You are on page 1of 3

BAB 2

IMAN KEPADA ALLAH SWT

Iman kepada allah ialah meyakini dengan sungguh-sungguh tentang wujud allah, ke esaan dan
sifat-sifat Allah , yakni mengakui dengan sungguh-sungguh bahwa Allah itu ada (wujud), esa, tidak ada
syarikat bagi-Nya dan mempunyai sifat-sifat yang sempurna dan bebas dari sifat-sifat yang tidak
sempurna.

Allah adalah bersifat gaib, karena allah tisdak dapa di lihat dengan mata kepala, melainkan
melalui mata hati (iman) sebagaimana tercantum dalam Q.S Al An’am (6): 103 dan Q.S. Hud (11): 123
(ingat peristiwa titov denga n pesawat wostok II mengurangi ruang angkasa untuk mencari tuhan ).

Allah memperkenalkan dirinya tidak melalui zat Nya, melainkan melalui sifat-sifat Nya yang
sempurna dikenal dengan sebutan : ALASMAUL HUSNA = sebutan nama yang baik”, yang di nyatakan
dalam Alquran surat bani Israil (17): 110 dan Q.S. Al A’raf (7): 181 dan Q.S. Al Hasyr (59): 24, dan di
perinci dalam hadist. “Sesunggunya Allah mempunyai 99 nama. Yaitu seratus kurang satu barangsiapa
menghitung, pasti akan masuk syoraa’’ HRBukhari Muslim.

Bahkan pembuktian lain hanya akan berhasil apabila di tujukan untuk memperkuat pembuktian
Alquran dan sunnah Nabi , sebagaimana pernah di lakukan oleh Ibn Rusyd melakui dalil “ NIDZAM =
kerapian susunan alam, berdasarkan metode “ AL INAYAH wal ikhtira’ = pemeliharaan dan penciptaan.
Sedangkan metode Al Ikhtira yang mengarah manusia agar dapat menghayati wujud Allah melalui
penghayatan dan pemahaman adanya keserasian dan keharmonisan alam semestas ini,.

A. Wujud Allah

Islam telah membawa konsep tentang tuhan (allah ) dan konsep merupakan penyempurnaan
terhadap pikiran yang bermacam macam yang tersebar pada aqidah-aqidah agama-agama langit yang
telah di selewengkan pemeluk-pemeluknya dan para aliran filsafat. Oleh karena itu konsep Islam
tentang tuhan (Allah) adalah contoh yang tertinggi atau mercusuar mengenai sifat-sifat ke Tuhanan, dan
sekaigus sekaligus korektor atas kesalahan pemikiran dan penyelewengan pada masa lampau. Untuk
kesucian Allah, Islam telah menetapkan apa yang seharusnya bagi kesempurnaan pemikiran tentang
tuhan (Allah) dengan timbangan iman, pemikiran dan analogi. Islam telah juga mengikuti pemikiran
manusia sebagai salah satu cara untuk mencapai pengetahuan tenttang Allah meskipun petunjuk
seluruhnya adalah dari Allah semata-mata.

B. Zat Allah

Tentang zat allah Islam telah membawa aqidah yang merupakan akhir kesempurnaan yang
dapat dibayangkan oleh akal manusia pada sifat yang paling mulia. Adapun Allah adalah contoh yang
tertinggi , sebagaimana tercantum dalam Q.S. An Nahl (16) : 60
Ia adalah Esa yang menjadi tempat tujuan yang tidak diliputi oleh zaman dan ruang. Ia (Allah)
adanya yang awal, yang terakhir , yang lahir, yang batin…. (Al-Hadist). Kursi (ilmu) Nya memuat langit
dan bumi Q.S. Al Baqarah (2) : 225. Ingatlah bahwa ia meliputi segala sesuatu Q.S. Fushshilat (41) 54:
Segala yang ada di alam ini akan fana, dan yang kekal adalah wujud (zat) Tuhanmu (Allah), Q.S. Ar
Rahman (55) : 26-27. Dalam ajaran Islam manusia dilarang memikirkan zat Allah, namun ia
diperintahkan untuk memikirkan ciptaan-ciptaan Nya, sebagaimana telah dijelaskan “ Berpikir kamu
tentang ciptaan-ciptaan Allah, dan janganlah kamu berpikir tentang zat Nya, niscaya kamu akan celaka”

C. Kegaiban Allah dan wajib wujudNya

Pada zaman materialism ini, kepercayaan-kepercayaan keagamaan mendapatkan tantangan


hebat. Dan tantangan yang paling hebat adalah kepercayaan tentang adanya tyhan. Tuntutan utama
seorang atheis ialah : andai kata ada seseorang dapat menunjukkan tuhan itu kepada saya, saya akan
percaya kepada tuhan Nya. Mungnkinkah mempercayainya tanpa melihhatnya?.
Andaikata ada yang mengatakan ia mengetahui suatu warna dengan mendengar suara warna
itu, bukankah itu suaru hal yang mustahil? Bau harus hanya diketahui dengan mencium. Bila ada orang
yang mengenal bau harum dengan merasai keharumannya dapatkah orang itu dianggap bijaksana/
sebaliknya andaikata ada orang yang mengetahui dengan cara mencium benda yang seharusnya
diketahui dengan merasainya seperti rasa asam, pahit, manis dan asin, ini mustahil dapat melakukannya
Selanjutnya tulis Galwash. Tidak benar bahwa kita hanya percaya terhadap benda-benda yang tidak
dikenal oleh penglihatan kita. Dengan demikian alangkah anehnya tuntutan bahwa Allah harus
memperlihatkan kepada kita sebelum kita percaya kepada Nya, demikian Galwash. Dalam kehidupan
sehari-hari kita mengakui kenyataan bahwa tidak semua apa yang diyakini ada, dapat dilihat oleh mata
kita, apalagi melihat Allah SWT.

D. Perbedaan Allah dengan makhluk

1. Dari segi wujud


Wujud allah yang bersifat mutlak dan berdiri sendri, tanpa awal dan tanpa akhir adalah wajib. Ia
mesti ada, karena tanpa adanya Nya, alam semesta pun tidak ada wujud. Demikian pula wujudnya
makhluk pasti menempati ruang karena ia adalaha materi. Sedangkan allah bukan materi, karena itu Dia
berada di manapun kita berada, sedangkan manusia tidak demikian

2. Dari segi sifat.


sifat Allah sangat unik. Allah bersifat Esa meliputi segala kesempurnaan sekaliuipun secara relative
attribute kwalitatif menampakkan persamaan-persamaan attribut kwalitatif manusia atau makhluk
lainnya akan tetapi attribut yang melekat pada Allah bersifat absolute, tiada taranya.

3. Dari segi ciptaan


Allah tidak menciptakan sesuatu melainkan mempunyai hubungan dengan ciptaan lainnhya,
sehingga penciptaan Nya merupakan kesatuan utuh dalam pranata besar, sedangkan titik pusatnya
adalah manusia yang di ciptakan dalam keadaan dan bentuk yang paling baik, karena itu kepadanya
diserahkan tugas membudayakan dan memakmurkan bumi ini.
E. pembuktian wujud Allah

You might also like