You are on page 1of 7

TUGAS PENCEMARAN UDARA-B

Oleh :
Andrian Suwignyo Putro
P07133214017

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIV
2017
DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP PENCEMARAN UDARA

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau
biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,
hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Atau dalam kata lain dapat diartikan sebagai perusakan terhadap udara karena
disebabkan oleh berbagai sumber yang dapat merusak bagi kesahatan makhluk hidup
maupun benda mati. Pencemaran udara dapat bersumber dari berbagai macam, antara
lain : asap kendaraan bermotor, asap pabrik, limbah indutri, limbah rumah tangga dan
lain-lain. Pencemaran udara pada saat ini sudah mencapai tingkat mengkhawatirkan,
karena didukung oleh perkembangan dunia industri, banyaknya manusia yang tinggal
didunia ini dapat menjadikan pencemaran udara semakin meningkat. Terlebih-lebih
di Indonesia, pencemaran udara di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan,
pencemaran asap kendaraan bermotor menjadi sumber yang paling utama
pencemaran udara di Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang tidak seimbang
dengan jumlah pepohonan yang ada di
Indonesia mejadi salah satu penghambat terjadinya pertukaran udara di
Indonesia, sifat konsumtif masyarakat Indonesia menjadikan jumlah kendaraan
bermotor di Indonesia menjadi banyak dan dapat dipastikan mejadikan hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap tingginya pencemaran udara di Indonesia. Illegal
logging menjadi salah satu hal yang sangat perngaruh terhadap pencemaran udara di
Indonesia, kasus illegal logging yang meningkat dan juga kurangnya lahan
diperkotaan menjadi sumber utama masalah udara di Indonesia. Efek dari
pencemaran udara juga sudah dapat dirasakan pada saat ini, banyaknya penyakit yang
bersumber dari udara, peningkatan jumlah pengidap ispa dan juga bertambahnya
jumlah orang yang tua sebelum waktunya menjadi efek negatif dari pencemaran
udara.
A. Jenis dan Sumber Pencemaran Udara
Secara umum, terdapat 2 sumber pencemaran udara, yaitu pencemaran akibat
sumber alamiah (natural sources), seperti letusan gunung berapi, dan yang berasal
dari kegiatan manusia (anthropogenic sources), seperti yang berasal dari transportasi,
emisi pabrik, dan lain-lain. Di dunia, dikenal 6 jenis zat pencemar udara utama yang
berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources), yaitu Karbon monoksida
(CO), oksida sulfur (SOx), oksida nitrogen (NOx), partikulat, hidrokarbon (HC), dan
oksida fotokimia, termask ozon. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi
suara, panas, radiasi, polusi cahaya dan limbah pabrik yang menguap dianggap
sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara
dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global. Pencemar udara
dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Pencemaran primer
b. Pencemaran sekunder
Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari
sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah salah satu contoh pencemar
udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah
substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di
atmosfer.
Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari
pencemaran udara sekunder. Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks,
dinamik, dan rapuh. Belakangan ini pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi
polusi udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global
(global warming) dan deplesi ozon di stratosfer semakin meningkat. Di Indonesia,
kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan
dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan,
seperti timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen
(NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox).
Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended
particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx, dan hampir seluruh
karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari
pembakaran sampah rumah tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu di
Jakarta. Sektor industri merupakan sumber utama dari sulfur dioksida. Di tempat-
tempat padat di Jakarta konsentrasi timbal bisa 100kali dari ambang batas.
Pencemaran udara yang diakibatkan oleh kegiatan manusia, sumber alami, sumber
lainnya dan jenis-jenisnya.
1) Pencemaran udara dari kegiatan manusia
a. Transportasi
b. Industri
c. Pembangkit listrik
d. Pembakaran (perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai
jenis bahan bakar)
2) Pencemaran udara dari sumber alami :
a. Gunung berapi
b. Rawa-rawa
c. Kebakaran hutan
d. Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi
3) Pencemaran udara dari sumber-sumber lain :
a. Transportasi ammonia
b. Kebocoran tangki klor
c. Timbulan gas metana dari lahan uruk/tempat pembuangan akhir
sampah
d. Uap pelarut organik
4) Jenis-jenis pencemar :
a. Karbon monoksida
b. Oksida nitrogen
c. Oksida sulfur
d. CFC
e. Hidrokarbon
f. Ozon
B. Dampak Pembangunan Terhadap Pencemran Udara
Pembangunan disatu pihak menunjukkan dampak positif terhadap lingkungan
dan masyarakat, seperti tersedianya jaringan jalan, telekomunikasi, listrik, air,
kesempatan kerja serta produknya sendiri memberi manfaat bagi masyarakat luas dan
juga meningkatkan pendapatan bagi daerah yang bersangkutan. Masyarakat sekitar
pabrik langsung atau tidak langsung dapat menikmati sebagian dari hasil
pembangunannya. Dipihak lain apabila pembangunan ini tidak diarahkan akan
menimbulkan berbagai masalah seperti konflik kepentingan, pencemaran lingkungan,
kerusakan pengurusan sumberdaya alam, masyarakat konsumtif serta dampak sosial
lainnya yang pada dasarnya merugikan masyarakat (Agusnar, 2008).
Perkembangan ilmu dan teknologi manusia telah banyak membawa
kesejahteraan hidup. Namun tampaknya kesejahteraan ini diperoleh melalui resiko
yang teramat besar, yaitu ancaman eksistensi manusia sendiri sebagai oranisme
hidup. Produk-produk industri dibarengi dengan hasil sampingan yang merusak
kualitas lingkungan hidup dan menggerogoti kehidupan manusia. Manusia dan
lingkungan saling mempengaruhi, maka kemerosotan mutu lingkungan hidup akan
mempengaruhi juga mutu kehidupan manusia (Susilo, 2003).
Kota merupakan pusat kreativitas, budaya, dan perjuangan keras manusia.
Kota, selain merefleksikan vitalitas dan berbagi peluang umat manusia, juga
melambangkan kemajuan sosial dan ekonomi. Kota identik dengan taburan
bangunan-bangunan yang dibuat manusia. Bangunan perumahan, perkantoran sarana
umum seperti pasar atau pusat perbelanjaan, rumah sakit, terminal, jalan raya, tempat
hiburan, dan lain-lain dibangun demi kepentingan manusia. Bertambahnya jumlah
manusia diperkotaan membuat lahan yang tersisa yang bisa ditanam menjadi semakin
sedikit. Nafsu membangun tempat-tempat yang masih tersisa ini untuk diubah
menjadi hunian manusia membuat keserasian lingkungan sudah tidak terpikirkan lagi.
Setiap jengkal tanah di kota besar lantas menjadi buruan. Pembangunan gedung
berpacu dengan waktu dan pertambahan penduduk. Bahkan setelah lahan semakin
sulit diperoleh alternatif pembangunan gedung tetap saja tidak berhenti. Hanya
orientasi pembangunannya tidak lagi horizontal melainkan vertical (Nazaruddin,
1996).
Pertumbuhan kegiatan ekonomi dan pembangunan yang masih terpusat pada
daerah perkotaan (70 % industri diperkirakan berlokasi di kawasan perkotaan dan
sekitarnya), memacu arus urbanisasi sehingga berpengaruh terhadap penyebaran
penduduk. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan luas lahan yang terbatas akan
berakibat terhadap menurunnya kemampuan daya dukung dan daya tampung
lingkungan. Masalah lain yang timbul akibat bertambahnya penduduk diantaranya
adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh limbah rumah
tangga, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian,
sektor industri merupakan penyumbang pencemaran udara melalui penggunaan bahan
bakar fosil untuk pembangkit tenaga. Adapun salah satu penyebab meningkatnya
pencemaran udara di Indonesia adalah urbanisasi dan industrialisasi yang tumbuh
dengan cepat tetapi tidak dibarengi dengan pengendalian pencemaran yang memadai
dan efisien dalam penggunaan bahan bakar fosil (BPLH DKI, 2004).
C. Dampak negatif akibat menurunnya kualitas udara
Cukup berat terhadap lingkungan terutama kesehatan manusia yaitu:
menurunnya fungsi paru, peningkatan penyakit pernapasan, dampak karsinogen dan
beberapa penyakit lainnya. Selain itu pencemaran udara dapat menimbulkan bau,
kerusakan materi, gangguan penglihatan, dan dapat menimbulkan hujan asam yang
merusak lingkungan. Hujan asam merupakan salah satu indikator untuk melihat
kondisi pencemaran udara dan air. Hujan asam terjadi karena banyaknya polutan di
udara yang larut dan terbawa oleh air hujan sehingga pH air akan berada dibawah
rata-rata. Batas nilai rata-rata pH air hujan adalah 5.6, merupakan nilai yang dianggap
normal atau hujan alami seperti yang telah disepakati secara internasional oleh badan
dunia WHO. Apabila pH air hujan lebih rendah dan 5.6 maka hujan bersifat asam
atau sering disebut dengan hujan asam dan apabila pH air hujan lebih besar 5.6 maka
hujan bersifat basa. Dampak hujan yang bersifat asam dapat mengikis
bangunan/gedung atau bersifat korosif terhadap bahan bangunan, merusak kehidupan
biota di danau-danau, dan aliran sungai (BMG, 2004).
Refrensi

Anonim. TT. Pencemaran Udara (online). Available:


http://dishub.lampungprov.go.id/downlot.php?file=Polusi-Udara.pdf.
Sitasi Tanggal 20 februari 2017

Anonim.TT. Dampak Pembangunan Terhadap Pencemaran Udara (online).


Available:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20417/5/Chapter%20I.
pdf. Sitasi Tanggal 20 februari 2017

Ferida. TT. Pencemaran Udara (online). Available:


http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/farida.pdf Sitasi Tanggal
20 februari 2017

You might also like