You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui
operasi abdomen.Di negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5 %
pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh
“mode”, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi yang
sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita menunda kehamilan anak
pertama dan membatasi jumlah anak (Jones, 2002).
WHO (World Health Organization) menganjurkan operasi sesar hanya sekitar
10-15 % dari jumlah total kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan
pada analisis resiko-resiko yang muncul akibat sesar. Baik resiko bagi ibu maupun
bayi. (Nakita, 2008).
Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel
dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin panggul
21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%, kelainan
letak janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian ibu sebelum
dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin
14,5%(Winkjosastro, 2005).
Menurut Andon dari beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka
kesakitan dan kematian ibu pada tindakan operasi sectio caesarea lebih tinggi
dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Angka kematian langsung pada operasi
sesar adalah 5,8 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3
persen dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian.

1
Angka kejadian sectio caesarea di Indonesia menurut survei nasional tahun
2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh
persalinan.

Di Indonesia, sectio caesarea umumnya dilakukan bila ada indikasi medis


tertentu, sebagai tindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi.
BerdasarkanSKDI 1997 ditemukan hanya 4,3% dari persalinan yang berakhir dengan
sectio caesarea, yaitu sebanyak 605 kasus dari 16.217 persalinan.

Pada tahun 2007-2008 jumlah persalinan dengan tindakan section caesarea di


sumatera selatan berjumlah 145 kasus dari 745 persalinan keseluruhannya atau 19,46
%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa angka tersebut sudah melebihi batas
yang ditetapkan oleh WHO yaitu 10-15 % (Iqbal, 2002).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang tindakan section caesaria.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari section caesaria.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai etiologi dari section caesaria.
c. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai indikasi dari section caesaria.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dari section caesaria.
e. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai jenis-jenis dari section caesaria.
f. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai komplikasi dari section caesaria.
g. Mahasiswa mampu menjelaskan prognosis dari section caesaria.
h. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiolagi dari section caesaria.
i. Mahasiswa mampu menyebutkan berbagai pemeriksaan penunjang dari
section caesaria.

2
j. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis post section caesaria.
k. Mahasiswa mampu mengetahui tentangpenatalaksanaan asuhan keperawatan
pada sectiosecarea.

3
BAB II
KONSEP PENYAKIT

A. DEFINISI
Operasi caesar atau sering disebut dengan seksio sesarea adalah
melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding rahim
(uterus). (sugeng jitowiyono,2010)
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. (Wiknjosastro,2005)
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992)
Sesuai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sectio caesaria
adalah suatu pembedahan guna melahirkan janinlewat insisi pada dinding
abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut
dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan
sehat.

B. ETIOLOGI

1. Indikasi yang berasal dari ibu


 Panggul sempit absolut
 Primigravida dengan kelainan letak
 Primipara tua disertai kelainan letak
 Plasenta previa
 Stenosis vagina
 Atas permintaan

4
Terjadi komplikasi kehamilan, yaitu:
 Preeklamsia-eklamsia
 Kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM)
 Gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan
sebagainya).

2. Indikasi yang berasal dari janin


 Fetal distress / gawat janin.
 Kelainan letak.
 Janin besar.
 Prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil.

Pada umumnya seksio sesarea tidak dilakukan pada:


 Janin mati
 Syok , anemia berat sebelum diatasi.
 Kelaianan kongenital berat (monster). (Sarwono,1991).

C. TUJUAN SECTIO CAESAREA

Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat


lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta
previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi
pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu,
sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah
mati.

5
D. PATOFISIOLOGI

Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang


menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri
pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain
itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri
(nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah risiko infeksi.

6
Kelaianan/ hambatan proses persalinan

Tidak memungkinkan
persalinan normal

Sectio secarea

Pre Operasi anestesi Insisi Dinding perdarahan Post


Abdomen Operasi
Ketidaktahuan Resti Pembatas
imobilisasi Kelumpuhan
tentang Terputusnya Kekurangan an cairan
peroral sementara
prosedur operasi inkontinuitas volume
dan perawatan Intoleransi cairan
jaringan,
Aktivitas Kelemahan
post operasi pembuluh
fisik
darah dan saraf
Resti Cidera
Ketakutan Tidak
Luka Kerusakan
Integritas Kulit Penurunan mampu
Kecemasan tonus otot melakukan
aktivitas
Bila Tidak Stimulus Penurunan
secara
Dirawat BPH fungsi syaraf Penurunan peristaltik usus mandiri
Kurang
pengetahuan Resti Penurunan fungsi konstipasi
Afferent
Infeksi perkemihan Defisit Perawatan Diri

Medulla spinalis Gangguan


Perubahan eliminasi fekal
Thalamus eliminasi urin

Korteks serebri

Efferent

Nyeri

7
E. JENIS - JENIS OPERASI SECTIO CAESAREA (SC)

Dapat dibedakan menjadi :


1. Seksio sesarea transperitonealis profunda (SSTP)

Pembedahan jenis ini paling sering dilakukan. Insisi dilakukan di


segmen bawah uterus.

Keunggulan pembedahan ini adalah:


1. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
2. Bahaya peritonitis tidak besar.
3. Parut pada uterus umumnya kuat , sehingga bahaya rupture uteri
dikemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas segmen bawah
uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri,
sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.

2. Seksio sesarea klasik atau seksio sesarea corporal

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri


kira-kira 10cm. Pembedahan ini hanya dilakukan apabila ada halangan untuk
melakukan SSTP misalnya melekat eratnya uterus pada dinding perut karena
seksio sesarea yang sudah-sudah.

Kekurangan :
1. Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
2. Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
3. Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka

8
bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan
pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.

Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu


yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -
kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan
kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor
sebelum menutup luka rahim.

3. Sectio caesarea ekstraperitonealis

Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan


dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis. Takan ini dahulu
dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal, akan tetapi dengan
kemajuan pengobatan terhadap infeksi , pembedahan ini sekarang tidak
banyak lagi dilakukan. Pembedahan ini sulit dalam tekhniknya dan sering kali
terjadinya sobekan peritonium.

4. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen


bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
 Penjahitan luka lebih mudah
 Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
 Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi
uterus ke rongga perineum
 Perdarahan kurang

9
 Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri
spontan lebih kecil

Kekurangan :
Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang
banyak. Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

F. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat timbul antara lain :

1. Pada ibu
a. Infeksi Puerperalis

Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-
lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala -
gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi
terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya
daripada SC transperitonealis profunda.

b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri

c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :

10
Luka kandung kemih, embolisme paru – paru, dan sebagainya sangat jarang
terjadi.

d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak , ialah kurang kuatnya parut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnyabisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah seksio sesarea klasik.

2. Pada bayi
a. Resiko janin lahir premature jika usia gestasi tidak dikaji dengan
akurat.
b. Resiko cidera janin dapat terjadi selama pembedahan.
c. Depresi nafas karena obat bius yang digunakan selama operasi
diserap oleh tubuh bayi.

G. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan pre operasi sectio secaria
1. Persiapan kamar operasi
a) Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai.
b) Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi.
2. Persiapan pasien
a) Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.
b) Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga
pasien.
c) Perawat memberi support kepada pasien.
d) Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan ( rambut pubis di
cukur dan ekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic).
e) Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui
penyakit yang pernah diderita oleh pasien.
f) Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.

11
2. Perawatan post operasi sectio secaria
a) Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75mg
Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan
untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikkan dengan cara
serupa 10mg morfin.
1) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidinyang
diberikan adalah 50 mg.
2) Wanita dengan ukuran besar , dosis yang lebih tepat adalah
100 mg Meperidin.
3) Obat-obatan antiemetik , misalnya protasin 25 mg biasanya
diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat
narkotik.

b) Tanda-tanda Vital
Tanda- tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan
tekanan darah, nadi jumlah urine serta jumlah darah yang hilang
dan keadaan fundus harus diperiksa.

c) Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan
biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan
jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

12
d) Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah
penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan
peroral.Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah
boleh dilakukan pada 6 - 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan
air teh.

e) Vesika Urinarius dan Usus


Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau
pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus
belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari
kedua bising ususmasih lemah, dan usus baru aktif kembali pada
hari ketiga.

f) Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
 Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah
operasi
 Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar.
 Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama
5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
 Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler).
 Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan

13
kemudian berjalan sendiri, dan pada hari ke-3 pasca
operasi.pasien bisa dipulangkan.

g) Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka
yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat
menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat
setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke
tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka
insisi.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit.

I. PROGNOSIS

Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa
sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi,
penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan
oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000. Nasib janin yang
ditolong secara sectio caesarea sangat tergantung dari keadaan janin sebelum
dilakukan operasi. Menurut data dari negara-negara dengan pengawasan antenatal

14
yang baik dan fasilitas neonatal yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar
4-7 %

J. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKUKAN


SEKSIO SESAREA

1. Seksio sesarea efektif


Seksio sesarea efektif direncanakan terlebih dahulu dan dilakukan
pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup
berat atau disrpoporsi sefalopelvic ang nyata maupun kesempitan
panggul yang ringan, yang didukung oleh beberapa faktor seperti :
pramigravida tua, kelainan letak janin yang tidak dapat diperbaiki,
kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang lama
serta penyakit jantung.

Keuntungan :
Waktu pembedahan dapat ditentukan dapat ditentukan oleh dokter dan
persiapan dapat dilakukan engan baik.

Kerugian :
Karena persalinan belum mulai, segmen bawah uetrus belum terbentuk
dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan dan lebih mudah
terjadi atonia uteri dengan pendarahan karena uterus belum mulai
dengan kontraksinya.

2. Anestesi
 Anestesi umum

15
 Depresi pada pusat pernapasan janin, sehingga kadang-kadang
bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak dapat diatasi dengan
mudah.
 Tonus uterus, sehingga kadang-kadang timbul perdarahan post
partum karena atonia uteri.
 Anestesi spinal
Anestesi spinal aman untuk janin akan tetapi selalu ada
kemungkinan bahwa tekanan darah penderita menurun dengan akibat
yang buruk bagi ibu dan janin.

3. Transfusi Darah
Pada umumnya perdarahan pada seksio sesarea lebih banyak daripada
persalinan pervagina, perdarahan tersebut disebabkan oleh insisi pada uterus,
ketika peelepasan plasenta, mungkin juga terjadinya atonia uteri postnpartum
karena itu pada tiap-tiap seksio sesarea perlu disiapkan darah.

4. Pemberian antibiotik
Walaupun pemberian antibiotika sesudah seksio sesarea dapat
dipersoalkan, namun pada umumnya dianjurkan.

K. ISTILAH-ISTILAH SEKSIO SESAREA

1. Seksio sesarea primer (efektif)


Dari awal telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio
sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa misalnya pada panggul
sempit.
2. Seksio sesarea sekunder

16
Dalam hal ini menunggu kelahiran biasa (p;artus percobaan), bila tidak
ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal baru dilakukan
seksio sesarea.

3. Seksio sesarea ulang (repeat sesarea section)


Ibu yang pada kehamilan lalu mengalami seksio sesarea dan pada
kehamilan selanjutnya dilakukan sectio sesarea ulang.

4. Seksio sesarea histerektomi


Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio
sesarea , langsung dilakukan histerektomi karena suatu indikasi.

5. Operasi porro
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin
sudah mati) dan langsung dilakukan histerektomi misalnya keadaan
infeksi rahim yang kuat.

17
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

a. Identitas klien dan penanggung jawab


Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim,
cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.

b. Keluhan utama.

c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara.

d. Data Riwayat Kesehatan


a) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta
previa).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga
mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.

e. Keadaan klien meliputi :


a) Sirkulasi

18
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL

b) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan
atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan labilitas
emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.

c) Makanan dan cairan


Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).

d) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.

e) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi
kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.

f) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.

g) Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.

h) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

19
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pre Operasi

1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur


pembedahan.

Post Operasi

1. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan.


2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi dinding abdomen.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot.
6. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma jaringan dan efek-
efek anestesi.
7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan, pembatasan cairan peroral.
8. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
9. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan kelemahan fisik.

20
INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx 1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan.

Tujuan: dalam waktu 1x30 menit kecemasan pasien dapat teratasi.

Kriteria hasil:

1. Klien tidak cemas lagi.


2. Klien tampak tenang dan rileks.

Intervensi Rasional
Memberitahu klien tentang Klien dapat mengetahui prosedur
prosedur pembedahan. pembedahan

Beri kesempatan pada klien Dapat meringankan beban pikiran


untuk mengungkapkan rasa klien.
cemasnya.

Ciptakan suasana tenang dan Lingkungan yang tenang dan nyaman


nyaman dapat mengurangi rasa cemas klien.

Dorong keberadaan atau Memberikan dukungan emosional


partisipasi pasangan. untuk klien.

Memberikan informasi yang Informasi yang salah dapat


akurat tentang keadaan pasien menimbulkan kesalahpahaman dan
dan bayi. dapat meningkatkan tingkat ansietas
klien

21
Dx 2. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan.

Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam nyeri klien dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil:
1. Klien mengungkapkan bahwa rasa nyeri nya berkurang.
2. Klien mampu beradaptasi dengan nyeri.
3. Klien tampak rileks.

Intervensi Rasional
Tentukan lokasi dan karakteristik Pasien mungkin tidak secara verbal
nyeri, perhatikan isyarat verbal dan melaporkan nyeri dan
non verbal seperti meringis. ketidaknyamanan secara langsung.

Berikan informasi dan petunjuk Meningkatkan pemecahan masalah,


antisipasi mengenai penyebab membantu mengurangi nyeri
ketidaknyamanan dan intervensi berkenaan dengan ansietas.
yang tepat.

Ajarkan teknik relaksasi pada Dapat meregangkan otot dan


pasien menghambat impuls yang
meneruskan rasa nyeri.

Berikan posisi senyaman mungkin Posisi yang nyaman dapat membantu


dalam menurunkan ketegangan pada
daerah operasi.

22
Evaluasi tekanan darah dan nadi Pada banyak pasien, nyeri dapat
dan TTV lainnya ;perhatikan menyebabkan gelisah, serta tekanan
perubahan prilaku. darah dan nadi meningkat.

kolaborasi Membantu mengurangi rasa nyeri


Pemberian analgesik sesuai indikasi yang dialami klien

Dx3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


perawatan pasca bedah.

Tujuan: dalam waktu 2 x 60 menit Klien mengetahui tentang perawatan pasca


bedah.
Kriteria Hasil:
1. Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan pasca
bedah.
2. Klien mampu melakukan perawatan pasca bedah sesuai dengan
kemampuannya.

Intervensi Rasional
Kaji kebutuhan belajar / tingkat Menentukan rencana tindakan
pengetahuan klien. keperawatan.

Berikan informasi akurat dengan


istilah / isttilah yang dipahami dan Meningkatkan pengetahuan klien dan
dimengerti oleh klien. mengklarifikasi kesalahan konsep.

23
Berikan penyuluhan tentang tindakan
pasca operasi : latihan kaki, tekhnik Memberikan informasitentang tekhnik
pernafasan dan relaksasi, ambulasi yang tepat yang dapat dilakukan
dini. pasca operasi.

Berikan kesempatan kepada klien/ Meningkatkan pengetahuan klien dan


keluarga untuk bertanya tentang keluarga.
perawatan pasca operasi.

Berikan penguatan positif terhadap Meningkatkan motivasi klien untuk


hal-hal positif yang dilakukan klien / melakukan tindakan-tindakan yang
keluarga tentang perawatan pasca benar.
bedah.

Dx4. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan tindakan pembedahan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam diharapkan integritas kulit


dan proteksi jaringan membaik
Kriteria Hasil : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

Intervensi Rasional
1. Berikan perhatian dan perawatan Kulit yang terjadi luka rentan untuk
pada kulit. tempat tumbuhnya mikroorganisme.
Hal tersebut dilakukan untuk
mencegah perkembang biakan
mikroorganisme.
2. Lakukan latihan gerak secara pasif.

Mencegah terjadinya tekanan pada

24
kulit yang dapat menyebabkan lesi.

Mencegah terjadinya kerusakan kulit


Lindungi kulit yang sehat dari
yang lebih luas.
kemungkinan maserasi.

Untuk mencegah terjadinya lesi pada


kulit.
Jaga kelembaban kulit

Dx5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anestesi.

Tujuan: Dalam waktu 3x 24 jam Kllien dapat melakukan aktivitas dengan normal
kembali.
Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri

Intervensi Rasional
1. Monitor keterbatasan aktivitas Merencanakan intervensi yang tepat
2. sesuai dengan keadaan klien
3.
4. Kaji tingkat kemampuan klien Tidak memaksakan klien untuk
untuk beraktivitas. beraktivitas secara berlebihan.

Berikan penjelasan tentang


Dapat mengurangi kecemasan karena
pembatasan gerak pada periode
kurang pengetahuan dan
pasca bedah.
meningkatkan pemahaman tentang
pembatasan gerak

25
Kaji pengaruh aktivitas terhadap Untuk menghindari aktivitas-
kondisi luka dan kondisi tubuh aktivitas yang dapat menyebabkan
umum. luka klien semakin parah.

Memberikan batasan meningkatkan


Hindari rencana kegiatan selama
efisiensi bagi klien dalam istirahat
periode istirahat.
dan melakukan aktivitas

Ubah posisi secara periodik. Latihan secara bertahap


memungkinkan adekuatnya aktivitas
sesuai keadaan klien dan
Menghindari lesi pada bagian yang
tertekan.

Untuk Memenuhi kebutuhan


5. Bantu klien untuk memenuhi
aktivitas sehari-hari klien.
kebutuhan aktivitas sehari-hari
yang tidak dapat dilakukannya
secara mandiri.
6.
Memenuhi kebutuhan aktivitas klien
Libatkan keluarga dalam
dan meningkatkan interaksi dengan
pemenuhan aktivitas klien.
keluarga.

5. Evaluasi perkembangan Melihat sejauh mana klien dapat


kemampuan klien melakukan melakukan aktivitasnya secara
aktivitas mandiri.

26
Dx6 defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam klien dapat melakukan perawatan diri.
Kriteria Hasil:
1. Menunjukkan adanya prilaku untuk perawatan diri.
2. Dapat melakukan perawatan diri secara bertahap.

Intervensi Rasional
Pertahankan mobilitas, kontrol Mendukung kemandirian fisik.
terhadap nyeri pada program
latihan.

7. Bantu klien untuk memenuhi Untuk Memenuhi kebutuhan aktivitas


kebutuhan aktivitas sehari-hari sehari-hari klien.
yang tidak dapat dilakukannya
secara mandiri.
8.

Libatkan keluarga dalam Memenuhi kebutuhan aktivitas klien


pemenuhan aktivitas klien. dan meningkatkan interaksi dengan
keluarga.

Evaluasi perkembangan Melihat sejauh mana klien dapat


kemampuan klien melakukan melakukan aktivitasnya secara mandiri.
aktivitas.

Dx7. Gangguan eliminasi fekal; konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik


sekunder karena imobilisasi , efek anestesi.

Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam Klien mengalami fungsi usus yang kembali normal.

27
Kriteria Hasil:

1. Menunjukkan bising usus normal.


2. Menunjukkan pola eliminasi BAB yang normal.

Intervensi Rasional
Auskultasi bising usus. Bising usus mengindikasikan fungsi
usus/peristaltik usus yang kembali
normal

Anjurkan cairan oral yang adekuat


(6-8 gelas/ hari). Bila masukan oral Cairan dan makanan yang berserat
sudah mulai kembali, anjurkan dapat merangsang eliminasi dan
peningkatan diet makanan berserat mencegah konstipasi
buah-buahan dan sayur.

Anjurkan latihan kaki dan Latihan kaki dapat mengencangkan


pengencangan abdominal, tingkatkan otot-otot abdomen dan memperbaiki
ambulasi dini. kotilitas abdomen.

Kolaborasi Melunakkan faeces, merangsang


Berikan pelunak faeces sesuai peristaltik dan membantu
indikasi mengembalikan fungsi usus.

Dx8. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma jaringan dan efek-efek
anestesi.

Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam fungsi perkemihan klien dapat kembali normal.

28
Kriteria hasil:

1. Klien dapat mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.

Intervensi Rasional
Perhatikan pola berkemih dan awasi Dapat mengindikasikan retensi urine
keluaran urine. bila berkemih dengan sering dalam
jumlah sedikit / kurang (< 100ml).

Palpasi kandung kemih , selidiki Kandung kemih yang penuh. Distensi


keluhan ketidaknyamanan. kandung kemih diatas simpisis pubis
menunjukkan retensi urine.

Berikan perawatan kebersihan Meningkatkan kebersihan,


perineal dan perawatan kateter menurunkan ISK asenden.

Kaji karakteristik urine, perhatikan Retensi urine, drainase vagina dan


warna, kejernihan, bau. kemungkinan adanya kateter
intermiten / tak menetap,
meningkatkan risiko infeksi.

Kolaborasi
Pemasangan kateter. Membantu dalam proses berkemih.

29
Dx9. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

Tujuan: Dalam waktu 2 x 24jam tidak terjadinya kekurangan volume cairan.

Kriteria hasil:

1. TTV normal.
2. Turgor kulit normal.

Intervensi Rasional
Kaji kehilangan darah selama Kehilangan darah selama operasi
persalinan (pembedahan) seksio sesarea adalah sebanyak 600-
800ml

Perhatikan hipotensi atau takikardi, Tanda-tanda ini menunjukkan


pelambatan pengisian kapiler atau hipovolemik dan terjadinya syok.
sianosis dasar kuku, membran Perubahan pada TD tidak dapat
mukosa dan bibir. dideteksi sampai volume cairan telah
menurrun sampai 30%-50%. Sianosis
adalah tanda akhir dari hipoksia

Catat lokasi dan konsistensi fundus


setiap 15 menit. Aktivitas miometri uterus
menimbulkan hemostatis dengan
menekan pembuluh darah
endometrial. Fundus harus keras dan
terletak diumbilikus. Perubahan
posisi dapat menandakan kandung

30
kemih penuh, tertahannya bekuan
darah atau relaksasi uterus.

Dengan perlahan masase fundus bila


lunak. Merangsang kontraksi uterus dan
mengontrol pendarahan.
Kaji kepenuhan kandung kemih
diatas simpisis pubis. Beri tahu dokter Kandung kemih penuh dapat
bila distensi terlihat dan klien tidak mengubah posisi fundus dan
mampu berkemih. mengganggu kontraktilitas uterus.

Kaji TD dan nadi setiap 15 menit Perdarahan yang banyak dapat


sekali. menyebabkan syok dan diketahui
dengan penurunan TD / nadi cepat
dan lemah.

Dx10. resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.

Tujuan:dalam waktu 3 x 24 jam infeksi tidak terjadi.

Kriteria hasil:

1. Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan


2. Bebas dari infeksi.

31
Intervensi Rasional
Anjurkan dan gunakan teknik membantu mencegah atau membatasi
mencuci tangan dengan cermat dan penyebaran infeksi.
pembuangan pengalas kotoran,
pembalut perineal dan linen
terkontaminasi dengan tepat.

Tinjau ulang hemogolobin / Anemia, diabetes dan persalinan


hematokrit pranantal ; perhatikan yang lama sebelum kelahiran sesarea
adanya kondisi yang meningkatkan resiko infeksi dan
mempredisposisikan pasien pada memperlambat penyembahan.
infeksi pasca operasi.

Kaji status nutrisi pasien. Pasien yang berat badan 20%


Perhatikan penampilan rambut, dibawah berat badan normal atau
kuku jari, kulit dan sebagainya yang anemia atau yang malnutrisi,
Perhatikan berat badan sebelum lebih rentan terhadap infeksi
hamil dan penambahan berat badan pascapartum dan dapat memerlukan
prenatal. diet khusus.

Dorong masukan cairan oral dan Mencegah dehidrasi,


diet tinggi protein, vitamin C dan memaksimalkan volume, sirkulasi
besi. dan aliran urin, protein dan vitamin
C diperlukan untuk pembentukan
kolagen, besi diperlukan untuk
sintesis hemoglobin.

32
Berikan pendidikan kesehatana Meningkatkan pengetahuan
tentang perawatan luka operasi dan memungkinkan klien untuk
tanda-tanda infeksi. merawatluka nya dan dapat
mengenali lebih awal apabila terjadi
infeksi.

Kolaborasi
Berikan antibiotik sesuai indikasi. Mencegah terjadinya infeksi atau
sebagai pengobatan untuk infeksi
yang teridentifikasi.

Dx11. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan: dalam waktu 3 x 24 jam klien dapat beraktivitas dengan baik.

Kriteria Hasil:

Tidak terjadinya cidera pada klien.

Intervensi Rasional
Berikan istirahat yang cukup Merupakan salah satu tindakan untuk
selama masa pemulihan. mencegah terjadinya komplikasi.

Berikan penjelasan tentang Untuk menghindari terjadinya ciderapada


pembatasan gerak pada periode klien.
pasca bedah.
Agar pasien dan keluarga dapat
menghindari faktor resiko.
Jelaskan faktor resiko yang dapat

33
menyebabkan komlikasi lanjut.

Evaluasi
Klien dapat melahirkan secara secti cesarea tanpa terjadinya komplikasi lanjutan,
janin dapat lahir dengan selamat, dan klien dapat mengerti dan memahami tentang
perawatan post operasi sectio cesarea.

34
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan


melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. (Wiknjosastro,2005)

35

You might also like