You are on page 1of 3

Bapak TGB DR KH M Zainul Majdi MA dalam wawancara itu mengatakan bahwa:

1. Pada tahun 2015 Bapak Presiden mengatakan bahwa InsyaAllah HPP (Harga Pembelian
Pemerintah) terkait jagung sekitar 2500 ± 100 rupiah. Namun hal tersebut tidak menjadi
kenyataan hingga tahun 2017. Para petani akhirnya menitip pesan dan amanah kepada beliau
(TGB) terkait harga jagung yang jatuh untuk disampaikan kepada Bapak Presiden.
2. Pada peringatan HPN (Hari Pers Nasional), beliau tidak ada kesempatan untuk melakukan
pembicaraan langsung dengan Bapak Presiden karena Bapak Presiden saat datang
menggunakan satu mobil dengan Ibu Negara, selesai acara HPN Bapak Presiden langsung
naik pesawat tanpa mampir ke suatu tempat. Karena hal tersebutlah beliau (TGB) harus
menyampaikan pesan dan amanah dari para petani jagung dalam pidato sambutan beliau pada
acara HPN tersebut
3. Bapak TGB menyampaikan pesan dan amanah tersebut di peringatan HPN dengan asumsi
bahwa Bapak Presiden adalah simbol Negara dan semua yang dikerjakan oleh perangkat
dibawahnya akan berujung ke beliau sehingga ketika tidak dilaksanakan oleh perangkat
dibawahnya otomatis nama baik Bapak Presiden akan rusak.
4. Setelah peringatan HPN tersebut Alhamdulillah pemerintah menetapkan HPP dan sekarang
harga jagung bahkan bisa sampai 3000-3500. Jadi memang intervensi harga pembelian
Pemerintah itu penting dan itu sebagai sinyal bahwa anda tidak bisa bermain-main terlalu jauh
dengan petani, ketika anda mau bermain harga, kami sudah siapkan jarring.

Dari percakapan tersebut kita dapat mengambil banyak pelajaran, salah satunya bahwa sebagai
seorang pemimpin memang seharusnya menyampaikan setiap pesan dan amanah dari masyarakat
kepada Pimpinan Negara selama itu berkaitan dengan kemaslahatan bersama.
Tiba-tiba gak terjadi, setahun, bayangkan. Kan kalau saya sih berfikir sederhana, kan beliau ini
kan simbol Negara, semua yang kita kerjakan kan ujungnya ke beliau. Jadi ketika tidak
dilaksanakan oleh perangkat di bawahnya kan rusak nama baik beliau. Nah saya mau ngingetin
itu, gitu. Problemnya pada hari PERS itu adalah, saya kan niat ni, saya ini kan orang pesantren,
saya itu tidak mungkin akan, selama saya bisa tertutup saya gak mungkin akan bicara terbuka,
gitu loh. Niat saya adalah biasanya kan beliau itu kalau kesana itu kan naik semobil, nah saya
mau ngomongnya di mobil, maksudnya sebenarnya. Eee beliau sama Ibu Negara, karena beliau
sama Ibu Negara berarti kan saya gak bisa semobil. Lalu saya cek sama protokol, dan sama
ajudan, Pak Presiden nanti setelah HPN ini ada mampir nggak? nggak, langsung pesawat, Wah
saya pikir, saya gak punya kesempatan nyampaiin, gitu kan. Sedangkan, saya sudah
diamanahkan oleh para petani, harus sampai ke Presiden. Jadi saya nggak bisa sampaiin di
mobil, pulangnya pun beliau sama Ibu Negara, lalu sampai bandara pun langsung naik pesawat
Satu-satunya kesempatan cuma ketika pidato itu. Jadi betul-betul saya, betul-betul saya dalam
hati saya, wah ini saya darurat, saya harus sampaikan karena ini pesan dan amanah. Dan itu saya
sampaikan. Dan Alhamdulillah, setelah itu kan kemudian pemerintah menetapkan HPP dan lalu
kemudian sekarang harga jagung bahkan bisa sampai 3000, 3500. Jadi memang intervensi harga
pembelian Pemerintah itu penting, itu memberikan sinyal bahwa anda gak bisa bermain-main
terlalu jauh sama petani gitu loh, ketika anda mau mainin harga, kami sudah siapin jaring

“Bapak Presiden, sebagaimana kebijakan bapak, agar kalau bisa tidak ada Impor beras Pak,
tidak ada impor beras. NTB menghasilkan sekitar 1,3 juta ton beras dan 700 ribu dikonsumsi di
dalam daerah, 600 ribu menjadi movement nasional diserap oleh Bulog dan juga perdagangan
antar pulau. Problemnya Bapak Presiden, ini saya sampaikan karena merupakan amanah dari
masyarakat bahwa Bulog sampai sekarang belum mampu menyerap secara maksimal hasil
pertanian di Nusa Tenggara Barat. Demikian pula hasil pertanian jagung kami Bapak Presiden,
Pertanian jagung di NTB untuk tahun 2015 pertumbuhannya tertinggi di Indonesia, Bapak
Presiden. Dari 760.000 menjadi 1.010.000 ton, ada kenaikan sekitar 26%. Alhamdulillah dari
produksi itu sekitar 150.000 dapat kami ekspor, langsung melalui pelabuhan yang ada di pulau
Sumbawa. Oleh karena itulah, ketika akhir-akhir ini kami mendengar bahwa ada rencana Bulog
membeli jagung impor dari luar negeri dengan harga 3000 rupiah per kg, kami berfikir kalau saja
3000 itu oleh Bulog digunakan untuk membeli hasil jagung petani kami pada saat panen raya
dulu maka insyaAllah petani di Nusa Tenggara Barat akan jauh lebih sejahtera. Bapak Presiden
dulu pada saat festival Tambora menyampaikan komitmen bahwa Bulog akan menyerap dengan
harga 2500 ± 100 rupiah, saya sampaikan disini di depan bapak presiden bahwa apa yang
merupakan instruksi Bapak Presiden itu, sayangnya belum dapat dilaksanakan oleh Bulog di
Nusa Tenggara Barat”

You might also like