You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

BAGIAN ILMU HAMA TUMBUHAN

ACARA I

KOMPETISI INTERSPESIFIK DAN INTRASPESIFIK

Disusun Oleh:

Nama : Rupy Ayu Karunianingtyas

NIM : 15/378211/PN/14017

Asisten : Nadiah Hidayati


Sofiah Boru Pane
Putri Laily S
Juli Permata S

SUB LABORATORIUM VERTEBRATA HAMA


DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
KOMPETISI INTERPESIFIK DAN INTRASPESIFIK

I. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh interaksi kompetisi interspesifik terhadap pertumbuhan ulat hongkong
dan ulat kandang.
2. Mengetahui pengaruh interaksi kompetisi intraspesifik terhadap pertumbuhan ulat hongkong
dan ulat kandang.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Ekosistem adalah interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam Interaksi adalah
hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Adapun dampak dari interaksi
yaitu menimbulkan dampak negatif maupun positif.. Bertambahnya populasi pada tempat tertentu
dapat menyebabkan terjadinya kepadatan populasi dan kelangkaan sumber daya. Hal ini
menyebabkan suatu individu bersaing untuk mendapatkan tempat dan makan demi kelangsungan
hidupnya (Nurhamiyawan et al., 2013).
Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Ada dua
macam interaksi berdasarkan jenis organisme yaitu intraspesies dan interspesies. Interaksi
intraspesies adalah hubungan antara organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi
interspesies adalah hubungan yang terjadi antara organisme yang berasal dari spesies yang berbeda
(Tama, 2015). Secara garis besar interaksi intraspesies dan interspesies dapat dikelompokkan
menjadi beberapa bentuk dasar hubungan, yaitu (i) netralisme yaitu hubungan antara makhluk
hidup yang tidak saling menguntungkan dan tidak saling merugikan satu sama lain, (ii) mutualisme
yaitu hubungan antara dua jenis makhluk hidup yang saling menguntung- kan, bila keduanya
berada pada satu tempat akan hidup layak tapi bila keduanya berpisah masing-masing jenis tidak
dapat hidup layak, (iii) parasitisme yaitu hubungan yang hanya menguntungkan satu jenis makhluk
hidup saja, sedangkan jenis lainnya dirugikan, (iv) predatorisme yaitu hubungan pemangsaan
antara satu jenis makhluk hidup terhadap makhluk hidup yang lain, (v) kooperasi adalah hubungan
antara dua makluk hidup yang bersifat saling membantu antara keduanya, (vi) kompetisi adalah
bentuk hubungan yang terjadi akibat adanya keterbatasan sumber daya alam pada suatu tempat,
(vii) komensalisme adalah hubungan antara dua makhluk hidup, makhluk hidup yang satu
mendapat keuntungan sedang yang lainnya tidak dirugikan, (viii) antagonis adalah hubungan dua
makhluk hidup yang bersifat permusuhan (Dwidjoseputro, 1991).
Kompetisi adalah suatu interaksi populasi yang didalamnya dua individu atau lebih
memiliki kebutuhan yang bersamaan terhadap satu jenis sumber tetapi persediaan sumber tidak
mencukupi kebutuhan semua individu. Kompetisi dapat terjadi diantara individu dari spesies yang
sama atau berbeda. Kompetisi mempengaruhi kemampuan individu untuk bertahan hidup dan
bereproduksi dan dapat ditunjukkan dengan perubahan-perubahan ukuran populasi pada suatu
waktu.
Kompetisi atau persaingan merupakan hubungan antara dua individu atau bahkan lebih
untuk memperebutkan suatu sumber daya sehingga akan menyebabkan hubungan antara individu
tersebut akan bersifat merugikan bagi individu yang lain. Pada umumnya, jenis sumber daya yang
diperebutkan berupa makanan, energi, wilayah/teritorial, cahaya, unsur hara, udara dan lainnya.
Cahaya harus diperebutkan untuk pemerolehan energi serta menjaga agar individu lain tidak dapat
menggunakan atau berusaha memperoleh mendapatkan sumber tersebut. Makanan adalah sumber
daya yang paling banyak diperebutkan dengan cara menyingkirkan individu dari sumber suplai
makanan, pengambilan secara cepat atau kemampuan untuk mempertahankan persediaan makanan
yang sedikit
Kompetisi intraspesies adalah suatu model logistik (peningkatan kepadatan populasi
mengurangi ketersediaan sumberdaya bagi individu suatu organisme, dan keterbatasan
sumberdaya akhirnya membatasi pertumbuhan populasi. Dengan kata lain kompetisi intraspesies
adalah ketahanan individu-individu dari spesies yang sama pada sumberdaya terbats yang sama.
Ketika ukuran populasi meningkat, kompetisi menjadi lebih sering dan laju pertumbuhan menurun
sebanding dengan intensitas kompetisi, laju pertumbuhan populasi bergantung pada kepadatan.
Hasil dari kompetisi suatu individu dapat dilihat dari bagaimana pertumbuhn individu
tersebut. Kompetisi yang terjadi menyebabkan suatu individu mati karena kalah saat bersaing dan
terdapat individu yang bertahan sehingga dapat melangsungkan hidupnya dengan baik (Kozlowski
et al., 1991). Kompetisi yang terjadi dibagi dalam dua kelas yaitu, eksploitatif dan gangguan
kompetisi. Eksploitatif, yaitu suatu individu yang dapat memanfaatkan sumberdaya sekitar untuk
mempertahannkan hidupnya, dan dapat memperoleh manfaat dari sumberdaya tersebut. Gangguan
kompetisi yaitu ketika individu saling bersaing dan menyakiti satu sama lain karena
memperebutkan sumberdaya yang terbatas misalnya, pertahanan diri dengan mengeluarkan racun
(Opalinski, 2014). Kompetisi terjadi bukan hanya karena terbatasnya sumberdaya, akan tetapi
dapat juga terjadi karena terbatasnya ruang. Boerreigter et al (2015) mengemukakan bahwa pada
suatu ruang dengan tingkat kepadatan populasi yang tinggi, suatu individu akan lebih aktif
bergerak dan kurang istirahat yang mengakibatkan peningkatan penggunaan energi dan dapat
memicu agresi.
Dengan latar belakang yang berbeda yaitu ulat hongkong dan ulat kandang sebagai
parameter pengaruh kompetisi intraspesifik maupun interspesifik. Ulat hongkong (Tenebrio
molitor L.) mengalami metamorphosis sempurna dalam siklus hidupnya. Berawal dari telur, larva,
pupa, kemudian imago yang memiliki jangka waktu berbeda tergantung pada lingkungan dan
makanan yang diperoleh. Pertumbuhan akan berlangsung secara lambat apabila tidak didukung
dengan makanan yang sesuai dan seimbang dengan kebutuhanmya (Li et al., 2013). Ulat kandang
(Alphitobius diaperinius) memiliki kemiripan dengan ulat hongkong, tetapi ukurannya jauh lebih
kecil dibandingkan ulat hongkong. Telur menetas dalam 4 sampai 7 hari dan kemudian akan
menjadi larva hingga kumbang dewasa setelah 40-100 hari tergantung suhu dan ketersediaan
makanan (Dinev, 2013). Kedua ulat ini akan tumbuh dan berkembang dengan baik ketika makanan
terpenuhi. Ketika kedua ulat ini berada dalam satu tempat, maka kemungkinan terjadinya
kompetisi akan sangat besar dan berpengaruh terhadap pertumbuhannya. Oleh karena itu
dilakukannya paktikum ini untuk mengetahui hasil dari kompetisi keduanya.
III. METODOLOGI
Praktikum Ekologi Hama dan Penyakit Tumbuhan acara I (bagian hama) yang berjudul
“Kompetisi Interspesifik dan Intraspesifik”, dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Oktober 2017 di
Sub Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada praktikum ini dibagi dalam dua
perlakuan yaitu, variasi kelembaban, dan variasi suhu. Adapun alat-alat yang digunakan yaitu
toples kecil dan timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ulat hongkong, ulat
kandang, dan pakan.
Adapun langkah kerja yang dilakukan yaitu menimbang pakan 10 gram pakan untuk setiap
perlakuan ulat yang kemudian dimasukkan ke dalam toples plastik. Selanjutnya masing-masing
toples plastik yang berisi pakan sebagai perlakuan diisi dengan 10 ulat hongkong, 10 ulat kandang,
5 ulat hongkong yang ditambah dengan 5 ulat kandang, 1 ulat kandang, dan 1 ulat hongkong untuk
control. Kemudian dilakukan pengamatan selama tiga kali yaitu dengan mengganti pakan ulat dan
menimbangnya selama seminggu sekali. Pada pengamatan terakhir dilakukan pengamatan
pengaruh kompetisi intraspesifik dan interspesifik terhadap populasi ulat kandang dan ulat
hongkong.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Tabel 1. Berat Per Satu Ulat (gram) pada Beberapa Perlakuan yang Diujikan

pengamatan ke
perlakuan
Pengamatan Ke-1 Pengamatan Ke-2 Pengamatan Ke-3
10 UH 0.05 0.18 0.10
10 UK 0.01 0.02 0.01
5 UH 0.06 0.18 0.09
5 UK 0.02 0.04 0.01
Kontrol UH 0.14 0.14 0.18
Kontrol UK 0.01 0.02 0.01

B. PEMBAHASAN
Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup
maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali
dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834-1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai
kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan
ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik
(Hardjosuwarno, 1990).
Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor
biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi
juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi,
komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang
menunjukkan kesatuan.
Pada suatu ekosistem, suatu makhluk hidup mempunyai berbagai kebutuhan dan keinginan
yang ingin dipenuhi. Namun dalam usaha memenuhi kebutuhannya terkadang timbul hambatan
berupa persaingan atau kompetisi. Kompetisi intraspesifik merupakan persaingan antarindividu
dalam satu jenis (spesies), sedangkan kompetisi interspesifik merupakan pesaingan antarindividu
yang berbeda jenis (spesies) (Kozlowski et al., 1991). Kompetisi terjadi karena terbatasnya sumber
daya misalnya dalam mencukupi kebutuhan makan, makanan yang ada hanya terbatas, sehingga
setiap individu berkompetisi agar mendapatkan makanan untuk kelagsungan hidupnya,
terbatasnya ruang, dan keterbatasan sumberdaya lain yang penting untuk kelangsungan hidup
setiap individu. Hal ini menyebabkan munculnya individu yang lemah dan kuat. Individu yang
kuat merupakan individu yang mampu bertahan dan menang dalam kompetisi, sedangkan individu
yang lemah merupakan individu yang tidak dapat bertahan dan kalah sehingga biasanya
meninggalkan tempat tersebut atau mati (Breed et al., 2013).

Hasil Pengamatan Interspesifik dan Intraspesifik


Ulat Hongkong dan Ulat Kandang
0.18 0.18 0.18

0.140.14

0.10
0.09

0.06
0.05
0.04
0.02 0.02
0.01 0.01 0.01 0.010.020.01

10 UH 10 UK 5 UH 5 UK Kontrol UH Kontrol UK

Pengamatan Ke-1 Pengamatan Ke-2 Pengamatan Ke-3

Gambar 1. Berat Ulat Kandang dan Ulat Hongkong dalam Perlakuan Interspesifik dan Intraspesifik
Histogram berat ulat hongkong pada perlakuan 1 yaitu dengan populasi ulat hongkong 10
ekor yang dibandingkan dengan kontrol ulat hongkong dengan 1 ekor ulat. Pada perlakuan ini
diharpkan terjadi kompetisi intraspesifik pada ulat hongkong. Pada pengamatan yang pertama
dapat diketahui bobot 10 ulat hongkong lebih kecil dibandingkan control. Hal ini terjadi karena
adanya kompetisi antar ulat. Kompetisi yang terjadi adalah perebutan ruang karena makanan yang
tersisa pada perlakuan ini masih cukup banyak Menurut Boerreigter et al (2015), pada suatu ruang
dengan tingkat kepadatan populasi yang tinggi, suatu individu akan lebih aktif bergerak dan kurang
istirahat yang mengakibatkan peningkatan penggunaan energi dan dapat memicu agresi. Pada
pengamatan kedua berat kontrol menjadi lebih rendah karena pada perlakuan 10 ulat dalam satu
toples, ulat telah beradaptasi sehingga, pertumbuhan membaik. Sedangkan pada pengamatan
ketiga bobot 10 ekor ulat hongkong kembali turun, hal ini dikarenakan ulat banyak yang
mengalami molting dan beberapa ulat yang lemah mati, tidak dapat beradaptasi.
Pada perlakuan ke-2 yaitu antara 10 ekor ulat kandang banding kontrol 1 ekor ulat kandang.
Hasil kompetisi menunjukan bahwa berat ulat kandang pada perlakuan intraspesifik sama dengan
berat ulat kandang pada control. Hal ini dapat disebabkan karena kompetisi yang terjadi minimum.
Ukuran ulat kandang yang kecil menjadi ruang yang disediakan terasa lebih laus dibandingkan
pada perlakuan ulat hongkong yang ukurannya lebih besar. Jadi pada perlakuan 10 ulat kandang
tidak terjadi adanya kompetisi untuk memperebutkan ruang.

Pengamatan perlakuan ke-3, menunjukkan bahwa terjadi kompetisi secara interspesifik


antara ulat kandang dan ulat hongkong. Kompetisi terjadi bukan karena terbatasnya sumber
makanan, tetapi kemungkinan karena terbatasnya ruang. Hal ini terlihat dari ketersediaan pakan
pada toples hingga pengamatan terakhir masih cukup banyak. Kompetisi untuk memperebutkan
ruang, sama halnya dengan kompetisi intraspesifik menyebabkan penurunan berat ulat.
Pengamatan pertama, ulat hongkong yang berkompetisi memiliki bobot lebih rendah dari pada ulat
hongkong kontrol sedangkan, ulat kandang yang berkompetisi lebih tinggi dari ulat kandang
kontrol. Pengamatan kedua, ulat kandang dan ulat hongkong mulai beradaptasi dengan ruang yang
tersedia sehingga berat kedua ulat lebih tinggi dibandingkan kontrol masing-masing. Kedua ulat
dapat memperoleh makan dengan baik. Pengamatan ketiga, berat ulat hongkong dan ulat kandang
turun hingga dibawah kontrol masing-masing. Menurut Akbar (2015), hal ini disebabkan karena
pada masa sekitar 26 hari larva mulai mengurangi konsumsi pakan dan persiapan untuk memasuki
fase pupa.
V. KESIMPULAN
1. Kompetisi interspesifik pada ulat kandang dan hongkong menyebabkan kedua spesies ini
bersaing memperebutkan ruang dan makanan sehingga kedua spesies ini memiliki berat
yang lebih rendah dibandingkan control.
2. Kompetisi intraspesifik pada ulat hongkong menyebabkan penurunan berat disbanding
control karena terdapat kompetsii memperebutkan ruang, sedangkan pada ulat kandang
berat nya sama dengan control dikarenakan kompetisi yang minimum.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M.A. 2015. Pertumbuhan ulat kandang (Alphitobius diaperinus) pada media hidup yang
berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Boerrigter, J. G. J., R. V. D. Bos., H. V. D. Vis., T. Spanings., & G. Flik. 2015 Effects of Density,
PVC-tubes and Feeding Time on Growth, Stress and Aggresion in African Catfish (Clarias
gariepinus). Aquaculture research 1-16.
Breed, G.A., W.D. Bowen., and M.L. Leonard. 2013. Behavioral Signature of Intraspesific
Competition and Density Dependence In Colony-Breeding Marine Predators. Ecology and
Evolution. John Wiley and Sons Ltd., Kanada.
Dinev, I. 2013. The darkling beetle (Alphitobius diaperinus) a health hazard for broiler chicken
production. Trakia Journal of Sciences 11 (1):1-4
Dwidjoseputro, D. 991. Ekologi Manusia Dengan Lingkungannya. Jakarta: Erlangga.
Hardjosuwarno, S., 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas Biologi UGM.
Kozlowski, T.T, P.J. Kramer, S.G. Pallardy. 1991. The Physiological Ecology of Woody Plants.
Academicpress Inc Sandiego, California.

Li, L., Z. Zhao., and H. Liu. 2013. Feasibility of feeding yellow mealworm (Tenebrio molitor L.)
in bioregenerative life support systems as a source of animal protein for humans. Journal
Acta Astronautica 92(1): 103-109.

Nurhamiyawan, E.N.L., B. Prihandono., dan Helmi. 2013. Analisis dinamika model kompetisi dua
populasi yang hidup bersama di titik kesetimbangan tidak terdefinisi. Buletin Ilmiah Mat.
Stat. dan Terapannya (Bimaster) 2(3): 197-204.

Opalinski, K.W. 2014. Competition for food in macroplankton animals in the Vistula Lagoon.
Studia Ecologiae et Biothicae 12(4): 127-148.

Roesma, D. I. 2013. Evaluasi Keanekaragaman Spesies Ikan Danau Maninjau. Prosiding


SEMIRATA 2013, 1(1).
Tama, N. B. 2015. Penerapan Project Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Argumentasi Tertulis Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 5 Surakarta pada Materi
Ekosistem.

You might also like