Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil (PNS), sangat penting dan
menentukan dalam setiap kegiatan pemerintahan. PNS sebagai abdi negara, abdi
masyarakat, pelaksana pemerintahan dituntut untuk menyelenggarakan
pembangunan dalam mencapai tujuan nasional.
Peranan PNS yang begitu besar perlu memperoleh pembinaan. Pada masa
Demokrasi Liberal, PNS kurang mendapat perhatian. Karena saat itu ada permainan
politik yang tidak wajar dari partai politik/golongan tertentu, sehingga
menimbulkan kekacauan di bidang kepegawaian. Akibatnya, sering terjadi di
antara pegawai yang satu kantor, tetapi tidak satu partai/golongan, terdapat suasana
saling curiga mencurigai, saling mencari kesalahan dan sulit menciptakan suasana
kerja sama. Pada hal kerja sama merupakan salah satu unsur penting dalam suatu
organisasi. Banyak perkerjaan terlantar dan menimbulkan ketidakpuasan
masyarakat. Akibat selanjutnya, timbul hierarki disiplin dan loyalitas ganda, yaitu
di satu pihak ia harus tunduk kerpada atasannya, di lain pihak ia harus tunduk pula
kepada pimpinan partai politik. PNS dalam kondisi apapun sebenarnya tetap
melaksanakan tugas, kewajiban dan peranannya.
B. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
Pada era Orde Baru, ketentuan yang mengatur PNS berkaitan dengan partai
politik adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan
Golongan Karya. Dalam pasal 8 ayat (2) menetapkan bahwa (a) PNS dapat menjadi
anggota Partai Politik dan Golongan Karya dengan sepengetahuan pejabat yang
berwenang; (b) PNS yang memegang jabatan-jabatan tertentu tidak dapat menjadi
anggota Partai Politik dan Golongan Karya, kecuali dengan izin tertulis dari
pejabat yang berwenang. Ketentuan pasal 8 asyat (2) ini, secara normatrif
memberikan kebebasan kepada PNS untuk menjadi anggota Partai Politik dan
Golongan Karya, namun secara realistis izin tersebut menjadi permasalahan hukum
tersendiri. Pemberian izin pada masa Orde Baru sering disalahgunakan oleh
pejabat yang berwenang. Izin digunakan sebagai alasan penolakan dengan alasan
mengganggu pelaksanaan tugas.
Dominasi Golkar dalam hal ini tidak berjalan sendiri karena terdapat
kelompok berkekua yang mendukungnya, yaitu militer dan birokrasi. Dalam kiprah
politiknya selama Orde Baru, pengaruh militer sangat dalam terhadap Golkar.
Dewan pembina yang memiliki kekuasaan sangat besar ketika itu diduduki Presiden
Soeharto yang merupakan personifikasi dari kekuatan militer Indonesia. Disamping
itu sebagai penguasa pemerintahan, Soeharto juga secara tidak langsung berkuasa
atas para birokrat beserta jajarannya (bahkan hingga lingkaran keluarga birokrasi).
Hal inilah yang menunjukan sinergisitas pengelolaan kekuasaan yang dilakukan
oleh Golkar untuk menghegemoni kekuatan politik di Indonesia pada era Orde
Baru.
Menurut Muslim Mufti aktivitas politik pada zaman orde baru didominasi
oleh ABRI, Birokrat, dan Golkar sebagai sebuah kekuatan politik nasional. Dalam
hal ini Orde Baru senantiasa diidentikan dengan dominasi kekuatan militer dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini termanifestasikan kedalam konsep dwi
fungsi ABRI dalam penyelenggaraan pemerintahan, khususnya perluasan peranan
dan fungsi militer kedalam jabatan politik dan struktur pemerintahan pada masa itu.
Perluasan disini dilakukan untuk membuka akses pengawasan dan keterlibatannya
ke seluruh lapisan dan struktur pemerintahan sipil. Dengan demikian militer
memiliki akses, peranan dan fungsi yang tersebar luas dalam setiap lini struktur
pemerintahan secara bertingkat dan berkelanjutan. Dalam hal ini dwi fungsi ABRI
memiliki tugas pokok untuk menciptakan dan melindungi stabilitas nasional dengan
membenarkan keterlibatan tentara kedalam seluruh aspek kehidupan masyarakat
guna menjaga kedaulatan bangsa. Dengan melihat kembali pemberlakuan dwi
fungsi ABRI maka dapat diketahui bahwa sektor ekonomi yang dijadikan sebagai
panglima pembangunan dan stabilitas ekonomi yang dijadikan orientasi dari
pembangunan itu sendiri, dimana militer diberdayakan sebagai alat pertahanan
kekuasaan penguasa untuk dapat melakukan konfrontasi terhadap segala macam
pemberontakan terhadap penguasa
http://wisnualdhi666.blogspot.co.id/2016/06/sistem-birokrasi-masa-orde-
baru.html
http://korpspegawairepublikindonesia.blogspot.co.id/2008/11/pns-dan-parpol.html
http://muhammadekoatmojo.blogspot.co.id/2014/11/rekrutmen-birokrasi-di-
indonesia.html
http://anggia-megani.blogspot.co.id/2012/06/perbandingan-sistem-
kepegawaian.html
https://danielmaringantua.wordpress.com/2015/01/23/golkar-sebagai-kekuatan-
politik-di-era-orde-baru-1971-1982/