You are on page 1of 11

Makalah STMIK IKMI Cirebon

Kumpulan Makalah STMIK IKMI Cirebon


Sabtu, 28 Desember 2013

2nd PKN Kelompok 4 - Amandemen UUD 1945


MAKALAH PERUBAHAN UUD 1945
Mata Kuliah Kewarganegaraan
Dosen :
Bpk. M. Taufik, S.Ag

Disusun oleh :
Kelompok 4
M. RICHFALDY VRIANSYAH | M. CHABIBMAULANA R
| ENKA PRASISKA | ALDI NURMUHAIMIN |
ALVIN STAQOUF AMIEN | CHAIRUN NISA
| DIDIT FIRMAN HANDOKO | PRIMA HADI PERMANA |

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami (penulis) panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
yang berlimpah, kami (penulis) dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai
dengan kemampuan kami untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah kami,
Kewarganegaraan dengan judul tugas makalah “Perubahan Undang-Undang Dasar
1945”. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk
selanjutnya kami (penulis) mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah
wawasan bagi kami sendiri dan juga mahasiswa STMIK IKMI Cirebon.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu
kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati sempurna, kami sadar
bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Sejarah Terbentuknya UUD 1945
B. Pengertian Amandemen UUD 1945
C. UUD 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen
D. Bentuk Perubahan
E. Prosedur Perubahan
BAB 3 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia disahkan dan ditetapkan
oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945,
istilah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), pada saat itu ia hanya
bernama”OENDANG-OENDANG DASAR” tanpa tahun 1945. Baru kemudian dalam
Dekrit Presiden 1959 memakai UUD 1945 sebagaiamana yang di undangkan dalam
Lembaran Negara No.75 tahun 1959.
Di dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan di Indonesia telah membuktikan
bahwa pernah berlaku tiga macam Undang-Undang Dasar (Konstitusi) dalam empat
periode pergantian konstitusi dari awal mula Indonesia merdeka hingga sekarang yakni
:
1. UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949.
2. Konstitusi RIS pada tanggal 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950.
3. UUD 1950 pada tanggal 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959.
4. UUD 1945 sejak dikeluarkanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 – sekarang.
(Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, dan Ni’matul Huda, 2008 : 98-99 )
Jadi secara historis konstitusi di Indonesia ialah UUD 1945 yang merupakan
juga salah satu Konstitusi yang paling singkat dan sederhana di dunia. UUD 1945 terdiri
dari 16 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan itu yang
mengatur lima unsur yaitu kekuasaan negara, hak rakyat, kekuasaan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Sejarah pembuatannya yang kilat menyebabkan Soekarno
pada waktu memberlakukan UUD 1945 bersifat sementara dan dapat disempurnakan
pada saat nantinya sesuai dengan perkembangan/perubahan di dalam kehidupan
bermasyarakat Indonesia.( Valina Singka Subekti ,2008:1-2 )

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Sejarah Terbentuknya UUD 1945
1. Pembahasan oleh BPUPKI
Naskah UUD 1945 pertama kali dipersiapkan oleh suatu badan bentukan
pemerintahan Jepang yang diberi nama “Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai” yang dalam
bahasa Indonesia “Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia”
(BPUPKI). BPUPKI ini beranggotakan oleh 62 orang diiketuai oleh K.R.T Radjiman
Wedyodiningrat, serta Itibangase Yosio dan Raden Panji Suroso. Badan ini
melaksanakan sidang dalam 2 periode, yaitu sidang pertama pada tanggal 29 mei
sampai 1 juni 1945. Pada sidang pertama membicarakan mengenai dasar falsafah yang
harus dipersiapkan dalam rangka negara indonesia merdeka dan mengenai
2 pembentukan sebuah negara merdeka. Setelah itusidang kedua tanggal 10 juli
sampai dengan 17 agustus 1945 yang dimana membentuk panitia Hukum Dasar
dengan anggota terdiri atas 19 orang yang diketuai oleh Ir.Soekarno. Panitia ini
membentuk panitia kecil yang diketuai oleh Prof.Dr Soepomo, anggotanya terdiri dari
wongsonegoro, R.Soekardjo, A.A. Maramis, Panji Singgih, H. Agus Salim, dan
Sukiman. Panitia kecil ini berhasil menyelesaikan tugasnya dan akhirnya BPUPKI
menyetujui hasil kerja sebagai Rancangan Undang-Undang Dasar pada tanggal 16
agustus 1945.
2. Pengesahan oleh PPKI
Pemerintah Bala Tentara Jepang membentuk “panitia persiapan kemerdekaan
Indonesia” (PPKI), yang dilantik pada tanggal 18 agustus 1945. Dengan menetapkan Ir.
Soekarno sebagai ketua dan Drs. Mohhamat Hata sebagai wakilnya yang
beranggotakan 21 orang. Sidang ini bertujuan untuk, (I) Menetapkan Undang-undang
Dasar, (II) Memilih Presiden dan Wakil Presiden, (III) Dan Perihal lainnya. Setelah
mendengarkan hasil laporan kerja BPUPKI, kemudian pada sidang PPKI 18 agustus
1945 para anggota sidang PPKI masih berencana untuk mengajukan usul perubahan
pada UUD hasil rancangan BPUPKI. Tetapi akhirnya rancangan UUD tersebut disahkan
dan menjadi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.(Jimly Asshiddiqie,
2006: 38-40 )

B. Pengertian Amandemen UUD 1945


Amandemen adalah proses perubahan terhadap ketentuan dalam sebuah
peraturan. Berupa penambahan maupun pengurangan/penghilangan ketentuan
tertentu. Amandemen hanya merubah sebagai ( kecil ) dari peraturan. Sedangkan
penggantian peraturan terhadap ketentuan dalam UUD 1945. Amandemen UUD 1945
dilakukan sebanyak 4 kali. Keempat tahap amandemen tersebut adalah sebagai
berikut:
 Amandemen pertama: dalam sidang umum MPR oktober 1999
 Amandemen kedua: dalam sidang tahunan MPR tahun 2000
 Amandemen ketiga: dalam sidang tahunan MPR oktober 2001
 Amandemen keempat: dalam siding tahunan MPR Agustus 2002
1. Amandemen pertama menyakut 5 persoalan pokok. Kelima persoalan itu meliputi:
 Perubahan tentang lembaga pemegang kekuasaan membuat undang- undang
 Perubahan tentang masa jabatan presiden
 Perubahan tentang hak prerogative presiden
 Perubahan tentang fungsi menteri
 Perubahan redaksional
2. Amandemen kedua dilakukan terhadap 9 persoalan. Kesembilan persoalan
tersebut meliputi pengaturan mengenai:
 Wilayah Negara
 Hak hak asasi manusia
 DPR
 Pemerintahan Daerah
 Pertahan dan keamanan
 Lambang Negara
 Lagu kebangsaan
3. Amandemen ketiga berkenaan dengan 16 persoalan pokok. Persoalan itu meliputi:
 Kedaulatan rakyat
 Tugas MPR
 Syarat syarat presiden dan wakil presiden
 Pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung
 Pemberentian Presiden
 Presiden berhalangan tetap
 Kekosongan wakil presiden
 Perjanjian internasional
 Kementrian Negara
 DPD
 Pemilihan umum
 APBN, pajak dan keuangan Negara
 Badan pemeriksa keuangan
 Kekuasaan kehakiman dan Mahkamah Agung
 Komisi yudisial
 Mahkamah Konstitusi
4. Amandemen keempat berkenaan dengan 12 persoalan. Persoalan tersebut adalah:
 Komposisi keanggotaan MPR
 Pemilu presiden dan wakil presiden
 Presiden dan wakil presiden tidak dapat menjalankan kewajiban dalam masa jabatan
secara bersamaan
 Dewan pertimbangan yang bertugas member nasihat presiden
 Mata uang
 Bank sentral
 Badan badan lain dalam kekuasan kehakiman
 Pendidikan
 Kebudayaan

Bagi pendukungnya, amandemen tersebut dinilai sebagai keberhasilan. Tidak demikian


halnya bagi penentangnya. Menurut mereka, semestinya UUD 1945 ( konstitusi 1 )
tidak perlu diamandemenkan.

C. UUD 1945 Sebelum dan Sesudah Amandemen


Secara yuridis, UUD 1945 sebelum amandemen sejak kurun waktu 1966-1998
adalah sebagai sumber hukum formal dalam penyelenggaraan ketatanegaraan
Indonesia pada masa orde baru oleh Presiden Soeharto, tetapi dalam UUD 1945
sebelum Amandemen ini terdapat hal-hal penyimpangan seperti: (a)Terjadi pemusatan
kekuasaan di tangan Presiden, sehingga pemerintahan dijalankan secara otoriter. (b)
Pemilu dilaksanakan secara tidak demokratis, pemilu hanya menjadi sarana untuk
mengukuhkan kekuasaan seorang Presiden ( Soeharto ), sehingga presiden terus
menerus dipilih kembali.
Pada era reformasi muncul tuntutan dari berbagai kalangan untuk
mengamendemen UUD 1945. Kemudian keinginan untuk melakukan amandemen
terhadap UUD 1945 pada awal masa reformasi ( 1998-1999 ) yang dilakukan oleh MPR
yang mengambil sikap maju dan berani dengan memutuskan perlunya amandemen
dengan alasan demokratisasi. Contoh yang paling konkret adalah ketentuan dalam
UUD 1945 sebelum amandemen tentang Presiden sebagai pemegang kekuasaan
legislatif dengan persetujuan DPR, UUD 1945 hasil amandemen dengan tegas
menyatakan bahwa kekuasaan legislatif dipegang oleh DPR. Selanjutnya UUD 1945
telah mengalami empat kali perubahan yaitu perubahan pertama pada tahun 1999,
kedua pada tahun 2000, ketiga pada tahun2001, keempat pada tahun 2002. Pasca
perubahan keempat UUD 1945, konstitusi ini resmi disebut Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945.

D. Bentuk Perubahan
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam sejarah ketata- negaraan
Indonesia merdeka, telah tercatat beberapa upaya, (a) pem- bentukan Undang-Undang
Dasar, (b) penggantian Undang-Undang Dasar, dan (c) perubahan dalam arti
pembaruan Undang-Undang Dasar. Pada tahun 945, Undang-Undang Dasar 945
dibentuk atau disusun oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) se- bagai hukum
dasar bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kemerdekaannya
diproklamasikan pada tanggal 7 Agustus 945.
Pada tahun 1949, ketika bentuk Negara Republik Indonesia diubah menjadi
Negara Serikat (Federasi), diadakan penggantian konstitusi dari Undang-Undang Dasar
1945 ke Konstitusi Republik Indonesia Serikat Tahun 1949. Demikian pula pada tahun
1950, ketika bentuk Negara Indonesia diubah lagi dari bentuk Negara Serikat menjadi
Negara Kesatuan, Konstitusi RIS 1949 diganti dengan Undang-Un- dang Dasar
Sementara Tahun 1950. Setelah itu, mulailah diadakan usaha untuk menyusun
Undang- Undang Dasar baru sama sekali dengan dibentuknya lembaga Konsti- tuante
yang secara khusus ditugaskan untuk menyusun konstitusi baru.
Setelah Konstituante terbentuk, diadakanlah persidangan-per- sidangan yang
sangat melelahkan mulai tahun 1956 sampai tahun 1959, dengan maksud menyusun
Undang-Undang Dasar yang bersifat tetap. Akan tetapi, sejarah mencatat bahwa usaha
ini gagal diselesaikan, sehingga pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno
mengeluarkan keputusannya yang dikenal dengan sebutan Dekrit Presiden 5 Juli 1959
yang isinya antara lain membubarkan Konstitu- ante dan menetapkan berlakunya
kembali Undang-Undang Dasar 1945 menjadi hukum dasar dalam Negara Kesatuan
Republik Indo- nesia.
Perubahan dari Undang-Undang Dasar Sementara Tahun 1950 ke Undang-
Undang Dasar 1945 ini tidak ubahnya bagaikan tindakan penggantian Undang-Undang
Dasar juga. Karena itu, sampai dengan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar
1945 itu, dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia modern belum pernah terjadi
perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar, melainkan baru pe-rubahan
dalam arti pembentukan, penyusunan, dan penggantian Undang-Undang Dasar.
Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar, baru terjadi setelah bangsa
Indonesia memasuki era reformasi pada ta- hun 1998, yaitu setelah Presiden Soeharto
berhenti dan digantikan oleh Presiden B.J. Habibie, barulah pada tahun 1999 dapat
diadakan Perubahan terhadap Undang-Undang Dasar 945 sebagaimana mes- tinya.
Perubahan Pertama ditetapkan oleh Sidang Umum Majelis Per- musyawaratan
Rakyat pada tahun 1999, disusul dengan Perubahan Kedua dalam Sidang Tahunan
Tahun 2000 dan Perubahan Ketiga dalam Sidang Tahunan Tahun 2000 . Pada Sidang
Tahunan Tahun 2002, disahkan pula naskah Perubahan Keempat yang melengkapi
naskah-naskah Perubahan sebelumnya, sehingga keseluruhan materi perubahan itu
dapat disusun kembali secara lebih utuh dalam satu naskah Undang-Undang Dasar
yang mencakupi keseluruhan hukum dasar yang sistematis dan terpadu.
Kedua bentuk perubahan Undang-Undang Dasar seperti tersebut, yaitu
penggantian dan perubahan pada pokoknya sama-sama meru- pakan perubahan
dalam arti luas. Perubahan dari Undang-Undang Dasar 1945 ke Konstitusi RIS 1949,
dan begitu juga dari Undang-Un- dang Sementara Tahun 1950 ke Undang-Undang
Dasar 1945 adalah contoh tindakan penggantian Undang-Undang Dasar.
Sedangkan perubahan Undang-Undang Dasar 1945 dengan naskah Perubahan
Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat adalah contoh perubahan Undang-Undang
Dasar melalui naskah Perubahan yang tersendiri. Di samping itu, ada pula bentuk
perubahan lain seperti yang biasa dipraktekkan di beberapa negara Eropa, yaitu
perubahan yang dila- kukan dengan cara memasukkan (insert) materi baru ke dalam
naskah Undang-Undang Dasar. Cara terakhir ini, boleh jadi, lebih tepat dise- but
sebagai pembaruan terhadap naskah lama menjadi naskah baru, yaitu setelah
diadakan pembaruan dengan memasukkan tambahan materi baru tersebut. Berkenaan
dengan prosedur perubahan Undang-Undang Dasar, dianut adanya tiga tradisi yang
berbeda antara satu negara dengan negara lain. Pertama, kelompok negara yang
mempunyai kebiasaan mengubah materi Undang-Undang Dasar dengan langsung
memasukkan materi perubahan itu ke dalam naskah Undang-Undang Dasar.
Dalam kelompok ini dapat disebut, misalnya, Republik Perancis, Jerman,
Belanda, dan sebagainya. Konstitusi Perancis, misalnya, terakhir kali diubah dengan
cara pembaruan yang diadopsikan ke dalam naskah aslinya pada tanggal 8 Juli 1999
lalu, yaitu dengan mencantumkan tambahan ketentuan pada Article 1, Article4 dan
ketentuan baru Article 5-273 naskah asli Konstitusi Perancis yang biasa disebut
sebagai Konstitusi Tahun 1958. Sebelum terakhir diamandemen pada tanggal 8 Juli
1999, Konstitusi Tahun 1958 itu juga pernah diubah beberapa kali, yaitu penambahan
ketentuan mengenai pemilihan presiden secara langsung pada tahun 1962, tambahan
pasal mengenai pertanggungjawaban tindak pidana oleh pemerintah yaitu pada tahun
1999, dan diadakannya perluasan ketentuan mengenai pelaksanaan referendum,
sehingga naskah Konstitusi Perancis menjadi seperti sekarang. Keseluruhan materi
perubahan itu langsung dimasukkan ke dalam teks konstitusi. Kedua, kelompok negara-
negara yang mempunyai kebiasaan mengadakan penggantian naskah Undang-Undang
Dasar.
Di lingkungan negara-negara ini, naskah konstitusi sama sekali diganti dengan
naskah yang baru, seperti pengalaman Indonesia dengan Konstitusi RIS tahun 1949
dan UUDS Tahun 1950. Pada umumnya, negara-negara demikian ini terhitung sebagai
negara yang sistem politiknya belum mapan. Sistem demokrasi yang dibangun masih
bersifat jatuh bangun, dan masih bersifat 'trial and error'. Negara-negara miskin dan
yang sedang berkembang di Asia dan Afrika, banyak yang dapat dikategorikan masih
berada dalam kondisi demikian ini. Tetapi pada umumnya, tradisi penggantian naskah
konstitusi itu tidaklah dianggap ideal. Praktek penggantian konstitusi itu terjadi semata-
mata karena keadaan keterpaksaan. Oleh karena itu, kita perlu menyebut secara
khusus tradisi yang dikembangkan oleh Amerika Serikat sebagai model ketiga, yaitu
per- ubahan konstitusi melalui naskah yang terpisah dari teks aslinya, yang disebut
sebagai amandemen pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Dengan tradisi
demikian, naskah asli Undang-Undang Dasar tetap utuh, tetapi kebutuhan akan
perubahan hukum dasar dapat dipenuhi melalui naskah tersendiri yang dijadikan
adendum tambahan terhadap naskah asli tersebut.
Dapat dikatakan, tradisi perubahan demikian memang dipelopori oleh Amerika
Serikat, dan tidak ada salahnya negara-negara demokrasi yang lain, termasuk
Indonesia untuk mengikuti prosedur yang baik seperti itu. Perubahan UUD 945 yang
telah berlangsung empat kali berturut-turut sampai sekarang74, sesungguhnya, tidak
lain juga mengikuti mekanisme perubahan gaya Amerika Serikat itu.
E. Prosedur Perubahan
Mudah tidaknya prosedur perubahan dilaksanakan, mendapat perhatian yang
penting dalam studi hukum tata negara. Bahkan, telah mengenai tipologi konstitusi
dikaitkan oleh para ahli dengan sifat rigid atau fleksibelnya suatu naskah Undang-
Undang Dasar mengha- dapi tuntutan perubahan. Jika suatu konstitusi mudah diubah,
maka konstitusi itu disebut bersifat 'fleksibel', tetapi jika sulit mengubahnya maka
konstitusi tersebut disebut 'rigid' atau kaku. Kadang-kadang, kekakuan suatu undang-
undang dasar dikaitkan dengan tingkat ab- straksi perumusannya ataupun dengan rinci
tidaknya norma aturan dalam konstitusi itu dirumuskan. Kalau Undang-Undang Dasar
itu hanya memuat garis besar ketentuan yang bersifat umum, maka konstitusi itu juga
kadang-kadang disebut 'soepel' dalam arti lentur dalam penafsirannya. Makin ringkas
susunan suatu Undang-Undang Dasar, makin umum dan abstrak perumusannya,
maka makin 'soepel' dan 'fleksibel' penafsiran Undang-Undang Dasar itu sebagai
hukum dasar.
Namun, karena tingkat abstraksi perumusan hukum dasar dianggap sebagai
sesuatu yang niscaya, maka soal prosedur perubahanlah yang dianggap lebih penting
dan lebih menentukan kaku atau 'rigid' tidaknya suatu Undang-Undang Dasar. Makin
ketat prosedur dan makin rumit mekanisme perubahan, makin 'rigid' tipe konstitusi itu
disebut.
Konstitusi Perancis Tahun 1958 sebagaimana terakhir diubah pada bulan Juli
tahun 1999, dapat dinilai jauh lebih rumit menentu- kan prosedur perubahannya. Dalam
Article 89 tentang perubahan, Konstitusi Perancis menentukan76: "The President of the
Republic, on a proposal by the Prime Minister, and Members of Parliament alike shall
have the right to initiate amendment of the Constitution. A government or a Member's
bill to amend the Constitution shall be passed by the two assemblies in identical terms.
The amendment shall have effect after approval by referendum. However, a
government bill to amend the Constitution shall not be submitted to referendum where
the President of the Republic decides to submit it to Parliament convened in Congress;
the government bill to amend the Constitution shall then be approved only if it is
adopted by a three-fifths majority of the votes cast. The Bureau of the Congress shall be
that of the National Assembly. No amendment procedure shall be commenced or
continued where the integrity of the territory is jeopardized. The republican form of
government shall not be the object of an amendment."
Dari ketentuan di atas, dapat diketahui bahwa usul perubahan Undang-Undang
Dasar dapat datang dari inisiatif Presiden, atas usul Perdana Menteri dan Anggota
Parlemen. Jika yang mengajukan usul itu adalah pemerintah atau perorangan anggota
parlemen, maka rancangan perubahan itu harus mendapat persetujuan di kedua kamar
parlemen. Akan tetapi perubahan itu baru dinyatakan berlaku secara resmi apabila
telah mendapat persetujuan langsung dari rak- yat melalui referendum. Rancangan
Perubahan yang datang dari pemerintah, tidak akan diajukan ke referendum apabila
Presiden menghendaki untuk mengajukan rancangan itu kepada parlemen. Dalam hal
demikian, perubahan dinyatakan sah apabila mendapat dukungan mayoritas 5 suara
dalam kongres. Prosedur perubahan ini dinyatakan tidak berlaku atau tidak dapat
dilaksanakan jika integritas wilayah negara dianggap terancam. Di samping itu, ben- tuk
pemerintahan republik, menurut ketentuan Article 89 tersebut, dikecualikan atau tidak
boleh dijadikan objek perubahan.
Mirip dengan Perancis, Konstitusi Irlandia juga 'rigid' dan su- kar untuk diubah.
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar Irlandia sebagaimana terakhir diubah
pada tahun 1917, perubahan Undang-Undang Dasar hanya dapat dilakukan oleh
'constituent power'. Perubahan dapat disahkan apabila disetujui oleh kedua kamar
parlemen Irlandia, dan selanjutnya, sebelum dinyatakan berlaku secara resmi harus
terlebih dulu mendapat dukungan persetujuan dari rakyat secara langsung melalui
referendum77. Dalam hubungan mekanisme dan prosedur perubahannya itu, maka,
baik Konstitusi Perancis maupun Konstitusi Irlandia, sama-sama dapat dinilai lebih
'rigid' daripada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Perubahan undang-undang dasar harus diikuti pula oleh perubahan budaya
masyarakat, perubahan budaya birokrasi yang kondusif untuk pelaksanaan nilai-nilai
konstitusi untuk menjadi bangsa yang sejahtera dan bermartabat. Sebab tanpa
perubahan budaya tersebut jurang pemisah antara harapan dan kenyataan akan tetap
lebar. Bangsa Indonesia harus bergerak dari regulasi ke implementasi secara konsisten
dengan kecerdasan menangkap peluang-peluang yang terbuka di hadapan kita.

BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam empat kali perubahan Undang-Undang Dasar secara kuantitatif dan
kualitatif sebetulnya wajah Undang-Undang Dasar sebelum perubahan nyaris tak
dikenali lagi. Jimly Asshiddiqie (2006:61) antara lain mengemukakan ”Dari segi
kuantitatif saja sudah dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya UUDNRI Tahun 1945
setelah mengalami empat kali perubahan, sudah berubah sama sekali menjadi satu
konstitusi baru. Hanya nama saja yang dipertahankan sebagai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sedangkan isinya sudah berubah secara
besar-besaran.”
Lalu mengapa setelah lebih dari 10 tahun perubahan UUDNRI Tahun 1945
harapan yang menyertai perubahan UUDNRI Tahun 1945 tersebut belum menjadi
kenyataan? Apakah karena kelemahan yang interen dengan UUDNRI Tahun 1945
pasca perubahan ataukah karena bangsa kita kehabisan energi sosial untuk semakin
mendekatkan kenyataan dengan harapan?
Sesungguhnya untuk mengubah undang-undang dasar tidak mudah, tetapi yang
tidak kalah sulitnya ialah membangun budaya taat berkonstitusi. Oleh karena itu
diperlukan upaya yang bersungguh-sungguh dan dilakukan secara berkelanjutan oleh
segenap lapisan masyarakat dengan keteladanan dari para pemimpin. Spirit
konstitusionalisme harus disemai dan terus dipupuk agar tumbuh subur dalam
kesadaran masyarakat, terutama dikalangan para penyelenggara negara dan para
pemimpin politik.

DAFTAR PUSTAKA

 http://ryant.faa.im/makalah-uud-1945.xhtml
 http://pkn-8d-19.blogspot.com/2011/01/pengertian-amandemen-uud-1945.html
 http://agil-asshofie.blogspot.com/2011/11/perubahan-amandemen-uud-
1945.html?showComment=1387505842919#c2937973862489117486
 http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/685-perubahan-undang-undang-dasar-
antara-harapan-dan-kenyataan.html)
 www.google.com

Diposting oleh alvin staqouf di 01.28


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog
 ▼ 2013 (13)
o ▼ Desember (10)
 2nd PKN Kelompok 1 - Pancasila Sebagai Filsafat, D...

 2nd Agama Kelompok 5 - Takwa


 2nd PKN Kelompok 4 - Amandemen UUD 1945
 2nd Agama Kelompok 4 - Akidah & Ahlak
 2nd Agama Kelompok 3 - Puasa, Ibadah Haji, Mu'amal...
 2nd Agama Kelompok 1 - Syariah Ibadah & Mu'amalat
 1st Agama Kelompok 5 - Tugas Nabi & Rasul, Pertang...
 1st Agama Kelompok 4 - Arti Dan Ruang Linkup Akida...
 1st Agama Kelompok 3 - Sumber Ajaran Agama Islam

 1st Agama Kelompok 2 - Agama Islam


o ► November (3)

Mengenai Saya

alvin staqouf
Saya kelahiran Cirebon, namun tertulis di Akte Kelahiran di Sukabumi.
Mempunyai sebuah EO dalam acara acara yg diselenggarakan di kota kota indonesia.
Lihat profil lengkapku
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like