Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.2. Gambaran true pelvis dan false pelvis wanita dewasa
Sumber : Cunningham, F.G. et.al. 2014
2. Uterus
Uterus pada perempuan yang tidak hamil terletak di
rongga pelvis di antara kandung kemih di anterior dan rektum
di posterior. Uterus berbentuk piriformis atau berbentuk seperti
buah pir. Berat uterus adalah 70 g dan kapasitas 10 ml atau
kurang. Uterus terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian
segitiga atas yang disebut corpus atau badan dan bagian
silindris bawah yang disebut serviks yang masuk ke dalam
vagina. Hampir seluruh dinding posterior uterus ditutupi oleh
serosa (peritoneum viseral). Bagian bawah peritoneum ini
membentuk batas anterior cul-de-sac rectouterina atau kavum
douglas dan peritoneum ini juga mengarah kedepan kekandung
kemih membentuk kavum vesikouterina. Bagian bawah
dinding uterus anterior disatukan ke dinding posterior kandung
kemih oleh jaringan ikat longgar yang berbatas tegas, spatium
vesikouterina (Cunningham, et al., 2014).
3. Serviks
Serviks uteri berbentuk fusiformis dan membuka di tiap
ujungnya melalui lubang kecil yaitu ostium internum dan
ostium eksternum. Batas atas serviks di anterior adalah ostium
C. Jenis Persalinan
Jenis persalinan Persalinan berdasarkan umur kehamilan yaitu:
1) Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan, berat badan lahir bayi yaitu < 500
gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
2) Partus immaturus
Partus dari hasil konsepsi pada kehamilan 20-27 minggu
dengan berat badan lahir bayi 500 gram sampai 999 gram.
3) Partus prematurus
Pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu
dengan berat badan lahir 1000 gram sampai 2499 gram.
B. Klasifikasi
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya
terdapat pada saat kehamilan, yaitu:
1. Hipertensi gestasional
TD sistolik ≥ 140 atau TD diastolik ≥ 90 mmHg ditemukan
pertama kali sewaktu hamil, tidak ada proteinuria, TD kembali
ke normal sebelum 12 minggu postpartum. Diagnosis akhir
hipertensi gestasional hanya dapat dibuat postpartum, memiliki
gejala atau tanda lain preeklampsia misalnya dispepsia atau
trombositopenia (Cunningham, FG., et al. 2014).
2.1.3 Preeklampsia
A. Definisi
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik pada kehamilan
yang dapat mempengaruhi hampir semua sistem organ yang
ditandai dengan hipertensi gestasional dan proteinuria yang terjadi
setelah kehamilan 20 minggu. Pada preeklampsia tekanan darah
melebihi 140/90 mmHg dan proteinuria melebihi 300 mg dalam 24
jam, rasio protein urin: kreatinin ≥ 0,3 atau protein 30 mg/dL (1+
dipstick) yang persisten dalam sampel urin acak (Cunningham,
FG., et al. 2014). Namun, proteinuria bukan ciri khas pada
beberapa wanita dengan sindrom preeklampsia. Menurut Task
Force 2013 kriteria diagnostik preeklampsia terdapat keterlibatan
multiorgan meliputi trombositopenia, disfungsi ginjal, nekrosis
hepatoselular (disfungsi hati), gangguan sistem saraf pusat, atau
edema paru.
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20
minggu kehamilan disertai proteinuria. Preeklampsia merupakan
penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan
postpartum (Prawirohardjo, 2013). Preeklampsia adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah
B. Faktor risiko
Ada beberapa faktor risiko yang terkait dengan preeklampsia,
yaitu :
1. Primigravida
Primigravida mempunyai risiko lebih besar terjadinya
hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan
multigravida. Hal ini dikarenakan ketika kehamilan pertama
pembentukan human leukocyte antigen protein G (HLA-G)
terhadap antigen plasenta tidak sempurna (Prawirohardjo, S.
2013).
2. Genetik
Faktor genetik merupakan unsur yang penting dalam terjadi
preeklampsia. Preeklampsia adalah hasil interaksi ratusan gen
baik ibu maupun ayah yang mengendalikan fungsi enzimatik
dan metabolik yang beragam di seluruh sistem organ.
Polimorfisme gen yang berpengaruh antara lain : MTHFR
(C677T), F5 (leiden), AGT (M235T), HLA (various), NOS3
(Glu 298 Asp), F2 (G20210A), ACE, CTLA4, LPL dan
SERPINE1 (Cunningham, F.G. et.al. 2014).
3. Usia ibu
Kehamilan dibawah usia 20 tahun dan kehamilan diatas usia
35 tahun berisiko tinggi terjadinya preeklampsia dibandingkan
dengan wanita yang hamil pada usia reproduksi (20-35 tahun).
Ibu yang hamil pada usia < 20 tahun mempunyai risiko
preeklampsia 3,58 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil
yang berusia 20-35 tahun, sedangkan usia > 35 tahun
mempunyai risiko untuk menderita hipertensi kronik yang
akan berlanjut menjadi superimposed preeklampsia ketika
sedang hamil (Denantika, 2014).
4. Jarak kehamilan
Hasil penelitian Harutyunyan 2013 yang berjudul Interbirth
Interval And History Of Previous Preeclampsia didapatkan
hasil yaitu terdapat hubungan bermakna antara jarak kehamilan
dengan angka kejadian preeklampsia dengan p value 0,0005
dan nilai OR 4,49. Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil
dengan jarak kehamilan >5 tahun mempunyai peluang 4 kali
lebih beresiko untuk mengalami preeklampsia dibandingkan
dengan ibu hamil yang jarak kehamilan ≤5 tahun.
5. Wanita yang mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia
pada kehamilan sebelumnya
Wanita dengan preeklampsia pada kehamilan pertama
memiliki risiko lebih besar pada kehamilan kedua
dibandingkan dengan wanita yang normotensif selama
kehamilan pertama. Sebaliknya, pada wanita yang normotensif
selama kehamilan pertamanya, kejadian preeklampsia pada
kehamilan berikutnya jauh lebih rendah daripada kehamilan
pertama (Cunningham, F.G. et.al. 2014).
6. Obesitas
Obesitas selain menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah
juga menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena
jumlah darah yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat
badan, maka semakin obesitas seseorang semakin banyak
jumlah darah yang terdapat dalam tubuh yang artinya semakin
berat fungsi pemompaan jantung (Suhardiyanto, 2012).
7. Kehamilan ganda
Preeklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda
dari 105 kasus kehamilan ganda didapat 28,6% preeklampsia
(Rozikhan, 2007).
8. Hiperhomosisteinemia
Peningkatan plasma homosistein terjadinya pada 20-30%
wanita dengan preeklampsia. Peningkatan konsentrasi
C. Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum
diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang
terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak satupun teori
tersebut yang dianggap mutlak benar. Menurut Prawirohardjo
2013, teori-teori tersebut diantaranya adalah :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal terjadi invasi trofoblas ke dalam
lapisan otot arteri spiralis, yang menimbulkan degenerasi
lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis.
Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis,
sehingga jaringan matriks menjadi longgar dan memudahkan
lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi
dan vasodilatasi lumen arteri spiralis memberi dampak
penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskuler, dan
peningkatan aliran darah pada daerah uteroplasenta, akibatnya
aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan
meningkat sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin
dengan baik, proses ini dinamakan remodeling arteri spiralis.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-
sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan
matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap
kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Terjadi
D. Manifestasi klinis
Penyebab preeklampsia masih belum diketahui, manifestasi
klinis preeklampsia mulai tampak sejak awal kehamilan berupa
perubahan patofisiologi yang timbul sepanjang kehamilan dan
akhirnya menjadi nyata secara klinis. Tanda klinis ini merupakan
akibat vasospasme, disfungsi endotel dan iskemia. Sejumlah besar
dampak sindrom preeklampsia pada ibu biasanya diuraikan
persistem organ, manifestasi klinis ini sering kali multipel dan
bertumpang tindih secara klinis.
1. Sistem kardiovaskular
Gangguan berat pada fungsi kardiovaskular normal lazim
terjadi pada preeklampsia atau eklampsia. Gangguan ini
berkaitan dengan peningkatan afterload jantung yang
disebabkan hipertensi, preload jantung, dan aktivasi endotel
disertai ekstravasasi cairan intravaskular kedalam ruang
ekstrasel dan yang paling penting kedalam paru-paru.
2. Darah dan koagulasi
Kelainan hematologis timbul pada beberapa perempuan
dengan preeklampsia. Salah satu kelainan yang lazim dijumpai
adalah trombositopenia. Selain itu, kadar beberapa faktor
pembekuan darah dalam plasma dapat berkurang dan eritrosit
dapat memperlihatkan bentuk yang aneh serta mengalami
hemolisis cepat.
3. Homeostasis volume
a. Perubahan endokrin
Kadar renin, angiotensin II, angiotensin 1-7, dan aldosteron
dalam plasma meningkat secara nyata selama kehamilan
normal. Pada kasus preeklampsia, meskipun volume darah
berkurang, nilai-nilai ini berkurang secara nyata tetapi tetap
diatas nilai saat tidak hamil.
b. Perubahan cairan dan elektrolit
Pada perempuan dengan preeklampsia berat, volume cairan
ekstrasel yang bermanifestasi sebagai edema biasanya jauh
lebih besar dibandingkan pada perempuan dengan
kehamilan normal.
4. Ginjal
Selama kehamilan normal, aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus meningkat secara bermakna, dengan memburuknya
preeklampsia akan timbul sejumlah perubahan anatomis dan
patofisiologis yang reversibel. Secara klinis perfusi ginjal dan
filtrasi glomerulus berkurang akibat penurunan volume
plasma, sebagian besar penurunan ini terjadi akibat
meningkatnya resistensi arteriol aferen. Penurunan filtrasi
menyebabkan nilai kreatinin serum meningkat yaitu 1 mg/mL
atau dapat lebih tinggi. Pada preeklampsia kadar natrium urin
dan kadar asam urat plasma biasanya meningkat sedangkan
ekskresi kalsium dalam urin berkurang akibat peningkatan
reabsorpsi kalsium ditubulus. Adanya proteinuria dalam
derajat apapun akan menegakkan diagnosis preeklampsia-
eklampsia. Nekrosis tubular akut jarang disebabkan oleh
preeklampsia saja. Meskipun derajat ringan penyakit ini dapat
ditemukan pada kasus yang tidak ditatalaksana, gagal ginjal
secara klinis selalu disebabkan oleh hipotensi akibat
perdarahan yang bersamaan.
5. Hepar
Perubahan pada hepar perempuan yang mengalami eklampsia
berat digambarkan oleh lesi khas yang lazim ditemukan adalah
daerah-daerah perdarahan periportal pada tepi hepar.
Keterlibatan simtomatik, biasanya bermanifestasi sebagai
nyeri tekan derajat sedang hingga berat pada kuadran kanan
atas atau pertengahan epigastrium. Pada beberapa kasus terjadi
peningkatan kadar amino transferase serum-aspartat
transferase (AST) atau alanin transferase (ALT).
6. Otak
Edema otak menyeluruh dapat timbul pada sindrom
preeklampsia dan biasanya bermanifestasi sebagai perubahan
status mental yang bervariasi dari kebingungan hingga koma.
Nyeri kepala dan skotomata diduga timbul akibat hiperperfusi
serebrovaskular yang memiliki predileksi pada lobus
oksipitalis.
7. Perfusi uteroplasenta
Terganggunya perfusi uteroplasenta akibat vasospasme hampir
pasti merupakan penyebab utama meningkatnya angka
kesakitan dan kematian perinatal (Cunningham, FG., et al.
2014).
renal
Hepar peningkatan kadar AST dan ALT
Serebral sakit kepala, gangguan penglihatan, kejang
Edema paru
Sumber : Cunningham, FG., et al. 2014
E. Komplikasi
Terdapat berbagai komplikasi preeklampsia diantaranya
adalah :
1. Sindrom HELLP
Sindrom HELLP ialah preeklampsia-eklampsia disertai
timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi
hepar, dan trombositopenia. Diagnosis sindrom HELLP antara
lain : didahului tanda dan gejala yang tidak khas (malaise,
lemah, nyeri kepala, mual, muntah), tanda-tanda hemolisis
intravaskular (khususnya kenaikan LDH, AST dan bilirubin
indirek), tanda kerusakan atau disfungsi sel hepatosit hepar
(kenaikan ALT, AST, LDH), dan trombositopenia ≤
150.000/ml (Prawirohardjo, S. 2013).
Berdasarkan kadar trombosit darah, klasifikasi sindrom
HELLP menurut Misissippi, yaitu :
1) Klas 1 : kadar trombosit ≤ 50.000/ml, LDH ≥ 600 IU/l,
AST dan/atau ALT ≥ 40 IU/l.
2) Klas 2 : Kadar trombosit 50.000 s.d 100.000/ml, LDH ≥
600 IU/l, AST dan/atau ALT ≥ 40 IU/l.
3) Klas 3 : Kadar trombosit > 100.000/ml, LDH ≥ 600 IU/l,
AST dan/atau ALT ≥ 40 IU/l (Prawirohardjo, S. 2013).
Klasifikasi sindrom HELLP menurut Tennesse, yaitu :
1) Sindrom HELLP komplit jika disertai seluruh kriteria
tersebut (hemolisis, peningkatan enzim hepar, dan
trombositopenia).
2) Sindrom HELLP parsial jika hanya terdapat satu atau dua
dari kriteria tersebut (Haq, A.N., 2014).
2.1.4 Plasenta
Pada kehamilan aterm berat plasenta kurang lebih seperenam
berat janin. Diameter rata-rata plasenta saat aterm adalah 185 mm dan
ketebalan rata-ratanya 23 mm, dengan volume 497 mL dan berat 508 g.
Nilai-nilai pengukuran ini sangat bervariasi, dan terdapat berbagai
varian bentuk plasenta serta beberapa tipe insersi tali pusat. Bila dilihat
dari permukaan maternal, jumlah area yang sedikit meninggi disebut
lobus, bervariasi antara 10 dan 38. Lobus ini dipisahkan secara tidak
sempurna oleh celah dengan kedalaman bervariasi. Lobulus atau
kotiledon merupakan unit fungsional yang diperdarahi oleh satu vilus
primer (Cunningham, FG., et al. 2014).
Luas kotiledon pada plasenta aterm siperkirakan 11 m2. Janin dan
plasenta dihubungkan dengan tali pusat yang berisi 2 arteri dan satu
vena. Vena berisi darah penuh oksigen, sedangkan arteri yang kembali
dari janin berisi darah kotor. Panjang tali pusat bervariasi yaitu 30-90
cm. Pada kehamilan aterm arus darah pada tali pusat berkisar 350
ml/menit. Pada bagian ibu dimana arteri spiralis mengalirkan darah,
tekanan relatif rendah yaitu 10 mmHg. Arus darah uteroplasenta pada
B. Klasifikasi
Menurut Kosim dkk 2014, Berat badan lahir bayi dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Berat Badan Lahir Rendah
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah berat badan
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi
(Kosim dkk, 2014). Ada beberapa cara dalam mengelompokkan
BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) :
1) Menurut harapan hidupnya
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan berat lahir
1500-2500 gram.
b. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat
lahir 1000-1500 gram.
c. Berat Badan Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) dengan
berat lahir kurang dari 1000 gram.
2) Menurut masa gestasinya
a. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37
minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi. Bayi
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta
previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik), dan ketuban pecah dini.
4. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat
tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat
beracun.
4) Imaturitas hati
Konjugasi dan ekskresi bilirubin terganggu dan terjadi
defisiensi faktor pembekuan yang tergantung pada vitamin K.
5) Imaturitas ginjal
Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar,
akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolik dan
ketidakseimbangan elektrolit.
6) Imaturitas imunologis
Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama
trimester ketiga, fagositosis terganggu, dan penurunan faktor
komplemen.
7) Kelainan neurologis
Refleks isap dan telan yang imatur, penurunan motilitas usus,
upnea dan bradikardia berulang, perdarahan intraventrikel
dan leukomalasia periventrikel, pengaturan fungsi cerebral
yang buruk, Hypoxic ischemia encephalopaty (HIE),
retinopati, kejang, dan hipotonia.
8) Kelainan kardiovaskular
Kelainan kardiovaskular berupa Patent ductus arteriosus
(PDA), hipotensi atau hipertensi.
9) Kelainan hematologis
Kelainan hematologis berupa anemia, hiperbilirubinemia,
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), dan
Hemorrhagic Disease Of The Newborn (HDN).
10) Metabolisme
Kelainan metabolisme berupa hipokalsemia dan hipoglikemia
atau hiperglikemia (Kosim dkk, 2014).
b) Jarak kehamilan/kelahiran
Kehamilan yang perlu diwaspadai adalah jarak persalinan
terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2
tahun, bila jarak terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan
ibu belum pulih dengan baik. Keadaan ini perlu
diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik,
persalinan lama atau perdarahan.
c) Paritas
Paritas merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap hasil konsepsi karena ibu yang pernah hamil atau
melahirkan anak 4 kali atau lebih, selain mukosa-mukosa
dalam rahimnya sudah tidak bagus, kondisi kandungannya
belum terlalu baik dan sempurna untuk janin.
d) Kadar Hemoglobin (Hb)
Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat
meningkatkan risiko morbiditas maupun mortalitas ibu
dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.
e) Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu hamil menentukan berat badan lahir bayi
sehingga pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting
dilakukan.
f) Penyakit Saat Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi
berat bayi lahir diantaranya adalah Diabetes Melitus
Gestasional (DMG), cacar air, hipertensi, penyakit infeksi
TORCH dll.
2. Faktor lingkungan eksternal meliputi kondisi lingkungan,
pekerjaan ibu hamil, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi, dan
sosial ekonomi.
a) Kondisi lingkungan
Salah satu faktor penyebab berat bayi lahir tidak normal
adalah tempat tinggal didataran tinggi.
b) Pekerjaan ibu hamil
Pekerjaan pada ibu hamil dengan beban atau aktivitas
yang terlalu berat dan berisiko akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim karena
adanya hubungan aksis fetoplasenta dan sirkulasi
retroplasenta yang merupakan satu kesatuan. Bila terjadi
gangguan atau kegagalan salah satu 20 akan menimbulkan
risiko pada ibu (gizi kurang dan anemia) atau pada janin
(BBLR).
c) Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam
memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan
kesehatan.
d) Pengetahuan gizi
Pengetahuan yang dimiliki seorang ibu akan
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga
akan berpengaruh pada perilakunya. Ibu dengan
pengetahuan gizi yang baik, kemungkinan akan
memberikan gizi yang cukup bagi bayinya.
e) Sosial ekonomi
Seseorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil
maka kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhkan
tercukupi ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi
ibu semakin terpantau.
Radikal Respon
bebas inflamasi
Vasokontriksi arteriola
Preeklampsia
2.3 Hipotesis
Ho: Tidak ada perbedaan berat badan lahir bayi pada ibu dengan preeklampsia
dan non preeklampsia di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
H1: Ada perbedaan berat badan lahir bayi pada ibu dengan preeklampsia dan
non preeklampsia di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang