You are on page 1of 11

REFLEKS SPINAL PADA KATAK

Oleh:
Nama : Nindya Nuraida Ayuningtyas
NIM : B1J014118
Rombongan :V
Kelompok :4
Asisten : Ricke Dwi Prakoso

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang

Sistem saraf merupakan sistem koordinasi yang berfungsi sebagai


penerima dan penghantar rangsangan ke semua bagian tubuh dan selanjutnya
memberikan tanggapan terhadap rangsangan tersebut. Jadi, jaringan saraf
merupakan jaringan komunikasi dalam tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan
khusus yang berhubungan dengan seluruh bagian tubuh. Perkembangannya pada
hewan vertebrata dalam mengatur fungsi alat-alat tubuh. Berdasarkan letaknya,
sistem saraf terbagi menjadi dua bagian yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf
perifer (tepi) (Campbell, 2004).
Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan
fungsi yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan
impuls, sel schwann yang merupakan pembungkus kebanyakan akson dari
sistem saraf perifer dan sel penyokong (neuroglia) yang merupakan sel yang
terdapat diantara neuron dari sistem saraf pusat. Oleh karena itu, saraf dari
sistem saraf perifer itu di bangun oleh neuron dan sel schwann, sedangkan
traktus yang terdapat diotak dan sumsum tulang belakang dibentuk oleh neuron
dan neuroglia (Bevelander & Ramaley, 1988).
Menurut Pearce (1982), suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi
secara otomatis tanpa disadari. Terdapat dua macam refleks:
1. Refleks sederhana atau refleks dasar, yang menyatu tanpa dipelajari, misalnya
refleks menutup mata bila ada benda yang menuju ke mata.
2. Refleks yang dipelajari, atau refleks kondisiskan yang dihasilakan dengan
belajar.Rangkaian jalur saraf yang terlibat dalam aktifitas refleks disebut
lengkung refleks, yang terdiri atas lima komponen dasar: (1) reseptor (2) saraf
eferen (3) pusat pengintegrasi (4) saraf eferen (5) efektor.
Gerak refleks ialah gerakan pintas ke sumsum tulang belakang. Ciri
gerak refleks adalah respon yang terjadi berlangsung dengan cepat dan tidak
disadari. Sedangkan lengkung refleks adalah lintasan terpendek gerak refleks.
Neuron konektor merupakan penghubung antara neuron sensorik dan neuron
motorik. Jika neuron konektor berada di otak, maka refleksnya disebut refleks
otak. Jika terletak di sumsum tulang belakang, maka refleksnya disebut refleks
tulang belakang (Goenarso, 1989).
Reseptor merupakan impuls yang merupakan perubahan fisik atau kimia
di lingkungan reseptor. Dalam merespon stimulus, reseptor menghasilkan
potensial aksi yang akan diteruskan oleh saraf eferen ke pusat pengintegrasi
refleks dasar, sedangkan otak lebih tinggi memproses semua informasi dan
meneruskannya melalui saraf efferent ke efektor (otot atau kelenjar) yang
melaksanakan respon yang diinginkan (Soew, 2000).

I.2 Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui terjadinya refleks


spinal pada katak.

II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah jarum, bak preparat, dan
gelas.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Katak (Fejervarya
cancrivora) dan larutan H2SO4 1%.

2.2 Cara Kerja

Cara kerja yang digunakan dalam praktikum Refleks Spinal pada Katak
adalah sebagai berikut :
1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu.
2. Otak katak dirusak menggunakan jarum penusuk dengan cara memasukkan
ujung jarum sedalam 1 cm lalu dikorek-korekkan.
3. Katak diberi rangsangan stimulus berupa pembalikan tubuh, penarikan kaki
depan, penarikan kaki belakang, dan pencelupan kaki katak ke dalam larutan
H2SO4.
4. Respon katak terhadap masing–masing perlakuan stimulus dilihat responnya.
5. Apabila katak masih dapat merespon maka hasilnya positif sementara jika
tidak maka hasilnya negatif.
6. Setelah semua perlakuan tersebut dilakukan satu per satu, kemudian
dilanjutkan dengan perusakan 1/4, 1/2, 3/4, dan perusakan total pada medulla
spinalis dengan empat macam perlakuan yang sama.
7. Hasil yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam tabel pengamatan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Refleks Spinal pada Katak (Fejervarya cancrivora)
Pembalikkan Penarikkan
Damage/ Penarikkan Pemberian
tubuh kaki
Stimulus kaki depan H2SO4
(Turned) belakang

Otak + + + +

¼ Medulla
+ + + +
spinalis

½ Medulla
+ + + _
spinalis

¾ Medulla
_ _ + _
spinalis

Total _ _ _ _

Keterangan:
( + ) Ada Respon
( - ) Tidak ada Respon
3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum Refleks Spinal pada Katak diperoleh hasil


yang menunjukkan bahwa pada perlakuan perusakan otak, katak masih
memberikan respon terhadap semua rangsangan stimulus yang diberikan yaitu
katak masih dapat membalikkan tubuh, menarik kaki depan, menarik kaki
belakang, dan pada pemberian H2SO4. Pada perlakuan ¼ medulla spinalis, katak
juga masih memberikan respon terhadap semua rangsangan yang diberikan. Pada
perlakuan ½ medulla spinalis katak masih memberikan respon membalikkan
tubuh, penarikkan kaki depan, dan penarikkan kaki belakang, namun tidak
memberikan respon menangkat kaki terhadap pemberian H2SO4. Pada perlakuan ¾
medulla spinalis, katak hanya memberikan respon mengangkat kaki terhadap
pemberian H2SO4. Pada perlakuan otak medulla spinalis, katak sudah tidak
memberikan respon terhadap semua perlakuan (Frandson, 1993).
Kaki katak yang dimasukkan ke dalam Neuron afferent larutan H2SO4
setelah otaknya dirusak menunjukkan respon positif (refleks). Hal ini sesuai
dengan pendapat Frandson (1993) bahwa setelah pulih dari shock spinal hewan
akan menarik semua kakinya apabila diberi stimulasi berupa rangsangan listrik
atau diberi sedikit asam lemah. Kaki katak yang menyentuh larutan H2SO4,
reseptor-reseptor dalam kulit akan dirangsang H2SO4 dan menimbulkan impuls
pada neuron efferent. akan meneruskan impuls ke interneuron yang selanjutnya
diteruskan ke neuron efferent yang menjulur dari sumsum tulang belakang dan
membawa impuls itu kembali melalui saraf spinal ke sekelompok otot ekstentor
pada kaki yang akan berkontraksi sehingga kaki terangkat dari larutan H2SO4 1%
(Frandson, 1993).
Pada kondisi keadaan normal, sebelum otak dan sumsum tulang belakang
dirusak, reaksi katak saat tungkai belakangnya disentuh, terjadi gerak
refleks sangat cepat atau terkejut, dan melompat untuk menghindari sentuhan. Hal
ini terjadi karena katak masih memiliki alat keseimbangan dan sumsum tulang
belakang, sehingga katak masih dapat melakukan gerak refleks. Pada
perlakuan kedua setelah otak katak dirusak dengan cara ditusuk, reaksi katak saat
disentuh tungkai belakangnya secara perlahan yaitu terjadi gerak refleks secara
lambat. Hal ini dikarenakan pusat gerak refleks adalah medulla spinalis bukan
otak, jadi katak masih bisa melakukan gerak refleks (Johnson, 1984).
Faktor-faktor yang mempengaruhi refleks spinal yaitu sebagai berikut:
1. Ada tidaknya stimulus
a. Rangsangan dari luar misalnya temperatur, kelembaban, sinar matahari,
tekanan, zat-zat yang terkandung.
b. Rangsangan dari dalam misalnya dari makanan, oksigen, air.
2. Berfungsinya sumsum tulang belakang.
Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi yang penting yaitu untuk
mengatur implus dari dan ke otak dan sebagai pusat refleks, dengan adanya
sumsum tulang belakang maka pasangan saraf spinal dan kranial
menghubungkan tiap reseptor dan efektor dalam tubuh sampai terjadi respon.
Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor
yang menunjukan respon terhadap stimulus/rangsang.
3. Terjadinya interkoneksi dari satu sisi korda spinalis ke sisi lain.
Adanya reflek spinal katak berupa respon dengan menarik kaki belakang saat
perusakan sumsum tulang belakang disebabkan karena masih terjadi
interkoneksi dari satu sisi korda spinalis ke sisi yang lain (Ville et al., 1988).
Bahan yang digunakan pada praktikum yaitu larutan H2SO4 1% yang
berfungsi untuk merangsang saraf spinal supaya katak melakukan gerak reflek
untuk memberikan respon. Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu bak
preparat untuk tempat meletakkan katak pada saat melihat respon pembalikkan
tubuh, gelas sebagai wadah H2SO4, dan jarum digunakan untuk merusak otak dan
melumpuhkan saraf katak dengan cara menusuk medulla spinalis katak (Lemay et
al., 1996).
Sistem saraf memiliki dua macam gerakan, yaitu gerakan yang didasari
dan gerakan refleks. Gerak refleks merupakan respon otomatis yang sederhana
terhadap suatu rangsangan yang hanya melibatkan beberapa neuron yang
semuanya dihubungkan dengan tingkat yang sama dalam sistem saraf pusat.
Sejumlah gerakan refleks melibatkan hubungan antara banyak interneuron dalam
sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang tidak hanya berfungsi dalam
menyalurkan impuls dari dan ke otak tetapi juga berperan penting dalam
memadukan gerak refleks. Gerak sadar berpusat di otak, mekanismenya yaitu
impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf
sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan
otak yang berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus
dilaksanakan oleh efektor (Kimura, 2010). (Kimura, 2010).
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling
sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron, dan
neuron motor, yang mengalirkan impulas saraf untuk tip reflek tertentu. Gerak
refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron
sensor dan neuron motor. Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang
biasanya mengejutkan dan menyakitkan (Wulandari et al., 2009).
Sistem syaraf adalah suatu sistem organ yang terdiri dari sel-sel saraf atau
neuron. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat yang meliputi otak dan batang
spinal, dan sitem saraf perifer yang meliputi saraf kranial, saraf spinal, dan
trunkus simpatikus. Sistem saraf perifer berfungsi memberikan informasi kepada
sistem saraf pusat tentang adanya stimulus yang menyebabkan otot dan kelenjar
melakukan respon. Kedua sistem ini bekerja saling menunjang. Sistem saraf pusat
berguna sebagai pusat koordinasi untuk aktivitas-aktivitas yang harus
dilaksanakan, sedangkan sistem saraf perifer berfungsi memberikan informasi
kepada sistem saraf pusat tentang adanya stimulus yang menyebabkan otot dan
kelenjar melakukan respon (Johnson, 1984).
Sistem saraf bercabang dua, yaitu somatik (terutama mengendalikan otot
sadar) dan automatik (mengendalikan fungsi-fungsi tak sadar). Unsur terkecil
dalam sistem saraf baik secara struktural maupun fungsional disebut neuron.
Serangkaian neuron menghubungkan suatu reseptor dengan suatu efektor
(Haryadi, 2003).
Sistem saraf pusat terdiri dari atas otak dan tali spinal. Tali spinal
merupakan tali putih kemilau yang berasal dari dasar otak, berlanjut ke tulang
belakang. Semua neuron yang berasal dari tali spinal keluar melalui akar ventral
sebelum bersatu dengan akson sensori untuk membentuk akson campuran. Tali
spinal melakukan 2 fungsi utama pada koordinasi saraf. Pertama, sekali tali spinal
menghubungkan saraf tepi ke otak. Fungsi kedua tali spinal adalah bertindak
sebagai pusat koordinasi. Respon refleks sederhana seperti refleks menarik diri
dapat terjadi melalui aksi tunggal tali spinal tersebut (Frandsond, 1993).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan


bahwa:
1. Refleks spinal pada katak berpusat pada sumsum tulang belakang dan
terjadi mula-mula stimulus yang diterima oleh reseptor kemudian diubah
menjadi impuls di dalam neuron afferens. Neuron afferent berikutnya
melanjutkan impuls ke sumsum tulang belakang yang kemudian diteruskan
oleh neuron motoris untuk diwujudkan dalam bentuk gerak reflek atau
gerak tidak sadar.
2. Faktor – faktor terjadinya gerak refleks spinal antara lain ada tidaknya
stimulus berupa rangsangan dari luar misalnya tmperatur, kelembaban,
sinar matahari, tekanan, rangsangan dari dalam misalnya dari makanan,
oksigen, air, serta berfungsinya sumsum tulang belakang.

DAFTAR REFERENSI

Bevelander, H dan J. A. Ramaley. 1988. Dasar-Dasar Histologi Edisi Kedelapan.


Jakarta: Erlangga.

Campbell, N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2004. Biology.


5thedition. Addison Wesley Longman, Inc.

Frandsond, R. D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: UGM Press.

Goenarso. 1989. Fisiologi Hewan. Pusat antar Universitas Bidang Ilmu Hayati.
Bandung: ITB.
Haryadi, B. 2003. Fisiologi Hewan I. Purwokerto: Universitas Jenderal
Soedirman.

Johnson, D. R. 1984. Biology an Introduction. New York: The Benjamin


Cummings Publishing Co.Inc.

Kimura, N. 2010. Fictive Lung Ventilation in the Isolated Brainstem Preparation


of the Aquatic Frog, Xenopus Laevis. Tokyo: Jikei University School of
Medicine.

Lemay, M.A., Hogan N., and Bizzi, E. 1996. Recruitment Modulation of Force
Fields Organized in the Frog's Spinal Cord. 18th Annual International
Conference of the IEEE Engineering in Medicine and Biology Society.
2.8.3: pp.591-592.

Pearce, E. E. 1982. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.

Seow, C. Y. 2000. Response of Arterial Smooth Muscle to Length Perturbation.


Journal Appl Physiol, 89, pp. 2065–2072.

Ville, C. A., W. F. Walker., and R. D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Jakarta:


Erlangga.

Wulandari, I. P. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia Berbasis


Mikrokontroller at 89s8252. Jurnal Neutrino, 1(2).

You might also like