You are on page 1of 7

Nama : Atikah Damayanti

NIM : 03031181520005
Shift : Rabu, 08.00-10.00 WIB
Kelompok :2

ADSORPSI DAN ABSORPSI

Salah satu sifat penting dari permukaan zat adalah adsorpsi. Seperti halnya
kinetika kimia, kinetika adsorpsi juga berhubungan dengan laju reaksi. Hanya saja,
kinetika adsorpsi lebih khusus, yang hanya membahas sifat penting dari permukaan
zat. Sementara absorpsi merupakan proses pemisahan bahan dari suatu campuran
gas dengan cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan pelarut cair yang diikuti
dengan pelarutan. Kelarutan gas yang diserap dapat disebabkan oleh gaya fisik
(pada absorpsi fisik) atau selain itu oleh gaya ikatan kimia (absorpsi kimia).

1. Pengertian Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan
maupun gas) terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film
(lapisan tipis) pada permukaan padatan tersebut. Berbeda dengan absorpsi dimana
fluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan. Adsorpsi
secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut yang ada dalam
larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia
fisika antara substansi dengan penyerapnya. Definisi lain menyatakan adsorpsi
sebagai suatu peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan atau antar fasa, dimana
molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadsorpsi atau adsorben.

2. Macam-Macam Adsorpsi
Adsorpsi dibedakan menjadi dua, yaitu adsorpsi fisika disebabkan oleh gaya
Van Der Waals penyebab terjadinya kondensasi gas untuk membentuk cairan yang
ada pada permukaan adsorben dan adsorpsi kimia terjadi reaksi antara zat yang
diserap dengan adsorben, banyaknya zat yang teradsorpsi tergantung pada sifat khas
zat padatnya yang merupakan fungsi tekanan dan suhu (Perdanawati, 2010).
2.1. Adsorpsi Fisika
Peristiwa adsorpsi fisika berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila
daya tarik menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik
menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan
diadsorpsi pada permukaan adsorben. Adsorpsi ini mirip dengan proses kondensasi
dan biasanya terjadi pada temperatur rendah pada proses ini gaya yang menahan
molekul-molekul fluida pada permukaan solid relatif lemah, dan besarnya sama
dengan gaya kohesi molekul pada fase cair (gaya Van der Waals) dengan derajat
yang sama pada panas kondensasi untuk mengubah dari fase gas menjadi fase cair,
yaitu sekitar 2,19-21,9 kg/mol. Keseimbangan antara permukaan solid dengan
molekul-molekul fluida biasanya cepat tercapai dan juga bersifat reversibel.
2.2. Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia adalah reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat
terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang
jauh lebih besar daripada Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama
dengan panas reaksi kimia. Molekul teradsorpsi ditahan pada permukaan oleh gaya
valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi antara atom-atom dalam molekul
karena adanya ikatan kimia maka pada permukaan adsorben akan terbentuk suatu
lapisan atau layer, dimana terbentuknya lapisan tersebut akan menghambat proses
penyerapan selanjutnya oleh batuan adsorben sehingga efektifitasnya berkurang.

3. Adsorben
Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain pada
proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik dan terbuat dari bahan-bahan
yang berpori. Memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi, disesuaikan dengan
sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi. Adsorben yang paling banyak dipakai
untuk menyerap dalam larutan adalah arang. Karbon aktif yang merupakan contoh
dari adsorpsi, biasanya dibuat dengan membakar tempurung kelapa atau kayu
dengan udara yang terbatas. Partikel adsorben dikelilingi molekul yang diserap
karena terjadi interaksi tarik menarik. Zat ini banyak dipakai di pabrik untuk
menghilangkan zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif, yang diserap
hanya zat terlarut atau pelarut sangat mirip dengan penyerapan gas oleh zat padat.
Pemilihan jenis adsorben dalam proses adsorpsi harus disesuaikan dengan
sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi dan nilai komersilnya. Jenis-jenis
adsorben polar dan non polar. Adsorben polar disebut juga hydrophilic, jenis
adsorben yang termasuk kedalam kelompok ini adalah silica gel, alumina aktif, dan
zeolit. Adsorben non polar disebut juga dengan hydrophobic, jenis adsorben yang
termasuk kedalam kelompok ini adalah adsorbsen polimer dan karbon aktif.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adsorpsi
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi dalam proses adsorpsi
diantaranya adalah waktu, ukuran dan luas permukaan adsorben, kelarutan dan
ukuran molekul adsorbat, pH, dan temperatur. Pengaruh waktu kontak sangat
menentukan di dalam proses adsorpsi. Waktu kontak memungkinkan untuk proses
difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung menjadi lebih baik.
Ukuran partikel arang mempengaruhi kecepatan dimana adsorpsi terjadi.
Kecepatan adsorpsi meningkat dengan menurunnya ukuran partikel. Luas
permukaan berpengaruh pada kapasitas penyerapan absorben, semakin luas
permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap, sehingga proses
adsorpsi menjadi efektif maka begitu pula sebaliknya. Kapasitas dalam adsorpsi
total dari suatu adsorbat tergantung pada luas permukaan total adsorbennya.
Kelarutan adsorbat, senyawa yang mudah larut mempunyai afinitas yang
kuat untuk larutannya dan karenanya lebih sukar untuk teradsorpsi dibandingkan
senyawa yang sukar larut. Akan tetapi ada perkeculian karena banyak senyawa
yang dengan kelarutan rendah sukar diadsorpsi, sedangkan beberapa senyawa yang
sangat mudah larut diadsorpsi dengan mudah. Ukuran molekul adsorbat benar-
benar penting dalam proses adsorpsi ketika molekul masuk ke dalam mikropori
suatu partikel arang untuk diserap. Adsorpsi paling kuat ketika ukuran pori-pori
adsorben cukup besar sehingga memungkinkan molekul adsorbat untuk masuk.
Nilai pH menunjukkan pengaruh yang besar terhadap adsorpsi itu sendiri.
Hal ini dikarenakan ion hidrogen sendiri diadsorpsi dengan kuat, sebagian karena
pH mempengaruhi ionisasi dan karenanya juga mempengaruhi adsorpsi dari
beberapa senyawa. Asam organik lebih mudah diadsorpsi pada pH rendah,
sedangkan adsorpsi basa organik terjadi dengan mudah pada pH tinggi. Nilai pH
optimum untuk kebanyakan proses adsorpsi harus ditentukan dengan uji
laboratorium. Temperatur di mana proses adsorpsi terjadi akan mempengaruhi
kecepatan dan jumlah adsorpsi yang terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan
meningkatnya temperatur, dan menurun dengan menurunnya temperatur. Namun
demikian, ketika adsorpsi merupakan proses yang eksoterm, derajat adsorpsi
meningkat pada suhu rendah dan akan menurun pada suhu yang lebih tinggi.
5. Aplikasi Adsorpsi
Terdapat banyak aplikasi adsorpsi salah satunya adalah dalam pemutihan
gula tebu, gula yang masih berwarna zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi
sehinga diperoleh gula yang putih bersih. Selain itu aplikasi pada industri gula
adalah dekolorisasi bahan pemanis. Karbon aktif untuk fasa cair dapat diaplikasikan
dalam proses pemurnian gula. Proses pemurnian gula (dekolorisasi gula) dapat
dilakukan dengan cara menggunakan adsorpsi dengan karbon aktif.
Aplikasi adsorpsi lainnya pada industri adalah pada pengolahan limbah cair
industri yang biasanya mengandung padatan tersuspensi, mikroorganisme
berbahaya, kontaminan organik, maupun anorganik beracun yang harus
dihilangkan sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan. Pengolahan limbah
tersier, karbon aktif digunakan untuk menghilangkan zat berbahaya, dan bahan
organik yang ada di dalam limbah cair. Selain penggunaan karbon aktif dapat
digunakan bahan kimia seperti tawas dan klorin dalam pengolahan air limbah.
6. Pengertian Absorpsi
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari satuan campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan atau proses penyerapan suatu zat oleh zat lain. Proses ini, zat yang diserap
masuk ke bagian dalam zat penyerap. Misalnya peristiwa pelarutan (gas ke dalam
zat cair atau zat padat), difusi (zat cair ke dalam zat padat), warna yang diserap oleh
suatu benda penyerapan sinar bias oleh suatu zat pada peristiwa bias kembar dan
penyerapan energi oleh elektron di dalam satuan atom. Pengertian absorpsimetri
adalah metode analisis untuk menentukan komposisi suatu zat dengan mengukur
cahaya yang diserap bahan itu, misalnya dengan mengetahui angka frekuensi warna
cahaya yang diserap, dapat ditentukan jenis zat penyerap (Kumoro, 2000).

7. Macam-Macam Absorpsi
Absorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika yang terjadi
karena adanya interaksi fisik dengan berbagai mekanisme tergantung dari
bagaimana tujuan proses absorpsi itu sendiri. Adsorpsi kimia dimana terjadinya
reaksi kimia selama berlangsungnya proses kelarutan di dalam absorpsi. Pemilihan
jenis absorpsi tergantung pada zat yang akan di serap dalam proses absorpsi.
7.1. Absorpsi Fisika
Absorpsi fisik merupakan absorpsi gas terlarut dalam cairan penyerap tidak
disertai dengan reaksi kimia. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik,
difusi gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair. Contoh absorpsi ini adalah
absorpsi gas H2S dengan air, metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi
karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase
cair. Absorpsi fisik ini ada beberapa teori untuk menyatakan model mekanismenya,
yaitu teori model film, teori penetrasi, dan teori permukaan yang diperbaharui.
7.2. Absorpsi Kimia
Absorpsi kimia merupakan absorpsi dimana gas terlarut didalam larutan
penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorpsi kimia adalah
absorpsi dengan larutan MEA, NaOH, dan K2CO3. Aplikasi dari absorpsi kimia
dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak. Penggunaan
absorpsi kimia pada fase kering sering digunakan untuk mengeluarkan zat terlarut
secara lebih sempurna dari campuran gasnya. Keuntungan absorpsi kimia adalah
meningkatnya koefisien perpindahan massa gas sebagian dari perubahan
disebabkan makin besarnya luas efektif permukaan. Absorpsi kimia dapat juga
berlangsung di daerah yang hampir stagnan disamping penangkapan dinamik.

8. Absorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering
disebut juga sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben adalah, selektif, memiliki
tekanan uap yang rendah, tidak korosif, mempunyai viskositas yang rendah, stabil
secara termis, dan murah. Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben
adalah air (untuk gas-gas yang dapat larut atau untuk pemisahan partikel debu dan
tetesan cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti
asam), dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa). Absorben
yang baik harus memiliki daya larut yang tinggi terhadap komponen yang hendak
ditransfer (solute). Kelarutan yang tinggi dapat dicapai dengan cara melibatkan
reaksi kimia, namun jika digunakan reaksi kimia, reaksi tersebut harus reversible
pada suhu tinggi, sehingga solute dapat diambil lagi dari absorben.
9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berlangsungnya absorpsi
diantaranya laju alir air, semakin besar, penyerapan semakin baik. Komposisi dalam
aliran air. Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan CO2 (misalnya
NaOH) maka penyerapan lebih baik. Suhu operasi, semakin rendah suhu operasi,
penyerapan semakin baik. Tekanan operasi, semakin tinggi tekanan operasi,
penyerapan semakin baik sampai pada batas tertentu. Melewati tekanan maksimum
(untuk hidrokarbon biasanya 4000-5000 kPa), penyerapan lebih buruk. Laju alir
gas, semakin besar laju alir gas maka menyebabkan penyerapan semakin buruk.

10. Aplikasi Absorpsi


Absorpsi dalam dunia industri digunakan untuk meningkatkan nilai guna
dari suatu zat. Salah satu aplikasi absopsi adalah dalam proses pembuatan
formalin.Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas
dapat dihasilkan melalui proses absorpsi. Teknologi proses pembuatan formalin
Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari reaktor
berupa gas yang mempunyai suhu 182oC didinginkan pada kondensor hingga suhu
55oC dimasukkan ke dalam absorber. Keluaran dari absorber mengandung larutan
formalin dengan kadar formaldehid sekitar 37 – 40%. Bagian terbesar dari metanol,
air, dan formaldehid lalu dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari menara,
dan hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid dari gas terjadi
dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan air proses.
Contoh aplikasi absorpsi pada proses pembuatan asam nitrat tahap akhir dari
proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam kolom absorpsi. Pada setiap
tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi NO2 dan reaksi absorpsi NO2 oleh
air menjadi asam nitrat. Kolom absorpsi mempunyai empat fluks masuk dan dua
fluks keluar. Empat fluks masuk yaitu air umpan absorber, udara pemutih, gas
proses, dan asam lemah. Dua fluks keluar yaitu asam nitrat produk dan gas buang.
Kolom absorpsi dirancang untuk menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60
% berat dan kandungan NOx gas buang tidak lebih dari 200 ppm. Aplikasi absorpsi
lainnya dalam industri proses pembuatan urea, produksi etanol, minuman
berkarbonasi, fire extinguisher, dry ice, dan supercritical carbon dioxide.
DAFTAR PUSTAKA

Kumoro, A. 2000. Absorpsi Gas Karbon Dioksida dengan Larutan Soda Api dalam
Kolom Unggun Tetap. Forum Teknik. Vol. 24(2) : 186-195.
Imam, S. 2014. Adsorpsi dan Desorpsi. (Online). https://id.scribd.com/doc/204164
737/Adsorpsi-Dan-Desorpsi. (Diakses pada tanggal 25 Februari 2018).
Perdanawati, U. 2010. Pemakaian Reaktor Adsorpsi Menggunakan Adsorben
Limbah Las Karbid untuk Mengolah CO2. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol.
16(2) : 210-221.
Treybal, R 1981. Mass Transfer Operations Third Edition. Jepang: McGraw Hill.

You might also like