You are on page 1of 12

LAPORAN

PERCOBAAN PENGARUH DETERGEN


TERHADAP IKAN SERIBU

Disusun oleh :
1. Ovi Rofita
2. Laely Fitri
3. Jamilatul H
4. Rio Hernando

JALAN RAYA SITUBONDO, PRAJEKAN, BONDOWOSO


TAHUN AJARAN 2013-2014
I. LATAR BELAKANG
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat seperti danau,
sungai, lautan, dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air
adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian
dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan polutan dan sedimen.

Pencemaran air merupakan masalah yang global utaama yang membutuhkan


evaluasi dan kebijakan sumber daya air. Salah satu yang menyebabkan pencemaran air
adalah penggunaan detergen.polutan adalah zat yan dapat mencemari lingkungan.
Detergen merupakan polutan. Detergen adalah campuran berbagai bahan yang di
gunakan untuk membantu membersihkan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak
bumi. Jika lingkungan perairan sudah tercemar oleh limbah detergent maka akan
mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi
biota tersebut.salah satu biota yang terkena dampak dari pengguaan detergen adalah ikan.

II. TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dari percobaan tersebut yaitu:

 Untuk mengetahui pengaruh detergen terhadap pernapasan ikan


 Untuk mengetahui bagaimana pengaruh larutan detergen terhadap fisik ikan.

III. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengaruh detergen terhadap pernapasan ikan?


2. Bagaimana pengaruh larutan detergen terhadap fisik ikan.

IV. MANFAAT

Manfaat dari percobaan tersebut yaitu :


1. Dapat mengetahui pengaruh detergen terhadap ikan
2. Mengetahui bagaimana pengaruh larutan detergen terhadap fisik ikan.

V. WAKTU DAN TEMPAT


A. Tempat
Eksperimen ini di lakukan di lab biologi SMA N 1 PRAJEKAN
B. waktu
Eksperimen di lakukan pada tanggal 19 MEI 2014 . Pada pukul 07.00-08.30
WIB

VI. STUDY PUSTAKA


A. DETERGEN
1. Pengertian detergen

Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu


pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun,
deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak
terpengaruh oleh kesadahan air.

Detergen sudah sangat akrab di kehidupan kita, terutama bagi ibu rumah tangga.
Detergen digunakan untuk mencuci pakaian. Untuk menyempurnakan kegunaannya,
biasanya pabrik menambahkan Natrium Perborat, pewangi, pelembut, Naturium Silikat,
penstabil, Enzim, dan zat lainnya agar fungsinya semakin beragam. Tapi diantara zat-zat
tersebut ada yang tak bisa dihancurkan/dilarutkan oleh mikroorganisme sehingga otomatis
menyebabkan pencemaran lingkungan. Apabila air yang mengandungi detergen dibuang ke
dalam air, tercemarlah air dan pertumbuhan Alga yang sangat cepat. Hal ini akan
menyebabkan kandungan oksigen dalam air berkurangan dan otomatis ikan, tumbuhan laut,
dan kehidupan air lainnya mati. Selain itu limbah Detergen juga menyebabkan pencemaran
tanah yang menurunkan kualitas kesuburan tanah yang mengakibatkan tanaman serta
hidupan tanah termasuk cacing mati. Padahal cacing bisa menguraikan limbah organik, non
organik & menyuburkan tanah.

2. Bahan detergen

Bahan utamanya ialah garam natrium yaitu asam organik yang dinamakan asam sulfonik.
Asam sulfonik yang digunakan dalam pembuatan detergen merupakan molekul berantai
panjang yang mengandungi 12 hingga 18 atom karbon per molekul.

Detergen pertama disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium dari alkyl hydrogen
sulfat. Alkohol berantai panjang dibuat dengan cara penghidrogenan lemak dan minyak.

Alkohol berantai panjang ini direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil
hydrogen sulfat yang kemudian dinetralkan dengan basa.

Natrium lauril sulfat adalah detergen yang baik. Karena garamnya berasal dari asam kuat,
larutannya hampir netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap dalam
larutannya, sehingga dapat dipakai dengan air lunak atau air sadah. Pada masa kini, detergen
yang umum digunakan adalah alkil benzenasulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalui
tiga tahap. Alkena rantai lurus dengan jumlah karbon 14-14 direaksikan dengan benzena dan
katalis Friedel-Craft (AlCl3 atau HF) membentuk alkil benzena. Sulfonasi dan penetralan
dengan basa melengkapi proses ini.

Rantai alkil sebaiknya tidak bercabang. Alkil benzenasulfonat yang bercabang bersifat
tidak dapat didegradasi oleh jasad renik (biodegradable). Detergen ini mengakibatkan
masalah polusi berat pada tahun 1950-an, yauti berupa buih pada unit-unit penjernihan serta
disungai dan danau-danau. Sejak tahun 1965, digunakan alkil benzenasulfonat yang tidak
bercabang. Detergen jenis ini mudah didegradasi secara biologis oleh mikroorganisme dan
tidak berakumulasi dilingkungan kita.

3. Macam –macam detergen

Berdasarkan bentuk fisiknya, deterjen dibedakan atas:

1. Deterjen Cair

Secara umum deterjen cair hampir sama dengan deterjen bubuk. Yang membedakan
cuma bentuk fisik. Di indonesia setahu saya deterjen cair ini belum dikomersilkan, biasanya
digunakan untuk laundry modern menggunakan mesin cuci yang kapasitasnya besar dengan
teknologi canggih.

2. Deterjen krim

Bentuk deterjen krim dengan sabun colek hampir sama tetapi kandungan formula bahan
baku keduanya berbeda.

3. Deterjen bubuk,

Jenis deterjen bubuk ini yang beredar dimasyarakat atau dipakai sewaktu mencuci
pakaian. Berdasarkan keadaan butirannya, deterjen bubuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu
deterjen bubuk berongga dan deterjen bubuk padat. Perbedaan bentuk butiran kedua kelompok
tersebut disebabkan oleh perbedaan proses pembuatannya.

A. Deterjen bubuk berongga.

Deterjen bubuk berongga mempunyai ciri butirannya berongga seperti bola sepak yang
didalamnya berongga. Butiran deterjen jenis berongga ini dihasilkan oleh proses spray drying (
proses pengabutan dilanjutkan dengan proses pengeringan). Kelebihan deterjen bubuk berongga
dengan deterjen bubuk padat adalah deterjen bubuk berongga tampak volumenya lebih besar.

B. Deterjen bubuk padat.

Bentuk butiran deterjen bubuk padat bentuknya seperti bola tolak peluru, yaitu semua bagian
butirannya terisi oleh padatan sehingga tidak berongga. Butiran deterjen yang padat ini
merupakan hasil olahan dari proses pencampuran kering (dry mixing). Kekurangan deterjen
bubuk padat ini tampak volumenya tidak besar sehingga kelihatan sedikit.

4. Sifat-sifat detergen

Deterjen mempunyai sifat-sifat yaitu dapat melarutkan lemak dan tak dipengaruhi kesadahan

B. IKAN SERIBU
1. Pengertian ikan seribu

ikan Guppy dengan nama ilmiahnya (Poecilia reticulata) ditemukan oleh Robert John
Lechmere Guppy, seorang yang berkebangsaan Inggris, di Trinidad pada tahun 1850. Sejak
saat itu nama Guppy digunakan sebagai nama populer untuk ikan ini.

Adapun klasifikasi dari ikan guppy ini yaitu :

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Actinopterygii

Ordo: Cyprinodontiformes

Famili: Poeciliidae

Genus: Poecilia

Spesies: P. reticulate

Guppy dijuluki ikan ‘seribu’ (million fish) karena ikan ini gampang dan cepat sekali
berkembang biak. Guppy alam / liar pernah juga digunakan sebagai alat untuk membasmi
jentik nyamuk malaria. Kemampuannya untuk melahap jentik nyamuk terbukti efektif untuk
meredam perkembangan malaria. Sampai sekarang guppy alam dapat dengan mudah
ditemukan di kolam, parit dan sungai kecil. Guppy selain dikenal sebagai ikan yang gampang
berkembang biak juga memiliki julukan ikan ‘pelangi’ karena pola warna yang beragam dan
banyak corak baru yang muncul saat dikawinsilangkan.

2. Ekologi dan reproduksi


Gupi liar dari Ciliwung. Jantan diapit oleh dua betina

Gupi liar. Jantan berada di sebelah kiri

Gupi adalah ikan yang sangat peridi[3]. Masa kehamilan ikan ini berkisar antara
21–30 hari (rata-rata 28 hari) bergantung pada suhu airnya. Suhu air yang paling cocok
untuk berbiak adalah sekitar 27 °C (72 °F).

Alih-alih bertelur, ikan gupi mengandung dan melahirkan anaknya (livebearers).


Setelah ikan betina dibuahi, daerah berwarna gelap di sekitar anus yang dikenal sebagai
‘bercak kehamilan’ (gravid spot) akan meluas dan bertambah gelap warnanya. Menjelang
saat-saat kelahirannya, bintik-bintik mata anak-anak ikan dapat terlihat dari kulit perut
induknya yang tipis dan menerawang. Seekor induk gupi dapat melahirkan burayak (anak
ikan) antara 2–100 ekor pada setiap kelahiran, namun kebanyakan antara 5–30 ekor saja.
Beberapa jam setelah persalinan, induk gupi telah siap untuk dibuahi lagi.

Begitu keluar dari perut induknya, anak-anak gupi telah mampu hidup sendiri.
Berenang, mencari makanan, dan menghindari musuh-musuhnya. Anak-anak gupi ini
umumnya akan terus bergabung dengan kelompoknya, dan dengan ikan-ikan lain yang
lebih besar. Namun gupi yang telah dewasa tidak akan segan-segan memangsa burayak
yang berukuran jauh lebih kecil; sehingga apabila dipelihara di akuarium, anak-anak ikan
ini perlu dipisahkan dari ikan-ikan dewasa. Burayak-burayak ini, apabila selamat, akan
mencapai kedewasaan pada umur satu atau dua bulan saja. Itulah sebabnya ikan ini
dengan segera dapat melipat-gandakan jumlah anggota kelompoknya, sehingga dinamai
juga ikan seribu.

Sirip dubur pada ikan jantan mengalami perubahan menjadi gonopodium, yang
berfungsi untuk mengeluarkan sperma yang akan masuk pada tubuh ikan betina[2]. Gupi
betina memiliki kemampuan untuk untuk menyimpan sperma, sehingga dapat hamil
berulang kali dengan hanya satu kali kawin.
Faktor kunci keberhasilan yang lainnya adalah kemampuannya untuk
menyesuaikan hidup dengan pelbagai kondisi perairan, dengan variasi makanan yang
beragam. Analisis terhadap isi perut gupi yang hidup di Danau Buyan, Bali,
menunjukkan bahwa ikan ini terutama memakan zooplankton yang melimpah di sana.
Sementara gupi yang hidup di Danau Bratan dan Batur kebanyakan mengandalkan
bahan-bahan organik yang berada di dasar danau[4].Gupi bahkan dapat hidup pada
perairan dengan salinitas tinggi (air asin), hingga 150% salinitas normal air laut[5]

3. Taksonomi

Ikan kecil ini semula ditemukan oleh Robert John Lechmere Guppy di Trinidad
pada 1866. Albert C. L. G. Gunther belakangan pada tahun itu juga, menamai ikan ini
dengan sebutan Girardinus guppii untuk menghormati sang penemu. Namun ternyata
ikan ini telah dideskripsi terlebih dulu dengan nama sah Poecilia reticulata oleh Wilhelm
Peters pada 1859, sehingga nama Girardinus guppii hanya mendapatkan status sebagai
sinonim (junior synonym). Meski demikian, nama umum gupi (guppy) bagi ikan ini telah
terlanjur tenar dan digunakan di mana-mana

VII. ALAT DAN BAHAN


Alat :
 4 buah bekerglas 250 cc
 Pengaduk
 Timbangan
 Kertas label

Bahan :
 Detergeen
 Ikan seribu
 Air

VIII. CARA KERJA

1. Buatlah larutan detergen 0,1%, 0,3%, 0,5%


2. Sediakan 4 beker glas 250 cc dan beri label A,B, C, D
3. Beker glas A, isi air 100 cc
Beker glas B, isi larutan detergen 0,1% volume 100 cc
Beker glas C, isi larutan detergen 0,3% volume 100 cc
Beker glas D, isi larutan detergen 0,5% volume 100 cc
4. Masukkan kedalam beker glas masing-masing 2 ekor
5. Setelah 5 menit , masing-masing (secara bersamaan) hitung operculum per
menit(perhitungan dilakukan setelah ikan dimasukkan ke dalam beker glas 5
menit 1,5 menit 2, dst)
6. Hasil perhitungan gerak operculum permenit tersebut di atas masukkan dalam
table pengamatan

Catatan : larutan 0,1% diperoleh dengan cara menimbang detergen seberat 0,1 gram
kemudian di tambah air sampai dengan 100 cc volumenya

IX. DAFTAR HASIL


A. Tabel pernapasan ikan seribu dengan berbagai kadar detergen

Frekuensi gerakan operculum


Waktu Air Larutan 0,1% Larutan 0,3% Larutan 0.5%
(glas A) (glas B) (glas C) (glas D)
5 menit I 467 30 25 15
5 menit II 467 15 10 7
5 menit III 467 - - -
5 menit IV 467 - - -
5 menit V 467 - - -
Rata-rata 467

B. Tabel percobaan fisik ikan dengan berbagai kadar detergen


berbeda
Kadar Kondisi pada menit ke
Keterangan
detergen 1 2 3 4 5
Kondisi
Masih
ikan sama
hidup dan Sama ikan Ikan tetap
0% Tidak ada masih Ikan masih
tidak ada masih tetap bergerak
Glas A efek apapun bergerak hidup
efek normal normal
dengan
apapun
normal
Masih
Masih
hidup Ikan
hidup dan Ikan sudah
0.1% namun mengeluark Ikan sudah
tidak ada tidak Ikan mati
Glas B sudah an darah mati
efek bergerak
kejang dan lendir
apapun
kejang
0.3% Ikan masih Ikan sudah Ikan Ikan tidak
Ikan mati Ikan mati
Glas C hidup dan mulai tidak mengeluark bergerak
tidak tenang dan an lendir
bereaksi bergerakny dan darah
apa-apa a mulai
melambat
Bergerak
melambat
0.5% dan Ikan tidak Ikan tidak
Ikan hidup Ikan mati Ikan mati
Glas D mengeluark bergerak bergerak
an lendir
dan darah

X. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


A. ANALISA DATA

Dari table di atas gelas A merupakan glas yang di isi dengan air murni , namun
pada glas B, C dan D masimg-masing di beri detergen sesuai perintah di atas.
Dapat kita lihat pada glas A dengan kadar detergen 0% gerak operkulumnya pada
menit pertama sampat menit ke lima konstan yaitu 467 per menit.
Dan pada glas B dengan kadar detergen 0.1% gerak operkulumnya pada menit
pertama yaitu 30 dan pada menit ke dua yaitu 15 dan pada menit ketiga sampai lima ikan
tidak bernapas.
Dan pada glas C dengan kadar detergen 0.3% gerak operkulumnya pada menit
pertama yaitu 25 dan 10 pada menit ke dua dan pada menit ketiga sampai lima ikan sudah
tidak bernapas.
Dan pada glas D dengan kadar detergen 0.5% gerak operkulumnya pada menit
pertama yaitu 15 dan 7 pada menit ke dua dan tidak bernapas pada menit ke tiga.
Sedangkan untuk detergen yang mempengaruhi fisik ikan yaitu pada glas A ikan
baik-baik saja dan normal karena berda pada air normal dan tdak terpengaruh deterjen.
Pada glas B ikan tidak mengalami apapun pada menit pertama namun pada menit
ke duaikan sudah kejang-kejang dan pada menit ke tiga ikan sudah mengeluarkan darah
dan pada menit berikutnya ikan mati.
Pada glas C ikan masih hdup pada menit pertama dan pada menit ke dua ikan
sudah tidak tenang dan bergerak lambat dan pada menit ke tiga ikan sudah mengeluarkan
lendir dan berikutnya ikan sudah tidak bergerak.
Pada glas D ikan terlihat baik pada menit pertama dan pada menit ke dua ikan
bergerak lambat dan mengeluarkan lendir dan pada menit ke tiga ikan sudah mati.
B. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dapat diketahui pengaruh detergen terhadap pernapasan ikan. Ikan
yang terkena detergen pernapasannya tidak normal yang akhirnya ikan tersebut mati. Jika
kita lihat perbandingan ikan pada glaas a yang dimana glas tersebut tidak tercampur oleh
detergen , kecepatan pernapasn ikannya konstan sampai 5 menit ke V yaitu 467 . Di glas ini
ikan dapat bernapas normal karena tidak tercampur detergen dan airnya bersih.

Jika kita lihat perbandingan lagi pada ikan yang berada di glas B dimana pada glas
tersebut tercampur detergen sebanyak 0,1% , kecepatan pernapasannya pada 5 menit pertama
yaitu 30 dan pada 5 menit ke dua ikan mengalami penurunan permapasan yaitu dari 30
menjadi 15 yang pada akhirnya di 5 menit ke tiga sampai lima ikan pun mati dan
mengeluarkan lendir. Di glass tercampur detergen sebanyak 0.1% dan akhirnya ikannya mati.

Sedangkan pada glas C pernapasan ikan pada menit pertama yaitu 25 dan itu pernapasan
yang tidak normal, kemudian pada 5 menit ke 2 pernapasannya menurun bahkan pada menit
berikutnya ikan sudah tidak bernapas. Di glass ini air tercampur kadar detergen sebesar 0,3%
dan itu mampu membuat ikan mati karena kadar sudah lumayan tinggi.

Untuk glass D yang berisi 0.5 % detergen , pernapasan ikannya pada menit pertama yaitu
15 dan pada menit ke dua pernapasannya menurun menjadi 7 bahkan menit berikutnya ikan
sudah tidak mampu bernapas. Di glass ini konsentrasi deterjen nya tinggi yaitu sebesar 0.5%
dan akibatnya ikan lebih cepat mati , karena semakin besar konsentrasi detergennya maka
semakin cepat ikan tersebut mati.

Pengaruh detegen terhadap ikan adalah membuat ikan kekurangan oksigen , karena
detergen yang tercampur dengan air akan membuat kandungan oksigen dalam air menurun ,
keberadaan busa di permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dengan air
terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut dengan demikian akan menyebabkan ikan
kekurangan oksigen dan mati.

Untuk Tanda-tanda fisik yang terlihat pada waktu percibaan yaitu berbeda antara ikan
yang berada pada air yang tidaktercampur deterjen dan tercampur deterjen.

Untuk glas A yaitu glas yang tidak tercampur deterjen yang keadaan ikan pada menit
pertama yaitu ikan masih hidup dan tidak ada efek apa pun dan pada menit kedua keadaan
ikan tetap sama dan sampai menit ke lima ikan tetap bergerak normal. Di dalam glas ini ikan
tidak mengalmi gejala apapun dan ikan tetap hidup karena ikan berda pada air yang tidak
terpengaruh deterjen.

Untuk glas B yaitu glas yang tercampur deterjen sebanyak 0,1% yang keadaan ikannya
pada menit pertama yaitu masih hidup tidak ada efek apa pun dan pada menit ke dua ikan
masih hidup tapi kejang kejang dan pada menit ke tiga ikan sudah mengeluarkan darah dan
lendir yang akhirnya ikan tersebut mati. Di dalam glas ini ikan menglami gejal-gejala
tersebut karena ikan berada pada glas yang tercampur deterjen sebesar 0,1% dan itu membuat
ikan mati dan mengeluarkan lendir atau darah.
Untuk glas C yaitu glas yang tercampur deterjen sebanyak 0.3% yang keadaan ikannya
pada menit pertama yaitu ikan masih hidup dan pada menit ke dua ikan sudah tidak tenang
dan gerakannya mulai melambat dan pada menit ke tiga ikan sudah mengeluarkan ledir dan
darah yang akhirnya mati. Di dalam glas ini air tercampur detergen sebesar 0.3% dan di
dalam glas ini ikan mati serta mengalami gejal-gejala seperti itu karena tidak mampu dengar
kadaar deterjen.

Dan terakhir yaitu glas D yaitu glas yang tercampur deterjen sebanyak 0,5% yang
keadaan ikannya pada menit pertama yaitu ikan masih hidup dan pada menit ke dua ikan
sudah bergerakak lambat serta mengeluarkan lendor dan darah dan di menit ke tiga ikan
sudah tidak bergerak atau mati. Dalam keadaan ini ikan cepat mati dan mengeluarkan lendir
karena konsentrasi deterjen sangat tinggi dari sitoplasma dan mengakibatkan sel sel insang
mengalami plasmolisis. Apabila selnya sudah pecah maka sitoplasma keluar sehingga insang
ikan mengeluarkan lendir.

XI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan detergen sangat berdampak negative paada
lingkungan yang salah satunya terhadap ikan. Jika kita lihat ikan yang berda pada air bersih
maka ikan tersebut akan bergerak dan bernapas normal, sedangkan pada ikan yang berada
pada air yang tercaampur dengan detergen maka ikan tersebut tidak bergerak dan bernapas
dengan normal dan apabila terus-menerus ikan ada di tempattersebut maka ikan tersebut
kejang-kejang dan mati.

Dan dari percobaan ini kita dapat melihat bagaimana dampak deterjen terhadap fisik ikan.
Paada saat ikan berada diair yang tidak mengandung deterjen ikan bergerak normal dan tidak
ada gejala apa pun, sedangkan ikan yang berada di air yang mengandung deterjen maaka ikan
akan mengalmi cirri cirri seperti ikan akan kejang-kejang, mengeluarkan lendir dan darah
yang akhirnya ikan akan mati.

B. saran
Dari percobaan yang kami lakukan , kami mengetahui bahwa deterjen sagat
berdampak negative bagi air dan salah satu penyebab terjadinya pencemaran air. Salah
satu biota yang terkena dampak dari deterjen adalah ikan seribu. Dari percoabaan ini
ternyata kadar detergen sebesar 0.1% sudah mampu membuat ikan mati dan apalagi
melebihi kadar tersebut maka ikan langsung mati.

Oleh karena itu saran kami yaitu:

1. jangan menggunakan deterjen berlebihan


2. gunakan detergen seperlunya saja
XII. DAFTAR PUSTAKA

Maryati, sri dkk.2012.Biologi untuk SMA/MA kelas X.Jakarta:erlangga.

Setiowati,Tetty dan Furqonita,deswaty.2013.Biologi interaktif.Jakarta:ganeca exact.

Pedia,wiki.2012.pencemaran_air(online)

http://id.m.wiki.pedia.org/2012/wiki/pencemaran_air#/search

Brainly.2012.tugas(online)

http://brainly.co.id/2012/tugas//171743

blogspot.2012.pengaruh detergen terhada kecepatan (online)

http://barukutahusetelah.blogspot.com/2012/06/pengaruh-detergen-terhadap-kecepatan.html?m=1

blogspot.2012.sabun deterjen(online)

http://sabundandeterjen.blogspot/2012/.com

chemistry.2012.definisi deterjen(online)

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/2012/kimia-smk/kelas_xi/definisi-detergen/

blogspot.2012.macam-macam deterjen (online)

http://kimiadahsyat.blogspot.com/2011/02/macam-macam-detergen.html

blogspot.2012.sabundeterjen(online)

http://sabundandeterjen.blogspot./2012/com/

You might also like