You are on page 1of 6

b Pengantar

Diskusi internasional di PBB mengenal hak asasi manusi a telah menghasilkan


beberapa piagam penting antara la In Deklarasl Universal Hak Rsasl Manusia (1948),
dua per janjian yaitu Kovenan internasional Hak Sipil dan Politik dan kovenan
internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Bud aya (1955), dan berikutnya Deklarasi Wina
(1993). Dekla rasi Wina mencerminkan tercapainya konsensus antara n egara-negara
Barat dan non-Barat bahwa hak asasi memi Iikl sifat yang univetsal, sekalipun dapat
terjadi perbed aan dalam implementasinya, sesuai keadaan khas masin g masing
negara. Pada tahun 2002 kemajuan konsep hak asasi manusia mencapai tonggak sejarah
baru dengan di dirikannya Mahkamah Pidana internasional (Internaslon ai Criminal
Court atau ICC) yang khusus mengadili kasu s pelanggaran terhadap kemanusiaan,
genosida, dan ke] ahatan perang.

Seperti diketahui masalah hakasasl manusia serta perll ndungan terhadapnya


merupakan bagian penting dari de mokrasi. Dengan meluasnya konsep dalam konteks
globa Iisasi dewasa ini, masalah hak asasi manusia menjadi is u yang hangat
dibicarakan di hampir semua belahan dunl a. Sebenarnya sudah dari zaman dulu
masalah hak diken al di banyak kawasan dunia, tetapi yang paling banyak su mber
tertulisnya-dengan demikian lebih terkenal-ialah negara-negara Barat. Di banyak
negara lain pun, termas uk negara-negara Dunia Ketiga, kebudayaan setempat ju ga
mengenal hak-hak tertentu warganya, sekalipun tidak begitu eksplisit dirumuskan
seperti di Barat. Materinya masih dalam bentuk cerita-cerita, legenda, metafor, yan
g sering tidak memisahkan fakta dari tafsiran, dan serin 9 tidak berbentuk tulisan.

Dengan demikian, konsepsi negara-negara Barat dari se mula telah mendominasi


pemikiran negara-negara yangt ergabung dalam PBB waktu mereka, seusai Perang Dunia
|| (Igua-IBHS) yang amat dahsyat Itu, Ingin merumuskan suatu dokumen hak asasi
manusia yang dapat diterima s

sialis."Dalam UUD 1977 hal itu diuiang kembali dalam Pa

sal 50 dan ditambah dengan ketentuan dalam Pasal 39 ba hwa semua hak yang dijamin
dalam UUD:

. . tidak boleh dilaksanakan dengan merugikan kepentl ngan-kepentingan masyarakat


atau negara, atau meiang

gar hak-hak warga negara lain. ( . . .must not beto the de

triment of the interest of society or the state or infringe the rights of the other
citizens).

Dengan kata lain, jika suatu hak dianggap sebagai anca man terhadap Ideologi
komunisme, maka hak itu tidak m

emperoleh perlindungan. Dengan demikian bobot hak as asl sangat terbatas maknanya.
Sebagai akibatnya Uni So

viet pada masa lalu selalu dikecam sebagai negara pelan ggar hak asasi yang
termasuk paling besar.

Pandangan ini berubah secara radikal sesudah teriadiny a perpecahan dalam dunia
komunis di Eropa Timur pada a khlr 1989. Dewasa ini negara-negara Eropa Timur yang
ia dinya berdasarkan sistem komunis, berada dalam transi si ke arah demokrasi dan
mendekatkan diri dengan negar a-negara barat, berikut pandangan mengenai hak asasi.
a, Deklarasi Universal Hak Fisasl Manusia (iQHB)

Seperti telah diuraikan di atas, seusai Perang Dunia ll ti mbullah keinginan untuk
merumuskan hak asasi yang dia kui seluruh dunia sebagai standar universal bagi
periiak u manusia. Usaha pertama ke arah standard setting ini di mulai oleh Komisi
Hak Rsasi Manusia (Commission on Hu man Rights) yang didirikan PBB pada tahun 19H6.

Sementara itu di belahan Timur Eropa telah terjadi perub

ahan besar yang dampaknya terasa dl seluruh Eropa dan Rmerika. Di Rusia pada 1917
telah terjadi revolusi menen

tang kekuasaan Tsar. Dengan dipimpin oleh Len1n(187[i

192‘4) golongan komunis berhasil mendirikan negara bar u berdasarkan Ideologi


Marxisme-Leninisme (Marxisme seperti ditafsirkan oleh Lenin) atau komunisme. Revolu
sl Ini membawa penderitaan besar khususnya bagi kalan gan atas. Terutama di bawah
pimpinan Stalin, (1879-195 3) yang mengambil alih tampuk pimpinan pada l92'-i, ora
ng yang dianggap anti-revoluner dibunuh atau ditawan dalam kamp konsentrasi. Seusai
Perang Dunia II Soviet b erhasil menjadi saingan bagi Fimerlka Serikat sebagai ne
gara adidaya, sampai pada akhir tahun 1989, Uni Soviet r untuh sebagai nation
state, dan terpecah menjadi beber

apa negara. Hilang pula Uni Soviet sebagai simbol komu nlsme, dan pendekar Dunia
Kedua.

Pada tahap pertama berdirinya, Uni Soviet berusaha ker as untuk mentransformasikan
dari negara agraris menja di negara Industri. Fikan tetapi pembangunan industri be
rat terlalu diprioritaskan, sehingga menimbulkan pende ritaan besar dikalangan
rakyat. Hal itu berubah saat kea daan sosial ekoml ditingkatkan melalui penyediaan
kese mpatan kerja, perumahan, serta pendidikan. Hak ekonom idianggap lebih
substantif dari hak politik yang dicap b orjuis dan bersifat prosedural saja. Dalam
UUD 1935 ha k ekonomi sangat ditonjolkan dan kemudian di forum PB B dengan gigih
diperjuangkan. bahkan hak politik dlangg ap dapat menganggu usaha mengonsolldasl
komunisme s ebagai ideologi tunggal.

Hal ini tidak berarti bahwa hak politik secara resmi tida k diakui Dalam UUD 1936
(Pasal 125) ada empat hak pollt Ik yang dijamin, asal sesuai dengan kepentingan
rakyat pekerja dan memperkuat dan mengembangkan sistem so

nya menyadari fakta bahwa tidak mungkin ada kebebasa n bagi manusia tanpa keamanan
serta kemandirian ekon

omis. (We have come to a clear realization of the fact th at true individual
freedom cannot exist without economi c security and Independence).

Kebetulan sistem ekonomi kapitalis yang berlaku, terut ama sesudaheynes Perang
Dunia II, berhasil meningkatk an produksi sehingga membawa makmuran bagi rakyat. B
erkat berkembangnya pemikiran Lord K (1883-1946) sert a pemikiran sosialisme yang
diperjuangkan oleh partaipartai sosial-demokrat di Eropa dan partai Demokrat di
Rmerika Serikat produksi yang tinggi dapat dibagi secar a lebih merata. Kesenjangan
antara golongan kaya dan g olongan miskin sedikit banyak dapat diatasi antara lain
melalui suatu sistem pajak yang bebannya terutama dipl kui oleh golongan kaya.
Dengan demikian, kebanyakan n egara demokrasi Barat sudah mencapai tahap Negara Ke
sejahteraan (Welfare State) di mana sebagian besar ket uhan sosial ekonomi telah
terpenuhi.

Proses terjadinya Negara Kesejahteraan di negara-nega ra Barat telah berjalan


sebagai sesuatu yang sudah se jarnya (token for granted), tanpa secara formal meng

u pada rumusan internasional mengenai hak asasi eko mi. Maka dari itu, tidak
mengherankan jika banyak negar a Barat, terutama Rmerika Serikat, berkeberatanjika
ha k-hak asasi manusia dibidang ekonomi terlalu ditonjolk an. Sebaiiknya, hak yang
bersifat politik di negara-nega ra Eropa Barat merupakan hasil perjuangan panjang
mel awan tirani, dan telah berhasil mewujudkan demokrasi d an gaya hidup yang cukup
tangguh. Dapat dikatakan bah wa hak politik lebih berakar dalam tradisi masyarakat
Ba rat ketimbang hak ekonomi.

klran mengenal hak asasi, antara lain karena terjadinya depresi besar (the Great
Depression) sekitartahun l929 hingga 193'4, yang melanda sebagian besar dunia.
Depre sl Inl, yang mulal dl Hmerlka dan kemudian menjalar ke h ampir seluruh dunia,
berdampak luas. Sebagian besar m asyarakattlba-tlba ditimpa pengangguran dan
kemiskln an.

Di luar Rmerlka pun dampaknya cukup dahsyat. Dl Jerma n, depresi turut berakibat
timbulnya Nazisme yang diplm pln oleh Rdolf Hitler. Perkembangan Inl menyebabkan ba
nyak orang berimigrasi ke Rmerika dan negara-negara de mokrasi lainnya. Jutaan
orang Yahudi yang tidak sempat meninggalkan Jerman, ditahan dan dibunuh dalam berba
gal kamp konsentrasi (Holocaust).

Dalam suasana Itu Presiden Rmerlka Serikat, Roosevelt pada i9Hl merumuskan Empat
Kebebasan (The FourFreed oms). yaitu kebebasan berbicara dan menyatakan penda pat
(freedom ofspeech). kebebasan beragama (freedom of religion), kebebasan dari
ketakutan (freedom from fe ar), dan kebebasan dari kemiskinan (freedom from want)

Khususnya hak untuk bebas dari kemiskinan mencerml

an perubahan dalam pemikiran beberapa kalangan, sek... Ipun masih terbatas pada
segelintir orang yang berpand angan luas. Mereka berpendapat bahwa hak politik
sendi ri tidak cukup menciptakan kebahagiaan. Misalnya hak m

enyatakan pendapat atau hak memberi suara dalam peml Ilhan umum sekali dalam empat
atau lima tahun, tidak ad

a artinya bagi orang miskin, kecuali jika disertai pemen

uhan kebutuhan yang paling pokok, yaitu tempat berllnd ung, dan pakaian. Pada lgi-
ll Presiden Roosevelt menjela

skan paradigma baru ini sebagai berikut: Kami sepenuh

ebebasan bagi manusia.

Jika pemikiran John Locke menjadi pegangan bagi rakya t Rmerlka saat memberontak
melawan penguasa inggris

(1775-1781), maka Jean-Jacques Rousseau meniadi insp lrasl bagi rakyat Prancis
untuk memulai revolusinya (17 89) melawan raja Bourbon, Louis XVI.

Hak asasi pada tahap Itu masih terbatas pada hak di bida ng politik seperti hak
atas kebebasan, atas kesamaan (e

quality), dan hak menyatakan pendapat. Hak-hak ini dic

antumkan dalam beberapa piagam. Di inggris hak itu diu ndangkan dalam Undang-undang
Hak (Bill of Rights. 168
9). yang diterima satu tahun sesudah Parlemen berhasil

mengusir Raia James ll dan mengundang puterinya Mary beserta suaminya, William of
Orange, untuk menduduki k

erajaan Inggris (the Glorious Revolution of I688). Hak-h

ak yang dirumuskan itu tidak boleh dilanggar oleh rala s ekallpun.

Di Prancis kita kenal Deklarasi mengenal Hak Manusia da

n Warga Negara ration (Declaration Des Drolts de l'Hom me et du Citoyen, I789),


yang dirumuskan pada awal Rev olusl Prancis. Pernyataan InI mencanangkan hak atas
ke bebasan (Liberte), kesamaan (egalite), dan kesetiakaw anan (fraternlto). Kongres
Rmerlka mengesahkan Unda ng undang Hak Rsasl (Bill of Rights, 1789) yang pada tah
un 1791 dimasukan dalam Undang-undang Dasar dalam be ntuk sepuluh amandemen.

Hak nsasl Manusia pada Rbad ke-20 dan Rwal Rbad ke-Ei

perkembangan berikutnya terjadi perubahan dalam peml

sarkan wahyu Ilahi (Divine right of Kings atau Hak Sucl R aja) yang sejak abad ke-
16 berdomlnasl, mulal di pertan yakan keabsahannya karena banyak raja bertindak
sewen ang-wenang. Golongan menengah yang mulai bangkit Ing In agar kepatuhan
masyarakat pada raja mempunyai dasa r yang rasional. Yang dicita-citakan ialah su
hubungan a ntara raja dan rakyat berdasarkan suatu kontrak, sesuai

den suasana perdagangan yang sedang berkembang di Er opa Barat.

Pemikiran Inl tercermin dalam karangan beberapa filsuf Zaman pencerahan


(Enlightenment) yang menganut alira n Liberalisme (Klasik), seperti Hobbes (1588-
1679), Joh n Locke (1532-170'1) Montesquieu (1689-1755), dan Rous

seau (1712-1778). Sekalipun mereka berbeda dalam pena fsiran semuanya membayangkan
suatu masa lalu dimana manusia hidup dalam "keadaan alam"(State of nature). Dalam
keadaan alam Inl semua manusia sama martabatn ya (equal), tunduk kepada Hukum Riam,
dan memiliki hak -hak alam. Fikan tetapi, pada suatu saat manusia menge mbangkan
rasionya (akal sehat) dan sampai pada kesim pulan bahwa untuk menjamin
terlaksananya hak-hak itu, "keadaan alam"per|u ditinggalkan dan diganti dengan ke
hidupan bernegara berdasarkan suatu kontrak sosial ant ara penguasa dengan
masyarakat. Inl yang kemudlan din amakan sebagai Teorl Kontrak Sosial.

Yang paling tegas merumuskan hak-hak alam itu Ialah Jo hn Locke, yaitu hak atas
hidup, kebebasan dan kepemilik an (life, liberty, and property) serta Pemikiran
bahwa pe nguasa harus memerintah dengan persetujuan rakyat (9 overnment by
consent). Filsuf Prancis, Montesquieu Ieb lh menekankan perlunya pembagian
kekuasaan sebagai s arana menjamin hak-hak itu, suatu sistem yang kemudia n dikenal
dengan Istilah trlas politlca Filsuf Prancis lai n, yaknijean-Jacques Rousseau,
menekankan perlunya k

ggota PBB (termasuk Indonesia) merumuskan Vienna De ciaration yang mengakomodasikan


pendirian negara Bar at dan non-Barat terutama seperti dirumuskan dalam Ba ngkok
Declaration. Berkat munculnya beragam piagam je Iaslah bahwa dalam masa
globalisasi, universalitas hak asasi manusia tidak diragukan lagi tetapi, di pihak
lain, diakui pula bahwa implementasi hak asasi dapat member Ikan warna khusus
keadaan sosial-ekonomi, kebudayaan ,dan agama dimasing-masing negara.

Perkembangan Hak Fisasl Manusia di Eropa


DI Eropa Barat pemikiran mengenai hak asasi berawal da rl abad ke-17 dengan
timbulnya konsep Hukum Riam sert

a hak-hak alam. Fikan tetapi, sebenarnya beberapa abad

sebelumnya, yaitu pada Zaman Pertengahan, masalah ha k manusia sudah mulai mencuat
di inggris.

Pada tahun IBIS ditandatangani suatu perjanjian, Magna Charta, antara Raja John
dari Inggris dan sejumlah bang sawan. Raja John dipaksa mengakui beberapa hak dari
p ara bangsawan sebagai Imbalan untuk dukungan mereka

membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan perang. Hak yang dijamin


mencakup hak politik dan sipil

yang mendasar, seperti hak untuk diperiksa dimuka hakl

m (habeas corpus). Sekalipun pada awalnya hanya berla ku untuk bangsawan, hak-hak
Itu kemudian menjadi bagi

an dari sistem konstitusional Inggris yang berlaku bagi

semua warga negara. Sampai sekarang, Magna Charta ma sih dianggap sebagai tonggak
sejarah dalam perkemban gan demokrasi di Barat.

Pada abad ke-i7 dan ke-IB pemikiran mengenai hak asasi maju dengan pesat. Konsep
bahwa kekuasaan raja berda
Ildengan dicanangkannya DeklaraslUnlversaIHak Rsasi Manus|a(UnlversalDeclaration
ofHuman Rights, 1948) oleh negara-negarayangtergabung dalam PBB.Hampird ua
puluhtahun kemudian,DeklarasiUnlversaldljabarka
nduaperjanjianInternasionalyaltuKovenanlnternaslo nalHak Slplldan politik dan
KovenanlnternasionalHak Ekonom|,Soslal,dan Budaya(1966).DlEropa proses sta ndard
setting antara negara Barat dan negara Tlmur"

(komunis)"diteruskan dengan diterimanya Helsinki Rcc ord (1975).

Sementara itu berbagal negara non-Barat merasa terpan 991! untuk membahas beberapa
aspek yang menurut mere ka kurang memperoleh perhatian yaitu pertama, konsep bahwa
setiap manusia disamping hak, juga

mempunyal kewajiban atau tanggung jawab terhadap ma syarakat di mana ia berada.


Kedua bahwa bagi banyak ne

gara yang rasa agamisnya kuat, hak asasi dianggap tlda k dapat dilihat terpisah
dari agama dan budaya.

Maka dalam masa berikutnya, di beberapa belahan dunia seperti Rfrlka dan Fisia
timbul beberapa piagam regional seperti misalnya, Piagam afrika mengenai Hak
Manusia dan Bangsa-bangsa (Rfrican Charter on Human and peop les' Rights, 1981).
Dalam dasawarsa 90-an disusul deng

an Deklarasi Cairo mengenal Hak Rsasl dalam islam (Cal ro Declaration on Human
Rights in Islam , 1990), yang me rupakan hasil diskusi Organisasi Konferensi Islam
(OKI) ,dan Bangkok Declaration, hasil dari Regional Meeting f or Rsla ofthe World
conference on Human nghts, Rprili 993.

akhirnya, pada bulan Jun|1993,|eb1h dari 170 negara an

Secara Universal. Sementara Itu dunia terus berubah, dan proses globalisasi telah
menyentuh hampir semua aspek

kehidupan manusia. Karenanyajuga tidak mengherankan jika konsepsi mengenai hak


asasi mengalami perkemban

gan. Hak asasi manusia biasanya dianggap sebagai hak yang dimiliki setiap manusia,
yang melekat atau Inheren padanya karena dia adalah manusia. Dalam Mukadlmah K
ovenan Internasional Hak Sipil dan Politik (1966), dican angkan: Hak-hak Inl
berasal dari harkat dan martabat ya ng melekat pada manusia (These rights derive
from thei nherent dignity ofthe human person)."i-iak Ini sangat me ndasar atau
asasi (fundamental) sifatnya, yang mutlak d iperlukan agar manusia dapat berkembang
sesuai denga n bakat cita-cita, serta martabatnya. Hak ini juga dianggap universal,
artinya dimiliki semua manusia tanpa per bedaan berdasarkan bangsa, ras, agama,
ataujender.

Dewasa Inl, klta membedakan tiga generasi hak asasi. Generasl pertama adalah hak
sipil dan politik yang sudah lama dikenal dan selalu diasosiasikan dengan pemikiran
dinegara-negara Barat. Generasi Kedua adalah hak ekonomi, sosial, dan budaya yang
gigih diperjuangkan oleh negara-negara komunis yang dalam masa Perang Dingin (]
BHS-awal tahun 1970-an) sering dinamakan Dunia Kedua.

Kemudian hak Ini didukung negara-negara yang baru me mbebaskan diri dari penjajahan
kolonial, dan yang serin g disebut Dunia Ketiga. Generasi Ketiga adalah hak atas
perdamaian dan hak atas pembangunan (development). y ang terutama diperjuangkan
oleh negara-negara Dunia Ketiga.

Cikal bakal konsep hak asasi manusia didunia Barat terd apat dalam karangan
beberapa filsuf abad ke-i7, antara

lain John Locke (1632-170'4) yang merumuskan beberapa hak alam (natural rights)
yang dimiliki manusia secara a lamiah. Konsep ini bangkit kembali seusai Perang
Dunia

You might also like