Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
J510170090
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Sdr. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 13 tahun
Alamat : Genten, Karanganyar
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mata kanan tersasa nyeri dan pandangan kabur sejak 2 minggu yang lalu
Keluhan Tambahan
Kemerahan pada mata kanan dan silau
Riwayat penyakit sekarang:
penglihatan mata kanan kabur dan terasa nyeri sejak 2 minggu yang lalu.
Keluhan ini muncul secara tiba-tiba disertai dengan kemerahan pada mata
kanan. Keluhan juga disertai dengan mata sering keluar air sejak 4 hari
yang lalu disertai penglihatan yang menurun seperti ada yang menghalangi
dan silau pada mata kanan. Kadang pasien juga sering merasa pusing saat
siang hari menjelang sore hari. Oleh pasien sering di kucak. Riwayat
trauma diakui pasien mengaku mata kanan terkena jarum pentul saat
berdarah sebelumnya pasien tidak demam, batuk dan pilek. Pasien Tidak
Riwayat DM disangkal
Riwayat pengobatan:
Pasien sudah berobat ke dokter umum dan diberi obat tetes dan kapsul,
Riwayat Psikososial :
Merokok +, alcohol-
OD OS
2/60 Visus 5/5
Sentral Kedudukan bola mata Sentral
Baik ke segala arah Pergerakan bola mata Baik ke segala arah
Udem(-), hiperemis(-) , Palpebrae Udem(-),
Hematom- hiperemis(-) ,
Hematom(-)
Injeksi Konjungtiva (-), Konjungtiva Injeksi Konjungtiva
(-)
Hiperemis, kedalaman Bilik mata depan Hiperemis, kedalaman
dangkal ,cell flare + cukup
Coklat, iris reguler , kripte Iris Coklat, iris reguler,
(+)
Keruh ringan Lensa Jernih
Tidak dilakukan Vitreous Humour Tidak dilakukan
6/5.5 Tonometer 5/5.5
V. RESUME
kabur dan nyeri sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan ini muncul secara tiba-
siliar (+), pupil miosis anisokor, reflex pupil lambat, sinekia posterior, cell
flare+. Riwayat trauma diakui pasien mengaku mata kanan terkena jarum
pentul saat bermain pasien mengakui setelah terkena jarum mata kanan
sempat berdarah
DEFINISI
PATOFISIOLOGI
keruh
seperti herpes, toxoplasmois dan sifilis; ada yang menyebutkan bahwa terjadi
reaksi imun untuk melawan molekul-molekul asing atau antigen tersebut yang
juga melukai sel-sel dan pembuluh darah uvea, selain itu, uveitis juga dapat
terjadi akibat reaksi toksin dari patogen yang ada dalam tubuh tersebut.
terjadinya infeksi atau pada jaringan yang terluka untuk melawan antigen.
respon semula. Situasi ini akan berakhir dengan proses inflamasi kronik
ETIOLOGI
Psoriasis
1. Infeksi
a. Virus
CMV, herpes simpleks, herpes zoster, rubella, rubeola, HIV, Epstein Barr,
a. Bakteri
Mycobacterium tuberkulosis, brucellosis, sifilis, Nocardia, Neisseria
b. Fungus
c. Parasit
KLASIFIKASI
Penyakit Penyabab
Anterior Akut Granulomatosa Infeksi
Posterior Kronis Non- Autoimun
Granulomatosa
Rekuren Sistemik
retinokoroiditis
Basal.
Panuveitis
posterior
Perjalanan Akut Kronik
Rekurens Sering Kadang
MANIFESTASI KLINIS
- Injeksi silier
- Fotofobia
- Blepharospasme
- Penglihatan suram
- Palpebra bengkak
- Edema
- Hipopion
- Iris edema
- Sinekia posterior
UVEITIS ANTERIOR
5,5 tahun. Pada sebagian besar kasus, onset uveitis tersebut tidak tampak
nyata, uveitis ini baru disadari setelah anak tersebut mempunyai warna yang
berbeda pada kedua mata, berbeda ukuran dan bentuk pupil, atau timbulnya
strabismus.
Tanda klinis utama uveitis pada JRA ini adalah adanya sel-sel dan kilauan
merah dalam kamera anterior, presipitat keratik putih berukuran kecil sampai
sedang dengan atau tanpa bintik-bintik fibrin pada endotel, sinekia posterior,
katarak berkomplikasi, aneka bentuk glaukoma sekunder edema makular dan
pemeriksaan mata, tampak injeksi siliar dan adanya presipitat keratik putih
sakroiliaka.
Artl’s Triangle
difus limfosit dan sel plasma. Unilateral merupakan ciri khas penyakit ini.
Onset tidak jelas, tanpa rasa sakit, kemerahan maupun fotofobia. Pasien sering
Dengan slit lamp atau kaca pembesar akan tampak deposit putih halus
tersebar merata pada permukaan posterior kornea. Juga tampak flare dan sel-
Uveitis yang terinduksi lensa atau fakogenik adalah uveitis yang timbul
akibat reaksi autoimun sekunder terhadap antigen lensa. Kasus ini terjadi pada
pasien yang lensa matanya mengalami katarak hipermatur. Kapsul lensa bocor,
reaksi radang. Mata memerah dan sedikit sakit, pupil kecil, dan penglihatan
Uveitis terinduksi lensa yang lebih berat dapat timbul setelah operasi
kabur.
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
Pemeriksaan fisik tidak jauh berbeda dengan gejala yang dapat timbul
pada uveitis, hasil pemeriksaan yang didapat bervariasi tergantung dari lokasi,
Konjungtiva
Kornea
Presipitat keratik awal biasanya berwarna putih dan akan menjadi lebih
berpigmen dan mengkerut seiring dengan berjalannya waktu. Selain itu, pada
terdapat skar pada stroma pada kasus keratouveitis pada herpes. Mekanisme
Iris
Ditemukan sinekia anterior yaitu iris melekat pada kornea maupun sinekia
posterior yaitu iris melekat pada lensa. Bila proses berlanjut terus maka akan
Iris Bombé
Terdapat nodul yang terdiri atas kelompok sel-sel putih tampak di tepian
pupil iris (Nodul Koeppe bila timbul pada batas pupil, dan Nodul Bussaca
bila timbul pada stroma iris) atau terdapat granuloma yang nyata.hal ini
terhadi pada uveitis granulomatosa. Adanya atrofi iris pada beberapa bagian
saja merupakan ciri khas pada penyakit herpes. Pada pemeriksaan pupil, akan
Lensa
Katarak biasanya terjadi pada uveitis yang telah berlangsung lama atau pada
yang pada umumnya terlihat pada uveitis intermediate dan sarkoidosis. Selain
itu, juga tampak adanya traksi pada retina, atau pembentukan membran
PEMERIKSAAN PENUNJANG
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik agar dapat dilakukan pemeriksaan
terapi, atau bila uveitis yang terjadi bilateral atau granulomatosa atau rekuren,
LED
Titer Lyme
Tes Mantoux
ELISA
HLA B27
Fluorescein angiography
Lumbal Pungsi
Kultur vitreous
dan indikasi yang jelas. Dengan indikasi yang jelas, maka pemeriksaan tersebut
baru akan bernilai diagnostik. Tidak ada aturan pasti yang menentukan
pemakaian pemeriksaan-pemeriksaan tersebut. Kuncinya adalah dengan
DIAGNOSIS
diagnosis yang tepat sehingga faktor penyebab dapat ditangani dengan baik.
Pemeriksaan Fisik
bola mata, periksa setiap jaringan bola mata dengan slit lamp, lakukan
DIAGNOSA BANDING
akut akut
Injeksi Silier /pericorneal Dari Kongestif
vascular fornikslimbus
Pupil Miosis ireguler Normal Paresis sfingter
pupil(iridoplegi)
Reflek Pupil + lambat + normal -
Visus << atau normal Normal Sangat menurun
TIO >> atau normal Normal >> 80 mmHg,
PAS+
Kornea Keratiitik presipitat Normal Edema
(KP)
BMD Dangkal – menutup Normal Tertutup
Sekret - + -
PENATALAKSANAAN
timbul baik dari penyakitnya itu sendiri maupun dari terapi yang diberikan.
Kortikosteroid
asetat.
biasanya muncul pada uveitis anterior akut dan untuk melepaskan sinekia
KOMPLIKASI
- Sinekia anterior
- Sinekia posterior
- Katarakak komplikata
- Glaukoma sekunder
- Oklusi pupil
- Endoftalmitis
timbul pada uveitis menahun. Operasi katarak sebaiknya dilakukan 3-4 bulan
Ablasio retina dapat timbul akibat traksi atau tarikan pada retina oleh
periokular dapat digunakan untuk terapi edema makular, jika tidak berhasil,
PROGNOSIS
Uveitis merupakan kondisi penyakit yang berpotensi dalam menimbulkan
kebutaan. Uveitis juga dapat berakhir dengan komplikasi yang serius pada
Katarak Komplikata
I. Definisi
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain
seperti radang, dan proses degenerasi (ablasio retina, retinitis pigmentosa,
glaukoma, iskemia okular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu
trauma dan pasca bedah mata).
II. Etiologi
Katarak dapat diakibatkan oleh :
Penyakit Lokal
Glaukoma
Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa
perubahan atau gejala patologis yang di tandai dengan peningkatan
tekanan intra okular ( TIO) dengan segala akibatnya. Glaukoma
memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola
mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.
Glaukoma dapat timbul secara perlahan dan menyebabkan
hilangnya pandangan ireversibel tanpa timbulnya gejala lain yang nyata
atau dapat timbul secara tiba-tiba dan menyebabkan kebutaan dalam
beberapa jam. Jika peningkatan TIO lebih besar dari pada
toleransi jaringan, kerusakan terjadi pada sel ganglion retina, merusak
diskus optikus sehingga menyebabkan atrofi saraf optik dan hilangnya
pandangan perifer.
Glaukoma pada saat serangan akut dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan cairan lensa subkapsul anterior. Bentuk kekeruhan ini
berupa titik-titik yang tersebar sehingga dinamakan katarak pungtata
subkapsular diseminata anterior atau dapat disebut menurut penemunya
katarak Vogt, bisa juga kekeruhan seperti porselen / susu tumpah di meja
pada subkpasul anterior. Katarak ini bersifat reversibel dan dapat hilang
bila tekanan bola mata sudah terkontrol
Uveitis
Miopia maligna
Trauma
Fisik (Radiasi)
Secara medis mata bertugas menerima sinar, namun tidak semua
sinar baik untuk mata. Sinar yang tidak terlihat oleh mata adalah sinar
yang tidak baik. Misalnya, sinar ultraviolet dan infra merah. Keuntungan
kita adalah mata kita memiliki kemampuan untuk menahan sinar tersebut.
Namun, bila secara terus menerus terpapar sinar juga tidak baik karena
berakibat mata akan rusak. Ultraviolet merusak kornea, sedangkan infra
merah merusak lensa yang menyebabkan katarak.
Dr. Janes mengungkapkan bahwa, sinar yang tidak terlihat mata
dengan panjang gelombang di bawah 400 nm atau di atas 750nm sangat
tidak baik karena mata tidak bereaksi terhadap sinar yang tidak terlihat itu.
Contoh ekstrimnya, radiasi karena rontgen atau bomatom. Kedua hal itu,
paling berpengaruh merusak mata. Tragedi Nagasaki dan Hiroshima
diJepang, yang dalam angka menyebutkan bahwa, 10 persen penduduk
yang tinggal dalam radius 1 km yang dijatuhkan bom menderita katarak.
Fisik (Tembus dan Tak tembus)
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada
pembuluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan
perdarahan dalam bilik mata depan. Iris bagian perifer merupakan bagian
paling lemah. Suatu trauma yang mengenai mata akan menimbulkan
kekuatan hidraulis yang dapat menyebabkan hifema dan iridodialisis, serta
merobek lapisan otot spingter sehingga pupil menjadi ovoid dan non
reaktif. Tenaga yang timbul dari suatu trauma diperkirakan akan terus ke
dalam isi bola mata melalui sumbu anterior posterior sehingga
menyebabkan kompresi ke posterior serta menegangkan bola mata ke
lateral sesuai dengan garis ekuator. Hifema yang terjadi dalam beberapa
hari akan berhenti, oleh karena adanya proses homeostatis. Darah dalam
bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi jernih kembali.
Katarak Zonular dan lamelar, bentuk ini sering ditemukan pada orang
muda yang sesudah trauma. Penyebabnya karena adanya perubahan
permeabilitas kapsul lensa yang mengakibatkan degenerasi lapisan
kortek supersial. Trauma tumpul akibat tinju atau boladapat
menyebabkan robekan kapsul, walaupun tampa trauma tembus mata.
Bahan-bahan lensa dapat keluar melalui robekan kapsul ini dan bila
diabsorbsi maka mata akan menjadiafakia.
d. Katarak traumata desiminata subepitel (ditemukan oleh Vogt)
IV. Terapi
Operasi
Pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Pembedahan
dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan
bantuan kaca mata untuk melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa
penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanya dengan
mengganti kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih
kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak
mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.
Indikasi operasi :
Indikasi sosial : jika pasien mengeluh adanya gangguan
penglihatan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari
Indikasi medis : bila ada komplikasi seperti glaukoma
Indikasi optik : jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari
jarak 3 m kemudiandidapatkan hasil visus 3/60
Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan
menggantinya dengan lensa buatan
Pengangkatan Lensa
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat
lensa :
A.) ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction) atau EKEK
Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya. Untuk
memperlunak lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa
melalui sayatan yangkecil, digunakan gelombang suara
berfrekuensi tinggi (fakoemulsifikasi). Termasuk kedalam
golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi. Pembedahan ini
dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan
endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensaintra okular,
kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan
presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata
mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca
bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder.
B.) ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK
Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum
dilakukan pada katarak senil. lensa beserta kapsulnya dikeluarkan
dengan memutus zonula Zinn yang telah mengalami degenerasi.
Pada saat ini pembedahan intra kapsuler sudah jarang dilakukan.
Penanaman Lensa baru
Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya
akan mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah
diangkat. Lensa buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut
lensa intraokular, biasanya lensa intraokular dimasukkan ke dalam
kapsul lensa di dalam mata.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta Prof.dr, Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Indonesia Edisi
Ke 3 Jakarta: 2008
Nova Faradilla. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas Kedokteran
University of Riau
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto.
Jakarta:2002
Sidarta, Ilyas. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Sidarta, Ilyas. 2002. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto
Sidarta, Ilyas. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. pp : 205-8.
Sidarta, Ilyas. Dasar-dasar Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3.
2009. Jakarta: Balai Pustaka FKUI
Vaughan, D. G.; Asbury, T. Oftalmologi Umum edisi 14. Widya Medika. Jakarta:
2000.