboratorium, seperti halnya petugas khusus PKPR juga harus menjaga kerahasiaan
remaja tersebut, dan memenuhi kriteria peduli remaja.
d. Petugas PKPR harus menjaga kelangsungan pelayanan dan mencatat hasil rujukan
kasus per kasus.
3. Konseling
a. Tujuan konseling :
 Membantu remaja mengenali masalahnya dan
 membantu mengambil keputusan dengan mantap.
b. Memberikan pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi dan sumber hingga dapat
membantu remaja mampu:
 mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya.
 meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang mungkin terjadi pada dirinya.
 mempunyai motivasi untuk mencari bantuan bila menghadapi masalah.
4. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
a. bila dibekali keterampilan hidup sehat maka remaja akan sanggup menangkal pengaruh
yang merugikan bagi kesehatannya.
b. Pendidikan ketrampilan hidup sehat merupakan adaptasi dari life skills education (LSE).
c. Sedangkan life skills atau keterampilan hidup adalah kemampuan psikososial untuk
memenuhi kebutuhan, dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari
d. Keterampilan ini mempunyai peran penting dalam promosi kesehatan
e. peningkatan keterampilan psikososial dapat memberi kontribusi dalam kehidupan
keseharian adalah keterampilan mengatasi masalah perilaku yang berkaitan dengan
ketidak sanggupan mengatasi stres dan tekanan dalam hidup dengan baik.
f. Keterampilan psikososial di bidang kesehatan dikenal dengan istilah PKHS dan dapat
diberikan secara berkelompok di mana saja, antara lain: di sekolah, puskesmas,
sanggar, rumah singgah, dan sebagainya.

* Dengan menerapkan ajaran PKHS, remaja dapat mengambil keputusan segera untuk
menolak ajakan tersebut, merasa yakin akan kemampuannya menolak ajakan

40
tersebut, berpikir kreatif untuk mencari cara penolakan agar tidak menyakiti hati
temannya dan mengerahkan kemampuan berkomunikasi secara efektif dan
mengendalikan emosi, sehingga penolakan akan berhasil dilaksanakan dengan mulus.

Dalam menghindari diri dari tindak kekerasan baik fisis ataupun mental, beberapa
kompetensi dari life skills ini dapat membantu remaja mengambil keputusan agar
dapat merespons ancaman atau tindak kekerasan tersebut. Kekerasan fisis termasuk
kekerasan seksual dapat dihindari dengan berpikir kritis dan kreatif serta
menggunakan
komunikasi efektif untuk menghindari dan menyelamatkan diri dari ancaman
tersebut. Kekerasan mental (tekanan, pelecehan, penghinaan) tidak menimbulkan
akibat psikis apabila kompetensi life skills diterapkan seperti berpikir kreatif,
pengendalian emosi dan komunikasi efektif.
Pelaksanaan PKHS di puskesmas di samping meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan hidup sehat dapat juga menimbulkan rasa gembira bagi remaja sehingga
dapat menjadi daya tarik untuk berkunjung kali berikut, serta mendorong melakukan
promosi tentang adanya PKPR di puskesmas kepada temannya dan menjadi sumber
penular pengetahuan dan keterampilan hidup sehat kepada teman-temannya.
5. Pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya
a. merupakan salah satu upaya nyata mengikut sertakan remaja sebagai salah satu syarat
keberhasilan PKPR.
b. Keuntungan melatih remaja menjadi kader kesehatan remaja atau konselor sebaya dan
pendidik sebaya,
c. kelompok ini berperan sebagai agen perubahan di antara kelompok sebayanya agar
berperilaku sehat.
d. kelompok ini terlibat dan siap membantu dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi PKPR.
e. Kader yang berminat, berbakat, dan sering menjadi tempat curhat bagi teman yang
membutuhkannya dapat diberikan pelatihan tambahan untuk memperdalam
keterampilan interpersonal relationship dan konseling.

10 Keterampilan Psikososial :
1. Pengambilan keputusan
Pada remaja keterampilan pengambilan keputusan ini berperan konstruktif dalam menyelesaikan
masalah berkaitan dengan hidupnya. Keputusan yang salah tak jarang mengakibatkan masa depan
menjadi suram.
2. Pemecahan masalah
Masalah yang tak terselesaikan yang terjadi karena kurangnya keterampilan pengambilan keputusan
akan menyebabkan stres dan ketegangan fisis.
3. Berpikir kreatif
Berfikir kreatif akan membantu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Berpikir kreatif
terealisasi karena adanya kesanggupan untuk menggali alternatif yang ada dan mempertimbangkan
sisi baik dan buruk dari tindakan yang akan diambil. Meski tak menghasilkan suatu keputusan,
berpikir kreatif akan membantu remaja merespons secara fleksibel segala situasi dalam keseharian
hidup.

41
4. Berpikir kritis
Merupakan kesanggupan untuk menganalisa informasi dan pengalaman secara objektif. Hal ini akan
membantu mengenali dan menilai faktor yang memengaruhi sikap dan perilaku, misalnya: tata-nilai,
tekanan teman sebaya, dan media.
5. Komunikasi efektif
Komunikasi ini akan membuat remaja dapat mengekspresikan dirinya baik secara verbal maupun
non-verbal. Harus disesuaikan antara budaya dan situasi, dengan cara menyampaikan keinginan,
pendapat, kebutuhan dan kekhawatirannya. Hal ini akan mempermudah remaja untuk meminta
nasihat atau pertolongan bilamana mereka membutuhkan.
6. Hubungan interpersonal
Membantu menjalin hubungan dengan cara positif dengan orang lain, sehingga mereka dapat
meciptakan persahabatan, meningkatkan hubungan baik sesama anggota keluarga, untuk
mendapatkan dukungan sosial, dan yang terpenting adalah mereka dapat mempertahankan
hubungan tersebut; Hubungan interpersonal ini sangat penting untuk kesejahteraan mental remaja
itu sendiri. Keahlian ini diperlukan juga agar terampil dalam mengakhiri hubungan yang tidak sehat
dengan cara yang positif.
7. Kesadaran diri
Merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, kekuatan dan kelemahan, serta
pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci. Kesadaran diri akan mengembangkan kepekaan
pengenalan dini akan adanya stres dan tekanan yang harus dihadapi. Kesadaran diri ini harus dimiliki
untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan hubungan interpersonal yang baik, serta
mengembangkan empati terhadap orang lain.
8. Empati
Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan baik, remaja mampu
membayangkan bagaimana kehidupan orang lain. Empati melatih remaja untuk mengerti dan
menerima orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, dan juga membantu menimbulkan
perilaku positif terhadap sesama yang mengalaminya.
9. Mengendalikan emosi
Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi dapat
memengaruhi perilaku, memudahkan menggali kemampuan merespons emosi dengan benar.
Mengendalikan dan mengatasi emosi diperlukan karena luapan emosi kemarahan atau kesedihan
dapat merugikan kesehatan bila tidak disikapi secara benar.
10. Mengatasi stres
Pengenalan stres dan mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh, membantu mengontrol
stres, dan mengurangi sumber penyebabnya. Misalnya membuat perubahan di lingkungan sekitar
atau merubah cara hidup (lifestyle). Diajarkan pula bagaimana bersikap santai sehingga tekanan
yang terjadi oleh stres yang tak terhindarkan tidak berkembang menjadi masalah kesehatan yang
serius.
Kebutuhan Remaja yang tidak Kalah Penting
1. Eksistensi/Berekspresi Dri
a. Olahraga
b. Seni

42
2. Pengakuan u/ dianggap penting

43
K26. Keluhan pada Organ Kelamin Laki-Laki
dr. Tri Budiyanto
-Nadia Aliya-
1. Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi (DE) berarti ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi
penis yang cukup untuk melakukan hubungan seksual dengan baik. Disfungsi ereksi disebut
primer bila sejak semula ereksi yang cukup unutuk melakukan hubungan seksual tidak
pernah tercapai. Sedang disfungsi ereksi sekunder berarti sebelumnya pernah berhasil
melakukan hubungan seksual, tetapi kemudian gagal karena sesuatu sebab yang mengganggu
ereksinya.
Pada dasarnya DE dapat disebabkan oleh faktor organik dan faktor psikis. Penyebab
organik dapat disebabkan oleh
a. Trauma daerah panggul, columna vertebralis L4-L5, pusat neuromuskular ereksi
b. CHF (suplay darah di perifer berkurang, sehingga darah yang masuk ke penis
menurun)
c. Stroke
d. Penyakit ginjal (gagal ginjal)
e. Pasca operasi (operasi prostat)
f. Penyakit sistemik
g. Pemasangan kateter yang salah
Faktor psikis meliputi semua faktor yang menghambat reaksi seksual terhadap
rangsangan seksual yang diterima. Walaupun penyebab dasarnya adalah faktor fisik, faktor
psikis hampir selalu muncul dan menyertainya. Masih memiliki nokturnal ereksi, namun
ketika berhubungan dengan istrinya timbul gangguan ereksinya.
Pemeriksaan penunjang :
a. Mengukur kadar hormon ACTH, LSH
b. Sonografi
c. Prangko yang ditempel ke penis (harus dilindungi dengan celana dalam)
Erection Hardness Score bertujuan untuk melihat kerusakan penis.
Pengobatan :

44
a. Obat-obat oral: sildenafil sitrat (menghambat PDE-6), vardenafil (lebih selektif dalam
menghambat PDE-5), tadalafil (penghambat phosphodiesterase type-5 dan menghambat
PDE 11)
b. Injeksi
c. Alat dimasukkan ke corpus cavernosum (alat berisi udara)
2. Gangguan Ejakulasi
a. Ejakulasi dini/prematur
ED merupakan ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sampai pasangannnya
mencapai orgasme, paling sedikit 50 persen dari kesempatan melakukan hubungan
seksual. Berdasarkan waktu, ada yang mengatakan penis yang mengalami ED bila ejakulasi
terjadi dalam waktu kurang dari 1-10 menit. Untuk menentukan seorang pria mengalami
ED harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : ejakulasi terjadi dalam waktu cepat, tidak
dapat dikontrol, tidak dikehendaki oleh orang tersebut, serta mengganggu yang
dirinya/pasangannya.
Terapi :
 Supporting
 Diberi obat
 Senggama terputus
b. Ejakulasi retrogard
Masuknya cairan semen ke dalam kandung kemih pada saat ejakulasi, akibat dari
ketidakmampuan leher kandung kemih untuk berkontraksi dengan sempurna bisa
karena:
a. Operasi, seperti operasi kandung kemih atau operasi prostat
b. Efek samping dari obat-obatan tertentu yang digunakan untuk mengobati tekanan
darah tinggi, prostat dan lain-lain
c. Kerusakan saraf yang disebabkan oleh kondisi medis, seperti diabetes atau cedera
tulang belakang
d. Operasi pengangkatan prostat (prostatektomi)
e. Operasi pengangkatan kandung kemih (kistektomi)
f. Terapi radiasi untuk mengobati kanker di daerah panggul.

45
Gejala-gejala yang terjadi pada ejakulasi retrograde :
 Orgasme kering, orgasme yang terjadi dimana seorang pria mengeluarkan sangat
sedikit air mani pada saat ejakulasi, atau tidak ada air mani sama sekali yang keluar
dari penis
 Urine yang keruh setelah orgasme (karena mengandung air mani)
 Kemandulan
Diberikan obat simpatomimetik untuk meningkatkan kontraksi sphingter interna.
3. Hematospermia
Didapatkan darahnya pada semen. Penyebab:
a. Kerusakan pada pembuluh darah di uretra
a. Infeksi
b. Penyakit menular seksual
Diberikan obat anti inflamasi, atau apabila terjadi karena keganasan makan ditanganin
kankernya.
4. Penyakit Peyroni
Didapatkan plaque atau indurasi pada tunika albugenia korpus kavernosum penis
sehingga menyebabkan terjadinya angulasi batang penis pada saat ereksi.

5. Varicocele
Dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran
darah balik vena spermatika interna (sering kena yang sebelah kiri). Varikokel dapat
menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui beberapa cara, antara lain:
a. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami hipoksia
karena kekurangan oksigen.

46
b. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan
prostaglandin) melalui vena spermatika interna ke testis.
c. Peningkatan suhu testis.
d. Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan, memungkinkan
zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis kanan sehingga
menyebabkan gangguan spermatogenesis testis kanan dan pada akhirnya terjadi
infertilitas.
Secara klinis varikokel dibedakan dalam 3 tingkatan/derajat:
a. Derajat kecil: adalah varikokel yang dapat dipalpasi setelah pasien melakukan
manuver valsava
b. Derajat sedang: adalah varikokel yang dapat dipalpasi tanpa melakukan manuver
valsava
c. Derajat besar: adalah varikokel yang sudah dapat dilihat bentuknya tanpa melakukan
manuver valsava

47
K27. Patologi Ginekologi
Dr. dr. Gita Nawangtrantrini, M.Kes, Sp.PA Ginekologi
-Cantika Ghina Prastya-

INFEKSI GENITALIA WANITA


a. STD (Sexual Transmited Disease)
1. Parasit
 Trichomonas
 Bakteri
 Gonorhea
 Syphilis
 Clamydia trachomats
2. virus;:
 HPV
 CMV
 Herpes
b. NON STD
1. Tuberculosis
2. Candidiasis

STD
1. Karsinoma Epidermoid  paling sering diwanita (dari vulva sampai ke vagina)
2. HPV
a. Onkogenik  HPV 16,18; mempunyai protein E6 & E7  akan berikatan (kalo gagal
repair selnya)
b. Non onkogenik
- Epitel thorax  adenoma
- Epitel gepeng  papiloma
- Imbalance hormonal, deteksi p53  keganasan
Penyebab Karsinogenesis :
1. Infeksi
2. Kelainan gen  retinoblastoma
Phyllodes bisa ganas; bisa jinak

Penyakit Ginekologi :
1. VULVA
 Kista
 Dermatosis
 Tumor Jinak  Syringoma
 Ganas: Epidermoid carcinoma, Veruccous carcinoma

48
2. VAGINA
 Congenital dan tumor jinak:
 Septa vagina
 Atresia vagina
 Fibroepitelial polyp
 Tumor ganas:
 Epidermoid carcinoma
 Rhabdomyosarcoma
3. CERVIX
 Cervisitis
 Tumor jinak:
 Polyp
 Glandular cell hyperplasia
 Squamous cell neoplasm:
 CIN 1-3
 Squamous cell carcinoma
4. UTERUS
 Kelainan Congenital
 Endometrium dan kehamilan
 Trauma
 Endometriosis
 Adenomyosis
 Efek hormonal
 Tumor
 Jinak: endometrii Hyperplasia
 Ganas: Endometrioid carcinoma
5. TUBA UTERINA
 Salphingitis
 Tumor
 Kehamilan ektopik
6. OVARIUM
 Congenital
7. KELENJAR MAMMAE
 RADANG
 Fat necrosis
 Tumor jinak epitel
 Proliferatif hubungannya dengan factor resiko keganasan
 Sclerosisng
 Intraductal papilloma
 ADH

49
 ALH
 FEA/Flat Epithelial Atypia
 Lesi Fibroepitelial :
 FAM
 Phyllodes tumor

50
 JEJAS SEL
o Single –> hepatitis, amoebiasis
o Keganasan mammae > 100 gen yang terlibat
o Immunohistologi dari keganasan mammar utuk emenyukan jenis kemoterapinya

51
 Gen P53 dan gen RB
o Sel permanen
Sel otak, sel tpt jantung  terkena jejas tidak akan terbentuk lagi
o Epitel kulit, epitel usus  sel labib, yang dapat kembali lagi
o Sel stabil  ginjal, hepar  butuh serangkaian proses panjng untuk kembali
seperti semula
 Mekanisme jejas
1. Defek pada membran  membran orgenella, membran inti, membran sel
a. Respon radang vaskular :
 Respon selular : sel-selnya
 Respon vaskular : diameter vaskuler
 Kinin, koagulan, sistem komplemen  derivat faktor XII  akan disekresi
oleh plasma
b. Dari sel
 Trombosit  hasilnya histamin
 Makrofag, dll
Catatan :
 Amebiasis  direspon oleh eosinofil
 T 13 C  monosit kan berubah jadi makrofag  tubercle  sel giant dan datia langhans
 Faktor keturunan ( mammar, ovarium)  biasanya en BRCA yang berubah

52
53
K28. Obat-obat yang digunakan pada kelainan
dr. Fajar Wahyu Pribadi, MSc
-Hanindya Hanifah-

Keterangan
1. Off label = tergantung kebijakan dokter, tidak diakui FDA
2. OTC = obat2an bebas
3. RX= perlu resep dokter
4. CSA ( Control Subitalces Act Schedule) = masih dipantau pemerintah
5. Alkohol (x) = tidak boleh dengan alcohol

Obat

1. cervicitis = Azytromycin, masih tidak jelas risikonya,


2. Ectopic pregnancy = methotrexate
3. Female infertility = metformin
4. Hysterectomy = piperacilin
5. Menstrual disorder = Asam traxenamat (anti-fibrinolitik)
6. Oophorectomy = estradiol untuk mengurangi estrogen withdrawal
7. Kista ovarium= Ethynil estradiol/levenogestrol, obat off label
8. Fibroid = Levoprolide
9. Sex dan hormone (steroid)
 Androgen
 Estrogen = untuk obat Ca prostat, kontrasepsi oral dan replacement terapi, diabsorpsi
oral transdermal dan patah
 Prgestin = kontrasepsi oral suntik implant danIUD hormone serta, pil kontrasepsi
emergensi (levenogestrol 1,5 mg), untuk nebelin mucus serous

54
K30. Patologi Payudara
Dr. dr. Gita Nawangtantrini
-Katarina Frenka Nadya W-

Jangan bingung karena mungkin ada penjelasan yang sama antara K.27 dan K.30  

INFEKSI

1.GONORRHOEAE • 2.SYPHILLIS 3.HERPES SIMPLEKS


- Penyebab: Neisseria -Penyebab: Treponema - Banyak mengenai serviks, vagina, vulva
gonorrhoeae (gram pallidum - Virus DNA
negatif) - HSV 1 : oral, HSV 2: genital
-Ada tiga fase (dijelaskan di - LESI:
- Sexual Transmitted bawah)  Timbul lesi sdh 3-7 hari
Disease  Papul kemerahan disekitar uretra
-Pengecatan Impregnasi  Nyeri
- Bisa menyebabkan perak: tampak spirochaeta  Hilang sendiri dalam 3 minggu
infeksi asenden  Saat fase akut virus dapat bermigrasi ke
(Endometritis akut, Abses - Morfologi syphilis: daerah lumbal
tuboovarial) - Proliferasi sel radang - Morfologi:
limfosit dan sel plasma  Ulkus dengan dasar kemerahan
terutama di skitar  Cairan eksudat
- Komplikasi sistemik: pembuluh darah  Sel yg terinfeksi ground glass
Sepsis, Artritis septikemia - Jaringan nekrotik appearance: inklusi eosinofilik / basofilik
(selnya bengkak)
3 Fase Sifilis:
1. Primer
- Chancre (ulserasi yang tidak nyeri dan khas pada sifilis) muncul 3 minggu setelah paparan
infeksi
- Ciri chancre:
o Painless/tidak nyeri
o Papul mengeras/indurated  diameter ≥ 1 cm
o Ada infiltrasi sel radang sehingga membentuk ulserasi di tengahnya
- Lesi ini bertahan sampai 2-6 minggu lalu sembuh sendiri
2. Sekunder
- Muncul setelah beberapa minggu-bulan periode laten
- Manifestasi klinis: demam ringan, sakit kepala/pusing, malaise, limfadenopati, lesi infeksius
bernama condylomata lata (kutil sifilis)
- Juga bertahan sampai 2-6 minggu lalu sembuh sendiri
3. Tersier
- Bisa muncul kapan pun setelah fase sekunder selesai
- Dapat berkomplikasi pada kerusakan parah sistem kardiovaskuler dan saraf

55
4.Candidiasis 5. Trichomoniasis
- Infeksi jamur (yeast ya harusnya) - Trichomonas vaginalis adalah protozoa bentuk
- Sebenarnya mrpkn flora normal oval dan berflagel (flagellated ovoid protozoan)
- Apabila tjd gangguan ekosistem mikrobial - STD juga
terjadi candidiasis - Berkembang dalam 4 hari-4 minggu
- Predisposisi: Diabetes mellitus, - Gejala:
antibiotics,kehamilan, gangguan pada sel - Asimptomatik
neutrofil atauTH17T - discharge kuning, berbusa
- Morfologi makroskopis: pruritus di vulvovaginal, - dysuria
eritema, bengkak - dispareunia
- Diagnosis: diberi KOH/ Papanicolaou (Pap)  - colposcopic appearance of “strawberry
nampak hifa (harusnya pseudohifa krn dia yeast cervix”
hmm, gapapa ikutin aja)

NONINFEKSI

1.Kista Bartolin 2.Liken Sklerosis Gambar liken sklerosis


- Jika ada infeksi kelenjar - macula di vulva atau labia
bartholinabses - Morfologi: penebalan epidermis,
- Duktus obstruksi akibat hiperkeratosis, sclerosis, sebukan sel
peradangan radang limfosit
- Kista dilapisi epitel - Banyak pada wanita post
transisional atau epitel menopause
gepeng - Lesi premaligna  bisa mengganas
- Diameter 3-5 cm
-

3.Condyloma akuminatum Gambar


- Bukan lesi pra kanker
- Etiologi HPV strain 6 dan 11
- Lesi wanita di vulva, perineum, perianal,
vagina, serviks
- Pria: penis, perianal
- Morfologi mikros
- epitel yg papilomatous, eksofitik,treelike
core
- Epitel gepeng hiperplastis, koilositosis,
atypia, hiperkromatis, perinuclear halo

4. Endometriosis dan adenomiosis

56
- Endometriosis adalah pertumbuhan kelenjar dan stroma endometrium di luar endometrium
- Adenomiosis adalah endometriosis di miometrium
- Endometriosis dapat muncul di: (1) ovaries, (2) uterine ligaments ,(3) rectovaginal septum, (4) cul
de sac, (5) pelvic peritoneum(6) large and small bowel and appendix, (7) mucosa of the cervix,
vagina, and fallopian tubes, and (8) setelah laparotomy
- Berhubungan dg infertilitas, dismenorea, nyeri pelvic
- Merupakan prekursor (calon) carcinoma endometrioid dan clear cell carcinoma
- Teori terjadinya endometriosis
a. The regurgitation theory
Endometrium menempel ektopik akibat regurgitasi retrograde di tuba falopii
b. The benign metastases
endometrium bias tersebar jauh mengikuti aliran darah maupun limfe
c. The metaplastic theory
endometrium sejak awal sudah terbentuk di tempat lain
d. The extrauterine stem/progenitor cell theory
stem sel yg berdiferensiasi menjadi jaringan endometriumis
- Gambar

5. Cervix Carcinoma/Ca cervix


- Penyebab tersering: HPV Patogenesis gambar
strain 16 dan 18
- Penyebab non-HPV
- Partner sexual berganti-
ganti
- Mutagen
- Rokok
- Mutagenic infeksi(herpes
simplex, bakteri, infeksi
protozoa)
- Hormon
- Immunesupression

57
- Genetic predisposition

- Jenis-jenis virus HPV


- >100 tipe
- 30-40 menyerang
anogenital
- 15-20 tipe onkogenik
HPV 16(54%)
HPV 18(13%)
onkogenikdi cerviks
- Non onkogenik: HPV
6,11,40,42,44,54

- Taksonomi HPV
Ordo: Papovavirales
Familia: Papillomaviridae •
Genus: Papillomavirus •
Species: Human
Papillomaviruss

Lesi awal HPV terjadi pada stem sel di lapisan basal  HPV
masuk ke dalam sel dengan merusak adhesion molecule Integrin
dan ECadherin

- Cara penularan virus HPV


a. Sexual Route/genital contact:
- sexual intercourse
- genital-genital
- manual-genital
- oral-genital
b. Non sexual route
- extra genital: sarung tangan, peralatan biopsy, undergarment (sprei dan selimut)
- vertical mother to neonate (intrauterine)
- Bagaimana perkembangan sel epitel cervix dari normal menjadi karsinoma?
Sel Normal↔Metaplasia↔ CIN I↔ CIN II CIN III  karsinoma

58
Dari sel normal sampai CIN II masih reversibel, dari CIN II ke Karsinoma ireversibel
- Apa peran Pap’smear dalam karsinogenesis serviks?
a. Deteksi dini
b. Pertumbuhan sel masih bersifat reversible/sampai CIN II dapat diupayakan terapi untuk
membuat sel kembali normal
c. Pada CIN III, kelainan bersifat irreversibeltapi belum invasive  Conebiopsi/serviks yang
terlihat ada lesi dipotong
- Bagaimana Karsinogenesis HPV?
a. Protein E6 akan mengikatkan diri ke dalam gen p53 sehingga menghambat apoptosis
b. Protein E7 mengikatkan diri ke dalam gen Rb sehingga meningkatkan aktivitas CDK yang
menyebabkan gangguan pada fase S (sintesis organel sel) sehingga proliferasi sel sulit dikontrol

6. Hiperplasia Endometrium
- Peningkatan jumlah kelenjar dan stroma dg perubahan arsitektur kelenjar
- Terjadi perdarahan di luar siklus menstruasi
- Penyebab terbanyak stimulasi estrogen yg kurang
- PTEN (Phosphatase and tensin homolog), mrpkn tumor suppressor gene
- Tipe: simpleks dg atau tanpa atipia, jika atipia menunjukkan lesi pra kanker

7. Endometrial Carcinoma
- Secara garis besar ada dua jenis yaitu tipe I dan tipe II
- Perbedaan Endometrial Ca tipe I dan II
Karakteristik Tipe I Tipe II

Usia 55-65 th 65-75

Faktor risiko Unopposed (kadar tinggi) estrogen, Atrofi, kurus


obesitas, DM, HTN
Morfologi - Endometrioid - Serous
- Clear cell
- Mixed müllerian tumor
Prekursor Hiperplasia endometrium Serous endometrial intraepihelial
(penyakit no 6 tadi) patogenesisnya carcinoma
ada di gambar bawah
Gen yang termutasi Utama: PTEN Utama: TP53
Lainnya: ARID1A (regulator Lainnya: Aneuploidi, PIK3CA (PI3K),
kromatin), PIK3CA(PI3K), KRAS, FBXW7 (regulator MYC, cyclin E),
FGF2, MSI, CTNNB1 (Wnt CHD4 (regulator kromatin),
signalling), TP53 PPP2R1A (PP2A)

Perilaku sel Indolent (tumbuh lambat) Agresif


Menyebar lewat limfatik

59
Menyebar lewat: limfatik dan
intraperitoneal

- Patogenesis tipe I dan II

8. Ovarian Epithelial Tumor


- Ada tipe I dan II
- Tipe I berasal dari timor jinak  borderline tumor  carcinoma low-grade
Morfologi: serous low grade tumor, endometrioid, atau mucinous
- Tipe II berasal dari inklusi kista ovarium atau epitel tuba falopi (STIC/serous tubal intraepithelial
carcinoma) melalui prekursor intraepitel yang tidak teridentifikasi.
Morfologi: serous high-grade

60
SEROUS TUMOR

- Menurut gambar, tumor epitel ovarium yang isinya serous/SEROUS TUMOR itu dapat berupa low
grade (pada tipe I) dan high grade (pada tipe II), begini karakternya masing-masing
a. Low grade
- Berkembang dari tumor borderline
- Terjadi mutasi pada gen: KRAS, BRAF, atau ERBB2 oncogenes, dan tipe TP53 ganas
b. High grade
- Mutasi TP53 yang besar dan kurang mutasi pada gen KRAS dan BRAF
- Ketidakseimbangan genom sering terjadi dan diikuti:
- amplifikasi (perubahan ikutan) beberapa onkogen (PIK3CA, gen pengkode subunit katalitik
PI3K)
- delesi tumor supressor genes (seperti RB)
- hampir semua ca ovarium yang dimulai dari mutasi BRCA1 atau BRCA2 adalah ca serous
high grade dengan mutasi TP53
- Tapi mutasi BRCA1 dan BRCA2 jarang terjadi pada sporadic high-grade serous carcinoma
(muncul tanpa sebab/tiba-tiba)

MUCINOUS TUMOR
- Karakteristik kanker endometrium yang isinya mukus /MUCINOUS TUMOR

61
Patogenesis:

Mutasi protoonkogen KRAS adalah perubahan genetik yang konsisten pada mucinous tumor,
termasuk di dalamnya adalah (secara bertahap):

a. benign mucinous cystadenomas (58%)


b. mucinous borderline tumors (75% to 86%)
c. ovarian mucinous carcinomas (85%).
9. Tumor Ovarium yang berasal dari Germ Cell

KETERANGAN: teratoma berasal dari 3 lapisan embrio sehingga tumor ini dapat berisi jaringan rambut,
tulang, kulit, usus, epitel, dll yang tidak sempurna/tidak terorganisir

a. Disgerminoma
- Analog dengan seminoma
- Disgerminoma menyumbang sekitar 2% dari
50% malignansi pada tumor germ cell ovarium
70% dekade 2 dan 3 (usia 20-30)
- Terjadi banyak ekspresi gen: OCT3, OCT4, NANOG
- Faktor transkripsi ini mengganggu keseimbangan pluripoten
- Defek pada receptor tyrosine kinase dan KIT

62
b. Yolk Sac Tumor
- Sinus endodermal
- second most common malignant tumor of germ cell origin
- turunan malignansi germ cell yang berdiferensiasi bersamaan dengan garis ekstraembrionik yolk
sac
- Morfologi:
- serupa dengan yolk sac, sel tumor menghasilkan α-fetoprotein
- glomerulus-like structure berisi pembuluh darah di tengah-tengah
- dilapisi oleh sel tumor dalam sebuah ruangan yang dilapisi sel tumor juga (Schiller-Duval
body)
- Conspicuous intracellular and extracellular hyaline droplet
c. Sex Cord Stromal Tumor Granulosa
- 2/3 terjadi post menopause
- 5% juvenile granulosa
- 95% adult granulosa
- berhubungan dg kadar estrogen
- low grade malignancy
- 92 % berhubungan dg mutasi

10. Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)


- Patogenesis

63
11. Kelainan pada Kelenjar Mamae

64
Intinya:
Yang paling sering nyebabin kanker mammae: BRCA1 dan BRCA2

Karsinogenesi ca mammae

65
Keterangan: DCIS Ductal carcinoma in situ
HER2  Human epidermal growth factor
ER  Estrogen receptor
Mutasinya:
BRCA2 Estrogen receptor (ER) positif, HER2 negatif
BRCA1  lebih ganas karena karsinogenesisnya tidak terdeteksi, Estrogen receptornya negarif, HER2
negatif
TP53  HER2 positif

66
K32. Pemberian Obat pada Neonatus, Anak, dan Remaja
dr. Bening
-Diah Ayu Novitasari-

Anak-anak tidak dianggap dewasa kecil.


Farmakokinetik tergantung :
- Permukaan tubuh
- Absorbsi
- Metabolisme
- Konsentrasi protein plasma
- Ekskresi
- Waktu paruh
Keputusan pemberian obat :
- Untuk kurangi kesakitan
- Tingkatkan kualitas hidup
- Pemberian mudah ex: sediaan tablet
- Efektivitas
- Risiko minimal
- Biaya rendah
- Kenyamanan pemberian obat
Farmakoterapi pada infant :
1. Absorbsi
- Aturan absorbsi bayi dan anak sama seperti aturan pada dewasa
- Ada 2 faktor :
a. Kecepatan Aliran Darah

67
 Absorpsi obat setelah pemberian secara injeksi i.m. atau subkutan tergantung
pada kecepatan aliran darahke otot atau area subkutan tempat injeksi.
 Keadaan fisiologis yang bisa menurunkan aliran darah antara lain syok
kardiovaskuler, vasokonstriksi oleh karena pemberian obat simpatomimetik,
dan kegagalan jantung
 Absorpsi obat yang diberikan perkutan meningkat pada neonatus, bayi dan
anak, terutama jika terdapat ekskoriasi kulit atau luka bakar kadar obat
dalam darah akan meningkat pula secara menyolok, yang kadang mencapai
dosis toksik obat.
 Keadaan ini sering dijumpai pada penggunaan kortikosteroid secara
berlebihan, asam borat (yang menimbulkan efek samping diare, muntah,
kejang hingga kematian), serta aminoglikosida/polimiksin spray pada luka
bakar yang dapat menyebabkan tuli.
b. Fungsi saluran cerna

 Pada dewasa pengosongan lambung lebih cepat dan di absorbsi lebih banyak,
neonatus pengosongan lambung lebih lambat dan absorbsi lebih sedikit.
 Asam lambung meningkat pada kehidupan 24 jam pertama dan gerakan
peristaltik relatif belum teratur.
 Beberapa saat setelah lahir akan terjadi perubahan-perubahan biokimiawi dan
fisiologis pada traktus gastrointestinal. Pada 24 jam pertama
kelahiran/kehidupan, terjadi peningkatan keasaman lambung secara
menyolok. Oleh sebab itu obat-obat yang terutama dirusak oleh asam lambung
(pH rendah) sejauh mungkin dihindari.
 Pengosongan lambung pada hari I dan II kehidupan relatif lambat (6-8 jam).
Keadaan ini berlangsung selama + 6 bulan untuk akhirnya mencapai nilai
normal seperti pada dewasa. Pada tahap ini obat yang absorpsi utamanya di

68
lambung akan diabsorpsi secara lengkap dan sempurna, sebaliknya untuk
obat-obat yang diabsorpsi di intestinum efeknya menjadi sangat
lambat/tertunda.
 Gerakan peristaltik usus bayi baru lahir relatif belum teratur, tetapi umumnya
lambat. Sehingga jumlah obat-obat yang diabsorpsi di intestinum tenue sulit
diperkirakan.
 Jika peristaltik lemah maka jumlah obat yang diabsorpsi menjadi lebih besar,
 efek toksik obat.
 Jika terjadi peningkatan peristaltik, misalnya pada diare, absorpsi obat
cenderung menurun oleh karena lama kontak obat pada tempat-tempat yang
mempunyai permukaan absorpsi luas menjadi sangat singkat.

Drug Absorption in the neonate compared to adults :


Drug Oral Absorption
Acetaminophen Decreased
Ampicilin Increased
Diazepam Normal
Digoxin Normal
Penicilin G Increased
Phenobarbital Decreased
Phenytoin Decreased
Sulfonamides Normal

2. Distribusi Obat
 Proses distribusi obat dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh :
- massa jaringan
- kandungan lemak
- aliran darah
- permeabilitas membran dan
- ikatan protein.

69
 Perbedaan ini dapat ditunjukkan oleh obat-obat yang mempunyai sifat lipofilik kecil,
misalnya sulfonamida, di mana volume distribusinya meningkat sampai 2 kali pada
neonatus.
 Barier darah otak pada bayi baru lahir relatif lebih permeabel. Hal ini memungkinkan
beberapa obat melintasi aliran darah otak secara mudah. Keadaan ini menguntungkan,
misalnya pada pengobatan meningitis dengan antibiotika.
 Ikatan protein plasma obat sangat kecil pada bayi (neonatus) dan baru mencapai nilai
normal pada umur 1 tahun. Hal ini oleh karena rendahnya konsentrasi albumin dalam
plasma dan rendahnya kapasitas albumin untuk mengikat molekul obat. Keadaan ini
menjadi penting pada bayi malnutrisi dan hipoalbuminemia.
 Interaksi antara obat dengan bilirubin pada ikatannya dengan protein plasma sangat
penting diperhatikan.
 Bilirubin bebas dapat menembus barier darah otak pada neonatus dan menyebabkan kern-
ikterus
 Obat-obat sulfonamida, novobiosin, diazoksida dan analog vitamin K dapat menggeser
bilirubin dari ikatannya pada albumin plasma. Bila mekanisme konjugasi hepatal belum
sempurna, bilirubin bebas dalam darah akan meningkat dan dapat menyebabkan kern-
ikterus.

 Obat antibakteri seperti sulphonamides dan ampicillin memiliki konsentrasi plasma


bebas di neonatus
 Sulphonamides dapat menghalangi bilirubin untuk berikatan dengan protein plasma.
Hal ini merupakan penyebab hiperbilirubinemia dan risiko ikterus

70
 Neonatus sangat sensitif pada opioid
 Pemberian dosis dua kali lipat antibiotik untuk pengobatan encephalitis tidak perlu pada
neonatus.

3. Metabolisme

 Fase 1 : oksidasi, reduksi dan hidrolisis


 Fase 2 : konjugasi (matur usia 3-4 tahun)
 Toksik chloramphenicol pada neonatus dikarenakan rendahnya aktivitas dari enzim
glukoronidase  sindroma bayi warna abu-abu, manifestasinya adalah turun kesadaran,
kejang, tidak mau makan dan minum.
 Kalau ekskresi obat menurun  half life meningkat
 Phenobarbarbital  induksi enzim metabolisme  metabolisme obat lebih meningkat.

71
4. Ekskresi

 Pada neonatus, kecepatan filtrasi glomeruler dan fungsi tubulus masih imatur. Diperlukan
waktu sekitar 6 bulan untuk mencapai nilai normal. Umumnya GFR pada anak adalah
sekitar 30-40% dewasa.
 Oleh karena itu, pada anak obat dan metabolit aktif yang diekskresi lewat urin cenderung
terakumulasi
 Sebagai konsekuensinya, obat-obat yang diekskresi dengan filtrasi glomerulus, seperti
misalnya digoksin dan gentamisin, dan obat-obat yang sangat terpengaruh sekresi tubuler,
misalnya penisilin, paling lambat diekskresi pada bayi baru lahir.
 Digoksin dan gentamicin (glomerular ekskresi) menunjukkan ekskresi normal pada
usia 5 bulan
 penicillins (tubular excretion) menunjukkan ekskresi normal pada usia 7 bulan
 peningkatan frekuensi dari theophylline perlu pada bayi karena ekskresi yang cepat.

PENGHITUNGAN DOSIS
1. Muda :

Weight (somewhat more precise is Themich Fier):

Berdasarkan luas permukaan tubuh:


Dosis = Dosis Dewasa X Luas Permukaan Tubuh ( m2)
1,73 m2

SEGI PRAKTIS PEMAKAIAN OBAT PADA ANAK


1. Periode awal kelahiran
a. pemberian obat per oral dapat mengakibatkan aspirasi. Pemberian intramuskuler,
sebaiknya dilakukan di tungkai atas, sebelah anterior atau lateral.Penyuntikan pada pantat
tidak dianjurkan mengingat masa otot yang masih relatif kecil dan kemungkinan
rusaknya saraf skiatik.
b. Pemakaian kloramfenikol pada bulan pertama kelahiran sangat tidak dianjurkan karena
dapat menyebabkan 'grey baby syndrome'

72
c. Obat-obat yang dapat menggeser bilirubin dari ikatannya pada albumin (seperti
sulfonamida, diazoksida, novobiosin dan analog vitamin K) hendaknya dihindari untuk
mencegah terjadinya kern ikterus.
2. Periode kanak-kanak dan prasekolah (umur 1-10 tahun)
a. pemberian obat-obat yang metabolismenya dengan cara oksidasi dan hidroksilasi (FaseI),
seperti misalnya fenitoin, fenobarbital dan teofilin  dosis >>
b. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat pada kelompok umur ini
adalah:
 Cara pemberian obat yang efektif  rx penolakan
 Menghindarkan obat dari jangkauan anak
 Pengobatan pada infeksi berulang
 Pemakaian obat untuk penyakit kronik
3. Periode remaja
Masalah yang mungkin timbul pada pengobatan golongan umur ini antara lain adalah :
 Masalah ketidak-taatan.
 Penyalahgunaan obat. Kecenderungan untuk menggunakan obat sendiri (self-medication)
tanpa indikasi yang jelas, sangat besar pada kelompok umur ini. Untuk itu, obat-obat
yang menyebabkan adiksi sebaiknya diberikan hanya jika benar-benar diperlukan.

PRINSIP-PRINSIP PERESEPAN PADA BAYI DAN ANAK


1. Apakah obat benar-benar diperlukan ?
2. Jika terapi obat diperlukan, obat yang mana yang sesuai ?
a. Peresepan tetrasiklin sangat tidak dianjurkan pada anak, oleh karena dapat merusak gigi
dan mengganggu pertumbuhan tulang.
b. Penggunaan preparat kortikosteroid topikal secara rutin pada bayi dan anak hendaknya
dihindari. Hal ini untuk mencegah terjadinya efek iritasi pada kulit dan gangguan
pertumbuhan.
c. Pemberian antibiotika untuk diare akut pada anak sama sekali tidak beralasan.
d. Kloramfenikol sejauh mungkin dihindari (risiko grey syndrome).
e. Obat-obat sulfonamida, termasuk kotrimoksazol, sangat tidak dianjurkan pada bayi baru
lahir karena dapat menggeser bilirubin dari ikatannya dengan albumin, sehingga
menyebabkan kern-ikterus.
f. Pemberian aspirin pada anak sebaiknya dihindari, di samping oleh karena efek iritasi
lambung, juga dapat menyebabkan terjadinya sindroma Reye.
g. Obat-obat antimuntah selain tidak bermanfaat pada bayi dan anak, kemungkinan risiko
efek sampingnya juga jauh labih besar.
3. Jenis sediaan apa yang diperlukan ?
a. secara oral adalah yang paling dianjurkan untuk anak
b. per rektal << sulit memperkirakan tingkat absorpsi. Namun, diazepam per rektal saat ini
masih dianggap paling bermanfaat dalam mengatasi kejang demam.

73
c. inhalasi mungkin kurang cocok untuk anak.
d. nebuliser lebih dapat diterima.
4. Ketaatan minum obat dan pendidikan pasien
a. Faktor obat
b. Frekuensi pemberian dan keragaman jenis obat
c. Pola penyakit
d. Hubungan dokter-pasien dan dokter-orang tua pasien

*Obat yang dilarang di pakai saat laktasi :


Amphetamine Ergotamine
Bromocryptine Heroin
Cocaine Lithium
Cyclophosphamide Marijuana
Cyclosporine Methotrexate
Doxorubicin Nicotine
Phenindione

74

You might also like