Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 9
Anggota:
Devi Permata Sari (1306370884)
Elisabeth (1306371035)
Itamar Pascana N (1306371016)
Kamila Luthfia P (1306412193)
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 35
2
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 43
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat menentukan kondisi variabel-variabel proses operasi
pengeringan yang diperlukan untuk melakukan operasi pengeringan
optimum.
2. Mahasiswa mampu menggunakan Psychrometric Chart.
3. Mahasiswa mampu memprediksi laju pengeringan suatu padatan basah
dalam suatu persamaan empiris.
4. Mengetahui pengaruh ukuran partikel, variasi temperatur, dan variasi laju
alir udara terhadap laju pengeringan.
4
susu. Pada proses ini terjadi perpindahan massa (mass transfer) dan perpindahan
kalor (heat transfer) antara udara pengering dengan bahan padat yang akan
dikeringkan. Perbedaan pengeringan dan evaporasi adalah pada pengeringan,
pemisahan air (yang relatif sedikit) dari bahan padatan, sedangkan pada evaporasi
(penguapan), pemisahan air (yang relatif lebih banyak) dari suatu larutan.
Teknologi pengeringan sangat berkembang dalam pemrosesan bahan
pangan. Pengeringan makanan memiliki dua tujuan utama. Tujuan pertama adalah
sebagai sarana pengawetan makanan. Mikroorganisme yang mengakibatkan
kerusakan makanan tidak dapat berkembang dan bertahan hidup pada lingkungan
dengan kadar air yang rendah. Selain itu, banyak enzim yang mengakibatkan
perubahan kimia pada makanan tidak dapat berfungsi tanpa kehadiran air (Sumber
: Geankoplis, 1993). Tujuan kedua adalah untuk meminimalkan biaya distribusi
bahan makanan karena makanan yang telah dikeringkan akan memiliki berat yang
lebih rendah dan ukuran yang lebih kecil.
Klasifikasi Pengeringan
Ditinjau dari pergerakan bahan padatnya, pengeringan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu pengeringan batch dan pengeringan kontinyu. Pengeringan batch adalah
pengeringan dimana bahan yang dikeringakan dimasukan ke dalam alat pengering
dan didiamkan selama waktu yang ditentukan. Pengeringan kontinyu adalah
pengeringan dimana bahan basah masuk secara sinambung dan bahan kering keluar
secara sinambung dari alat pengering.
Berdasarkan kondisi fisik yang digunakan untuk memberikan panas pada
sistem dan memindahkan uap air, proses pengeringan dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu: (Sumber: Geankoplis, 1993)
Pengeringan kontak langsung
Menggunakan udara panas sebagai medium pengering pada tekanan
atmosferik. Pada proses ini uap yang terbentuk terbawa oleh udara.
Pengeringan vakum
Menggunakan logam sebagai medium pengontak panas atau menggunakan
efek radiasi. Pada proses ini penguapan air berlangsung lebih cepat pada
tekanan rendah.
5
Pengeringan beku
Pengeringan yang melibatkan proses sublimasi air dari suatu material beku.
Mekanisme Pengeringan
Ketika benda basah dikeringkan secara termal, ada dua proses yang berlangsung
secara simultan, yaitu :
Perpindahan energi dari lingkungan untuk menguapkan air yang
terdapat di permukaan benda padat
Perpindahan energi dari lingkungan ini dapat berlangsung secara konduksi,
konveksi , radiasi, atau kombinasi dari ketiganya. Proses ini dipengaruhi oleh
temperatur, kelembapan, laju dan arah aliran udara, bentuk fisik padatan, luas
permukaan kontak dengan udara dan tekanan. Proses ini merupakan proses
penting selama tahap awal pengeringan ketika air tidak terikat dihilangkan.
Penguapan yang terjadi pada permukaan padatan dikendalikan oleh peristiwa
difusi uap dari permukaan padatan ke lingkungan melalui lapisan film tipis
udara
Perpindahan massa air yang terdapat di dalam benda ke permukaan
Ketika terjadi penguapan pada permukaan padatan, terjadi perbedaan
temperatur sehingga air mengalir dari bagian dalam benda padat menuju ke
permukaan benda padat. Struktur benda padat tersebut akan menentukan
mekanisme aliran internal air.
Beberapa mekanisme aliran internal air yang dapat berlangsung :
Diffusi
Pergerakan ini terjadi bila equilibrium moisture content berada di bawah titik
jenuh atmosferik dan padatan dengan cairan di dalam sistem bersifat mutually
soluble. Contoh: pengeringan tepung, kertas, kayu, tekstil dan sebagainya.
Capillary flow
Cairan bergerak mengikuti gaya gravitasi dan kapilaritas. Pergerakan ini
terjadi bila equilibrium moisture content berada di atas titik jenuh atmosferik.
Contoh: pada pengeringan tanah, pasir, dll.
6
Benda padat basah yang diletakkan dalam aliran gas kontinyu akan
kehilangan kandungan air sampai suatu saat tekanan uap air di dalam padatan sama
dengan tekanan parsial uap air dalam gas. Keadaan ini disebut equilibrium dan
kandungan air yang berada dalam padatan disebut equilibrium moisture content.
Pada kesetimbangan, penghilangan air tidak akan terjadi lagi kecuali apabila
material diletakkan pada lingkungan (gas) dengan relative humidity yang lebih
rendah (tekanan parsial uap air yang lebih rendah).
Tray Dryer
Konsep perpindahan massa dapat diterapkan dalam pengeringan (drying).
Dalam percobaan ini pengeringan akan dilakukan untuk mengeringkan suatu
umpan solid/butiran padat berupa pasir dengan berbagai ukuran menggunakan unit
operasi yang dinamakan tray dryer. Tray dryer adalah alat pengering yang
dirancang untuk pengeringan bahan yang membutuhkan wadah/pan. Pada alat ini
terdapat tray-tray yang digunakan sebagai tempat umpan yang dikeringkan. Proses
7
pengeringan dilakukan pada tray kedua dari atas. Pengeringan dilakukan dengan
mengalirkan udara yang dipanaskan dengan heater dan kemudian mengalir ke arah
tray-tray umpan. Udara panas inilah yang akan menguapkan air yang terkandung
dalam umpan hingga kering.
Tray dryer sangat besar manfaatnya bila produksinya kecil, karena bahan
yang akan dikeringkan berkontak langsung dengan udara panas. Namun alat ini
membutuhkan tenaga kerja dalam proses produksinya, biaya operasi yang agak
mahal, sehingga alat ini sering digunakan pada pengeringan bahan – bahan yang
bernilai tinggi.
Penggunaannya cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran,
dan sering digunakan untuk produk yang jumlahnya tidak terlalu besar. Waktu
pengeringan yang dibutuhkan (1-6 jam) tergantung dari dimensi alat yang
digunakan dan banyaknya bahan yang dikeringkan, sumber panas dapat berasal dari
steam boiler.
Pengering (Rotary Dryer) dan pemanas sebagai sumber udara panas
(electric heater) dihubungkan satu sama lain dengan pipa agar udara panas dapat
masuk pada ruang tray drier. Tray diisi zat padat yang akan dipanaskan dan
diletakkan di dalam ruang dryer tersebut. Skema alat tersebut sebagai berikut :
8
Seperti proses perpindahan massa lainnya, pengurangan juga diperlukan
sama yaitu pendekatan dengan hubungan keseimbangan. Bahan yang dikeringkan
kontak dengan campuran udara-uap, maka diperluka data keseimbangan antara
udara-uap dengan bahan yang dikeringkan. Suatu padatan basah jika kontak dengan
udara pada suhu dan kelembaban tetap, setelah lama akan diperoleh kandungan air
dalam bahan mencapai kesetimbangan. Kandungan air dinyatakan dalam kg air/kg
bahan kering:
Kandungan air keseimbangan
Bagian air yang terdapat di dalam zat padat yang basah yang tidak dapat
dikeluarkan dengan udara.
Kandungan air bebas
Bagian air di atas jumlah air keseimbangan yang dapat dihilangkan dengan
proses pengeringan.
Air terikat
Cairan yang dikandung oleh suatu bahan pada kelembaban relative 100%
yang terikat secara kimia.
Air tak terikat
Cairan yang merupakan kelebihan dari air terikat.
(1)
dengan,
Xi = kandungan air dalam pasir (gram air/gr padatan kering)
Wst = berat pasir kering dengan tray (g)
Wi = berat pasir basah dalam tray selama pengamatan (g)
Ws = padatan kering (g)
9
(2)
dengan,
Ri = laju pengeringan (g H2O / menit.cm2)
As = luas permukaan pengeringan (cm2)
t = waktu pengamatan (menit)
(5)
P = Tekanan (atm)
V = Volume (L)
n = Jumlah mol (mol)
R = Konstanta gas ideal (0,08205 L atm/mol K)
T = Suhu (K)
10
BAB II
PROSEDUR PERCOBAAN
2.1 Alat dan Bahan
Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan dalam percobaan Tray Dryer:
Tabel 2. 1 Daftar nama alat
11
Tray Digunakan sebagai wadah
pasir yang digunakan dalam
percobaan
Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan dalam percobaan Tray Dryer:
Tabel 2. 2 Daftar bahan
12
Pasir Digunakan sebagai partikel
yang akan digunakan dalam
proses pengeringan dengan
dua ukuran berbeda yaitu 0,3
mm dan 0,5 mm
Air Digunakan untuk membasahi
pasir
13
Tujuan Percobaan
Mengamati pengaruh perbedaan kecepatan udara pengering terhadap laju
pengeringan.
Prosedur Percobaan
1. Menimbang berat tray kosong dan mengukur luas tray, kemudian
mengisi tray dengan pasir kering berukuran 0,5 mm dengan ketebalan
kira-kira 10 mm.
2. Menimbang berat tray yang berisi pasir kering, kemudian
menyemprotkan air di atas permukaan pasir kering yang terdapat dalam
tray dan menimbang berat tray yang berisi pasir basah.
3. Mengatur pengontrol kecepatan udara pengering pada posisi level 6 dan
suhu pemanas pada posisi level 5
4. Mengukur laju alir udara pengering pada lima titik berbeda dengan
menggunakan anemometer dan mengukur temperatur wet dan dry pada
upstream dan downstream.
5. Memasukkan tray berisi pasir basah ke dalam alat tray dryer untuk
memulai proses pengeringan.
6. Mencatat berat tray berisi pasir setiap interval waktu 3 menit hingga
menit ke-15 selama operasi pengeringan serta mengukur laju alir udara
pengering pada lima titik berbeda dengan menggunakan anemometer dan
mengukur temperatur wet dan dry pada upstream dan downstream.
7. Mengulangi percobaan untuk kecepatan udara pengering pada posisi
level 8.
2.3.3 Pengaruh Temparatur
Tujuan Percobaan
Mengamati pengaruh perubahan temperature terhadap laju pengeringan.
Prosedur Percobaan
1. Menimbang berat tray kosong dan mengukur luas tray, kemudian mengisi
tray dengan pasir kering berukuran 0,5 mm dengan ketebalan kira-kira 10
mm.
14
2. Menimbang berat tray yang berisi pasir kering, kemudian menyemprotkan
air di atas permukaan pasir kering yang terdapat dalam tray dan
menimbang berat tray yang berisi pasir basah.
3. Mengatur pengontrol kecepatan udara pengering pada posisi level 4 dan
suhu pemanas pada posisi level 6.
4. Mengukur laju alir udara pengering pada lima titik berbeda dengan
menggunakan anemometer dan mengukur temperatur wet dan dry pada
upstream dan downstream.
5. Memasukkan tray berisi pasir basah ke dalam alat tray dryer untuk
memulai proses pengeringan.
6. Mencatat berat tray berisi pasir setiap interval waktu 3 menit hingga menit
ke-15 selama operasi pengeringan serta mengukur laju alir udara
pengering pada lima titik berbeda dengan menggunakan anemometer dan
mengukur temperatur wet dan dry pada upstream dan downstream.
7. Mengulangi percobaan untuk suhu pemanas pada posisi level 8.
BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1 Data Pengamatan
3.1.1 Pengaruh Ukuran Partikel
a. Ukuran Pasir 0.3 mm
Tabel 3.1 Data kondisi operasi untuk variasi ukuran partikel 0.3 mm
15
Tabel 3.2 Data hasil pengamatan untuk variasi ukuran partikel 0.3 mm
Tabel 3.4 Data hasil pengamatan untuk variasi ukuran partikel 0.3 mm
16
Tabel 3.5 Data kondisi operasi untuk variasi laju udara pengeringan skala 6
Tabel 3.6 Data hasil pengamatan untuk variasi laju udara pengerinagn skala 6
Tabel 3.7 Data kondisi operasi untuk variasi laju udara pengeringan skala 8
Tabel 3.8 Data hasil pengamatan untuk variasi laju udara pengerinagn skala 8
17
6 255 27.5 30.5 27 30.5 3.9 3 3.5 4 3.6
9 255 27 30.5 27 30.5 4.2 2.9 3.6 4.1 3.6
12 254 27.5 30.5 27 30.5 4 3 3.5 3 3.5
15 253 27.5 30 27 30.5 4 3 3.5 3.9 3.5
b. Temperatur Skala 8
Tabel 3.11 Data kondisi operasi untuk variasi temperature skala 8
18
Ukuran Partikel 0.5 mm
Berat Tray 152 gram
Ukuran Tray 29.5 x 16 cm
Berat Kering 293 gram
Berat Basah Awal 307 gram
Wi
t (menit) Wst (g) Ws (g) Xi (g/g)
(g)
19
3 274 270 118 0.033898
6 273 270 118 0.025424
9 272 270 118 0.016949
12 272 270 118 0.016949
15 271 270 118 0.008475
Xi
Ukuran Ukuran
t
Partikel 0.3 Partikel 0.5
(menit)
mm mm
3 0.067961 0.033898
6 0.048544 0.025424
9 0.038835 0.016949
12 0.029126 0.016949
15 0.019417 0.008475
Sehingga, hasil dari perhitungan di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik di
bawah ini :
Grafik Xi Vs t
0.08
0.07
0.06
Xi (g air/g pasir)
0.05
0.04
Partikel 0,5 mm
0.03
Partikel 0,3 mm
0.02
0.01
0
0 5 10 15 20
t (min)
20
Ri
t (menit) ∆t (menit) Wi (g) ∆W (g) As (cm) (kgH2O/meni
t cm2)
3 3 262 0 472 0
6 3 260 2 472 0.001412
9 3 259 1 472 0.000706
12 3 258 1 472 0.000706
15 3 257 1 472 0.000706
Xi Ri (kgH2O/menit cm2)
Ukuran Partikel Ukuran Partikel Ukuran Partikel Ukuran Partikel
0.3 mm 0.5 mm 0.3 mm 0.5 mm
0.067961 0.033898 0 0.000706
0.048544 0.025424 0.001412 0.000706
0.038835 0.016949 0.000706 0.000706
0.029126 0.016949 0.000706 0
0.019417 0.008475 0.000706 0.000706
Sehingga, hasil dari perhitungan di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik di
bawah ini:
21
Grafik Xi Vs Ri
0.0016
0.0014
Ri (g H2O/menit.cm2
0.0012
0.001
0.0008
Partikel 0,5 mm
0.0006
Partikel 0,3 mm
0.0004
0.0002
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08
Xi (g air/g pasir)
22
c. Laju penguapan terhadap Kandungan Air
Tabel 3.17 Pengolahan data laju penguapan
23
Tabel 3.18 Hubungan laju penguapan terhadap kandungan air
Xi mi (g/s)
Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran
Partikel 0.3 Partikel 0.5 Partikel 0.3 Partikel 0.5
mm mm mm mm
0,067961 0,033898 -0,059045501 0
0,048544 0,025424 -0,058681022 -0,05868
0,038835 0,016949 -0,054782208 0
0,029126 0,016949 -0,229024973 -0,05905
0,019417 0,008475 0 -0,0605
Sehingga, hasil dari perhitungan di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik di
bawah ini:
Grafik Xi Vs mi
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08
-0.05
-0.1
mi (g/s)
Partikel 0,5 mm
-0.15 Partikel 0,3 mm
-0.2
-0.25
Xi (g air/g pasir)
Wi
t (menit) Wst (g) Ws (g) Xi (g/g)
(g)
Xi
3 0.058824 0.061856
6 0.047059 0.051546
9 0.047059 0.051546
12 0.035294 0.041237
15 0.035294 0.030928
Sehingga, hasil dari perhitungan di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik di
bawah ini :
25
Xi vs t
0.07
0.06
Kandungan Air, Xi (g/g)
0.01
0
0 5 10 15 20
Waktu, t (menit)
26
Tabel 3.22 Hubungan laju pengeringan terhadap kandungan air
Xi Ri (kgH2O/menit cm2)
Air Flow Air Flow Air Flow Air Flow
Control = 6 Control = 8 Control = 6 Control = 8
0.058824 0.06185567 0 0
0.047059 0.05154639 0.000706 0.00070621
0.047059 0.05154639 0 0
0.035294 0.04123711 0 0.00070621
0.035294 0.03092784 0 0.00070621
Sehingga, hasil dari perhitungan di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik di
bawah ini:
Xi vs Ri
0.0008
Laju Pengeringan (g/min.cm2
0.0007
0.0006
0.0005 Laju Alir
Udara = 6
0.0004
0.0003
0.0002 Laju Alir
Udara = 8
0.0001
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08
Kandungan Air (g air/g pasir kering)
27
c. Laju penguapan terhadap Kandungan Air
Tabel 3.23 Pengolahan data laju penguapan
28
Tabel 3.25 Hubungan laju penguapan terhadap kandungan air
Xi mi (g/s)
Air Flow Air Flow Air Flow Air Flow
Control = 6 Control = 8 Control = 6 Control = 8
0.058824 0.06185567 0 -6.1144013
0.047059 0.05154639 0 -6.3618048
0.047059 0.05154639 0 0
0.035294 0.04123711 0 -6.0083712
0.035294 0.03092784 0 -12.652923
Sehingga, hasil dari perhitungan di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik di
bawah ini:
Xi vs mi
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08
-2
Laju Penguapan (g/s)
-4 Laju Alir
Udara 6m/s
-6
Laju Alir
-8 Udara 8 m/s
-10
-12
-14
Kandungan Air (g air/g pasir kering)
Temperatur Control = 6
Wi
t (menit) Wst (g) Ws (g) Xi (g/g)
(g)
Temperatur Control = 8
Wi
t (menit) Wst (g) Ws (g) Xi (g/g)
(g)
3 305 293 141 0.085106
6 303 293 141 0.070922
9 302 293 141 0.063830
12 300 293 141 0.049645
15 298 293 141 0.035461
Xi
t Temperatur Temperatur
(menit) Control = 6 Control = 6
3 0.032389 0.085106
6 0.028340 0.070922
9 0.024291 0.063830
12 0.020243 0.049645
15 0.016194 0.035461
Sehingga, hasil dari perhitungan di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik di
bawah ini :
30
0.09 Temperatu
0.08 re control=
0.07 5
0.06 Temperatu
0.05 re control=
Xi
7
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 5 10 15 20
t (menit)
Temperatur Control = 6
Ri
t (menit) ∆t (menit) Wi (g) ∆W (g) As (cm) (kgH2O/meni
t cm2)
Temperatur Control = 8
Ri
t (menit) ∆t (menit) Wi (g) ∆W (g) As (cm) (kgH2O/meni
t cm2)
3 3 305 2 472 0.001412
6 3 303 2 472 0.001412
9 3 302 1 472 0.000706
12 3 300 2 472 0.001412
15 3 298 2 472 0.001412
31
Tabel 3.29 Hubungan laju pengeringan terhadap kandungan air
Xi Ri (kgH2O/menit cm2)
Temperatur Temperatur Temperatur Temperatur
Control = 6 Control = 8 Control = 6 Control = 8
0.032389 0.085106 0.000706 0.001412
0.028340 0.070922 0.000706 0.001412
0.024291 0.063830 0.000706 0.000706
0.020243 0.049645 0.000706 0.001412
0.016194 0.035461 0.000706 0.001412
Sehingga, hasil dari perhitungan di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik di
bawah ini:
0.0016
0.0014
Temperat
0.0012
ure
Ri(kgH2O/menit cm2)
0.001 control = 5
0.0008 Temperat
0.0006 ure
control = 7
0.0004
0.0002
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
Xi
32
c. Laju penguapan terhadap Kandungan Air
Tabel 3.30 Pengolahan data laju penguapan
Temperature control = 6
v rata- v rata- T upstream T downstream H
t ρ As H
rata rata T dry T wet T dry T wet downstr ∆H mi (g/s)
(menit) (g/cm3) (cm2) o o upstream
(m/s) (cm/s) ( C) ( C) (oC) (oC) eam
3 1.84 184 0.00117 472 32 28 0.737 32 28 0.737 0 0
6 1.88 188 0.00117 472 32 27.5 0.707 33 27.5 0.654 -0.053 -5.50251936
9 1.92 192 0.00117 472 32 28 0.737 32 28 0.737 0 0
12 1.96 196 0.00117 472 32 28 0.737 33 28 0.683 -0.054 -5.84490816
15 1.94 194 0.00117 472 33 28 0.683 33 28 0.683 0 0
Temperature control = 8
v rata- v rata- T upstream T downstream H
t ρ As H
rata rata T dry T wet T dry T wet downstr ∆H mi (g/s)
(menit) (g/cm3) (cm2) o o upstream
(m/s) (cm/s) ( C) ( C) (oC) (oC) eam
3 1.92 192 0.00117 472 40 29 0.44 42 29.5 0.397 -0.043 -4.55929344
6 1.9 190 0.00117 472 39 29.5 0.496 42 30 0.416 -0.08 -8.394048
9 2 200 0.00117 472 38 30 0.557 40 30 0.481 -0.076 -8.394048
12 2 200 0.00117 472 38 29.5 0.534 40 29.5 0.461 -0.073 -8.062704
15 2.02 202 0.00117 472 38 29.5 0.534 40 29.5 0.461 -0.073 -8.14333104
33
Tabel 3. 31 Hubungan laju penguapan terhadap kandungan air
Xi mi (g/s)
Temperature Temperature Temperature Temperature
control = 6 control = 8 control = 6 control = 8
0.032389 0.085106 0 -4.55929344
0.028340 0.070922 -5.50251936 -8.394048
0.024291 0.063830 0 -8.394048
0.020243 0.049645 -5.84490816 -8.062704
0.016194 0.035461 0 -8.14333104
Sehingga, hasil dari perhitungan di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik di
bawah ini:
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1
-1
-2
Temperature
-3 control = 5
Temperature
mi (g/s)
-4
control = 7
-5
-6
-7
-8
-9
Xi
35
8. Ukuran partikel yang digunakan yaitu 0.5 mm dan temperatur pengeringan pada
skala 5. Variasi ini dimaksudkan untuk mengatahui pengaruh keturbulenan udara
yang dialirkan dengan perpindahan panas secara konveksi serta gradient
konsentrasi air di udara dan partikel per satuan waktu dengan laju pengeringan.
Percobaan terakhir dilakukan dengan memvariasikan temperatur
pengeringan yaitu pada skala 6 dan 8. Percobaan ini menggunakan pasir dengan
diameter 0.5 mm dan laju alir diatur pada skala 4. Variasi temperatur ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suhu terhadap laju
penguapan air di permukaan partikel.
Variasi diameter partikel, laju alir udara, dan temperatur dilakukan untuk
mengetahui bagaimana seharusnya kondisi ketiga variabel ini agar diperoleh proses
pengeringan yang optimum. Proses pengeringan ini adalah proses perpindahan
massa dimana air akan mengalami perpindahan dari pasir ke aliran udara kering.
Proses ini berlangsung karena adanya gradien konsentrasi dan temperatur. Air akan
mengalami perpindahan (menguap) dari pasir yang kandungan airnya lebih tinggi
ke aliran udara kering yang kandungan airnya lebih rendah. Selain itu, adanya
perbedaan temperatur udara kering dan pasir mendorong proses perpindahan massa
ini terjadi. Adanya panas yang diberikan aliran udara kering membuat air yang
terkandung pada pasir akan mengalami perubahan fasa menjadi uap air yang akan
terbawa oleh aliran udara kering. Pada proses pengeringan ini, udara kering terus
dialirkan agar gradien konsentrasi tetap terjadi. Dengan demikian, proses
pengeringan dapat terus berlangsung.
36
Kami menghitung nilai dari kandungan air yang hilang dengan cara
membagi massa air yang terkandung dalam pasir dengan massa pasir kering yang
ada di dalam tray. Dengan perhitungan menggunakan rumus yang tertera pada dasar
teori, maka didapatkan nilai dari kandungan air untuk ukuran partikel 0,3 mm relatif
lebih besar dibandingkan dengan kandungan air pada pasir dengan ukuran partikel
0,5 mm untuk 5 data setiap 3 menit pengukuran. Selisihnya dapat kita lihat kurang
lebih sekitar 0,03 g air/ g pasir.
Berdasarkan teori yang ada seharusnya nilai jumlah kandungan air hilang
yang lebih besar adalah pada ukuran partikel 0,5 mm. Semakin besar ukuran
partikel maka laju perpindahan air ke permukaan juga akan semakin besar karena
tingkat porositas dari partikelnya lebih besar. Namun pada percobaan kami yang
terjadi berbeda hal, karena itu kemungkinan besar kami melakukan kesalahan pada
saat mengamati. Kemungkinan lainnya juga adalah karena jumlah pasir yang kami
gunakan untuk ukuran partikel 0,5 mm lebih banyak. Sehingga ketika kami
membuat perbandingan antara jumlah air yang hilang dengan jumlah pasir awal,
maka akan menghasilkan nilai yang lebih kecil untuk partikel 0,5 mm. Namun
sebenarnya jika kita melihat massa air yang hilang saja untuk laju yang sama maka
nilainya relatif sama. Dengan demikian, kami menilai bahwa langkah yang kami
lakukan untuk percobaan variasi ukuran partikel ini masih kurang tepat.
Setelah menghitung jumlah kandungan air yang dihilangkan, kami
menghitung laju pengeringan yang terjadi. Langkah yang kami lakukan adalah
dengan melihat massa air yang hilang pada setiap pengambilan data dibagi dengan
aktu dan luas area. Sehingga kami mendapatkan nilai dimana laju pengeringan
untuk ukuran partikel 0,3 dan 0,5 mm relatif sama. Hal ini disebabkan oleh massa
air yang dihilangkan untuk kedua variasi ukuran partikel tidak jauh berbeda yaitu
sekitar 1-2 g/g pasir. Nilai laju pengeringan yang dilakukan oleh udara pengering
untuk data pengamatan dari 1 hingga data ke 5 fluktuatif karena angka pada
timbangan yang kami amati juga fluktuatif. Terdapat data dengan nilai 0 hal ini
disebabkan karena tidak terjadi perubahan massa terukur pada saat pengambilan
data.
Kemudian kami juga melakukan pengolahan data untuk laju penguapan.
Laju penguapan dihitung berdasarkan kelembaban. Kelembaban kami hitung
37
menggunakan psychrometric chart dengan data suhu dry dan wet untuk upstream
dan downstream yang kami miliki. Nilai kelembaban (H) yang lebih rendah
menandakan bahwa penguapan yang terjadi lebih kecil, karena kandungan air yang
menguap lebih kecil. Untuk ukuran partikel 0,3 mm terdapat data dimana laju
penguapannya lebih kecil, ditandai dengan nilai H yang lebih negatif dibandingkan
untuk ukuran partikel 0,5 mm, padahal jika ditinjau dari jumlah air yang hilang,
nilainya lebih besar seharusnya kelembaban untuk ukuran partikel 0,3 mm lebih
besar. Hal tersebut kami nilai sebagai penyimpangan data dari percobaan.
Grafik Xi vs t menggambarkan bahwa kandungan air yang hilang dari
ukuran partikel 0,3 mm lebih besar daripada ukuran 0,5 mm, karena posisinya
berada di atas grafik 0,5 mm. Ini terjadi karena jumlah air dalam pasir lebih banyak
pada saat percobaan untuk ukuran 0,3 mm. Kemudian, kecendrungan kedua grafik
menurun karena pada saat perhitungan, yang ditinjau bukanlah delta tetapi ditinjau
dari nilai berat kering pasir. Sehingga secara otomatis maka semakin lama akan
semakin berkurang nilainya dan akhirnya akan mendekati bahkan sama dengan
berat pasir kering.
Untuk grafik ke 2 Xi vs Ri, kedua data untuk 0,3 dan 0,5 mm fluktuatif.
Fluktuasi yang terjadi pada kedua grafik yaitu pada data pertama dan data kedua
partikel 0,5 mm, serta data ke empat dan ke 5 untuk partikel 0,3 mm. Hal ini terjadi
karena pengukuran suhu yang terjadi sedikit berbeda.
Untuk grafik Xi vs mi, kedua data baik 0,3 dan 0, mm juga memberikan data
yang fluktuatif sehingga sulit untuk melihat trend dari kedua grafik. Namun jika
dapat disimpulkan, grafik menunjukan nilai yang relatif sama untuk laju penguapan
kedua ukuran partikel.
38
Berdasarkan teorinya, suhu pada aliran downstream seharusnya lebih
rendah dibanding suhu pada aliran upstream disebabkan oleh kadar air pada aliran
downstream lebih tinggi daripada upstream. Kadar air pada aliran upstream lebih
sedikit karena jaraknya yang lebih dekat dengan sumber udara pengering sehingga
suhunya menjadi lebih tinggi. Kadar air yang lebih tinggi akan menyebabkan
kapasitas kalor udara bertambah dan suhu menjadi lebih rendah. Namun pada
percobaan ini, data yang diperoleh adalah suhu di aliran downstream sama atau
lebih tinggi dibandingkan suhu di aliran upstream. Hal tersebut terjadi disebabkan
oleh pengukuran suhu upstream yang dilakukan terlebih dahulu hingga
mendapatkan temperatur yang konstan , kemudian baru dilakukan pengukuran suhu
pada downstream sehingga mulai pengukuran awal suhu pada termometer untuk
mengukur downstream sudah lebih tinggi dibandingkan saat mengukur upstream.
Pada grafik hubungan antara kandungan air dan waktu, dapat diperhatikan
bahwa kandungan air di dalam padatan pasir cenderung berkurang seiring dengan
bertambahnya waktu. Pada literaturnya, untuk suhu pemanas yang sama, udara
pengering berkecepatan lebih tinggi akan membawa kalor lebih banyak karena pada
laju alir udara pengering yang tinggi, perpindahan kalor yang terjadi lebih cepat
akibat perbedaan suhu yang besar sehingga kandungan air semakin banyak
berkurang.
Pada grafik perbandingan antara kandungan air dan laju pengeringan, dapat
dilihat bahwa terdapat kecenderungan kenaikan pada kecepatan pengeringan dan
kemudian terjadi penurunan. Pada teorinya, pengurangan berat dapat terjadi karena
laju udara pengering dan suhu pada tray drier terus dialirkan. Secara umum, laju
alir udara pengering yang lebih rendah, memiliki nilai laju pengeringan yang lebih
besar dikarenakan banyaknya besar kalor yang kontak dengan pasir, dan waktu
kontak yang diperoleh akan lebih lama daripada laju alir udara yang besar , sehingga
akumulasi kalor akan menyebabkan pengeringan yang lebih cepat.
Pada grafik hubungan antara kandungan air dan laju penguapan, dapat
dilihat bahwa laju penguapan pada laju alir udara pengering yang rendah cenderung
lebih tinggi daripada pada laju alir udara yang lebih tinggi. Berdasarkan persamaan
m vi AH
, terlihat bahwa laju alir udara sebanding dengan laju penguapan.
Akibatnnya, nilai laju penguapan akan lebih besar pada laju alir udara yang besar.
39
Pada laju alir udara yang besar membawa kalor yang lebih banyak sehingga
perpindahan kalor akan lebih cepat terjadi. Hasilnya adalah laju penguapan menjadi
lebih besar karena kandungan air yang teruapkan lebih banyak. Namun,
berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan adalah laju alir udara berbanding
terbalik dengan laju penguapan.
c Pengaruh Temparatur
Percobaan ketiga yang dilakukan yaitu dengan membuat variasi pada suhu
udara pengering. Hal ini bertujuan untuk mengamati pengaruh perbedaan suhu
udara pengering terhadap laju pengeringan. Prosedur yang dilakukan pada
percobaan ketiga sama dengan prosedur pada percobaan sebelumnya, hanya saja
data yang divariasikan yaitu suhu udara pada skala 6 dan 8. Pasir yang digunakan
berukuran diameter 0.5 dan kecepatan udara pengering yang digunakan yaitu pada
skala 4.
Percobaan ini kemudian dibandingkan antara suhu udara skala 6 dan 8 yang
digunakan, terhadap kandungan air yang terdapat pada pasir. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh suhu udara pengering terhadap pengeringan yang
dilakukan dengan memvariasikan suhu udara pengering untuk diameter partikel dan
laju udara pengering yang sama. Berdasarkan grafik yang diperoleh, seiring dengan
berjalannya waktu, kandungan air pada tiap partikel semakin berkurang. Dari
grafik, dapat dilihat bahwa penurunan kandungan air pada partikel yang
dikeringkan dengan suhu udara skala 8 memiliki hasil yang lebih signifikan atau
curam dibandingkan dengan kandungan air pada partikel yang dikeringkan dengan
suhu udara pengering 6. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu udara,
semakin banyak perpindahan massa air ke udara, sehingga penurunan yang terjadi
pun semakin signifikan. Perbedaan suhu antara air dan udara yang jauh akan
mempercepat laju perpindahan massa, sehingga laju perpindahan air ke udara
semakin cepat dan kandungan air pada partikel semakin berkurang dengan cepat.
Setelah dibandingkan terhadap kandungan air, selanjutnya variasi suhu
udara skala 6 dan 8 ini dibandingkan dengan laju pengeringan yang terjadi pada
pasir. Laju pengeringan berhubungan dengan penurunan kandungan air yang
terdapat dalam pasir yang akan dikeringkan. Dari grafik, dapat dilihat bahwa suhu
40
udara skala 8 memiliki laju pengeringan yang lebih signifikan untuk menurunkan
kandungan air yang terdapat dalam pasir. Hal tersebut disebabkan, tingginya suhu
akan mempercepat perpindahan panas yang terjadi karena suhu yang tinggi akan
membawa kalor yang lebih besar sehingga kandungan air yang terkandung dalam
pasir lebih turun secara drastis dibandingkan dengan suhu udara pada skala 6.
Selain itu, dari data yang diperoleh juga terlihat bahwa laju pengeringan akan
semakin berkurang seiring dengan lamanya waktu pengeringan. Hal tersebut sesuai
dengan teori dimana laju pengeringan akan berkurang seiring dengan waktu karena
jumlah air yang dapat dikeringkan semakin lama semakin sedikir. Semakin sedikit
partikel air yang terkandung dalam pasir maka akan semakin sulit untuk udara
mengambil partikel air di dalam pasir.
Selanjutnya variasi suhu udara skala 6 dan 8 dibandingkan terhadap laju
penguapan yang dialami pada pasir. Berdasarkan grafik yang diperoleh, pada kedua
variasi suhu, terlihat kecenderungan laju penguapan yang berkurang seiring
berkurangnya kandungan air. Berkurangnya laju penguapan dapat disebakan karena
luas kontak air ke udara berkurang karena ada sebagian area partikel yang sudah
kering. Hal tersebut dapat disebabkan karena laju pengeringan di setiap titik yang
tidak merata atau distribusi kandungan air yang tidak merata. Namun, pada data
yang diperoleh dari variasi suhu dengan skala 6 maupun 8, terjadi fluktuasi laju
penguapan. Peningkatan laju penguapan dapat terjadi karena adanya bounded water
yang mulai mengalami penguapan pada akhir pengeringan sehingga membutuhkan
waktu lebih lama untuk teruapkan.menyebabkan terjadinya peningkatan laju
penguapan pada akhir pengeringan. Pada percobaan dengan variasi temperatur
udara yang diberikan pada pasir, dapat membuktikan bahwa dengan pemberian
suhu yang lebih tinggi terhadap pasir maka laju penguapan akan lebih besar
dibandingkan dengan suhu yang lebih rendah.
41
2. Penggunaan berat pasir dari masing-masing percobaan tidak sama, terutama
berat yang sudah terbasahi. Seharusnya, berat yang digunakan adalah sama,
baik berat kering ataupun berat yang sudah terbasahi agar mudah
membandingkan hasil dari variasi yang dilakukan
3. Kesalahan paralaks, yakni ketidakuratan hasil pembacaan temperatur udara
upstream dan downstream, baik wet bulb temperature maupun dry bulb
temperature.
4. Pengukuran laju alir udara kering. Udara kering pada percobaan ini diukur
tepat ditepi dari tray drier. Padahal di tepi dari alat akan terjadi boundary
separation yang mengakibatkan pressure drop dan menurunnya kecepatan
pada titik tersebut. Kesalahan ini akan mengakibatkan kesalahan dalam
perhitungan laju penguapan yang membutuhkan data laju alir udara kering.
5. Ketidakakuratan dalam penghitungan laju alir rata-rata akibat interval
waktu pengambilan data yang tidak selalu tepat, dimana pada percobaan
data diambil setiap 3 menit.
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ukuran partikel, laju udara pengeringan dan temperature pengeringan
mempengaruhi proses perpindahan massa dari padatan basah menuju udara
pengering.
2. Ukuran partikel yang lebih besar akan mempercepat laju pengeringan dan
penguapan karena laju perpindahan uap air ke permukaan lebih cepat
dengan adanya poros yang lebih besar. Karena laju pengeringannya lebih
cepat maka, kandungan air yang dihilangkan juga akan lebih besar, sehingga
kelembaban udara akan semakin besar pula.
3. Laju alir udara pengering mempengaruhi proses perpindahan massa dari
padatan basah menuju udara pengering. Semakin lama waktu pengeringan,
maka semakin sedikit kandungan air yang terdapat dalam padatan basah.
Semakin besar laju alir udara pengering akan membuat laju pengeringan
padatan basah menjadi lambat karena kandungan air yang kian menurun, serta
menurunkan laju penguapan karena waktu kontak udara dan air yang semakin
singkat.
4. Temperatur pengeringan yang lebih tinggi akan mempercepat waktu yang
dibutuhkan untuk pengeringan karena jumlah cairan yang dapat dikeringkan
semakin banyak. Selain itu, semakin tinggi suhu udara pengering, maka akan
semakin cepat laju pengeringan dan laju penguapan air karena kemampuan
udara dalam menguapkan air akan semakin besar.
43
DAFTAR PUSTAKA
44