Professional Documents
Culture Documents
Kitab Yesaya adalah sebuah kitab yang istimewa. Yesaya sebagai penulis seluruh isi Kitab ini
menubuatkan begitu banyak hal yang penting. Dan itu semua digenapi walaupun diucapkan
beberapa abad sebelumnya. Dalam menjalankan tugas kenabiannya ini, Yesaya menubuatkan
bahwa akan ada Penebus yang akan datang untuk menggenapi tugas dan rencana Allah atas
Israel. Tercatat dalam pasal 40-55, Yesaya sering menggunakan satu istilah penting yakni eved
Yehovah (Hamba TUHAN). Hamba ini digambarkan Yesaya sebagai pelayan Tuhan yang
nantinya akan mengalami penderitaan untuk menggenapi tugas hamba Tuhan tersebut yakni
sebagai Penebus.
Tulisan ini bermaksud membahas penggunaan kata “hamba Tuhan” itu oleh Yesaya. Di satu sisi
Yesaya menggunakan istilah ini dengan bentuk jamak dan menunjuk kepada suatu kelompok.
Tetapi di sisi lain, Yesaya juga menggunakannya dengan bentuk tunggal yang menunjukkan
bahwa hamba itu dapat juga diidentifikasi sebagai pribadi. Pembahasan akan dikhususkan di
dalam pasal 40-55 dan pada akhirnya akan lebih menyempit lagi yakni di dalam pasal 52 : 13 –
53 : 12.
B. TUGAS ISRAEL
Selain tentang pilihan atas Israel, bagian Yesaya ini juga menyinggung tentang hal-hal yang
menjadi tugas bangsa Israel sebagai bangsa pilihan—hamba Tuhan. Dalam Yesaya 40 : 9 tertulis
“Hai Sion, pembawa kabar baik .....Hai Yerusalem pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu
kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! .....”. Israel memiliki tugas sebagai pembawa
kabar baik. Israel memiliki Allah yang benar, yang Mahakudus dan Mahakuasa serta yang
Mahakasih. Inilah tugas Israel yaitu untuk memberitakan tentang Tuhan Yang Mahaesa itu.
Dalam Perjanjian Lama, setelah Tuhan memakai seorang ayah sebagai Tiang Penopang dan
Dasar Kebenaran, selanjutnya Tuhan memakai bangsa Israel menjadi Tiang penopang dan Dasar
Kebenaran. Israel bertanggungjawab untuk memberitakan Allah yang benar dan membawa
orang-orang serta bangsa-bangsa kepada Tuhan.
Lebih jelas lagi Yesaya menuliskan bahwa Israel adalah saksi dari Tuhan. Dalam Yesaya
43 : 10 tertulis : “Kamu (Israel) inilah saksi-saksiku, ..... dan hambaKu yang telah Kupilih .....”.
Israel dipilih untuk memberitakan bahwa Jehovah adalah satu-satunya Tuhan dan tidak ada
juruselamat yang lain selain Dia (Yesaya 43 : 11).
Janji-janji akan penyertaan Tuhan jelas sekali terlihat dari sejarah bangsa Israel. Setelah
keluar dari Mesir, bangsa Israel mengalami hal-hal yang luar biasa dari Tuhan. Dibebaskan dari
kejaran Firaun, melihat laut Teberau terbelah menjadi dua, serta kecukupan akan makanan dan
minuman adalah sebagian kecil penyertaan Tuhan yang dialami bangsa Israel. Selama dalam
masa hakim-hakim pun mereka menyaksikan penyelamatan-penyelamatan yang luar biasa dari
Tuhan. Begitu banyak hal yang dilakukan Tuhan atas Israel untuk menjaga dan menyertai
mereka. Hal ini tentunya dilandasi oleh janji Tuhan atas Israel. Yesaya pun menjelaskan kembali
tentang janji-janji Tuhan itu.
D. KEGAGALAN ISRAEL
Dengan tugas yang diemban dan mendapat janji-janji serta penyertaan Tuhan, Israel mengalami
kegagalan. Yesaya menuliskan :
“Dengarkanlah, hai orang-orang tuli, pandanglah dan lihatlah, hai orang-orang buta! Siapakah yang buta selain dari
hambaKu, dan yang tuli seperti utusan yang Kusuruh? Siapakah yang buta seperti suruhanKu dan yang tuli seperti
hamba Tuhan?” (42 : 18-19)
Ayat-ayat ini berbicara dengan sangat keras! Israel sebagai hamba Tuhan dianggap tuli dan buta.
Mereka telah melihat begitu banyak pekerjaan Tuhan dan mendengar firman-firman dariNya.
Namun mereka tidak memperhatikan dan mendengar semua itu (42 : 20). Tuhan memberi
pengajaran-pengajaranNya serta menginginkan keselamatan bangsa-bangsa dan hal itu dimulai
dari Israel. Tetapi hal itu tidak dapat dicapai oleh Israel. Mereka gagal untuk menggenapi
maksud dan rencana Tuhan. Yesaya tampil dengan keberanian untuk menyampaikan firman
Tuhan ini. Dengan terang-terangan dia menyampaikan tentang pendurhakaan yang dilakukan
Israel. Tuhan sendiri berfirman :
“Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada
umatKu pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa-dosa mereka!” (58 : 1)
Dalam bagian ini, terlihat jelas bahwa Israel mengalami kegagalan dengan pelanggaran-
pelanggaran dan dosa-dosa yang mereka lakukan. Tuhan mengetahui dosa-dosa mereka dan
menegurnya dengan keras melalui Yesaya. Tentang Yerusalem Tuhan berkata : “Bagaimana ini,
kota yang dahulu setia sekarang sudah menjadi sundal! Tadinya penuh keadilan dan disitu selalu
diam kebenaran, tetapi sekarang penuh pembunuh ..... Para pemimpinmu adalah pemberontak
.....” (1 : 21, 23). Yerusalem sebagai kota yang penting bahkan sebagai pusat keagamaan Israel
tidak lagi setia kepada Tuhan. Dimana-mana penuh dengan penyembahan berhala yang menjadi
kekejian dan menimbulkan sakit hati bagi Tuhan. Hal ini tentunya diawali dengan para
pemimpin Israel. Banyak dari raja-raja Israel yang tidak memimpin kepada kebenaran tetapi
kepada pendurhakaan. Akhirnya banyak dari orang Israel yang terjerumus karena raja yang
memimpin tidak setia kepada Tuhan bahkan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.
Israel sebagai umat pilihan Tuhan dan khususnya sebagai hamba Tuhan, tidak mencapai maksud
yang diinginkan Tuhan bagi mereka. Dengan status sebagai hamba Tuhan, mereka tentunya
memiliki standar yang tinggi dari Tuhan. Tetapi mereka gagal hidup dengan standar hidup yang
diberikan Tuhan. Mereka gagal untuk hidup dengan kesalehan yang sejati dan menuruti firman
Tuhan. Akibatnya mereka akan mendapat penghukuman dari Tuhan. Tuhan menyerahkan
mereka untuk dijarah, dirampas, dan dirampok (42 : 24). Nubuatan Yesaya tentang
penghukuman ini terlaksana dengan dibuangnya bangsa Israel ke Babel.
Dari kitab Yesaya ini memang terlihat keindahan gaya bahasa yang luar biasa. Jikalau kitab
Yesaya pun hanya dilihat sebagai karya seni sastra, itu adalah hasil karya yang bernilai sangat
tinggi. Kitab ini menunjukkan bahwa penulisnya adalah seorang yang hebat. Bahkan melalui
tulisannya terlihat kedalaman dari pemikirannya. Walter Kaiser menyebut Yesaya sebagai “nabi
terhebat dari semua nabi-nabi dalam Perjanjian Lama, karena pemikiran dan doktrinnya meliputi
berbagai topik yang luas sama seperti panjangnya jangka waktu pelayanannya.”[2]
Dari tulisannya pun terlihat dengan jelas watak dari penulisnya. Baxter kembali
menggambarkan watak Yesaya, yaitu:
“Ia adalah orang yang sangat berani, baik berhadapan dengan raja maupun dengan orang banyak. Ia tidak pernah
membungkuk untuk mengambil muka. Ia seorang patriot sejati; menentang segala sesuatu yang bisa merusak
bangsanya. Namun ia sangat lemah lembut, dan kasihnya merata sampai kepada bangsa lain, tidak terbatas pada
bangsa sendiri saja. Ia dapat juga diliputi kemarahan yang bernyala-nyala, tapi kemarahan itu senantiasa didorong
oleh perasaan tanggung jawab akan kemuliaan Allah”[3]
Kitab Yesaya ini memang menunjukkan bahwa Yesaya adalah seorang pemberani. Di
tengah-tengah pendurhakaan yang dilakukan Israel, dia tampil ke depan dan mencela dosa-dosa
yang dilakukan oleh mereka. Tentunya dalam melaksanakan tugasnya ini, Yesaya tahu resiko
yang akan diterimanya. Salah satunya ialah hukuman mati. Tetapi ia tetap bersandar kepada
Tuhan dan tetap menjalankan tugasnya dengan setia.
Semua itu menunjukkan Yesaya sebagai pribadi yang hebat dan yang dipakai oleh Tuhan. Dia
adalah hamba Tuhan yang menjadi pembawa berita atau firman dari Tuhan sendiri. Meskipun
demikian, pemakaian Yesaya dalam tulisannya untuk sebutan ‘hamba Tuhan’ bukan mengacu
pada dirinya. Dari tulisannya dapat disimpulkan bahwa Yesaya sebenarnya tidak mengetahui
dengan pasti siapa hamba Tuhan itu. Lagipula biasanya dia akan berbicara secara langsung jika
berhubungan dengan tugas yang dia terima dari Tuhan (6:1; 7:3; 8:1; ps 36-39). Pemakaian
Yesaya untuk hamba Tuhan itu lebih mengacu kepada bangsa Israel dan seorang pribadi lain
yang khusus untuk menjalankan rencana Allah.
B. KORESY
Di dalam bagian Yesaya ini, ada juga seorang pribadi lain yang disebutkan namanya dengan
jelas yaitu Koresy (Yesaya 44 : 28; 45 : 1, 13). Ini adalah nubuatan tentang seorang yang
bernama Koresy, seorang raja yang menjadi alat Tuhan untuk melaksanakan rancanganNya.
Dalam buku Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, tercatat kisah sejarah tentang Koresy di abad ke-6,
yaitu :
“Raja (Koresy) yang berasal dari Anshan di sebelah selatan Persia ini, telah menguasai Kerajaan Media sekitar 500
sM dan terus menaklukkan Lud pada thn 547, yang meliputi sebagian besar Asia Kecil. Ini membuat dia dapat
menang melawan Kerajaan Babel (di mana orang-orang Yahudi telah menjadi buangan semenjak sebelum kejatuhan
Yerusalem pada thn 587). Kerajaan ini adalah lemah dan sedang dalam keadaan terpecah-pecah. Rajanya Nabonidus
sudah absen dari ibukota negeri (di mana putranya Belsyazar mewakilinya) sedang berselisih dengan imam-imam.
Pada thn 539 Koresy mengalahkan angkatan darat Babel di medan tempur dan tentara-tentaranya memasuki Babel
tanpa pertempuran.”[4]
Sebelum Koresy ada dan memerintah, semua hal itu sudah dinubuatkan oleh Yesaya hampir dua
ratus tahun sebelumnya. Tuhan berkata tentang Koresy : “Inilah firmanKu kepada orang yang
Kuurapi, kepada Koresh.....supaya aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya .....”(Yesaya
45 : 1). Memang dia tidak seperti raja-raja Israel yang diurapi oleh imam-imam untuk menjadi
raja. Tetapi Koresy adalah seorang yang diurapi oleh Tuhan sendiri untuk melaksanakan tugas
khusus dari Tuhan. Nubuatan tentang dirinya mengatakan bahwa ia akan menundukkan bangsa-
bangsa dan melucuti raja-raja yang pada intinya dia akan menjadi seorang penguasa/raja.
Pemanggilan Tuhan terhadap Koresy ini bukanlah tanpa tujuan dan maksud yang jelas. Firman
Tuhan mengatakan dalam pasal yang sama bahwa “Oleh karena hambaKu Yakub dan Israel
pilihanKu, maka Aku memanggil engkau .....”(45 : 4). Tuhan memanggil Koresy dengan maksud
menjalankan dan menggenapi rencanaNya atas Israel. Tuhan menggerakkan Koresy untuk
membebaskan bangsa Israel dari pembuangan di Babel (45 : 13). Selain itu Tuhan juga
mengatakan bahwa Koresylah yang akan membangun kembali Yerusalem dan Bait Suci (44 : 28;
45 : 13). Nubuatan ini benar-benar terjadi dan tercatat dalam sejarah dan kitab-kitab PL lainnya
bahwa dalam tahun pertama pemerintahannya, raja Koresy mengizinkan orang-orang buangan
termasuk orang Israel untuk kembali pulang ke negerinya masing-masing (2 Taw. 36 : 22-23;
Ezra 1 : 1-4). Bahkan orang Israel diperintahkannya untuk membangun kembali Bait Suci di
Yerusalem (Ezra 1 : 4).
Koresy menggenapi nubuatan tentang dirinya. Yesaya menuliskannya sebagai seorang pembebas
yang dipakai oleh Tuhan dan hal itu benar-benar terjadi. Tetapi pemakaian Yesaya secara khusus
untuk ‘hamba Tuhan’ dalam tulisannya, bukanlah menunjuk kepada Koresy. Koresy hanyalah
alat dari Tuhan. Lagipula tidak ada satu ayat pun yang menyatakan bahwa dia menderita demi
orang lain seperti yang akan dialami oleh hamba Tuhan itu. Akan tetapi Koresy juga menjadi
pembuka jalan bagi Yesaya untuk memberitahukan dan menggambarkan seorang Pembebas dan
Penebus yang akan datang untuk orang Yahudi dan orang bukan Yahudi.
Memang benar bahwa hamba Tuhan yang digambarkan secara khusus oleh Yesaya tidak hanya
menunjuk kepada bangsa Israel ataupun kepada Koresy. Penggambaran Yesaya yang khusus
menunjuk kepada pribadi yang khusus juga. Melalui terang firman Tuhan Perjanjian Baru,
dapatlah disimpulkan bahwa hamba Tuhan yang digambarkan oleh Yesaya adalah Yesus Kristus.
Penolakan terhadap Dia (Yes. 53:1) dikutip di dalam Yohanes 12 : 38 dan Roma 10 : 16. Banyak
orang telah melihat pelayanan dan mujizat dari Yesus tetapi kebanyakan dari mereka tidak
percaya bahkan menolak Dia. Hal ini sesuai dengan nubuatan yang disampaikan Yesaya. Yesus
juga tidak datang dengan ketampanan dan kesemarakanNya (Yes. 53 : 2). Hal ini sesuai dengan
tugas yang diembanNya yaitu Dia tidak datang untuk mencari pasangan dengan ketampanan
tubuh jasmani dan bahkan menjadi raja seperti raja-raja duniawi. Ia datang untuk menebus dan
menggantikan orang-orang yang memberontak dan melakukan kejahatan yakni manusia yang
berdosa secara umum.
Yesaya juga menggambarkan kerelaan dan kesediaan hamba Tuhan itu untuk memberikan
diriNya, yaitu seperti seekor anak domba yang dibawa ke pembantaian dan seperti induk domba
yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya. Bagian PL inilah yang dibaca oleh
sida-sida dari Etiopia yang kemudian dijelaskan oleh Filipus. Dari kesaksian Injil, setelah
penangkapan yang terjadi atas diriNya, Yesus sama sekali tidak berusaha untuk membela diri
dan menghindar dari hukuman. Hal itu menandakan kerelaanNya untuk dihukumkan, sesuai
dengan nubuatan yang telah disampaikan olehYesaya.
Lebih lanjut lagi, John Walvoord dalam bukunya yang berjudul “Every Prophecy of The Bible”
mengomentari kematian hamba Tuhan itu :
“Kubur-Nya berada bersama-sama dengan orang berdosa, tetapi juga dengan orang kaya (Yes. 53:9; 1 Pet. 2:22).
Hamba itu mati dalam kehendak Allah karena hidup-Nya digunakan sebagai persembahan korban karena dosa (Yes.
53:10). Nubuat ini digenapi dalam kematian Kristus dengan berkat yang akan digenapi dalam masa seribu tahun
(Mrk. 15:3,4,27,28; Luk. 23:1-25; Yoh.1:29; 11:49-52; Kis. 8:28-35; 10:43; 13:38,39; 1 Kor. 15:35, Ef. 1:7; 1 Pet.
2:21-25; 1 Yoh. 1:7-9). Keturunan rohani-Nya akan timbul dari kematian dan kebangkitan-Nya (Yes. 53:10).
Kemenangan akhirnya atas orang fasik digambarkan dalam ayat 11, 12 (bandingkan dengan Lukas 22:30).”[6]
Dari semua ayat-ayat ini terlihat jelas bahwa Kristuslah hamba Tuhan yang dinubuatkan oleh
Yesaya. Walaupun ketika Yesus mati berada di antara penjahat-penjahat, namun ia dikuburkan
seperti orang kaya (Yes. 53:9 KJV and with the rich). Yusuf dari Arimatea sebagai orang yang
kaya meminta jenazah Yesus lalu menguburkanNya dengan cara penguburan orang kaya.
Dengan kematianNya ini, Yesus memperlihatkan bahwa Dialah korban penebus salah yang
sejati. Dan dengan kebangkitanNya, keturunan rohaniNya (orang-orang yang lahir baru/lahir dari
atas/lahir dari Allah) dilahirkan atau dimunculkan.
[1] Sidlow Baxter. 1999. Menggali Isi Alkitab 2 : Ayub – Maleakhi. Terjemahan : Sastro Soedirdjo. Jakarta : Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF. h. 201.
[2] Walter C. Kaiser, Jr. 2000. Teologi Perjanjian Lama. Terjemahan: Yayasan Penerbit Gandum Mas. Malang: Gandum
Mas. h. 260-261.
[3] Op. Cit. h. 202.
[4] Donald Guthrie, Alec Motyer, Alan M. Stibbs, dkk. 2004. Tafsiran Alkitab Masa Kini 2. Terjemahan : Soedarmo,
Haris Nasution, Harun Hadiwijono, dkk. Jakarta:Yayasan Bina Kasih/OMF. h. 366.
[5] Andrew E. Hill dan John H. Walton. 1996. Survey Perjanjian Lama. Terjemahan: Yayasan Penerbit Gandum Mas.
Malang: Gandum Mas. h. 533.
[6] John F. Walfoord. 2003. Every Prophecy of The Bible. Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab. Terjemahan: Soemitro
Onggosandjojo. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. h. 146.