Professional Documents
Culture Documents
KARAKTERISTIK SENSOR
1. 1. Sensor
Sensor sering didefinisikan secara luas sebagai divais yang
menerima dan merespon sinyal atau stimulus. Dengan definisi
tersebut maka indra manusia pun dapat disebut sebagai sensor.
Gambar 1.1. Sistem Pengendalian Level Air
(Sumber: Handbook of Modern Sensor: Physics, Designs, &
Applications, Fourth Edition. 2010)
Sensor didefinisikan sebagai divais yang merespon stimulus
menjadi sinyal elektrik. Stimulus berupa besaran fisis yang
1
memiliki kuantitas dan dapat diubah menjadi besaran listrik
dengan cara atau metode tertentu. Besaran listrik sering disebut
sebagai sinyal listrik dapat berupa arus maupun tegangan. Sensor
disebut juga sebagai konverter energi. Stimulus yang diterima
sensor sebenarnya adalah energi, dapat berupa energi mekanik,
energi termal, energi bunyi dan lain‐lainya yang dikonversi atau
diubah menjadi energi listrik.
Saat ini telah banyak jenis sensor yang tersedia di pasaran
mulai dari sensor yang sederhana yang hanya melibatkan satu
kali konversi atau perubahan stimulus menjadi besaran listrik,
hingga sensor yang komplek yang tersusun dari beberapa
komponen atau divais yang mengkonversi besaran fisis menjadi
besaran fisis lainnya (transduser) sampai sensor dapat
menghasilkan sinyal listrik.
Gambar 1.2. Sebuah Sensor dapat Tersusun dari Beberapa
Transduser (Sumber: Handbook of Modern Sensor: Physics, Designs,
& Applications, Fourth Edition. 2010)
2
1. 2. Sistem
Pada umumnya agar dapat dimanfaatkan sensor tidak
berdiri sendiri melainkan ada komponen‐komponen lain yang
dibutuhkan. Sebagai contoh perhatikan sistem akusisi data pada
gambar 1.3. Sistem akuisisi data adalah sistem untuk
memperoleh dan mengumpulkan data pengukuran sehingga hasil
pengukuran dapat kita amati dengan baik contohnya adalah
sensor pada sebuah alat ukur (luxmeter, termometer,
tachometer, dan lain‐lain). Hasil pengukuran lebih lanjut dapat
digunakan untuk sistem kendali atau kontrol.
Gambar 1.3. Posisi Sensor Pada Sistem Akusisi Data
3
1. 3. Klasifikasi Sensor
Pengelompokan (klasifikasi) sensor dapat dilakukan
berdasarkan beberapa hal sebagai berikut
Tabel 1.1 Spesifikasi atau Karaketeristik yang Biasa Digunakan untuk
Klasifikasi Sensor
Spesifikasi
Sensitifitas (sensitivity)
Kestabilan jangka panjang/pendek (stability short/long term)
Akurasi (accuracy)
Rentang input (stimulus range/span)
Kecepatan respon (speed of respon)
Linearitas (Linearity)
Karakteristik terhadap beban lebih ( overload characteristic)
Histeresis (hysteresis)
Daerah mati (dead band)
Harga, dimensi, berat (cost, size, weight)
Ketahanan terhadap keadaan lingkungan (environmental condition)
Tabel 1.2. Klasifikasi Sensor Berdasarkan Jenis Stimulus yang
Diterima
Stimulus Bentuk fisis
Akustik Gelombang: amplitudo, fase, polarisasi,
spektrum
Kecepatan gelombang
Biologis Biomass: tipe, konsentrasi, keadaan
Kimia Komponen: jenis, konsentrasi, keadaan
Listrik Muatan, arus, potensial, tegangan
Medan listrik: amplitudo, fase, polarisasi,
spektrum
Konduktifitas
Permitifitas
Magnetik Medan magnet: amplitudo, fase, polarisasi,
spektrum
Fluks magnet
4
Permeabilitas
Optik Gelombang: amplitudo, fase, polarisasi,
spektrum
Kecepatan gelombang
Indeks bias
Emisivity, reflectivity, absorption
Mekanik Posisi: linier, angular
Percepatan (acceleration)
Gaya
Stress, tekanan (pressure)
Strain
Massa, density
Moment, torsi
Kecepatan aliran (speed of flow), kecepatan
perpindahan massa (rate of mass transport)
Bentuk, kekasaran (roughness), arah
Kekakuan (stiffness), compliance
Kekentalan (viscosity)
Radiasi Tipe
Energi
Intensitas
Termal Temperatur
Fluks
Kalor jenis
Konduktivitas termal
1. 4. Karakteristik Sensor
Karakteristik sensor adalah sifat yang melekat pada sensor.
Sebuah sensor dapat tersusun dari beberapa transduser sehingga
melibatkan beberapa kali konversi energi sebelum akhirnya
keluar sebagai output sensor dalam bentuk energi atau sinyal
listrik. Dalam bab berikut ini akan kita bahas beberapa
karakteristik sensor meliputi karakteristik yang tertera pada tabel
1.1. Informasi mengenai karakteristik sensor sangat penting
dalam membuat sebuah sistem pengukuran maupun kontrol.
5
Sensor terbaik yang dipilih adalah sensor yang dapat memenuhi
kebutuhan sistem. Sebagai contoh untuk pengukuran temperatur
tinggi pada boiler maka diperlukan sensor dengan rentang input
sampai dengan sekitar 300C seperti termokopel, sedangkan
untuk membuat termometer digital untuk mengukur temperatur
tubuh cukup menggunakan sensor LM35 atau termistor yang
rentang inputnya lebih rendah.
a. Fungsi Transfer
Misalkan kita anggap sensor sebagai sebuah kotak hitam dan
yang kita perhatikan hanya input (stimulus) dan output saja.
Fungsi yang menunjukkan hubungan antara perubahan output
terhadap perubahan input disebut sebagai fungsi transfer. Secara
umum fungsi transfer ditulis dalam bentuk , yang mana
adalah output, adalah input dan adalah fungsi input.
Fungsi transfer dapat berupa fungsi linear maupun nonlinear.
Fungsi transfer yang paling mudah adalah fungsi transfer linear
seperti persamaan (1.1)
(1.1)
6
Kurva berwarna hijau, biru dan kuning adalah kurva fungsi
transfer termistor NTC R25/100K berupa persamaan non linear.
Gambar 1.4. Grafik yang Menunjukkan Fungsi Transfer dari Sensor
Temperatur LMT87 (kurva merah) dan Termistor NTC R25/100K
dengan Beberapa Rbias yang Berbeda (kurva hijau, biru, kuning)
b. Kalibrasi
Kalibrasi adalah proses membandingkan hasil pengukuran
dari suatu sensor atau sistem pengukuran dengan alat yang
memenuhi standar sebagai pembanding yang akurat yang
disebut sebagai kalibrator. Jika kita membuat sebuah sistem
pengukuran, kalibrasi dapat dilakukan secara bertahap per bagian
sistem yaitu kalibrasi sensor dan kalibrasi pengkondisi sinyal
hingga pengkonversi sinyal. Kalibrasi juga dapat dialkuan
langsung pada keseluruhan sistem.
7
malakukan kalibrasi. Kalibrasi dilakukan dengan memberikan
stimulus dengan rentang tertentu lalu output sensor diukur. Hasil
pengukuran disajikan dalam grafik hubungan output terhadap
input atau fungsi transfer. Fungsi transfer tersebut yang
digunakan untuk mengkoreksi akurasi sensor.
Gambar 1.5. Kalibrasi Sensor Suhu Termistor
c. Akurasi
Salah satu karakteristik penting sensor adalah akurasi atau
inakurasi. Inakurasi adalah seberapa besar deviasi yang dihasilkan
8
pengukuran sensor terhadap stimulus dibandingkan dengan nilai
ideal atau nilai sesungguhnya dari stimulus. Nilai sesungguhnya
dari stimulus sebenarnya adalah nilai hasil pengukuran yang telah
diterima dan memiliki ketidakpastian tertentu, artinya tidak
seorang pun atau suatu alat pun yang dapat menunjukkan
informasi nilai stimulus yang absolut.
Gambar 1.6. Fungsi Transfer dengan (A) Batas Akurasi atau Specified
Accuracy Limit, (2) Error Terhadap Nilai Input atau Stimulus
Inakurasi atau akurasi dapat ditentukan dengan beberapa
cara sebagai berikut:
9
transfer linier dan kurang sesuai untuk sensor dengan fungsi
transfer non‐linier. Sebagai contoh sebuah sensor kelajuan
aliran (flow sensor) dengan rentang input 3000 flow per
minute (fpm) full input memiliki inakurasi 3%, maka dapat
juga dinyatakan inakurasi sensor adalah 90 fpm.
c. Pengukuran dalam bentuk % terhadap sinyal terukur. Bentuk
ini sesuai untuk sensor dengan fungsi transfer non linier.
Sama dengan contoh pada bagian b, tetapi inakuarasi 3 %
bukan terhadap seluruh rentang input melainkan terhadap
rentang tertentu, misalkan untuk rentang pengukuran
kelajuan aliran yang rendah saja ata rentang pengukuran
kelajuan yang tinggi saja.
d. Inakurasi dalam bentuk sinyal output, umumnya untuk hasil
pengukuran yang sudah dikonversi dalam sinyal digital yaitu
inakurasi dinyatakan dalam LSB.
(a) (b)
Gambar 1.7. Perbedaan Akurasi dan Presisi
10
rata‐rata pengukuran mendekati nilai stimulus yang
sesungguhnya sehingga dapat dinyatakan bahwa hasil
pengukuran akurat namun tidak presisi.
Gambar 1.8. Error Sistematis dan Error Acak
d. Rentang Input (Span atau Full‐scale Input)
Rentang input atau span atau full‐scale input adalah rentang
dinamis sensor dalam merespon stimulus yang menunjukkan
rentang stimulus yang dapat dikonversi tanpa menyebabkan nilai
inakurasi yang tidak dikehendaki atau yang tidak bias ditolerir.
Rentang dinamis ini untuk sensor dengan output nonlinier sering
kali dinyatakan dalam desibel. Desibel adalah 10 kali logaritmik
perbandingan daya atau 20 kali logaritmik perbandingan sinyal
(gaya, tegangan, arus).
1 10 log
Atau
1 20 log
11
e. Histeresis
Histeresis adalah error atau deviasi output terhadap sinyal
input atau stimulus namun pengambilan datanya dilakukan
dengan arah berlawanan. Perhatikan gambar 1.9, sumbu
horizontal menunjukkan stimulus dan sumbu vertikal
menunjukkan output sensor. Pengambilan data dilakukan dua
kali, pertama dari stimulus kecil ke besar diperoleh kurva dengan
arah panah ke atas, kedua dari stimulus besar ke kecil diperoleh
kurva dengan panah kebawah. Karakteristik seperti ini disebut
sebagai histeresis. Jika sensor tidak memiliki histeresis artinya
tidaka akan ada perbedaan kurva hasil pengukuran maju atau
mundur.
Gambar 1.9. Histeresis pada
Sensor
f. Resolusi
Resolusi adalah kemampuan sensor untuk mengkonversi nilai
stimulus terkecil, sebagai contoh sensor temperatur LM 35 pada
datasheetnya dinyatakan memiliki resolusi 10mV/oC, artinya
sensor LM 35 hanya mampu mendeteksi atau mengkonversi
perubahan suhu terkecil sebesar 1oC.
12
g. Repeatability
Repeatability adalah kemampuan sensor untuk menghasilkan
hasil pengukuran/konversi yang sama untuk setiap kali
pengukuran dengan rentang pengukuran stimulus yang sama.
Perhatikan gambar 1.20a, sebuah sensor digunakan untuk
melakukan pengukuran berulang dan (run1 dan run2) diperoleh
hasil pengukuran yang sedikit berbeda. Semakin berimpit hasil
pengukuran berulang maka repeatability sensor dapat dikatakan
baik.
h. Deadband
Deadband adalah daerah mati sensor. Meskipun ada
perubahan stimulus yang diterima sensor, sensor tidak
memberikan perubahan output (bernilai nol). Rentang stimulus
(input) saat terjadi hal tersebut disebut sebagai deadband.
Sebaiknya sensor jangan digunakan untuk mengukur stimulus
pada rentang deadband.
Gambar 2.20. (a) Contoh Pengujian Repeatability Sensor,
(b) Deadband pada Sensor.
(Sumber: Handbook of Modern Sensor: Physics, Designs, &
Applications, Fourth Edition. 2010)
13