You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tulang belakang sangat penting untuk membentuk dan menopang tubuh juga dapat
menutupi dan melindungi medula spinalis. Berdasarkan Merril’s Atlas, tulang belakang pada
dewasa tersusun atas 24 vertebrae dan terbagi 3 segment berdasarkan lokasinya di tubuh.
Segmen servikal pada leher terdiri atas 7 vertebrae. Segmen Thoraks pada bagian terdiri dari
12 vertebrae dan segmen lumbal terdiri 5 vertebrae. Kolumna vertebrae dibantu oleh ligamen
dan sendi. Juga terbagi pada kolumna vertebrae berupa sakrum dan koksigis dan merupakan
bagian dari tulang panggul.1

Berdasarkan pencintraan medis kita dapat mengetahui bahwa kolumna vertebrae tidak
terlalu kuat, bila dilihat secara anterior dan posterior. Tulang belakang atau kolumna vertebra
berlokasi di bagian sentral atau posterior dari tubuh. Merupakan bagian yang penting dari
tubuh dan memiliki banyak fungsi. Tulang belakang sangat diperlukan sebagai pembentuk
struktur tubuh, flexibilitas, menyokong dan pergerakan dari tubuh. Pergerakan dengan
melekat pada otot di bagian belakang, yang berada di bagian posterior tulang iga. 1Tulang
belakang juga berfungsi untuk menutupi dan melindungi sum-sum tulang.1

Skoliosis dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan radiologi.


Insiden skoliosis meliputi dari bayi hingga dewasa. Namun yang paling sering ditemukan
adalah pada saat dewasa didapatkan keluhan-keluhan akibat skoliosis yang tidak terdeteksi
sejak lahir dan remaja.1

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ruptur uretra merupakan trauma uretra yang terjadi karena jejas yang mengakibatkan
memar dinding dengan atau tanpa robekan mukosa baik parsial ataupun total. Ruptur uretra
dibagi berdasarkan anatomi yaitu ruptur uretra anterior dan ruptur uretra posterior dengan
etiologi yang berbeda diantara keduanya (Sjamjuhidajat, WimDeJong. 2004)

2.2 Anatomi dan Struktur Tulang Belakang

2
Susunan anatomi atau struktur tulang belakang terdiri dari :4

a. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher yang membentuk daerah
tengkuk.

b. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung yang membentuk bagian
belakang torax atau dada.

c. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang yang membentuk daerah lumbal
atau pinggang.

d. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang yang membentuk sakrum atau
tulang kelangkang.

e. Empat vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging atau ekor yang membentuk
tulang ekor.

3
Gambar 1. Struktur tulang belakang4

Lengkung ruas tulang bagian leher melengkung ke depan, lengkung ruas tulang dada
ke arah belakang, daerah pinggang melengkung ke depan dan pelvis atau kelangkang
lengkungannya kearah belakang.4

Gambar 2. Lengkung ruas tulang belakang4

4
Vertebra servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil dibandingkan
dengan ruas tulang lainnya, ciri dari ruas tulang punggung adalah semakin ke bawah semakin
membesar dilihat dari segi ukurannya yang memuat persendian untuk tulang iga. Ruas tulang
pinggang adalah yang terbesar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya. Sakrum atau
tulang kelangkang terletak di bagian bawah tulang belakang dengan bentuk segitiga, dan ruas
tulang ekor terdiri dari 4 atau 5 vertebra yang bergabung menjadi satu dan letaknya berada di
bagian paling bawah dari tulang belakang atau spine. Ruas-ruas tulang belakang diikat oleh
serabut yang dinamakan dengan ligament..4

2.3 Epidemiologi

Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang sering terjadi. Angka kejadiannya
tergantung pada sudut kelengkungan yang terbentuk. Menurut Kane diperkirakan bahwa
skoliosis ≥ 10o terjadi pada 25 per 1.000 penduduk. Penyebab yang paling sering ditemukan
masih idiopatik. Dan skoliosis yang terjadi pada anak-anak lebih berat dibandingkan dengan
dewasa. Hal ini terjadi dikarenakan progresifitas pertumbuhan kelengkungan tulang belakang
pada anak-anak terjadi lebih cepat. Selain itu, insiden skoliosis juga meningkat pada orang-
orang yang memiliki kelainan neuromuskuler atau faktor predisposisi lainnya.3
Berdasarkan pada The National Scoliosis Foundation, di Amerika Serikat didapatkan
skoliosis pada 6.000 orang. Dan 2% hingga 4% adalah idiopatik skoliosis pada dewasa.
Idiopatik skoliosis pada dewasa atau Adolescent Idiopathic scoliosis (AIS) terhitung pada
80% dari kasus idiopatik skolisosis dan sering terjadi berumur antara 10 hingga16 tahun.
Terbanyak pasien idiopatik skoliosis pada dewasa adalah wanita, tapi insidensi bervariasi,
tergantung pada derajat kelengkungan dan tipe dari skoliosis. Ciri khas pada pasien skoliosis
adalah berpostur tubuh yang tinggi. Wanita dewasa yang skoliosis saat remaja dengan
kelengkungan thoraks ke arah kanan. AIS meliputi antara pria dan wanita, tapi tidak dengan
rasio yang sama. Kelengkungan tulang belakang sering terdapat pada daerah thorak atau
thorakolumbal dan pada banyak kasus seringnya melengkung ke arah kanan. Perbedaan
insiden antara pria dan wanita berhubungan dengan derajat kelengkungan. Bagaimanapun,
pada pasien dengan kelengkungan tulang belakang 25o atau lebih, sering terjadi pada wanita.1
Infantile idiopathic scoliosis atau idiopatik skoliosis pada bayi sering ditemukan pada
umur 6 bulan dan banyak terjadi pada laki-laki dan keturunan Eropa. Kelengkungannya

5
sering terjadi pada tulang belakang segmen thoraks dan melengkung ke arah kiri. Pada
banyak kasus, kelengkungan tersebut dapat diobati pada saat umur 3 tahun. Jumlah skoliosis
pada bayi berjumlah hanya 0,5% dari seluruh skoliosis yang idiopatik pada Amerika Serikat
dan 4% hingga 5% pada negara Eropa.1
Juvenile idiopathic soliosis atau Skoliosis pada anak-anak hampir sama dengan
dewasa. Perempuan lebih banyak terkena pada tipe ini. Kelengkungan skoliosis pada anak-
anak seringnya ke arah kanan. Karena tingginya rasio progresi kelengkungan dan perlunya
operasi maka skoliosis pada tipe ini disebut dengan malignansi subtipe dari adolescent
idiopatik skoliosis.1

2.4 Etiologi dan Klasifikasi

2.4.1 Etiologi4

Trauma uretra terjadi akibat cedera yang berasal dari luar (eksternal) dan cedera
iatrogenik akibat instrumentasi pada uretra. Trauma tumpul yang menimbulkan fraktur tulang
pelvis menyebabkan ruptur uretra pars membranasea, sedangkan trauma
tumpul pada selangkangan atau straddle injury dapat menyebabkan ruptur uretra pars bulbosa
.

Pemasangan kateter atau businasi pada uretra yang kuranghati-hati dapat


menimbulkan robek anuretra karena false route atau salah jalan, demikian pula tindakan
operasi trans uretra dapat menimbulkan cedera uretra iatrogenik (Purnomo, Basuki. 2012).

Ketika uretra mengalami trauma kemungkinan juga berkaitan


dengan perkembangan penyakit obstruksi atau striktur uretra. Striktur uretra ketika uretra
mengalami trauma atau luka karena infeksi dalam jangka panjang, mengakibatkan
terganggunya saluran berkemih dan semen (Purnomo, Basuki. 2012)

1. Kelainan fisik

Ketidak seimbangan pertumbuhan tulang dan otot yang yang mengakibatkan


kecendrungan untuk terjadinya suatu Scoliosis. Ketidak seimbangan otot sekitar tulang
belakang yang mengakibatkan distrosi spinal atau perbedaan otot pada saat pertumbuhan.
Selain itu dapat disebabkan pula oleh gangguan pada tulang kaki, pinggul atau tulang

6
belakang. Tapi, beberapa orang yang bahunya miring belum tentu karena Scoliosis,
melainkan sekadar kebiasaan saja.

2. Gangguan pada kelenjar Endokrin

Ketidakseimbangan pada hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, seperti


pituitary dan adrenal sebagai pendorong pertumbuhan otot dan tulang.

3. Faktor Keturunan

Kelainan Scoliosis dapat ditimbulkan oleh gen, artinya bahwa seorang anak dari
penderita Scoliosis memiliki kemungkinan mengidap Scoliosis.

4. Masalah pada Saraf

Masalah pada saraf juga dapat menyebabkan timbulnya Scoliosis. Misalnya, karena
pembentukan urat saraf tulang belakang yang tidak normal dan terdapat benjolan di
sepanjang perjalanan saraf.

5. Faktor Bawaan

Bentuk tulang belakang yang tidak normal atau bisa juga merupakan bentuk yang
didapat, misalnya karena patah atau bergesernya tulang belakang.

6. Kebiasaan atau sikap tubuh yang buruk

Kesalahan dalam posisi duduk atau pun dalam posisi tidur secara terus menerus
akan menyebabkan deformasi pada tulang belakang, terutama pada periode pertumbuhan.
Faktor ini pula yang dapat menyebabkan bertambahnya ukuran kurva pada penderita
Scoliosis. Seseorang yang berjalan miring demi mencegah rasa sakit sebagai akibat
kelumpuhan atau luka karena kecelakaan, juga dapat menyebabkan Scoliosis. Faktor
kebiasaan atau kesalahan dalam suatu posisi, seperti posisi duduk maupun posisi tidur adalah
faktor pembentukan Scoliosis pada seorang anak, karena kebiasaan seperti itu seringkali tidak
disadari.

2.4.2 Klasifikasi5

7
1. Nonstruktural

Adalah skoliosis yang bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula),


dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung. Terdiri dari :

a. Skoliosis postural : Disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh yang buruk

b. Spasme otot dan rasa nyeri, yang dapat berupa :

 Nyeri pada spinal nerve roots : skoliosis skiatik


 Nyeri pada tulang punggung : dapat disebabkan oleh inflamasi atau
keganasan
 Nyeri pada abdomen : dapat disebabkan oleh apendisitis
c. Perbedaan panjang antara tungkai bawah

 Actual shortening
 Apparent shortening :
1. Kontraktur adduksi pada sisi tungkai yang lebih pendek

2. Kontraktur abduksi pada sisi tungkai yang lebih panjang

2. Sruktural

Adalah skoliosis yang bersifat irreversibel dan dengan rotasi dari tulang punggung

a. Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh skoliosis

 Bayi : dari lahir – 3 tahun


 Anak-anak : 4 – 9 tahun
 Remaja : 10 – 19 tahun (akhir masa pertumbuhan)
 Dewasa : > 19 tahun

b. Osteopatik

 Kongenital (didapat sejak lahir)


1. Terlokalisasi :

8
a. Kegagalan pembentukan tulang punggung (hemivertebrae)

b. Kegagalan segmentasi tulang punggung (unilateral bony bar)

2. General :

a. Osteogenesis imperfecta

b. Arachnodactily

 Didapat
1. Fraktur dislokasi dari tulang punggung, trauma

2. Rickets dan osteomalasia

3. Emfisema, thoracoplasty

c. Neuropatik

1. Kongenital

 Spina bifida
 Neurofibromatosis
2. Didapat

 Poliomielitis
 Paraplegia
 Cerebral palsy
 Friedreich’s ataxia
 Syringomielia

9
Tabel 1. Etiologi dan klasifikasi skoliosis2

2.5 Patofisiologi6

Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya
syaraf-syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas-ruas tulang belakang.
Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yang normal.
Yang bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal diantaranya kebiasaan
duduk yang miring membuat syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang
menjadi kebiasaan maka syaraf itu bahkan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan
tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang yang menderita skoliosis
itu bengkok atau seperti huruf S atau huruf C.

Ditandai Gangguan
dg BB nutrisi

ETIOLOGI

Posisi duduk Faktor Faktor


Pola makan
yg salah Genetik Hormonal
yg buruk

Krja otot pd ruas << as.folat Defisiensi


Intake nutrisi 10
<<< kebutuhan tlg belakang pd BUMIL melantonin

Defisit Ketegangan otot Resiko tinggi Sekresi


vit. D & Ca sambungan melantonin
Hemispinal

Menghambat pergerakan
Resiko tinggi rusuk & paru
gangguan mobilisasi
2.6 Manifestasi Klinis7

Gejala yang ditimbulkan berupa:


1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
2. Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
3. Nyeri punggung
4. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
5. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60 ) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan.

11
2.7 Diagnosis

2.7.1 Diagnosis Skoliosis

a. Anamnesis

Pada Skoliosis dengan kelengkungan kurang dari 200, tidak akan menimbulkan
masalah. Namun, keluhan yang muncul adalah rasa pegal. Sedangkan pada
kelengkungan 20 – 40 derajat, penderita akan mengalami penurunan daya tahan
dalam posisi duduk atau berdiri berlama-lama. Bila lengkungan ke samping terlalu
parah, yaitu ukuran kurva di atas 400 akan menyebabkan kelainan bentuk tulang
belakang yang cukup berat, keluhan akan semakin berat seiring dengan
berjalannya pertumbuhan tulang.7

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada posisi berdiri atau membungkukkan


badan ke arah depan atau belakang, kemiringan atau asimeteris dari bahu dan
pelvis, tidak sama panjang antara ukuran kaki kiri dengan kaki kanan.8

Gambar. 4. Adam's forward bend test

Tabel 2. Pemeriksaan fisik pada skoliosis2


12
Terdapat ciri- ciri penting yaitu :9

1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping.


2. Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris. Bahu kanan lebih tinggi daripada
bahu kiri.
3. Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi atau lebih
menonjol daripada yang lain.
4. Ketika membungkuk ke depan, terlihat dadanya tidak simetris.
5. Badan miring ke salah satu sisi, paha kirinya lebih tinggi daripada paha kanan.
6. Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak rata ,batas celana yang
tak sama panjang.
7. Untuk Skoliosis yg Idiopatik kemungkinan terdapat kelainan yang
mendasarinya, misalnya neurofibromatosis yang harus diperhatikan adalah
bercak “café au lait” atau Spina Bifida yang harus memperhatikan tanda hairy
patches (sekelompok rambut yg tumbuh di daerah pinggang).
8. Pasien berjalan dengan kedua kaki lebar.
9. Perut menonjol.
10. Sedangkan pada kasus yang berat dapat menyebabkan :

a) Kepala agak menunduk ke depan


b) Punggung lurus dan tidak mobile
c) Pangggul yang tidak sama tinggi

Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan
pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan
lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri. Selain
13
itu pada inspeksi dapat dilihat bila penderita disuruh membungkuk maka akan terlihat
perbedaan secara nyata ketinggian walaupun dalam keadaan tegap bisa dalam keadaan
normal.9

Salah satu pemeriksaan fisik adalah dengan cara “The Adam’s Forward Bending
test”. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan
menyuruhnya membungkuk 90° ke depan dengan lengan menjuntai ke bawah dan telapak
tangan berada pada lutut.. Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian iga atau otot-otot
paravertebra pada satu sisi. Deformitas tulang iga dan asimetri garis pinggang tampak jelas
pada kelengkungan 30° atau lebih.9

Jika pasien dilihat dari depan asimetri payudara dan dinding dada mungkin terlihat.
Tes ini sangat sederhana, hanya dapat mendeteksi kebengkokannya saja tetapi tidak dapat
menentukan secara tepat kelainan bentuk tulang belakang. Pemeriksaan neurologis (saraf)
dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau reflex.9

Gambar 3. Posisi Bending untuk skrining skoliosis9

Secara umum tanda-tanda skoliosis yang bisa diperhatikan pada penderitanya yaitu:4

- Tulang bahu yang berbeda, dimana salah satu bahu akan kelihatan lebih tinggi
dari bahu yang satunya (Elevated Shoulder)

- Tulang belikat yang menonjol, sebagai akibat dari terdorongnya otot oleh kurva
primer Scoliosis (Prominent Scapula)

14
- Lengkungan tulang belakang yang nyata, yang dapat terlihat secara jelas dari
arah samping penderita (Spinal Curve)

- Tulang panggul yang terlihat miring, sebagai penyesuaian dari kuva Scoliosis
(Uneven Waist)

- Perbedaan ruang antara lengan dan tubuh (Asymmetrical Arm to Flank


Distances)

Gambar 4. Tanda-tanda umum skoliosis4

Scoliometer

Skoliometer adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurvatura. Cara pengukuran
dengan skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi
pasien karena posisi ini akan berubah – ubah tergantung pada lokasi kurvatura,sebagai contoh
kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh dibanding
kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer
tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan
apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 5derajat, hal ini biasanya menunjukkan derajat
kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’sangle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi
yang lanjut.

15
2.8 Pemeriksaan Penunjang
2.8.1 Pencitraan

Penilaian pasien skoliosis dari segi radiografi dimulai dari sisi anteroposterior dan
lateral dari seluruh tulang belakang . sebagai tambahan, pemeriksaannya sebaiknya juga
termasuk sisi lateral dari lumbal, untuk menilai adanya spondilosis atau spondilolystesis
(prevalensi di populasi secara umum ada sekitar 5%). Kurva atau kelengkungan skoliosis ini
lalu diukur dari sisi AP. Metode yang paling sering digunakan (digunakan oleh Scoliosis
Research Society ) adalah metode Cobb.5

1. Metode Cobb
16
Metode Cobb sudah digunakan sejak tahun 1984 untuk mengukur sudut pada posisi
erect PA. Pengukuran dengan sudut Cobb sangat berguna pada pemeriksaan pasien dengan
posisi PA/AP. Sudut Cobb ditemukan dengan menarik garis dari sudut inferior dan superior
vertebrae dari kelengkungan. Sudut tersebut menghubungkan garis tegak lurus dengan
endplates.1

Sudut Cobb sangat berguna dalam menentukan beda antara skoliosis dan asimetris
dari vertebrae. Sudut kurang 100 hingga 150 pada sudut Cobb lebih menunjukkan bahwa telah
terjadi asimetris daripada skoliosis. Sudut Cobb juga dapat memonitor kemajuan koreksi dari
kelengkungan selama penggunaan bracing atau observasi perbaikan. Bagaimanapun, pada
pengukuran sudut Cobb tidak bisa menentukan adanya vertebral rotation atau aligment dari
tulang belakang.1 Metode lippman-cobb di ambil dan di standarisasi oleh Scoliosis Research
Society dan digunakan untuk mengklasifikasikan jenis kelengkungan skoliosis menjadi tujuh
bagian.10

Gambar 5. Metode Lippman-Cobb10

Metode Cobb ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan metode lain.
Selain itu metode ini lebih tepat bahkan jika pasien diperiksa oleh pemeriksa lainnya. Selain
itu juga masih ada metode lain yaitu metode Risser-Ferguson, yang lebih jarang digunakan.5

Pada awalnya, seseorang harus ditentukan terlebih dahulu apa jenis/tipe dari
kelengkungan pada skoliosisnya tersebut. Lengkungannya bisa jadi akut, seperti yang terlihat
pada fraktur atau hemivertebra. Setiap adanya anomali pada costa atau vertebre harus
dilaporkan. Scoliosis secara umum dapat digambarkan berdasarkan lokasi kelengkungannya,
seperti yang ada digambar berikut ini :5

17
Gambar 6. Pola skoliosis5

Pemeriksa seharusnya juga menentukan apakah titik kelengkungan tersebut mengarah


ke kanan atau ke kiri. Jika kelengkungannya ada ada dua, maka masing-masing harus
digambarkan dan diukur.5

Untuk menggunakan metode Cobb, pertama kita harus menetukan mana saja yang
merupakan end vertebrae. Masing-masing dari end vertbrae ini adalah yang dibatasan atas
dan bawah dari kelengkungan yang miring paling jauh mengarah ke kelengkungannya. Jika
kita sudah memilih vertebrae tersebut, lalu gambarlah garis sepanjang endplate bagian atas
dan bawah, sebagimana digambarkan dibawah ini.5

Gambar 7. Pengukuran skoliosis berdasarkan metode Cobb5

18
Jika ujung endplate sulit dinilai, maka garis ini dapat digambarkan disepanjang atas
dan bawah dari pedikel. Sudut yang didapatkan adalah sudut yang terdapat diantara dua garis
tersebut. namun, jika sudut yang terbentuk itu kecil, bisa saja kedua garis tersebut
berpotongan di gambarnya saja, seperti Downtown Seattle. Pada saat melaporkan
penghitungan sudut skoliosis ini maka kita harus menerangkan bahwa metode yang dipakai
dalam pengukuran ini adalah metode Cobb dan juga mana ujung-ujung dari vertebrae yang
telah kita pilih unutk diukur. Peranannya disini adalah jika kita telah memilih vertebrae
tersebut, maka kita harus menggunakan vertebrae yang sama dalam proses follow up
selanjutnya, agar hasil yang didapatkan lebih tepat dan pasti dalm menilai kemajuan atau
perbaikan yang ada. Sekali seseorang telah diukur kelengkungannya, lalu dapat diperkirakan
derajat rotasi (perputaran) dari vertebre pada apexnya dengan melihat hubungan dari pedikel
ke garis tengahnya (midline).5

Gambar 8. Pengukuran perputaran (rotasi) dari pedikel pada skoliosis.5

Pada gambar A. Menunjukkan neutral position (tidak ada rotasi) gambar B.


merupakan derajat 1 gambar C. derajat 2 gambar D. derajat 3 dan gambar E. derajat 4. Pada
posisi frontal terlihat kelengkungan tulang belakang ke arah lateral, yang berhubungan
dengan terbelah pada garis imajiner dan sebagian vertebra pada sisi lengkung yang terpisah
ke arah luar, kedua dan didalam atau garis tengah ketiga (garis vertikal pada A-E).5

Yang berguna bagi tim bedah adalah gambaran lateralnya, yang digunakan untuk
menilai derajat rigidaitas atau kekakuan dan fleksibelitas dari kelengkungan tersebut. Pada
gambar dibawah ini dapat dinilai bahwa kelengkungan yang utama atau pangkalnya adalah
dari thorakal (thorakal curve) dengan lumbal sebagai lanjutannya.5

19
Gambar 9. “bending film” dapat membedakan skoliosis structural dan non
struktural5

2.Metode Ferguson1
Metode Ferguson merupakan metode lain dalam pencitraan yang bisa digunakan
dalam menentukan kelengkungan yang merupakan kelengkungan primer vertebrae ataupun
lanjutan dari kelengkungan tersebut. Metode Ferguson tidak bisa menentukan ada atau tidak
ada bungkuk pada pasien. Pasien harus bisa berdiri atau tidak bisa duduk. 2 Posisi dapat
ditentukan melalui posisi yang pertama posisi PA berdiri tegap sehingga dapat terlihat
seluruh tulang belakang pada hasil foto (atau paling kurang regio thorak dan lumbal) dan
pasien yang diberi bantuan untuk posisi tersebut. Kedua, pasien diminta untuk berdiri dengan
1 kaki dan dielevasikan 2 hingga 4 inchi pada sandaran. Elevasi kaki harus menghadap sisi
lengkung dari kelengkungan tulang belakang pasien. Pada PA dengan posisi terlungkup
merupakan hambatan pada pasien. Maka pada kedua posisi tersebut dapat dibantu dengan
mengelevasikan kaki pasien.
Keuntungan pada metode Ferguson adalah bisa mendeteksi adanya kelengkungan
yang sekunder pada pasien yang tidak bisa berdiri tegap tapi bisa duduk tegap. Pada pasien
yang duduk, diberikan bantalan 3 hingga 4 inchi yang diletakkan pada bokong pasien yang
menghadap ke arah sisi lengkung dari kelengkungan tulang belakang pasien. Ini akan cukup
untuk mengelevasikan dan dapat menunjukkan koreksi kelengkungan dengan posisi PA
tersebut.

20
Gambar 10. Proyeksi dengan posisi PA berdiri memperlihatkan 2
kelengkungan tulang belakang : kelengkungan lumbal primer 42o dan lanjutan dari
kelengkungan 16o berlokasi pada superior kelengkungan primer.1

3.Metode Lingmann-Cobb9
Metode lignman-cobb untuk derajat rotasi mengunakan prosesus spinosus sebagai
titik acuan. Normalnya prosesus spinosus terlihat pada titik tengah dari corpus vertebrae jika
tidak ada rotasi, jika terdapat rotasi maka prosesus spinosus akan bergeser melalui titik
kelengkungan kurva metode Moe untuk derajat rotasi menggunakan simetrisias pedikulus
sebagai titik acuannya dengan pergeseran pedikulus menandakan adanya rotasi vertebrae.

4.Metode Adam Greenspan10


Teknik terbaru untuk mengukur derajat skoliosis diperkenalkan oleh Adam Greenspan
Andis pada tahun 1978 dimana lebih akurat dalam mengukur deviasi setiap vertebrae. Teknik
ini disebut “scolioti index” mengukur setiap deviasi vertebrae dari garis spinal, yang
ditentukan melalui titik pada pusat vertebre, diatas vertebre yang diatasnya,atau dipusat dari
vertebre yang dibawahnya. Teknik ini berguna saat mengevaluasi segmen singkat atau
kelengkungan minimal,yang sering sulit untuk diukur dengan metode yang ada dan tambahan
untuk mengukur kelengkungan scoliosis.
21
.
Gambar 11. Indeks skoliosis10

5. Metode Nash-Moe
Poin lain yang tak kalah penting untuk dinilai dalam pemeriksaan radiologi adalah
menentukan kematangan rangka pasien secara fisiologis. Sebagaimana yang telah disebutkan
diatas, jika kematangan tulang seseorang telah sempurna, dengan derajat skoliosis kurang
dari 30 derajat, tidak dapat menunjukkan perbaikan yang bermakna. Untuk itu, sering pada
kasusu seperti ini disarankan untuk memberhentikan follow-up ataupun terapinya. Oleh karna
itu, skrining skoliosis sangat dianjurkan pada saat anak-anak.5

Beberapa metode dapat digunakan untuk menilai kematangan tulang. Posisi AP dari
tangan kiri dan sendi pergelangan tangan dapat dibandingkan dengan standardnya yang bisa
dilihat di atlas. Karena Krista iliaca bisanya digunakan dalam penelitian skoliosis, maka
indeks kematangan rangka juga sudah ditetapkan. Jika apophyse krista iliaca telah bertemu
dengan sacroiliaca junction, dan telah menempel dengan ilium, maka sudah hampir dapat
dipastikan bahwa kematangannya sudah komplit atau sempurna.5

22
Gambar 12. Penentuan kematangan tulang rangka5

Selain itu, bukti kematangan bisa juga dinilai dari tulang vertebraenya sendiri. Jika
endplatesnya telah bergabung dengan corpus vertebrae dan membentuk suatu kesatuan yang
solid, maka artinya kematangannya juga sudah sempurna.5

Gambar 13. penentuan kematangan vertebrae5

Faktor yang tidak kalah penting untuk menentukan skoliosis adalah menentukan
kematangan tulang rangka. Ini penting untuk prognosis dan pengobatan dari skoliosis,
terutama untuk skoliosis tipe idiopatik, karena adanya progresivitas dari pertumbuhan derajat
skoliosis selama tulang tersebut belum mencapai kematangan yang sempurna. Umur rangka
(skeletal age) dapat ditentukan dengan membandingkan radiografi dari tangan pasien, dengan
standar tertentu pada tiap-tiap umur, yang bisa dilihat di atlas radiografi. Ini juga bisa dinilai
melalui observasi radiologi dari ossifikasi dari tulang apophysis pada cincin vertebrae
(vertebral ring), atau dari ossifikasi pada apophysis iliaka.10

Gambar 14. Maturitas dari tulang10

5. Menentukan skoliosis dari ujung vertebrae.1

Identifikasi dari ujung kelengkungan dari tulang belakang sangat tepat menentukan
tipe kelengkungan, menentukan cara mengkoreksi dan menentukan tingkat penyatuan dari
tulang belakang. Ujung dari vertebra atau diskus dengan rotasi yang bermakna atau deviasi
dari bagian tengah kolumna vertebra. Bagian akhir dari vertebrae yang mengalami

23
kemiringan maksimal pada ujung dari kelengkungan dan menentukan jumlah sudut Cobb.
Neutral vertebrae atau vertebra yang normal akan memperlihatkan gambaran tidak ada rotasi
pada radiografi posisi frontal (PA atau AP) dengan pedikel yang normal dan simetris. Neutral
vertebrae memiliki kelengkungan yang sama pada bagian proksimal maupun distal.
Vertebrae yang stabil membelah atau sedikit terbelah pada garis vertikal di sakrum atau
Central Sacral Line (CSVL). CSVL garis vertikal yang dibentuk dari garis lurus ke garis
tangen yang digambarkan sepanjang bagian atas krista iliaka di radiografi. Ini dapat membagi
dua sakrum.

6. Metode King dan Lenke2

CSVL pada radiografi menunjukkan adanya ketidakstabilan pada vertebra.


Mengevaluasi keseimbangan bagian coronal vertebrae dan menentukan tipe dari
kelengkungan dengan menggunakan metode King dan Lenke.

Garis tegak lurus merupakan garis vertikal ke arah bawah dari bagian tengah vertebral
body servikal 7, berhubungan pada ujung lateral di radiografi. Ini digunakan untuk
mengevaluasi coronal balance dan standing frontal radiografi dan keseimbangan sagital
pada standing lateral radiografi. Coronal balance adalah evaluasi dengan menjumlahkan
jarak antara CSVL dan garis tegak lurus, dan sagital balance adalah evaluasi dengan
menjumlahkan jarak antara bagian posterosuperior dari vertebral body sakral 1 dan garis
tegak lurus. Ukuran coronal dan sagital, menunjukkan abnormal bila jarak lebih dari 2cm.
Pada ukuran coronal balance, garis tegak lurus berlokasi di kanan dari CSVL yang
menunjukkan reflek positif pada coronal balance, dimana garis tegak lurus yang berloksi di
kanan dari CSVL menunjukkan reflek negatif dari coronal balance. Ukuran dari sagital
balance, garis tegak lurus berada di anterior hingga posterosuperior bagian dari badan sakral
1 yang menunjukan reflek positif pada sagital balance, dimana garis tegak lurus dari posterior
hingga bagian posterosuperior dari badan sakral 1 yang menunjukkan reflek negatif dari
sagital balance.

Secara umum dapat diterima bahwa kelengkungan dibawah 50 derajat harus diterapi
secara konservatif. Pengobatan untuk mengatasi kelengkungan ini terdiri dari chiropractic

24
care dan adjunctive exercises. Jika kelengkungannya lebih dari 50 derajat, maka diperlukan
konsultasi ke ortopedi untuk kebaikan pasien dan pencegahan malpraktik bagi dokter.

Gambar 15. Struktural dan nonstruktural kelengkungan pada perempuan 14


tahun dengan skoliosis.1

Pada gambar a merupakan posisi AP berdiri tegak pada radiografi yang terlihat
dextroscoliosis pada upper thoracic level (segmen spinal antara garis putus-putus ; sudut
Cobb 58,8o) dan levoskoliosis pada level thorakolumbal (segmen spinal antara garis yang
tidak putus-putus; sudut Cobb, 32,6o).1

Pada gambar b merupakan posisi membungkuk ke kanan yang memperlihatkan sudut


Cobb adalah 32o (>25o) dengan kelengkungan ke arah kanan pada upper thoracic level,
mengindikasikan merupakan kelengkungan yang structural.1

Pada gambar c merupakan posisi membungkuk ke kiri memperlihatkan sudut Cobb


15o(<25o) dengan kelengkungan ke arah kiri pada level thorakolumbal mengindikasikan
merupakan kelengkungan yang nonstruktural.1

25
Gambar 16. Pengukuran pada garis koronal dan sagital dari vertebra pada
berdiri lurus pada radiografi perempuan usia 11 tahun.1

Pada gambar a terlihat radiografi yang memperlihatkan jarak (panah) 1,8cm dari garis
tegak lurus (garis putus-putus) menggambarkan penurunan dari bagian tengah vertebral body
cervikal 7 berhubungan dengan ujung lateral radiografi dan CSVL (garis tidak putus-putus).
Adanya sedikit jarak menandakan ketidakseimbangan bagian atas (≥ 2cm).1

Pada gambar b didapatkan radiografi dengan jarak yang memendek (panah) antara
garis tegak lurus (garis putus-putus) dan bagian posterosuperiot dari vertebral body sakral 1
(panah atas) adalah 1,7cm kurang dari ketidakseimbangan sagital.1

1.9 Tatalaksana9

26
Jenis terapi yang dibutuhkan untuk skoliosis tergantung pada banyak faktor. Sebelum
menentukan jenis terapi yang digunakan, dilakukan observasi terlebih dahulu. Terapi
disesuaikan dengan etiologi, umur skeletal, besarnya lengkungan, dan ada tidaknya
progresivitas dari deformitas. Keberhasilan terapi sebagian tergantung pada deteksi dini dari
skoliosis.

A. Obat
Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
kemungkinan infeksi baik dari alat ataupun pembedahan, bukan untuk mengobati skoliosis.

Obat yang digunakan antara lain :

1. Analgesik

 Asam asetil salisilat 3x500 mg


 Paracetamol 3x500 mg
 Indometacin 3x25 mg

2. NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug)

B. Fisioterapi

1. Terapi panas, dengan cara mengompres


2. Alat penyangga, digunakan untuk skoliosis dengan kurva 25°-40° dengan skeletal
yang tidak matang (immature).

Alat penyangga tersebut antara lain :

 Penyangga Milwaukee

Alat ini tidak hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus, tetapi alat
ini juga mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri untuk menyokong dan
mempertahankan proses perbaikan tersebut. Penyangga harus dipakai 23 jam sehari. Alat
penyangga ini harus terus digunakan terus sampai ada bukti objektif yang nyata akan adanya
kematangan rangka dan berhentinya pertumbuhan tulang belakang selanjutnya. tulang
belakang pada anak yang bertumbuh.

27
Gambar 17. Alat penyangga Milwaukee untuk meluruskan9

 Penyangga Boston

Suatu penyangga ketiak sempit yang memberikan sokongan lumbal atau torakolumbal
yang rendah. Penyangga ini digunakan selama 16-23 jam sehari sampai skeletalnya matur.
Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki deformitas yang tidak dikehendaki
oleh pasien. bagian lumbal atau torakolumbal.

Gambar 18. Alat penyangga Boston dapat digunakan pada skoliosis9

28
3. Terapi Stimulasi Otot-Otot Skoliosis
Kunci dari terapi ini adalah rehabilitasi dari otot dan ligamen yang menyangga
tulang belakang. Rehabilitasi otot harus melalui sistem saraf pusat dengan tujuan
agar pasien dapat meningkatkan kekuatan otot sehingga otot dapat menyangga
tulang belakang dengan posisi yang benar tanpa bantuan alat penyangga.

Gambar 19. Terapi stimulasi otot

C.Tindakan Pembedahan

Umumnya, jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien skeletalnya imatur,
operasi direkomendasikan. Lengkung dengan sudut besar tersebut, progresivitasnya
meningkat secara bertahap, bahkan pada masa dewasa. Tujuan terapi bedah dari skoliosis
adalah memperbaiki deformitas dan mempertahankan perbaikan tersebut sampai terjadi fusi
vertebra. Beberapa tindakan pembedahan untuk terapi skoliosis antara lain :

 Penanaman Harrington rods (batangan Harrington)


Batangan Harrington adalah bentuk peralatan spinal yang dipasang melalui
pembedahan yang terdiri dari satu atau sepasang batangan logam untuk meluruskan
atau menstabilkan tulang belakang dengan fiksasi internal. Peralatan yang kaku ini
terdiri dari pengait yang terpasang pada daerah mendatar pada kedua sisi tulang
vertebrata yang letaknya di atas dan di bawah lengkungan tulang belakang.

29
Keuntungan utama dari penggunaan batangan Harrington adalah dapat mengurangi
kelengkungan tulang belakang ke arah samping (lateral), pemasangannya relatif sederhana
dan komplikasinya rendah. Kerugian utamanya adalah setelah pembedahan memerlukan
pemasangan gips yang lama. Seperti pemasangan pada spinal lainnya , batangan Harrington
tidak dapat dipasang pada penderita osteoporosis yang signifikan.

Gambar 20. Penggunaan batangan Harrington

 Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset

Peralatan Cotrell-Dubousset meliputi pemasangan beberapa batangan dan pengait


untuk menarik, menekan, menderotasi tulang belakang. Alat yang dipasang melintang
antara kedua batangan untuk menjaga tulang belakang lebih stabil.

Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset spinal dikerjakan oleh dokter ahli bedah


yang berpengalaman dan asistennya

2.10 Prognosis

Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan. Semakin


besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa

30
pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki
prognosis yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain
kemungkinan timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin bertambah.
Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis
yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu
memiliki penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu
tujuan dari pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi
roda.
Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang
mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali
pembedahan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Skoliosis merupakan deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi


vertebra ke arah lateral dan rotasional. Skoliosis didefinisikan sebagai kelengkungan tulang
belakang ke arah lateral yang memiliki sudut Cobb lebih dari 10o.

Penyebab umum dari skoliosis meliputi neuromuskular dan idiopatik. Skoliosis dibagi
menjadi dua yaitu, skoliosis struktural dan non struktural. Gejala dari skoliosis berupa

31
kelengkungan abnormal ke arah samping bahu dan pinggul tidak sama tinggi, nyeri
punggung, kelelahan pada tulang belakang dan gangguan pernafasan.

Untuk menegakkan diagnosis skoliosis diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik


serta pemeriksaan penunjang, sedangkan untuk terapi disesuaikan dengan etiologi, umur
skeletal, besarnya lengkungan, dan ada tidaknya progresivitas dari deformitas. Keberhasilan
terapi sebagian tergantung pada deteksi dini dari skoliosis. Prognosis tergantung kepada
penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://fisiosby.com/2007/03/anatomi-fungsional-vertebrae/
2. Wim de jong, Sjamsuhidajat. 2004. Buku ajar ilmu bedah, skoliosis. Jakarta: EGC.
Halaman 832-834.
3. Reksoprodjo, soelarto. Ilmu bedah, skoliosis. Tangerang : Binarupa Aksara. Halaman
591.
4. Rasjad, Chairuddin. 2009. Pengantar ilmu bedah ortopedi, skoliosis. Jakarta : pt yarsif
wantampone. Halaman 241-245.
5. http://www.scribd.com/doc/138873392/skoliosis
6. http://www.scribd.com/doc/83262091/MAKALAH-SKOLIOSIS
32
7. http://www.scribd.com/doc/44564724/MAKALAH-SKOLIOSIS
8. http://www.scribd.com/doc/106225563/Patofisiologi-Scoliosis
9. http://www.operasidijerman.com/skoliosis.html.
10. http://organisasi.org/macam-jenis-gangguan-pada-tulang-dan-sendi-tulang-manusia-pengertian-arti-definisi-
penyakit.

33

You might also like