You are on page 1of 9

Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk terbanyak ke-4 sedunia sebanyak

241.452.952 jiwa setelah Republik Rakyat Cina (1.298.847.650 jiwa), India (1.065.070.607
jiwa) dan Amerika Serikat (297.336.946 jiwa) (Wikipedia, 2014) tapi fakta dilapangan
menyatakan Indonesia memiliki sumber daya Manusia yang masih sangat memprihatinkan,
pernyataan ini didukung oleh hasil Riset United Nations Development Programme (UNDP)
pada tahun 2012 terhadap 187 negara, menempatkan Indonesia berada pada posisi 121
dengan nilai HDI 0,629. Meskipun naik ke posisi 121 dari tempat 124 pada tahun 2011 , HDI
Indonesia masih di bawah rata-rata dunia 0.694 dan rata-rata regional Asia Timur dan Pasifik
dari 0,683 (UNDP, 2013).

Indonesia, merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam, hal ini penyebab

bangsa-bangsa penjajah menjadikan indonesia sebagai objek jajahan karena tergiur oleh

kekayaan sumber daya Alam Indonesia. Indonesia dijajah perama kali oleh bangsa Portugis

pada tahun 1509 oleh Spanyol kemudian disusul oleh negara-negara lain diantaranya:

Belanda, Perancis, Inggris, dan diakhiri oleh Jepang pada tahun 1942, dan berakhir pada

tahun 1945, sejak kekalahan Jepang kepada sekutu (Wikipedia, 2014), diluar dari hal itu,

sebenarnya bangsa Indonesia masih dijajah hingga detik ini, teridentifikasi dari masih

banyaknya SDA yang dikuasai bangsa asing. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian kita

serta masih minimnya kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.

Sebagian besar pola pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah masih bersifat

transmisif, guru mentrasfer dan menjelaskan konsep-konsep secara langsung pada peserta

didik. Dalam pandangan ini, peserta didik secara pasif “menyerap” struktur pengetahuan

yang diberikan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Pembelajaran hanya sekedar

penyampaian fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan pada peserta didik (Trianto 2009).

Kegiatan yang masih bersifat teacher centered ini mengakibatkan peserta didik tidak di

berikan kesempatan untuk berinteraksi secara optimal dengan peserta didik lain ataupun

dengan guru sehingga peserta didik menjadi kurang aktif. Sikap peserta didik yang kurang
aktif berinteraksi dengan peserta didik lain dan kurang aktif merupakan salah satu ciri peserta

didik yang tidak kreatif.

Indonesia, merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam, (Butuh fakta)Hal ini
penyebab bangsa-bangsa penjajah menjadikan indonesia sebagai objek jajahan karena tergiur
oleh kekayaan sumber daya Alam Indonesia(butuh fakta). Tapi tidak dimanfaatkan dengan
baik oleh penduduk indonesia, malah sering menjadi bersifat merugikan oleh penduduk
sendiri, seperti banjir, tanah longsor dan sebagainya (Kurang faktanya)(Harus dikaitkan
dengan IPA dan Kimia)

Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang memberikan sumbangsih pada
perkembangan IPTEK, tapi tidak semua siswa menyadari akan hal itu. (Kurang )

Hampir semua Siswa SMA menilai Kimia itu merupakan pelajaran yang susah untuk
dipahami, karena menyangkut reaksi-reaksi kimia dan hitungan-hitungan serta konsep-
konsep yang bersifat abstrak. Sehingga Daya tarik untuk belajar kimia itu kurang Tapi
kenyataannya tidaklah berlebihan jika kita mengatakan Kita hidup dalam “dunia kimia”.
(Bukunya tante inci)

Kenyataannya pendidikan sekolah dinilai secara umum masih kurang menunjang tumbuh
kembangnya keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Banyak kegiatan pembelajaran kimia
masih cenderung bertumpu pada aktivitas guru. Peserta didik kurang berpartisipasi secara
optimal baik dengan peserta didik lain ataupun dengan guru sehingga pesera didik menjadi
kurang aktif. Sikap peserta didik yang kurang aktif berinteraksi dengan peserta didik lain dan
kurang aktif merupakan salah satu ciri peserta didik yang tidak kreatif. (Butuh fakta yang
lebih mengenai ciri kreatif)

Materi pelajaran dan pembelajaran khususnya fisika seringkali terjadi guru terlalu teoritis dan
tidak kontekstual. Proses pembelajaran umumnya cenderung dimulai dengan menyampaikan
informasi berupa definisi, pengertian-pengertian dari suatu obyek abstrak yang dituliskan
dalam rumus-rumus lalu diikuti contoh-contoh soal, kemudian diakhiri dengan latihan soal-
soal. Konsep fisika yang seharusnya dikuasai peserta didik telah bergeser menjadi hafalan
rumus-rumus matematika semata.
Kebanyakan peserta didik akan belajar lebih baik jika lingkungan dikondisikan alamiah
dalam artian peserta didik dapat membuat hubungan antara apa yang mereka pelajari dan
bagaimana pengetahuan tersebut diaplikasikan. Ini menunjukkan bahwa belajar akan lebih
bermakna jika anak “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan sekedar “mengetahuinya”.
Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti hasil dalam kompetensi
“mengingat” jangka pendek, teapi gagal dalam membekali anak menyelesaikan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang,.....

Penilaian Siawa SMA sebenarnya tidaklah salah, tapi butuh sistem pendidikan yang dapat
mengubah penilaian siswa sehingga siswa sadar akan pentingnya belajar kimia

Bertolak dari permasalahan diatas, cara yang dipandang mampu

Pembelajaran berbasis proyek menyediakan tugas-tugas kompleks yang berbasis pertanyaan-


pertanyaan menantang atau masalah yang melibatkan siswa dalam aktivitas-aktivitas
memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan investigasi dan refleksi yang
melibatkan guru sebagai fasilitator. Pembelajaran berbasis proyek terfokus pada pertanyaan-
pertanyaan yang menuntun (driving question) siswa untuk memanfaatkan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip melalui pengalaman. Dengan pembelajaran berbasis proyek siswa belajar dari
pengalamannya dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Rumusan masalah

1. Seberapa besar tingkat keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran Kimia


melalui model pembelajaran berbasis proyek pada peserta didik kelas SMA N 1
Galesong Tahun Ajaran
2. Seberapa besar tingkat keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran kimia
melalui pembelajaran konvensional ada peserta didik kelas...
3. Apakah keterampilan berpikir kreatif yang diajar dengan model pembelajaran
berbasis proyek lebih tinggi dari pada yang diajar dengan pembelajaran konvensional
pada pesereta didik kelas....
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilakukan dengan
menggunakan dua kelas. Satu kelas sebagai kelas kontrol, dan satu kelas lainnya
sebagai kelas eksperimen. Kelas eksperimen diberikan treatment yaitu dengan
diterapkannya model pembelajaran berbasis Proyek, sedangkan kelas kontrol tetap
diajar dengan model pembelajaran konvensional. Kemudian diberikan posttes untuk
kelas kontrol dan kelas eksperimen
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keterampilan berpikir kreatif peserta
didik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
B. Desain Penelitian
C. Variabel Penelitian
Variabel yang diselidiki dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu pembelajaran
berbasis proyek dan pembelajaran konvensional sedangkan variabel terikat yaitu
keterampilan berpikir kreatif peserta didik
D. Definisi Operasional Variabel
E. Populasi dan sampel
1. populasi penelitian
2. sampel penelitian
F. Prosedur penelitian
a. Teori David Ausubel

Teknik analisis data

William Gordon 1961,

Cara penerapan suatu pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa

dalam mendidik diri mereka sendiri. Guru yang sukses bukan sekedar guru yang kharismatik

dan persuasif. Lebih jauh, guru yang sukses adalah mereka yang melibatkan para siswa

dalam tugas-tugas yang sarat muatan kognitif dan sosial, dan mengajari mereka bagaimana

mengerjakan tugas-tugas secara produktif. Contohnya walaupun kita perlu belajar dari

ceramah tersebut; pendidik yang sukses aka senantiasa mengajari siswa bagaimana

menyerap dan menguasai informasi yang berasal dari penjelasannya. Sedangkan para

pembelajar efektif mampu menggambarkan informasi gagasan , dan kebijaksanaan dari

guru-guru mereka dan menggunakan sumber-sumber pembelajaran secacara efektif. Dengan


demikian, peran utama dalam mengajar adalah mencetak para pebelajar yang handal

(powerful learnes)

Menurut Slberman (2009) dalam bukunya active Learning memodifikasi pernyataan


Konfusius yang hasil modifikasinya menyatakan yang saya dengar saya lupa. Yang saya
dengar dan lihat saya sedikit ingat. Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan
dengan orang lain, saya mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya
dapatkan pengetahuan dan keterampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.

Teacher centered agaknya masih mendominasi dalam proses pembelajaran saat ini, hal

ini menciptakan suasana pasif bagi siswa sehingga cenderung menunggu sajian guru daripada

mencari sendiri atau menghubungkan sendiri pengetahuan sendiri pengetahuan yang dimiliki

untuk menghasilkan pengetahuan baru. Siswa hanya memperhatikan penjelasan oleh guru,

kemudian menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Kondisi pembelajaran tersebut

akhirnya mengurangi keterlibatan, interaksi siswa dan kontruksi pengetahuan siswa,

akibatnya tidak terjadi pemahaman pada siswa dan siswa jauh dari kondisi belajar bermakna.

Menurut Herman (2013) Sikap peserta didik yang kurang aktif berinteraksi dengan peserta

didik lain dan kurang aktif dalam proses pembelajaran merupakan salah satu ciri peserta didik

yang tidak kreatif.

Teringat satu wajah yang mengisi siangku setiap kupulang sekolah dulu...

dengan sabarnya dia menungguku, dikala bel berbunyi yang menandakan waktu pelajaran

telah selesai, akupun bergegas dan berlomba dengan teman yang lain untuk keluar paling

cepat

Fakta yang dapat diamati dengan mudah adalah bahwa anak-anak yang memiliki hasrat yang
kuat untuk membuat sebanyak mungkin apa yang mereka dapat ketahui mengenai dunia yang
ada disekitar mereka, adalah sangat baik dan melakukan sebagaimana yang dilakukan para
ilmuan, dengan menciptakan pengetahuan berdasar pengalaman. Anak-anak melihat,
mengagumi, menemukan atau membuat dan kemudian menguji jawaban-jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang mereka tanyakan kepada diri mereka sendiri. Ketika mereka
tidak dihalangi untuk melakukan hal-hal ini, mereka terus melakukannya dan terus berusaha
unutk mencapai yang lebih baik lagi (Holt, 1991: 152) anna craft 2003

Tidak dapat dihindarkan bahwa kreatifitas mencakup berada dalam hubungan atau dalam
interaksi dinamis dengan seseorang, dengan orang lain, dengan wilayah dimana ia hidup, atau
ketiganya. Dalam proses riset terbaru saya (Craft, 1996b) beberapa pendidik membicarakan
sesuatu, sebagai seorang guru, dalam berhubungan dengan sebuah subjek yang mereka
ajarkan. Salah seorang menggambarkan hal tersebut seperti ini.

Sifat alami kreativitas

Jelas bahwa beberapa eksplorasi tentang sifat alami kretifitas harus membentuk bagian dari
pengembangan profesional bagi kreativitas. Sebagaimana ditunjukkan. Komite Nasional
bidang pendidikan dan budaya (1999:29) memprediksikan kreatifitas sebagai aktivitas
imaginatif yang dipakai sebagai sesuatu untuk menghasilkan sebuah hasil yang bernilai
sebagai sesuatu yang original. Jadi sebuah eksplorasi atas sesuatu yang diberi makna oleh
aktifitas yang imajinatif, nilai dan originalitas adalah hal yang esensial.

Kata berpikir dalam arti yang terbatas tidak dapat didefinisikan. Tiap kegiatan jiwa yang
menggunakan kata-kata dan pengertian selalu mengandung hal berpikir untuk menemukan
pemahaman atau pengertian selalu mengandung hal berpikir. Biasanya kita berpikir untuk
menemukan pemahaman atau pengertian yang kita kehendaki. Hal ini yang menghendaki.
Hal ini menjadi pemicu bagi para pakar untuk berusaha memberikan pendefinisian dari
berpikir itu sendiri yang dalam kenyataannya memang selalu berkaitan dengan perihal
abstrak

Santrock, J. W (2010) mengemukakan pengertian berpikir sebagai proses memanipulasi atau


mengelola dan mentranformasi informasi dari memori. Proses ini sering dilakukan untuk
membentuk konsep, bernalar dan berpikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif,
dan memecahkan masalah. Murid dapat berpikir tentang hal-hal yang konkrit, seperti liburan
kepantai atau cara menang dalam permainanvideo game.

Proses berpikir yang dilakukan sebagai cerminan akan kemampuan untuk mengnalisis,
mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan pada inferensi, atau pertimbangan yang
seksama. Manusia yang melakukan proses tersebut akan melibatkan seluruh kepribadian,
perasaan, dan kehendaknya dalam memahami sesuatu yang dialami atau menemukan solusi
dari masalah yang dihadapi. Berpikir adalah memproses informasi secara mental atau kognitif
yang dimulai dari tingkat rendah (lower order thinking) menuju tingkat tinggi (Higher Order
Thinking)

Pendidikan disekolah terlalu menjejali otak anak dengan berbagai bahan ajar yang harus
dihafal, pendidikan tidak diarahkan untuk mengembangkan dan membangun karakter serta
potensi anak, dengan kata lain endidikan tidak diarahkan membentuk manusia cerdas,
membekali kemampuan memecahkan masalah hidup nyata serta tidak diarahkan membentuk
manusia yangberpikir kritis, kreatif, mandiri, dan inovatif (Sanjaya 2006)

. dan dapat mendongkrak keterampilan siswa dalam berpikir kreatif, karena kreativitas

merupakan komponen penting dalam proses belajar, seperti pernyataan Florence (2011)

dalam Ummi Kalsum (2012) Tanpa kreativitas siswa hanya akan bekerja pada sebuah tingkat

kognitif yang sempit. Aspek kreativias otak akan membantu menjelaskan dan

menginterpretasikan konsep-konsep yang abstrak, sehingga memungkinkan siswa untuk

mencapai penguasaan yang lebih besar, khususnya dalam mata pelajaran matematika dan

sains yang seringkali sulit dipahami.

Sering kita mendengar ungkapan dari seseorang guru mengenai banyaknya siswa yang tidak
berpikir, Mereka pergi kesekolah tapi cara belajar mereka terbatas mendengarkan keterangan
gur, kemudian tidak mencoba memahami materi yang diajarkan oleh guru. Saat ujian para
siswa mengungkapkan kembali materi yang telah mereka hafalkan itu. Cara belajar seperti ini
bukanlah suatu keberhasilan, dan merupakan cara belajar yang tidak kita inginkan. Mengenai
nilai ujian , harus diakui bahwa siswa tersebut bsa menjawab pertanyaan.

Sebagian dari mereka mungkin mendapat nilai yang tinnggi yang dianggap siswa yang
sukses. Meskipun belum ada hasil penelitian yang kongkret, bahwa seandainya para siswa
tersebut ditanya-tanya setelah ujian selesi mengenai apakah mereka masih ingat materi yang
telah mereka pelajari, maka tidak heran kalau mereka sudah lupa apa yang mereka pelajari.

Proses pembelajaran seperti apa yang digambarkan diatas banyak kita temukan disekolah-
sekolah. Proses pembelajaran baru dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran pada
tingkat rendah yakni mengetahui, memahami, dan menggunakan belum mampu
menumbuhkan kebiasaan berpikir kreatif yakni sesuatu yang esensi dari dimensi belajar.
Sebagian besar guru belum merancang pembelajaran yang mengembangkan kemampuan
berpikir (Khamdi, 2002)

Proses pembelajaran sebagian besar masih menjadikan anak tidak bisa, menjadi bisa.
Kegiatan belajar berupa kegiatan menambah, kegiatan menghadiri, mendenganr dan mencatat
penjelasan guru, serta menjawab secara tertulis soal-soal yang diberikan saat berlangsungnya
ujian. Pembelajaran baru diimplementassikan pada tataran proses menyampaikan,
memberikan, mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa.

Dalam tataran ini siswa yang sedang belajar bersifat pasif, menerima apasaja yang diberikan
guru, tanpa diberikan kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuan yang dibutuhkan
dan diminatinya. Siswa sebagai manusia ciptaan tuhan yang paling sempurna didunia karena
diberi otak, dibelenggu oleh guru. Siswa yang jelas-jelas dikaruniai otak seharusnya
diberdayagunakan, difasilitasi, dimotivasi dan diberi keempatan, untuk berpikir, bernalar,
berkolaborasi untuk menkontruksi pengetahuan sesuai dengan minat dan kebutuhan serta
diberi kebebasan untuk belajar. Pemahaman yang keliru bahkan telah menjadi “miitos”
bahwa belajar adalah proses menerima, mengingat, mereproduksi kembali pengetahuan yang
selama ini diyakini banyak tenaga keguruan perlu diubah. Jalaluddin Rakhmad (2005) dalam
buku belajar cerdas, menyatakan bahwa belajar itu harus berbasis otak. Dengan kata lain
revolusi belajar dimulai dari otak. Otak merupakan organ yang paling vital manusia yang
selama ini kurang dipedulikan oleh guru dalam pembelajaran. Pakar komunikasi
mengungkapkan klau kita ingin cerdas maka kita harus terlebih dahulu menumbangkan
mitos-mitos tentang kecerdasan

Sebenarnya guru telah menyadari bahwa pembalajaran berfipkir agar anak menjadi cerdas,
kritis, dan kreatif serta mampu memecahkan masalah yang berkaitan denga kehidupan
mereka sehari-hari adalah penting. Kesadaran ini juga mendasari pengembagan kurikulum
kita yang kini lebih mengedepankan pembelajaran kontekstual . akan tetapi sebagian besar
guru belum berbuat, belum merancang secara serius pembelajaran yang didasarkan pada
premis proses belajar

You might also like