You are on page 1of 23

PENDAHULUAN

Latar belakang

Hati merupakan salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia. Fungsi hati
diantaranya adalah memproduksi cairan empedu yang dapat membantu pencernaan lemak ,
menyimpan karbohidrat, memproduksi senyawa penting dalam pembekuan darah, serta
menghilangkan racun dari tubuh. Organ ini sangat tangguh bahkan bisa tetap bekerja walau
sedang mengalami kerusakan dan mampu terus beregenerasi ( memperbaiki diri) selama tidak
mengalami kerusakan yang parah. Salah satu infeksi serius yang dapat menyerang hati adalah
hepatitis B.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa infeksi virus hepatitis B


merupakan penyebab lebih dari 780.000 kematian setiap tahunnya di seluruh dunia. Di indonesia
sendiri, hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukan bahwa prevelensi hepatitis B sebesar
9,4%. Hal ini berarti 1 dari 10 penduduk indonesia terinfeksi hepatitis B, sayangnya hanya satu
dari 5 penderita hepatitis B di indonesia yang sadar bahwa mereka menderita penyakit itu.

Tujuan

Tujuan umum

Mahasiswa dapat mengetahui tentang penyakit hepatitis B dan asuhan keperawatan


terhadap klien dengan diagnoa tersebut.

Tujuan khusus

1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, etiologi, patofisiolagi, manifestasi


klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis dari hepatitis B.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menbuat asuhan keperawatan dari klien
dengan hepatitis B.
3. Mahasiswa dapat memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan pada klien yang
dirawat dengan hepatitis B
4. Mahasiswa dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan ajar bagi mahasiswa lain
dalam kasus yang berhubungan dengan hepatitis B.
KONSEP DASAR

A. Pengertian

Hepatitis B merupakan peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya terjadi
akibat infeksi virus hepatitis B. Manifestsi klinis penyakit ini bervariasi dari akut sampai
kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.

Brumberg merupakan orang pertama yang menemukan bagian dari HBV yang
disebut sebagai australia antigen pada tahun 1962 dari serum seorang aborigin australia.
Sekarang lebih dikenal dengan nama antigen permukaan VBH (HbsAg) karna terdapat di
permukaan VBH.

B. Patofisiologi

Inflamasi yang di sebabkan oleh VHB menyebabkan pola normal pada hepar
terganggu. Seperti pada gangguan pada suplai darah pada sel – sel hepar menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel – sel hepar. Setelah lewat masanya, sel – sel hepar yang
menjadi rusak di buang oleh respon system imun dan di gantikan oleh sel – sel baru yang
sehat. Oleh karenanya sebagian besar klien mengalami hepatits sembuh dengan fungsi
hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
tubuh dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut sebelah kanan atas. Hal itu di manisfestasi kliniskan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
bilirubin yang belum mengalami konjungasi ( bilirubin indireck) masuk ke dalam hati
tetap normal, tetapi karena kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka
terjadi kesukaran pengangkutan bilirubin tersebut didalam hati. Selain itu terjadi
kesulitan dalam hal konjungasi akibatnya bilirubin tidak sempurna di keluarkan melalui
duktus hepatikus, karena terjadi retensi ( akibat kerusakan sel eksresi) dan regurgitasi
pada duktuli, empedu belum mengalami konjungasi (bilirubin indireck), maupun
bilirubin yang sudah mengalami konjungasi ( bilirubin direck). Jadi ikterus yang timbul
disini terutama karena kesukaran dalam pengankutan , konjungasi dan eksresi bilirubin.
Bilirubin merupakan hasil perombakan heme yang berasal dari hemoglobin,
bilirubin kemudian dibawa oleh albumin kedarah melalui hati. Di hati sebagian bilirubin
di konjungasi sebelum dipisahkan dalam empedu . bilirubin yang belum terkonjungasi
dalam bentuk normal tak larut air, berikatan dengan albumin yang di angkut ke hati (
bilirubinindireck). Sedangkan bilirubin yang terkonjungasi, bebas, yang larut dalam air
masuk kedalam empedu dan di sekresi di usus, dalam usus bilirubin berubah menjadi
urobilirubin dan mewarnai tinja dan yangmasuk ke ginjal akan mewarnai urine.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena tinja tampak pucat (abolish)
karena bilirubin konjungasi larut dalam air, maka bilirubin dapat di eksresi ke dalam
kemih, sehinggan menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan
kadar bilirubin terkonjungasi dapat disertai peningkatan garam – garam empedu dalam
darah yang akan menimbulkan gatal – gatal pada ikterus.

C. Komplikasi

1. Sirosis hepatis
Pada sirosis hepatis VHB menyebabkan peradangan pada hati dan mengakibatkan
nekrosis juga pembentukan jaringan ikat yang luas yang akan menyebabkan
hambatan darah menuju hati ( vena porta) akibatnya terjadi peningkatan tekanan
darah di vena porta ( hipertensi porta) . akibat hambatan aliran darah ke hati pada
sirosis hepatis sering terjadi varises eusofagus yang dapat beresiko mengalami
hematemesis melena.
2. Kanker hati
Kanker merupakan suatu penyakit yang muncul ketika sel – sel dalam suatu organ
berubah dan tumbuh secara ganas menjadi abnormal sehingga organ tersebut
mengalami kerusakan dan gagal fungsi. Dalam kasus hepatitis B di temukan
mengembang menjadi kanker hati sebesar 10 %.
3. Hepatitis B fulminal
Dimana sisitem kekebalan tubuh menjadi keliru dan mulai menyerang hati sehingga
menyebabkan kerusakan yang parah. Hb fulminal memang jarang terjadi dan
umumnya disebabkanoleh HB akut, tetapi juga dapat terjadi pada penderita HB
kronis dewasa.

D. Penatalaksanan medis

1. Pencegahan
Pengobatan pada hepatitis B ditekankan pada pada tindakan pencegahan di antaranya
adalah :
 pemberian vaksi hepatitis B dan immunoglobulin segera setelah bayi lahir
dengan ibu dengan HBsAg positip.
 Tidak menjadi pendonor darah selama masih dinyatakan positip hepatitis B.
2. Istirahat total pada periode akut selama 1 -2 bulan.
3. Diet tepat untuk pasien hepatits B..
Syarat diit pada pasien hepatitis :
a. Kalori tinggi, tinggi karbohidrat, lemak sedang dan protein di sesuaikan keadaan
penderita.
b. Disesuaikan dengan napsu makan dan toleransi penderita.
c. Cukup vitamin dan mineral.
d. Rendah garam dan pembatasan cairan.
e. Mudah dicerna dan tidak merangsang/ mengandung gas.
4. Obat – obatan terpilih
 Anti virus sering di gunakan kombinasi dari inteferon alfa dan lamivudin.
a. Interferon diberikan untuk :
1. Membantu menghambat replikasi dari VHB baik lewat efek langsung
maupun dari stimulasi sistem kekebalan tubuh.
2. Membantu menghentikan atau juga menghambat nekrosis dari sel hati
akibat dari terjadinya reaksi peradangan.
3. Mencegah terjadinya transformasi dari maligna sel- sel yang ada di
dalam hati.

Dosis : dewasa 5 micro unit/hari atau 10 micro unit/hari

Aturan pakai : 3 kali seminggu selama 4 – 6 bulan

Merk dagang : roferon, pegasys, peg-intron, biferon dsb

Efek samping :

b. Lamivudin
Pemberianya di kombinasikan dengan anti virus lain.
Dosis : per oral 300mg/hari ( 1 tablet 150mg, 2x sehari atau 1 tablet
300mg)
Efek samping mual dan sakit kepala
 Pengobatan simtomatis misalnya:
Anti emetik : ondansentron 4mg inj 3x sehari
Analgetik : tramadol kaplet 3x1 jika nyeri
Anti piretik : Parasetamol tablet 500mg 3x sehari jika demam diatas 38ºC
 Kortikosteroid
Diberikan bila terdapat reaksi imun yang berlebihan, misalnya hidrocortison
100mg IV per 6jam, hanya pada kasus yang berat. Dosis awal 40mg/hari dan
dikurangi secara bertahap sampai berhenti sesudah 6 minggu.
Asuhan keperawatan

1. Pengkajian.
a. Identitas pasien.
Meliputi : nama, usia, alamat, agama, pekerjaan, pendidikan, dsb.
b. Riwayat kesehatan.
1. Keluhan utama saat masuk RS
Misalnya : pasien mengatakan demam naik turun sebulan terakhir,
konjungtiva anemis, sklera ikterik, kulit ikterus, kencing berwarna coklat, dan
nyeri perut kanan atas.
2. Riwayat penyakit sekarang.
Gejala awal biasanya, lemah, anoreksia, demam, mual muntah, ikterus, nyeri
perut kanan atas.
3. Riwayat penyakit terdahulu.
Riwayat kesehatan lalu yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang
pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah
sakit.
4. Riwayat kesehatan keluarga.
Berkaitan dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya
berkaitan dengan penyakit pencernaan.

2. Pemeriksaan fisik.
a. Keadaan umum : Tingkat kesadaran CM, kunjungtiva anemis, bibir kering,
pasien tampak lemah dan kesakitan, ikterus, suhu 38,5°C
b. sistem respirasi : frekwensi napas (biasanya) normal 16 – 20x/menit, dada
simetris, napas cuping hidung (-) retraksi (-) sumbatan jalan napas (-) tidak
terpasang O2, tidak ada ronchi, wheezing, stridor.
c. System kardiovaskuler : TD dalam batas normal, pembesaran jantung (-),
oedema (-) bunyi jantung tambahan (-). HR 90x/menit
d. Sistem musculoskeletal : kekuatan otot 4/4/4/4 tampak lemah dan mudah lelah
e. System integument : kulit tampak kuning, kering, CRT 2 detik, tugor kulit
elastic.
f. Abdomen :
Inspeksi : Pembesaran pada daerah perut sebelah kanan atas.
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : pada hepar teraba keras, membesar (batas normal 4 – 8cm pada garis
midsternal dan 6 – 12cm pada garis midklavikula), nyeri saat ditekan pada
abdomen sebelah kanan atas, skala nyeri 6 - 8
Perkusi : hypertimpani.
g. Persepsi dan pola kegiatan sehari- hari
1. Pola nutrisi
Makan : tidak napsu makan, porsi makan tidak habis, mual, muntah 1x / lebih
dalam sehari
Minum : minum air putih
2. Pola eliminasi
BAB :feces berwarna pucat.
BAK : urine berwarna lebih gelap, seperti teh.
3. Pola aktivitas dan latihan.
Pasien tidak dapat melakukan kegiatan sehari- hari selama sakit, lemas,
mudah lelah, dan membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.
4. Pola istirahat tidur.
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena nyeri pada abdomen,
sakit kepala dan puritis.
5. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pandangan pasien terhadap tenaga kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan.
Pengetahuan pasien terhadap penyakitnya dan usaha pasien dalam mengobati
penyakitnya.
6. Pola hubungan dengan orang lain.
Kedekatan pasien terhadap anggota keluarganya atau orang – orang di
sekitarnya.
7. Pola presepsi diri dan konsep diri.
Pendapat atau pandangan paseinterhadap kodisinya kini, kecemasan atas
perubahan bentuk tubuhnya,keinginan pasein untuk cepat sembuh dsb.
8. Pola nilai kepercayaan/ keyakinan.
Keyakinan pasien terhadap agama yang dianutnya, kepercayaan terhadap nilai
– nilai agama/budaya yang berhubungan dengan penyakitnya.

3. Pemeriksaan penunjang
a. ASR ( SGOT) dan ALT ( SGPT)
Awalnya meningkat, 1 – 2 minggu sebelum ikterik kemudian menurun.
SGOT/SGPT merupakan enzim intra selular yang terutama berada di jantung, hati
dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan
sel hati.
Nilai normal : ALT( SGPT) W < 23 U/l P <30 U/L
ASR ( SGOT) W <21 U/L P <25 U/L

b. Darah lengkap
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM ( gangguan enzim
hati) atau mengakibatkan perdarahan. Leukopenia, trombositopenia, leukositosis,
mungkin saja terjadi.
Nilai normal :
Hemoglobin P 13 – 16 g/dl W 12 – 14 g/dl
Leukosid 5000 – 10.000 uL
Trombosit 150.000 – 400.000 ul
Eritrosit P 4,5 – 5,5 juta /ul W 4 – 5 juta/ul
Hematrokit P 40 – 48% W 37 – 43%

c. Feses lengkap : warna feses seperti pucat, dempul

d. Albumin serum
Penurunan albumin disebabkan sebagian besar protein serum di sintesis oleh hati.
Nilai normal : 37 – 52 g/dl

e. Gula darah
Sering terjadi hiperglikemia transien akibat gangguan fungsi hati.
Nilai normal : GDP 70 – 140 mg/dl, sewaktu <200mg/dl, 2jam PP <160mg/dl.

f. HBsAg
Hasil positif pada 1 – 10 minggu setelah kontak dengan VHB

g. Masa protrombin
Kemungkinan memanjang akibat kerusakan sel hati. Sebab hati merupakan organ
penting dalam sintesis protein yang berkaitan dengan koagulasi darah, seperti
fibrinogen, protombin, faktor V,VII,VIII.
Nilai normal : 12.3 detik – 18. 9 detik

h. Bilirubin serum.
Bilirubin direck di atas 2,5mg/100ml.
Peningkatan kadar bilirubin direck menunjukan adanya gangguan pada hati dan
saluran empedu, bilirubin terkonjungasi tidak dapat keluar dari empedu menuju
usus sehingga masuk kembali dan terabsorsi ke dalam aliran darah, sehingga di
temukan bilirubinemia.
Nilai normal : bilirubin total <1.0 mg/dl
Bilirubin direk <0.25 mg/dl
Bilirubin indirect <0.75 mg/dl

i. Biopsy hati
Dilakukan untuk menilai derajat kerusakan hati serta menyingkirkan
kemungkinan penyebab lainnya.

j. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonjungasi,
karena bilirubin di sekresi melalui urine maka menimbulkan bilirubinuria.

h. USG abdomen
Biasanya dilakukan untuk mendeteksi hepatomegali yang tidak spesifik.
Analisa data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1.
DS: Os mengatakan bahwa Peregangan kapsula hati, Nyeri akut
nyeri Pada perut kanan atas. hati membesar

DO: Mendesak kuadran kanan


P: nyeri saat di tekan atas
Q: seperti di tususk-tusuk
R: nyeri pada quadran kanan
atas. Nyeri akut
S: skala nyeri 6-8
T; menetap

TTV : suhu 38,5C, RR


20x/menit, HR 90x/menit, TD
110/70mmhg

Hepar teraba keras dan


membesar 10cm midternal,
13cm midklavikula.

2.
DS: Os mengatakan mual, tidak Kerusakan parenkim hati Nutrisi kurang dari
napsu makan. + peregangan kapsula hati, kebutuhan
hati membesar
DO: pasien tampak lemas,
porsi makan tidak habis.
BB turun dari Bb awal Mual, perasaan tidak
Konjungtiva anemis nyaman, tidak napsu
Bibir kering makan,

Hasil lab: Nutrisi kurang dari


Albumin serum <37g/dl kebutuhan
HB ≤ 12

3. Kerusakan sel parenkim


DS: OS mengatakan bahwa dia hati Intoleransi aktivitas
malas untuk beraktivitas.
Ggn. Metabilisme
DO: aktivitas sehari-hari karbohidrat, lemak dan
membutuhkan bantuan. protein
Pasien tampak lemas di tempat
tidur. Glukosa dalam darah
Kekuatan otot 4/4/4/4 berkurang

Hasil lab:
Albumin serum <37g/dl Mudah lelah dan
HB ≤ 12 Penurunan kekuatan atau
ketahanan tubuh

4. DS: Os mengatakan bahwa Kerusakan sel parenkim Gangguan integritas kulit


tubuhnya gatal-gtal. hati
DO: Os terlihat bekas garulan
pada kulit. Obtruksi pada ekresi
Kulit ikterus empedu
Kulit kering
Peningkatan garam
empedu dalam darah

Rasa gatal di kulit


5. DS: Os mengatakan tubuhnya Masuknya VHB Hipertermi
panas
DO: suhu tubuh 38,5°C Proses inflamasi pada hati

Akumulsi monosit,
magrofag. Sel T heper,
dan fibroblas

Sinyal mencapai sistem


syaraf pusat

Pembentukan
prostaglandin otak

Merangsang hipotalamus

Peningkatan suhu tubuh


Diagnosa keperawatan yang muncul.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d pembesaran hepar dan menekan kuadran kanan
atas.
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah dan anoreksia.
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan kekuatan otot dan mudah lelah.
4. Gangguan integritas kulit b.d gatal akibat akumulasi garam empedu dalam darah..
5. Hipertermi b.d proses peradangan pada hati
6. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi terhadap penyakitnya.
7. Risiko penyebaran infeksi terhadap tenaga medis b.d penyakitnya
8. Risiko perdarahan b.d komplikasi dari hepatitis B
9. Risiko terpapar infeksi lain b.d menurunya imunitas tubuh.

Intervensi keperawatan

 DX 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d pembesaran hepar dan menekan kuadran
kanan atas.
Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 x 24 jam di harapkan nyeri
hilang.
Kriteria hasil :
 TTv normal : TD 110/70 – 120/90mmhg, RR 16 – 20 x/menit, S 36,5 – 37,5°C N
80 – 100x/menit)
 Skala nyeri 0-3
 Wajah tampak rilek dan nyeri berkurang sampai menghilang.
 Hepar kembali dalam batas normal (batas normal 4 – 8cm pada garis midsternal
dan 6 – 12cm pada garis midklavikula),

Intervensi Rasional
 Observasi TTV tiap jam atau Untuk mengetahui keadaan umum pasien
saat dibutuhkan

 Kaji tingkat nyeri pasien Menentukan tingkat nyeri pasien sebagai


dasar pengambilan tindakan
 Mengukur pembesaran hepar Mengetahui tingkat pembesaran hepar
dengan cara palpasi setiap
hari.

 Beri informasi kesehatan Informasi kesehatan di berikan agar pasien


tentang penyebab nyeri dan siap saat nyeri datang dan mampu
cara mengatasi saat nyeri menghadapinya saat nyeri itu datang.
datang

 Mengajarkan tehnik relaksasi Tehnik relaksasi berguna dalam mengatasi


nyeri ringan sampai sedang dan memberi
kenyamanan hingga efektif dalam usaha
mengurangi rasa nyeri

 Kolaborasi dengan medis Jika tehnik relaksasi tidak membantu obat


dalam pemberian analgetik analgetik diberikan untuk mengurangi nyeri
Misalnya : tramadol tablet

 DX 2 :Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah dan anoreksia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam
diharapkan nutrisi pasien terpenuhi dan tidak terjadi kekurangan nutrisi.
Kriteria hasil :
 Napsu makan meningkat
 Porsi makan habis.
 BB naik
 Mual dan muntah berkurang.
 Nilai normal albumin serum : 37 – 52 g/dl

Intervensi Rasional
 Awasi pemasukan jumlah diet/ Pengaturan jumlah kalori di perlukan untuk
jumlah kalori yang masuk. mengatur kecukupan nutrisi yang masuk ke
tubuh.
 Beri porsi makan sedikit tapi
sering dan berikan porsi makan Porsi sedikit tapi sering di berikan untuk
pagi paling besar. mencegah anoreksi , mual dan muntah.

 Lakukan oral hygiene sebelum Menghilangkan rasa tak enak saat makan
makan. dan menghilangkan napsu makan.

 Anjurkan makan pada posisi Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan
duduk tegak. dapat meningkatkan napsu makan.

 Kolaborasi dengan ahli gizi Variasi makanan/ menu diharapkan dapat


dalam pemberikan diet yang meningkatkan napsu makan.
tepat sesuai kebutuhan pasien Diet yang tepat akan membantu
dan variasi dalam menu perbaikan/regenerasi sel hati.
makananya.

 Kolaborasi dengan medis dalam Diberikan ½ jam sebelum makan dapat


pemberian obat - obatan anti menurunkan mual dan meningkatkan
emetik seperti : metoloperamid, toleransi pada makanan.
trimetobenzamid.
 Pememberian tranfusi albumin Tranfusi abumin diberikan sebagai
secara IV tambahan nutrisi.

 Kolaborasi dengan petugas Pemeriksaan albumin dan HB dilakukan


laboratorium dalam untuk mengetahui keadaan umum pasien
pemeriksaan kadar albumin
dan HB pasien.

 DX 3 :Intoleransi aktivitas b.d penurunan kekuatan otot dan mudah lelah.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam pasien
diharapkan mampu beraktivitas dengan baik tanpa bantuan.
Kriteria hasil :
 Tonus otot 5/5/5/5
 Pasien mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.
 Pasein tidak mudah lelah
 Hasil lab : Albumin serum > 37g/dl
HB > 12 g/dl

Intervensi Raisonal
 Batasi pengunjung Meningkatkan istirahat dan ketenangan
 Beri lingkungan yang tenang pasien.

 Jika pasien terlalu lemah ubah Meningkatkan fungsi pernapasan dan


posisi tidur pasien tiap 4 jam. menurunkan resiko dekubitus di daerah
yang banyak tertekan.

 Lakukan tugas dengan cepat Memungkinkan periode tambahan istirahat


dan sesuai toleransi tanpa gangguan

 Bantu pasien dan bekerjasama Selama pasein belum bisa melakukan


dengan keluarga dalam selama mandiri, kelurga bersama perawat
memenuhi kebutuhan dasar bertugas membantu pasien memenuhi
pasien. kebutuhan dasarnya, seperti : mandi,
makan, buang air kecil atau besar,
berpakain.

 Lakukan aktivitas/ latihan Tirah baring lama akan munurunkan


gerak sendi pasif/ aktif sesuai kemampuan otot, latihan gerak bertujuan
toleransi pasien. mengembalikan kemampuan otot selama
periode itu.
 Kolaborasi dengan petugas Pemeriksaan albumin dan HB dilakukan
laboratorium dalam untuk menegtahui keadaan umum pasien
pemeriksaan kadar albumin
dan HB pasien.
 DX 4 : Gangguan integritas kulit b.d gatal akibat akumulasi garam empedu
dalam darah.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam di
harapkan gatal pada kulit menghilang.
Kriteria hasil :
 pasien merasa nyaman.
 Tubuh tidak terasa gatal.
 Tidak terdapat luka bekas garukan.
 Nilai normal : bilirubin total <1.0 mg/dl
Bilirubin direk <0.25 mg/dl
Bilirubin indirect <0.75 mg/dl

Intervensi Rasional
 Observasi tingkat pruritis Sebagai penentukan tindakan keperawatan
pasien selanjutnya

 Beri lingkungan yang bersih Sumber kenyamanan bagi pasien dan


dan kering. mencegah gangguan di kulit terkontaminasi
 Perhatikan kebersihan linen dan berubah menjadi infeksi lain.
dan pakaian yang kering.
 Batasi jumlah penggunjung.

Tindakan untuk menghilangkan gatal: Suhu dingin membatsi vasodilatasi dan


 Anjurkan mandi dengan air menurunkan pengeluaran garam empedu ke
dingin. permukaan kulit.
 Hindari sabun alkalin. asam pada permukaan kulit.
 Berikan losion caladin. Sabun alkalin mempunyai efek kulit
 Gunakan pakaian yang longer menjadi kering sehingga meningkatkan rasa
dan nyaman. gatal.
 Pertahankan suhu kamar Losion caladin mengandung anti histamine
sejuk. yang juga menetralisir keasaman di
permukaan kulit dan menekan ujung saraf
sensori yang menencetuskan sensasi gatal.

 Pertahankan kuku pasien tetap Untuk menurunkan resiko kerusakan kulit


pendek dan anjurkan pasien menjadi lebh buruk.
untuk mengaruk dengan
mengunakan bantalan jari
bukan dengan kukunya.

 Kolaborasi dengan medis bila Pemberian obat – obatan di lakukan untuk


di dapatkan pruritis membantu mengatasi rasa gatal pada kulit.
bertambah parah.
 Misalnya : pemberian anti
histamine seperti ceterizin,
alegi ,dsb
 Kolaborasi dengan petugas Menegtahui tingkat kerusakan hati juga
laboratorium dalam ginjal.
pemeriksaan kadar bilirubin
darah.

 DX 5 : Hipertermi b.d proses peradangan pada hati


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu
tubuh pasien kembali normal.
Kreteria hasil :
 suhu tubuh 36,5 °C – 37,5 °C.

intervensi Rasional
 Kaji adanya keluhan Sebagai indikator status hipertermi
peningkatan suhu tubuh.
 Observasi suhu tubuh per4jam
atau saat diperlukan.

 Lakukan kompres hangat atau Menghambat pusat saraf simpatis di


lakukan prosedur tepid sponging. hipotalamus sehingga Vasodilatasi di kulit
dapat mernagsang kelenjar keringat untuk
mengurangi panas tubuh melalui
penguapan.

Tepid sponging adalah tindakan yang


bertujuan mendorong darah ke permukaan
tubuh sehingga dapat mengalir lancar dan
menurunkan panas dengan cara merendam
atau mewaslap tubuh pasien dengan air
hangat ( suhu 37 – 40º C )

 Berikan penkes pada pasien Agar keluarga dan pasien dapat mengerti
dan keluarga pasein tentang cara cara mudah mengatasi demam dan dapat
pemberian kompres yang benar melakukanya secara mandiri bila keluhan
demam muncul.

 Anjurkan pasien untuk Mencegah timbulnya jamur dan ruam kulit


memakai pakaian yang menyerap dan menjaga kenyamanan pasien.
keringat.

 Atur suhu ruangan agar Suhu ruangan yang sesuai akan membantu
nyaman saat pasien demam. turunnya suhu tubuh.

 Berkolaborasi dengan dokter


Anti piretik di gunakan saat suhu tubuh di
dalam pemberian anti piretik
atas 38°C
seperti : parasetamol 500mg 3x
sehari
CATATAN KEPERAWATAN

DX 1 hari pertama
Implementasi Hasil

 Mengobservasi TTV tiap jam TTV: TD 110/70mmhg, RR 20x/menit, HR


atau saat dibutuhkan. 100x/menit, S 37,5ºC.

 Mengkaji tingkat nyeri pasein. Skala nyeri 6

 Memberi informasi kesehatan Pasien tampak antusias saat perawat


tentang penyebab nyeri dan cara memberikan informasi tentang nyeri dan
mengatasi saat nyeri datang. cara mengatasinya.

 Mengajarkan tehnik relaksasi. Pasien mengerti dan mampu


mempraktekan kembali apa yang diajarkan
oleh perawat.

 Berkolaborasi dengan medis Memberikan therapi oral : tramadol


dalam pemberian analgetik. kap.pasien mengatakan nyeri berkurng
setelah 30 menit pemberian obat dan tidak
ditemukan efek samping obat seperti :
jantung berdebar debar, tremor, mual
muntah, dsb

DX 2 hari pertama

Implementasi Hasil

 Mengawasi pemasukan jumlah Pasien makan habis setengah porsi,


diet/ jumlah kalori yang masuk diselingi snack pada pukul 09.00 wib dan
 Memberi porsi makan sedikit pukul 15.00 wib.
tapi sering dan berikan porsi
makan pagi paling besar

 Melakukan oral hygiene Pasien dianjurkan dan sudah melakukan


sebelum makan. oral higiene setiap sebelum makan.

 Menganjurkan makan pada Pasien makan dengan posisi duduk dibantu


posisi duduk tegak. dengan keluarga.

 Berkolaborasi dengan ahli gizi Pasien mengatakan napsu makan


dalam pemberikan diet yang bertambah bila makanannya bervariasi.
tepat sesuai kebutuhan pasien
dan variasi dalam menu
makananya.

 Berkolaborasi dengan medis Memberikan therapi ondansentron 4 mg


dalam pemberian obat - obatan inj. Pasien mengatakan tidak mual dan
anti emetik seperti : muntah.dan tidak ditemukan efek samping
ondansentron 4 mg inj seperti : pusing, sakit perut, dan konstipasi.

 Pemberian tranfusi albumin Tranfusi albumin dilakukan dalam waktu


secara IV 3-4 jam dan tidak terdapat efek samping
selama pemebrian tranfusi berlangsung

 Kolaborasi dengan petugas Hasil albumin sebagai acuan pemberian


laboratorium dalam terapi berikutnya
pemeriksaan kadar albumin
dan HB pasien.

DX 3 hari pertama

Implementasi Hasil

 Membatasi pengunjung Pengunjung datang saat jam besuk.


 Memelihara lingkungan yang Pagi : pukul 10.00 wib s.d 12.00 wib dan
tenang. Sore : pukul 17.00 wib s.d 19.00 wib.

 Mengubah posisi tidur pasien Pasien masih bisa merubah posisi tidur
tiap 4 jam, jika ku pasien sendiri.
lemah.

 Melakukan tugas dengan cepat Pasien lebih banyak waktu untuk istirahat
dan sesuai toleransi. tidur.

 Membantu pasien dan Keluarga pasien mampu bekerjasama


bekerjasama dengan keluarga dengan perawat dalam hal: memberi
dalam memenuhi kebutuhan makan, kekamar mandi.
dasar pasien.

 Melakukan aktivitas/ latihan Pasien mampu melakukan latihan fisik


gerak sendi pasif/ aktif sesuai sesuai kemampuannya.
toleransi pasien.
Petugas lab mengambil darah pasien dan
 Kolaborasi dengan petugas
hailnya sebagai acuan pemberian terapi
laboratorium dalam
berikutnya
pemeriksaan kadar albumin dan
HB pasien.

DX 4 hari pertama

Implementasi Hasil

 Mengobservasi tingkat pruritus Masih terdapat bekas garukan didaerah


pasien. tangan dan kaki.

 Memberi lingkungan yang bersih Ruangan dibersihkan sehari 3 kali oleh


dan kering. petugaa kebersihan dan pasien serta
keluarga membantu dalam menaga
kebersihan ruanganya.

 Perhatikan kebersihan linen dan Linen di ganti setiap pagi atau saat basah
pakaian yang kering. atau kotor oleh perawat.

 Membatasi jumlah penggunjung Pengunjung dibtasi dan hanya datang pada


saat jam besuk.

Tindakan untuk menghilangkan gatal: Pasien melakukan apa yang perawat


 Menganjurkan mandi dengan air instruksikan sesuai kemampuanya dan
dingin. dengan bahan – bahan yang mudah
 Hindari sabun alkalin. ditemukan.
 Berikan losion caladin.
 Gunakan pakaian yang longar
dan nyaman.
 Pertahankan suhu kamar sejuk.

 Mempertahankan kuku pasien


tetap pendek dan anjurkan
pasien untuk mengaruk dengan Memotong kuku pasien setiap 3 hari sekali
mengunakan bantalan jari bukan dan pasein mulai bisa menghilangkan rasa
dengan kukunya gatalnya dengan mengaruk dengan
bantalan jari.
 Berkolaborasi dengan medis
bila di dapatkan pruritis
bertambah parah untuk Anti histamin diberikan bila keadaan
pemberian anti histamin. bertambah parah.
DX 5 hari pertama
Implentasi Hasil

 Mengkaji adanya keluhan Menanyakan keluhan pasien apakah ada


peningkatan suhu tubuh. rasa mengigil, demam dan lainnya.

 Mengobservasi suhu tubuh Mengukur TTV: TD 110/70mmhg, RR


per4jam atau saat diperlukan. 20x/menit, HR 100x/menit, S 37,5ºC.

 Memberikan kompres hangat Suhu turun 1ºC setelah dilakukan kompres


pada daerah lipatan paha dan hangat.
ketiak juga dahi atau melakukan
prosedur tepid sponging
.
 Memberikan penkes pada pasien Keluarga mengerti dan bisa melakukan
dan keluarga pasien tentang cara cara kompres yang baik.
pemberian kompres yang benar Dengan mengunakan air hangat dengan
suhu 37ºC – 40ºC

 menganjurkan pasien untuk Pasien memakai baju yang menyerap


memakai pakaian yang menyerap keringat.
keringat.

 Mengatur suhu ruangan agar Suhu ruangan di atur dengan suhu 20ºC –
nyaman saat pasien demam 25ºC .
Catatan perkembangan

DX 1 evaluasi hari ke 4

S : pasien mengatakan nyeri berkurang

O : TTV: TD 110/70mmhg, RR 20x/menit, HR 100x/menit, S 37,5ºC.

Skala nyeri 6

Wajah tampak rilek dan nyeri berkurang sampai menghilang.

Pada pemeriksaan palpasi hepar lebih kecil 1cm dari 4 hari yang lalu

A : nyeri teratasi sebagian.

P : lanjutkan intervensi

DX 2 evaluasi hari ke 5

S : pasien mengatakan mual berkurang setelah minum obat.

O : Napsu makan meningkat

Porsi makan habis setengah porsi

BB masih sama

Mual dan muntah berkurang

Hasil albumin darah masih dalam batas normal

A : masalah teratasi sebagian

P : melanjutkan intervensi

DX 3 hari ke 4

S : pasien mengatakan tubuh masih lemah untuk melakukan sesuatu sendiri.

O : Tonus otot 4/4/4/4

Pasien belum mampu makan dan mandi tanpa dibantu.

Pasien masih mudah lelah


Hasil albumin masih dalam batas normal

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

DX 4 hari ke 2

S : pasien mengatakan gatal berkurang.

O : luka bekas garukan berkurang

Ikterus masih ada

Hasil bilirubin terjadi kenaikan pada bilirubin indireck

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan itervensi

DX 5 hari ke 2

S : pasien mengatakan suhu masih naik turun.

O : obs S 37,5 °C
Pasien tampak lebih tenang

A : masalah teratasi

P : lanjutkan intervensi

Rencana pulang ( discharge planning)


Perawat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang :
1. Meminum obat antivirusnya secara teratur dan tidak boleh putus selama 6 bulan
sampai 1 tahun sesuai instruksi dokter.
2. Menganjurkan pasein untuk makan- makanan yang mudah dicerna, tidak mengandung
gas, tinggi karbohidrat, rendah lemak dan protein.
3. Menciptakan lingkungan yang aman di rumah.
4. Olahraga atau melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan pasien secara teratur,
misalnya jalan kaki selama 30 menit setiap pagi.
5. Menghindari mengkonsumsi alcohol atau rokok.
6. Memberikan informasi terkaid kondisi yang mengharuskan pasien segera dibawa
kerumah sakit atau pelayanan kesehatan terddekat, seperti muntah darah, urin sedikit
berwarna gelap atau merah, peningkatan atau penurunan berat badan secara drastis.
7. Meninformasikan waktu kontrol pasien ( hari, jam, nama poli/dokter) dan pentingnya
pengecekan laboratorium secara rutin sesuai program dokter.

You might also like