You are on page 1of 8

"Hamba Tuhan" dalam Kitab Yesaya

Kitab Yesaya adalah sebuah kitab yang istimewa. Yesaya sebagai penulis seluruh isi Kitab ini
menubuatkan begitu banyak hal yang penting. Dan itu semua digenapi walaupun diucapkan
beberapa abad sebelumnya. Dalam menjalankan tugas kenabiannya ini, Yesaya menubuatkan
bahwa akan ada Penebus yang akan datang untuk menggenapi tugas dan rencana Allah atas
Israel. Tercatat dalam pasal 40-55, Yesaya sering menggunakan satu istilah penting yakni eved
Yehovah (Hamba TUHAN). Hamba ini digambarkan Yesaya sebagai pelayan Tuhan yang
nantinya akan mengalami penderitaan untuk menggenapi tugas hamba Tuhan tersebut yakni
sebagai Penebus.
Tulisan ini bermaksud membahas penggunaan kata “hamba Tuhan” itu oleh Yesaya. Di satu sisi
Yesaya menggunakan istilah ini dengan bentuk jamak dan menunjuk kepada suatu kelompok.
Tetapi di sisi lain, Yesaya juga menggunakannya dengan bentuk tunggal yang menunjukkan
bahwa hamba itu dapat juga diidentifikasi sebagai pribadi. Pembahasan akan dikhususkan di
dalam pasal 40-55 dan pada akhirnya akan lebih menyempit lagi yakni di dalam pasal 52 : 13 –
53 : 12.

ISRAEL HAMBA TUHAN


A. PEMILIHAN ISRAEL
Di dalam Kitab Yesaya 40-55, beberapa kali Yesaya menyebutkan ‘hamba Tuhan’ yang
langsung menunjuk kepada bangsa Israel. Misalnya dalam Yesaya 41 : 8 dikatakan “Tetapi
engkau, hai Israel, hambaKu .....” dan Yesaya 44 : 1 tertulis : “..... hai Yakub, hambaku, dan hai
Israel, yang telah Kupilih!”. Israel adalah bangsa pilihan Tuhan. Di dalam Imamat 25 : 42 dan
55, Tuhan menyebut mereka sebagai hamba-hamba yang dibawaNya keluar dari Mesir. Lebih
jauh lagi tentang pemilihan Israel, merujuk kepada Abraham sebagai nenek moyang mereka.
Abraham dipilih dan dipanggil Allah untuk keluar dari negeri kelahirannya. Abraham taat akan
perintah Tuhan dan dia menjadi salah satu contoh akan ketaatan seorang hamba. Tuhan
memberkati Abraham dan berjanji untuk membuatnya menjadi bangsa yang besar yakni melalui
keturunannya. Janji Tuhan ini terlihat jelas dari keturunan Abraham yakni Ishak, kemudian
kepada Yakub, lalu kepada kedua belas suku Israel. Di dalam bagian Alkitab yang lain,
disebutkan juga anak cucu Abraham adalah hamba Tuhan (I Taw. 16 : 13; Mzm. 105 : 6).

B. TUGAS ISRAEL
Selain tentang pilihan atas Israel, bagian Yesaya ini juga menyinggung tentang hal-hal yang
menjadi tugas bangsa Israel sebagai bangsa pilihan—hamba Tuhan. Dalam Yesaya 40 : 9 tertulis
“Hai Sion, pembawa kabar baik .....Hai Yerusalem pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu
kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! .....”. Israel memiliki tugas sebagai pembawa
kabar baik. Israel memiliki Allah yang benar, yang Mahakudus dan Mahakuasa serta yang
Mahakasih. Inilah tugas Israel yaitu untuk memberitakan tentang Tuhan Yang Mahaesa itu.
Dalam Perjanjian Lama, setelah Tuhan memakai seorang ayah sebagai Tiang Penopang dan
Dasar Kebenaran, selanjutnya Tuhan memakai bangsa Israel menjadi Tiang penopang dan Dasar
Kebenaran. Israel bertanggungjawab untuk memberitakan Allah yang benar dan membawa
orang-orang serta bangsa-bangsa kepada Tuhan.
Lebih jelas lagi Yesaya menuliskan bahwa Israel adalah saksi dari Tuhan. Dalam Yesaya
43 : 10 tertulis : “Kamu (Israel) inilah saksi-saksiku, ..... dan hambaKu yang telah Kupilih .....”.
Israel dipilih untuk memberitakan bahwa Jehovah adalah satu-satunya Tuhan dan tidak ada
juruselamat yang lain selain Dia (Yesaya 43 : 11).

C. JANJI DAN PENYERTAAN TUHAN


Sebagai bangsa pilihan dengan tugas khusus, bangsa Israel juga menerima janji penyertaan
Tuhan. Yesaya menggambarkannya dengan begitu indah :
“janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan,
bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa
kemenangan.” (41: 10)

Janji-janji akan penyertaan Tuhan jelas sekali terlihat dari sejarah bangsa Israel. Setelah
keluar dari Mesir, bangsa Israel mengalami hal-hal yang luar biasa dari Tuhan. Dibebaskan dari
kejaran Firaun, melihat laut Teberau terbelah menjadi dua, serta kecukupan akan makanan dan
minuman adalah sebagian kecil penyertaan Tuhan yang dialami bangsa Israel. Selama dalam
masa hakim-hakim pun mereka menyaksikan penyelamatan-penyelamatan yang luar biasa dari
Tuhan. Begitu banyak hal yang dilakukan Tuhan atas Israel untuk menjaga dan menyertai
mereka. Hal ini tentunya dilandasi oleh janji Tuhan atas Israel. Yesaya pun menjelaskan kembali
tentang janji-janji Tuhan itu.

D. KEGAGALAN ISRAEL
Dengan tugas yang diemban dan mendapat janji-janji serta penyertaan Tuhan, Israel mengalami
kegagalan. Yesaya menuliskan :
“Dengarkanlah, hai orang-orang tuli, pandanglah dan lihatlah, hai orang-orang buta! Siapakah yang buta selain dari
hambaKu, dan yang tuli seperti utusan yang Kusuruh? Siapakah yang buta seperti suruhanKu dan yang tuli seperti
hamba Tuhan?” (42 : 18-19)

Ayat-ayat ini berbicara dengan sangat keras! Israel sebagai hamba Tuhan dianggap tuli dan buta.
Mereka telah melihat begitu banyak pekerjaan Tuhan dan mendengar firman-firman dariNya.
Namun mereka tidak memperhatikan dan mendengar semua itu (42 : 20). Tuhan memberi
pengajaran-pengajaranNya serta menginginkan keselamatan bangsa-bangsa dan hal itu dimulai
dari Israel. Tetapi hal itu tidak dapat dicapai oleh Israel. Mereka gagal untuk menggenapi
maksud dan rencana Tuhan. Yesaya tampil dengan keberanian untuk menyampaikan firman
Tuhan ini. Dengan terang-terangan dia menyampaikan tentang pendurhakaan yang dilakukan
Israel. Tuhan sendiri berfirman :
“Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada
umatKu pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa-dosa mereka!” (58 : 1)

Dalam bagian ini, terlihat jelas bahwa Israel mengalami kegagalan dengan pelanggaran-
pelanggaran dan dosa-dosa yang mereka lakukan. Tuhan mengetahui dosa-dosa mereka dan
menegurnya dengan keras melalui Yesaya. Tentang Yerusalem Tuhan berkata : “Bagaimana ini,
kota yang dahulu setia sekarang sudah menjadi sundal! Tadinya penuh keadilan dan disitu selalu
diam kebenaran, tetapi sekarang penuh pembunuh ..... Para pemimpinmu adalah pemberontak
.....” (1 : 21, 23). Yerusalem sebagai kota yang penting bahkan sebagai pusat keagamaan Israel
tidak lagi setia kepada Tuhan. Dimana-mana penuh dengan penyembahan berhala yang menjadi
kekejian dan menimbulkan sakit hati bagi Tuhan. Hal ini tentunya diawali dengan para
pemimpin Israel. Banyak dari raja-raja Israel yang tidak memimpin kepada kebenaran tetapi
kepada pendurhakaan. Akhirnya banyak dari orang Israel yang terjerumus karena raja yang
memimpin tidak setia kepada Tuhan bahkan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.
Israel sebagai umat pilihan Tuhan dan khususnya sebagai hamba Tuhan, tidak mencapai maksud
yang diinginkan Tuhan bagi mereka. Dengan status sebagai hamba Tuhan, mereka tentunya
memiliki standar yang tinggi dari Tuhan. Tetapi mereka gagal hidup dengan standar hidup yang
diberikan Tuhan. Mereka gagal untuk hidup dengan kesalehan yang sejati dan menuruti firman
Tuhan. Akibatnya mereka akan mendapat penghukuman dari Tuhan. Tuhan menyerahkan
mereka untuk dijarah, dirampas, dan dirampok (42 : 24). Nubuatan Yesaya tentang
penghukuman ini terlaksana dengan dibuangnya bangsa Israel ke Babel.

E. PENGAMPUNAN DAN PENEBUSAN TUHAN


Walaupun mendapat hukuman dari Tuhan, Israel tetap dikasihi oleh Tuhan. Yesaya menuliskan
bahwa akan ada pemulihan bagi Israel (Yesaya 43 : 1-7; 43 : 25; 44 : 21-22; 49 : 8-26; 54 : 1-17,
dll). Hal ini menunjukkan bahwa selain Allah itu Mahaadil dengan menghukum Israel karena
dosa-dosa mereka, Dia juga adalah Allah yang Mahakasih dengan mengabarkan pemulihan dan
keselamatan yang akan datang. Dan dalam sejarah, setelah bangsa Israel mengalami
pembuangan, mereka dikembalikan Tuhan lagi ke tanah perjanjian. Tuhan tetap melanjutkan
rencanaNya melalui Israel. Dengan segala kedurhakaan yang dilakukannya, Israel tetap dipakai
Tuhan untuk menggenapi rencana-rencana dan rancangan-rancanganNya. Israel tetaplah umat
pilihan dan hamba Tuhan sebagai pembawa dan pemberita kabar keselamatan. Walaupun tugas
bangsa Israel sebagai Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran telah berakhir setelah jemaat lokal
PB menggantikan tugasnya, mereka tetaplah suatu bangsa yang spesial di mata Tuhan. Dari
merekalah Allah mendatangkan Mesias Sang Juruselamat dan rencana Tuhan atas mereka tetap
berlanjut sampai kepada akhir zaman.

SEORANG “PRIBADI” SEBAGAI HAMBA TUHAN


A. YESAYA
Sebagai penulis seluruh isi Kitab Yesaya, Yesaya adalah seorang nabi yang luar biasa dipakai
Tuhan. Banyak ahli Alkitab yang berpendapat bahwa Kitab Yesaya adalah Alkitab dalam versi
‘mini’. Pasal 1-39 Kitab Yesaya banyak berbicara tentang penghukuman dari Tuhan dan
demikian juga dengan ke-39 kitab Perjanjian Lama yang berbicara tentang peringatan-peringatan
dari PL. Begitu pula dengan Kitab Yesaya pasal 40-66 yang berjumlah 27 pasal yang berbicara
tentang pemulihan dan keselamatan yang akan datang setelah penghukuman. Bagian ini memiliki
kesamaan dengan ke-27 Kitab Perjanjian Baru yang berbicara tentang anugerah keselamatan
yang datang melalui Yesus Kristus.
Tentang Yesaya, Sidlow Baxter mengatakan :
“Sebagaimana Beethoven dalam dunia seni musik dan Shakespeare dalam dunia kesusastraan, demikianlah
kedudukan Yesaya di antara para Nabi. Selaku penulis ia melebihi nabi-nabi lainnya, dan sungguh tepat jika
tulisannya dianggap paling utama di antara 17 Kitab Nabi-nabi.”[1]

Dari kitab Yesaya ini memang terlihat keindahan gaya bahasa yang luar biasa. Jikalau kitab
Yesaya pun hanya dilihat sebagai karya seni sastra, itu adalah hasil karya yang bernilai sangat
tinggi. Kitab ini menunjukkan bahwa penulisnya adalah seorang yang hebat. Bahkan melalui
tulisannya terlihat kedalaman dari pemikirannya. Walter Kaiser menyebut Yesaya sebagai “nabi
terhebat dari semua nabi-nabi dalam Perjanjian Lama, karena pemikiran dan doktrinnya meliputi
berbagai topik yang luas sama seperti panjangnya jangka waktu pelayanannya.”[2]
Dari tulisannya pun terlihat dengan jelas watak dari penulisnya. Baxter kembali
menggambarkan watak Yesaya, yaitu:
“Ia adalah orang yang sangat berani, baik berhadapan dengan raja maupun dengan orang banyak. Ia tidak pernah
membungkuk untuk mengambil muka. Ia seorang patriot sejati; menentang segala sesuatu yang bisa merusak
bangsanya. Namun ia sangat lemah lembut, dan kasihnya merata sampai kepada bangsa lain, tidak terbatas pada
bangsa sendiri saja. Ia dapat juga diliputi kemarahan yang bernyala-nyala, tapi kemarahan itu senantiasa didorong
oleh perasaan tanggung jawab akan kemuliaan Allah”[3]

Kitab Yesaya ini memang menunjukkan bahwa Yesaya adalah seorang pemberani. Di
tengah-tengah pendurhakaan yang dilakukan Israel, dia tampil ke depan dan mencela dosa-dosa
yang dilakukan oleh mereka. Tentunya dalam melaksanakan tugasnya ini, Yesaya tahu resiko
yang akan diterimanya. Salah satunya ialah hukuman mati. Tetapi ia tetap bersandar kepada
Tuhan dan tetap menjalankan tugasnya dengan setia.
Semua itu menunjukkan Yesaya sebagai pribadi yang hebat dan yang dipakai oleh Tuhan. Dia
adalah hamba Tuhan yang menjadi pembawa berita atau firman dari Tuhan sendiri. Meskipun
demikian, pemakaian Yesaya dalam tulisannya untuk sebutan ‘hamba Tuhan’ bukan mengacu
pada dirinya. Dari tulisannya dapat disimpulkan bahwa Yesaya sebenarnya tidak mengetahui
dengan pasti siapa hamba Tuhan itu. Lagipula biasanya dia akan berbicara secara langsung jika
berhubungan dengan tugas yang dia terima dari Tuhan (6:1; 7:3; 8:1; ps 36-39). Pemakaian
Yesaya untuk hamba Tuhan itu lebih mengacu kepada bangsa Israel dan seorang pribadi lain
yang khusus untuk menjalankan rencana Allah.

B. KORESY
Di dalam bagian Yesaya ini, ada juga seorang pribadi lain yang disebutkan namanya dengan
jelas yaitu Koresy (Yesaya 44 : 28; 45 : 1, 13). Ini adalah nubuatan tentang seorang yang
bernama Koresy, seorang raja yang menjadi alat Tuhan untuk melaksanakan rancanganNya.
Dalam buku Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, tercatat kisah sejarah tentang Koresy di abad ke-6,
yaitu :
“Raja (Koresy) yang berasal dari Anshan di sebelah selatan Persia ini, telah menguasai Kerajaan Media sekitar 500
sM dan terus menaklukkan Lud pada thn 547, yang meliputi sebagian besar Asia Kecil. Ini membuat dia dapat
menang melawan Kerajaan Babel (di mana orang-orang Yahudi telah menjadi buangan semenjak sebelum kejatuhan
Yerusalem pada thn 587). Kerajaan ini adalah lemah dan sedang dalam keadaan terpecah-pecah. Rajanya Nabonidus
sudah absen dari ibukota negeri (di mana putranya Belsyazar mewakilinya) sedang berselisih dengan imam-imam.
Pada thn 539 Koresy mengalahkan angkatan darat Babel di medan tempur dan tentara-tentaranya memasuki Babel
tanpa pertempuran.”[4]

Sebelum Koresy ada dan memerintah, semua hal itu sudah dinubuatkan oleh Yesaya hampir dua
ratus tahun sebelumnya. Tuhan berkata tentang Koresy : “Inilah firmanKu kepada orang yang
Kuurapi, kepada Koresh.....supaya aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya .....”(Yesaya
45 : 1). Memang dia tidak seperti raja-raja Israel yang diurapi oleh imam-imam untuk menjadi
raja. Tetapi Koresy adalah seorang yang diurapi oleh Tuhan sendiri untuk melaksanakan tugas
khusus dari Tuhan. Nubuatan tentang dirinya mengatakan bahwa ia akan menundukkan bangsa-
bangsa dan melucuti raja-raja yang pada intinya dia akan menjadi seorang penguasa/raja.
Pemanggilan Tuhan terhadap Koresy ini bukanlah tanpa tujuan dan maksud yang jelas. Firman
Tuhan mengatakan dalam pasal yang sama bahwa “Oleh karena hambaKu Yakub dan Israel
pilihanKu, maka Aku memanggil engkau .....”(45 : 4). Tuhan memanggil Koresy dengan maksud
menjalankan dan menggenapi rencanaNya atas Israel. Tuhan menggerakkan Koresy untuk
membebaskan bangsa Israel dari pembuangan di Babel (45 : 13). Selain itu Tuhan juga
mengatakan bahwa Koresylah yang akan membangun kembali Yerusalem dan Bait Suci (44 : 28;
45 : 13). Nubuatan ini benar-benar terjadi dan tercatat dalam sejarah dan kitab-kitab PL lainnya
bahwa dalam tahun pertama pemerintahannya, raja Koresy mengizinkan orang-orang buangan
termasuk orang Israel untuk kembali pulang ke negerinya masing-masing (2 Taw. 36 : 22-23;
Ezra 1 : 1-4). Bahkan orang Israel diperintahkannya untuk membangun kembali Bait Suci di
Yerusalem (Ezra 1 : 4).
Koresy menggenapi nubuatan tentang dirinya. Yesaya menuliskannya sebagai seorang pembebas
yang dipakai oleh Tuhan dan hal itu benar-benar terjadi. Tetapi pemakaian Yesaya secara khusus
untuk ‘hamba Tuhan’ dalam tulisannya, bukanlah menunjuk kepada Koresy. Koresy hanyalah
alat dari Tuhan. Lagipula tidak ada satu ayat pun yang menyatakan bahwa dia menderita demi
orang lain seperti yang akan dialami oleh hamba Tuhan itu. Akan tetapi Koresy juga menjadi
pembuka jalan bagi Yesaya untuk memberitahukan dan menggambarkan seorang Pembebas dan
Penebus yang akan datang untuk orang Yahudi dan orang bukan Yahudi.

PRIBADI KHUSUS SEBAGAI HAMBA TUHAN


Di dalam kitab Yesaya ada empat bagian yang terkenal dan disebut sebagai ‘Nyanyian Hamba
Tuhan” yakni pasal 42:1-9, 49:1-13, 50:4-10, dan 52:13-53:12. Dari empat bagian ini, ada satu
bagian yang sangat penting dalam menceritakan ‘hamba Tuhan’ itu dan yang merupakan bagian
inti dari Kitab Yesaya yaitu pasal 52 : 13 – 53 : 12. Bagian ini menjelaskan secara khusus hamba
Tuhan itu sebagai oknum yang menderita. Bagian ini adalah puncak penjelasan dan nubuatan
dari Yesaya untuk hamba Tuhan itu.

A. PENOLAKAN TERHADAP HAMBA TUHAN


Yesaya 53 : 1-3 dan 53 : 7-9, menjelaskan tentang penolakan yang terjadi terhadap hamba Tuhan
itu. Hal pertama yang ditolak adalah perkataannya (ay. 1). Berita yang disampaikan oleh hamba
Tuhan itu akan ditolak oleh banyak orang. Hal kedua yang ditolak adalah dirinya (ay. 2).
Kedatangan hamba Tuhan itu akan dianggap rendah oleh kebanyakan orang. Ia tidak tampan dan
semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia—hal ini menunjukkan respon orang-
orang yang menolak dirinya. Mereka hanya menginginkan kedatangan hamba Tuhan itu dengan
ketampanan dan kesemarakannya. Ketika hamba Tuhan itu datang dan menunjukkan hal
sebaliknya, maka mereka menolaknya. Setelah itu juga mereka menolak misi yang diemban oleh
hamba Tuhan itu (ay. 3). Dia adalah seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita
kesakitan—dia datang untuk menderita tetapi ia akan sangat dihina dan ditolak oleh banyak
orang.
Ayat yang ketujuh juga berbicara tentang penderitaan yang akan dialami hamba Tuhan itu. Dia
akan mengalami penganiayaan dan penindasan. Tetapi semua itu akan dilewatinya dengan tidak
membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian dan seperti induk domba
yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya (ay. 7). Perlakuan yang diterima
hamba Tuhan itu sebenarnya mula-mula diterangkan di dalam pasal 50 : 6, “Aku memberi
punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang
mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi”.
Tetapi puncak kesengsaraannya dijelaskan dalam bagian ini. Kemudian di dalam bagian ini
dituliskan juga bahwa hamba Tuhan itu akan mengalami kematian. Firman Tuhan menuliskan
bahwa hamba Tuhan itu terputus dari negeri orang-orang hidup . Yesaya mencatat sebab dari
kematiannya yaitu “karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah”(ay. 8). Sesudah penderitaan
yang akan dialaminya, akhirnya hamba Tuhan itu akan mengalami kematian dan ayat ke-9
menjelaskan tentang penguburannya.

B. ARTI PENEBUSAN DAN PENDERITAAN HAMBA TUHAN


Dalam Yesaya 53 : 4-6 terungkap makna dari penderitaan yang dialami oleh hamba Tuhan itu.
Di ayat ke-4 Yesaya menulis, “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan
kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas
Allah”. Dari ayat ini terlihat hal yang penting yaitu kesengsaraan yang dialami oleh hamba
Tuhan itu bukanlah kesengsaraan yang patut dia alami. Yesaya menulis bahwa hamba Tuhan ini
mengalami kesengsaraan karena “kita”. Kata “kita” ini merupakan perbandingan yang penting
dengan kata “dia” yang menunjuk kepada hamba Tuhan itu. Kata “kita” disini menunjuk kepada
Yesaya dan bangsa Israel secara khusus, serta menunjuk kepada semua manusia secara umum.
Di ayat ke-5, Yesaya pun masih menggunakan perbandingan ini. Yesaya menulis, “Tetapi dia
tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran
yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita
menjadi sembuh”. Di ayat ini semakin jelas terlihat makna penderitaan hamba Tuhan itu. Dia
menderita karena pemberontakan dan kejahatan yang dilakukan oleh “kita”. Dan hal penting
lainnya dari ayat ini ialah kesembuhan yang terjadi karena bilur-bilur dari hamba Tuhan itu.
Dengan penderitaannya, hamba Tuhan itu mendatangkan kesembuhan bagi mereka yang
melakukan pemberontakan dan kejahatan.
Demikian pula dengan ayat ke-6, Yesaya secara terbuka membandingkan “dia” dan “kita”.
Firman Tuhan tertulis, “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil
jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”. Ayat ini
menunjukkan bahwa “kita” berada dalam keadaan sesat seperti domba yang mengambil jalannya
sendiri-sendiri. Ketidakberdayaan “kita” disingkapkan secara jelas di sini. Dengan keadaan
seperti itu, Allah menunjukkan rancanganNya yang luar biasa. Hukuman yang seharusnya
diterima oleh “kita” ditimpakan kepada hamba Tuhan itu.
Jadi dari Yesaya 53 : 4-6, terlihat makna penderitaan hamba Tuhan itu. Dia mengalami
kesengsaraan untuk menggantikan mereka yang memberontak dan melakukan kejahatan.

C. SIAPA HAMBA TUHAN ITU?


Andrew Hill dan John Walton dalam bukunya yaitu Survey Perjanjian Lama, memberikan
komentar mengenai hamba Tuhan ini :
“Israel kadang-kadang disebut sebagai hamba Allah (misalnya, 41:8; 44:1) dan Koresy memainkan peran penolong
dalam program pelepasan Allah; walaupun demikian, gambaran Hamba dalam nyanyian-nyanyian itu jauh
melampaui apa yang dapat dikatakan mengenai keduanya. Fungsi yang digambarkan untuk Sang Hamba serupa
sekali dengan fungsi yang dipertalikan dengan raja ideal yang akan datang dari garis keturunan Daud di bagian lain
dari kitab ini (bdg. ps. 11 dan 55:3-5).”[5]

Memang benar bahwa hamba Tuhan yang digambarkan secara khusus oleh Yesaya tidak hanya
menunjuk kepada bangsa Israel ataupun kepada Koresy. Penggambaran Yesaya yang khusus
menunjuk kepada pribadi yang khusus juga. Melalui terang firman Tuhan Perjanjian Baru,
dapatlah disimpulkan bahwa hamba Tuhan yang digambarkan oleh Yesaya adalah Yesus Kristus.
Penolakan terhadap Dia (Yes. 53:1) dikutip di dalam Yohanes 12 : 38 dan Roma 10 : 16. Banyak
orang telah melihat pelayanan dan mujizat dari Yesus tetapi kebanyakan dari mereka tidak
percaya bahkan menolak Dia. Hal ini sesuai dengan nubuatan yang disampaikan Yesaya. Yesus
juga tidak datang dengan ketampanan dan kesemarakanNya (Yes. 53 : 2). Hal ini sesuai dengan
tugas yang diembanNya yaitu Dia tidak datang untuk mencari pasangan dengan ketampanan
tubuh jasmani dan bahkan menjadi raja seperti raja-raja duniawi. Ia datang untuk menebus dan
menggantikan orang-orang yang memberontak dan melakukan kejahatan yakni manusia yang
berdosa secara umum.
Yesaya juga menggambarkan kerelaan dan kesediaan hamba Tuhan itu untuk memberikan
diriNya, yaitu seperti seekor anak domba yang dibawa ke pembantaian dan seperti induk domba
yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya. Bagian PL inilah yang dibaca oleh
sida-sida dari Etiopia yang kemudian dijelaskan oleh Filipus. Dari kesaksian Injil, setelah
penangkapan yang terjadi atas diriNya, Yesus sama sekali tidak berusaha untuk membela diri
dan menghindar dari hukuman. Hal itu menandakan kerelaanNya untuk dihukumkan, sesuai
dengan nubuatan yang telah disampaikan olehYesaya.
Lebih lanjut lagi, John Walvoord dalam bukunya yang berjudul “Every Prophecy of The Bible”
mengomentari kematian hamba Tuhan itu :
“Kubur-Nya berada bersama-sama dengan orang berdosa, tetapi juga dengan orang kaya (Yes. 53:9; 1 Pet. 2:22).
Hamba itu mati dalam kehendak Allah karena hidup-Nya digunakan sebagai persembahan korban karena dosa (Yes.
53:10). Nubuat ini digenapi dalam kematian Kristus dengan berkat yang akan digenapi dalam masa seribu tahun
(Mrk. 15:3,4,27,28; Luk. 23:1-25; Yoh.1:29; 11:49-52; Kis. 8:28-35; 10:43; 13:38,39; 1 Kor. 15:35, Ef. 1:7; 1 Pet.
2:21-25; 1 Yoh. 1:7-9). Keturunan rohani-Nya akan timbul dari kematian dan kebangkitan-Nya (Yes. 53:10).
Kemenangan akhirnya atas orang fasik digambarkan dalam ayat 11, 12 (bandingkan dengan Lukas 22:30).”[6]

Dari semua ayat-ayat ini terlihat jelas bahwa Kristuslah hamba Tuhan yang dinubuatkan oleh
Yesaya. Walaupun ketika Yesus mati berada di antara penjahat-penjahat, namun ia dikuburkan
seperti orang kaya (Yes. 53:9 KJV and with the rich). Yusuf dari Arimatea sebagai orang yang
kaya meminta jenazah Yesus lalu menguburkanNya dengan cara penguburan orang kaya.
Dengan kematianNya ini, Yesus memperlihatkan bahwa Dialah korban penebus salah yang
sejati. Dan dengan kebangkitanNya, keturunan rohaniNya (orang-orang yang lahir baru/lahir dari
atas/lahir dari Allah) dilahirkan atau dimunculkan.

PENUTUP DAN KESIMPULAN


Dari pembahasan diatas, terlihat bahwa penggunaan “hamba Tuhan” oleh Yesaya bukanlah
menunjuk kepada dirinya ataupun kepada Koresy melainkan kepada bangsa Israel dan Yesus
Kristus. Bangsa Israel disebut sebagai hamba Tuhan karena tugas mereka sebagai pelayan Tuhan
untuk memberitakan kebenaran di dalam masa ibadah simbolik. Mereka memiliki perjanjian dan
tugas yang khusus dari Tuhan sendiri. Dan untuk pengidentifikasian hamba Tuhan itu kepada
Yesus Kristus sangat jelas terlihat di dalam tugasNya untuk menebus dosa semua manusia.
Dengan pengorbanan dan kematianNya, rencana Allah menjadi sempurna.
Yesus datang dari bangsa Israel dan melayani di Israel. Hal ini menggenapi janji Tuhan kepada
nenek moyang bangsa Israel, secara khusus kepada Abraham, yakni dari keturunannya semua
bangsa akan diberkati. Dari Israellah datang keselamatan yang dari Tuhan. Keselamatan yang
menjadi jelas ketika Yesus mati untuk menebus dosa semua manusia.
Penulis: Meifel Kontra

[1] Sidlow Baxter. 1999. Menggali Isi Alkitab 2 : Ayub – Maleakhi. Terjemahan : Sastro Soedirdjo. Jakarta : Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF. h. 201.
[2] Walter C. Kaiser, Jr. 2000. Teologi Perjanjian Lama. Terjemahan: Yayasan Penerbit Gandum Mas. Malang: Gandum
Mas. h. 260-261.
[3] Op. Cit. h. 202.
[4] Donald Guthrie, Alec Motyer, Alan M. Stibbs, dkk. 2004. Tafsiran Alkitab Masa Kini 2. Terjemahan : Soedarmo,
Haris Nasution, Harun Hadiwijono, dkk. Jakarta:Yayasan Bina Kasih/OMF. h. 366.
[5] Andrew E. Hill dan John H. Walton. 1996. Survey Perjanjian Lama. Terjemahan: Yayasan Penerbit Gandum Mas.
Malang: Gandum Mas. h. 533.
[6] John F. Walfoord. 2003. Every Prophecy of The Bible. Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab. Terjemahan: Soemitro
Onggosandjojo. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. h. 146.

You might also like