Professional Documents
Culture Documents
1. RUDI SINAGA
NIM: 1205061037
2. TRI CARDO PURBA
NIM: 1205061050
TEKNIK TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
KASUS:
` Francois Xavier Fortis, warga negara Kanada, dipecat SIS karena telah
dianggap telah melanggar peraturan perusahaan. Dalam anjuran Suku Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi (Sudinakertrans) Jakarta Utara tertanggal 4 Januari 2007 dijelaskan
Francois telah melanggar kontrak dengan berulang kali. Pelanggaran yang dilakukan dalam
masa percobaan Francois itu berupa perbuatan dan ucapan tidak pantas kepada staf SIS
lainnya. Atas perbuatannya itu, Francois juga sempat diperingati secara lisan.
Lewat kantor hukum Adams & Co, Francois menggugat SIS. Dalam surat
gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Jakarta, Francois menjelaskan ia
dipekerjakan oleh SIS sejak 1 Juli 2006 hingga 31 Mei 2008, alias 23 bulan. Pada 30
Nopember 2006 Francois di PHK karena gagal dalam masa percobaan. Merasa dirugikan,
Francois meminta ganti rugi sebesar Rp. 394 juta. Rinciannya, ialah sisa gaji Rp. 20 juta per
bulan dan tunjangan transpor dan akomodasi sebesar Rp. 2 juta per bulan yang belum
dibayar SIS sejak PHK hingga akhir masa kontraknya.
Pasal 59
1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan
tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan
selesai dalam waktu tertentu, yaitu:
2. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan
yang bersifat tetap.
3. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui.
4. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu
tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh
diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
5. Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu
tersebut, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu
berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada
pekerja/buruh yang bersangkutan.
6. Pembaharuan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah
melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian
kerja waktu tertentu yang lama, pembaharuan perjanjian kerja waktu tertentu
ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2 (dua) tahun.
7. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5), dan ayat
(6) maka demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
8. Hal-hal lain yang belum diatur dalam pasal ini akan diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri.
PHK dilakukan secara sepihak tanpa adanya surat peringatan terlebih dahulu.
Padahal menurut pasal 161 angka 1 menyatakan Dalam hal pekerja/buruh
melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat
melakukan pemutusan hubungan kerja, setelah kepada pekerja/buruh
yang bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga
secara berturut-turut.
Dari pasal di atas jelas menyatakan bahwa pengusaha dapat melakukan PHK
setelah pekerja yang bersangkutan diberikan surat pemanggilan pertama, kedua, dan ketiga
secara berturut-turut. Dalam hal ini Francois sama sekali tidak diberi surat peringatan dan
langsung di PHK.
Dalam melaksanakan PHk ini Pihak SIS tidak melakukan segala upaya yang
harus dilaksanakan agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja, selain itu maksud
pemutusan hubungan kerja tersebut tidak dirundingkan terlebih dulu oleh pihak SIS dan
Francois, dan pengusaha (SIS) hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja
setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industria.
Kalaupun ingin melakukan PHK seharusnya pihak SIS harus melalui proses PHK yang diatur
oleh undang-undang sebagaimana diatur dalam pasal 151 UU No. 13 Tahun 2003 yang
menyatakan:
1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah,
dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan
hubungan kerja.
2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja
tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib
dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan
pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi
anggota serikat pekerja/serikat buruh.
3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) benar-benar
tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan
hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Pembuatan kontrak kerja yang dibuat secara PKWT terhadap tenaga pendidik
tidak sinkron pula terhadap hak para pendidik untuk mendapat jaminan kesejahteraan
social yang memadai sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 40 UU Sisdiknas No. 20
tahun 2003. Dengan pembuatan kontrak kerja secara PKWT terhadap pendidik seperti tidak
menghargai peran-peran tenaga pendidik dalam proses pengembangan ilmu pengetahuan
bagi peserta didik.
Dengan demikian, contoh kasus ini dapat dijadikan pelajaran untuk menjadi
lebih baik lagi dalam bidang ketenagakerjaan sesuai dengan UU yang berlaku.