Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Demokrasi yang modern berkaitan erat dengan perwakilan
(representation), atau lebih dikenal saat ini adalah perwakilan yang bersifat politik
(political representation), yaitu perwakilan rakyat melalui partai politik (parpol) yang
memiliki kemampuan untuk atau kewajiban untuk bicara atas orang yang memilih
partai tersebut, 1karena proses politik tidak serta-merta dapat dilakukan langsung oleh
rakyat secara individual, mengingat wilayah dan permasalahan teknis yang ada
dalam setiap daerah yang berbeda-beda. Di negara manapun yang menganut sistem
negara tersebut dengan baik. Untuk mewujudkan sistem perwakilan maka diperlukan
partai politik sebagai sarana penghubung antara berbagai macam kepentingan dalam
satu tujuan yaitu Indonesia merdeka, dan setelah merdeka maka pada tanggal 3
hasil desakan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) untuk
mendirikan sebanyak banyaknya partai politik dimana isi dari maklumat tersebut
aliran paham yang ada dalam masyarakat dapat di pimpin kejalan yang teratur. 2 Pada
masa itu umumnya partai politik turut membantu Indonesia memperkuat dan
dalam parlemen. Sistem politik ini diterapkan dalam sistem multi partai. Betapa
sulitnya membangun pola-pola kerja sama (koalisi) antar partai-partai politik dalam
membentuk kabinet, menunjukan tidak stabilnya politik dan pemerintahan pada masa
itu. Itulah penyebab pada periode Demokrasi Terpimpin tahun 1959-1965. Pada 5
Juli 1959 munculah Dekrit Presiden yang kemudian diberi bentuk yuridis berupa
Penetapan Presiden (Perpres) Republik Indonesia No.7 Tahun 1995 yang dalam
penyederhanaan sistem kepartaian. Atas dasar itulah pada tahun 1971 di DPR muncul
NU, Parmusi, PSII dan Perti yang berliran “Islam.” Juga muncul kelompok
2
A.Gau Kadir, Dinamika Partai Politik Di Indonesia ,Sosiohumaniora,Vol.16, No. 2 Juli 2014,hlm132-
136.
3
Partai Katolik, IPKI dan parai Murba yang beraliran “nasional / demokrasi’’ Dengan
demikian, tampil tiga oraganisasi kekuatan politik yakni PPP, Golkar dan PDI,
sebagai infrastruktur sistem politik demokrasi Pancasila di Era Orde Baru, Hal ini
diatur dalam Undang-Undang No.3 / 1975 tentang partai politikdan Golongan Karya.
Pada era ini, fungsi dan peranan partai politik melemah. Hal ini antara lain di
patai politik membentuk kepengurusan di kecamatan dan desa, ini berarti partai
era reformasi dimana deranya arus demokrasi dan menyikapi berbagai tuntutan
rakyat maka Undang - Undang No. 2 tahun 1999 tentng partai politik memberikan
peluang bagi seluruh warga negara Republik Indonesia membentuk partai politik
yang sejalan dengan Pasal 28 UUD 1945 tentang kebebasan berserikat dan
Partai politik, pemilu legislatif tahun 2004 tampil 24 partai politik jumlah tersebut
turun 50 %, namun pada tahun 2009 jumlah partai politik naik menjadi 38 partai
penting bahkan menjadi lembaga yang berikan kepentikan dan aspirasi rakyat yang
merupakan suatu akibat dari konsekuensi dalam sistem perwakilan dan menjadi
oleh Zainal Arifin Mochtar, ada depan jaminan konstitusional yang menjadi syarat
adanya eligibilitas untuk menduduki jabatan publik; Kelima, adanya hak para
pemimpin politik untuk berkompetisi secara sehat merebut dukungan dan suara;
mana oleh Huntington disebut sebagai definisi minimal demokrasi. Di dalam sistem
politik.6
Partai politik merupakan keharusan dalam kehidupan politik modern yang
demokratis, sebagai salah satu organisasi, partai politik secara ideal dimaksudkan
5
Jimly Asshiddiqie, Hukum tata Negara & Pilar-Pilar demokrasi,(Jakarta: Sinar Grafika, 2012),hlm ix-
x.
6
Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia: konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru,
(Jakarta:Kencana,2010).hlm. 11.
5
memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang saling bersaing, serta menyediakan
secara maksimal kepemimpinan politik secara sah (legitimate)7 dan sebagai wujud
berkerjanya demokrasi dalam suatu negara maka di perlukan ada partai politik,
karena sitem demokrasi tidak mungkin berjalan tanpa adanya partai politik. Begitu
besarnya peranan partai politik dalam sistem demokrasi di suatu negara, membuat
banyak kalangan beropini bahwa partai politik menentukan demokrasi, dan oleh
karena itu partai politik merupakan pilar dalam sistem politik.Dalam sistem
menjamin keterwakilan aspirasi atau kepentingan rakyat. Oleh karena itu, dalam
fungsi partai politik. Keempat fungsi partai politik itu menurut Miriam Budiarjo ,
konflik (conflict management).10 Dalam istilah Yves meny dan Andrew Knapp ,
fungsi partai politik itu mencangkup fungsi (i) mobilisasi dan integrasi ; (ii)sarana
7
Abdul Mukhtie Fadjar,Partai Politik : Dalam Perkembangan Ketatanegaraan Indonesia, (Malang:
Setara Press,2012),hlm 13.
8
Jimly Asshiddiqie, Membangun Partai politik dan Pemilihan Umum Sebagai Instrumen
Demokrasi .Jurnal Konstitusi . Vol. 3 No. 4 , Desember 2006,8.
9
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik,Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. 1992 hal.163-164.
10
Jimly Asshiddiqie ,Op Cit , hal. 8.
6
rekruitmen politik ; dan (iv) sarana elaborasi pilihan-pilihan kebijakan .Semua fungsi
mahkamah partai yang sejatinya menjadi hakim yang adil dan transparan, kerika ada
partainya, tidak jarang tanpa adanya penjelasan secara terperinci dan hasil investigasi
parlemen.
C.F. Strong berpendapat recall adalah memberikan hak bagi para pemilih
pemilihan, agar wakilnya di berhentikan dan diganti dengan wakil lain menurut
kehendak rakyat.11 Dalam hal ini praktik recall seharusnya mengikut sertakan rakyat
sebagai pemilik suara, tentu ini menjadi perdebatan dimana recall dalam pelaksaanya
di lakukan oleh partai politik yang bersangkutan bukan oleh rakyat sebagai pemilih.
Dalam Kepustakaan definisi recall antara lain di kemukakan oleh sarjana
belanda, Tomassen yang menyatakan bahwa “recall recht, het rech Tubagus
Soenmandjaja wan een politieke partij oom een via haar kandidaten lijst gekozen
parlement lid terug te reopen.” ( hak recall ialah hak suatu partai politik untuk
menarik kembali anggota parlemen yang terpilih melalui daftar calon yang
yang panjang karena saat recall ada, recall dianggap sebagai alat bagi penguasa
parlemen yang sedang menjabat dan recall juga di gunakan untuk membukam lawan
politik. Saat ini recall diatur dalam UU Partai politik 2003, yakni, UU No. 31 Tahun
2002 tentang partai politik, UU No. 22 tahun 2003 tentang Sususnan dan
Kedudukam MPR, DPR, DPD,dan DPRD, serta UU No. 12 tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, secara normatif memasukan
Tahun 2003 tentang Susduk, dan Pasal 12 huruf b mengatur mengenai penggantian
antarwaktu dari anggota DPR. Pasal 85 atat (1) huruf c UU Susduk menyatakan
bahwa “ Angota DPR berhenti antarwaktu karena : c. diusulkan oleh partai politik
partai politik yang menjadi anggota lembaga perwakilan rakyat apabila :b.
pemberhentian atau recall terhadap Fahri Hamzah yang di berhentikan oleh Partai
Keadilan Sejahterah (PKS). Recall atas Fahri Hamzah yang terjadi pada bulan April
13
M. Hadi Shubhan,”Recall”, Antar Hak Partai politik dan Hak Berpolitik Anggota Parpol, “Jurnal
Konstitusi”, Vol.3 no.4,(Desember 2016).hlm.53.
8
Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR , DPD , dan DPRD (UU MD3) serta
Tahun 2017 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik (UU Parpol), dimana terdapat klausul jika seorang anggota DPR
diberhentikan dari keanggotan partainya maka jabatanya sebagai anggota DPR juga
ikut diberhentikan. PKS lantas mengajukan penggantian posisi Fahri yang menjabat
unsur pimpinan DPR dengan menunjuk Ledia Hanifah atau Muslen Kholil sebagai
jabatan publik yang bukan mandatori langsung dari partai, jabatan pimpinan DPR RI
dipilih melalui mekanisme pemilihan dalam sebuah paket yang bersifat tetap oleh
Anggota Sidang Paripurna DPR RI. Hak recall pada dasarnya digunakan untuk
karena banyak menimbulkan akibat hukum dan perdebatan hukum di dalamnya. Saat
ini hak recall partai politik digunakan sebagai alat atau dasar pemberhentian
seseorang dari anggota DPR yang tidak tunduk pada partai politiknya. akibat dari itu
bartai politik menjadi bayang-bayang kelam bagi anggota parlemen yang ingin bebas
berekspresi membela suara rakyat. Namun Unsur pimpinan DPR yang lainya blm
14
http://nasional.kompas.com/read/2014/04/29/2249403/Fahri.Hamzah.Kembali.Melenggang.ke.Senaya
n,diakses pada 26 Agustus 2017, pukul 06.15
9
menindak lanjuti pengajuan yang dilakukan Fraksi PKS dengan alasan belum memili
kekuatan hukum tetap (inkracht), karena Fahri masih megajukan upaya hukum ke
Pengadilan Perdata pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan telah memperoleh
putusan pada Rabu 7 Desember 2016. Tentunya sangat menarik untuk diteliti lebih
lanjut karena kasus ini merujuk pada konstruksi “perwakilan rakyat” yang di
lagi oleh rakyat. Dalam Undang – Undang dasar 1955 Pasal 1 ayat (2) bahwa
Dasar.15 Meskipun begitu recall menjadi alat kontrol tehadap anggota DPR.
B. Rumusan Masalah
berikut :
Indonesia ?
3. Bagaimana upaya hukum bagi anggota parlemen yang keberatan terhadap
C. Tujuan Penelitian
15
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
10
sistem pembahasan, maka tujuan dari penelitian ini adalah, sebagai berikut :
recall;
3. Untuk mengetahui upaya hukum apa yang dapat diambil oleh anggota
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian Ini diharapkan dapat memeperkaya pemikiran dan wawasan
keilmuan dalam ilmu hukum yang berkaitan dengan hukum tata negara
yang dalam hal ini terkait dengan hak recall partai politik terhap anggota
perlemen.
b. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme hak recall partai politik
partai politiknya.
d. Diharapakan dengan adanya penilitian ini maka kita menjadi mengerti
upaya hukum apa yang harus di tempus saat seorng anggota parlemen di
berbangsa.
E. Kerangka Teori
penulisan tesis ini, dipergunakan landasan teoritis meliputi teori demokrasi, teori
perwakilan dan teori hak. Teori negra hukum dan demokrasi dipilih sebagai grand
theory, karena teori tesebut dapat menjelaskan filosofi tentang konsep politik yang
bersifat makro tentang letak kedaulatan rakyat di dalam sistem politik dan sistem
makna menjadi jembatan antara konsep makro dan realitas mikro tipe pemisahan
12
menentukan tipe perwakilan yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Teori hak
dipergunakan sebagai applied theory untuk landasan masuk ke masalah mikro yang
Dengan demikian jika grand theory (teori negara hukum dan demokrasi ) bersifat
lebih spesifik.
1. Grand Theory
Dalam penelitian ini Grand Theory menggunakan Teori Negara
Hukum dan Demokrasi. Teori Negara Hukum. Istilah dan konsep “Negara
revolusi tahun 1688 di Inggris, tetapi baru muncul kembali pada abad ke–17
dan mulai populer pada abad ke-19. Latar belakang munculnya pemikiran
wenangan yang pernah terjadi di masa lampau. Oleh karena itu, unsur-unsur
16
Yopi Morya Immanue Patrio, Direksi Pejabat Publik dan tindak Pidana Korupsi , Bandung: CV Keni
Media,2012,hlm.25.
13
menyatkan bahwa suatu negara yang baik adalah negara yang diperintah
adil dan kesusilaaan, yang menentukan baik atau buruknya suatu hukum, 17
Dalam kepustakaan hukum dan politik di Indonesia, istilah negara
hukum dipadankan dengan istilah rechstaat dan istilah rule of law. Di negara
pengamat civil law teori dan implementasi negara hukum muncul dengan
rechstaat maupun tradisi rule of law, namun tetap memiliki karakteristik yang
Indonesia Tahun 1945, maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002,
dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesia
adalah Negara Hukum.” Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa
17
Nukthoh Arfawie Kurde, Telaah kritis Teori Negara hukum (Konstitusi dan Demokrasi dalam
kerangka pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah berdasarkan UUD 1945, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar,2005,hlm.14.
18
Imam Soebechi,Judicial review Perda Pajak dan Retribusi Daerah, Jakarta :Sinar Grafika , 2012
,hlm.13-14.
14
hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa
adalah ‘the rule of law, not of man’ Yang disebut pemerintahan pada
pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya
dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl,
dengan sebutan “The Rule of Law.” Menurut Julius Stahl, konsep Negara
Hukum yang disebutnya dengan istilah ‘rech Tubagus Soenmandjaja staat’ itu
setiap Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “ The Rule of Law”,
yaitu:
1. Supremacy of Law.
2. Equality before the law.
19
Jimly Asshiddiqie,Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia: Pasca Revormasi , Jakarta: PT
Bhuana Ilmu Populer, 2007, Hlm.296-297.
15
prinsip Negara Hukum itu ditambah lagi dengan prinsip peradilan bebas dan
Negara Hukum Klasik, dan Negara Hukum Materil atau Negara Hukum
Sedangkan yang kedua, yaitu Negara Hukum Materil yang lebih mutakhir
20
Jimly Asshiddiqie ,Ibid,hlm304-305
16
‘rule of law’ dalam arti formil yaitu dalam arti ‘organized public power,’ dan
‘rule of law’ dalam arti materil yaitu ‘the rule of just law.’ Pembedaan ini
pengertian orang mengenai hukum itu sendiri dapat dipengaruhi oleh aliran
pengertian hukum formil dan dapat pula dipengaruhi oleh aliran pikiran
hukum materiel. Jika hukum dipahami secara kaku dan sempit dalam arti
yang dikembangkan juga bersifat sempit dan terbatas serta belum tentu
law’ oleh Friedman juga dikembangikan istilah ‘the rule of just law’ untuk
memastikan bahwa dalam pengertian kita tentang ‘the rule of law’ tercakup
digunakan tetap ‘ the rule of law’ pengertian yang bersifat luas itulah yang
diharapkan dicakup dalam istilah ‘the rule of law’ yang digunakan untuk
21
Jimly Asshiddiqie ,Ibid,hlm.305
17
demokrasi partisipasi rakyat merupakan esensi dari sistem ini dengan kata
Dari sudut etimologi demokrasi berasal dari kata demos (rakyat), dan
dalam dua suku kata, yaitu teori dan demokrasi. Hans Kelsen mengartikan
demokrasi sebagai :
“Kehendak yang dinyatakan dalam tatanan hukum tersebut. Lawan
tataan hukum dengan kehendak para subjek sama sekali tidak terjamin.” 24
dengan pemerintah dari rakyat, oleh rayat, dan untuk rakyat.25 Menurut
terletak sejumlah besar dari rakyat dan menjalankan kekuasaan itu untuk
22
Sarjana,Negara Hukum:Teori dan Praktek ,Yogyakarta:Thafamedia,2016.hlm.31.
23
B.Hestul Cipto Hadoyo,Hukum Tata Negara,Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia,
Yogyakarta :Andi Offset,2003,hlm.98.
24
Salim H.S dan Erlies S.N.,Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Disertasi dan Tesis,Jakarta :
Rajawali Pers,2014,hlm. 173-174.
25
Anwar(ed dan pen).Teori dan Hukum Konstitusi,Malang:Intra Publishing , 2011,hlm. 49
26
M. Solly Lubis, Ilmu Negara, Bandung : Mandar Maju , 2007, hlm. 59.
18
demikian, dewasa ini demokrasi telah menjadi sistem yang dipakai di hampir
nilai, kepercayaan, sikap, tatacara, dan gaya hidup yang diturunkan sepanjang
memerintah diri sendiri, yang dibentuk oleh otoritas yang dipilih secara bebas
mereka sendiri.27
Demokrasi Secara etimologi, berasal dari bahasa latin, yakni
demos yang artinya rakyat dan kratos, yang artinya pemerintahan. sementara
27
Muhammad Nasir Badu , Demokrasi dan Amerika, The Politics :Jurnl Magister Ilmu Politik
Universitas Hasanudin ,Vol 1 Nub. 1, January 2015.
19
adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta
hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.28
rakyatnya tahu apa yang mereka butuhkan dan pantas dapatkan sanagat
pengganti” oleh pihak yang tidak kompeten dimana banyak kesepakatan yang
yang kopetitif yang diamana terdapat persaingan antara para pemimpin dan
keputusan.30
Menurut Stephenson inti dari teori demokrasi adalah adanya
rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.” Bagaimanapun prinsip dasar ini
28
Abdy Yuhana, Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945 Sistem Perwakilan di
Indonesia dan Masa Depan MPR RI, Bandung : fokusmedia,2013,hlm.34.
29
Abdy Yuhana ,Ibid,hlm.34.
30
Abdy Yuhana ,Ibid,hlm.35.
20
demokratis.31
2. Middle Range Theory
Dalam penelitian ini, Middle Range Theory menggunakan Teori
pembatasan kekuasaaan itu dianggap harus ada dan mutlak harus ada, karena
sebelum semua fungsi negara terpusat dan terkonsentrasi di tangan satu orang
yaitu diatangan Raja atau Ratu yang memimpin negara secara turun temurun.
kehendak pribadi sang Raja atau Ratu tersebut tanpa adanya kontrol yang
jelas agar kekuasaan itu tidak menindas atau meniadakan ha-hak rakyat. 32
Upaya untuk mengadakan pembatasan kekuasaan di tunjukan dengan
negara dalam tiga cabang, yaitu ;(i) kekuasaan legislatif sebgai pembuat
ini dikenal sebagai pembagi kekuasaan negara modern dalam tiga fungsi,
balances.
Pemisahan Kekuasaan dan checks and balances menurut teori politik
Balances, seperti apa yang dikatakan oleh Montesquieu's dalam The Spirit of
ketergantunagn atara satu dengan yang lai sehinga tidak ada satu kekuasaan
yang merasa paling unggul tidak melebihi yang lain. 35 makadari itu perlu
adanya yang menjamin bahwa antara satu kekuasaan dengan kekuasan yang
lain tidak saling melampaui kekuasaanya meka dari itu munculah sistem
33
Jimlly Asshiddiqie Ibid,hlm283
34
Kenneth Newtown - Jan W. Van Deth , Perbandingan Sistem Politik :Teori dan Fakta , Bandung:
Nusa Media , 2016, hal.91 .
35
Richard Benwell and Oonagh Gay, The Sparation Of Powers, Parliamens and Constitution Journal ,
15 Agustus , Uk Parliament .
22
kegiatan bernegara. Maka dari itu munculah Partai politik sebagai wadah
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok
cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan
kontemporer.
the party, through such control ideal and material benefit and advantages“
materiil).
F. Metode Penelitian
Metode Penelitian mempunyai fungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan atau
berpikir dan bertindak logis, metodis, dan sistematis mengenai gejala yuridis,
peristiwa hukum, atau fakta empiris yang terjadi, atau yang ada di sekitar kita untuk
berikut :
1. Jenis Penelitian
berdasarkan bahan baku utama, menelaah hal-hal yang bersifat teoritis yang
dan bahan hukum lain yang terkait dengan objek penelitian. Dan dapat
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian Ialah Pendekatan Perundang-undangan (Statue
satu lembaga hukum (legal instructions) dari sistem hukum yang satu dengan
lembaga hukum (yang kurang lebih sama dari sistem hukum) yang lain. Dari
37
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji .Penelitian Hukkum Normatif;Suatu Tinjauan Singkat . Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada,2001. Hlm 24
38
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian hukum, Prenda Media Group, Surabaya, hlm.93.
25
diperoleh dari data primer, data sekunder, dan tersier. Data primer adalah semua
data dan atau informasi yang berhubungan dan berguna bagi penelitian ini yang
sekunder adalah :
3.1 Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri
Partai Politik;
2. Undang- Undang Nomor 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR,DPD,
dan DPRD;
3. Undang-undang nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR,DPR,DPD,
dan DPRD;
4. AD/ART Partai Politik;
5. Putusan dari Mahkamah Partai Politik ;
6. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan;
7. Peraturan perundang-undangan lainya yang berkaitan dengan fokus
hukum primer. Bahan hukum sekunder berupa buku, majalah, karya ilmiah
26
Koran, karya tulis ilmiah dan beberapa sumber internet yang berkaitan
ketatanegaraan di Indonesia.
5. Teknik Analisa Bahan Hukum
Pada penelitain hukum normatif, pengelolaan bahan hukum
39
Roni Hanitjo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta:Ghalia
Indonesia,1988),hlm.64.
40
Roni Hanitjo Soemitro,Ibid.hlml.64.
27
bahan. Tidak jarang pula bahwa kedua hal itu, dipisahkan satu dengan
analisanya.42
Oleh karenanya pen ulis disini melakukan penelitian hukum
yang dikaitkan dengan kasus yang penulis angkat dalam skripsi ini.
6. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan yang dilakukan penulis melakukan logika berpikir
deduktif,43 yaitu penalaran yang berlaku umum pada fenomena tertentu dan
41
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji. Penelitian Hukum Normatif .Jakarta : Raja Grafindo. 2006 .hlm,
29.
42
Soerjono soekanto, Pengantar Penelian Hukum. Jakarta : UI-Press.2014.hl. 68-69.
43
Beni Ahmad Saebani, 2008, Metode Penelitian Hukum, CV. Pustaka Setia, Bandung, hlm.111.
28
Bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
pengantar skripsi secara keseluruhan. Bab ini meliputi latar belakang masalah,
jatuhkan hak recall serta dibahs pula mengenai fakta - fakta yang terjadi pada saat
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan penelitian . Berisi
kesimpulan dari apa yang dibahas sebelumnya. Maka, bab ini merupakam jawaban
atas persoalan yang menjadi pokok pembahasan dan kemudian di lengkapi dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demokrasi
1. Pengetian Partai Politik Menurut Ahli
Sebagai suatu organisasi yang khas, partai politik dilihat sebagai suatu
together as a political unit, have distinctive aims and opinions on the leanding
44
Firmanzah, Ph.D, Mengelola Partai Politik, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm,67.
45
Jimmly Asshihiddiqie , op,cit, hlm. 709
46
Miriam Budiarjo, Op.Cit,161
31
devinisi partai politik secara longgar yakni kelompok politik apa saja yang
dalam jabatan – jabatan publik. sejalan dengan itu Ichasul Amal, juga menulis
calon bagi jabatan publik untuk dipilih oleh rakyat sehingga dapat
cita-cita dan nilai-nilai yang sama. Tujuan kelompok ini yaitu memperoleh
1945.”
50
Miriam Budiarjo , Op.Cit , hlm 404 .
33
yang jelas, dimana setiap anggotanya mempunyai pandangan yang sama dan
negara baik secara langsung maupun tidak langsung serta ikut pada sebuah
mendapatkan eksistensi.
menjadi 3 yaitu :
dielektorat.52
a. Menyederhanakan pilihan bagi pemilih
Politik adalah fenomena yang komplek. Pemilih rata-rata
negara.53
b. Pendidikan warga negara
Partai politik adalah educator. Pada konteks itu partai politik
52
Abdul Mukhtie Fadjar, 2012, Partai Politik Dalam Perkembangan Ketatanegaraan Indonesia, Setara
Press, Jawa Timur, hlm.22.
53
Sigit Pamungkas, 2011, Fungsi Partai Politik, Gramedia Pustaka, Jakarta, hlm.15.
35
organisasi partai itu sendiri. Pada bagian ini partai politik memiliki
pemerintahan
Fungsi ini sering disebut sebagai salah satu fungsi paling
ini.57
b. Pelatihan elit politik
Pada fungsi ini, partai politik melakukan pelatihan dan
54
Sigit Pamungkas Ibid.hlm.15.
55
Ichlasul Amal, 1996, Teori Mutakhir Partai Politik, Tiara Mutiara, Yogyakarta, hlm.23.
56
Miriam Budihardjo, 1981, Partisipasi dan Partai Politik-sebuah bunga rampai, PT Gramedia, Jakarta,
hlm.14.
57
Surbakti Ramlan, 1992, Memahami Ilmu Politik, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, hlm.10.
36
58
Miriam Budihardjo, Op. Cit., hlm.28
59
Surbakti Ramlan, Op.Cit., hlm.20.
60
Ibid.
37
mengefektifkan pemerintahan.61
b. Pengorganisasian pemerintahan
Pada fungsi ini partai politik menyediakan mekanisme untuk
61
Firmanzah, 2010, Mengelola Partai Politik, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, hlm.35.
62
Ibid.
63
Arifin Rahman, 1998, Sistem Politik Indonesia, LPM IKIP, Surabaya, hlm.52.
38
pemerintahan.
f. Kontrol terhadap administrasi pemerintahan
Fungsi ini terkait dengan peran partai dalam ikut mengontrol
lain. Sebagai sarana komunikasi politik, partai berperan sangat penting dalam
yang sangat besar dalam menjamin kelancaran proses politik di dalam sebuah
64
Arifin Rahman ,Ibid.hal.52.
65
Jimly Asshiddiqie, Op Cit., hal . 717-718.
39
politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau
Dalam hal ini partai politik mempunyai posisi (status) dan peranan
(role) yang sangat penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan
democracy.” Oleh karena itu, paratai politik merupakan pilar yang sangat
66
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), 160
67
Jimly Asshiddiqie,Pengantar Hukum Tata Negara ,(Jakarta;PT RajaGrafindo Persada,2009),hlm401
40
demikian dalam konteks hukum tata negara keberadaan partai politik jelas
anatomi tersebut. Partai politik merupakan salah satu dari sekian piranti yang
paham demokrasi dan kedaulatan rakyat. Oleh sebab itu tidak dapat
terelakkan, jikalau katup demokrasi dan kedaulatan rakyat telah dibuka dan
peran partai politik tentu tidak menjadi masalah (besar) jika partai-partai
politik rakyat.71
aturan yang berlaku dan harus diindahkan oleh partai politik. Hal ini
68
Sudarsono, , “Peranan Partai Politik Dalam Mewujudkan Etika Politik”, dalam Wiyono, Suko, &
Suroso, Dkk, Editor, Pembudayaan Etika Politik, Universitas Wisnuwardhana Malang:Malang Press,.hal. 16.
69
B. Hestu Cipto Handoyo,Hukum Tata Negara Indonesia, Yogyakarta: Universitas Atma .Jaya,
2009,hlm. 266.
70
B. Hestu Cipto Handoyo Ibid.,hlm. 267.
71
Tommi A. Legowo, Op.Cit., hlm. 88.
41
negara atau pemerintah. Oleh sebab itulah persyaratan dan tata cara pendirian
mendirikan sebuah partai politik di Indonesia. Salah satu persyaratan itu tidak
lain adalah harus memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
persyaratan semacam ini, maka sejatinya partai politik tidak lain adalah
sebuah badan hukum yang merupakan subyek hak. Secara internal posisi
72
B. Hestu Cipto Handoyo, Op.Cit., hlm. 267.
42
kepentingan politik bangsa dan negara. Hal ini menandakan bahwa rumusan
merupakan manifestasi dari hak politik warga negara yang dijamin oleh
73
B. Hestu Cipto Handoyo ,Ibid.,hal.208.
74
Philippe Nonet & Philip Selznick. Law and Society in Transition:Toward Responsive Law, Harper &
Row : New York.1978., hal. 96.
75
B. Hestu Cipto Handoyo, Op.Cit., hal. 271
43
dan AD/ART setiap partai politik kedaulatan partai berada pada anggota.76
ditetapkan dalam AD dan ART partai politik. Selain harus demokratik sesuai
dengan asas kedaulatan partai terletak di tangan para anggota, AD/ART partai
rakyat atau organisasi kader dari, oleh dan untuk para anggota atas dasar
76
Ramlan Surbakti, “Demokrasi . . . ., hlm. 33.
77
Ramlan Surbakti, , “Perkembangan Partai Politik Indonesia”, dalam Ramses M., Andy, Dkk,
Editor, Politik Dan Pemerintahan Indonesia, Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia, Jakarta. 2009., hlm. 143-
144.
44
sentralisme dan personalisme ketua umum adalah pada Pasal 9 ayat (3) ART
struktur organisasi Partai yang lebih tinggi di dalam hal-hal yang tidak
Pengaruh;
Dasar hukum;
Konformitas hukum.
hukum, bahwa wewenang itu selalu harus dapat ditunjuk dasar hukumnya dan
78
Ramlan Surbakti, “Demokrasi . . . , Op.Cit., hl. 34
45
wewenang, yaitu standar umum (semua jenis wewenang) dan standar khusus
AD dan ART partai politik merupakan Kode Etik bagi anggota partai
dalam konsep hukum public dan hukum privat, sementara istilah wewenang
79
Philipus M. Hadjon, “Hukum Administrasi Dan Tindak Pidana Korupsi”, Yogyakarta :Gadjah Mada
University Press, , 2011.,hlm. 10-11.
80
S.F. Marbun, , “Peradilan Administrasi Negara Dan Upaya Administrasi Di Indonesia”, (Yogyakarta
:FAHRI HAMZAH UII Press), 2011,, hal. 144.
81
Philipus M.Hadjon, 2006,Pengantar Hukum Administrasi Indonesia_Introduction to Indonesian
Administrative Law,Yogyakarta:Gajah Mada University Press.hlm.1.
46
lain, keputusan pemerintah oleh organ yang berwenag harus di dasarkan pada
wewenang yang secara jelas telah diatur, dimana wewenang telah di tetapkan
Partai politik yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
82
Philipus M.Hadjon,Ibid.hlm.1.
83
Kamus Besar Bahasa Indonesia ,Cetakan Pertama Edisi III,Jakarta:Balai Pustaka,hlm1272.
47
peraturan perundang-undangan;
peraturan perudang-undangan;
48
perundang-undangan;
terdiri dari kata “syn” dan “histanai” dari kata Greek, yang berarti to place
84
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik sebagaimana telah diubah melalui
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 pada pasal 1.
85
Imam Syaukani & A.Ahsin Thohari , Dasar-Dasar Politik Hukum , Jakarta : Rajagrafindo Persada ,
2010, ,hlm.61.
49
elemen yang saling berinteraksi satu sama lain, dalam sistem tidak menghendaki
adanya konflik antar unsure unsur yang ada dalam sistem, kalau sampai terjadi
hubungan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti pengetahuan-
dengan yang lainnya secara fungsional dalam satu sistem.89 Berpikir secara
sistem, berarti secara menyeluruh hal-hal yang didekati tidak lagi bermula dari
86
Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia :Pemahaman Secara Teoristik Dan Empirik,Jakarta
:Raja Grafindo,2012,hlm.7.
87
Dasril Rajab , Hukum Tata Negara Indonesia , Jakarta:Rineka Cipta , 2005 ,hlm 64.
88
Teguh Prasetyo & Abdul Halim Barakatullah, Filsafat, Teori, & Ilmu Hukum: Pemikiran Menuju
Masyarakat Yang Berkeadilan Dan Bermartabat, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012,hlm. 311.
89
A. Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis, Dan Aksiologis,
Jakarta : Bumi Aksara, 2011, hlm. 85.
90
Pandji Santosa, Administrasi Publik Teori Dan Aplikasi Good Governance, Bandung: Refika
Aditama, , 2009, hlm. 79.
91
Sukarna, Sistim Politik, Alumni, Bandung, 1979, hlm. 13.
50
sama lain serta terikat pada rencana (planned) yang sama untuk mencapai
mengetahui apakah segala sesuatu itu dapat dikatakan sistem maka harus
(bagian-bagian, elemen-elemen).
(complex).
92
Beddy Iriawan , Sistem Politik Indonesia : pemahaman Secara Teoritik Dan Empirik , Jakarta : Raja
Grafindo , 2012,hlm.8-9.
51
rangkaian, yang kait-mengkait satu sama lain. Fungsi sistem bagi unsur-
sama lain berada dalam keadaan kait-mengkait adalah mutlak adanya. Suatu
yang telah ditentukan di dalam metode agar daya kerja metode itu konsisten,
sehingga pencapaian tujuan itu membentuk totalitas unit lebih dapat terjamin.
sistem ketatanegaraan suatu negara, kita harus mengetahui lebih dulu lembaga-
93
H.R. Otje Salman S. & Anthon F. SusantoTeori Hukum (Mengingat,Mengumpulkan, Dan Membuka
Kembali), , Bandung :Refika Aditama, , 2010, hlm. 89.
94
Sri Soemantri Martosoewignjo, “Lembaga Negara Dan State Auxiliary Bodies Dalam Sistem
Ketatanegaraan Menurut UUD 1945”, dalam Siti Sundari Rangkuti, Dkk, Editor, Dinamika Perkembangan
Hukum Tata Negara Dan Hukum Lingkungan, Airlangga University Press, Surabaya, 2008. hlm. 197.
52
Dalam pada itu menurut kamus yang sama, “ketatanegaraan” diberi arti
“segala sesuatu mengenai tata negara seperti politik, dsb.”. Dalam kamus itu
juga “tata negara” diberi arti “segala sesuatu yang mengenai peraturan-
hukum yang bertalian dengan susunan dan peraturan negara; ilmu tata negara,
95
Abdy Yuhana, Sistem Ketatanegaran Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945 Sistem Perwakilan Di
Indonesia Dan Masa Depan MPR, Bandung,: Fokusmedia, , 2009,hlm. 68.
53
peraturan susunan dan bentuk pemerintahan negara, serta hukum tata negara”.96
normatif kepada aspek hukum (juridical thinking) melulu, tetapi juga, dimana
perlu, harus juga mengacu pada segi filosofis dan politis, karena memang
menurut disiplin ilmu hukum tata negara modern ini, ada 3 (tiga) macam
RPJPN.97
96
Sri Soemantri Martosoewignjo, , “Susunan Ketatanegaran Menurut UUD 1945”, dalam Sri Soemantri
M., Dkk, Editor, Ketatanegaran Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia 30 Tahun Kembali Ke Undang-
Undang Dasar 1945, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1993. hal. 35-36.
97
M. Solly Lubis, “Reformasi Politik Hukum: Syarat Mutlak Penegakan Hukum Yang Paradigmatik”,
dalam Sophia Hadyanto, Dkk, Editor, Paradigma Kebijakan Hukum Pasca Reformasi Dalam Rangka Ultah Ke-
80 Prof. Solly Lubis, Jakarta: Sofmedia, 2010, hlm. 64.
54
Ciri yang khas pada norma hukum tata negara, ialah bahwa ia adalah
Undang Dasar. Selain itu, berdasarkan Pancasila maka dianut pula prinsip
98
M. Solly Lubis, , Hukum Tatanegara, Bandung: Mandar Maju, 2008, hlm. 39.
99
Penjelasan Umum Undang-Undang No. 16 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
55
berdasarkan UUD 1945 yang asali. Salah satu gagasan fundamental yang sudah
1945. Jika sebelumnya ditentukan dalam Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 bahwa
dan dilakukan dengan persetujuan DPR, maka dalam perubahan pertama dan
kedua UUD 1945 Pasal 20 ayat (1) kekuasaan untuk membentuk undang-
menurut Pasal 5 ayat (1) yang baru ditentukan hanya berhak mengajukan
undang.101
101
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Pendidikan Pancasila, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2002, hlm.77—78.
57
Rakyat Republik Indonesia, secara yuridis sebagai dasar kehadiran lembaga baru
Republik Indonesia yang diatur dalam Pasal 22C dan Pasal 22D. Sebagai
tindaklanjut dari Pasal 22C dan Pasal 22D Undang-Undang Dasar Negara
ini disebut sebagai lembaga tertinggi negara itu memang telah mengalami
perubahan yang sangat mendasar, akan tetapi keberadaannya tetap ada sehingga
sistem yang kita anut tidak dapat disebut sistem bikameral ataupun satu kamar,
dalam kerangka struktur parlemen Indonesia itu memang telah terjadi mengenai
unsur keanggotaan MPR. Dengan demikian, anggota MPR hanya terdiri atas
‘supreme body’ yang memilik kewenangan tertinggi dan tanpa kontrol, dan
102
karena itu kewenangannyapun mengalami perubahan-perubahan mendasar.
yaitu:
Dasar,
UUD, (b) melantik Presiden dan Wakil Presiden, (c) memberihentikan Presiden
power) secara tegas antara fungsi legislatif dan eksekutif dalam perubahan pasal
5 ayat (1) juncto pasal 20 ayayt (1) dalam perubahan pertama UUD 1945 yang
dipertegas lagi dengan tambahan pasal 20 ayat (5) perubahan kedua UUD 1945.
102
Jimly Asshiddiqie, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun
1945, Makalah Penegakan Hukum dalam Era Pembangunan Berkelanjutan, Badan PembinaanHukum Nasional,
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, Denpasar, 14—18 Juli 2003, hlm.15.
59
rancangan Undang-Undang. Dengan perubahan ini berarti UUD 1945 tidak lagi
Presiden dan Wakil Presiden dalam satu paket secara langsung oleh rakyat dalam
ketentuan pasal 6A ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945 yang sekaligus
dan sistem pertanggung jawaban Presiden tidak lagi dilakukan kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat, tetapi juga langsung kepada rakyat. Oleh karena itu,
rakyat, kedaulattan yang ada ditangan rakyat itu, sepanjang menyangkut fungsi
legislatif, dilakukan oleh MPR yang terdiri atas dua kamar dewan, sedangkan
dalam bidang eksekutif dilakukan oleh Presiden dan Wakil Presiden sebagai satu
paket kepemimpinan eksekutif yang dipilih langsung oleh rakyat. 104 Majelis
dimasa depan berubah menjadi nama dari lembaga perwakilan rakyat Indonesia
103
Jimly Asshiddiqie ,Ibid., hlm. 16.
104
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 16 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dewan Perwakilan
Daerah
60
yang terdiri atas Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah yang
parliament, house dan chamber, namun semuanya merujuk pada hal yang sama.
beberapa parlemen.105
Parliament menurut Oxford Dictionary of Law sebgai noun adalah the
105
Kenneth Newton – Jan W. Van Deth , Op. Cit, hlm. 94.
106
Elizabeth A. Martin,Oxford Dictionary of Law: Seventh Edition,(New York:Oxford University
Press,2009),hal.393.
107
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary: Ninth Edition, (United State of Amerika : Thomso Reuters
Publishing),hal.1225.
61
representation ), yaitu perwakilan rakyat yang melalui partai politik (parpol) yang
mempunyai kemampuan atau kewajiban dan bertindak atas nama orang yang
memilih partai tersebut. Lembaga ini di Indonesia disebut juga dengan Dewan
lembaga perwakilan (politik) ini sering disebut lembaga legislatif karena tugas
fungsi dari lembaga tersebut tidak hanya membuat UU, tetapi juga memiliki
mencangkup beberapa orang dari perwakilan rakyat dengan jumlah yang sangat
terbatas, yang memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain dengan kesamaan
Rakyat memiliki bentuk dan nama yang berbeda di tiap negara berdasarkan rezim
pandang sebagai representasi mutlak warga negara dalam rangka ikut serta
2. Struktur Parlemen
Secara umum, ada tiga prinsip perwakilan yang dikenal di dunia , yaitu :
salah satu pilar demokrasi modern. Namun, pilar partai politik ini dipandang
negara yang berbentuk federal, sistem double-checks ini diangp lebih ideal.
sangat besar jumlah penduduknya. Karena itu, UUD 1945 yang sejak
Itu sebabnya maka Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 yang lama berbunyi,
112
Jimly Asshiddiqie.,Ibid., hal 154.
113
Jimly Asshiddiqie.,Ibid.,hal156
64
Bagian Keempat
Pemberhentian Antarwaktu
Pasal 13
a. meninggal dunia;
c. diberhentikan.
lebih;
perundang-undangan;
Pasal 14
66
(1) huruf a dan huruf b serta pada ayat (2) huruf c, huruf d, huruf g,
dan huruf h diusulkan oleh ketua umum atau sebutan lain pada
Pasal 15
(1) Dalam hal anggota partai politik diberhentikan oleh partai politiknya
(2) Dalam hal belum ada putusan pengadilan yang telah memperoleh
ayat (2) paling lama 14 (empat belas) Hari sejak usul pemberhentian
Bagian Kelima
Penggantian Antarwaktu
Pasal 16
(2) Dalam hal calon anggota yang memperoleh suara terbanyak urutan
berikutnya dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang
sama.
Bagian Keenam
Pasal 17
(3) Paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak menerima nama calon pengganti
(4) Paling lambat 14 (empat belas) Hari sejak nama Anggota yang
dipandu oleh pimpinan DPR, dengan tata cara dan teks sumpah/janji
D. Hak Recall
1. Pengertian Hak Recall Menurut Undang-Undang
diatur dalam Pasal 213 ayat (1) dan (2) serta Pasal 383 ayat (1) dan (2) UU
MD3.
Jika recall diartikan dalam arti luas berdasarkan Pasal 213 ayat (2)
Perwakilan Rakyat Daerah memang recall adalah sesuatu yang wajar adanya
ketika memenuhi salah satu syarat recall diatas maka keanggotaan DPR yang
pejabat eksekutif atau legislative yang mereka pilih, yang telah terbukti tidak
prosedur melalui mana seorang pejabat eksekutif untuk bisa di turunkan dari
71
oleh rakyat yang dilakukan atas dasar pengajuan suatu petisi yang
Recall telah hadir dan dikenal secara formal di bumi Indonesia sejak
Pemilihan Umum. Undang-undang ini lahir beberapa bulan setelah Orde Baru
loyal pada Orde Lama pimpinan Soekarno.115 Dengan demikian hak recall
diatur dalam suatu undang-undang bukan diatur dalam Peraturan Tata Tertib
mengikat juga secara ekstern partai politik atau organisasi politik yang
hak recall di masa Orde Baru diatur dalam Pasal 15 huruf a, huruf b, dan
sebagai berikut:
berikut:
73
wenang.”
Tahun 1975 menentukan Pasal 43 ayat (1) diganti dengan ketentuan yang
Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
ayat (4), dan ayat (5) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah."
Halil, Chalid Mawardi, MA. Ganni, Darussamin AS, Ruhani Abdul hakim
mereka yang diusulkan sejak Desember 1984 hingga Maret 1985 ditanggapi
dingin oleh pimpinan DPR waktu itu Amir Machmud dan ternyata usul recall
itu tidak diteruskan oleh pimpinan DPR kepada Presiden. Kemudian pada
politik’ (melanggar tata tertib partai). Usulan FPP disetujui oleh ketua DPR
Kemas Fachrudin, Edi Junaedi, Suparman, Jaffar, dan Thalib Ali (semua
anggota DPR periode 1982- 1987). Ketiga, recalling di tubuh Golkar pertama
dianggap terlibat kasus Malari 15 Januari 1974. Recalling kedua terjadi pada
recall oleh partai politik yang selama Orde Baru efektif digunakan oleh partai
116
Ibid., hal. 161-162
77
Perwakilan Rakyat Daerah, yang diatur pada Pasal 85 ayat (1) huruf c sebagai
berikut:
berikut:
117
Ibid., hal. 163.
78
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, b, dan c serta ayat (2) huruf d
diresmikan.”
ketentuan pada Pasal 85 ayat (1) huruf c langsung disampaikan oleh Pimpinan
apabila:
79
Pengaturan recall pada Pasal 16 ayat (1) huruf d, ayat (2), dan ayat (3)
bahwa:
Rakyat Daerah. Pengaturan recall kembali muncul dalam Pasal 213 ayat (2)
huruf e dan huruf h. Hegemoni partai politik dalam hak recall masih sangat
besar.
80
sesuatu.118 Maka dapat diartikan bahwa hak adalah kekuasaan yang benar
relations).
118
Tim Penyusun Kamus Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002). hlm.427.
119
P.H.Collin, Dictionary Of Law: Third Edition, (London: Peter Collin Publishing, 2000), hlm. 306.
81
papers120
Dalam Black’s Law Dictionary juga terdapat definisi mengenai recall yaitu :
replacement.
menjadi 3 (tiga) makna, yaitu penghapusan seorang pejabat publik dari kantor
pencabutan keputusan untuk alasan faktual atau hukum. Selain definisi recall,
voters have the opportunity to remove a public official from office, 122 yang
120
P.H.Collin ,Ibid.hlm.306
121
Bryan A.Garner, Black’s Law Dictionary: Seventh Edition, (United Staties of America: West Group
ST. Paul Minn,2000), hlm. 1019.
122
Ibid.,Hlm423.
82
Recall yaitu The further examination of a witness after his evidence has been
completed. The judge may permit the recall of a witness even after the close
Witness yang memiliki definisi yaitu The judge has a discretionary power to
allow the recall of a witness after the close af a party’s case to allow evidence
in rebuttal.124
Recall merupakan kata dalam bahasa Inggris , yang terdiri dari kata
“re’ yang artinya kembali dan “call” yang artinya di panggil atau memanggil .
Jika kata ini disatukan maka kata recall ini akan berarti di panggil atau
memanggil kembali . Kata recall ini merupakan suatu istilah yang di temukan
123
Elizabeth A. Martin, Oxford Dictionary of Law: Third Edition, (New York: Oxford University Press,
2000), hlm.329.
124
L.B. Curzon, Dictionary Of Law: Fifth Edition, (Great Britain: Pitman Publishing, 1998), hlm. 401.
83
lain menurut kehendak rakyat.125, Jadi dalam konteks inin recall merupakan
suatu hak yang diiliki pemilih terhadap orang yang dipilihnya 126
dihubungkan dengan hak partai untuk me-recall anggotanya dari kursi DPR,
Recall Recht: het recht van een politieke partij om een via haar kandidaten
125
Efriza,Studi Parlemen; Sejarah, Konsep, da Lanskap Politik Indonesia ,(Malang :Setara
Press,2014).hlm 300.
126
Haris Munandar(ed),Pembangunan Politik ,Situasi Global dan Hak Asasi Manusia , Jakarta :
Gramdia .1994.hlm.128
127
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia,( Jakarta :Rajagrafindo Persada), hal. 254.
128
Pataniari Siahaan, 2012, Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945, Konpress, Jakarta, hal. 144
129
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 008/PUU-IV/2006 Perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2003 Tentang Susunan Dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD Serta Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2002 Tentang Partai PolitikTerhadap UUD 1945.
84
demikian, recall merupakan hak suatu partai politik untuk menarik kembali
hak recall partai politik adalah suatu penarikan kembali atau pemberhentian
ini yaitu recall oleh partai politik. Karena recall sebenarnya tidak saja dapat
dilakukan oleh partai politik tetapi bisa juga oleh Badan Kehormatan DPR.
politik terhadap para anggotanya yang duduk sebagai anggota parlemen, baik
di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Hak recall sendiri tidak lepas dari
eksistensi partai politik. Keberadaan partai politik merupakan salah satu dari
Hak recall itu menimbulkan kontroversi. Hal ini disebabkan ada dua
aliran yang bertentangan. Aliran pertama berpendapat bahwa wakil rakyat itu
130
J.J.A. Thamassen (red), “Democratie, Theorie en Praktijk, Alphen aan den Rijn, Brussel, Samson
Uitgeverij”, 1981, hlm. 156, dikutip dari Putusan Mahkamah Konstitusi No. 008/PUU-IV/2006.
85
Negara Republik Indonesia tahun 1945 secara eksplisit diatur dalam Pasal
28E ayat (3) yang berbunyi, “Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat,132
representative into a mere delegate, making him the victim of the corrupt
attacks of any active and intriguing clique, and this would tend to drive public
korup dari kelompok yang aktif dan berintrik, dan cenderung mengarahkan
kehidupan publik).
kepada konstituen karena terpilih dengan suara terbanyak. Tapi pada saat dia
dengan adanya pranata ini, apalagi nanti kalau bicara soal fraksi, ada suara
adalah utusan partai politik yang memenangkan kursi DPR dalam proses
pemilu. Sebagai utusan partai politik, anggota DPR tidak dapat menyatakan
pikiran atau pendapat, dan atau tindakan yang berbeda atau menyimpang dari
pendirian atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh partai politik; bahkan jika
pikiran, pendapat atau tindakan anggota DPR itu sesuai atau mencerminkan
aspirasi dan atau kepentingan masyarakat dari daerah pemilihan anggota DPR
yang bersangkutan.
134
Bilal Dewansyah, “Implikasi Pergeseran Sistem Pemilu Terhadap Pola Hubungan Wakil Rakyat dan
Rakyat: Mungkinkah Pergeseran Tipe Wakil rakyat Dari Partisan Ke Politico”, dalam Setyanto, Widya P., Dkk,
Editor, Representasi Kepentingan Rakyat Pada Pemilu 2009 Dinamika Politik Lokal Di Indonesia, Salatiga. 2010
hal. 67-68.
87
negara ditentukan oleh partai politik baik secara langsung maupun tidak
kekuasaan negara niscaya harus melalui partai politik. Suka atau tidak, partai
(pemerintah dan DPR) dan infra struktur politik (partai politik) sendiri yang
tidak selalu sesuai dengan hakikat kedaulatan rakyat dan hakikat bahwa
135
Tommi A. Legowo, “Pemilu 2009, Kosolidasi Demokrasi Dan Perwakilan Politik”, dalam Basyar,
Hamdan, Dkk, Editor, Kepemimpinan Nasional, Demokratisasi, Dan Tantangan. Globalisasi, ,
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.,2009, hal. 106.
136
3 Ramlan Surbakti, “Demokrasi Deliberatif Dan Partisipatif”, dalam Ramses M., Andy, Dkk,
Editor, Politik Dan Pemerintahan Indonesia, Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia, Jakarta. 2009., hal. 141.
137
Miriam Budiardjo, 1981, “Partisipasi Dan Partai Politik: Suatu Pengantar”, dalam Miriam
Budiardjo, Editor, Partisipasi Dan Partai Politik Sebuah Bunga Rampai, Gramedia, Jakarta, hal. 15-16.
138
Miriam Budiardjo, Ibid., hal. 158.
88
ayat (1) huruf d dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Partai Politik) tidak menjamin prinsip due process of law yang merupakan
salah satu prinsip negara hukum, karena bisa bersifat subjektif pimpinan
partai politik yang sulit dikontrol oleh publik. Jadi perlu dihadapkan pada
tinggi dan suara yang diberikan rakyat pada pemilu kepada anggota partai
kepentingan partai. Hal diatas dikemukakan bahwa hak recall partai politik
BAB III
PEMBAHASAN
(DPTP) PKS. Dalam pertemuan yang dimulai sekitar jam 15.30 tersebut hadir 3
(tiga) anggota DPTP yaitu Ketua Majelis Syuro (KMS), Wakil Ketua Majelis
partai yang berbasis Islami , maka dari itu sebagai kader dan partai dakwah yang
arahan Partai saat itu antara lain; (1) Mengucakan perkataan yang tidak sopan
untuk para anggota DPR RI. Pernyataan ini diadukan oleh sebagian anggota
Hamzah diputus oleh MKD melakukan pelanggaran kode etik ringan.; (2)
139
http://pks.id/content/penjelasan-pks-tentang-pelanggaran-disiplin-partai-yang-dilakukan-saudara-
fahri-hamzah, diakses pada 18 Desemer 2017 pukul 23:38
90
badan untuk 7 (tujuh) proyek DPR RI yang mana hal tersebut bukan merupakan
tentang Penghargaan dan Sanksi. Dan di dalam ayat (3) dinyatakan bahwa Partai
aturan syariat dan/atau organisasi, menodai citra partai atau perbuatan lain yang
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, dan atau
Partai.140
politik Fahri Hamzah tetap tidak berubah. Sikap kontroversi dan kontraproduktif
kembali berulang, bahkan timbul kesan adanya saling silang pendapat antara
Fahri Hamzah selaku pimpinan DPR RI dari PKS dengan pimpinan PKS
yang mengemuka saat itu di publik adalah (1) Kenaikan tunjangan gaji pimpinan
dan anggota DPR RI dinilai oleh Fahri Hamzah masih kurang, padahal Fraksi
negara, termasuk pimpinan dan anggota DPR RI; (2) Terkait Revisi UU KPK,
pihak yang sok pahlawan dan ingin menutupi boroknya, padahal di saat yang
sama WKMS dan Presiden PKS telah secara tegas menolak revisi UU KPK.
Silang pendapat yang terbuka antara Fahri Hamzah dengan Pimpinan Partai ini
tentunya mengundang banyak pertanyaan di publik dan juga dari internal kader
PKS.
Akhirnya pada tanggal 23 Oktober 2015 di Ruang Kerja DPTP PKS, KMS
sikap Fahri Hamzah tidak sesuai dengan arahan Partai dan tidak sesuai dengan
tanggal 1 September 2015. Untuk itu demi kemaslahatan Partai ke depan dan
di posisi Wakil Ketua DPR RI perlu ditinjau. Walau demikian, KMS tetap
dioptimalkan perannya, sehingga Fahri Hamzah akan ditugaskan pada posisi lain
di DPR RI (salah satu pimpinan dari Alat Kelengkapan Dewan DPR RI).
rotasi jabatan sebagai Wakil Ketua DPR RI dapat dilakukan dengan cara
92
mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai Wakil Ketua DPR RI.
dirinya kepada kolega sesama pimpinan DPR RI, kepada Presidium Koalisi
Merah Putih (KMP), dan kepada keluarganya. Hanya saja Fahri Hamzah
2015 sebelum masuk masa reses DPR RI sehingga saat masuk masa sidang
berikutnya posisi Fahri Hamzah sudah tidak lagi menjabat sebagai Wakil Ketua
DPR RI.
Hamzah tidak berubah. Bahkan dalam kasus Ketua DPR RI yang diadukan oleh
Menteri ESDM kepada MKD terkait pelanggaran etika (Kasus Freeport), Fahri
141
Lihat Undang-undang No.17 Tahun 2014 jo UU No.42 Tahun 2014
93
proses persidangan di MKD DPR RI. Hal ini semakin menunjukkan Fahri
datang ke kantor DPTP PKS. Pada saat itu, KMS menanyakan perkembangan
proses pengunduran diri Fahri Hamzah dari jabatannya sebagai Wakil Ketua
sendiri. Di luar dugaan, Fahri Hamzah menyatakan bahwa dia berfikir ulang
mengundurkan diri dari jabatannya itu akan berakibat terjadinya kocok ulang
pimpinan DPR RI142, sehingga menurut Fahri Hamzah PKS akan kehilangan
KMS telah mempelajari bahwa hal itu tidak akan berakibat kocok ulang dan
142
Lihat putusan pengadilan negeri dengan nomor register perkara 214/Pdt.G/2016/PN.JKT.Sel.
Gugatan Perbuatan Melawan Hukum kasus Fahri Hamzah.
94
mantan anggota Pansus RUU MD3 tersebut dari unsur FPKS DPR RI.143
mengundurkan diri, maka akan digantikan oleh anggota dari Fraksi yang
bersangkutan. Atas logika dan fakta yuridis itu, dalam kesempatan tersebut Fahri
atas dan bahkan menegaskan bahwa dirinya memilih ingin tetap berada dalam
surat pengunduran diri Fahri Hamzah dari jabatannya sebagai Wakil Ketua DPR
kepada Fahri Hamzah melalui pesan singkat WA yang dijawab oleh Fahri
Lantai 2 Kamar 209 (Sekretariat Fraksi PKS MPR RI). Sesuai dengan amanah
diri termaksud secara langsung kepada Fahri Hamzah Pada saat Tubagus
dirinya itu,144 Fahri Hamzah secara halus menolak dengan alasan: (a) meminta
izin untuk mempelajari surat pengunduran diri tersebut seraya meminta waktu
atas, KMS lalu mengirim pesan kepada Fahri Hamzah yang isinya memberi
meminta untuk bertemu esok harinya, pada hari Senin, 14 Desember 2015.
Pada tanggal 14 Desember 2015 pukul 01.00 WIB Fahri Hamzah mengirim
pesan kepada KMS yang isinya: (a) belum Tubagus Soenmandjaja (b) hatinya
belum mantap untuk melaksanakan tugas tersebut, (c) akan bicara pada
LAWYER dan guru besar Tata Negara, (d) alasan lainnya terkait kegiatan DPR.
144
Lihat putusan pengadilan negeri dengan nomor register perkara 214/Pdt.G/2016/PN.JKT.Sel.
Gugatan Perbuatan Melawan Hukum kasus Fahri Hamzah. Hlm. 24
96
kepada Fahri Hamzah untuk konsultasi kepada siapa saja dan ditunggu sampai
esok harinya tanggal 15 Desember 2015 pukul 09.00 WIB. Tetapi hari itu
FAHRI HAMZAH tidak bisa datang dengan alasan kegiatan di DPR RI.
Pada tanggal 16 Desember 2015, sekitar pukul 08.00 WIB akhirnya datang
terakhir bagi Fahri Hamzah, oleh karena itu jika Fahri Hamzah tidak bersedia
menurut AD/ART PKS. KMS mengingatkan hal tersebut hingga dua kali dan
Fahri Hamzah mengatakan dia paham AD/ART PKS dan siap menjalani proses
tersebut.
Karena Fahri Hamzah menyatakan paham AD/ART PKS dan siap menjalani
AD PKS Bab XVIII terkait Penghargaan dan Sanksi Pasal 26 ayat (3) yang
menyebutkan: 145
citra partai atau perbuatan lain yang bertentangan dengan AD/ART dan/atau
Penjatuhan Sanksi Bab V terkait Obyek Hisbah pada Bagian Kedua Kategorisasi
seperti: (a) melanggar sumpah atau janji setia anggota partai; (b)
melanggar peraturan dan keputusan Partai; (e) tanpa alasan sah tidak
DPP PKS sesuai AD/ART PKS. Persoalan yang dilimpahkan adalah terkait
mekanisme pemberhentian dan penggantian Anggota DPR diatur dalam Bab III
Pasal 41
Pasal 46
(1) Dalam hal ketua dan/atau wakil ketua DPR berhenti dari jabatannya
penggantian.
(2) Dalam hal penggantian pimpinan DPR tidak dilakukan secara
wakil ketua DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam rapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ketua dan/atau wakil ketua DPR
mengucapkan sumpah/janji.
100
DPP PKS, sebab Bidang Kaderisasi DPP PKS adalah bidang yang terkait
Partai kepada BPDO sebagai Badan yang oleh AD/ART PKS diberikan
BPDO yang menyatakan bahwa Fahri Hamzah tidak bisa hadir pada
tersebut dibahas dalam rapat BPDO pada tanggal 4 Januari 2016. BPDO
4. Pada tanggal 11 Januari 2016 pukul 19.30 WIB, Fahri Hamzah datang ke
yang telah disampaikan oleh Fahri Hamzah kepada Pimpinan Partai pada
tersebut terjadi di ruang kerja KMS di kantor DPTP PKS bukan di rumah
pribadi KMS, sehingga itu tidak benar jika dianggap sebagai permintaan
pribadi KMS.
7. Selain itu dalam rapat tersebut, BPDO juga mengundang saksi ahli saudara
persidangan Majelis Qadha yakni Iskan Qolba Lubis, Jazuli Juwaini, Fadli
sebagian usulan Teradu yang mengajukan saksi yaitu Iskan Qolba Lubis
10. Pada tanggal 28 Januari 2016 persidangan kedua Majelis Qadha atas
diduga:
104
Partai”
Partai.
d. Melanggar Pedoman Partai No.01 Tahun 2015 Pasal 11 Ayat (2) huruf
a, b, e, dan m.
terbatas seperti:
105
persatuan jamaah.
11. Pada tanggal 29 Januari 2016 pukul 08.00 WIB, Majelis Qadha memanggil
dan meminta keterangan Saudara Iskan Qolba Lubis dan Saudara Jazuli
Juwaini sebagai saksi yang diajukan oleh Teradu. Kedua saksi sudah
Tahkim.” Dan Pedoman Partai No.2 Tahun 2015 Pasal 44 ayat (4) yang
14. Majelis Tahkim dalam AD/ART PKS yang disebut di atas adalah sebutan
rapat DPTP pada tanggal 28 Januari 2016. DPP PKS sesuai arahan DPTP
2016.
15. Pada tanggal 11 Februari 2016, Majelis Tahkim mengadakan rapat pertama
16. Pada tanggal 15 Februari 2016 Majelis Tahkim meminta pendapat saksi
Syuro, baik lisan atau pun tulisan. Jika sebuah arahan bersifat lisan, apakah
17. Majelis Tahkim juga meminta kesaksian dari KMS di kantor DPP PKS
pada tanggal 18 Februari 2016 terkait arahan KMS kepada Teradu itu
pribadi ataukah lembaga dari sudut pandang AD/ART dan Peraturan Partai
lainnya.
yang diperlukan. Karena itu setelah rapat, Majelis Tahkim mengirim surat
19. Pada Sabtu, tanggal 20 Februari 2016 pukul 21.44 WIB Teradu
dipercepat. Tapi jika boleh diundur di pekan yang sama, gak pa- pa, agar
Fahri Hamzah.” Pada saat itu, Fahri Hamzah sedang melakukan kunjungan
20. Pada hari Ahad tanggal 21 Februari 2016 pukul 14.00 WIB, HNW
juga Anggota DPR RI FPKS) bahwa Fahri Hamzah dan rombongaan yang
tidak ada lagi agenda disana, dan saat itu semua sudah tiba di Indonesia.
Artinya dapat disimpulkan bahwa Fahri Hamzah sudah ada di Jakarta dan
109
21. Pada tanggal 22 Februari 2016 sidang pertama Majelis Tahkim digelar
pukul 16.12 WIB, Teradu tidak hadir di tempat dan tidak ada kabar
tersebut sudah selesai sebelum pukul 15.00 WIB karena pukul 15.00 WIB
RI.
22. Meskipun Teradu tidak hadir pada sidang Majelis Tahkim pertama di atas,
pada tanggal 25 Februari 2016 pukul 20.00 WIB. Selanjutnya pada hari itu
25 Februari 2016.
23. Setelah sidang Majelis Tahkim ditutup, beberapa saat kemudian sekitar
pukul 18.30 WIB datang utusan Teradu dengan membawa surat dari
110
Teradu yang ditujukan kepada Ketua Majelis Tahkim PKS HNW yang
persidangan Majelis Tahkim hari ini (22- 02-2016). Saya mohon agar
24. Dengan penyebutan HNW sebagai Ketua Majelis Tahkim dalam surat
Majelis Tahkim PKS dibentuk secara sah oleh DPTP PKS berdasarkan AD
PKS Pasal 15 Ayat (6) dan Pedoman Partai No.2 Tahun 2015 Pasal 35 Ayat
(1) serta merujuk kepada ketentuan UU No.2 tahun 2011 tentang Partai
25. Pada tanggal 25 Februari 2016 sekitar pukul 18.00 WIB, Teradu
tidak mau hadir dalam persidangan kedua Majelis Tahkim yang akan
menilai tuntutan ini tidak relevan dan dakwaan tersebut sudah dibacakan
saat Sidang Majelis Qadha kedua pada tanggal 28 Januari 2016 dimana
Teradu juga sudah hadir dalam sidang tersebut. Akhirnya Majelis Tahkim
26. Pada tanggal 26 Februari 2016 DPP PKS menerima surat dari Kementerian
Hukum dan HAM yang pokok isinya memohon DPP PKS untuk
yang bersifat tetap. Surat dari Kementerian Hukum dan HAM tersebut
27. Surat dari Kementerian Hukum dan HAM tersebut di atas tidak
Oleh karena itu pada rapat DPTP tanggal 29 Februari 2016, DPTP telah
28. Pada rapat Majelis Tahkim Tanggal 7 Maret 2016, Majelis Tahkim
Teradu untuk hadir dalam sidang Majelis Tahkim yang ketiga tersebut.
29. Pada tanggal 10 Maret 2016, Teradu mengirimkan surat yang isinya
Teradu tidak relavan dan berlebihan. Oleh karena itu Majelis Tahkim tetap
2016, Majelis Tahkim bersidang untuk yang ketiga kalinya tanpa dihadiri
30. Pada sidang ketiga Majelis Tahkim tanggal 11 Maret 2016, setelah
Bahwa pokok perkara yang menjadi inti dari gugatan perbuatan melawan
procedural dan mekanisme yang benar sebagaimana diatur dalam Anggran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Partai Keadilan Sejahtera Anggaran Dasar dan
atau bertepatan dengan 5 Rabiul Awal 1437, Pedoman Partai Nomor 2 Tahun
bertepatan dengan 5 Rabiul Awal 1437, Panduan Dewan Pengurus Pusat Tentang
PKS/1429.
1) Bahwa Partai Keadilan Sejahtera adalah Partai yang memiliki Anggaran Dasar,
I pada tanggal 10 Agustus 2015 dan dinyatakan mulai berlaku sejak ditetapkan;
mengenai :
a. Meninggal dunia ;
b. Mengundurkan diri ;
sendirinya ;
Majelis Tahkim.
Setelah itu Fahri Hamzah menjalani pemeriksaan internal (di BPDO) dan
(1) Pasal 15 ayat (5) huruf e dan Pasal 30 ayat (1) Anggaran Dasar PKS ;
(2) Pasal 6 ayat (1), ayat (3) dan ayat (6) Anggaran Rumah Tangga PKS ;
(3) Pasal 11 ayat (2) huruf a,b,e dan m. Pedoman Partai No. 1 tahun 2015
Majelis Qadha No. 01/PUT/PDOPKS/ 1437 tanggal 29 Januari 2016. Dan jika
yang berbunyi :
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu Mahkamah Partai Politik
kepada Kementerian.
puluh) hari.
e. Putusan Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain bersifat final dan
dengan kepengurusan.
146
Lihat Putusan Pengadilan Negeri Jakarta No. 214/Pdt.G/2016/PN.JKT.Sel.tentang Perbuatan
Melawan Hukum, 2016. Hlm. 71.
117
(2) pelanggaran terhadap hak anggota Partai Politik ; (3) pemecatan tanpa
keuangan ; dan atau (6) keberatan terhadap keputusan Partai Politik .147
partai PKS tidak memperhatikan hak dasar dari Fahri Hmzah untuk membela
dirinya terhadap aduan yang ditimpakan pada dirinya dan hal ini bertentangan
yang membuat nama baik Fahri Hamzah menjadi tercoreng , dan setelah
terhadap fahri Hamzah maka dari itu majelis hakim memutuskan bahwa segala
147
Lihat putusan pengadilan negeri dengan nomor register perkara 214/Pdt.G/2016/PN.JKT.Sel.
Gugatan Perbuatan Melawan Hukum kasus Fahri Hamzah .Ibid., hlm. 72.
148
Lihat putusan pengadilan negeri dengan nomor register perkara 214/Pdt.G/2016/PN.JKT.Sel.
Gugatan Perbuatan Melawan Hukum kasus Fahri Hamzah .Ibid., hlm. 156.
118
pemberhentian dan pergantian Fahri Hamzah tidak sah dan tidak memiliki
Ketatanegaraan di Indonesia
Akibat hukum adalah akibat yang di timbulkan oleh peristiwa hukum. 149
Sebagai contoh :
merupakan akibat hukum dari perbuatan hukum jual beli rumah antara
pencuri tersebut yakni mengambil barang orang lsin tanpa haka tau
Begitu pula dengan setiap kebijakan pati memiliki akibat hukum dalam
penerapanya . Recall atau yang oleh UU Partai Politik disebut sebagai pergantian
149
J.B. Daliyo , Pengantar Ilmu Hukum :Buku Panduan Mahasiswa , Jakarta :Prenhallindo,2014,
Hal.104.
150
M.Hadi Shubhan, op.cit., hal 32.
119
yang biasa disebut Recall adalah hak suatu partai politik untuk menarik kembali
anggota parlemen yang terpilih melalui daftar calon yang diajukannya. 151
Dengan adanya recall oleh parpol, dia lebih banyak berhutang kepada
konstituen karena terpilih dengan suara terbanyak. Tapi pada saat dia menjalankan
fungsinya sebagai legislator, dia pasti terpikir akan terancam dengan adanya
pranata ini, apalagi nanti kalau bicara soal fraksi, ada suara kepentingan politik
diancam recall.152
Memang sejatinya seorang anggota parlemen yang telah menjabat masih memiliki
151
Malicia Evendia , Iplikasi Hak Recall Partai Politik Terhadap Sistem Kedaulatan Rakyat ,Fiat
Justitia Jurnal Ilmu Hukum voume 6 No. 3, 2012,. Hlm. 1-2.
152
Bilal, Dewansyah, “Implikasi Pergeseran Sistem Pemilu Terhadap Pola Hubungan Wakil Rakyat dan
Rakyat: Mungkinkah Pergeseran Tipe Wakil rakyat Dari Partisan Ke Politico”, dalam Setyanto, Widya P., Dkk,
Editor, Representasi Kepentingan Rakyat Pada Pemilu 2009 Dinamika Politik Lokal Di Indonesia, Salatiga :
Persemaian Cinta Kemanusiaan,. 2010,hal.67-68.
120
Pasal 239 ayat (1) UU No. 17 tahun 2004 tentang Majelis Permusyawaratan
b. meninggal dunia;
Lebih lanjut diartur dalam ayat (1) huruf (c) bahwa Anggota DPR
perundang- undangan
121
e. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR sesuai dengan
ini;
Mengacu pada Pasal 239 ayat (1) dan Pasal 240 ayat (1) maka akibat hukum
bila seorang anggota Parlemen di recall maka dirinya akan di berhentikan dari
jabatannya di parlemen dan di gantikan oleh orang lain sebelum masa jabatanya
berakhir.
sebagaimana asal mula kata parlemen, yakni le parle yang apabila diterjemahkan
ke dalam bahasa inggris berarti to speak, atau bersuara. Tidak menjadi masalah
apabila hak recall berada di tangan partai politik sepanjang penggantian anggota
DPR sesuai dengan syarat dan ketentuan sebagaimana yang diatur dengan jelas
dalam Pasal 213 ayat (1) dan ayat (2) dan dilakukan secara objektif dan
dilandaskan pada parameter yang jelas, konkret dan tidak multi tafsir. Akan tetapi
sebelumnya, jelas bahwa recall yang dilakukan oleh partai politik kental dengan
muatan politis.153
Oleh dan sebab itu, recall oleh partai politik memberikan dampak negatif bagi
kehidupan politik Negara ini. Nilai-nilai negatif yang dapat DPR yang kritis dan
DPR untuk takut kepada oraganisasi induknya (Partai Politik), yang dapat
153
Rumokoy N.K., Kajian Yuridis Tentang HAk Recall Partai Politik Dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia , Jurnal UNSRAT , Vol.XX/No.1/Januari-Maret/2012,hlm. 5.
154
Rumokoy N.k, ibid , hal 5-6
155
Efriza , Op cit , hal 303.
156
UU Nomor 17 tahun 2014 tentang MPR , DPR , DPRD , dan DPD , Pasal 257 huruf (b).
123
Sebagai sebuah organisasi politik, Partai Politik diisi oleh anggota Partai
kebijakan partai yang secara garis besar dituangkan di dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga partai. Di samping itu, pengurus partai juga harus
mengacu pada Pancasila sebagai ideologi negara dan tunduk pada peraturan
157
Tri Cahya Indra Indra Permana , Model Penyelesaian Perselesihan Partai Politik Secara Internal
Maupun Eksternal , Jurnal Hukum dan Peradilan , Vol.5 No.1, Jakarta : 2016 . Hal.36
124
anggota Dewan yang juga berpotensi menjadi sebuah perselisihan partai politik
Pelanggaran terhadap hak anggota partai politik, Pemecatan tanpa alasan yang
parpol yang di-PAW. Keberatan semacam ini memang tidak lazim sebab pada
perselisihan antara anggota partai yang di PAW dengan pengurus Partai yang
melakukan PAW.159
Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-
Partai Politik:
(1) perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan.
158
Tri Cahya Indra Indra Permana, ibid,hal 36.
159
Tri Cahya Indra Indra Permana, ibid,hal 37.
125
sebagaimana yang telah diatur dalam AD dan ART partai. Mahkamah Partai
bukan media baru dalam tubuh partai politik Indonesia. Keberadaannya sudah
yang baik untuk dapat menyelesaikan perselisihan internal partai politik. Bila
No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik dalam pasal 32 yang isinya
160
Undang-Undang No.2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.2 Tahun 2008 Tentang
Partai Politik.
126
kepada Kementerian.
161
Hani Adhani, 2015, Sengketa Pilkada dari Mahkamah Agung ke Mahkamah Konstitusi, Gramedia
Pustaka, Jakarta, hlm.32.
162
Undang-Undang No.2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik Pasal 32 .
127
Agung.
163
Undang-Undang No.2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik Pasal 32 .
128
Oleh karena itu, dalam kasus sengketa internal sebuah partai tersebut
melalui mahkamah partai politik sesuai dengan Pasal 32 ayat (1) UU Partai
Politik dan apabila tidak dapat diselesaikan melalui mahkamah partai politik
maka sesuai dengan Pasal 33 ayat (1) UU Tentang Partai Politik sengketa
verklaard).164
164
Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 2 Tahun 2008
Tentang Partai Politik Partai Politik Pasal 33 ayat (3).
129
pengadilan negeri paling lama 60 (enam puluh) hari sejak gugatan perkara
Mahkamah Agung.’’165
Puluh) hari harus sudah putus, sejak gugatan perkara tersebut di daftarkan di
jelas, apakah hari kalender ataukah hari kerja. Pedoman Pelaksanaan Tugas
Partai Keadilan Sejahtera adalah contoh nyata. saat ini konflik internal
165
Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 2 Tahun 2008
Tentang Partai Politik Partai Politik Pasal 33 ayat (3).
166
A.A. Oka Mahendra, Op. Cit., hlm.21.
130
Mahkamah Partai ternyata belum menjadi pilihan pertama yang dinilai lebih
menentukan apa saja kewenangan Mahkamah Partai Politik. Pasal 32 ayat (2)
dilakukan oleh suatu mahkamah partai politik atau sebutan lain yang dibentuk
Partai Politik memerinci apa saja jenis perselisihan internal partai politik,
yaitu:
sesuai ketentuan peraturan yang berlaku. Bahkan, mahkamah ini dapat dinilai
politik.
167
Tri Cahya Indra Permana,Model Penyelesaian Perselisihan Partai Politik Secara Internal Maupun
Eksternal, Jurnal Hukum dan Peradilan , 2016,
168
Tri Cahya Indra Permana, Ibid. , hlm.43.
132
maka dari itu di bukalah kesempatan Pengadilan Negeri sebagai upaya huku
waktu maksimal 60 (enam puluh) hari dan Mahkamah agung harus memutus
169
Tri Cahya Indra Permana Ibid, hal 44
133
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dari uraian pada
AD/ART. setelah itu Badan pengak Disipin Oranisasi oleh karena itu
Hamzah dengan :
134
a) Pasal 15 ayat (5) huruf e dan Pasal 30 ayat (1) Anggaran Dasar PKS ;
b) Pasal 6 ayat (1), ayat (3) dan ayat (6) Anggaran Rumah Tangga PKS ;
c) Pasal 11 ayat (2) huruf a,b,e dan m. Pedoman Partai No. 1 tahun 2015
tersebut Fahri Hamzah merasa ada hak nya yang terabaikan dalam
Jakarta Selatan.
170
Efriza , Op cit , hal 303.
171
UU Nomor 17 tahun 2014 tentang MPR , DPR , DPRD , dan DPD , Pasal 257 huruf (b).
135
adalah benar. Prosedur upaya hukum di Negara kita bisa dikatakan sudah
Maka dari itu seorang anggota Parlemen yang merasa di rugikan dari
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 239 ayat (2) huruf d dan yang
Dan oleh sebab itu seorang anggota Parlemen yang menolak di jatuhi
B. Saran
172
Bilryan Lumempouw, Hak Terdakwa Melakukan Upaya Hukum Dalam proses Peradilan Pidana,
Journal hukum Lex Crime Vol. II , 2013 Hlm. 1.
136
bagi rakyat sebagai pemegang konstituen untuk ikut serat dalam recall,
tersebut.
2. Kepada DPR dan Pemerintah yang membuat kebijakan sudah seharusnya
sistem dan mekanisme recall di perbaiki lagi agar tidak terkesan recall
menjadi alat bagi para elite politik untuk mencapai apa yang di
politk
DAFTAR PUSTAKA
A . BUKU
Ashofa, Burhan , Metode Penelitian Hukum , Jakarta : PT. Rineka Cipta , 1996.
Budiarjo, Miriam ,Dasar – Dasar Ilmu Politik , Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama , 1992.
Dicey, A.V., Introduction to Study of the Law of the Constitution, Macmilan And
CO., Limited, New York., 1897.
Marzuki, Peter M., Penelitian Hukum , Surabaya : Prenda Media Group , 2010.
138
Nonet, Philippe, & Selznick, Philip, , Law and Society in Transition: Toward
Responsive Law, Harper & Row, New York.,1978.
S., Salim H., dan Erlies S.N.,Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Disertasi
dan Tesis,Jakarta : Rajawali Pers,2014,Hlm. 173-174
Saebani, Beni A., Metode Penelitian Hukum , Bandung : CV. Pustaka Setia ,
2008.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
C. Lain-lain
140
1.Jurnal
Kusuma.,R.M. Ananda B, “Tentang Recall” : Antar Hak Partai Politik dan Hak
Berpolitik Anggota Parpol,” “Jurnal Konstitusi, Volume 3 , No. 4
(Desember 2006), Jakarta: Mahkamah Konstitusi.,.
Shubhan, M.Hadi, “Tentang Recall” : Antar Hak Partai Politik dan Hak
Berpolitik Anggota Parpol,” “Jurnal Konstitusi, Volume 3 , No. 4
(Desember 2006), Jakarta: Mahkamah Konstitusi.,.
http://nasional.kompas.com/read/2014/04/29/2249403/Fahri.Hamzah.Kembali.M
elenggang.ke.Senayan,diakses pada 26 Agustus 2017, pukul 06.15
3. Kamus
Martin., Elizabeth A., Oxford Dictionary of Law: Third Edition, (New York:
Oxford University Press, 2000)
Tim Penyusun Kamus Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002).